Anda di halaman 1dari 39

USULAN PENELITIAN SKRIPSI

PREVALENSI BAYI BERAT LAHIR RENDAH


PADA IBU ANEMIA DEFISIENSI BESI DI RSUP
SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

I GUSTI AYU INDIRA PRATIWI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
USULAN PENELITIAN SKRIPSI

PREVALENSI BAYI BERAT LAHIR RENDAH


PADA IBU ANEMIA DEFISIENSI BESI DI RSUP
SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

I GUSTI AYU INDIRA PRATIWI


1302005203

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

i
PREVALENSI BAYI BERAT LAHIR RENDAH
PADA IBU ANEMIA DEFISIENSI BESI DI RSUP
SANGLAH DENPASAR

Lembar Persetujuan Pembimbing

USULAN PENELITIAN SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI


PADA TANGGAL 29 JANUARI 2016

Pembimbing

Dr. dr. A.A Ngurah Subawa, M.Si


NIP. 19580217 198702 1 002

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,

Dr.dr Dewa Putu Gde Purwa S., Sp.S (K)


NIP. 19550321 19803 1 094

ii
Usulan Penelitian Ini Telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji
pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Pada Tanggal 29 Januari 2016

Panitia Penguji Usulan Penelitian Skripsi adalah:

1. DR. dr. A.A Ngurah Subawa, M.Si


2. Desak Gde Diah Dharma Santhi, S.Si, Apt, M.Kes

iii
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM........................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................................ii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ...................................................................................iii

DAFTAR ISI.................................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR....................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................4

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Anemia........................................................................................................5
2.1.1 Anemia Defisiensi Besi....................................................................5
2.1.1.1 Definisi Anemia Defisiensi Besi..............................................6
2.1.1.2 Prevalensi Anemia Defisiensi Besi............................................6
2.1.1.3 Etiologi Anemia Defisiensi Besi..............................................6
2.1.1.4 Manifestasi Klinis Anemia Defisiensi Besi...............................6
2.1.1.5 Patogenesis Anemia Defisiensi Besi........................................7
2.1.1.6 Diagnosis Anemia Defisiensi Besi...........................................7
2.1.2 Anemia Pada Kehamilan..................................................................9
2.1.2.1 Definisi Anemia Pada Kehamilan.............................................9
2.1.2.2 Penyebab Anemia Pada Kehamilan..........................................9
2.1.2 Efek Anemia Pada Kehamilan...................................................10

iv
2.2 Bayi Berat Lahir Rendah...........................................................................11
2.2.1 Penyebab Bayi Berat Lahir Rendah...............................................12
2.2.2 Faktor Resiko Bayi Berat Lahir Rendah........................................12
2.2.3 Diagosis Berat Lahir Rendah..........................................................12

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KERANGKA KONSEP


3.1 Kerangka Berpikir.....................................................................................14
3.2 Kerangka Konsep.......................................................................................15

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Rancangan Penelitian.................................................................................16
4.2 Subjek dan Sampel....................................................................................16
4.2.1 Besaran Sampel...............................................................................16
4.2.2 Kriteria Subjek.................................................................................17
4.3 Variabel Penelitian.....................................................................................17
4.3.1 Klasifikasi Variabel.................................................................................17
4.3.2 Definisi Operasional Variabel.................................................................17
4.4 Bahan dan Instrumen.................................................................................18
4.5 Lokasi dan waktu.......................................................................................18
4.6 Prosedur Pengumpulan Data......................................................................18
4.7 Cara Pengolahan Dan Analisis Data..........................................................20

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagnosis anemia defisiensi besi.......................................................................9

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian.......................................................................14

vi
vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling umum terjadi

pada saat kehamilan. Pada negara berkembang anemia sudah menjadi perhatian

serius, selain banyak efek samping pada ibu dan janin anemia juga menjadi penyebab

angka kematian maternal yang cukup tinggi. Menurut United Nation Declaration

1997 anemia merupakan masalah kesehatan yang utama yang perlu di hilangkan

secara total. Diperkirakan bahwa dua miliar orang mengalami anemia atau

kekurangan zat besi. Anemia defisiesni zat besi merupakan jenis anemia yang paling

sering terjadi pada kehamilan (Sharma, 2010)

Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang sering terjadi dan 50% dari

wanita hamil di Negara berkembang mengalami anemia; 20% kematian maternal

secara langsung ataupun tidak langsung berhubungan dengan anemia. Berdasakan

World Health Organization (WHO) hemoglobin di bawah 11gr/dl dan hematokrit

kurang dari 0-33 di definisikan sebagai anemia pada kehamilan. Prevalensi anemia

pada negara berkembang adalah 56%, bahkan lebih tinggi di Asia Tengah dan di

laporkan di India mencapai 80%. Anemia merupakan masalah umum pada wanita

hamil di negara berkembang terutama di Pakistan mulai dari 8% sampai 33% dan

meningkatkan resiko bayi berat lahir rendah (BBLR). (Ahmad, 2011)

1
2

BBLR menjadi penentu utama pada kematian, kesakitan dan kecacatan pada

bayi dan anak-anak serta memberi dampak jangka panjang pada kehidupan dewasa.

Menurut WHO BBLR berkontribusi 60%-80% pada semua kematian neonatus.

Prevalensi global BBLR adalah 15,5%, atau sekitar 20 juta kelahiran di setiap

tahunnya dan 96,5% terjadi di Negara berkembang. (WHO, 2001)

Sedangkan menurut Kementrian Kesehatan RI, penyumbang angka kejadian

BBLR di Indonesia memiliki persentase yang meliputi kehamilan dini kurang dari 18

tahun (4,1%), kehamilan terlalu tua lebih dari 34 tahun (11%), paritas lebih dari 3

(9,4%) jarak persalinan yang terlalu dekat kurang dari 2 tahun (5,2%), lingkar lengan

atas (LILA) < 23,5 cm ( 29%) dan penyumbang terbesar angka kejadian BBLR di

Indonesia ialah anemia pada ibu hamil yang berkisar 50,9% dengan penyebab

terbanyak adalah anemia defisiensi besi (ADB). (Kemenkes, 2006)

BBLR merupakan faktor yang berhubungan dengan kematian neonatus dan

morbiditas dan telah memberikan dampak masalah kesehatan yang buruk, selain itu

BBLR memberikan dampak untuk penurunan pertumbuhan dan perkembangan

kognitif yang buruk. Bayi dengan berat lahir rendah memiliki potensi untuk terkena

penyakit kronis di kemudian hari. BBLR juga diketahui terkait dengan penyakit

jantung koroner, stroke, hipertensi dan diabetes. (Sutan, 2014)

Hubungan yang kuat ditemukan pada anemia pada kehamilan dan BBLR.

Temuan ini sesuai dengan penelitian lain yang dilakukan di Pakistan dan Syria.

Dimana wanita dapat menjadi anemia defisiensi besi karena kehilangan darah selama

menstruasi atau kehamilan yang berulang; itu juga dapat disebabkan karena

kekurangan zat besi dalam makanan. Selama kehamilan wanita bisa menjadi anemia
3

mungkin disebabkan karena janin menggunakan zat besi ibu untuk perkembangan

RBC dan jaringan yang lain. (Ahmad, 2011)

Maka dari itu diperlukan peran dari berbagai sektor kesehatan untuk

menanggulangi dan mencegah anemia pada ibu hamil sehingga dampak yang

ditimbulkannya pun dapat dicegah.

Berdasarkan latar belakang di atas maka akan dilakukan penelitian dengan

judul Prevalensi Bayi Berat Lahir Rendah Pada Ibu Anemia Defisieni Besi di RSUP

Sanglah tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Bagaimana prevalensi BBLR pada ibu dengan anemia defisiensi besi


2. Bagaimana gambaran umum BBLR pada ibu dengan anemia defisiensi

besi berdsarkan umur ibu?


3. Bagaimana gambaran umum BBLR pada ibu anemia defisiensi besi

berdasarkan derajat anemia?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain
1. Mengetahui prevalensi BBLR pada ibu anemia defisiensi besi
2. Mengetahui gambaran umum BBLR pada ibu anemia defisiensi besi

berdasarkan umur ibu


3. Mengetahui gambaran umum BBLR pada ibu anemia defisiensi besi

berdasarkan derajat anemia ibu


4

1.4 Manfaat penelitian


Manfaat Teoritis
Penelitian ini di harapkan dapat menambah kajian ilmiah dalam bidang

patologi klinik dan dapat dijadikan acuan bagi penelitian serupa lainnya.

Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapakan dapat menambah wawasan atau menjadi edukasi

kepada ibu hamil sebagai upaya prevensi anemia defisiensi besi dan kelahiran bayi

dengan berat lahir rendah.


5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anemia

Anemia merupakan keadaan dimana jumlah sel darah merah tidak dapat

memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis setiap orang berbeda-

beda seperti yang spesifik terhadap umur, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal,

kebiasaan merokok, dan kehamilan. Penyebab anemia tersering adalah defisiensi besi,

namun bisa juga disebabkan oleh defisiensi nutrisi yang lain seperti folat, vitamin

B12, dan vitamin A, inflamasi akut dan kronik, infeksi parasit, dan kelainan sintesis

hemoglobin yang didapat ataupun akibat genetika (WHO, 2011).

Anemia bisa disebabkan karena kombinasi dari produksi inadekuat dan

peningkatan kehilangan / kerusakan dari sel darah merah; contohnya, pada

inflammatory bowel diseases, inflamasi kronis penurunan produksi eritrosit yang

berhubungan dengan penurunan absorpsi besi dari small bowel, penurunan pelepasan

zat besi dari penyimpanan besi, dan peningkatan kehilangan sel darah merah karena

pendarahan (Dahlerup,2015).

Penilaian anemia pada seseorang dilakukan dengan memeriksa kadar

hemoglobin pasien, yang dimana untuk batas atau cut off point anemia pada

seseorang dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin dan lain lain. Adapun cut off point

yang sering dipakai adalah kriteria WHO yaitu (Bakta, 2006):

5
6

1. Laki-laki dewasa : Hb <13 g/dl


2. Perempuan dewasa tak hamil : Hb <12 g/dl
3. Perempuan hamil : Hb <11 g/dl
4. Anak umur 6-14 tahun : Hb <12 g/dl
5. Anak umur 6 bulan-6 tahun : Hb <11 g/dl

Sedangkan untuk dasar pengelolaan kasus anemia perlu dilakukan penentuan

derajat anemia, dimana klasifikasi derajat anemia yang umum dipakai adalah sebagai

berikut (Bakta, 2006):

1. Ringan sekali : Hb 10 g/dl cut off point


2. Ringan : Hb 8 g/dl Hb 9,9 g/dl
3. Sedang : Hb 6 g/dl Hb 7,9 g/dl
4. Berat : Hb <6 g/dl

2.1.1Anemia defisiensi besi

2.1.1.1 Definisi

Anemia defisiensi besi adalah kurangnya produksi sel darah merah yang

disebabkan oleh rendahnnya cadangan besi dalam tubuh. (Short, 2013)

2.1.1.2 Prevalensi anemia defisiensi besi

Defisiensi besi dan anemia defisiensi besi merupakan masalah umum

kesehatan dan kondisi kesehatan yang umum yang terjadi pada praktek klinis

sehari-hari. Defisiensi besi mengenai sekitar dua miliar manusia di dunia, dan

anemia defisiensi besi menjadi kasus anemia yang paling sering terjadi dan

memiliki efek yang cukup besar pada kehidupan dari anak muda dan wanita

pre menopause. (Longo, 2015)

2.1.1.3 Etiologi anemia defisiensi besi


7

Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh kurangnnya asupan zat besi,

penurunan penyerapan besi dalam tubuh, peningkatan kebutuhan zat besi, dan

peningkatan pelepasan zat besi. Dengan mengetahui penyebab yang mendasari dan

memberikan terapi sesuai keadaanya dapat menjadi kunci dari penatalaksanaan

kondisi ini. (Short, 2013)

Pada individu yang normal penggunaan besi untuk pembuatan hemoglobin

berjumlah sekitar 2/3 dari total besi dalam tubuh. Pada laki-laki sekitar 1/3 dari total

besi dalam tubuh akan disimpan sebagai hemosiderin atau ferritin pada penyimpanan

yang kemudian dapat digunakan ketika terjadi peningkatan kebutuhan besi. (WHO,

2001)

2.1.1.4 Manifestasi klinis anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi biasanya asimtomatik dan sering tidak terdiagnosis.

Kelemahan, lelah, susahnya berkonsentrasi, dan menurunnya produktifitas kerja

adalah gejala tidak spesifik yang menggambarkan rendahnya pengantaran oksigen ke

jaringan tubuh dan penurunan aktifitas dari enzim yang mengandung besi. Tanda-

tanda dari defisiensi zat besi bisanya tidak merespon terapi zat besi. Defisiensi zat

besi dilaporkan dapat menurunkan daya pikir dan mengahambat perkembangan

motorik dan mental pada anak. (Bakta, 2006)

Anemia defisiensi besi yang berat pada kehamilan, berhubungan dengan

peningkatan resiko kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah, dan peningkatan

mortalitas ibu dan bayi. Defisiensi zat besi dapat menjadi predisposisi terkena infeksi,

pencetus gagal jantung. (Longo, 2015)


8

2.1.1.5 Patogenesis anemia defisiensi besi

Pendarahan menahun mengakibatkan kehilangan besi sehingga cadangan besi

menjadi berkurang. Apabila cadangan besi habis maka keadaan ini di sebut iron

depleted state, jika penurunan zat besi ini terus berlanjut maka persediaan besi untuk

eritropoesis akan berkurang dan akan mempengaruhi bentuk dari eritrosit tetapi

anemia secara klinis belum terjadi, keadaan ini disebut: iron deficient erythropoiesis,

kemudian akan timbul anemia hipokromik mikrositer sehingga disebut iron

deficiency anemia. (Bakta, 2006)

2.1.1.6 Diagnosis anemia defisiensi besi

Secara laboratorik untuk meneggakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat

dipakai krieteria diagnosis sebagai berikut :

Anemia hipokromik mikrositer pada apusan darah tepi atau MCV <80fl dan MCHC

<31% dengan salah satu dari a,b,c, atau d

1. dua dari tiga parameter di bawah ini:


Besi serum <50mg/dl
TIBC >350 mg/dl
Saturasi transferi: <15%
2. Ferritin serum <20 g/dl
3. Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia (Perls stain) menunjukkan

cadangan besi (butir-butir hemosiderin) negative


4. Dengan pemberian sulfat ferosus 3x200 mg/hari (atau preparat besi lain yang

setara) selama 4 minggu disertai kenaikan kadar hemoglobin lebih dari 2g/dl

(Bakta,2006)
9

2.1.2 Anemia pada kehamilan

2.1.2.1 Definisi anemia pada kehamilan

Anemia pada kehamilan di definisikan sebagai kadar hemoglobin (Hb) di

bawah 11g/dl, merupakan masalah kesehatan yang utama di Negara berkembang dan

miskin. (WHO, 2001)

2.1.2.2 Efek anemia pada kehamilan

Anemia pada kehamilan berpengaruh baik pada ibu maupun pada

kandungannya. Pada ibu, anemia ringan tidak terlalu berpengaruh pada kehamilan

dan persalinan kecuali apabila ibu memiliki cadangan besi yang rendah dan dapat

menjadi anemia sedang atau berat. Anemia sedang dapat menyebabkan berkurangnya

energi, kelelahan dan kinerja yang buruk. Sedangkan anemia berat berhubungan

dengan dampak yang buruk ibu dapat mengalami palpitasi, takikardia, sesak dan

meningkatnya curah jantung yang mengakibatkan cardiac stress sehingga

menyebabkakn dekompensasi dan gagal jantung yang dapat bersifat fatal.

Peningkatan insiden kelahiran prematur, preeklamsia, dan juga sepsis juga

berhubungan dengan anemia. (Ahmad, 2010)

Selain dari cadangan besi ibu, fetus masih bisa mendapatkan besi dari transferrin

ibu yang terdapat di plasenta dan secara aktif mentransport besi ke bayi. Namun

secara berkala bayi akan mengalami penurunan cadangan besi akibat habisnya

cadangan besi ibu. Kelainan pada perinatal dalam bentuk prematur, BBLR, dan

meningkatnya angka kematian perinatal telah di observasi pada neonatus dengan ibu

yang anemia. (Ahmad 2010)


10

2.2 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Berat badan lahir adalah berat badan yang pertama dari bayi yang baru lahir

yang didapatkan segera setelah kelahiran. Idealnya di ukur dalam satu jam pertama

setelah kelahiran untuk menghindari penurunan berat badan yang signifikan pada fase

post natal (Sutan, 2014).

Menurut WHO, bayi berat lahir rendah didefinisikan sebagai bayi dengan

berat lahir < 2500 gram (5,5 pound) tanpa memperhatikan umur kehamilan bayi

tersebut. (OECD, 2011) BBLR diketahui menjadi faktor mortilitas dan morbiditas

neonatus dan berkontribusi pada rendanya derajat kesehatan. BBLR juga

mempengaruhi terganggunya pertumbuhan dan perkembangan kognitif. Bayi berat

lahir rendah berpotensi untuk terkena penyakit kronis semasa hidupnya. BBLR juga

diketahui berhubungan dengan peningkatan kasus penyakit jantung koroner, stroke,

hipertensi dan diabetes pada masa remaja. Angka BBLR dapat menjadi indikasi

kesehatan pada masalah kesehatan masyarakat termasuk malnutrisi maternal jangka

panjang, dan pelayanan kesehatan yang buruk (Sutan, 2014)

2.2.1 Penyebab bayi berat lahir rendah

Penyebab utama bayi berat lahir rendah adalah kelahiran yang prematur (lahir

sebelum 37 minggu kehamilan; bayi lahir lebih awal tidak memiliki waktu yang

cukup untuk tumbuh dan menambah berat badan di dalam rahim ibu dan banyak berat

fetus bertambah selama fase akhir pada kehamilan ibu). Penyebab lain dari BBLR
11

adalah pembatasan pertumbuha intrauterine. Hal ini terjadi ketika bayi tidak tumbuh

dengan baik karena terjadi kesalahan pada plasenta, kesehatan ibu atau birth defect.

Bayi dengan intra uterine growth retriction (IUGR) (Boston Childrens Hospital,

2015)

2.2.2 Faktor Risiko bayi berat lahir rendah

Faktor risiko bayi berat lahir rendah antara lain: ibu remaja, riwayat BBLR

sebelumnya, perilaku membahayakan seperti merokok, konsumsi alkohol berlebih,

asupan nutrisi yang kurang, indeks masa tubuh yang rendah, memiliki latar belakang

keluarga dengan status ekonomi rendah, tingkat edukasi rendah, riwayat aborsi

spontan, hipertensi pada kehamilan, anemia,riwayat prematur, oligohydramnios, dan

BMI < 18,5 (OECD, 2011)

2.2.3 Diagnosis bayi berat lahir rendah

Selama kehamilan berat lahir bayi bisa di estimasi dengan cara yang berbeda

1 Tinggi dari fundus (puncak uterus ibu) dapat diukur dari tulang pubis.

Pengukuran ini dalam sentimeter biasanya sesuai dengan jumlah minggu

kehamilan setelah minggu ke-20. Jika pengukuran untuk jumlah minggu

rendah, bayi mungkin lebih kecil dari yang diharapkan. (Boston

Childrens Hospital, 2015)


12

2 Ultrasound (tes menggunakan gelombang suara untung membuat

gambaran dari struktur internal) adalah metode yan lebih akurat untuk

memperkirakan ukuran janin.Pengukuran dapat di ambil dari kepala dan

perut fetus dan dibandingkan dengan grafik perumbuhan untuk

memperkirakan berat badan janin.( Boston Childrens Hospital,2015)

Setelah lahir bayi dapat ditimbang dalam beberapa jam pertama. Berat

dibandingkan dengan usia kehamilan bayi dan dicatat dalam rekam medis. Berat lahir

kurang dari 5,5 pound didiagnosis BBLR, sedangkan bayi dengan berat kurang dari 3

poun dianggap berat lahir sangat rendah (Boston Childrens Hospital,2015)


13
BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Berpikir

Anemia merupakan masalah yang sering terjadi terutama pada ibu hamil.

Anemia yang sering terjadi pada kehamilan adalah anemia defisiensi besi. Selama

kehamilan wanita memerlukan zat besi lebih banyak dari pada biasanya. Anemia

defisiensi besi pada kehamilan biasanya disebabkan karena ibu tidak mendapatkan zat

besi yang cukup dari makanannya disamping kebutuhan zat besi yang meningkat

selama kehamilan. Anemia defisiensi besi pada kehamilan, berhubungan dengan

peningkatan resiko kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah, dan peningkatan

mortalitas ibu dan bayi.

14
15

3.2 Kerangka Konsep


Keterangan: Merokok
: Faktor risiko diteliti
Konsumsi alkohol
: Faktor risiko tidak diteliti
Ekonomi rendah
Hipertensi pada
kehamilan
Riwayat aborsi
spontan
Edukasi rendah

Ibu hamil dengan Gangguan nutrisi Bayi Berat Lahir


defisiensi besi pada janin Rendah
Gambar 2. Kerangka konsep penelitian
16
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional deskriptif yang bertujuan

untuk memperoleh gambaran umum mengenai jumlah bayi berat lahir rendah pada

ibu anemia defisiensi besi, dilakukan dalam satu kali pengukuran.

4.2 Subjek dan Sampel

4.2.1 Variabilitas Populasi


Populasi target dari penelitian ini adalah semua ibu hamil yang menderita

anemia defisiensi besi di Bali. Populasi terjangkaunya adalah semua ibu hamil yang

menderita anemia defisiensi besi di RSUP Sanglah Denpasar pada periode 1 Januari

hingga 31 Desember 2015. Subjek penelitian ini adalah seluruh pasien yang

memenuhi kriteria.

16
17

4.2.2 Kriteria subjek

Kriteria inklusi dan eksklusi untuk sampel pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Kriteria Inklusi

1. Rekam medis wanita dengan riwayat bersalin di RSUP Sanglah dari tanggal 1

Januari 2015 hingga 31 Desember 2015

2. Berumur 12-50 tahun

3. Hb <11g/dl , MCV <80fl , MCHC <31% , Besi serum <50mg/dl dan TIBC

>350 mg/dl

4. Kehamilan tunggal

Kriteria Eksklusi:

1. Bayi meninggal dalam kandungan

2. Memiliki riwayat penyakit sistemik

3. Ketuban pecah dini

4.2.3 Teknik Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini, sampel ditentukan dengan menggunakan teknik total

sampling dimana seluruh anggota populasi terjangkau yang memenuhi kriteria

digunakan sebagai subjek penelitian.


18

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1 Klasifikasi variabel

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain usia ibu,

anemia, derajat anemia, BBLR

4.3.2 Definisi operasional variabel

a. Anemia Defisiensi Besi

Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemeriksaan kadar hemoglobin

<11g/dl, MCV <80 fl dan MCHC <31%, dengan salah satu parameter ini Besi serum

<50 mg/dl dan TIBC >350 mg/dl atau ferritin serum <20g/dl yang didapat dari hasil

pemeriksaan laboratorium darah lengkap ibu.

b. Derajat Anemia

Derajat anemia diukur dengan melihat kadar hemoglobin sampel dimana

derajat anemia dibagi menjadi ringan sekali (Hb 10-11 g/dl), ringan (Hb 8-9,9 g/dl),

sedang(Hb 6-7,9 g/dl) dan berat (<6 g/dl).

c. BBLR

BBLR pada peneltian ini didefinisikan sebagai berat badan lahir bayi dibawah

2500 gram yang diukur menggunakan timbangan bayi pada saat bayi baru lahir.

d. Umur
19

Umur pada penelitian ini merupakan umur ibu saat hamil , dibagi menjadi <20

tahun, 20-35 tahun dan > 35 tahun

4.4 Bahan dan Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data

sekunder berupa rekam medis dan data laboraturium yaitu catatan dan dokumen

pasien bersalin yang meliputi data umum pasien dan hasil pemeriksaan laboraturium

darah lengkap yang didapat dari Instalasi Rekam Medik RSUP Sanglah.

4.5 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini akan dilakukan di RSUP Sanglah Kota Denpasar dilaksanakan

pada bulan Mei sampai Oktober 2016.

4.6 Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional dimana data di

ambil dalam satu kali waktu dan tidak ada follow-up. Jenis data yang digunakan

dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diambil dari rekam medis pasien.

Adapun prosedur pengambilan atau pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Peneliti melakukan permohonan layak etik ke komisi penelitian dan

pengembangan (LITBANG) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (FK

UNUD) RSUP SANGLAH.


20

2. Peneliti melakukan permohonan ijin penelitian pada Direktur RSUP Sanglah

Denpasar.
3. Mengambil data rekam medis pasien bersalin yang telah memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi di Instalasi Rekam Medis RSUP Sanglah.


4. Mencatat data-data yang diperlukan dalam penelitian.
5. Mengumpulkan data dan memasukkan data-data tersebut ke dalam tabel untuk

dapat diolah.

4.7 Cara Pengolahan Dan Analisis Data

Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan computer melalui

empat tahapan yaitu editing (mengecek data kelengkapan rekam medis sesuai kriteria

inklusi dan eklusi), coding (pemberian kode terhadap data pemeriksaan laboraturium

darah lengkap), entry (memasukkan data ke dalam table yang telah dipersiapkan) dan

cleaning (pengecekan kembali data yang telah dimasukkan).

Analisis data akan dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain

menganalisis prevalensi bayi BBLR pada ibu anemia defisiensi besi, kemudian

proporsi bayi BBLR pada masing-masing usia ibu, serta mencari poporsi bayi BBLR

pada derajat anemia ibu. Masing-masing data tersebut kemudian dibuatkan tabel dan

dibandingkan dengan penelitian lain yang relevan dengan topik penelitian ini.

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian


21

Dari penelitian ini didapatkan sampel sebanyak 17 orang ibu hamil dengan anemia
defisiensi besi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di RSUP Sanglah Tahun
2015. Rata-rata usia sampel penelitian ini adalah 22,87 5,32. Kadar hemoglobin
rata-rata pada sampel penelitian didapatkan 8,52 1,01. Didapatkan rata-rata berat
badan bayi pada penelitian ini 2827,50 651,17 (tabel 5.1).

Tabel 5.1. Karakteristik Ibu Hamil yang menderita defisiensi Besi


Karakteristik Klasifikasi Jumlah (%)
Umur <20 tahun 04 (23,5%)
20-35 tahun 12 (70,5%)
>35 tahun 01 (6,0%)
Total 17 (100%)
Rata-rata Umur 22,87 5,32
Derajat Anemia Ringan Sekali 00 (0%)
Ringan 14 (82,4%)
Sedang 02 (11,8%)
Berat 01 (5,9%)
Total 17(100%)
Rata-rata Hb 8,52 1,01
Berat Lahir Bayi Non BBLR 13 (76,5%)
BBLR 04 (23,5%)
Total 17 (100%)
Rata-rata Berat Lahir Bayi 2827,50 651,17

Tabel 5.1 menunjukkan dari 17 sampel yang didapat pada penelitian ini, 4 (23,5%)
diantaranya berumur <20, 13 (70,5%) berumur 20-35 tahun, dan 1 (6,0%) sampel
berumur >35 tahun. Berdasarkan kadar hemoglobin, didapatkan 14 (82,4%,) sampel
termasuk dalam anemia ringan, 2 (11,8%) sampel masuk dalam anemia sedang dan 1
(5,9%) sampel masuk dalam kriteria anemia berat.

5.1.1. Prevalensi bayi BBLR pada ibu anemia Defisiensi Besi


Tabel 5.2. Prevalensi bayi BBLR pada ibu anemia Defisiensi Besi

Berat Lahir Bayi Anemia Defisiensi Besi


Non BBLR 13 (76,5%)
BBLR 4 (23,5%)
Total 17(100%)
22

Tabel 5.2 menunjukkan, dari total 17 sampel ditemukan sebanyak 13 (76,5%) sampel
melahirkan bayi non BBLR dan 4 (23,5%) sampel melahirkan bayi BBLR.

5.1.2. Karakteristik Kelahiran BBLR Berdasarkan Umur Ibu


Tabel 5.3. Gambaran Bayi BBLR pada Ibu Hamil yang Menderita Anemia Defisiensi
Besi Berdasarkan Umur
<20 tahun 20-35 tahun >35 tahun
Non BBLR 2 (50%) 10 (76,9%) 1 (100%)
BBLR 2 (50%) 2 (23,1%) 0 (0%)
Total 4 (100%) 12 (100%) 1 (100%)

Berdasarkan umur ibu, didapatkan pada umur ibu < 20 tahun, 2 (50%) sampel
melahirkan bayi BBLR dan 2 (50%) sampel melahirkan bayi dengan berat lahir
normal. Pada ibu dengan umur 20-35 tahun, didapatkan 2 (23,1%) sampel melahirkan
bayi BBLR, 10 (76,9%) sampel melahirkan bayi dengan berat lahir normal. Pada ibu
usia lebih dari 35 tahun didapatkan 1 (100%) sampel melahirkan bayi non BBLR
(Tabel 5.3).

5.1.3. Karakteristik Berat Bayi Berdasarkan Derajat Anemia Ibu


Tabel 5.4. Gambaran Bayi BBLR pada Ibu Hamil yang Menderita Anemia Defisiensi
Besi Berdasarkan Derajat Anemia
Derajat Anemia
Ringan Ringan Sedang Berat
Sekali (8g/dl- (6g/dl-7,9 (<6 g/dl)
(10g/dl 9,9g/dl) g/dl)
-batas
normal)
BBLR 0 4 0 0
Non BBLR 0 10 2 1
Total 0 14 2 1

Pada tabel 5.4 didapatkan pada derajat anemia ringan sekali terdapat 0 (0%) sampel
melahirkan bayi BBLR, dan 0 (0%) sampel melahirkan bayi non-BBLR. Pada derajat
23

anemia ringan, didapatkan 4 (28,6%) sampel melahirkan bayi BBLR, dan 10 (71,4%)
sampel melahirkan bayi non-BBLR. Pada derajat anemia sedang, seratus persen
sampel (n=2) melahirkan bayi non BBLR dan nol persen sampel (n=0) melahirkan
bayi BBLR. Selain itu pada ibu dengan derajat anemia berat didapatkan 1 (100%)
sampel melahirkan bayi non BBLR dan 0 (0%) sampel melahirkan bayi BBLR.

5.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian terhadap kelahiran BBLR pada ibu dengan ADB di RSUP
Sanglah tahun 2015, didapatkan total sejumlah 17 sampel yang diikutsertakan dalam
penelitian ini. 4 (23,5%) sampel berusia < 20 tahun, 12 (70,5%) sampel berusia 20-35
tahun, dan 1 (6,0%) sampel berusia >35 tahun.
Pada penelitian ini didapatkan prevalensi BBLR pada ibu ADB adalah sebesar 23,5%.
Secara global, belum didapatkan data mengenai prevalensi BBLR yang lahir pada ibu
ADB. Seperti contoh sebuah penelitian yang dilakukan di Samarinda, Indonesia
hanya membahas prevalensi kelahiran BBLR pada ibu anemia antara lain sebesar
68,75% (Putri, 2014). Sebuah penelitian lain di negara Sudan menyebutkan bahwa
prevalensi kelahiran BBLR pada ibu anemia yaitu 67% (Elhassan, 2010). Sedangkan
penelitian di Sumatera Barat, Indonesia mendapatkan prevalensi BBLR yang lahir
pada ibu dengan anemia secara umum yaitu sebesar 32,9% (Syifaurrahmah dkk,
2016). Untuk selanjutnya disarankan untuk dilakukan penelitian yang membahas
tentang perbedaan jenis anemia pada ibu terhadap kejadian BBLR.
Umur produktif kehamilan diketahui pada umur 20-35 tahun. Hal ini dikarenakan
organ reproduksi wanita pada umur ini sudah siap dan matang, demikian juga dengan
psikologis ibu. Kesiapan itulah yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan
bayi di dalam rahim ibu dapat tumbuh secara optimal. (Rokhmah, 2013). Berdasarkan
umur ibu pada saat melahirkan, didapatkan kejadian BBLR pada ibu dengan umur
<20 tahun sebesar 50,0%, 23,1% pada ibu dengan umur 20-35 tahun, dan 0% pada
ibu dengan umur >35 tahun. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rhokmah, 2013,
didapatkan kejadian BBLR pada kelompok umur berisiko (<20 tahun dan >35 tahun)
24

sebesar 46,9 %, dan pada ibu dengan umur 20-35 tahun didapatkan kejadian BBLR
sebesar 53,1%.
Penelitian ini mendapatkan kejadian BBLR berdasarkan derajat anemia ibu antara
lain: (1) pada ibu dengan anemia ringan sekali (Hb 10,0 g/dL-batas normal)
didapatkan kelahiran BBLR sebesar 0%, (2) pada ibu dengan anemia ringan (Hb 8,0-
9,9 g/dL) didapatkan kelahiran BBLR sebesar 28,6%, (3) pada ibu dengan anemia
sedang (Hb 6,0-7,9 g/dL) didapatkan kelahiran BBLR sebesar 0%, (4) pada ibu
dengan anemia berat (Hb <6,0 g/dL) didapatkan kelahiran BBLR sebesar 0%.
Sedangkan penelitian lain didapatkan kejadian BBLR pada ibu dengan anemia ringan
sebesar 31,5%, 33,3% pada ibu dengan anemia sedang dan kejadian 100% pada ibu
dengan anemia berat (Syifaurrahmah, 2016). Terdapat pula penelitian lain yang
membagi derajat anemia ibu pada masing-masing trimester kehamilan sehingga
didapatkan apakah ibu tersebut menderita anemia akut atau kronis (Huang, 2015).
Pada penelitian ini hal tersebut sulit untuk dilakukan karena rata-rata ibu di Indonesia
hanya melakukan pengecekan kadar hemoglobin satu kali selama kehamilan.

5.3 Kelemahan Penelitian


Penelitian ini masih memiliki kelemahan, beberapa faktor-faktor yang terdapat dalam
rekam medis mungkin tidak di teliti dan mempengaruhi hasil penelitian, contohnya
durasi anemia sampel atau kadar hemoglobin sampel pada setiap trisemester ,
pemberian treatment pada sampel.
25

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pada penelitian ini didapatkan prevalensi BBLR pada ibu ADB adalah sebesar 23,5%.
Berdasarkan umur ibu pada saat melahirkan, didapatkan kejadian BBLR pada ibu
dengan umur <20 tahun sebesar 50,0%, 23,1% pada ibu dengan umur 20-35 tahun,
dan 0% pada ibu dengan umur >35 tahun dan kejadian BBLR berdasarkan derajat
anemia ibu antara lain: (1) pada ibu dengan anemia ringan sekali (Hb 10,0 g/dL-batas
normal) didapatkan kelahiran BBLR sebesar 0%, (2) pada ibu dengan anemia ringan
(Hb 8,0-9,9 g/dL) didapatkan kelahiran BBLR sebesar 28,6%, (3) pada ibu dengan
anemia sedang (Hb 6,0-7,9 g/dL) didapatkan kelahiran BBLR sebesar 0%, (4) pada
ibu dengan anemia berat (Hb <6,0 g/dL) didapatkan kelahiran BBLR sebesar 0%.

6.2 Saran

Beberapa saran yang dpaat diberikan dari penelitian ini adalah


26

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan anemia defisiensi


besi pada kehamilan dengan kejadian bayi BBLR
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan bayi BBLR pada
ibu anemia defisiensi besi berdasarkan umur ibu.
3. Kelengkapan data rekam medis di RSUP Sanglah Denpasar perlu lebih di
tingkatkan untuk memudahkan penelitian lainnnya
27
28

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad MO, Kalsoom U, Sughra U, Hadi U, Imran M. (2011). Effect of Maternal

Anemia on Birth Weight.J Ayub Med Coll Abbottabad. 23(1): 77-79

Bakta IM. (2006). Hematologi klinik ringkas. 1st ed. Jakarta: ECG. 26-44

Boston Childrens Hospital. (2015). Low birthweight in newborn Symptoms &

Causes. Boston Childrens Hospital. [ONLINE] Tersedia dalam:

http:/www.childrenshospital.org/conditions-and-treatments/conditions/l/low-

birthweight-in-newborns/symptoms-and-causes. (diakses 12 Desember 2015)

Dahlerup JF, Eivindson M, Jacobsen BA, Jensen NM, Jorgensen SP, Laursen SB,

Rasmussen M, Nathan T. (2015) .Diagnosis and Treatmen of unexplained

anemia with iron deficiency without overt bleeding.Danish Medical

Journal.62(4):1-13

Dutta S, Singh B, Chessell L, Wilson J, Janes M, McDonald K, Shahid S, Gardner

VA, Hjartason A, Purcha M, Watson J, Boer CD, Gaal B, Fusch C. (2015).

Guidelines for Feeding Very Low Birth Weight Infants. Nutrients: 7(1), 423-

442.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Profil Kesehatan Indonesia.

Jakarta: Kementrian Kesehtan RI

Longo DL. (2015). Iron Deficiency Anemia.The new England Journal of Medicine;

372: 1832-43.
29

OECD. (2011). Infant health: Low Birth Weight. Health at a Glance. OECD

Indicators, OECD Publishing.

Sharma J, Shankar M. (2010). Anemia in Pregnancy. JIMSA; 23(10):253-260.

Short MW, Domagai JE. (2013). Iron Deficiency Anemia: Evaluation and

Management. American Family Physician; 87(2):98-104

Sutan R, Mohtar M, Mahat AN, Tamil AM. (2014). Determinant of Low Birth Weight

Infants: A Matched Case Control Study.Opn Journal of Preventive Medicine.

4:91-99.

World Health Organization. (2011). Haemoglobin concentrations for the diagnosis of

anaemia and assemenet of severity. Geneva: WHO.

World Health Organization. (2001). Iron Deficiency Anaemia: Assessment,

Prevention, and Control. Geneva: WHO.

Anda mungkin juga menyukai