Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

Seni Kriya Nusantara


BATIK

Oleh :
1.Ayu Fatmawati
2.Fajar Fanani
3.Jullya Ayu Firdausy
4.M. Wahyulil Ikhsan

Madrasah Aliyah Negeri


Jombang
Tahun Pelajaran 2012-2013
BATIK
A. Sejarah Batik Indonesia
Kata batik berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa yaitu amba yang
mempunyai makna menulis dan titik yang mempunyai makna titik. Di Indonesia batik
dipercaya telah ada semenjak zaman Majapahit, dan sangat popular akhir abad XVII
atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan adalah batik tulis sampai awal abad XX dan
batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an. Meskipun kata
batik sendiri berasal dari bahasa Jawa namun kehadiran batik di Jawa sendiri tidak
tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa seni membatik kemungkinan diperkenalkan
dari India atau Srilangka pada abad ke 6 atau abad ke 7. Namun, disisi lain J.L.A.
Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa
tradisi membatik sendiri berasal dari daerah Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua.

G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-
12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa
dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting
ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Detail ukiran kain yang menyerupai pola batik
dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad
ke-13. Detail pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit
yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini
menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan
canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.

Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan


Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke
India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada
setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri
kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya
mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Oleh beberapa
penafsir, serasah itu ditafsirkan sebagai batik. Dalam literatur Eropa, teknik batik ini
pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas
Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon
menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel
memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke
Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai
masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun
1900, Batik Indonesia memukau publik dan seniman.
B. Filosofi Batik Indonesia
Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya dan masih dipakai dalam upacara-
upacara adat, karena masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Filosofi yang terkandung dalam seni membatik bisa kita gali dan kembangkan dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagaimana pola kehidupan masyarakat Jawa yang menjunjung
tinggi nilai-nilai kekeluargaan, kegotongroyongan, kebersamaan, toleransi, dan budi
pekerti, kesenian batik juga kental oleh nilai-nilai luhur yang patut kita serap. Dari
proses pembuatan batik hingga pada pemilihan corak dan motif Batik bisa kita ambil
banyak pelajaran. Pembuatan Batik, khususnya batik tulis, yang memakan waktu cukup
lama sampai 3 bulan mengandung makna kesabaran, ketelitian, dan ketelatenan. Dengan
kesabaran, ketelitian, dan ketelatenan hasil yang didapat pun maksimal. Keindahan dan
kualitas seni Batik buah dari kesabaran, ketelitian, dan ketelatenan. Hal ini bisa juga
diterapkan pada bidang pekerjaan lainnya.

Bahan-bahan dasar pembuatan Batik yang terdiri dari kain putih (mori), malam,
canting, dan pewarna mengandung filosofi keberagaman. Kain putih yang dijadikan
media pembuatan Batik yang tadinya polos diisi dengan pola gambar beragam. Setelah
dilukis dengan bahan malam cair melalui alat berupa canting, terwujudlah pola diagonal
dan simetris yang impresif. Setelah pembuatan pola gambar jadi, baru kemudian dicelup
dengan pewarna. Proses pencampuran warna inilah yang menghasilkan gambar Batik
yang indah dan bernilai seni tinggi. Dalam kehidupan ini keberagaman adalah
keniscayaan. Kita mesti bisa menerima perbedaan dan keberagaman yang ada di tengah
masyarakat dengan perasaan saling menghormati dan bertoleransi. Seperti yang termuat
dalam seni Batik Indonesia. Keindahan seni Batik justru terletak pada keberagaman
corak, warna, dan motif yang dikembangkan. Meski melewati masa dan jaman yang
berganti nilai-nilai keberagaman ini tidak bisa kita tinggalkan. Kita justru akan lebih
kuat dan bersatu dengan keberagaman yang sudah menjadi jati diri bangsa Indonesia.

Pola gambar yang terdapat dalam Batik Indonesia lebih banyak menggunakan garis
lengkung, walau pun ada juga gambar berupa garis simetris dan lancip. Pola garis
lengkung ini mengandung makna keluwesan. Bahwa manusia Indonesia itu luwes
memang. Keluwesan disini menyiratkan sifat ramah, santun, pandai membawa diri,
semanak, lembut, bersahabat, toleran, dan mampu menahan gejolak. Keluwesan bisa
meredam amuk amarah. Dalam kehidupan ini kita kerap dihadapkan pada tindakan yang
bercorak radikal dan anarkhis dengan simbol lancip atau garis lurus tajam. Namun
dengan sifat keluwesan yang disimbolisasi dalam garis lengkung, kita bisa meredam dan
menahan tindakan destruktif itu. Kita bisa menggunakan sifat luwes ini sebagai ciri
kepribadian kita sebagai bangsa berbudaya, beradab, dan menjunjung tinggi nilai-nilai
moral-etika.
C. Alat dan Bahan
1. Kain Polos, sebagai bahan yang akan diberi motif atau gambar. Bahan kain
tersebut umumnya berupa kain mori, primissima, prima, blaco, dan baju
kaos.

2. Malam, bahan untuk membuat motif sekaligus sebagai perintang masuknya


warna ke serat kain (benang).

3. Bahan perwarna, berguna untuk mewarnai kain.

4. Canting dan kuas, berguna untuk menorehkan lilin pada permukaan kain.

5. Kuas, berguna untuk menutup malam pada permukaan kain yang lebar.

D. Cara Pembuatan
Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas

yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti

sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan

cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus,

atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam

serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna

yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian

dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa

kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia

untuk melarutkan lilin.

Anda mungkin juga menyukai