i
PREVALENSI BAYI BERAT LAHIR RENDAH
PADA IBU ANEMIA DEFISIENSI BESI DI RSUP
SANGLAH DENPASAR
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
ii
Usulan Penelitian Ini Telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji
pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Pada Tanggal 29 Januari 2016
iii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM........................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................4
iv
2.2 Bayi Berat Lahir Rendah...........................................................................11
2.2.1 Penyebab Bayi Berat Lahir Rendah...............................................12
2.2.2 Faktor Resiko Bayi Berat Lahir Rendah........................................12
2.2.3 Diagosis Berat Lahir Rendah..........................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22
v
DAFTAR GAMBAR
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling umum terjadi
pada saat kehamilan. Pada negara berkembang anemia sudah menjadi perhatian
serius, selain banyak efek samping pada ibu dan janin anemia juga menjadi penyebab
angka kematian maternal yang cukup tinggi. Menurut United Nation Declaration
1997 anemia merupakan masalah kesehatan yang utama yang perlu di hilangkan
secara total. Diperkirakan bahwa dua miliar orang mengalami anemia atau
kekurangan zat besi. Anemia defisiesni zat besi merupakan jenis anemia yang paling
Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang sering terjadi dan 50% dari
kurang dari 0-33 di definisikan sebagai anemia pada kehamilan. Prevalensi anemia
pada negara berkembang adalah 56%, bahkan lebih tinggi di Asia Tengah dan di
laporkan di India mencapai 80%. Anemia merupakan masalah umum pada wanita
hamil di negara berkembang terutama di Pakistan mulai dari 8% sampai 33% dan
1
2
BBLR menjadi penentu utama pada kematian, kesakitan dan kecacatan pada
bayi dan anak-anak serta memberi dampak jangka panjang pada kehidupan dewasa.
Prevalensi global BBLR adalah 15,5%, atau sekitar 20 juta kelahiran di setiap
BBLR di Indonesia memiliki persentase yang meliputi kehamilan dini kurang dari 18
tahun (4,1%), kehamilan terlalu tua lebih dari 34 tahun (11%), paritas lebih dari 3
(9,4%) jarak persalinan yang terlalu dekat kurang dari 2 tahun (5,2%), lingkar lengan
atas (LILA) < 23,5 cm ( 29%) dan penyumbang terbesar angka kejadian BBLR di
Indonesia ialah anemia pada ibu hamil yang berkisar 50,9% dengan penyebab
morbiditas dan telah memberikan dampak masalah kesehatan yang buruk, selain itu
kognitif yang buruk. Bayi dengan berat lahir rendah memiliki potensi untuk terkena
penyakit kronis di kemudian hari. BBLR juga diketahui terkait dengan penyakit
Hubungan yang kuat ditemukan pada anemia pada kehamilan dan BBLR.
Temuan ini sesuai dengan penelitian lain yang dilakukan di Pakistan dan Syria.
Dimana wanita dapat menjadi anemia defisiensi besi karena kehilangan darah selama
menstruasi atau kehamilan yang berulang; itu juga dapat disebabkan karena
kekurangan zat besi dalam makanan. Selama kehamilan wanita bisa menjadi anemia
3
mungkin disebabkan karena janin menggunakan zat besi ibu untuk perkembangan
Maka dari itu diperlukan peran dari berbagai sektor kesehatan untuk
menanggulangi dan mencegah anemia pada ibu hamil sehingga dampak yang
judul Prevalensi Bayi Berat Lahir Rendah Pada Ibu Anemia Defisieni Besi di RSUP
berikut:
patologi klinik dan dapat dijadikan acuan bagi penelitian serupa lainnya.
Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapakan dapat menambah wawasan atau menjadi edukasi
kepada ibu hamil sebagai upaya prevensi anemia defisiensi besi dan kelahiran bayi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia
Anemia merupakan keadaan dimana jumlah sel darah merah tidak dapat
beda seperti yang spesifik terhadap umur, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal,
kebiasaan merokok, dan kehamilan. Penyebab anemia tersering adalah defisiensi besi,
namun bisa juga disebabkan oleh defisiensi nutrisi yang lain seperti folat, vitamin
B12, dan vitamin A, inflamasi akut dan kronik, infeksi parasit, dan kelainan sintesis
berhubungan dengan penurunan absorpsi besi dari small bowel, penurunan pelepasan
zat besi dari penyimpanan besi, dan peningkatan kehilangan sel darah merah karena
pendarahan (Dahlerup,2015).
hemoglobin pasien, yang dimana untuk batas atau cut off point anemia pada
seseorang dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin dan lain lain. Adapun cut off point
5
6
derajat anemia, dimana klasifikasi derajat anemia yang umum dipakai adalah sebagai
2.1.1.1 Definisi
Anemia defisiensi besi adalah kurangnya produksi sel darah merah yang
kesehatan dan kondisi kesehatan yang umum yang terjadi pada praktek klinis
sehari-hari. Defisiensi besi mengenai sekitar dua miliar manusia di dunia, dan
anemia defisiensi besi menjadi kasus anemia yang paling sering terjadi dan
memiliki efek yang cukup besar pada kehidupan dari anak muda dan wanita
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh kurangnnya asupan zat besi,
penurunan penyerapan besi dalam tubuh, peningkatan kebutuhan zat besi, dan
peningkatan pelepasan zat besi. Dengan mengetahui penyebab yang mendasari dan
berjumlah sekitar 2/3 dari total besi dalam tubuh. Pada laki-laki sekitar 1/3 dari total
besi dalam tubuh akan disimpan sebagai hemosiderin atau ferritin pada penyimpanan
yang kemudian dapat digunakan ketika terjadi peningkatan kebutuhan besi. (WHO,
2001)
jaringan tubuh dan penurunan aktifitas dari enzim yang mengandung besi. Tanda-
tanda dari defisiensi zat besi bisanya tidak merespon terapi zat besi. Defisiensi zat
peningkatan resiko kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah, dan peningkatan
mortalitas ibu dan bayi. Defisiensi zat besi dapat menjadi predisposisi terkena infeksi,
menjadi berkurang. Apabila cadangan besi habis maka keadaan ini di sebut iron
depleted state, jika penurunan zat besi ini terus berlanjut maka persediaan besi untuk
eritropoesis akan berkurang dan akan mempengaruhi bentuk dari eritrosit tetapi
anemia secara klinis belum terjadi, keadaan ini disebut: iron deficient erythropoiesis,
Anemia hipokromik mikrositer pada apusan darah tepi atau MCV <80fl dan MCHC
setara) selama 4 minggu disertai kenaikan kadar hemoglobin lebih dari 2g/dl
(Bakta,2006)
9
bawah 11g/dl, merupakan masalah kesehatan yang utama di Negara berkembang dan
kandungannya. Pada ibu, anemia ringan tidak terlalu berpengaruh pada kehamilan
dan persalinan kecuali apabila ibu memiliki cadangan besi yang rendah dan dapat
menjadi anemia sedang atau berat. Anemia sedang dapat menyebabkan berkurangnya
energi, kelelahan dan kinerja yang buruk. Sedangkan anemia berat berhubungan
dengan dampak yang buruk ibu dapat mengalami palpitasi, takikardia, sesak dan
Selain dari cadangan besi ibu, fetus masih bisa mendapatkan besi dari transferrin
ibu yang terdapat di plasenta dan secara aktif mentransport besi ke bayi. Namun
secara berkala bayi akan mengalami penurunan cadangan besi akibat habisnya
cadangan besi ibu. Kelainan pada perinatal dalam bentuk prematur, BBLR, dan
meningkatnya angka kematian perinatal telah di observasi pada neonatus dengan ibu
Berat badan lahir adalah berat badan yang pertama dari bayi yang baru lahir
yang didapatkan segera setelah kelahiran. Idealnya di ukur dalam satu jam pertama
setelah kelahiran untuk menghindari penurunan berat badan yang signifikan pada fase
Menurut WHO, bayi berat lahir rendah didefinisikan sebagai bayi dengan
berat lahir < 2500 gram (5,5 pound) tanpa memperhatikan umur kehamilan bayi
tersebut. (OECD, 2011) BBLR diketahui menjadi faktor mortilitas dan morbiditas
lahir rendah berpotensi untuk terkena penyakit kronis semasa hidupnya. BBLR juga
hipertensi dan diabetes pada masa remaja. Angka BBLR dapat menjadi indikasi
Penyebab utama bayi berat lahir rendah adalah kelahiran yang prematur (lahir
sebelum 37 minggu kehamilan; bayi lahir lebih awal tidak memiliki waktu yang
cukup untuk tumbuh dan menambah berat badan di dalam rahim ibu dan banyak berat
fetus bertambah selama fase akhir pada kehamilan ibu). Penyebab lain dari BBLR
11
adalah pembatasan pertumbuha intrauterine. Hal ini terjadi ketika bayi tidak tumbuh
dengan baik karena terjadi kesalahan pada plasenta, kesehatan ibu atau birth defect.
Bayi dengan intra uterine growth retriction (IUGR) (Boston Childrens Hospital,
2015)
Faktor risiko bayi berat lahir rendah antara lain: ibu remaja, riwayat BBLR
asupan nutrisi yang kurang, indeks masa tubuh yang rendah, memiliki latar belakang
keluarga dengan status ekonomi rendah, tingkat edukasi rendah, riwayat aborsi
Selama kehamilan berat lahir bayi bisa di estimasi dengan cara yang berbeda
1 Tinggi dari fundus (puncak uterus ibu) dapat diukur dari tulang pubis.
gambaran dari struktur internal) adalah metode yan lebih akurat untuk
Setelah lahir bayi dapat ditimbang dalam beberapa jam pertama. Berat
dibandingkan dengan usia kehamilan bayi dan dicatat dalam rekam medis. Berat lahir
kurang dari 5,5 pound didiagnosis BBLR, sedangkan bayi dengan berat kurang dari 3
Anemia merupakan masalah yang sering terjadi terutama pada ibu hamil.
Anemia yang sering terjadi pada kehamilan adalah anemia defisiensi besi. Selama
kehamilan wanita memerlukan zat besi lebih banyak dari pada biasanya. Anemia
defisiensi besi pada kehamilan biasanya disebabkan karena ibu tidak mendapatkan zat
besi yang cukup dari makanannya disamping kebutuhan zat besi yang meningkat
peningkatan resiko kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah, dan peningkatan
14
15
METODE PENELITIAN
untuk memperoleh gambaran umum mengenai jumlah bayi berat lahir rendah pada
anemia defisiensi besi di Bali. Populasi terjangkaunya adalah semua ibu hamil yang
menderita anemia defisiensi besi di RSUP Sanglah Denpasar pada periode 1 Januari
hingga 31 Desember 2015. Subjek penelitian ini adalah seluruh pasien yang
memenuhi kriteria.
16
17
Kriteria inklusi dan eksklusi untuk sampel pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Kriteria Inklusi
1. Rekam medis wanita dengan riwayat bersalin di RSUP Sanglah dari tanggal 1
3. Hb <11g/dl , MCV <80fl , MCHC <31% , Besi serum <50mg/dl dan TIBC
>350 mg/dl
4. Kehamilan tunggal
Kriteria Eksklusi:
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain usia ibu,
<11g/dl, MCV <80 fl dan MCHC <31%, dengan salah satu parameter ini Besi serum
<50 mg/dl dan TIBC >350 mg/dl atau ferritin serum <20g/dl yang didapat dari hasil
b. Derajat Anemia
derajat anemia dibagi menjadi ringan sekali (Hb 10-11 g/dl), ringan (Hb 8-9,9 g/dl),
c. BBLR
BBLR pada peneltian ini didefinisikan sebagai berat badan lahir bayi dibawah
2500 gram yang diukur menggunakan timbangan bayi pada saat bayi baru lahir.
d. Umur
19
Umur pada penelitian ini merupakan umur ibu saat hamil , dibagi menjadi <20
sekunder berupa rekam medis dan data laboraturium yaitu catatan dan dokumen
pasien bersalin yang meliputi data umum pasien dan hasil pemeriksaan laboraturium
darah lengkap yang didapat dari Instalasi Rekam Medik RSUP Sanglah.
ambil dalam satu kali waktu dan tidak ada follow-up. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diambil dari rekam medis pasien.
Denpasar.
3. Mengambil data rekam medis pasien bersalin yang telah memenuhi kriteria
dapat diolah.
empat tahapan yaitu editing (mengecek data kelengkapan rekam medis sesuai kriteria
inklusi dan eklusi), coding (pemberian kode terhadap data pemeriksaan laboraturium
darah lengkap), entry (memasukkan data ke dalam table yang telah dipersiapkan) dan
menganalisis prevalensi bayi BBLR pada ibu anemia defisiensi besi, kemudian
proporsi bayi BBLR pada masing-masing usia ibu, serta mencari poporsi bayi BBLR
pada derajat anemia ibu. Masing-masing data tersebut kemudian dibuatkan tabel dan
dibandingkan dengan penelitian lain yang relevan dengan topik penelitian ini.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian ini didapatkan sampel sebanyak 17 orang ibu hamil dengan anemia
defisiensi besi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di RSUP Sanglah Tahun
2015. Rata-rata usia sampel penelitian ini adalah 22,87 5,32. Kadar hemoglobin
rata-rata pada sampel penelitian didapatkan 8,52 1,01. Didapatkan rata-rata berat
badan bayi pada penelitian ini 2827,50 651,17 (tabel 5.1).
Tabel 5.1 menunjukkan dari 17 sampel yang didapat pada penelitian ini, 4 (23,5%)
diantaranya berumur <20, 13 (70,5%) berumur 20-35 tahun, dan 1 (6,0%) sampel
berumur >35 tahun. Berdasarkan kadar hemoglobin, didapatkan 14 (82,4%,) sampel
termasuk dalam anemia ringan, 2 (11,8%) sampel masuk dalam anemia sedang dan 1
(5,9%) sampel masuk dalam kriteria anemia berat.
Tabel 5.2 menunjukkan, dari total 17 sampel ditemukan sebanyak 13 (76,5%) sampel
melahirkan bayi non BBLR dan 4 (23,5%) sampel melahirkan bayi BBLR.
Berdasarkan umur ibu, didapatkan pada umur ibu < 20 tahun, 2 (50%) sampel
melahirkan bayi BBLR dan 2 (50%) sampel melahirkan bayi dengan berat lahir
normal. Pada ibu dengan umur 20-35 tahun, didapatkan 2 (23,1%) sampel melahirkan
bayi BBLR, 10 (76,9%) sampel melahirkan bayi dengan berat lahir normal. Pada ibu
usia lebih dari 35 tahun didapatkan 1 (100%) sampel melahirkan bayi non BBLR
(Tabel 5.3).
Pada tabel 5.4 didapatkan pada derajat anemia ringan sekali terdapat 0 (0%) sampel
melahirkan bayi BBLR, dan 0 (0%) sampel melahirkan bayi non-BBLR. Pada derajat
23
anemia ringan, didapatkan 4 (28,6%) sampel melahirkan bayi BBLR, dan 10 (71,4%)
sampel melahirkan bayi non-BBLR. Pada derajat anemia sedang, seratus persen
sampel (n=2) melahirkan bayi non BBLR dan nol persen sampel (n=0) melahirkan
bayi BBLR. Selain itu pada ibu dengan derajat anemia berat didapatkan 1 (100%)
sampel melahirkan bayi non BBLR dan 0 (0%) sampel melahirkan bayi BBLR.
5.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian terhadap kelahiran BBLR pada ibu dengan ADB di RSUP
Sanglah tahun 2015, didapatkan total sejumlah 17 sampel yang diikutsertakan dalam
penelitian ini. 4 (23,5%) sampel berusia < 20 tahun, 12 (70,5%) sampel berusia 20-35
tahun, dan 1 (6,0%) sampel berusia >35 tahun.
Pada penelitian ini didapatkan prevalensi BBLR pada ibu ADB adalah sebesar 23,5%.
Secara global, belum didapatkan data mengenai prevalensi BBLR yang lahir pada ibu
ADB. Seperti contoh sebuah penelitian yang dilakukan di Samarinda, Indonesia
hanya membahas prevalensi kelahiran BBLR pada ibu anemia antara lain sebesar
68,75% (Putri, 2014). Sebuah penelitian lain di negara Sudan menyebutkan bahwa
prevalensi kelahiran BBLR pada ibu anemia yaitu 67% (Elhassan, 2010). Sedangkan
penelitian di Sumatera Barat, Indonesia mendapatkan prevalensi BBLR yang lahir
pada ibu dengan anemia secara umum yaitu sebesar 32,9% (Syifaurrahmah dkk,
2016). Untuk selanjutnya disarankan untuk dilakukan penelitian yang membahas
tentang perbedaan jenis anemia pada ibu terhadap kejadian BBLR.
Umur produktif kehamilan diketahui pada umur 20-35 tahun. Hal ini dikarenakan
organ reproduksi wanita pada umur ini sudah siap dan matang, demikian juga dengan
psikologis ibu. Kesiapan itulah yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan
bayi di dalam rahim ibu dapat tumbuh secara optimal. (Rokhmah, 2013). Berdasarkan
umur ibu pada saat melahirkan, didapatkan kejadian BBLR pada ibu dengan umur
<20 tahun sebesar 50,0%, 23,1% pada ibu dengan umur 20-35 tahun, dan 0% pada
ibu dengan umur >35 tahun. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rhokmah, 2013,
didapatkan kejadian BBLR pada kelompok umur berisiko (<20 tahun dan >35 tahun)
24
sebesar 46,9 %, dan pada ibu dengan umur 20-35 tahun didapatkan kejadian BBLR
sebesar 53,1%.
Penelitian ini mendapatkan kejadian BBLR berdasarkan derajat anemia ibu antara
lain: (1) pada ibu dengan anemia ringan sekali (Hb 10,0 g/dL-batas normal)
didapatkan kelahiran BBLR sebesar 0%, (2) pada ibu dengan anemia ringan (Hb 8,0-
9,9 g/dL) didapatkan kelahiran BBLR sebesar 28,6%, (3) pada ibu dengan anemia
sedang (Hb 6,0-7,9 g/dL) didapatkan kelahiran BBLR sebesar 0%, (4) pada ibu
dengan anemia berat (Hb <6,0 g/dL) didapatkan kelahiran BBLR sebesar 0%.
Sedangkan penelitian lain didapatkan kejadian BBLR pada ibu dengan anemia ringan
sebesar 31,5%, 33,3% pada ibu dengan anemia sedang dan kejadian 100% pada ibu
dengan anemia berat (Syifaurrahmah, 2016). Terdapat pula penelitian lain yang
membagi derajat anemia ibu pada masing-masing trimester kehamilan sehingga
didapatkan apakah ibu tersebut menderita anemia akut atau kronis (Huang, 2015).
Pada penelitian ini hal tersebut sulit untuk dilakukan karena rata-rata ibu di Indonesia
hanya melakukan pengecekan kadar hemoglobin satu kali selama kehamilan.
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini didapatkan prevalensi BBLR pada ibu ADB adalah sebesar 23,5%.
Berdasarkan umur ibu pada saat melahirkan, didapatkan kejadian BBLR pada ibu
dengan umur <20 tahun sebesar 50,0%, 23,1% pada ibu dengan umur 20-35 tahun,
dan 0% pada ibu dengan umur >35 tahun dan kejadian BBLR berdasarkan derajat
anemia ibu antara lain: (1) pada ibu dengan anemia ringan sekali (Hb 10,0 g/dL-batas
normal) didapatkan kelahiran BBLR sebesar 0%, (2) pada ibu dengan anemia ringan
(Hb 8,0-9,9 g/dL) didapatkan kelahiran BBLR sebesar 28,6%, (3) pada ibu dengan
anemia sedang (Hb 6,0-7,9 g/dL) didapatkan kelahiran BBLR sebesar 0%, (4) pada
ibu dengan anemia berat (Hb <6,0 g/dL) didapatkan kelahiran BBLR sebesar 0%.
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bakta IM. (2006). Hematologi klinik ringkas. 1st ed. Jakarta: ECG. 26-44
http:/www.childrenshospital.org/conditions-and-treatments/conditions/l/low-
Dahlerup JF, Eivindson M, Jacobsen BA, Jensen NM, Jorgensen SP, Laursen SB,
Journal.62(4):1-13
Guidelines for Feeding Very Low Birth Weight Infants. Nutrients: 7(1), 423-
442.
Longo DL. (2015). Iron Deficiency Anemia.The new England Journal of Medicine;
372: 1832-43.
29
OECD. (2011). Infant health: Low Birth Weight. Health at a Glance. OECD
Short MW, Domagai JE. (2013). Iron Deficiency Anemia: Evaluation and
Sutan R, Mohtar M, Mahat AN, Tamil AM. (2014). Determinant of Low Birth Weight
4:91-99.