Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010

Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

PENERAPAN MANAJEMEN LALULINTAS UNTUK MENINGKATKAN


KINNERJA RUAS JALAN

J. Dwijoko Ansusanto
dwiyoko@mail.uajy.ac.id
Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Abstrak
Kota-kota di Indonesia saat ini mengalami pertumbuhan jumlah lalu-lintas akibat pertambahan
kendaraan bermotor yang cukup tinggi. Dari tahun ke tahun angka kepemilikan kendaraan mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Dari sisi pemerintah selaku penyedia infrastruktur mengalami
kendala dalam meningkatkan penyediaan infrastruktur jalan karena keterbatasan anggaran. Karena
keterbatasan tersebut maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan
melakukan manajemen lalulintas perkotaan sehingga suatu ruas jalan tetap menjalankan fungsinya
dengan baik.
Pada penelitian ini dibahas prediksi kinerja suatu ruas jalan Godean di Kabupaten Sleman Yogyakarta
untuk beberapa tahun ke depan. Hasilnya adalah adanya penurunan kualitas layanan akibat
menurunnya kapasitas jalan dan meningkatnya volume lalulintas, sehingga dicari alternatif terbaik
untuk meningkatkan kualitas pelayanan sehingga mendekati kondisi semula. Dari hasil analisis
menggunakan MKJI 1997 diperoleh derajat kejenuhan (v/c ratio) pada lokasi studi pada saat ini
adalah 0,55 dan akan meningkat menjadi 0,86 pada tahun 2020 yang diakibatkan oleh meningkatnya
volume lalulintas serta hambatan samping yang terjadi. Kondisi ini tidak memenuhi syarat sesuai
MKJI. Untuk mengatasi hal itu maka dilakukan beberapa alternatif solusi. Solusi yang ditawarkan
berupa manajemen lalulintas serta perbaikan infrastruktur. Dari beberapa alternatif tersebut dipilih
yang paling menguntungkan. Dari sisi kualitas lingkungan disarankan untuk dilakukan peningkatan
kualitas layanan angkutan umum sehingga prediksi volume lalulintas tersebut tidak terjadi. Pengguna
akan memilih angkutan umum, sehingga penggunaan kendaraan pribadi berkurang yang akhirnya
mengurangi polusi gas buang kendaraan bermotor.
Kata kunci: kapasitas, derajat kejenuhan, kualitas pelayanan, MKJI 1997

PENDAHULUAN
Kinerja ruas jalan Godean terutama pada jam-jam sibuk di pagi, siang dan sore hari
semakin hari semakin menurun, dikarenakan banyaknya kendaraan tidak bermotor,
kendaraan yang keluar masuk ke ruas jalan Godean, dan angkutan umum yang berhenti
menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat. Penelitian ini mengambil
lokasi di ruas jalan Godean, yang merupakan ruas jalan yang memiliki volume lalu lintas
yang cukup tinggi dan sangat komplek permasalahan. Jalan Godean termasuk kelas jalan
kolektor yang menghubungkan Yogyakarta dan Godean dimana jalur ini digunakan
masyarakat untuk transportasi antara Yogyakarta dan Godean, ruas jalan ini termasuk tipe
jalan perkotaan dua-lajur dua-arah (2/2 UD).

Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis kinerja ruas jalan di jalan
godean kilometer 6 sampai kilometer 7 ditinjau dari:
1. kapasitas ruas jalan Godean KM 6 KM 7
2. derajat kejenuhan
3. hambatan samping ruas jalan Godean KM 6 KM 7
4. tingkat pelayanan untuk kondisi saat ini
5. memprediksi kapasitas dan derajat kejenuhan untuk 10 tahun mendatang,
sehingga apabila ruas jalan tersebut mempunyai tingkat pelayanan yang rendah,
dapat dilakukan usaha pelebaran jalan.

1
SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010
Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

Manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi teknis tentang
kinerja ruas jalan Godean KM 6 - KM 7 untuk mengantisipasi pertumbuhan arus lalu lintas
yang terjadi di ruas jalan tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Jalan Perkotaan
Jalan merupakan prasarana penghubung darat dalam berbagai bentuk, meliputi
segala bagian jalan termasuk bagian pelengkap dan perlengkapannya yang diperlukan bagi
lalu lintas (Dirjen Bina Marga, 1983).
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997) ruas jalan dibagi menjadi:
1. jalan perkotaan/semi perkotaan: mempunyai perkembangan secara permanen dan
menerus sepanjang jalan, minimal pada satu sisi jalan saja, apakah berupa
perkembangan lahan atau bukan. Jalan di atau dekat pusat perkotaan dengan penduduk
lebih dari 100.000 selalu digolongkan dalam kelompok ini. Jalan di daerah perkotaan
dengan penduduk kurang dari 100.000 juga digolongkan dalam kelompok ini jika
mempunyai perkembangan samping jalan yang permanen dan menerus.
2. jalan luar kota: Tidak ada perkembangan yang menerus pada setiap sisi jalan, walaupun
mungkin terdapat beberapa perkembangan permanen seperti rumah makan, pabrik, atau
perkampungan.

Arus Lalu Lintas Dinamis


Menurut Ofyar Z. Tamin (2000) arus lalu lintas berinteraksi dengan sistem jaringan
transportasi. Hal ini terlihat apabila arus lalu lintas meningkat pada ruas jalan tertentu, maka
waktu tempuh pasti bertambah (karena kecepatan menurun).
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997) kapasitas adalah arus lalu
lintas (stabil) maksimum yang dapat dipertahankan pada kondisi tertentu (geometri,
distribusi arah dan komposisi lalu lintas dan faktor lingkungan). Ofyar Z. Tamin (2000)
menjelaskan bahwa hubungan arus dengan waktu tempuh (kecepatan) tidaklah linier. Hal ini
terlihat pada kendaraan saat arus rendah akan menyebabkan penambahan waktu tempuh
yang kecil jika dibandingkan dengan penambahan kendaraan pada saat arus tinggi.

Karakteristik Lalu Lintas


Oglesby (1998) menjelaskan bahwa pada volume lalu lintas yang hanya sedikit
mengalami gangguan dari kendaraan lain, pengemudi dapat bergerak dengan kecepatan
arus bebas tetapi pada saat volume lalu lintas meningkat interferensi antar kendaraan
menyebabkan turunnya kecepatan kendaraan.
Menurut Hobbs (1995) arus lalu lintas tersusun mula-mula dari kendaraan tunggal
yang terpisah, bergerak menurut kecepatan yang dikehendaki oleh pengemudinya tanpa
halangan dan berjalan tidak bergantung pada kendaraan lainnya karena perbedaan
kecepatan. Kendaraan yang lebih cepat akan terus mendekati kendaraan yang lebih lambat
namun bila keadaan lalu lintas menghalangi kendaraan untuk mendahului maka terbentuklah
antrian yang bergerak. Antrian semakin panjang dan membagi kelompok-kelompok kesatuan
sampai semua kendaraan membentuk satu arus tunggal.
Morlok (1978) menjelaskan bahwa ada dua karakteristik penting dalam penilaian
pelayanan lalu lintas suatu ruas jalan yaitu kapasitas dan hubungan antara kecepatan dan
volume yang melewati ruas jalan tersebut. Dalam konsep arus lalu lintas dinyatakan bahwa
kecepatan rata-rata ruang lebih cocok untuk menganalisa arus lalu lintas. Tingkat pelayanan
merupakan fungsi dari kecepatan/waktu perjalanan dan rasio antara volume terhadap
kapasitas.

2
SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010
Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

Tingkat Pelayanan Ruas Jalan


Menurut Peraturan Menteri Perhubungan nomor: KM 14 tahun 2006 tentang
manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan, tingkat pelayanan ruas jalan diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. tingkat pelayanan A dengan kondisi:
a. arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi
b. kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat dikendalikan
oleh pengemudi berdasarkan batasan kecepatan maksimum/minimum dan kondisi
fisik jalan
c. pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang diinginkanya tanpa atau
dengan sedikit tundaan
2. tingkat pelayanan B dengan kondisi:
a. arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai dibatasi oleh
kondisi lalu lintas
b. kepadatan lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas belum mempengaruhi
kecepatan
c. pengemudi masih punya cukup kebebasan untuk memilih kecepatannya dan lajur
jalan yang digunakan
3. tingkat pelayanan C dengan kondisi:
a. arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan kendaraan dikendalikan oleh volume
lalu lintas yang tinggi
b. kepadatan lalu lintas sedang karena hambatan internal lalu lintas meningkat
c. pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah lajur atau
mendahului
4. tingkat pelayanan D dengan kondisi:
a. arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan kecepatan masih
ditolerir namun sangat terpengaruh oleh perubahan kondisi arus
b. kepadatan lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu lintas dan hambatan
temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang besar
c. pengemudi memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam menjalankan
kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi kondisi ini masih dapat ditolerir untuk
waktu yang singkat
5. tingkat pelayanan E dengan kondisi:
a. arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan D dengan volume lalu lintas
mendekati kapasitas jalan dan kecepatan sangat rendah
b. kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi
c. pengemudi mulai merasakan kemacetan-kemacetan durasi pendek
6. tingkat pelayanan F dengan kondisi:
a. arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang
b. kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi kemacetan
untuk durasi yang cukup lama
c. dalam keadaan antrian, kecepatan maupun volume turun sampai 0

Tingkat pelayanan yang diinginkan pada ruas jalan pada sistem jaringan jalan sekunder
sesuai fungsinya untuk:
1. jalan arteri sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya C
2. jalan kolektor sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya C
3. jalan lokal sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya D
4. jalan lingkungan, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya D

3
SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010
Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

Tabel 1 Tingkat Pelayanan Untuk Jalan Arteri Sekunder dan Kolektor Sekunder
Tingkat pelayanan Karakteristik operasi terkait
o arus bebas
A o kecepatan rata-rata perjalanan 80 km/jam
o V/C ratio 0.6
o arus stabil
B o kecepatan perjalanan rata-rata turun s/d 30 km/jam
o V/C ratio 0.7
o arus stabil
C o kecepatan perjalanan rata-rata turun s/d 30 km/jam
o V/C ratio 0.8
o mendekati arus tidak stabil
D o kecepatan perjalanan rata-rata turun s/d 25 km/jam
o V/C ratio 0.9
o arus tidak stabil, terhambat, dengan tundaan yang tidak
dapat ditolerir
E
o kecepatan perjalanan rata-rata sekitar 25 km/jam
o volume pada kapasitas
o arus tertahan, macet
F o kecepatan perjalanan rata-rata < 15 km/jam
o V/C ratio permintaan melebihi 1
Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan no: KM 14 tahun 2006

METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan Data
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini didapat dari data primer dan data sekunder.
1. Data primer
Observasi awal, yaitu pengamatan visual terhadap data arus lalu lintas, fasilitas
secara umum dan karakteristik geometrik jalan, adapun karakteristik geometrik jalan
Godean KM 6 - KM 7 sebagai berikut:
a. tipe jalan = jalan dengan 2 lajur dua-arah (2/2 UD)
b. lebar jalan = 7 meter
c. median = tidak ada
d. kereb = tidak ada
e. tipe alinyemen = datar
f. tipe lingkungan = gedung pemerintahan dan pertokoan
2. Data sekunder
Data sekunder berupa data jumlah penduduk dari Badan Pusat Statistik (BPS) daerah
Yogyakarta. Data ini untuk menentukan jenis ukuran kota. Ukuran kota merupakan
salah satu parameter yang digunakan dalam menganalisis hambatan samping dengan
menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997).

Langkah Penelitian
Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Survei Awal
2. Penentuan Titik Lokasi Penelitian
3. Survei Geometrik
4. Survei Volume Lalulintas
5. Survei Hambatan Samping
6. Survei Waktu Tempuh

Lokasi penelitian dipilih pada ruas jalan Godean Km. 6 sampai Km.7 dengan pertimbangan
volume lalulintas yang cukup tinggi dan menunjukkan jecenderungan meningkat dari tahun
ke tahun. Denah lokasi penelitian serta penempatan survaior ditunjukkan dalam gambar 1.

4
SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010
Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

Gambar 1. Lokasi Penelitian

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS


Prediksi Jumlah Penduduk dan Volume Lalu Lintas
Hasil penelitian di lokasi yang ditetapkan mendapatkan bahwa untuk saat ini kinerja
ruas jalan tersebut masih dirasa cukup baik. Hal tersebut tercermin dari nilai derajat
kejenuhan DS masih dibawah 0,75 seperti yang disyaratkan dalam MKJI. Namun
pertumbuhan wilayah tersebut sangat pesat, yang ditunjukkan dengan prediksi pertumbuhan
jumlah penduduk yang mencapai 2,9% per tahun, maupun pertumbuhan lalulintas yang
mencapai 8,4% pertahun. Atas dasar hal tersebut maka perencanaan analisis dilakukan
untuk periode 2010 2020.

Gambar 2. Prediksi Jumlah Penduduk Sleman

Jumlah pertumbuhan penduduk kabupaten Sleman menurut Biro Pusat Statistik tumbuh
sebesar 2,9% per tahun sehingga diprediksi secara linier jumlah penduduk Sleman sampai
2020 seperti ditunjukkan dalam gambar 2 tersebut.
Data volume lalulintas tahun 2008 2009 dari Dinas Perhubungan Kabupaten Sleman
digabung dengan data primer hasil survai diperoleh angka tingkat perumbuhan lalulintas
sebesar 8,4% per tahun. Kemudian angka tersebut dipergunakan untuk proyeksi lalulintas
sampai tahun 2020. Data ini kemudian akan dipergunakan dalam analisis menentukan
tingkat pelayanan dan derajat kejenuhan setiap tahun pada ruas jalan di lokasi penelitian.
Selanjutnya data proyeksi lalulintas dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

5
SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010
Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

Gambar 3. Prediksi Volume Lalulintas

Kondisi Kinerja Ruas Jalan


Pada tahun 2020 dengan mengikuti trend pertumbuhan lalu lintas maka kinerja ruas
jalan akan menurun. Hasil hitungan untuk DS tahun 2010 ini menghasilkan nilai sebesar 0,55
dan tingkat pelayanan C. Namun pada rentang waktu 10 tahu ke depan yaitu tahun 2020,
kinerja akan semakin turun ditunjukkan dengan nilai DS semakin tinggi yaitu rata-rata 0,84
yang artinya sudah diatas batas atas sebesar 0,75. Demikian juga dengan tingkat pelayanan
turun menjadi D.
Meskipun waktu yang dipakai sebagai proyeksi kelihatannya cukup lama yaitu 10
tahun, namun jika tidak direncanakan dengan matang maka akan menjadi kesulitan dalam
membuat perencanaan secara singkat. Maka dari penelitian ini dilakukan kajian dari
beberapa alternative yang dapat dipertimbangkan dalam mengatasi masalah yag akan
dihadapi di waktu yang akan datang.

Alternatif penyelesaian masalah


Alternatif 1. Mengurangi hambatan samping.
Hambatan samping yang ada di lokasi adalah berupa kendaraan keluar masuk pertokoan dan
warung di trotoir. Pengurangan hambatan samping akan menemui kendala berupa:
a. sisi masyarakat (pengguna jalan): tingkat kesadaran dari pengguna jalan masih
rendah, karena ada larangan parkir akses lahan parkir akan berkurang.
b. sisi pemerintah: biaya yang dikeluarkan cukup besar, menyediakan akses lahan
parkir, perlu adanya pengawasan.

Alternatif 2. Membuat jalan 1 arah.


Jalan Godean pada lokasi penelitian dibuat searah dengan arah ke Timur menuju Ringroad,
dengan akses dari jalan di sekitarnya. Kekurangan dan alternatif ini adalah:
a. sisi masyarakat (pengguna jalan): akan menambah jarak tempuh, waktu yang
diperlukan semakin lama, biaya yang dikeluarkan akan bertambah.
b. sisi pemerintah: tidak mengeluarkan biaya, perlu adanya sosialisasi terlebih dahulu,
tidak perlu ada pengawasan.

Alternatif 3. pelebaran jalan.


Jika pemerintah mempunyai dana untuk melebarkan jalan maka upaya ini tidak
memberatkan masyarakat dan alternatif ini dapat mengakomodasi semua kepentingan.
Kelebihan dan kekurangan alternatif ini:
a. sisi masyarakat (pengguna jalan): tidak mengeluarkan biaya lebih, tidak perlu
memutar terlebih dahulu sehingga jarak tempuh dan waktu tidak bertambah
b. sisi pemerintah: biaya yang dikeluarkan sangat besar, dan waktu pengerjaannya akan
memakan waktu yang relatif lama.

6
SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010
Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

Tabel 2. Analisis Hasil Penelitian


Alternatif I
Alternatif II Alternatif III
Parameter Kondisi Tahun 2020 (Mengurangi hambatan
(Jalan 1 arah) (Pelebaran jalan)
samping)
Titik I : 2134,56 Titik I : 2134,56 Titik I :
1067,28 Titik I : 2134,56
Q
Titik II : 2087,54 Titik II : 2087,54 Titik II :
1043,77 Titik II : 2087,54
Titik I : 2494 Titik I : 2697 Titik I2494: Titik I : 3371,25
C
Titik II : 2494 Titik II : 2697 Titik II
2494: Titik II : 3371,25
Titik I : 0,86 Titik I : 0,79 Titik I0,43: Titik I : 0,63
DS
Titik II : 0,84 Titik II : 0,77 Titik II
0,42: Titik II : 0,62
LOS D D B C
Biaya murah,
Penurunan DS
Kelebihan Penurunan DS kecil Penurunan DS
sedang
paling besar
Meningkatkan
kesadaran dan Jarak tempuh
Kekurangan Biaya mahal
kedisiplinan pengguna bertambah
jalan

Dampak Terhadap Lingkungan


Dari alternatif yang ditawarkan semuanya mempunyai dampak terhadap aspek sosial,
ekonomi dan lingkungan. Lokasi tersebut adalah jalan dengan banyak terdapat toko dan
merupakan kawasan perdagangan serta juga merupakan kawasan tempat tinggal. Maka
menjadi kesulitan apabila membatasi akses keluar masuk kendaraan sepanjang ruas jalan
tersebut.
Dengan pelebaran jalan maka hanya akan menambah kapasitas jalan, sedangkan
volume kendaraan keluar masuk akan tetap, bahkan bias meningkat seiring dengan
meningkatnya kapasitas perekonomian setempat. Kinerja ruas jalan akan membaik untuk
sementara waktu, kemudian akan menarik volume lalulintas lebih banyak lagi, akibatnya
kinerja ruas jalan akan kembali turun.
Dengan membuat jalan menjadi satu arah, maka akan memaksa kendaraan akan
berputar, konsumsi bahan bakar meningkat, polusi udara juga bertambah. Volume
kendaraan akan beralih ke ruas jalan lain di sekitarnya.
Solusi yang lebih baik adalah meningkatkan layanan angkutan umum dengan
kapasitas besar dan frekuensi teratur. Upaya ini dirasa tidak mudah karena masyarakat
sudah terbiasa mencukupi kebutuhan transportasinya secara mandiri. Namun apabila upaya
ini berhasil maka akan mempunyai dampak menguntungkan dari sisi lingkungan. Polusi
udara akan dapat dikurangi secara signifikan.

KESIMPULAN
Dalam mengatasi masalah lalulintas jangka panjang maka upaya manajemen
lalulintas yang menguntungkan dipilih sebagai solusi yang menguntungkan banyak pihak.
Dalam penelitian ini, solusi utuk mengurangi hambatan samping berupa kendaraan parkir di
badan jalan, kendaraan keluar masuk, pejalan kaki, kendaraan lambat, dianggap tidak
menguntungkan. Dampak dari sisi sosial sangat banyak namun hasil yang diperoleh tidak
cukup berarti.
Membuat jalan menjadi satu arah merupakan solusi mampu menekan derajat
kejenuhan dengan nilai paling tinggi. Hanya saja masyarakat harus membayarnya dengan
jarak tempuh yang semakin jauh, sehingga konsumsi bahan bakar menjadi lebih tinggi. Dari
sisi pemerintah biaya yang dikeluarkan cukup kecil.
Pelebaran jalan merupakan solusi yang mampu menurunkan derajat kejenuhan tanpa
membebani masyarakat. Biaya pembangunan dikeluarkan oleh pemerintah. Memang
dampaknya positifnya tidak setinggi alternatif 2 namun sudah cukup mengurangi derajat
kejenuhan.

7
SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010
Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

Dari sisi lingkungan ketiga alternatif belum mampu mengurangi polusi udara secara
berarti. Lalulintas tidak terkurangi samasekali, hanya dipindahkan. Yang paling baik adalah
dengan menyediakan layanan angkutan umum dengan kualitas baik. Sehingga masyarakat
mau berpindah menggunakan angkutan umum. Volume lalulintas berkurang, polusi akan
berkurang.

Saran
Meskipun ditawarkan beberapa pilihan untuk mengatasi masalah, namun semuanya
tidak berpengaruh terhadap peningkatan kualitas lingkungan. Saran dari penelitian ini adalah
upaya pemerintah maupun swasta untuk menyediakan dan meningkatkan kinerja pelayanan
angkutan umum, sehingga pengguna kendaraan banyak yang berpindah menggunakan
angkutan umum.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Direktorat Jenderal Bina Marga.
Dirjen Bina Marga dan Direktorat Bina Jalan Kota, 1983, Tata Cara Pelaksanaan Survei
Perhitungan Lalulintas Cara Manual, Jakarta.
Hobbs, 1995, Perencanaan Transportasi dan Lalulintas Edisi Kedua, Penerbit Gadjah Mada
University Press.
Makridakis, S . dkk, 1992, Metode dan Aplikasi Peramalan, Penerbit Erlangga Jakarta.
Morlok, E.K., 1998, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Erlangga, Jakarta.
Munawar, A., 2004, Manajemen Lalu Lintas Perkotaan, Bette Offset, Yogyakarta.
Oglesby Hicks, 1998, Teknik Jalan Raya, Erlangga, Jakarta.
Peraturan Menteri Perhubungan No: KM 14, 2006, Tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu
Lintas di Jalan, Jakarta.
Sukirman, Silvia, 1994, Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Nova, Bandung.
Tamin, O.Z., 2000, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai