Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam berdarah dengue (DBD) atau dengue hemoragic fever (DHF)
merupakan suatu penyakit epidemik akut yang disebabkan oleh virus yang
ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penderita yang
terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan sampai tinggi, disertai
dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian, hingga perdarahan
spontan (WHO, 2010). Penyebab perdarahan pada pasien demam berdarah
adalah vaskulopati, trombosipunio gangguan fungsi trombosit serta koasulasi
intravasculer yang menyeluruh.Jenis perdarahan terbanyak adalah perdarahan
bawah kulit seperti retekia, purpura, ekimosis dan perdarahan conjuctiva.
Retekia merupakan tanda perdarahan yang sering ditemukan. Muncul pada
hari pertama demam tetepai dapat pula dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam.
Perdarahan lain yaitu, epitaxis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis.
Perdarahan tidak saja terjadi pada kulit tapi dapat juga terjadi pada organ
dalam seperti usus sehingga feces atau kotoran dapat berwarna hitam karena
perdarahan dalam. Hati atau lever umumnya akan sedikit membengkak,
sehingga pada penderita akan terasa tidak enak atau nyeri pada perut kanan
atas. Bila keadaan tidak membaik penyakit dapat menjadi lebih buruk dengan
adanya syok yang ditandai dengan keringat dingin, biru pada ujung jari
tangan dan kaki dan kesadaran biasanya akan menurun. Syok biasanya terjadi
pada saat demam tinggi atau pada saat turun panas pada hari ke 3 dan hari ke
7 penyakit. Infeksi dengan virus Dengue untuk yang pertama kali biasanya
hanya akan menyebabkan demam saja tanpa terjadinya syok.
Penyakit endemik ini pertama kali didata dan dilaporkan terjadi pada tahun
1953-1954 di Filipina.Sejak itu, penyebaran DBD dengan cepat terjadi ke
sebagian besar negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia (WHO,
2010). Insidensi demam berdarah dengue meningkat secara dramatis di
seluruh dunia dalam beberapa dekade ini. Diperkirakan, saat ini di seluruh
dunia sekitar 2,5 milyar orang memiliki resiko terkena demam dengue.

1
Mereka terutama tinggal di daerah perkotaan negara-negara tropis dan
subtropis. Diperkirakan saat ini sekitar 50 juta kasus demam dengue
ditemukan setiap tahun, dengan 500.000 kasus memerlukan penanganan di
Rumah Sakit.Dari kasus di atas, sekitar 25.000 jumlah kematian terjadi setiap
tahunnya (WHO, 2010).
Di Indonesia, penyebaran demam berdarah pertama kali terdata pada tahun
1968 di Surabaya dan Jakarta (WHO, 2010). Pada tahun 2007, dilaporkan
terdapat 156.000 kasus demam dengue atau 71,4 kasus per 1.000 populasi.
Kasus ini tersebar di seluruh 33 propinsi di Indonesia; di 357 dari total 480
kabupaten (Dengue Report of Asia-Pacific Dengue Program Managers
Meeting 2008). Dari total kasus di atas, kasus DBD berjumlah 16.803,
dengan jumlah kematian mencapai 267 jiwa. Pada tahun 2001, distribusi usia
penderita terbanyak adalah di atas 15 tahun (54,5%), sedangkan balita (1-5
tahun) 14,7%, dan anak-anak (6-12 tahun) 30,8% (DepKes RI, 2008).
Tingginya kasus, terutama kematian akibat DBD di Indonesia tidak terlepas
dari kontrol dan pencegahan yang lemah oleh berbagai pihak, khususnya dari
pemerintah dan masyarakat. Kebanyakan dokter di Indonesia juga belum
menerapkan standard penanganan kasus DBD, sehingga jumlah kematian
masih tinggi.Faktor penting lainnya adalah belum tersedianya obat spesifik
atau vaksin untuk menangani dengue (Delianna, 2008).
Pada pertemuan Asia-Pacific Dengue Program Managers Meeting 2008
Pemerintah Indonesia meluncurkan Program Kontrol Dengue Terintegrasi.
(Dengue Report of Asia-Pacific Dengue Program Managers Meeting 2008).
Sejalan dengan program Indonesia Sehat 2010, diharapkan melalui program
ini pada tahun 2010 jumlah kematian akibat DBD menjadi kurang dari 1%,
dengan insidensi di bawah 20 per 100.000 populasi.
Perawat adalah salah satu profesi di bidang kesehatan , sesuai dengan
makna dari profesi maka seseorang yang telah mengikuti pendidikan profesi
keperawatan seyogyanya mempunyai kemampuan untuk memberikan
pelayanan yang etikal dan sesuai standar profesi serta sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya baik melalui pendidikan formal maupun
informal, serta mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan yang

2
dilakukannya (Nurachmah, E 2004). Peran perawat untuk mengatasi penyakit
DBD dengan cara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif
yaitu memberi penyuluhan kesehatan di masyarakat tentang penyakit DBD
dan penanggulangannya, preventif yaitu untuk mencegah terjadinya DBD
dengan cara merubah kebiasaan hidup sehari-hari melalui tidak menggantung
pakaian yang sudah dipakai, menjaga kebersihan lingkungan dan
penampungan air, kuratif yaitu untuk memenuhi cairan tubuh sesuai dengan
kebutuhan, serta mengkonsumsi minuman yang dapat meningkatkan
trombosit seperti jus kurma, angkak dll. Dari aspek rehabilitatif perawat
berperan memulihkan kondisi klien dan menganjurkan klien untuk kontrol
kembali ke rumah sakit bila keluhan timbul kembali. Penanggulangan
demam berdarah dengue secara umum ditujukan pada pemberantasan rantai
penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya (vektronya) yaitu
nyamuk Aedes Aegypty dengan memberantas sarang perkembangbiakannya
yang umumnya ada di air bersih yang tergenang di permukaan tanah maupun
di tempat- tempat penampungan air, melakukan program 3M (Menutup,
Menguras, Mengubur) (WHO 2004), selain itu untuk tindakan rehabilitatif
yang bisa dilakukan oleh perawat dalam penanganan pasca DBD adalah
dengan pemberian rebusan akar alang-alang.
Alang-alang (Imperata cylindrica (L) Beauv) ini sudah sering diteliti.
Menurut Dr. Setiawan Dalimartha dalam buku Ramuan Tradisional untuk
Pengobatan Hepatitis, di luar negeri alang-alang sudah dibuat obat paten.
Penelitian tentang tanaman ini menyebutkan, alang-alang mengandung
manitol, glukosa, sakharosa, malic acid, citric acid, coixol, arundoin,
cylindrin, fernenol, simiarenol, anemonin, asam kersik, damar, dan logam
alkali. Dilihat dari kandungan-kandungan tersebut, alang-alang bersifat
antipiretik (menurunkan panas), diuretik (meluruhkan kemih), hemostatik
(menghentikan perdarahan), dan menghilangkan haus. Jaya Antonius Satrya,
Fakultas Farmasi UNAIR melakukan penelitian untuk mengetahui efek
antipiretik (pereda demam) infus batang alang-alang pada tikus putih. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa infus batang alang-alang konsentrasi 5%,
10%, dan 20% mempunyai efek antipiretik. Infus batang alang-alang

3
konsentrasi 20% paling kuat efek antipiretiknya. Lingga Jarliton, Jurusan
Farmasi FMIPA USU melakukan penelitian untuk mengetahui efek antipiretik
infus bunga alang-alang dibandingkan dengan parasetamol. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa infus bunga alang-alang dengan konsentrasi 10% dan
dosis 12 ml/kgBB mempunyai efek antipiretik yang relatif sama dengan
suspensi parasetamol 10% pada merpati. Rustam Erlina, Apt, MS, dosen dari
FK UNAND melakukan penelitian untuk mengetahui perbandingan efek
diuretik (peluruh air seni) serta kadar natrium dan kalium darah dan urin
antara pemberian ekstrak etanol akar alang-alang dan furosemid. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak etanol akar alang-alang
25 mg/kgBB, 50 mg/kgBB, dan 100 mg/kgBB memiliki efek diuretik yang
hampir sama dengan furosemid dosis 0,72 mg/kgBB.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dengue hemoragic fever berisiko
mengalami pendarahan. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang efektivitas air rebusan akar alang-alang (Imperata
cylindrica) terhadap daya hemostatik pasca DHF.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah air rebusan akar alang-alang (Imperata cylindrica) efektif terhadap
daya hemostatik pasca dengue hemoragic fever ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui efektivitas air rebusan akar alang-alang (Imperata cylindrica)
terhadap daya hemostatik pasca dengue hemoragic fever.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi efektivitas air rebusan alang-alang (Imperata
cylindrica) terhadap daya hemostatik pasca dengue hemoragic fever.
2. Mengidentifikasi efektivitas kandungan air rebusan alang-alang
(Imperata cylindrica) terhadap daya hemostatik pasca dengue
hemoragic fever

4
1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuandalam bidang keperawatan khususnya dalam rehabilitasi,
mengenai efektivitas air rebusan alang-alang (Imperata cylindrica)
sebagai larutan yamg dapat mengatasi pendarahan (Hemostatik)
setelah dengue hemoragic fever.
1.4.2 Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan secara
langsung di lapangan atau di praktik :
1.4.2.1 Perawat dapat menggunakan air rebusan akar alang-alang
yang digunakan sebagai alternatif setelah pasien mengalami
dengue hemoragic fever, dimana akar daun alang-alang ini
berfungsi untuk mengatasi perdarahan.
1.4.2.2 Perawat dapat memberikan perawatan rehabilitatif secara
efektif, efisien dan aman bagi pasien

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Demam Berdarah


2.1.2 Definisi
Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah
penyakit demam akut terutama menyerang pada anak-anak, dan saat
inicenderung polanya berubah ke orang dewasa. Gejala yang ditimbulkan
dengan manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock yang
dapat menimbulkan kematian (Depkes, 2006).

Dengue Hemorrhagic Fever adalah penyakit menular yang disebab


oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
(Nursalam, 2005).

Demam berdarah dengue atau DHF adalah penyakit yang


disebabkan oleh empat serotype virus dengue dan ditandai dengan empat
gejala klinis utama, yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan,
hepatomegaly, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya
renjatan (sindroma renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran
plasma yang dapat menyebabkan kematian (Soe soegijanto, 2002).

Secara umum demam berdarah dengue atau DHF merupakan


penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengueyang menular
melalui gigitan nyamuk dan ditandai dengan manifestasi perdarahan dan
syok.

2.1.2 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae.
Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam

6
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 10 6. Terdapat 4
serotipe virus tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah
dengue keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3
merupakan serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype
dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese encephalitis
dan West Nile virus (Suhendro, Nainggo lan, Chen, 2006).

2.1.3 Gejala Utama


2.1.3.1 Demam
Demam tinggi yang mendadak, terus menerus
berlangsungselama 2 7 hari, naik turun (demam bifosik). Kadang
kadang suhutubuh sangat tinggi sampai 40 0 C dan dapat terjadi
kejan demam.Akhirfase demam merupakan fase kritis pada demam
berdarah dengue. Pada saat fase demam sudah mulai menurun dan
pasien seajan sembuh hati-hati karena fase tersebut sebagai awal
kejadian syok, biasanya pada hariketiga dari demam.
2.1.3.2 Tanda tanda perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien demam berdarah
adalahvaskulopati, trombosipunio gangguan fungsi trombosit serta
koasulasiintravasculer yang menyeluruh. Jenis perdarahan
terbanyak adalahperdarahan bawah kulit seperti retekia, purpura,
ekimosis dan perdarahanconjuctiva.Retekia merupakan tanda
perdarahan yang sering ditemukan.Muncul pada hari pertama
demam tetepai dapat pula dijumpai pada harike 3,4,5 demam.
Perdarahan lain yaitu, epitaxis, perdarahan gusi, melenadan
hematemesis.
2.1.3.3 Hepatomegali
Pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan
penyakitbervariasi dari haya sekedar diraba sampai 2 4 cm di
bawah arcus costakanan.Derajat hepatomegali tidak sejajar dengan
beratnya penyakit,namun nyeri tekan pada daerah tepi hepar
berhubungan dengan adanya perdarahan.

7
2.1.3.4 Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala
klinismenghilang setelah demam turun disertai keluarnya keringat,
perubahanpada denyut nadi dan tekanan darah, akral teraba dingin
disertai dengan kongesti kulit.Perubahan ini memperlihatkan gejala
gangguan sirkulasi,sebagai akibat dari perembasan plasma yang
dapat bersifat ringan atausementara. Pada kasus berat, keadaan
umum pasien mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari
demam pada saat atau beberapa saat setelah suhu turun, antara 3
7, terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit terababdingin dan
lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar mulut,
pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak teraba.
Pada saat akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut.

2.1.4 Epidemiologi
Demam berdarah dengue di Indonesia pertama kali dicurigaiterjangkit di
Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepastian virologiknya barudiperoleh pada
tahun 1970. Demam berdarah dengue pada orang dewasa dilaporkan
pertama kali oleh Swandana (1970) yang kemudian secara drastis meningkat
danmenyebar ke seluruh Dati I di Indonesia. Faktor yang mempengaruhi
peningkatan dan penyebaran kasus Demam Berdarah Dengue sangat
kompleks, yaitu;
1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
2. Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali
3. Tidak ada kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis dan
4. Peningkatan sarana transportasi.
Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di
setiaptempat, maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setipa
tempat. DiJawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal
Januari,meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar
bulan April Mei setiap tahun.

8
2.1.5 Cara Penularan
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan
infeksivirus dengue, yaitu mausia, virus dan vektor perantara.Virus dengue
ditularkan kepada manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti. Aedes
Albopictus, Aedes Polynesiensis dan beberapa spesies yanglain dapat juga
menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurangberperan. Aedes
tersebut mengandung virus dengue pada saat menggigitmanusia yang
sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada dikelenjar liur
berkembang biak dalam waktu 8 10 hari (extrinsic incubationperiod)
sebelum dapat di tularkan kembali pada manusia pada saat
gigitanberikutnya. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam
tubuhnyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya
(infektif). Ditubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4 6
hari(intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan
dari manusia kepada nyamuk dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia
yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari
setelah demam timbul.

2.1.6 Patogenesis
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
daninfeksi pertama mungkin memberi gejala sebagai demam dengue.
Reaksiyang amat berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi
yangberulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Hipotesis infeksi
sekunder (the secamdary heterologous infection/ thesequential infection
hypothesis) menyatakan bahwa demam berdarah denguedapat terjadi bila
seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali mendapatinfeksi berulang
dengue lainnya. Re infeksi ini akan menyebabkan suatureaksi amnestif
antibodi yang akan terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi
dan transformasi limsofit dengan menghasilkan titik tinggi antibodi Ig G

9
antidengue. Disamping itu replikasi virus dengue terjadi juga dalam limsofit
yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak.
Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya virus kompleks antigen
antibody (virus antibody complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan
aktivasisistem komplemen pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan
C5 menyebabkan peningkatan permeabilitis dinding pembuluh darah dan
merembesnya plasing dari ruang intravascular ke ruang ekstravascular.

2.1.7 Patofisiologi
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit
danmembedakan demam dengue dengan demam berdarah dengue
ialahmeningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan
zatanafilaktoksin, histamin dan serothin sert aktivasi sistim kalikrein
yangberakibat ekstravasosi cairan intravascular. Hal ini mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,
hipeproteinemia, efusi dan syok. Plasma merembes selama perjalanan
penyakit mulai dari saat permulaan demam dan mencapai puncaknya pada
saat syok.

2.1.8 Pemeriksaan Laboratorium


2.1.8.1 Darah
Pada demam berdarah dengue umum dijumpai trobositopenia
(<100.000) dan hemokonsentrasi uji tourniquet yang positif merupakan
pemeriksaan penting. Masa pembekuan masih dalam batas normal,
tetapi masa perdarahan biasanya memanjang. Pada analisis kuantitatif
ditemukan masa perdarahan biasanya memanjang. Pada analisis
kuantitatif ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX, dan X. Pada
pemeriksaan kimia darah hipoproteinemia, hiponatremia, dan
hipokloremia.
2.1.8.2 Urine
Ditemukan albuminuria ringan

2.1.8.3 Sumsum Tulang


Gangguan maturase

10
2.1.8.4 Serologi
Adapun uji serologi yang dilakukan yaitu:
a. Uji serologi memakai serum ganda.
Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalegen
menaikkan antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali
termasuk dalam uji ini pengikatan komplemen (PK), uji
neutralisasi (NT) dan uji dengue blot.
b. Uji serologi memakai serum tunggal.
Ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue uji dengue
yang mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas
antibodinyauji Ig M antidengue yang mengukur hanya antibodi
antidengue dari kelas Ig M.

2.1.9 Diagnosis
Diagnosis demam berdarah ditegakkan berdasarkan kriteria
diagnosismenurut WHO tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis dan
laboratoris.
a. Kriteria Klinis
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung
terusmenerus selama 2 7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan :
- Uji tourniquet positif
- Retekia, ekomosis, epitaksis, perdarahan gusi.
- Hemetamesis dan atau melena.
- Pembesaran hati
- Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan
tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit
lembab dan pasien tampakgelisah.
b. Kriteria Laboratoris
1. Trombositopenia (100.000 sel/ mm3 atau kurang)
2. Hemokonsentrasi peningkatan hematoksit 20% atau lebih

2.1.10 Penatalaksanaan
Pengobatan demam berdarah dengue bersifat simptomatik dan suportif
yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral
tidak dapat diberikan oleh karena muntah atau nyeri perut yangberlebihan
maka cairan intravenaperlu diberikan. Medikamentosa yang bersifat
simptomatis :
- Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala,
ketiak, inguinal.

11
- Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau
dipiron.
- Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.
Cairan pengganti :
- Larutan fisiologis NaCl
- Larutan Isotonis ringer laktat
- Ringer asetat
- Glukosa 5%

2.1.11 Pencegahan
Memutuskan rantai penularan dengan cara :
1. Menggunakan insektisida :
- Malathion (adultisida) dengan pengasapan
- Temephos (larvasida) dimasukkan ketempat penampungan
air bersih.
2. Tanpa Insektisida
- Menguras bak mandi dan tempat penampungan air bersih
minimal 1xseminggu.
- Menutup tempat penampungan air rapat rapat.
- Membersihkan halaman rumah dari kaleng kaleng bekas,
botol- botol pecah dan benda lain yang memungkinkan
nyamuk bersarang.

2.2 Akar Alang-Alang


2.2.1 Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Imperata
Spesies : I. cylindrica
Nama binomial : Imperata cylindrica (L.) Beauv.

2.2.2 Deskripsi tanaman


Daun tidak lengkap yang disebut daun pipih, terdiri dari upih daun
(vagina) dan helaian daun (lamina), bangun daun bangun pita
(ligulatus), ujung daun runcing (acutus), tulang-tulang daun sejajar
atau lurus (rectinervis), tapi daun rata (integer), daging daun tipis
seperti kertas (papyraceus), warna daun hijau dengan permukaan atas

12
lebih gelap dari permukaan bawah, sifat permukaan atas licin (laevis),
permukaan licin (laevis), upih daun berwarna putih keunguan, ada
lidah- lidah atau ligula pada perbatasan upih daun dengan helaian
daun.Tepi daun diselubungi rambut, pangkal daun lebih lebar dan di
bagian ujungnya menyempit; terdapat lapisan ligula, panjangnya 1
mm; daun memiliki bentuk menggaris-lanset, pipih, lurus, terdapat
bulu-bulu panjang yang halus di bagian pangkal daun. Tumbuh
berumpun dengan tinggi sekitar 30 180cm.
Alang-alang memiliki batang berbentuk silindis dengan diameter
2-3mm dan memiliki ruas ruas. Batang (Caulis) Batang rumput
(calmus), batang tidak keras, bentuk bulat (teres). Batang tumbuh
pendek dan bercabang dan memanjang di dalam tanah, dan dari
ujungnya dapat tumbuh tunas baru. Lidah- lidah atau ligula pada batas
antara pelepah dan helaian daun lelihatan jelas, berguna untuk
menahan air hujan agar tidak terjadi kemungkinan pembusukan, sekam
tidak tersusun spiral. Rumpun tumbuh tegak, tingginya dapat mencapai
0.11.2(3 m), terdapat 14(8) nodus di tiap rumpun, rumpun
tidak bercabang, solid dan biasanya terdapat bulu di tiap buku-bukunya
(Steenis, 1958).
Alang- alang memiliki bunga berbentuk majemuk berbentuk bulir
(spica) dan bertangkai panjang,spikelet berpasangan, bunga banci,
warnanya putih, mudah diterbangkan angin, agak menguncup, panjang
6-28 cm, pada satu tangkai terdapat dua bulir, letak bersusun, yang
terletak di atas adalah bunga sempurna dan yang terletak di bawah
adalah bunga mandul, panjang anak bulir sekitar 3-4 mm, pada
pangkal bulir terdapat rambut alus panjang dan padat, warnanya putih,
benang sari seringkali dua, kepala sari putih atau ungu, tangkai putik
dua, kepala putik panjang, warna ungu, muncul pada ujung anak bulir
(Wijayakusuma, 1993).
Akar (Radix), Sistem perakaran berupa system serabut, yang
muncul dari nodus atau buku-buku batang. Panjangnya 5 cm, system
perakaran ini ditunjang oleh rimpang yang kuat, sehingga alang-alang
sulit dicabut. Rimpang yang tumbuh secara agresif, tumbuhan tahunan

13
(perennial) yang kuat dengan percabangan terbenam dalam tanah
(yang panjangnya dapat mencapai 1 m), berdaging, rimpangnya
bersisik, (Steenis, 1958)
Buah berjenis buah bulir, berup bulir-bulir kecil bertangkai pendek
tidak berjarum, berpasang-pasangan pada ujung sumbu malai, kedua-
duanya bertangkai, pada kaki terdapat rambut-rambut putih mengkilat
yang berkarang. Buah pada alang- alang berbentuk biji yang memiliki
pajang 1mm dan berwarna cokelat tua.
Biji (Semen), Biji jarang, panjang sekitar 1 mm, warnanya coklat
tua. Biji yang sudah tua mudah diterbangkan angin, tersebar dan yang
akhirnya menjadi tumbuhan baru. (Steenis, 1958)

2.2.3 Nama daerah


Naleueng lakoe (Aceh); Jih (Gayo); Rih, Ri (Batak); Oo (Nias);
Alalang, Hilalang, Ilalang (Minang kabau); Lioh (Lampung);
Halalang, Tingen, Padang, Tingan, Puang, Buhang, Belalang, Bolalang
(Dayak); Eurih (Sunda); Alang-alang kambengan (Jawa); Kebut,
Lalang (Madura); Ambengan, Lalang (BaIi); Kii, Rii (FIores);
Padengo, Padanga (Gorontalo); Deya (Bugis); Erer, Muis, Wen
(Seram); Weli, Welia, Wed (Ambon). NAMA ASING: Cogon grass,
satintail (En). Paillotte (Fr). Malaysia: lalang, alang-alang. Papua New
Guinea: kunai (Pidgin), kurukuru (Barakau, Central Province).
Philippines: kogon (Tagalog), gogon (Bikol), bulum (Ifugao). Burma
(Myanmar): kyet-mei. Cambodia: sb:w. Laos: hnha:z kha:.
Thailand: ya-kha, laa laeng, koe hee (Karen, Mae Hong Son). Vietnam:
ctranh. NAMA SIMPLISIA Imperatae Rhizoma; rimpang alang-alang.

2.2.4 Kandungan Kimia


Hasil penelitian tentang tanaman ini menyebutkan bahwa ada
kandungan manitol, glukosa, sakharosa, malic acid, citric acid, coixol,
arundoin, cylindrin, fernenol, simiarenol, anemonin, asam kersik,
damar, dan logam alkali. Dengan kandungan-kandungan itu, alang-
alang bersifat antipiretik (menurunkan panas), diuretik (meluruhkan

14
kemih), hemostatik (menghentikan pendarahan), dan menghilangkan
haus.
Pengobatan Cina tradisional menyebutkan, alang-alang memiliki
sifat manis dan sejuk. Efek pengobatan tanaman ini memasuki
meridian paru-paru, lambung, dan usus kecil. Dengan sifat diuretik
yang melancarkan air kencing, alang-alang bermanfaat untuk
menyembuhkan penyakit radang ginjal akut dan obat batuk. Bagian
tanaman alang-alang yang bisa dimanfaatkan sebagai obat tradisional
adalah rimpang, baik yang segar maupun yang telah dikeringkan.
Bahan alang-alang ini bisa diperoleh di toko obat Cina. Kini bahkan
sudah tersedia minuman alang- alang instan yang berkhasiat
menghilangkan panas dalam. Minuman instan ini bisa diperoleh di
toko jamu atau toko obat Cina.
Sifat diuretik yang mengeluarkan cairan tubuh tak berguna ini juga
berguna untuk mengontrol tekanan darah yang cenderung tinggi. Sifat
hemostatik yang bisa menghentikan pendarahan pada alang-alang
dapat juga dimanfaatkan untuk mengatasi mimisan dan pendarahan di
dalam.

2.2.5 Manfaat Akar Alang-Alang


Alang-alang atau ilalang (Imperata cylindrica) dikenal sebagai
tumbuhan gulma atau tanaman pengganggu. Alang-alang sering
dijumpai hingga ketinggian 2700 meter di atas permukaan air laut
(DPL) di lahan terbuka atau setengah tertutup. Bisa tumbuh di tepian
sungai, ladang, kebun, bahkan di taman. Ilalang tumbuh dengan sangat
cepat karena daya produksi secara vegetatif dan generatif yang sangat
sederhana dan efisien.Alang-alang bermanfaat sebagai obat untuk
menyembuhkan bermacam penyakit, ilalang mengatasi berbagai
macam gangguan kesehatan seperti batu empedu, batu ginjal, infeksi
ginjal, kencing batu, buang air kecil terus menerus, kencing tidak
lancar, air kemih mengandung darah, batuk rejan, prostat, keputihan,
batuk darah, pendarahan pada wanita, mimisan, radang hati, campak,
demam, tekanan darah tinggi, hepatitis, asma, lemah urat syaf, jantung
koroner, radang paru-paru, diare, asma, dan gangguan pencernaan.

15
2.2.6 Habitat
Imperata cylindrica merupakan tumbuhan terna menahun dengan
batang rumput yang tidak keras, padat dan pendek, tertutup oleh upih
daun. Pada buku-buku berambut jarang. Termasuk tumbuhan berdaun
tidak lengkap, terdiri dari upih dan helaian daun. Daun berbentuk pita,
tegak, kasar dan berambut jarang, panjang daun 12-80 cm, pada
pangkal berambut panjang dengan tulang daun tengah yang lebar dan
pucat. Upih daun berwarna putih keunguan. Perbungaan berupa bulir
majemuk, warnanya putih muda diterbangkan angin, agak menguncup.
Akar berupa rimpang yang kuat menjalar di bawah tanah
(Wijayakusuma,1993).
Imperata cylindrica merupakan tanaman kosmopolit, mudah
dijumpai pada daerah kering yang cerah sinar matahari, terdapat di 1-
2700 m di atas permukaan laut. Imperata cylindrica cepat kering dan
mudah terbakar pada musim kemarau dan cepat tumbuh kembali pada
musim hujan. Sifat fisik tanah yang dikehendaki yaitu tanah kapur
yang memililik tubuh tanah kering, miskin akan zat hara dan air.
Tumbuhan ini menyukai tempat yang memperoleh banyak cahaya dan
tidak dapat tumbuh bila mendapat naungan penuh. Meskipun tumbuh
pada kisaran tipe tanah dan tingkat kesuburan yang luas, spesies ini
tumbuh dengan sehat pada tempat bertanah basah yang tinggi
kesuburannya. pH tanah untuk menumbuhkan spesies ini berkisar
antara 4.07.5. tumbuhan ini juga toleran terhadap kondisi-kondisi
panas yang tinggi dan tempat-tempat mengandung sulfur dekat kawah
( Rismunandar, 1986 ).

2.2.7 Penelitian Tentang Akar Alang-Alang Sebelumnya


Beberapa penelitian yang telah dilakukan, banyak membuktikan
adanya khasiat alang-alang.
1. Jaya Antonius Satrya, Fakultas Farmasi UNAIR melakukan
penelitian untuk mengetahui efek antipiretik (pereda demam) infus
batang alang-alang pada tikus putih. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa infus batang alang-alang konsentrasi 5%, 10%, dan 20%

16
mempunyai efek antipiretik. Infus batang alang-alang konsentrasi
20% paling kuat efek antipiretiknya.
2. Lingga Jarliton, Jurusan Farmasi FMIPA USU melakukan
penelitian untuk mengetahui efek antipiretik infus bunga alang-
alang dibandingkan dengan parasetamol. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa infus bunga alang-alang dengan konsentrasi
10% dan dosis 12 ml/kgBB mempunyai efek antipiretik yang
relatif sama dengan suspensi parasetamol 10% pada merpati.
3. Rustam Erlina, Apt, MS, dosen dari FK UNAND melakukan
penelitian untuk mengetahui perbandingan efek diuretik (peluruh
air seni) serta kadar natrium dan kalium darah dan urin antara
pemberian ekstrak etanol akar alang-alang dan furosemid. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak etanol akar
alang-alang 25 mg/kgBB, 50 mg/kgBB, dan 100 mg/kgBB
memiliki efek diuretik yang hampir sama dengan furosemid dosis
0,72 mg/kgBB. Manfaat lain alang-alang yaitu untuk pengobatan
bengkak (karena radang ginjal akut dan infeksi saluran kencing),
bengkak karena terbentur (memar), wasir (hemorrhoid), batuk, flu,
tekanan darah tinggi, sakit kuning (jaundice).

17
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Desain Penelitian
True Experimental Design
True Experimental Design merupakan desain penelitian eksperimen
yang menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dimana secara nyata
terdapat kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dan membandingkan
hasil perlakuan dengan kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dan waktu penelitian disesuaikan karena penelitian ini hanya
sebagai gambaran penelitian berikutnya. Rencana untuk tempat penelitian
akan dilaksanakan di laboratrium Universitas Udayana dengan waktu yang
disesuaikan setelah karya tulis ini mendapat persetujuan.
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
3.3.1 Populasi
Subjek penelitian yang akan digunakan adalah Pasien pasca
DHF RSAD IX/Udayana
3.3.2 Sampel / Unit Analisis
Untuk menentukan besar sampel dalam penelitian
menggunakan area probability sampling.
3.3.3 Teknik Sampling
Dengan probality dengan simple random sampling.
Mengumpulkan bahan dan alat penelitian
3.3.4 Kerangka Kerja

Akar alang-alang

18
Proses perebusan akar daun alang- alang
Tahap pertama menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
Bahan utamanya yaitu akar daun alang-alang. Kemudian dilanjutkan
dengan tahap perebusan akar alang- alang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


3.4.1 Cara Pengumpulan Data
1. Bahan yang Digunakan
Bagian alang-alang yang digunakan adalah bagian akar
yang warnanya putih, tidak terlalu tua, tidak layu dan masih segar.
Akar alang-alang ini didapatkan di desa Peguyangan Kaja, Denpasar
Utara.
2. Metode Pembuatan
1. Alat : panci, saringan, sendok, botol, gelas, kompor gas.
2. Bahan : 200 gram akar alang-alang dan 6 gelas air dan gula batu
3. Prosedur Kerja:
Cuci bersih 200 gram akar alang-alang lalu rebus dengan 6
gelas air dan gula batu secukupnya sampai airnya tinggal 2 gelas.
Lalu dinginkan kemudian saring.
3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data
1. Angket atau Kuesioner
Angket berwujud lembaran kertas yang berisi beberapa
pertanyaan yang berisi pilihan-pilihan jawaban. Jawaban itu
merupakan data yang penulis harapkan sebagai penelitian.
Responen (orang yang merespon atau menjawab pertanyaan)
memberikan informasi mengenai dirinya sendiri maupun orang lain
yang dia kerahui.
2. Wawancara
Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara untuk
mencari data penunjang yang mendukung data. Responden yang
diwawancarai ditentukan sendiri oleh penulis. Untuk
mengendalikan penulis dalam mengumpulkan data dari teknik
wawancara disiapkan pedoman wawancara.

19
3.5 Pengolahan dan Analisa Data
3.5.1 Pengolahan Data
Adapun metode pengolahan data yaitu sebagai berikut :
1. Editing
Pada tahapan ini, data yang telah terkumpul melalui daftar
pertanyaan (kuesioner) ataupun pada wawancara perlu dibaca kembali
untuk melihat apakah ada hal-hal yang masih meragukan dari jawaban
responden. Jadi, editing bertujuan untuk memperbaiki kualitas data
dan menghilangkan keraguan data.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengeditan data antara lain
sebagai berikut.
a. Kelengkapan dan kesempurnaan data
- Semua pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner harus
terjawab semua dan jangan ada yang kosong.
b. Kejelasan tulisan
- Tulisan pengumpul data yang tertera dalam kuesioner
harus dapat dibaca.
c. Kejelasan makna jawaban
- Pengumpul data harus menuliskan jawaban ke dalam
kalimat-kalimat yang sempurna dan jelas.
d. Konsistensi data
- Data harus memerhatikan konsistensi jawaban yang
diberikan responden.
e. Keseragaman satuan yang digunakan dalam data (uniformitas
data)
- Ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan-kesalahan
dalam pengolahan dan analisis data. Misalnya penggunaan
satuan kilogram dalam pengukuran berat. Apabila dalam
kuesioner tertulis satuan berat lainnya, maka harus
diseragamkan terlebih dahulu sebelum masuk dalam
proses analisis.

f. Kesesuaian jawaban
- Jawaban yang diberikan responden harus bersangkut paut
dengan pertanyaan dan persoalan yang diteliti.

2. Koding

20
Setelah tahap editing selesai, maka data-data yang berupa jawaban-
jawaban responden perlu diberi kode untuk memudahkan dalam
menganalisis data. Hal ini sangat penting artinya, apalagi jika proses
pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer.
Pemberian kode pada data dapat dilakukan dengan melihat jawaban
dari jenis pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner.

3. Tabulasi Data
Tabulasi data merupakan proses pengolahan data yang dilakukan
dengan cara memasukkan data ke dalam tabel. Atau dapat dikatakan
bahwa tabulasi data adalah penyajian data dalam bentuk tabel atau
daftar untuk memudahkan dalam pengamatan dan evaluasi.
Hasil tabulasi data ini dapat menjadi gambaran tentang hasil
penelitian, karena data-data yang diperoleh dari lapangan sudah
tersusun dan terangkum dalam tabel-tabel yang mudah dipahami
maknanya. Selanjutnya peneliti bertugas untuk memberi penjelasan
atau keterangan dengan menggunakan kalimat atas data-data yang
telah diperoleh.

3.5.2 Analisa Data


Adapun analisa data dalam penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai
berikut:
1. Analisis Data
Pada dasarnya, pengolahan data dalam penelitian sosial tidak
lepas dari penggunaan metode statistik tertentu. Statistik sangat berperan
dalam penelitian, baik dalam penyusunan, perumusan hipotesis,
pengembangan alat dan instrument penelitian, penyusunan rancangan
penelitian, penentuan sampel, maupun dalam analisis data.
2. Interpretasi Data
Setelah data yang terkumpul dianalisis dengan teknik statistik
hasilnya harus diinterprestasikan atau ditafsirkan agar kesimpulan-
kesimpulan penting mudah ditangkap oleh pembaca. Interpretasi
merupakan penjelasan terperinci tentang arti sebenarnya dari materi yang

21
dipaparkan, selain itu juga dapat memberikan arti yang lebih luas dari
penemuan penelitian.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Penelitian Tentang Akar Alang-Alang

Beberapa penelitian yang telah dilakukan, banyak membuktikan adanya


khasiat alang-alang.

22
1. Jaya Antonius Satrya, Fakultas Farmasi UNAIR melakukan
penelitian untuk mengetahui efek antipiretik (pereda demam) infus
batang alang-alang pada tikus putih. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa infus batang alang-alang konsentrasi 5%, 10%, dan 20%
mempunyai efek antipiretik. Infus batang alang-alang konsentrasi
20% paling kuat efek antipiretiknya.
2. Lingga Jarliton, Jurusan Farmasi FMIPA USU melakukan penelitian
untuk mengetahui efek antipiretik infus bunga alang-alang
dibandingkan dengan parasetamol. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa infus bunga alang-alang dengan konsentrasi 10% dan dosis 12
ml/kgBB mempunyai efek antipiretik yang relatif sama dengan
suspensi parasetamol 10% pada merpati.
3. Rustam Erlina, Apt, MS, dosen dari FK UNAND melakukan
penelitian untuk mengetahui perbandingan efek diuretik (peluruh air
seni) serta kadar natrium dan kalium darah dan urin antara
pemberian ekstrak etanol akar alang-alang dan furosemid. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak etanol akar
alang-alang 25 mg/kgBB, 50 mg/kgBB, dan 100 mg/kgBB memiliki
efek diuretik yang hampir sama dengan furosemid dosis 0,72
mg/kgBB.Manfaat lain alang-alang yaitu untuk pengobatan bengkak
(karena radang ginjal akut dan infeksi saluran kencing), bengkak
karena terbentur (memar), wasir (hemorrhoid), batuk, flu, tekanan
darah tinggi, sakit kuning (jaundice).

4.2 Akar Alang-Alang Untuk Daya Hemostatik Pasca DHF Dalam Upaya
Rehabilitatif
Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi penyuluhan
kesehatan di masyarakat tentang penyakit DBD dan penanggulangannya,
preventif yaitu untuk mencegah terjadinya DBD dengan cara merubah
kebiasaan hidup sehari-hari melalui tidak menggantung pakaian yang sudah
dipakai, menjaga kebersihan lingkungan dan penampungan air, kuratif yaitu

23
untuk memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan, serta mengkonsumsi
minuman yang dapat meningkatkan trombosit seperti jus kurma, angkak dll.
Dari aspek rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi klien dan
menganjurkan klien untuk kontrol kembali ke rumah sakit bila keluhan
timbul kembali. Penanggulangan demam berdarah dengue secara umum
ditujukan pada pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan
pembawa virusnya (vektronya) yaitu nyamuk Aedes Aegypty dengan
memberantas sarang perkembangbiakannya yang umumnya ada di air bersih
yang tergenang di permukaan tanah maupun di tempat- tempat penampungan
air, melakukan program 3M (Menutup, Menguras, Mengubur) (WHO 2004),
selain itu untuk tindakan rehabilitatif yang bisa dilakukan oleh perawat dalam
penanganan pasca DBD adalah dengan pemberian rebusan akar alang-alang.
Alang-alang bagi banyak orang dikenal sebagai gulma dan hanya
dimanfaatkan sebagai makanan hewan ternak, atau bahkan dibuang begitu
saja karena dianggap mengganggu. Tumbuhan liar ini memiliki banyak
manfaat bagi kesehatan. Selama ini masyarakat yang risih dengan ilalang
biasanya membakar tanaman dan rerimbunan lain, atau membabatnya habis.
Tetapi jika akarnya masih tertancap kuat di dalam tanah, upaya ini sebenarnya
sia-sia. Ia akan tumbuh lagi dan meninggi. Menurut Profesor Hembing, ahli
pengobatan tradisional dan akupunktur, alang-alang berkhasiat sebagai obat
untuk berbagai gangguan kesehatan, seperti: batu ginjal, infeksi ginjal,
kencing batu, batu empedu, buang air kecil tidak lancar atau terus-menerus,
air kemih mengandung darah, prostat, keputihan, batuk rejan, batuk darah,
mimisan, pendarahan pada wanita, demam, campak, radang hati, hepatitis,
tekanan darah tinggi, urat saraf melemah, asma, radang paru-paru, jantung
koroner, gangguan pencernaan, diare, dll. Hasil penelitian tentang tanaman ini
menyebutkan bahwa ada kandungan manitol, glukosa, sakharosa, malic acid,
citric acid, coixol, arundoin, cylindrin, fernenol, simiarenol, anemonin, asam
kersik, damar, dan logam alkali. Dengan kandungan-kandungan itu, alang-
alang bersifat antipiretik (menurunkan panas), diuretik (meluruhkan kemih),
hemostatik (menghentikan pendarahan), dan menghilangkan haus.
Kandungan lain yang dimiliki alang-alang di antaranya : Dalam rimpang
alang-alang terkandung imperanene yang ternyata mempunyai efek

24
menghambat agregasi trombosit (sel pembeku darah) sesuai hasil penelitian
para ahli dari universitas di Jepang. Efek menghambat agregasi trombosit ini
sama dengan efek yang ditimbulkan oleh asetosal (asam asetil salisilat) yang
digunakan untuk mencegah pembekuan darah pada penderita infark jantung.
Cylindol A yang terkandung di dalam rimpang alang-alang mempunyai efek
menghambat enzim 5-lipoksigenase. Dengan terhambatnya 5-lipoksigenase
maka pembentukan prostaglandin yang menimbulkan rasa sakit atau nyeri
pada otot dapat terhalangi. Bahan lain yang terkandung, yaitu Cylendrene
mempunyai aktivitas menghambat kontraksi pembuluh darah pada otot polos,
sehingga sirkulasi darah tetap lancar. Graminone B menghambat penyempitan
pembuluh darah aorta (pembuluh darah terbesar). Menurut bagian R&D
Sidomuncul, kedua bahan terakhir ini dapat menimbulkan efek penurunan
tekanan darah. Dari hasil pengujian ternyata tumbuhan yang juga disebut
ilalang ini mempunyai efek farmakologis atau dengan kata lain tumbuhan ini
mempunyai sifat: anti piretik/menurunkan panas, hemostatik/menghentikan
pendarahan, menghilangkan haus, diuretic/peluruh kemih dan masuk kedalam
meridian paru-paru, lambung juga usus kecil.

4.3 Cara Pengolahan Akar Alang-Alang Sebagai Hemostatik Pasca DHF

1. Alat : panci, saringan, sendok, botol, gelas, kompor gas.


2. Bahan : 200 gram akar alang-alang dan 6 gelas air dan gula batu
3. Prosedur Kerja:
Cuci bersih 200 gram akar alang-alang lalu rebus dengan 6
gelas air dan gula batu secukupnya sampai airnya tinggal 2 gelas.
Lalu dinginkan kemudian saring.

25
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

DHF merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus


dengueyang menular melalui gigitan nyamuk dan ditandai dengan manifestasi
perdarahan dan syok. Gejala utama dari demam berdarah (DHF) yaitu:
demam, tanda perdarahan, syok, dan hepatomegaly. Peran perawat dalam hal
menangani penyakit demam berdarah ini sangat penting diantaranya cara
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi
penyuluhan kesehatan di masyarakat tentang penyakit DBD dan

26
penanggulangannya, preventif yaitu untuk mencegah terjadinya DBD dengan
cara merubah kebiasaan hidup sehari-hari melalui tidak menggantung
pakaian yang sudah dipakai, menjaga kebersihan lingkungan dan
penampungan air, kuratif yaitu untuk memenuhi cairan tubuh sesuai dengan
kebutuhan, serta mengkonsumsi minuman yang dapat meningkatkan
trombosit seperti jus kurma, angkak dll. Dari aspek rehabilitatif perawat
berperan memulihkan kondisi klien dan menganjurkan klien untuk kontrol
kembali ke rumah sakit bila keluhan timbul kembali. Penanggulangan
demam berdarah dengue secara umum ditujukan pada pemberantasan rantai
penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya (vektronya) yaitu
nyamuk Aedes Aegypty dengan memberantas sarang perkembangbiakannya
yang umumnya ada di air bersih yang tergenang di permukaan tanah maupun
di tempat- tempat penampungan air, melakukan program 3M (Menutup,
Menguras, Mengubur) (WHO 2004), selain itu untuk tindakan rehabilitatif
yang bisa dilakukan oleh perawat dalam penanganan pasca DBD adalah
dengan pemberian rebusan akar alang-alang. Alang-alang (Imperata
cylindrica (L) Beauv) ini sudah sering diteliti. Menurut Dr. Setiawan
Dalimartha dalam buku Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis, di
luar negeri alang-alang sudah dibuat obat paten.
Penelitian tentang tanaman ini menyebutkan, alang-alang mengandung
manitol, glukosa, sakharosa, malic acid, citric acid, coixol, arundoin,
cylindrin, fernenol, simiarenol, anemonin, asam kersik, damar, dan logam
alkali. Dilihat dari kandungan-kandungan tersebut, alang-alang bersifat
antipiretik (menurunkan panas), diuretik (meluruhkan kemih), hemostatik
(menghentikan perdarahan), dan menghilangkan haus. Cara pengolahan untuk
daya hemostatik yaitu: Cuci bersih 200 gram akar alang-alang lalu rebus
dengan 6 gelas air dan gula batu secukupnya sampai airnya tinggal 2 gelas.
Lalu dinginkan kemudian saring.

5.2 Saran

Kami menyarankan kepada semua pihak untuk meningkatkan kesadaran


dan pengetahuan tentang demam berdarah, dan juga upaya yang dilakukan

27
untuk menanggulangi terjadinya demam berdarah sangat perlu untuk
ditingkatkan, karna demam berdarah pada dasarnya terjadi karena pola hidup
dan kebersihan lingkungan, jadi baik masyarakat, pemerintah, dan instansi
kesehatan lainnya perlu menumbuhkan kesadaran dan kerja sama yang baik.

28
29

Anda mungkin juga menyukai