ISSN: 1412-1107
Copyright 2013 Ikatan Apoteker Indonesia
Gambar cover:
Adalah struktur Xanthin Oksidase yang diambil dari protein databank dengan kode 3EUB
dengan judul Crystal Structure of Desulfo-Xanthin Oxidase with Xanthin
Gambar struktur 3EUB diolah menggunakan Visual Molecular Dynamics (VMD), kemudian
rendering dilakukan dengan POV-RAY.
Harga Berlangganan:
Rp. 100.000,- per tahun (2 Nomor)
Pemimpin Umum/
Penanggung Jawab
Drs. M. Dani Pratomo, MM, Apt
Editor Pelaksana
Dr. Christina Avanti MSi, Apt
Manajer Administrasi
Dra. Chusun Hamli, MKes, Apt
Manajer Sirkulasi
Drs. Azwar Daris, MKes, Apt
Alamat Redaksi/Penerbit
Jl. Wijayakusuma No.17
Tomang - Jakarta Barat
Telepon/Fax 021- 5671800
jfi@ikatanapotekerindonesia.net
jurnalfarmasiindonesia@gmail.com
online submission website:
jfi.iregway.com
Faculty of Pharmacy, University of Kata kunci: asma, naranjo scale, pasien asma rawat inap, pasiena asma rawat
Surabaya, Indonesia jalan
Korespondensi:
Amelia Lorensia
Email : amelia.lorensia@gmail.com
Asthma education
Environmental control
As needed rapid-
acting 2-agonist As needed rapid-acting 2-agonist
Select one Select one Add one or more Add one or both
B ini tidak berhubungan dengan dosis obat yang Respon obat tergantung dari setiap individu,
diberikan, dan meskipun kasus ini jarang terjadi yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor se-
namun dapat menyebabkan penyakit yang serius perti penyakit, genetik, dan faktor lingkungan
atau bahkan kematian (12). Waktu kejadian, pola dan variabilitas dalam respon target obat (respon
penyakit, dan hasil investigasi, dan rechallenge farmakodinamik) atau respon idiosinkrasi (14).
dapat membantu kausalitas untuk memprediksi
kejadian ADR pada pasien (13). Pada penelitian ini Naranjo Scale
tidak dapat diketahui jenis dari ADR yang terjadi, Salah satu cara untuk menghitung kemung-
dikarenakan keterbatasan data yang diperoleh kinan terjadinya ADRs adalah dengan cara naran-
dari rekam medik. jo scale. Ada beberapa pertanyaan pada naranjo
scale yang dapat dilihat pada Tabel 2. tian pada pasien asma rawat jalan dengan Persa-
maan 1 (16):
Penafsiran nilai total :
Lebih dari 9 : definite ADR (pasti ADR)
Antara 5-8 : probable ADR (kemungkinan be- ()
n= (1)
sar ADR)
Antara 1-4 : possible ADR (kemungkinan ADR)
0 : doubtful ADR (bukan ADR)
dimana:
Keterangan : n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
N/A : not available (tidak dapat diterap- d = limit dari error atau presisi absolut (25%)
kan pada situasi tsb/tidak diketa- Z1-2 = nilai Z tabel 1,96 (tingkat kepercayaan 95%)
hui) p = proporsi pasien asma (p=0,5)
pengobatan rawat jalan yang diterima pasien saat Kejadian ADRs pada Pasien Asma dan Outcomes
diwawancara oleh peneliti, berdasarkan Global Klinis yang Terjadi
Initiative for Asthma tahun 2011. Dari hasil pene Jumlah ADR yang terjadi pada pasien asma se-
litian terlihat variasi stage asma yang dialami sam- banyak 39 kasus yang terdiri dari 36 kasus ADRs
pel penelitian (tabel 3). Sampel penelitian paling pada pasien asma rawat inap (asma akut) dan 3
banyak berada pada stage 1 (68,18%), 13,64% kasus ADRs pada pasien asma rawat jalan (asma
pada stage 3; 9,09% pada stage 2; 9,09% tidak kronis) (tabel 4).
diketahui; dan 0% pada stage 4 dan 5. Dua orang ADR yang terjadi pada pasien asma dapat
sampel penelitian digolongkan sebagai stage asma disebabkan oleh obat terapi asma dan obat non
yang tidak diketahui karena pengobatan yang di- terapi asma. Kelompok obat terapi asma yang pa
gunakan tidak dapat digolongkan berdasarkan ling banyak menyebabkan terjadinya ADRs adalah
Global Initiative for Asthma tahun 2011. golongan B2-agonis (10 kasus ADRs yang terdiri
Tabel 3. Data Demografi dan Karakteristik dari Sampel Penelitian Pada Pasien Asma Rawat Inap dan
Asma Rawat Jalan
Variabel Asma Rawat Inap Asma Rawat Jalan
(n=60) (n=22)
Jenis Kelamin
- Laki-laki 22 10
- Perempuan 38 12
Usia (tahun)
- Usia terkecil 20 19
- Usia tertua 82 70
- Rata-rata 35,10
Lama menderita asma (tahun)
- < 1 2 1
- 2 - 5 3 5
- 6 - 10 6 1
- 11 - 20 10 10
- > 20 4 5
- Tidak diketahui 34
Lama dirawat di rumah sakit (hari)
- < 5 35
- 6 - 10 23
- > 10 2
Penyakit penyerta yang didapat
- Bronkitis kronis 6 dari 60
- Sinusitis 1 dari 60
- Diabetes melitus tipe 2 9 dari 60
- CVD (cardiovascular disease) 11 dari 60
- Infeksi saluran pernapasan atas 7 dari 60
- Infeksi lain 10 dari 60
- Gastritis 8 dari 60
- Gangguan fungsi hati 2 dari 60
- Gangguan fungsi saraf 3 dari 60
Stage pengobatan asma kronis
(Global Initiative for Asthma, 2011)
- Stage 1 15
- Stage 2 2
- Stage 3 3
- Tidak diketahui 2
Tabel 4. Kejadian ADRs Pada Pasien Asma Rawat Inap dan Asma Rawat Jalan
Tabel 5. Kelompok Obat yang Terlibat dalam ADRs yang dialami Pasien Asma Rawat Inap dan Rawat Jalan
Golongan ADRs pada Asma Rawat Inap ADRs pada Asma Rawat Jalan
Obat yang terlibat ADRs yang terjadi TOTAL ADRS yang terjadi TOTAL
dalam ADRs
Xanthin - Aminofilin menyebabkan hipotensi 1 9
- Aminofilin menyebabkan hipertensi 2
- Aminofilin menyebabkan kemerahan kulit 1
- Aminofilin/Theofilin menyebabkan Takikardi 4
- Aminofilin menyebabkan mual 1
dari 2 kasus pada asma rawat inap dan 2 kasus B2-agonis dapat memperparah hipokalemia
pada asma rawat jalan), kemudian kelompok karena memiliki efek hipokalemia. Hipertensi
aminofilin (9 kasus pada asma rawat inap), kor- dilaporkan juga pernah terjadi pada 1% pasien
tikosteroid (5 kasus pada asma rawat inap), dan yang pernah memakai salbutamol pada dosis
antikolonergik (3 kasus pada asma rawat inap) normal (20). ADR berupa pusing yang ditimbulkan
(tabel 5). oleh Salbutamol kemungkinan diakibatkan
Kelompok obat non-terapi asma yang menye- oleh efek relaksasi otot polos dari Salbutamol,
babkan terjadinya ADR sebanyak 13 kasus. Ke- karena stimulasi reseptor 2. Reseptor 2 tidak
lompok obat yang paling banyak menyebabkan hanya terdapat di saluran pernafasan namun
terjadinya ADR adalah diuretik (4 kasus pada juga terdapat di otot tulang dan pembuluh
rawat inap), antibiotik (2 kasus pada asma rawat darah jantung. Stimulasi yang berlebihan
inap), dan penghambat renin (1 kasus pada asma terhadap reseptor 2 (terutama yang terdapat
rawat inap dan 1 kasus pada asma rawat jalan) pada otot polos pembuluh darah jantung) akan
(tabel 5). menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah yang
Golongan xanthin menyebabkan efek hipotensi ada di jantung sehingga dapat menyebabkan
atau hipertensi, karena meningkatkan tingkat tekanan darah turun, salah satu manifestasinya
katekolamin, yang menstimulasir reseptor 2 adalah pusing.
adrenergik vaskular dengan penurunan resis- Ipratropium bromida dapat menyebabkan
tensi pembuluh darah perifer. Vasodilatasi vasodilatasi sehingga terjadi penurunan tekanan
perifer dan hipotensi terjadi pada toksisitas darah yang cukup tajam dan dihasilkan efek
teofilin signifikan. Intraseluler pergeseran hasil hipotensi. Sebagai mekanisme kompensasi, tubuh
kalium dalam hipokalemia (17). Xanthin menye- kita akan meningkatkan denyut jantung sehingga
babkan kemerahan kulit, akibat sensitif terhadap muncul efek takikardia, selain itu ada pula
ethylenediamine salt dalam aminofilin (18). pengaruh dari potensiasi reseptor 2 di jantung
Takikardi yang disebabkan oleh xanthin karena oleh pemakaian salbutamol (20). Dari 60 orang
relaksasi otot polos saluran pernafasan dan juga pasien asma, 40% diantaranya menggunakan
mencegah sel mast di sekitar bronkus untuk kombinasi ipratropium bromida dan salbutamol,
melepaskan senyawa bronkokonstriksi seperti hal inilah yang membuat perlunya pengawasan
histamin dan bradikinin, yang dapat menyebabkan yang lebih terhadap pemakaian kombinasi ini.
bronkospasmodik. Kondisi ini dapat menyebabkan ADRs yang teramati pada pemakaian ipratropium
kontraksi pada jantung dan menurunkan tekanan bromida dan salbutamol adalah ADRs tipe A, yang
darah di arteri paru. Manfaat bronkodilator dapat diprediksi.
xanthine dalam pengobatan asma sering dibatasi Hipokalemia dan hipotensi dapat disebabkan
oleh efek samping mual muntah. Mekanisme karena furosemide, yang merupakan loop diuretic
emesis kemungkinan dengan penghambatan satu yang mensekresi secara aktif melalui sistem
atau lebih bentuk PDE (phosphodiesterase) bukan transpor asam organik nonspesifik kedalam
dari antagonisme adenosin (19). lumen dari ascending limb pada loop henle,
Kortikosteroid menyebabkan peningkatan menyebabkan penurunan reabsorbsi natrium
tekanan darah, dengan menyebabkan retensi dengan kompetisi pada chloride site pada Na+-
Na+, air dan peningkatan ekskresi K+ yang K+-2Cl cotransporter. Medullary hyper-tonicity
dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi dan dikurangi, sehingga menurunkan abilitas ginjal
hipokalemia (19). Hal ini menjadi perhatian untuk mereabsorbsi air (21,22). Furosemide juga
pada pasien asma yang juga mendapat terapi dapat menyebabkan gatal-gatal yang merupakan
antihipertensi karena efek hipo-kalemia akan reaksi alergi di kulit (22).
menjadi semakin parah (20). Epinefrin menyebabkan dada terasa berdebar,
tice and research from around the world, Ann of methyldopa, Indapamide and Theophylline Re-
Pharmacotherapy 2005; 39:539-41. sulting in Prolonged Hypotension, Marked Diure-
10. Asthma Management Handbook. National Asthma sis and Hypokalaemia in An Elderly Patient, Phar-
Council Australia; 2006. macoepidemiol Drug Saf. 2009;18(10): 977-9.
11. Prest MS, Kristianto FC, Tan CK. Reaksi Obat yang 18. Brunton LL, Goodman LS, Blumenthal D, Buxton I,
Tidak Dikehendaki, Dalam Aslam M, Tan CK, Pra Goodman and Gilmans manual of pharmacology
yitno A, ed, Farmasi Klinis: Menuju Pengobatan and therapeutics, 11th ed. McGraw-Hill Professio
Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, PT Elex nal; 2006.
Media Komputindo, Jakarta; 2003. p. 101-107. 19. Ralph E. Howell, William T. Muehsam and Wil-
12. Lee A, Beard K. Adverse Drug Reactions, Churchill liam J. Kinnier. Mechanism for the emetic side
Livingstone, London; 2006. effect of xanthine bronchodilators. Life Sciences
13. Edwards IR, Aronson JK. Adverse Drug Reactions: 1990; 46(8).
Definitions, Diagnosis, and Management. Lancet 20. McEvoy G, Snow E, Miller J, et al. American Society
2000; 356(9237):1255-9. of Health System Pharmacists. Bethesda; 2008.
14. Shastry BS. Pharmacogenetics and the concept of 21. Anderson P. Handbook Of Clinical Drug Data. Mc-
indivi-dualized medicine. The Pharmacogenomics graw-Hill Companies 2002; 10.
Journal 2006; 6: 1621. 22. Lacy C, Armstrong L, Goldman M, Lance L. Drug In-
15. Naranjo CA, Busto U, Sellers EM, Sandor P, et al. A formation Handbook: A Comprehensive Resource
method for estimating the probability of adverse for all Clinicians and Healthcare Professionals.
drug reactions.Clin Pharmacol Ther 1981; 30: Lexi-Comp Inc, United States 2006; 14.
239245. 23. National Endocrine and Metabolic Diseases Infor-
16. Lemeshow S. Besar Sampel dalam Penelitian Kese maton Service: A Service. The Institute of Diabetes
hatan. Yogyakarta. Gajah Mada University Press; and Digestive and Kidney Diseases. NIH; 2005.
1997. p. 55. 24. Sweetman S. Martindale: The Complete Drug Refe
17. Chan TY, Gomersall CD, Cheng CA, Woo J. Overdose rence. USA. Edition. Pharmaceutical Press 2009; 36.
1. Jurnal Farmasi Indonesia menerima tulisan ilmiah berupa laporan hasil penelitian atau telaah pustaka yang berkaitan
dengan bidang kefarmasian.
2. Naskah diutamakan yang belum pernah diterbitkan di media lain, baik cetak maupun elektronik. Jika sudah pernah
disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah hendaknya diberi keterangan yang jelas mengenai nama, tempat, dan
tanggal berlangsungnya pertemuan tersebut.
3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia baku atau bahasa Inggris dengan huruf Cambria 11, disusun dengan
sistematika sebagai mana yang disarankan di bawah ini.
4. Judul dalam dua bahasa Indonesia dan Inggris, ditulis dengan huruf kapital diikuti huruf kecil, bold, singkat dan jelas
mencerminkan isi tulisan, tidak lebih dari 14 kata (bahasa Indonesia) atau 10 kata (bahasa Inggris).
5. Nama penulis tanpa gelar, diberi nomor superscript, diikuti alamat instansinya masing-masing dan sebutkan alamat
korespondensi kepada penulis lengkap dengan alamat e-mail.
6. Abstrak dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, masing-masing maksimum 200 kata, dilengkapi dengan kata
kunci (Keywords) 3-5 kata.
7. Isi/Batang Tubuh:
a. Untuk tulisan berupa artikel hasil penelitian (research article), disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Pendahuluan, Metodologi Penelitian (meliputi bahan, alat dan cara kerja), Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan
dan Saran, serta ucapan terima kasih.
b. Untuk tulisan bukan berupa laporan hasil penelitian (tinjauan pustaka atau komunikasi singkat), disusun dengan
sistematika sebagai berikut: Pendahuluan, bagian-bagian sesuai topik tulisan, serta Penutup berupa kesimpulan
dan saran, serta ucapan terima kasih.
8. Daftar Pustaka ditulis berurutan dengan nomor arab (1, 2, 3, dst.), sesuai urutan kemunculannya dalam naskah,
ditulis secara konsisten menurut ketentuan dalam Cummulated Index Medicus dan/atau Uniform Requirements for
Manuscripts Submitted to Biomedical Journal (Ann Intern Med 1979; 90: 95-99).
9. Singkatan nama jurnal mengikuti ketentuan dalam Index Medicus; untuk nama jurnal yang tidak tercantum dalam
Index Medicus harap tidak disingkat.
1. Contoh: Cefalu WT, Padridge WM. Restrictive transport of a lipid-soluble peptide (cyclosporin) through the
blood-brain barrier. J Neurochem 1985; 45; 1954-1956.
10. Sitasi/rujukan kepustakaan dilakukan dengan sistem nomor yang diletakkan dalam tanda kurung.
2. Contoh: .........disusun oleh protein-protein membran, antara lain kadherin (5).
11. Cara penulisan:
a. Halaman judul diketik di awal naskah terdiri dari judul, nama penulis dan afiliasinya serta nama dan alamat
lengkap corresponding author.
b. Naskah diketik 1 spasi tidak bolak balik, ukuran kertas A4 dengan margin atas 4 cm, bawah 3 cm, kiri 4 cm, kanan
3 cm, minimum 8 halaman, maksimum 14 halaman tidak termasuk gambar/foto atau tabel.
c. Tabel harus utuh, jelas terbaca, dibuat dengan format tabel pada Microsoft Word diletakkan terpisah pada
halaman setelah daftar pustaka, diberi judul dan nomor tabel dengan angka arab 1, 2, 3... dst.
d. Gambar dibuat dengan format TIFF, JPG, JPEG, atau BMP, atau format Microsoft Excel/scatter plot untuk grafik,
dikirimkan tersendiri dalam file terpisah dengan keterangan yang jelas diberi nama file sesuai dengan nomor
urut gambar.
e. Judul gambar ditulis dalam format MS Word setelah halaman Tabel. Judul gambar dinomori dengan angka arab
(1,2,3,... dst).
12. Naskah dapat dikirim dalam bentuk cetakan (hard copy) dan berkas elektronik (dalam bentuk CD) melalui pos/
kurir atau diantar sendiri ke sekretariat jurnal. Berkas elektronik dapat dikirim melalui email ke alamat jfi@
ikatanapotekerindonesia.net atau jurnalfarmasiindonesia@gmail.com. Naskah dapat juga dikirimkan secara online
melalui jfi.iregway.com.
13. Naskah yang diterima akan disaring oleh Redaksi/Editor, kemudian direview oleh Mitra Bestari. Apabila diperlukan,
naskah akan diberi catatan dan dikembalikan kepada penulis untuk direvisi, untuk selanjutnya dikirimkan kembali
secara utuh kepada redaksi jurnal untuk diterbitkan.
14. Untuk penelitian klinis yang menggunakan subyek manusia, disertakan Ethical clearance.
1. Jurnal Farmasi Indonesia received the scientific papers in the form of research article or literature review related to the
field of pharmacy.
2. Preferred manuscript is that the paper has never been published in other media, both printed and electronic. If it has
ever been presented in a scientific meeting, a clear explanation of the name, place and date of the meeting should be
given.
3. Manuscripts are written in standard Indonesian or English with Cambria 11, compiled by systematics as described
below.
4. The title is written in a capital letter followed by lowercase letters, bold, not more than 14 words (Indonesian) or 10
words (English), concise and clearly reflect the content of the manuscript.
5. The authors name should be written without title, given the superscript numbers, followed by the affiliation and specify
complete address of corresponding author by e-mail address.
6. Abstract should be written in English and Indonesian respectively , with a maximum of 200 words, equipped with 3-5
keywords.
7. Contents / Body:
a. A research article should compile by the systematics as follows: Introduction, Research Methodology (includes
materials, equipment, and methods), Results and Discussion, Conclusions and Recommendations, as well as
acknowledgement.
b. A literature review or short communication) should follow systematics as Introduction, the sections of sub topics,
and Conclusions and/ or Recommendations, as well as acknowledgement.
8. References are written sequentially with Arabic numbers (1, 2, 3, ..), in the order of it appearance in the manuscript. It
should be written consistently in accordance with the Index Medicus Cummulated and / or the Uniform Requirements
for Manuscripts Submitted to Biomedical Journal (Ann Intern Med 1979; 90: 95-99).
9. Journal abbreviations should follow the provisions in Index Medicus; For journal that are not listed in Index Medicus
should not be abbreviated.
Example: Cefalu WT, Padridge WM. Restrictive transport of a lipid-soluble peptide (cyclosporin) through
the blood-brain barrier. J Neurochem 1985; 45; 1954-1956.
10. Citation should be written with Arabic number and placed in brackets.
Example: ......... compiled by membrane proteins, among others kadherin (5).
11. Guidance for writing:
a. Typed the title page at the beginning of the script consists of title, authors name and affiliation as well as the name
and complete address of corresponding author.
b. Typed the manuscript in 1 spacing in A4 paper with a top margin of 4 cm, bottom 3 cm, left 4, and right 3 cm. The
manuscript may consist of minimum of 8 pages and maximum of 14 pages excluding images/pictures or tables.
c. Tables must be intact, clearly legible, in Microsoft Word format, placed separately on the page after the list of
references, given the title and number of tables with Arabic numbers (1, 2, 3 ...).
d. Images/Figures should be made with the format of TIFF, JPG, JPEG, or BMP, or Microsoft Excel format/scatter plot
for graphic, submit ted in a separate file with a clear description of the file named according to the number of
Figures.
e. Figure legends should be written in MS Word format after the page of tables. Figure legends are numbered with
Arabic numbers (1,2,3, ... ).
12. Manuscripts can be submitted in hard copy and electronic version (on CD) by post /courier or delivered to the
secretariat of the journal by hand. Electronic files can be sent via email to jfi@ikatanapotekerindonesia.net or
jurnalfarmasiindonesia@gmail.com. Manucripts can also be submitted online through jfi.iregway.com.
13. Manuscript received will be screened by the Editor, and then reviewed, the manuscripts may be returned to the author
and noted to be revised, and be sent back to the editor for decision of acceptance for publication.
14. For clinical research using human subjects should include Ethical clearance.