Anda di halaman 1dari 16

Diterbitkan oleh Pengurus Pusat

Ikatan Apoteker Indonesia


Terbit 2 kali setahun pada bulan Januari dan Juli

Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan Apoteker


Indonesia. Isi Jurnal mencakup semua aspek dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi kefarmasian antara lain farmakologi, farmakognosi, fitokimia,
farmasetika, kimia farmasi, biologi molekuler, bioteknologi, farmasi klinik,
farmasi komunitas, farmasi pendidikan, dan lain-lain.

Jurnal mengundang makalah ilmiah dari teman sejawat, baik apoteker


maupun bukan apoteker yang isinya dapat memacu kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian dan bidang-bidang lain
yang berkaitan. Makalah dapat berupa laporan hasil penelitian atau telaah
pustaka.

Jurnal Farmasi Indonesia dapat diperoleh di Sekretariat PP IAI atau Redaksi


Jurnal Farmasi Indonesia

ISSN: 1412-1107
Copyright 2013 Ikatan Apoteker Indonesia

Gambar cover oleh: Arry Yanuar


Printing : PT ISFI Penerbitan

Gambar cover:
Adalah struktur Xanthin Oksidase yang diambil dari protein databank dengan kode 3EUB
dengan judul Crystal Structure of Desulfo-Xanthin Oxidase with Xanthin
Gambar struktur 3EUB diolah menggunakan Visual Molecular Dynamics (VMD), kemudian
rendering dilakukan dengan POV-RAY.

Harga Berlangganan:
Rp. 100.000,- per tahun (2 Nomor)

Dipersembahkan Untuk Kemajuan


Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kefarmasian
di Indonesia

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 6 No. 3 n Januari 2013


iii
Tim Redaksi

Pemimpin Umum/
Penanggung Jawab
Drs. M. Dani Pratomo, MM, Apt

Wakil Pemimpin Umum


Drs. Wahyudi U. Hidayat, MSc, Apt

Ketua Dewan Editor


Prof. Dr. Ernawati Sinaga, MS, Apt

Editor Pelaksana
Dr. Christina Avanti MSi, Apt

Anggota Dewan Editor


Prof. Dr. Shirly Kumala, MBiomed, Apt
Prof. Dr. Eddy Meiyanto, Apt
Prof. Dr. Daryono Hadi Tjahono, MSc, Apt
Pharm. Dr. Joshita Djajadisastra, MS, PhD, Apt
Dr. Umi Athijah, MS, Apt
Dr. Arry Yanuar, MSc, Apt
Raymond R. Tjandrawinata, PhD, MS, MBA

Manajer Administrasi
Dra. Chusun Hamli, MKes, Apt

Manajer Sirkulasi
Drs. Azwar Daris, MKes, Apt

Staf Administrasi dan Sirkulasi


Evita Fitriani, SFarm, Apt
Dani Rachadian, SSos
Siti Kusnul Khotimah, SSos

Desain & layout


Ramli Badrudin

Alamat Redaksi/Penerbit
Jl. Wijayakusuma No.17
Tomang - Jakarta Barat
Telepon/Fax 021- 5671800
jfi@ikatanapotekerindonesia.net
jurnalfarmasiindonesia@gmail.com
online submission website:
jfi.iregway.com

iv Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 6 No. 3 n Januari 2013


Daftar Isi

Aktivitas Antioksidan dan Penghambat Xantin Oksidase dari 122 - 128


Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)
Ruth Elenora Kristanty, Abdul Munim, dan Katrin

Uji Sifat Fisikokimia Mocaf (Modified Cassava Flour) 129 - 137


dan Pati Singkong Termodifikasi untuk Formulasi Tablet
Wira Noviana Suhery, Auzal Halim, dan Henny Lucida

Penetapan Kadar Alkaloid Ekstrak dari Etanolik 138 -141


Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa- sinensis L.)
Mimiek Murrukmihadi, Subagus Wahyuono,
Marchaban, dan Sudibyo Martono

Analisis Adverse Drug Reactions Pada Pasien Asma 142 - 150


di Suatu Rumah Sakit, Surabaya
Amelia Lorensia, Beny Canggih, dan Rizka Indra Wijaya

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Umbi Mahakaan 151 - 158


terhadap Waktu Perdarahan, Pembekuan,
dan Jumlah Trombosit Darah Mencit Putih Betina
Surya Dharma, Dachriyanus, dan Zikra Sartika

Penentuan Kadar Rubraxanton pada Ekstrak Kulit Batang 159 - 165


Garcinia spp.
Meri Susanti, Dachriyanus, Deddy Prima Putra,
dan Fatma Sriwahyuni

Alga Merah sebagai Bahan Bakto Agar 166 -171


Shirly Kumala, Ros Sumarny, Rum Rachmani,
dan Atut Ruswita

Karakteritik Fisik dan Displacement Value Supositoria 172-176


Neomicin Sulfat Berbasis PEG
Alasen Sembiring Milala, Aditya Triaspradana,
dan Andrew Pierce Boehe

A Model of Rat Thrombocytopenia Induced by 177 - 183


Cyclophosphamide
Hery Kristiana, Florensia Nailufar, Imelda L. Winoto, and
Raymond R. Tjandrawinata

Petunjuk bagi Penulis

Instructions for Authors

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 6 No. 3 n Januari 2013


v
Artikel Penelitian

Analisis Adverse Drug Reactions pada Pasien Asma


di Suatu Rumah Sakit, Surabaya

Amelia Lorensia, Beny Canggih, dan Rizka Indra Wijaya

ABSTRACT: Asthma is a chronic inflammatory disease of the respiratory tract.


Treatment of asthma can lead to ADRs (adverse drug reactions), which can aggra-
vate asthma symptoms. The purpose of this study was to analyze the incidence of
ADRs in patients with asthma. The study design is divided into retrospective studi
es, for hospitalized patients and cross-sectional with purposive sampling to outpa-
tient. Any actual ADRs that occurred was calculated using the Naranjo probability
scale. The number of hospitalized patients were 60 people and outpatients were 22
people. The number of ADRs that occur were 39 cases, consisted of 36 cases of ADRs
in hospitalized patients with asthma and 3 cases of ADRs in outpatient asthma
patients. Drug groups most involved in ADRs was B2-agonist group. Naranjo scale
calculations on ADRs that occurred that the possibility of ADRs. The most common
ADRs are in asthma therapy, so it takes the role of pharmacists in monitoring ADRs
in asthma treatment to prevent and minimize the occurrence of ADRs.

Keywords: asthma, naranjo scale, hospitalized patient, outpatient

ABSTRAK: Asma merupakan penyakit inflamasi kronik pada saluran pernafasan.


Pengobatan asma dapat menyebabkan terjadinya ADRs (adverse drug reactions),
yang dapat memperburuk gejala asma. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa
ADRs pada pasien asma. Desain penelitian dibagi menjadi dua, yaitu retrospektif,
untuk data pasien rawat inap serta cross-sectional untuk data pasien rawat
jalan. Setiap ADRs aktual yang terjadi dihitung probabilitasnya dengan naranjo
scale. Jumlah pasien rawat inap sebanyak 60 orang dan rawat jalan sebanyak 22
orang. Jumlah ADR yang terjadi sebanyak 39 kasus, terdiri dari 36 kasus ADRs
pada pasien asma rawat inap dan 3 kasus ADRs pada pasien asma rawat jalan.
Kelompok obat yang paling banyak terlibat dalam ADRs pasien asma adalah
golongan B2-agonis, aminofilin, kortikotseroid, dan antikolonergik. ADRs yang
paling sering terjadi adalah pada terapi asma, oleh karena itu dibutuhkan peran
farmasis dalam memonitor kemungkinan terjadinya ADRs secara rutin terhadap
pengobatan pasien asma dapat digunakan untuk mencegah dan meminimalkan
terjadinya ADRs.

Faculty of Pharmacy, University of Kata kunci: asma, naranjo scale, pasien asma rawat inap, pasiena asma rawat
Surabaya, Indonesia jalan

Korespondensi:
Amelia Lorensia
Email : amelia.lorensia@gmail.com

142 Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 6 No. 3 n Januari 2013


Amelia Lorensia, Beny Canggih, dan Rizka Indra Wijaya

PENDAHULUAN tas ADRs yang terjadi disebabkan oleh obat, dan


bukan karena faktor lain. Data ADRs yang didapat
Latar Belakang dapat digunakan oleh farmasis dalam pharma-
Asma adalah gangguan inflamasi kronik sa- ceutical care sebagai data untuk monitoring pe-
luran pernafasan, yang menyebabkan episode ngobatan pasien asma sehingga dapat mencegah
berulang dari wheezing, sesak, chest thightness, dan meminimalkan terjadinya ADRs pada terapi
dan batuk. WHO menyatakan sebesar 15 juta jiwa pasien asma.
mengalami disability-adjusted life years (DALYs)
per tahunnya disebabkan asma, mewakili 1%
dari total beban penyakit global (1). Pada terapi TINJAUAN TEORI
asma, pasien dapat mengalami adverse drug reac-
tions (ADRs), karena pasien asma memiliki risiko Asma
lebih besar terhadap perkembangan asma, kare- The National Asthma Education and Preven-
na pasien asma dapat mengalami serangan asma tion Program (NAEPP) mendifinisikan asma
akibat penggunaan obat lain (2), atau mengalami sebagai gangguan inflamasi kronik dari saluran
ADR akibat penggunaan jangka panjang dari pe- pernafasan dimana banyak sel dan elemen
ngobatan asma. selular yang berperan. Pada individu dengan
Laporan dari Pusat Pharmacovigilance Dae- asma, inflamasi menyebabkan episode berulang
rah di Rumah Sakit Universitas Inha, Korea Se- dari wheezing, sesak, chest thightness, dan batuk
latan, selama 4 bulan, menyatakan bahwa dari (1,10).
228 pasien asma, terdapat 25 kasus ADRs yang Eksaserbasi asma merupakan episode dari
terjadi pada 19 pasien asma. ADRs yang biasanya peningkatan progresif pada sesak nafas, batuk,
terjadi adalah glukokortikosteroid inhalasi yang wheezing, chest tightness, atau kombinasi. Te-
dikombinasikan dengan long-acting beta-2 ago- rapi utama eksaserbasi meliputi pemberian
nist (LABA) (63.2%), theobromine (10.5%), LABA berulang bronkodilator inhalasi aksi cepat,
oral (10.5%), doxofylline (5.3%), acetylcysteine glukokortikosteroid sistemik, dan oksigen (1,
(5.3%), dan montelukast (5.3%). Keparahan dari 10). Pada asma kronis, pengobatannya dapat
ADRs yang terjadi pada sebagian besar sampel diklasifikasikan sebagai reliever dan controller
tergolong ringan (68.5%), dan tidak ada ADRs (1). Pengobatan untuk asma kronis dibagi dalam
parah yang terjadi. Frekuensi ADRs berbeda ber- 5 stage dengan kombinasi reliever dan controller
dasarkan status kontrol asma pasien (3). sesuai dengan Tabel 1.
Dalam penanganan terapi pasien asma, farma-
sis berperan dalam pelaksanaan proses phar- Adverse Drug Reactions (ADRs)
maceutical care untuk meningkatkan terapi obat WHO mendefinisikan adverse drug reactions
yang komplek dan nilai signifikan dari obat yang (ADRs) adalah respon terhadap suatu obat yang
berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas aki- berbahaya dan tidak diharapkan serta terjadi
bat penggunaan obat (4), karena pharmaceutical pada dosis lazim yang dipakai oleh manusia
care dapat memberi dampak positif pada out- untuk tujuan profilaksis, diagnosis, maupun
comes terapi asma (5,6,7,8,9). terapi (11). ADRs dibagi menjadi 2 yaitu: (1)
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan Reaksi tipe A (augmented), yaitu reaksi yang
penelitian ini adalah menganalisa kejadian ad- dapat diperkirakan sebelumnya dan bergantung
verse drug reactions (ADRs) pada terapi asma di pada dosis obat; dan (2) Reaksi tipe B (bizzare),
suatu rumah sakit di Surabaya, pada pengobatan reaksi yang terjadi tidak berhubungan dengan
asma rawat inap dan rawat jalan, dengan menggu- respon farmakologi, seringkali terjadi karena
nakan naranjo scale untuk mengetahui probabili- faktor imunologi dan farmakogenetik. Reaksi tipe

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 6 No. 3 n Januari 2013


143
Adverse Drug Reactions pada Pasien Asma

Tabel 1. Terapi pada Asma Kronis (1)

Step 1 Step 2 Step 3 Step 4 Step 5

Asthma education
Environmental control

As needed rapid-
acting 2-agonist As needed rapid-acting 2-agonist

Select one Select one Add one or more Add one or both

Low-dose ICS plus Medium-or high-dose Oral glucocortico steroid


Low-dose inhaled ICS* long-acting ICS plus long-acting (lowest dose)
2-agonist 2-agonist
Controller
options Leukotriene Medium-or Leukotriene Anti-IgE
modifer U high-dose ICS modifer treatment

Low-dose ICS plus Sustained release


leukotriene modifer theophyline

Low-dose ICS plus


sustained release
theophyline

Tabel 2. Perhitungan Naranjo Scale (15)


Perhitungan
No. Pertanyaan Score pada Naranjo
Ya Tidak N/A

1. Apakah pasti telah ada laporan mengenai ADRs tersebut sebelumnya? 1 0 0


2. Apakah ADRs muncul setelah obat yang dicurigai tersebut diberikan? 2 -1 0
3. Apakah ADRs membaik saat obat dihentikan / diberi antagonis spesifiknya? 1 0 0
4. Apakah ADRs makin parah jika dosis dinaikkan/ membaik jika dosis diturunkan? 1 0 0
5. Apakah ada penyebab ADRs tersebut selain karena obat? -1 2 0
6. Apakah ADRs tersebut muncul saat diberikan placebo? -1 1 0
7. Apakah kadar obat dalam darah termasuk kadar toksik? 1 0 0
8. Apakah ADRs muncul lagi saat obat diberikan kembali? 2 -1 0
9. Apakah pasien pernah mengalami ADRs sejenis saat menggunakan obat/ golongan 1 0 0
obat tertentu?

10. Apakah ADRs tersebut didukung dengan bukti yang meyakinkan? 1 0 0

B ini tidak berhubungan dengan dosis obat yang Respon obat tergantung dari setiap individu,
diberikan, dan meskipun kasus ini jarang terjadi yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor se-
namun dapat menyebabkan penyakit yang serius perti penyakit, genetik, dan faktor lingkungan
atau bahkan kematian (12). Waktu kejadian, pola dan variabilitas dalam respon target obat (respon
penyakit, dan hasil investigasi, dan rechallenge farmakodinamik) atau respon idiosinkrasi (14).
dapat membantu kausalitas untuk memprediksi
kejadian ADR pada pasien (13). Pada penelitian ini Naranjo Scale
tidak dapat diketahui jenis dari ADR yang terjadi, Salah satu cara untuk menghitung kemung-
dikarenakan keterbatasan data yang diperoleh kinan terjadinya ADRs adalah dengan cara naran-
dari rekam medik. jo scale. Ada beberapa pertanyaan pada naranjo

144 Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 6 No. 3 n Januari 2013


Amelia Lorensia, Beny Canggih, dan Rizka Indra Wijaya

scale yang dapat dilihat pada Tabel 2. tian pada pasien asma rawat jalan dengan Persa-
maan 1 (16):
Penafsiran nilai total :
Lebih dari 9 : definite ADR (pasti ADR)
Antara 5-8 : probable ADR (kemungkinan be- ()
n= (1)
sar ADR)
Antara 1-4 : possible ADR (kemungkinan ADR)
0 : doubtful ADR (bukan ADR)
dimana:
Keterangan : n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
N/A : not available (tidak dapat diterap- d = limit dari error atau presisi absolut (25%)
kan pada situasi tsb/tidak diketa- Z1-2 = nilai Z tabel 1,96 (tingkat kepercayaan 95%)
hui) p = proporsi pasien asma (p=0,5)

Jadi besar sampel penelitian dalam penelitian


METODE PENELITIAN ini adalah 18 orang pasien asma yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi.
Jenis Penelitian
Metode penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
crossectional non experimental untuk data pasien Teknik pengumpulan data pada data pasien
rawat jalan dan secara retrospektif untuk data asma rawat inap dengan menggambil data dari
pasien rawat inap di rumah sakit. rekam medis pasien yang telah ada sebelumnya.
Sedangkan pada data pasien asma rawat jalan
Populasi dan Sampel Penelitian dengan melakukan wawancara secara langsung,
Populasi penelitian pada asma rawat inap disertai dengan pengamatan terhadap pasien.
adalah pasien asma yang pernah menjalani rawat Untuk melengkapi data yang diperoleh dilaku-
inap di rumah sakit selama bulan November kan juga konsultasi singkat dengan dokter dan
2008-November 2010. Dan sampel penelitian perawat yang menangani serta dari rekam medik
adalah semua populasi. Populasi penelitian pada pasien. Data informasi pengobatan pasien yang
pasien asma rawat jalan adalah pasien asma yang telah dikumpulkan kemudian dianalis menggu-
menjalani rawat jalan di Klinik Penyakit Dalam nakan pustaka dan dijabarkan secara deskriptif.
Adi Husada Undaan Wetan Surabaya. Selama pe- Kemudia setiap ADRs aktual yang terjadi dihitung
riode November 2010 sampai dengan Januari probabilitasnya dengan menggunakan naranjo
2011 (3 bulan). Sampel penelitian adalah pasien scale.
asma yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu beru-
sia 18 tahun dan bersedia berpartisipasi dalam
penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Teknik Pengambilan Sampel Penelitian Karakteristik Sampel Penelitian


Teknik pengambilan sampel pada pasien as- Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60
ma rawat inap adalah semua sampel penelitian orang, terdiri dari 22 orang pasien laki-laki dan
adalah populasi penelitian. Dan teknik pengambil- 38 orang adalah pasien perempuan. Jumlah sam-
an sampel pada pasien asma rawat jalan adalah pel penelitian pada asma rawat jalan sebanyak 22
purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi. orang, terdiri dari 10 orang laki-laki dan 12 orang
Perhitungan perkiraan jumlah sampel peneli- perempuan. Stage asma ditentukan berdasarkan

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 6 No. 3 n Januari 2013


145
Adverse Drug Reactions pada Pasien Asma

pengobatan rawat jalan yang diterima pasien saat Kejadian ADRs pada Pasien Asma dan Outcomes
diwawancara oleh peneliti, berdasarkan Global Klinis yang Terjadi
Initiative for Asthma tahun 2011. Dari hasil pene Jumlah ADR yang terjadi pada pasien asma se-
litian terlihat variasi stage asma yang dialami sam- banyak 39 kasus yang terdiri dari 36 kasus ADRs
pel penelitian (tabel 3). Sampel penelitian paling pada pasien asma rawat inap (asma akut) dan 3
banyak berada pada stage 1 (68,18%), 13,64% kasus ADRs pada pasien asma rawat jalan (asma
pada stage 3; 9,09% pada stage 2; 9,09% tidak kronis) (tabel 4).
diketahui; dan 0% pada stage 4 dan 5. Dua orang ADR yang terjadi pada pasien asma dapat
sampel penelitian digolongkan sebagai stage asma disebabkan oleh obat terapi asma dan obat non
yang tidak diketahui karena pengobatan yang di- terapi asma. Kelompok obat terapi asma yang pa
gunakan tidak dapat digolongkan berdasarkan ling banyak menyebabkan terjadinya ADRs adalah
Global Initiative for Asthma tahun 2011. golongan B2-agonis (10 kasus ADRs yang terdiri

Tabel 3. Data Demografi dan Karakteristik dari Sampel Penelitian Pada Pasien Asma Rawat Inap dan
Asma Rawat Jalan
Variabel Asma Rawat Inap Asma Rawat Jalan
(n=60) (n=22)

Jenis Kelamin
- Laki-laki 22 10
- Perempuan 38 12

Usia (tahun)
- Usia terkecil 20 19
- Usia tertua 82 70
- Rata-rata 35,10

Lama menderita asma (tahun)
- < 1 2 1
- 2 - 5 3 5
- 6 - 10 6 1
- 11 - 20 10 10
- > 20 4 5
- Tidak diketahui 34

Lama dirawat di rumah sakit (hari)
- < 5 35
- 6 - 10 23
- > 10 2

Penyakit penyerta yang didapat
- Bronkitis kronis 6 dari 60
- Sinusitis 1 dari 60
- Diabetes melitus tipe 2 9 dari 60
- CVD (cardiovascular disease) 11 dari 60
- Infeksi saluran pernapasan atas 7 dari 60
- Infeksi lain 10 dari 60
- Gastritis 8 dari 60
- Gangguan fungsi hati 2 dari 60
- Gangguan fungsi saraf 3 dari 60

Stage pengobatan asma kronis
(Global Initiative for Asthma, 2011)
- Stage 1 15
- Stage 2 2
- Stage 3 3
- Tidak diketahui 2

146 Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 6 No. 3 n Januari 2013


Amelia Lorensia, Beny Canggih, dan Rizka Indra Wijaya

Tabel 4. Kejadian ADRs Pada Pasien Asma Rawat Inap dan Asma Rawat Jalan

Jenis DRPs Total

Asma Rawat Inap a. Adverse drug event (non allergic) 3


b. Adverse drug event (allergic) 0
c. Toxic adverse drug-event 0

Asma Rawat Jalan a. Adverse drug event (non allergic) 36
b. Adverse drug event (allergic) 0
c. Toxic adverse drug-event 0

TOTAL 39

Tabel 5. Kelompok Obat yang Terlibat dalam ADRs yang dialami Pasien Asma Rawat Inap dan Rawat Jalan
Golongan ADRs pada Asma Rawat Inap ADRs pada Asma Rawat Jalan
Obat yang terlibat ADRs yang terjadi TOTAL ADRS yang terjadi TOTAL
dalam ADRs
Xanthin - Aminofilin menyebabkan hipotensi 1 9
- Aminofilin menyebabkan hipertensi 2
- Aminofilin menyebabkan kemerahan kulit 1
- Aminofilin/Theofilin menyebabkan Takikardi 4
- Aminofilin menyebabkan mual 1

Kortikosteroid - Metilprednisolon menyebabkan hipotensi 1 5


- Metilprednisolon menyebabkan hipertensi 2
- Fluticasone menyebabkan hipertensi 1
- BUdesonide dan metilprednisolon (duplikasi), 1
menyebabkan hipertensi

B2 Agonis - Salbutamol menyebabkan efek hipotensi 2 7 - Salbutamol menyebabkan mulut kering 2


- Salbutamol menyebabkan efek takikardi 3 - Salbutamol menyebabkan pusing
- Terbutalin menyebabkan hipokalemia 1
- Fenoterol menyebabkan hipokalemia 1

B2 Agonis + - Salbutamol + Iprapropium (Combiven) 1 3


Antikolinergik menyebabkan hipertensi
- Salbutamol + Iprapropium (Combiven) 2
menyebabkan takikardi

Antikolinergik - Ipraptropium menyebabkan hipertensi Alis- 1 3


Penghambat kiren (Rasilez) menyebabkan gatal-gatal di - 1 Losartan menyebabkan kelelahan 1
Renin Opioid seluruh tubuh
Adrenalin - Codein menyebabkan konstipasi 1
- Epinefrin menyebabkan dada terasa berdebar 1

Diuretik - Furosemide menyebabkan hipokalemia 2 4


- Furosemide menyebabkan gatal-gatal di selu- 1
ruh tubuh
- Furosemide menyebabkan hipotensi 1

Antibiotik - Cefpirome menyebabkan gatal-gatal di seluruh 1 2


tubuh
- Ceftriaxone menyebabkan sakit kepala 1

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 6 No. 3 n Januari 2013


147
Adverse Drug Reactions pada Pasien Asma

dari 2 kasus pada asma rawat inap dan 2 kasus B2-agonis dapat memperparah hipokalemia
pada asma rawat jalan), kemudian kelompok karena memiliki efek hipokalemia. Hipertensi
aminofilin (9 kasus pada asma rawat inap), kor- dilaporkan juga pernah terjadi pada 1% pasien
tikosteroid (5 kasus pada asma rawat inap), dan yang pernah memakai salbutamol pada dosis
antikolonergik (3 kasus pada asma rawat inap) normal (20). ADR berupa pusing yang ditimbulkan
(tabel 5). oleh Salbutamol kemungkinan diakibatkan
Kelompok obat non-terapi asma yang menye- oleh efek relaksasi otot polos dari Salbutamol,
babkan terjadinya ADR sebanyak 13 kasus. Ke- karena stimulasi reseptor 2. Reseptor 2 tidak
lompok obat yang paling banyak menyebabkan hanya terdapat di saluran pernafasan namun
terjadinya ADR adalah diuretik (4 kasus pada juga terdapat di otot tulang dan pembuluh
rawat inap), antibiotik (2 kasus pada asma rawat darah jantung. Stimulasi yang berlebihan
inap), dan penghambat renin (1 kasus pada asma terhadap reseptor 2 (terutama yang terdapat
rawat inap dan 1 kasus pada asma rawat jalan) pada otot polos pembuluh darah jantung) akan
(tabel 5). menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah yang
Golongan xanthin menyebabkan efek hipotensi ada di jantung sehingga dapat menyebabkan
atau hipertensi, karena meningkatkan tingkat tekanan darah turun, salah satu manifestasinya
katekolamin, yang menstimulasir reseptor 2 adalah pusing.
adrenergik vaskular dengan penurunan resis- Ipratropium bromida dapat menyebabkan
tensi pembuluh darah perifer. Vasodilatasi vasodilatasi sehingga terjadi penurunan tekanan
perifer dan hipotensi terjadi pada toksisitas darah yang cukup tajam dan dihasilkan efek
teofilin signifikan. Intraseluler pergeseran hasil hipotensi. Sebagai mekanisme kompensasi, tubuh
kalium dalam hipokalemia (17). Xanthin menye- kita akan meningkatkan denyut jantung sehingga
babkan kemerahan kulit, akibat sensitif terhadap muncul efek takikardia, selain itu ada pula
ethylenediamine salt dalam aminofilin (18). pengaruh dari potensiasi reseptor 2 di jantung
Takikardi yang disebabkan oleh xanthin karena oleh pemakaian salbutamol (20). Dari 60 orang
relaksasi otot polos saluran pernafasan dan juga pasien asma, 40% diantaranya menggunakan
mencegah sel mast di sekitar bronkus untuk kombinasi ipratropium bromida dan salbutamol,
melepaskan senyawa bronkokonstriksi seperti hal inilah yang membuat perlunya pengawasan
histamin dan bradikinin, yang dapat menyebabkan yang lebih terhadap pemakaian kombinasi ini.
bronkospasmodik. Kondisi ini dapat menyebabkan ADRs yang teramati pada pemakaian ipratropium
kontraksi pada jantung dan menurunkan tekanan bromida dan salbutamol adalah ADRs tipe A, yang
darah di arteri paru. Manfaat bronkodilator dapat diprediksi.
xanthine dalam pengobatan asma sering dibatasi Hipokalemia dan hipotensi dapat disebabkan
oleh efek samping mual muntah. Mekanisme karena furosemide, yang merupakan loop diuretic
emesis kemungkinan dengan penghambatan satu yang mensekresi secara aktif melalui sistem
atau lebih bentuk PDE (phosphodiesterase) bukan transpor asam organik nonspesifik kedalam
dari antagonisme adenosin (19). lumen dari ascending limb pada loop henle,
Kortikosteroid menyebabkan peningkatan menyebabkan penurunan reabsorbsi natrium
tekanan darah, dengan menyebabkan retensi dengan kompetisi pada chloride site pada Na+-
Na+, air dan peningkatan ekskresi K+ yang K+-2Cl cotransporter. Medullary hyper-tonicity
dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi dan dikurangi, sehingga menurunkan abilitas ginjal
hipokalemia (19). Hal ini menjadi perhatian untuk mereabsorbsi air (21,22). Furosemide juga
pada pasien asma yang juga mendapat terapi dapat menyebabkan gatal-gatal yang merupakan
antihipertensi karena efek hipo-kalemia akan reaksi alergi di kulit (22).
menjadi semakin parah (20). Epinefrin menyebabkan dada terasa berdebar,

148 Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 6 No. 3 n Januari 2013


Amelia Lorensia, Beny Canggih, dan Rizka Indra Wijaya

dikarenakan epinefrin menstimulasi reseptor sil penelitian, obat-obat yang menimbulkan


dari 1, 2-, 1-, dan 2-adrenergik (21). Losartan ADRs aktual yang dinilai dengan naranjo scale,
merupakan antagonis non peptide, kompetitif semuanya bernilai 4, yang berarti memiliki ke-
dan selektif dari reseptor Angiotensin II. Me- mungkinan ADR.
kanisme kerja losartan yaitu berikatan secara
reversible dengan reseptor AT1 dan AT2 dan
dengan memblok efek vasokonstriksi dan sekresi KESIMPULAN DAN SARAN
aldosteron dari Angiotensin II (21). Kelelahan
yang muncul akibat penggunaan Losartan di- ADRs yang terjadi pada pasien asma rawat inap
mungkinkan karena efek inhibisinya terhadap dan rawat jalan dalam penelitian menunjukkan
sekresi aldosteron. Jika sekresi aldosteron menu- bahwa kejadian ADR yang terjadi sebagian besar
run terlalu besar, keseimbangan cairan dan elek- berasal dari pengobatan asma pasien, walaupun
trolit akan terganggu dan manifestasi yang sering dengan outcomes klinis ADRs yang cenderung
muncul antara lain kelelahan (23). ringan.
Codein untuk terapi batuk pada asma akut da- Berdasarkan hasil penelitian, maka perlunya
pat menyebabkan konstipasi, karena codein yang peran farmasis dalam memonitor kemungkinan
merupakan opioid memberikan efek pada otot terjadinya ADRs secara rutin terhadap obat-
polos yang dapat berkaitan dengan menurunnya obatan yang digunakan pasien asma baik pada
otot polos di usus sehingga menyebabkan kon- pasien asma rawat jalan maupun selama dirawat
stipasi (24). di rumah sakit. Serta peran farmasis dalam
menyediakan informasi bagi tenaga kesehatan
Perhitungan Naranjo Scale terhadap Kejadian lainnya mengenai penggunaan obat-obatan bagi
Adverse Drug Reactions (ADRs) yang Terjadi pasien.
pada Pasien Asma Penelitan selanjutnya dalam menilai outcomes
ADRs pada pasien asma rawat inap dan ra- DRPs diperlukan waktu pengamatan yang lebih
wat jalan yang bersifat aktual akan dihitung lama untuk mengetahui apakah outcomes terse-
menggunakan naranjo scale untuk menilai but dalam jangka panjang, serta jumlah sampel
39 kasus ADRs yang terjadi. Berdasarkan ha- penelitian yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA 5. Abdelhamid E, Awad A, Gismallah A. Evaluation of


a Hospital Pharmacy-Based Pharmaceutical Care
1. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Services for Asthma Patients. Pharmacy Practice
Asthma Management & Prevention [Update]; 2011. 2008; 6(1): 25-32.
2. Cukic V, Ustamujic A, Lovre V. Adverse Drug Reac- 6. American Pharmacist Association. Principle of
tions in Patients with Bronchial Asthma. Mat Soc Practice for Pharmaceutical Care. AphA Pharma-
Med 2010; 22(2): 99-100. ceutical Care Guidelines Advisory Commitee; 2005.
3. Kim CW, Cho JH, Jung EH, Lee HK. Adverse Drug Re- 7. American Society of Health-System Pharmacists.
actions to Anti-Asthmatics In Patients with Bron- ASHP Guidelines on a Standardized Method for
chial Asthma. a Meeting of The World Allergy Or- Pharmaceutical Care. Am J Health-Syst Pharm
ganization: A World Federal of Allergy, Asthma, & 1996; 53, 17136.
Clinical Immunology Societies; 2011. 8. Cipolle R, Strand L, Morney P. Pharmaceutical Care
4. Berenguer B, La Cassa C, de La Matta MJ, Martin- Practice. McGrawHill: United States; 1998. p. 76-80.
Calero MJ. Pharmaceutical Care: Past, Present and 9. Farris KB, Fernandez-Llimos F, Benrimoj SI. Phar-
Future. Curr Pharm Des. 2004; 10(31): 3931-46. maceutical care in community pharmacies: Prac-

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 6 No. 3 n Januari 2013


149
Adverse Drug Reactions pada Pasien Asma

tice and research from around the world, Ann of methyldopa, Indapamide and Theophylline Re-
Pharmacotherapy 2005; 39:539-41. sulting in Prolonged Hypotension, Marked Diure-
10. Asthma Management Handbook. National Asthma sis and Hypokalaemia in An Elderly Patient, Phar-
Council Australia; 2006. macoepidemiol Drug Saf. 2009;18(10): 977-9.
11. Prest MS, Kristianto FC, Tan CK. Reaksi Obat yang 18. Brunton LL, Goodman LS, Blumenthal D, Buxton I,
Tidak Dikehendaki, Dalam Aslam M, Tan CK, Pra Goodman and Gilmans manual of pharmacology
yitno A, ed, Farmasi Klinis: Menuju Pengobatan and therapeutics, 11th ed. McGraw-Hill Professio
Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, PT Elex nal; 2006.
Media Komputindo, Jakarta; 2003. p. 101-107. 19. Ralph E. Howell, William T. Muehsam and Wil-
12. Lee A, Beard K. Adverse Drug Reactions, Churchill liam J. Kinnier. Mechanism for the emetic side
Livingstone, London; 2006. effect of xanthine bronchodilators. Life Sciences
13. Edwards IR, Aronson JK. Adverse Drug Reactions: 1990; 46(8).
Definitions, Diagnosis, and Management. Lancet 20. McEvoy G, Snow E, Miller J, et al. American Society
2000; 356(9237):1255-9. of Health System Pharmacists. Bethesda; 2008.
14. Shastry BS. Pharmacogenetics and the concept of 21. Anderson P. Handbook Of Clinical Drug Data. Mc-
indivi-dualized medicine. The Pharmacogenomics graw-Hill Companies 2002; 10.
Journal 2006; 6: 1621. 22. Lacy C, Armstrong L, Goldman M, Lance L. Drug In-
15. Naranjo CA, Busto U, Sellers EM, Sandor P, et al. A formation Handbook: A Comprehensive Resource
method for estimating the probability of adverse for all Clinicians and Healthcare Professionals.
drug reactions.Clin Pharmacol Ther 1981; 30: Lexi-Comp Inc, United States 2006; 14.
239245. 23. National Endocrine and Metabolic Diseases Infor-
16. Lemeshow S. Besar Sampel dalam Penelitian Kese maton Service: A Service. The Institute of Diabetes
hatan. Yogyakarta. Gajah Mada University Press; and Digestive and Kidney Diseases. NIH; 2005.
1997. p. 55. 24. Sweetman S. Martindale: The Complete Drug Refe
17. Chan TY, Gomersall CD, Cheng CA, Woo J. Overdose rence. USA. Edition. Pharmaceutical Press 2009; 36.

150 Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 6 No. 3 n Januari 2013


Petunjuk

Petunjuk Bagi Penulis

1. Jurnal Farmasi Indonesia menerima tulisan ilmiah berupa laporan hasil penelitian atau telaah pustaka yang berkaitan
dengan bidang kefarmasian.
2. Naskah diutamakan yang belum pernah diterbitkan di media lain, baik cetak maupun elektronik. Jika sudah pernah
disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah hendaknya diberi keterangan yang jelas mengenai nama, tempat, dan
tanggal berlangsungnya pertemuan tersebut.
3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia baku atau bahasa Inggris dengan huruf Cambria 11, disusun dengan
sistematika sebagai mana yang disarankan di bawah ini.
4. Judul dalam dua bahasa Indonesia dan Inggris, ditulis dengan huruf kapital diikuti huruf kecil, bold, singkat dan jelas
mencerminkan isi tulisan, tidak lebih dari 14 kata (bahasa Indonesia) atau 10 kata (bahasa Inggris).
5. Nama penulis tanpa gelar, diberi nomor superscript, diikuti alamat instansinya masing-masing dan sebutkan alamat
korespondensi kepada penulis lengkap dengan alamat e-mail.
6. Abstrak dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, masing-masing maksimum 200 kata, dilengkapi dengan kata
kunci (Keywords) 3-5 kata.
7. Isi/Batang Tubuh:
a. Untuk tulisan berupa artikel hasil penelitian (research article), disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Pendahuluan, Metodologi Penelitian (meliputi bahan, alat dan cara kerja), Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan
dan Saran, serta ucapan terima kasih.
b. Untuk tulisan bukan berupa laporan hasil penelitian (tinjauan pustaka atau komunikasi singkat), disusun dengan
sistematika sebagai berikut: Pendahuluan, bagian-bagian sesuai topik tulisan, serta Penutup berupa kesimpulan
dan saran, serta ucapan terima kasih.
8. Daftar Pustaka ditulis berurutan dengan nomor arab (1, 2, 3, dst.), sesuai urutan kemunculannya dalam naskah,
ditulis secara konsisten menurut ketentuan dalam Cummulated Index Medicus dan/atau Uniform Requirements for
Manuscripts Submitted to Biomedical Journal (Ann Intern Med 1979; 90: 95-99).
9. Singkatan nama jurnal mengikuti ketentuan dalam Index Medicus; untuk nama jurnal yang tidak tercantum dalam
Index Medicus harap tidak disingkat.
1. Contoh: Cefalu WT, Padridge WM. Restrictive transport of a lipid-soluble peptide (cyclosporin) through the
blood-brain barrier. J Neurochem 1985; 45; 1954-1956.
10. Sitasi/rujukan kepustakaan dilakukan dengan sistem nomor yang diletakkan dalam tanda kurung.
2. Contoh: .........disusun oleh protein-protein membran, antara lain kadherin (5).
11. Cara penulisan:
a. Halaman judul diketik di awal naskah terdiri dari judul, nama penulis dan afiliasinya serta nama dan alamat
lengkap corresponding author.
b. Naskah diketik 1 spasi tidak bolak balik, ukuran kertas A4 dengan margin atas 4 cm, bawah 3 cm, kiri 4 cm, kanan
3 cm, minimum 8 halaman, maksimum 14 halaman tidak termasuk gambar/foto atau tabel.
c. Tabel harus utuh, jelas terbaca, dibuat dengan format tabel pada Microsoft Word diletakkan terpisah pada
halaman setelah daftar pustaka, diberi judul dan nomor tabel dengan angka arab 1, 2, 3... dst.
d. Gambar dibuat dengan format TIFF, JPG, JPEG, atau BMP, atau format Microsoft Excel/scatter plot untuk grafik,
dikirimkan tersendiri dalam file terpisah dengan keterangan yang jelas diberi nama file sesuai dengan nomor
urut gambar.
e. Judul gambar ditulis dalam format MS Word setelah halaman Tabel. Judul gambar dinomori dengan angka arab
(1,2,3,... dst).
12. Naskah dapat dikirim dalam bentuk cetakan (hard copy) dan berkas elektronik (dalam bentuk CD) melalui pos/
kurir atau diantar sendiri ke sekretariat jurnal. Berkas elektronik dapat dikirim melalui email ke alamat jfi@
ikatanapotekerindonesia.net atau jurnalfarmasiindonesia@gmail.com. Naskah dapat juga dikirimkan secara online
melalui jfi.iregway.com.
13. Naskah yang diterima akan disaring oleh Redaksi/Editor, kemudian direview oleh Mitra Bestari. Apabila diperlukan,
naskah akan diberi catatan dan dikembalikan kepada penulis untuk direvisi, untuk selanjutnya dikirimkan kembali
secara utuh kepada redaksi jurnal untuk diterbitkan.
14. Untuk penelitian klinis yang menggunakan subyek manusia, disertakan Ethical clearance.

184 Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 6 No. 3 n Januari 2013


Instructions

Instructions for Authors

1. Jurnal Farmasi Indonesia received the scientific papers in the form of research article or literature review related to the
field of pharmacy.
2. Preferred manuscript is that the paper has never been published in other media, both printed and electronic. If it has
ever been presented in a scientific meeting, a clear explanation of the name, place and date of the meeting should be
given.
3. Manuscripts are written in standard Indonesian or English with Cambria 11, compiled by systematics as described
below.
4. The title is written in a capital letter followed by lowercase letters, bold, not more than 14 words (Indonesian) or 10
words (English), concise and clearly reflect the content of the manuscript.
5. The authors name should be written without title, given the superscript numbers, followed by the affiliation and specify
complete address of corresponding author by e-mail address.
6. Abstract should be written in English and Indonesian respectively , with a maximum of 200 words, equipped with 3-5
keywords.
7. Contents / Body:
a. A research article should compile by the systematics as follows: Introduction, Research Methodology (includes
materials, equipment, and methods), Results and Discussion, Conclusions and Recommendations, as well as
acknowledgement.
b. A literature review or short communication) should follow systematics as Introduction, the sections of sub topics,
and Conclusions and/ or Recommendations, as well as acknowledgement.
8. References are written sequentially with Arabic numbers (1, 2, 3, ..), in the order of it appearance in the manuscript. It
should be written consistently in accordance with the Index Medicus Cummulated and / or the Uniform Requirements
for Manuscripts Submitted to Biomedical Journal (Ann Intern Med 1979; 90: 95-99).
9. Journal abbreviations should follow the provisions in Index Medicus; For journal that are not listed in Index Medicus
should not be abbreviated.
Example: Cefalu WT, Padridge WM. Restrictive transport of a lipid-soluble peptide (cyclosporin) through
the blood-brain barrier. J Neurochem 1985; 45; 1954-1956.
10. Citation should be written with Arabic number and placed in brackets.
Example: ......... compiled by membrane proteins, among others kadherin (5).
11. Guidance for writing:
a. Typed the title page at the beginning of the script consists of title, authors name and affiliation as well as the name
and complete address of corresponding author.
b. Typed the manuscript in 1 spacing in A4 paper with a top margin of 4 cm, bottom 3 cm, left 4, and right 3 cm. The
manuscript may consist of minimum of 8 pages and maximum of 14 pages excluding images/pictures or tables.
c. Tables must be intact, clearly legible, in Microsoft Word format, placed separately on the page after the list of
references, given the title and number of tables with Arabic numbers (1, 2, 3 ...).
d. Images/Figures should be made with the format of TIFF, JPG, JPEG, or BMP, or Microsoft Excel format/scatter plot
for graphic, submit ted in a separate file with a clear description of the file named according to the number of
Figures.
e. Figure legends should be written in MS Word format after the page of tables. Figure legends are numbered with
Arabic numbers (1,2,3, ... ).
12. Manuscripts can be submitted in hard copy and electronic version (on CD) by post /courier or delivered to the
secretariat of the journal by hand. Electronic files can be sent via email to jfi@ikatanapotekerindonesia.net or
jurnalfarmasiindonesia@gmail.com. Manucripts can also be submitted online through jfi.iregway.com.
13. Manuscript received will be screened by the Editor, and then reviewed, the manuscripts may be returned to the author
and noted to be revised, and be sent back to the editor for decision of acceptance for publication.
14. For clinical research using human subjects should include Ethical clearance.

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 6 No. 3 n Januari 2013


185

Anda mungkin juga menyukai