Anda di halaman 1dari 10

Konjungtivitis Akut et causa Virus

Pendahuluan
Mata adalah organ penglihatan yang sangat kompleks, menerima dan mengirimkan data ke
korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan
citra visual. Konjungtiva merupakan membran mukus yang tipis dan transparan yang melapisi
bagian dalam kelopak mata (palpebra) dan berlanjut ke batas korneosklera permukaan anterior
bola mata. Permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva palpebra. Bagian yang membelok
dan kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini banyak
sekali kelenjar-kelenjar limfe dan pembuluh darah.
Peradangan konjungtiva disebut konjungtivitis. Salah satu penyakit yang dapat menyerang
indra penglihatan yaitu konjungtivitis. Sedangkan pengertian konjungtivitis adalah inflamasi
konjungtiva yang ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata nampak
merah, sehingga sering disebut juga sebagai mata merah. Menurut sumber lainnya, konjungtivitis
atau mata memerah adalah salah satu penyakit mata yang bisa mengganggu penderitanya
sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan si penderita.
Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun.
Konjungtivitis biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus. Penularan terjadi ketika seorang yang
sehat bersentuhan dengan seorang penderita atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita
tersebut. Oleh karena itu, maka kita harus memahami tentang penyakit konjungtivitis agar dapat
memutus mata rantai dari penularannya.

Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis) atau dengan keluarga pasien
atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis). Selain pengetahuan
kedokterannya, seorang dokter diharapkan juga mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan
membina komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarganya untuk mendapatkan data yang
lengkap dan akurat dalam anamnesis. Lengkap artinya mencakup semua data yang diperlukan
untuk memperkuat ketelitian diagnosis, sedangkan akurat berhubungan dengan ketepatan atau
tingkat kebenaran informasi yang diperoleh.1

Pada anamnesis, ditanyakan nama, umur, jenis kelamin, keluhan utama, riwayat penyakit
dahulu, riwayat penyakit sekarang, riwayat sosial, riwayat keluarga, dan riwayat obat. 1,2
1. Keluhan Utama dan Sejak Kapan Keluhan Tersebut
2. Riwayat Penyakit Sekarang

1|
a. Menanyakan karakter keluhan utama
Apakah terdapat mata merah?
Apakah bagian putih mata tertutup oleh darah?
Apakah terdapat rasa nyeri pada mata tersebut?
Apakah terdapat penurunan ketajaman penglihatan? (penglihatan menjadi buram).
b. Menanyakan perkembangan atau perburukan keluhan utama
Apakah selama mulai sakit sampai pergi ke dokter makin membaik atau
memburuk?
c. Menanyakan kemungkinan adanya faktor pencetus keluhan utama
Apakah terkena debu, asap, atau panas matahari?
Apakah mengalami trauma seperti terjatuh atau terpukul?
Apakah mengalami kecelakaan sebelumnya?
d. Menanyakan keluhan-keluhan penyerta
Apakah terdapat sesuatu yang mengganjal pada bagian mata?
Apakah ada demam saat mengalami kejadian tersebut?
Apakah ada gejala pusing dan sakit kepala saat kejadian tersebut?

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pada riwayat penyakit dahulu, perlu ditanyakan oleh karena terdapat beragam faktor
predisposisi yang memungkinkan terjadinya keluhan, yaitu riwayat gangguan pembuluh darah
seperti hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis haemoragik, anemia, batuk rejan maupun
riwayat trauma benda tajam atau tumpul pada mata. Apabila riwayat trauma pada bagian orbita
positif, perlu ditanyakan mengenai proses terjadi, bentuk, besar dan bahan benda yang
mengenai mata, arah benda serta kecepatan benda saat mengenai mata, dapat ditanyakan hal
berupa.1,2
Dahulu apakah pernah mengalami sakit yang serupa seperti ini?
Apakah ada alergi terhadap obat, makanan, debu, matahari, dan lain-lain?
Menanyakan adanya riwayat sakit mata sebelumnya?
Menanyakan adanya penyakit sistemik di dalam diri seperti diabetes melitus,
hipertensi, anemia, dan lainnya?
4. Riwayat Keluarga
Apakah dalam anggota keluarga juga ada yang mengalami kejadian yang serupa?
Menanyakan riwayat penggunaan kacamata pada keluarga?
5. Riwayat Pribadi
Menanyakan riwayat kebersihan dan higenitas pada diri sendiri?
Menanyakan apakah ada penggunaan kacamata atau soft lense?
Bagaimana aktivitas sehari-harinya?
Apakah sering berpergian menggunakan sepeda motor?

6. Riwayat Sosial

2|
Menanyakan lingkungan tempat tinggal, padat penduduk atau tidak?
Menanyakan tentang wabah-wabah penyakit mata lainnya yang sering menyerang
lingkungan sekitar tempat tinggal?

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan dua pemeriksaan yang mendasar yaitu pemeriksaan
secara umum atau pemeriksaan generalisata dan pemeriksaan secara lokal. Pada pemeriksaan
secara umum, dokter dapat melihat kondisi kesadaran umum dari pasien dan mencari adanya
kelainan tubuh yang lain secara menyeluruh dimulai dari ekstremitas atas hingga bawah terutama
pada bagian yang pasien keluhkan. Pada pemeriksaan umum beberapa hal yang perlu diperhatikan
dan diperiksa pada pasien konjungtivitis adalah : 3

1. Kesadaran pasien : compos mentis, gelisah, apatis, sopor, delirium , dan koma.
2. Rasa sakit dan keadaan penyakit : akut, kronis, ringan, sedang, dan berat.
3. Tanda-tanda vital : tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernafasan dan suhu tubuh.
4. Inspeksi : 2-4
a. Pola warna merah : menggunakan bantuan loupe dan senter. Pemeriksaan dimulai dari
inspeksi dan palpasi kulit regio periorbita, kemudian bagian kelopak mata dan
konjungtiva tarsal. Dari pemeriksaan tersebut, dapat dideteksi keberadaan proptosis,
malfungsi kelopak mata, atau suatu keterbatasan gerakan bola mata.
b. Ketajaman penglihatan : tidak terpengaruh
c. Sekret okular : karakteristik air mata yang perlu diketahui adalah bentuk dan sifat
sekresi, serta membaginya menjadi kategori sesuai jumlahnya (banyak atau sedikit),
dan karakter (purulen, mukopurulen, atau mukous).
d. Pupil : tidak terkena
e. Kornea : bertujuan untuk menilai kejernihan dan regularitas permukaan kornea. Pada
pasien konjungtivitis, kornea pasien adalah jernih.
f. Kelopak mata : Perhatikan posisi palpebra terhadap bola mata. Inspeksi dilakukan
untuk mengamati lebar fisura, edema palebra, warna palpebra, lesi, keadaan dan arah
bulu mata, kemampuan kelopak mata untuk mengatup secara sempurna dengan
berbagai kemungkinan seperti penonjolan abnormal dan pasien dalam keadaan koma.
g. Konjungtiva dan sklera : Inspeksi sklera dan konjuntiva palpebralis untuk menilai
warnanya dan perhatikan pola vaskularisasi terhadap latar belakang sklera yang
berwarna putih serta membedakan injeksi konjungtiva dan injeksi silier. Pada mata
merah tanpa visus menurun umumnya ditemukan injeksi konjungtiva dan/ atau
perdarahan subkonjungtiva, serta gambaran khas konjungtivitis berdasarkan
etiologinya. Bila mata merah dan visus menurun selalu disertai dengan injeksi
episklera dan injeksi konjungtiva.

3|
h. Camera oculi anterior (COA): menilai bilik mata depan termasuk dalam kategori
dangkal atau dalam. Selain itu, pemeriksaan ini bertujuan mendeteksi keberadaan
lapisan darah atau pus di bilik mata depan.
i. Kornea dan lensa : Cahaya dipancarkan dari samping untuk menemukan kekeruhan
atau opasitas kornea dan lensa melalui pupil.
j. Iris : pada saat yang sama, lakukan juga pengamatan pada iris dengan menggunakan
senter yang berhubungan dengan kejelasan corak garis iris, diarahkan dari sisi
temporal untuk mencari bayangan berbentuk bulan sabitpada sisi medial iris. Karena
pada keadaan normal permukaan iris cukup datar dan membentuk sudut yang relatif
terbuka terhadap kornea, penyinaran seharusnya tidak menghasilkan bayangan.
Bayangan bulan sabit akan terbentuk apabila bentuk iris abnormal di mana terbentuk
sudut sempit antara iris dan kornea.
5. Palpasi : 3,4
- kemerahan pada mata tidak hilang ketika diberi tekanan
- Nyeri : tidak ditemukan pada pasien konjungtivitis.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan untuk konjungtivitis viral adalah kultur
dengan pemeriksaan sitologi konjungtiva yang dilakukan pada infeksi yang menahun dan sering
mengalami kekambuhan, pada reaksi konjungtiva yang atipikal, serta terjadi kegagalan respon
terhadap pengobatan yang diberikan sebelumnya. Pewarnaan giemsa juga dapat dilakukan. Pada
konjungtivitis virus ditemukan sel mononuklear dan limfosit. Inokulasi merupakan teknik
pemeriksaan dengan memaparkan organism penyebab kepada tubuh manusia untuk memproduksi
kekebalan terhadap penyakit itu. Deteksi terhadap antigen virus dan klamidia dapat
dipertimbangkan. Polymerase chain reaction (PCR) merupakan pemeriksaan yang digunakan
untuk mengisolasi virus dan dilakukan pada fase akut.4

Penyakit Hasil Pemeriksaan Penunjang


Demam 1. Virus ini dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan di identifikasi
faringokonjungtiva dengan uji netralisasi.
2. Uji serologis didapatkan peningkatan titer antibodi penetral virus
3. Kerokan konjungtiva didapatkan sel mononuklear.
Keratokonjuntivitis 1. Virus ini dapat diisolasi dalam biakan sel dan dapat diidentifikasi
epidemika dengan uji netralisasi.
2. Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi radang mononuklear
primer. Bila terbentuk pseudomembran, bisa didapatkan neutrofil
yang banyak.
Konjungtivitis herpetik 1. Virus herpes simplek - ditemukan inklusi intranuklear dalam sel-

4|
sel konjungtiva dan kornea dengan fiksasi Bouin dan pulasan
papanicolaou
2. Virus Varisella-Zooster - ditemukan sel raksasa pada pewarnaan
giemsa, kultur virus dan sel inklusi intranuklear.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Penunjang untuk Konjungtivitis Viral.3,4

Differential Diagnosis
Sementara itu konjungtivitis virus harus dibedakan dengan konjungtivitis yang lain.
Differential diagnosis untuk konjungtivitis virus adalah:
1. Konjungtivitis Alergi
Merupakan bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi, dapat
berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi lambat sesudah beberapa hari kontak seperti
reaksi pada obat, bakteri, dan toksik. Merupakan reaksi antibodi humoral terhadap alergen.
Biasanya dengan riwayat atopi.
Semua gejala pada konjungtiva akibat kongjungtiva bersifat rentan terhadap benda asing.
Gejala utama penyakit ini adalah radang (merah,sakit,bengkak, dan panas), gatal, silau
berulang dan menahun. Tanda karakteristiknya adalah terdapatnya papil besar pada konjungtiva
, datang bermusin yang dapat mengganggu penglihatan. Walaupun penyakit konjungtivitis
alergika sering sembuh sendiri akan tetapi dapat memberikan keluhan yang memerlukan
pengobatan.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel plasma, limfosit dan basofil.
Pengobatan terutama dengan menghindarkan penyebab pencetus penyakit dengan memberikan
astringen, sodium kromolin, steroid topikal dosis rendah yang kemudian disusul dengan
kompres dingin untuk menghilangkan edema. Pada kasus berat dapat diberikan antihistamin
dan steroid sistemik.4,5

2. Konjungtivitis Bakteri
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bakteri yaitu akut (dan subakut) dan menahun.
Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus,
dan Haemophilus.4 Konjungtivitis bakterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan
mikroorganisme seperti Haemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu
jika tidak diobati dengan memadai. Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria
gonorroeae atau Neisseria meningitides dapat menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati
secara dini
Tanda dan gejala konjungtivitis bakteri adalah iritasi mata, mata merah, sekret mata,
palpebra terasa lengket saat bangun tidur dan kadang-kadang edema palpebra. Infeksi biasanya

5|
mulai pada satu mata dan dapat menular ke mata sebelah atau ke orang lain melalui bahan yang
dapat menyebarkan kuman seperti seprei, kain dan sebagainya.
Pada kebanyakan kasus, bakteri penyebab dapat diketahui dengan pemeriksaan
mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan Gram atau Giemsa;
pada pemeriksaan ini didapatkan banyak neutrofil polimorfonuklear. Kerokan konjungtiva
untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika
penyakit itu purulen, bermembran atau berpseudomembran.5

Secara klinis bedasarkan keluhan subjektif dan objektif perbedaan konjungtivitis virus dengan
konjungtivitis yang lain serta diagnosis mata merah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Gejala Konjungtivitis Konjungtivitis Konjungtivitis
Bakteri Virus Alergi
PenurunanVisus - - -
Nyeri - +/- -
Fotofobia - - -
Eksudat +++ ++ +
Gatal - - ++
Demam - -/++ -
Injeksi siliar - - -
Injeksi konjungtiva +++ ++ +
Kekeruhan kornea - -/+ -
Kelainan pupil N N N
Kedalaman COA N N N
Tekanan intraokular N N N
Sekret purulen serous sereous
Kelenjar preaurikular - + -
Tabel 2. Diagnosis Banding Penyakit Mata Merah Berdasarkan Keluhan.5

Working Diagnosis
Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis virus adalah suatu penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai
jenis virus. Keadaan ini berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat, sampai
infeksi ringan yang cepat sembuh sendiri.

Epidemiologi
Konjungtivitis virus adalah penyakit mata yang umum ditemukan baik di Indonesia maupun di
seluruh dunia. Karena begitu umum dan banyak kasus yang tidak dibawa ke perhatian medis,
statistik yang akurat pada frekuensi penyakit tidak tersedia. Pada penelitian di Philadelphia, 62%
dari kasus konjungtivitis penyebabnya adalah virus. Sedangkan di Asia Timur, adenovirus dapat

6|
diisolasi dari 91,2% kasus yang didiagnosa epidemic keratoconjunctivitis. Infeksi virus sering
terjadi pada epidemi dalam keluarga, sekolah, kantor, dan organisasi militer.4,5

Etiologi
Berbagai jenis virus diketahui dapat menjadi agen penyebab konjungtivitis virus.
Adenoviral merupakan etiologi tersering dari konjungtivitis virus. Beberapa subtipe dari
konjungtivitis adenovirus antara lain demam faringokonjungtiva serta keratokonjungtivitis
epidemika. Infeksi mata primer oleh karena herpes simplex sering ditemukan pada anak-anak dan
biasanya menimbulkan konjungtivitis folikuler. Infeksi ini umumnya disebabkan oleh HSV tipe I
walaupun HSV tipe II dapat pula menyebabkan konjungtivitis terutama pada neonatus.
Penyebab lain yang lebih jarang antara lain infeksi virus varicella-zoster (VZV),
pikornavirus (enterovirus 70, coxsakie A24), poxvirus (molluskum kontagiosum, vaccinia).
Infeksi oleh pikornavirus menyebabkan konjungtivitis hemoragika akut yang secara klinis mirip
dengan infeksi oleh adenovirus namun lebih parah dan hemoragik.5 Molluscum kontagiosum
dapat menyebabkan konjungtivitis kronis yang terjadi akibat shedding partikel virus dari lesi ke
dalam sakus konjungtiva. Infeksi oleh virus Vaccinia saat ini sudah jarang ditemukan seiring
dengan menurunnya insiden infeksi smallpox. Infeksi HIV pada pasien AIDS pada umumnya
menyebabkan abnormalitas pada segmen posterior, namun infeksi pada segmen anterior juga
pernah dilaporkan. Konjungtivitis yang terjadi pada pasien AIDS cenderung lebih berat dan lama
daripada individu lain yang immunokompeten. Konjungtivitis juga kadang dapat ditemukan pada
periode terinfeksi virus sistemik seperti virus influenza, Epstein-Barr virus, paramyxovirus
(measles, mumps, Newcastle) atau Rubella.6

Patofisiologi
Konjungtiva merupakan jaringan ikat longgar yang menutupi permukaan mata
(konjungtiva bulbi), kemudian melipat untuk membentuk bagian dalam palpebra (konjungtiva
palpebra).5,6 Konjungtiva melekat erat dengan sklera pada bagian limbus, dimana konjungtiva
berhubungan dengan kornea. Glandula lakrima aksesori (Kraus dan Wolfring) serta sel Goblet
yang terdapat pada konjungtiva bertanggung jawab untuk mempertahankan lubrikasi mata. Seperti
halnya membrane mukosa lain, agen infeksi dapat melekat dan mengalahkan mekanisme
pertahanan normal dan menimbulkan gejala kinis seperti mata merah, iritasi serta fotofobia. Pada
umumnya konjungtivitis merupakan proses yang dapat menyembuh dengan sendirinya, namun
pada beberapa kasus dapat menimbulkan infeksi dan komplikasi yang berat tergantung daya tahan
tubuh dan virulensi virus tersebut.6

Manifestasi Klinis

7|
Konjungtivitis folikuler virus akut dapat muncul sebagai gejala yang ringan dan sembuh sendiri
hingga gejala berat yang menimbulkan kecacatan.
1. Demam faringokonjungtival
Demam faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3 - 40 0C, sakit tenggorokan, dan
konjungtivitis pada satu atau dua mata. Folikel sering mencolok pada kedua konjungtiva, dan
pada mukosa faring. Penyakit ini dapat terjadi bilateral atau unilateral. Mata merah dan berair
mata sering terjadi.5 Limfadenopati preaurikuler yang muncul tidak disertai nyeri tekan.
Sindrom yang ditemukan pada pasien mungkin tidak lengkap, hanya terdiri atas satu atau dua
gejala utama (demam, faringitis, dan konjungtivitis).5,6
2. Keratokonjungtivitis epidemika
Konjungtivitis yang timbul umumnya bilateral. Awitan sering pada satu mata kemudian
menyebar ke mata yang lain. Mata pertama biasanya lebih parah. Gejala awal berupa nyeri
sedang dan berair mata, diikuti dalam 5-14 hari kemudian dengan fotofobia, keratitis epitel,
dan kekeruhan subepitel bulat. Fase akut ditandai dengan edema palpebra, kemosis, dan
hiperemia konjungtiva. Dalam 24 jam sering muncul folikel dan perdarahan konjungtiva.
Kadang-kadang dapat terbentuk pseudomembran ataupun membran sejati yang dapat
meninggalkan parut datar ataupun symblepharon. Konjungtivitis berlangsung selama 3-4
minggu.5,6

3. Konjungtivitis virus herpes simpleks (HSV)


Konjungtivitis HSV umumnya ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi,
disertai sekret mukoid, dan fotofobia. Konjungtivitis dapat muncul sebagai infeksi primer
HSV atau pada episode kambuh herpes mata.5 Sering disertai keratitis herpes simpleks,
dengan kornea menampakkan lesi-lesi epitelial tersendiri yang umumnya menyatu
membentuk satu ulkus atau ulkus epithelial yang bercabang banyak. Konjungtivitis yang
terjadi umumnya folikuler namun dapat juga pseudomembranosa. Vesikel herpes kadang-
kadang muncul di palpebra dan tepian palebra, disertai edema berat pada palpebra. Nodus
preaurikuler yang nyeri tekan adalah gejala yang khas untuk konjungtivitis HSV.6

Penatalaksaan
Konjungtivitis virus umumnya dapat sembuh dengan sendirinya. Penatalaksanaan
konjungtivitis viral pada dasarnya hanya berupa terapi simptomatik, seperti kompres dingin dan
pelumas, seperti air mata artifisial, untuk kenyamanan pasien. Vasokonstriktor topikal dan
antihistamin dapat digunakan untuk mengatasi gatal yang tidak dapat ditahan oleh pasien,
walaupun secara umum hanya sedikit membantu dan dapat menyebabkan gejala muncul kembali

8|
setelah pengobatan dihentikan, toksisitas lokal, dan hipersensitivitas. Pada pasien yang rentan
dengan superinfeksi bakteri, dapat diberikan antibiotic, misalnya sulfasetamid untuk mencegah
infeksi sekunder.5,7 Selain itu, terdapat terapi khusus pada agen virus seperti:

Agen Virus Terapi Khusus


Adenovirus Povidon iodin 0,8% efektif untuk mengatasi adenovirus bebas dan
tidak sitotoksik pada sel yang sehat.
Herpes Simpleks Virus 1. Antivirus topikal atau sistemik harus diberikan untuk mencegah
(HSV) terkenanya kornea. Misalnya, trifluridin diberikan 7-10 hari
setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vidarabin 5 kali sehari
atau idoxuridin 0,1% 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1
tetes setiap 2 jam di waktu malam.
2. Asiklovir oral 400 mg dapat diberikan 5 kali sehari selama 7 hari.
Tabel 4. Terapi Khusus pada Agen Virus.6,7

Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan
pada mata atau gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari
konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:5-7
1. glaucoma
2. katarak
3. ablasi retina
4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis
seperti ekstropin dan trikiasis
5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila
sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu
penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta
7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat
mengganggu penglihatan
Prognosis
Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat sembuh spontan (self-
limited disease), namun komplikasi juga dapat terjadi apabila tidak ditangani dengan baik.7

Kesimpulan
Konjungtivitis virus adalah suatu penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai
virus. Konjungtivitis virus dibagi menjadi konjungtivitis folikular virus akut dan kronik, gejala

9|
dan tanda klinis yang ditemukan sesuai dengan virus yang menyebabkan terjadinya konjungtivitis
virus tersebut. Gejala dan tanda klinis yang khas pada konjungtivitis virus adalah adanya injeksi
konjungtiva, mata berair, pseudoptosis, sekret yang mukoid, kemosis, terdapat konjungtivitis
folikular dan adanya nodus preaurikular. Diagnosis dapat ditegakan berdasarkan anamnesis dari
riwayat penyakit sekarang dan dahulu, pemeriksaan oftalmology dan pemeriksaan penunjang.
Penatalaksaan dari konjungtivitis virus banyak simptomatik karena penyakit ini merupakan
penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya.

Daftar Pustaka

1. G Jonathan. Medicine at a glance. Jakarta: Erlangga; 2007. p. 87.


2. John BW, Mcglynn TJ. Adams diagnosis fisik. Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2003.h.114-34.
3. Bickley, Lynn S. Buku saku pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan bates. Edisi XI. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.p.324-9.
4. Scott, IU. Viral Conjunctivitis. 2011. diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview. 22 March 2015
5. Sidarta I, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2013.h.1-51, 110,133-6, 140.

6. Garcia-Ferrer FJ, Schwab IR, Shetlar DJ. Conjunctiva. In: Riordan-Eva P, Whitcher JP
(editors). Vaughan & Asburrys General Opthalmology. 18th edition. McGraw-Hill
Companies. USA: 2011. p108-112
7. Centers for Disease Control and Prevention. Treatment for conjunctivitis. 9 Jan 2014. diunduh
dari: http://www.cdc.gov/conjunctivitis/about/treatment.html. 22 March 2015.

10 |

Anda mungkin juga menyukai