Anda di halaman 1dari 101

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mampu

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kualitas spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan demikian pendidikan

memiliki peran sentral bagi pengembangan sumber daya manusia, demikian

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 pasal 1 ayat 1 telah

mengamanatkan.

Pengaruh pendidikan terhadap seseorang adalah pengaruh yang menuju

kedewasaan seorang anak, untuk menolong anak yang kelak dapat dan sanggup

memenuhi tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri. Mendidik adalah

memimpin anak ke arah kedewasaan, sehingga yang dituju dengan pendidikan

ialah kedewasaan seorang anak.

Agar proses pendewasaan mencapai sasaran, maka pengembangan proses

pembelajaran harus mengacu kepada potensi-potensi yang terdapat pada anak

didik. Karena berdasarkan potensi tersebut akan lebih memudahkan pengajar

dalam memberi materi pengajaran, bimbingan dan pelatihan sesuai dengan

kecerdasan, minat dan bakat peserta didik.

1
2

Pada pembelajaran tingkat Sekolah Menengah Atas, kita mengenal adanya

sistem penjurusan, yang meliputi jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu

pengetahuan Alam dan jurusan Bahasa dan seni budaya.

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep,

generalisasi yang berkaitan dengan perilaku manusia untuk membangun dirinya,

masyarakat, bangsa dan lingkungannya. Tujuan pendidikan ilmu pengetahuan

sosial adalah menekankan tumbuhnya nilai kewarganegaraan, moral, ideologi

negara dan agama; menekankan pada isi dan metode berpikir ilmuwan dan

menekankan pemecahan masalah dan keterampilan sosial (Al Muchtar, 2007).

Dengan demikian, kurikulum pendidikan IPS selain memuat bahan

pelajaran yang sesuai dengan tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional.

Juga memperhatikan pengembangan akal siswa, memuat struktur keilmuan yang

kuat, menyesuaikan tingkat keberadaan siswa, Pembelajaran hendaknya selain

mencakup aspek kognitif sebagai tujuan pembelajaran, juga melakukan

keseimbangan dengan aspek afektif dan psikomotorik. Pada akhirnya siswa

mampu menyeleksi, mengadaptasi, menyerap dan mengaplikasikan nilai-nilai

yang ada dalam agama, negara, kebudayaan dari negara-negara lain. Siswa

mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan sosial sederhana yang mereka

hadapi, disamping persoalan-pesoalan akademis.

Dalam realitanya, Supardi (http://Pardi.74.multiply.com/video/item)

memaparkan bahwa pengembangan kurikulum pendidikan ilmu pengetahuan

sosial dirasakan berjalan lambat dibanding dengan pendidikan ilmu pengetahuan

alam. Kurikulum yang disajikan terasa kering, kurang komunikatif. Temuan-


3

temuan tentang pendidikan ilmu pengetahuan sosial di sekolah, baik kurikulum,

proses pembelajaran sebagai mata pelajaran lunak dan gampang, sebagai mata

pelajaran hafalan yang membosankan, biasa dipelajari dengan sistem belajar

kebut semalam, keadaan buku pelajaran yang kurang menantang siswa berpikir

kritis dan analitik, sikap dan keterampilan siswa tidak digarap secara seimbang.

Bidang ini juga sering diabaikan karena terlalu mudah, menggiring

pembelajaran ilmu pengetahuan sosial yang hanya menekankan aspek kognitif

semata, fenomena ini berangkat dari munculnya pragmatisme pendidikan. Aspek

afektif dan psikomotorik jarang dibuat sebagai parameter secara lebih tegas.

Pembelajaran ilmu pengetahuan sosial belum begitu besar peranannya secara

realita sebagai problem solving kehidupan sehari-hari bagi siswa. Pengalaman

bahwa adanya penjurusan ilmu pengetahuan sosial di Sekolah Menengah Atas

ternyata tidak berpengaruh secara bermakna dalam pembelajaran ilmu

pengetahuan sosial di perguruan tinggi. Bahkan sering siswa lulusan Ilmu

Pengetahuan Alam mempunyai kelebihan-kelebihan di Perguruan Tinggi ketika

mereka masuk jurusan ilmu-ilmu sosial.

Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) berada pada jenjang strategis dan

kritis bagi perkembangan dan masa depannya. Pada usia ini siswa berada pada

pintu gerbang untuk memasuki dunia perguruan tinggi yang merupakan wahana

untuk membentuk integritas cita-cita yang diinginkan di masa mendatang. Siswa

juga berada pada persiapan untuk memasuki dunia kerja yang penuh dengan

tantangan dan kompetisi.


4

Secara psikologis, siswa berada pada masa pematangan kedewasaan, siswa

berada pada masa pematangan diri. Salah satu aspek pematangan diri adalah

pekerjaan dan profesi. Mereka mulai mengidentifikasi jenis pekerjaan dan profesi

yang akan digeluti di masa mendatang yang sesuai dengan bakat, minat dan

kecerdasannya, serta sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dapat dimengerti

bahwa profesi merupakan masalah penting dan utama bagi kelangsungan hidup,

harkat dan martabat individu. Hal tersebut karena berkaitan dengan pekerjaan,

mata pencaharian, penghasilan dan kesejahteraan. Kehidupan seseorang individu

dapat memiliki makna yang berarti hanya dengan profesi yang digelutinya.

Tanpanya, maka kehidupan seseorang tidak memiliki nilai. Untuk menggapainya

seorang individu semenjak awal harus mampu memilih jalan, agar

profesi/pekerjaan yang dipilihnya nanti tidak salah. Salah satunya adalah

kemampuan seorang individu memilih jurusan dalam pendidikannya.

Pengambilan keputusan untuk memilih jurusan dalam suatu bidang studi

sebagaimana dilakukan dalam bidang lainnya, merupakan suatu pilihan.

Pemilihan jurusan merupakan hal yang kompleks dan mempengaruhi banyak

aspek kehidupan, karenanya harus dilakukan dengan penuh pertimbangan dan

kehati-hatian. Pemilihan jurusan yang menjadi bagian perkembangan karir pada

usia remaja meningkat seiring dengan usia, dan menjadi dinamika penting pada

masa Sekolah Menengah Atas (Aryaputra, 2008). Apabila pilihan telah dijatuhkan,

maka berbagai konsekuensi telah menanti. Ada yang gagal atau tidak sesuai yang

diharapkan dan ada juga yang berhasil atau sesuai dengan yang diharapkan.

Berhubungan dengan bidang studi adalah menyangkut tentang masa depan peserta
5

didik, maka apakah pilihannya akan mengantarkannya kepada kesejahteraan yang

didasari oleh kesesuaian antara bakat dan minat dengan pilihan tersebut. Pilihan

ini juga didasari oleh berbagai faktor antara lain faktor-faktor yang terdapat dalam

diri individu seperti bagaimana individu memandang tentang apa yang akan

menjadi pilihannya (persepsi), dalam hal ini terdapat aspek positif dan negatif,

juga menyangkut bagaimana individu menyikapi apa yang akan menjadi

pilihannya tersebut (sikap), juga menyangkut aspek yang positif dan negatif.

Pengambilan keputusan merupakan aktivitas yang terletak di dalam

jantung kehidupan setiap individu. Untuk menghasilkan keputusan yang baik

diperlukan berbagai persiapan yang matang. Sebab keputusan yang baik akan

memberikan pilihan dengan kemungkinan terbaik untuk diikuti dan diharapkan

akan membawa individu ke tingkat performansi yang lebih tinggi (Zuhdi, A.,

2007).

Keputusan para siswa dalam mengambil jurusan, terkadang dipengaruhi

oleh pendapat orang tua, teman atau figur-figur yang diidolakan. Dengan hanya

mendasarkan pendapat tersebut dan tanpa menelaah kemampuannya, seorang

siswa bisa membuat keputusan yang sangat bertolak belakang dengan minat dan

bakatnya. Akibatnya yaitu keengganan untuk belajar dan menurunnya kualitas

serta prestasi akademik karena siswa salah dalam memilih jurusan (Pujiati, S.A.

dan Astuti, A.M., 2008). Cara lain yang pada umumnya dipakai untuk memilih

jurusan yang sesuai adalah dengan melihat kecenderungan nilai di tiap mata

pelajaran selama siswa berada di kelas sebelum penjurusan. Siswa cenderung akan
6

memilih mata pelajaran yang dirasakan disukai dan cenderung menghasilkan nilai

rapor yang tinggi.

Apakah cara pandang siswa (persepsi) dalam menangkap suatu obyek

(berdasar pengetahuan dan pengalamannya) yaitu terhadap suatu bidang studi dan

bagaimana individu memaknai bidang studi ini akan menuntun individu kepada

pilihannya, apabila aspek positif yang ada, maka pilihan sudah berada di depan

mata, tetapi sebaliknya apabila negatif, maka individu akan menjauhi apa yang

akan menjadi pilihan tersebut. Bagaimana peserta didik memandang jurusan ilmu

pengetahuan sosial, akan mendasari sikap, menumbuhkan minatnya dan

mendorong dirinya untuk mengenal dan bersungguh-sungguh mengetahui, dan

pada akhirnya membuat perilaku yaitu keputusan dalam menjatuhkan pilihannya.

Walaupun tidak dipungkiri berbagai faktor lain ikut berpengaruh, seperti faktor

orang tua, masyarakat dan atau lingkungan sekitar, demikian juga dunia kerja.

Proses akomodasi, asimilasi pengetahuan dan pengalaman, berlangsung

sepanjang hidup manusia (Santrock, 2007). Dalam proses yang panjang inilah

nilai-nilai hidup didapatkan oleh manusia, yang kemungkinan besar akan dapat

menumbuhkan sikap mereka terhadap subyek atau obyek. Periode kritis

pertumbuhan seseorang terjadi pada usia 12 tahun sampai 30 tahun. Jika pendapat

ini dianut, maka pertumbuhan sikap yang paling tepat ketika usia Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), sampai dengan Perguruan Tinggi (PT), setelah

itu sikap akan tumbuh melalui belajar dan pengalaman pribadi masing-masing.

Perlu dipahami, bahwa dalam hidup belajar lebih banyak ditentukan oleh diri

sendiri dari pada di bangku sekolah. Namun demikian, sudah menjadi kewajiban
7

bagi sekolah untuk menumbuhkan sikap dasar yang bermanfaat bagi hidup

sasaran didik. Selanjutnya, di luar bangku sekolah, sikap akan dikembangkan

sendiri oleh yang bersangkutan.

Lebih lanjut setelah usia 30 tahun sikap relatif permanen sehingga sulit

berubah. Dari sini terlihat betapa pentingnya peletakan sikap dasar di sekolah,

mengingat bahwa usia pembentukan sikap dasar ketika siswa ada pada SLTP

sampai dengan Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, jika kita sadar akan tanggung

jawab sebagai pendidik, dan menyadari usia yang memungkinkan sikap dapat

ditumbuhkan, maka sudah seharusnya kita tidak menyia-nyiakan waktu tersebut

untuk menumbuhkan sikap dasar siswa yang benar-benar ada manfaatnya bagi

hidupnya maupun bagi bangsa dan negara.

Pangsa pasar seperti dunia kerja dan dunia industri, menganggap anak-

anak dari studi ilmu pengetahuan sosial kurang kreatif, kurang mampu

menghadapi tantangan dalam menghadapi derasnya persaingan global. Pandangan

orang tua dan masyarakat, bahwa studi Ilmu Pengetahuan Sosial kurang

menjanjikan masa depan anaknya, sering memaksa anak untuk memilih sesuai

keinginan arus yaitu memilih tanpa memperhatikan keinginan, minat dan

bakatnya, tetapi berdasar mana yang disukai oleh pasar. Kesemuanya diyakini

memberi kontribusi dalam pemilihan jurusan bidang studi di SMA. Apakah semua

faktor-faktor yang disebutkan di atas memiliki pengaruh terhadap diri siswa

Sekolah Menengah Atas dalam memilih atau menentukan pilihannya terhadap

jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.


8

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas diidentifikasi berbagai masalah yang

muncul :

1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi siswa dalam menentukan

keputusan dalam pemilihan jurusan bidang studi ?

2. Apakah berbagai pandangan masyarakat ikut mempengaruhi cara siswa

mengambil keputusan dalam memilih bidang studi ?

3. Apakah berbagai perkembangan asumsi tentang jurusan ilmu pengetahuan

sosial mempengaruhi cara siswa menentukan pilihannya ?

4. Apakah persepsi siswa memberi pengaruh terhadap siswa dalam menentukan

pilihan jurusan bidang studi ?

5. Apakah sikap siswa memberi pengaruh terhadap siswa dalam menentukan

pilihan jurusan bidang studi ?

6. Apakah persepsi dan sikap siswa terhadap bidang studi ilmu pengetahuan

sosial berpengaruh terhadap pengambilan keputusan siswa dalam menentukan

pilihan jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial ?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, guna membatasi masalah agar

tidak melebar dari pokok bahasan, maka penelitian ini memilih : apakah ada

pengaruh persepsi dan sikap siswa SMA pada bidang studi Ilmu Pengetahuan

Sosial terhadap pengambilan keputusan dalam memilih jurusan Ilmu Pengetahuan

Sosial ?
9

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas,

dirumuskan suatu permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh persepsi siswa SMA pada bidang studi Ilmu

Pengetahuan Sosial terhadap pengambilan keputusan dalam memilih jurusan

Ilmu Pengetahuan Sosial ?

2. Apakah ada pengaruh sikap siswa SMA pada bidang studi ilmu pengetahuan

sosial terhadap pengambilan keputusan dalam memilih jururan ilmu

pengetahuan sosial ?

3. Apakah ada pengaruh persepsi dan sikap siswa SMA pada bidang studi Ilmu

pengetahuan sosial secara bersama-sama terhadap pengambilan keputusan

dalam memilih jurusan ilmu pengetahuan sosial ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara persepsi siswa Sekolah

Menengah Atas pada bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial terhadap

pengambilan keputusan dalam memilih jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh sikap siswa Sekolah Menengah Atas

pada bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial terhadap pengambilan keputusan

dalam memilih jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh persepsi dan sikap siswa Sekolah

Menengah Atas pada bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial terhadap

pengambilan keputusan dalam memilih jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.


10

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi sekolah : memberi masukan bahwa berbagai faktor yang

mempengaruhi siswa dalam menjatuhkan pilihannya dalam memilih

jurusan perlu mendapat pertimbangan, bukan hanya sekedar

memandang bahwa nilai siswa yang bersangkutan baik atau tinggi,

maka masuk jurusan mata pelajaran dengan nilai-nilai yang tinggi

tersebut.

2. Bagi guru : memberi masukan bahwa pengambilan keputusan

merupakan pilihan akhir dari berbagai alternatif, menyangkut masa

depan, minat dan bakat siswa, sehingga perlu diperhatikan bahwa

aspirasi siswa harus mendapat tempat dan pertimbangan.

3. Bagi siswa : memberi masukan bahwa apabila pengambilan keputusan

apabila telah dijatuhkan olehnya, maka konsekuensi telah menanti,

maka perlu dipertimbangkan secara matang agar pilihan yang

dijatuhkan dilakukan dengan berbagai sudut untuk masa depannya.


11

BAB II
TINJAUAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Teoritik
1. Pengambilan Keputusan Dalam Memilih Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial

a. Pengertian Pengambilan Keputusan

Secara sederhana pengambilan keputusan merupakan peristiwa yang

senantiasa terjadi dalam setiap aspek kehidupan manusia. Hal tersebut

sebagai konsekuensi logis dari dinamika perkembangan kehidupan yang

senantiasa berubah dan bersifat sangat kompleks. Dalam hal ini,

pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk respons manusia

terhadap lingkungannya. Keputusan yang diambil manusia akan menjadi

awal bagi penentuan kehidupan selanjutnya. Demikian seterusnya terjadi

secara dialektis antara pengambilan keputusan dengan lingkungan

kehidupan manusia yang luas dan kompleks.

Pengambilan keputusan adalah pendekatan sistematis pada hakekat

suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta, penentuan yang matang dari

alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut

perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat (Siagian, S.P.,1981:82;

Kadarsah dan Ramdhani, M. Ali, 2000 : 1).

Ayad (2007) memaparkan beberapa pengertian pengambilan

keputusan, yaitu menurut Luthan, F. dan Keith Davies (1996) bahwa

decision making is almost universally defined as choosing between

alternatives, artinya, bahwa secara umum pengertian pengambilan


12

keputusan adalah memilih di antara berbagai alternatif. Pengertian ini

diperkuat oleh pendapat Garry Dessler (2001) bahwa decision making is

the process of developing and analizing alternatives and choosing from

among them. Sementara Way K. Hay dan Cecil G. Miskel (1982)

menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan siklus kegiatan


11
yang melibatkan pemikiran rasional baik secara individu maupun

kelompok dalam semua tingkat dan bentuk organisasi. Dari beberapa

pengertian yang disebutkan Ayad, bahwa kata kunci untuk memahami

makna pengambilan keputusan adalah memilih (choice). Demikian juga

pendapat Robins (1997, dalam Syafaruddin dan Anzizhan, 2006 :45)

bahwa decision making is which on choses between two or more

alternatives.

Memilih berarti menentukan satu hal dari beberapa hal yang ada

atau tersedia. Sesuatu yang dipilih ditentukan oleh pertimbangan selera

dan rasionalitas individu. Biasanya selera dan rasionalitas tersebut

merujuk kepada hal-hal yang menyenangkan atau menguntungkan dan

berperan utama dalam menentukan konsekuensi sebelum keputusan

diimplementasikan oleh individu atau masyarakat.

Selanjutnya Suharnan (2005:195), menyatakan pembuatan

keputusan atau decision making adalah proses memilih atau menentukan

berbagai kemungkinan di antara situasi-situasi yang tidak pasti.

Pembuatan keputusan terjadi di dalam situasi-situasi yang meminta

seseorang harus : a) membuat prediksi ke depan, b) memilih salah satu di


13

antara dua pilihan atau lebih, atau c) membuat estimasi/perkiraan

mengenai frekuensi kejadian berdasarkan bukti-bukti yang terbatas.

Menurut Rakhmat, J. (1999:70-71), pengambilan keputusan sebagai

salah satu fungsi berpikir yang dilakukan manusia sepanjang hidupnya.

Setiap keputusan yang diambil akan disusul dengan keputusan-keputusan

lainnya yang berkaitan. Keputusan yang kita ambil beraneka ragam, tetapi

ada tanda-tanda yaitu keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha

intelektual, keputusan melibatkan pilihan dari berbagai alternatif,

keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walau pelaksanaannya boleh

ditangguhkan atau dilupakan.

Lebih lanjut dijelaskan, pengambilan keputusan merupakan suatu

proses komunikasi dan partisipasi yang terus-menerus dan keseluruhan,

hasil keputusan merupakan pernyataan yang disetujui dari alternatif atau

prosedur untuk mencapai tujuan tertentu. Dari keterangan tersebut,

dikatakan bahwa persoalan pengambilan keputusan pada dasarnya adalah

bentuk pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih

yang prosesnya melalui mekanisme tertentu, dengan harapan akan

menghasilkan suatu keputusan yang terbaik. Penyusunan keputusan adalah

suatu cara untuk mengembangkan hubungan-hubungan logis yang

mendasari persoalan keputusan ke dalam suatu model yang mencerminkan

hubungan yang terjadi di antara faktor-faktor yang terlibat. Selanjutnya

hasilnya akan diterapkan sesuai tujuan yang ingin dicapai, dan dengan
14

keputusan tersebut individu yang bersangkutan akan merasa terlibat dan

terikat dengan keputusannya.

Pengambilan keputusan, dianggap sebagai suatu proses karena

terdiri dari serangkaian aktivitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap

sebagai tindakan bijaksana, dengan kata lain merupakan sebuah

kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan yang terjadi

setelah kemungkinan dipilih, sementara yang lain dikesampingkan,

pertimbangan di sini berarti menganalisis beberapa kemungkinan atau

alternatif, lalu memilih satu diantaranya.

Berdasarkan keterangan di atas, disimpulkan bahwa pengambilan

keputusan adalah suatu proses membuat pilihan-pilihan dari serangkaian

aktivitas-aktivitas yang berkaitan, dengan jalan pengumpulan data,

melakukan pertimbangan yang matang dari berbagai alternatif yang

tersedia untuk membuat suatu kesimpulan sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai, dengan cara yang tepat.

b. Ilmu Pengetahuan Sosial

Pemikiran mengenai konsep pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

di Indonesia banyak dipengaruhi oleh pemikiraan social studies di

Amerika serikat sebagai salah satu negara yang memilki pengalaman

panjang dan reputasi akademis yang signifikan dalam bidang ini. Konsep

IPS masuk ke dalam dunia pendidikan di Indonesia pada tahun 1972-1973,

yakni dalam kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP)

IKIP Bandung. Dalam perkembangan kurikulum IPS di Indonesia, jenjang


15

pendidikan SD dan SMP, pendidikan IPS dilakukan secara terpadu,

sementara pada jenjang SMA Pendidikan IPS, yang dalam penelitian ini

dipakai istilah bidang studi IPS di SMA yang meliputi mata pelajaran

sejarah, ekonomi, sosiologi dan geografi.

Al Muchtar (2007:1.11) menjelaskan Ilmu Pengetahuan Sosial

merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, generalisasi yang

berkaitan dengan perilaku manusia untuk membangun dirinya, masyarakat,

bangsa dan lingkungannya. Berdasarkan kepada pengalaman masa lampau

yang dapat dimaknai untuk masa kini dan diantisipasi untuk masa yang

akan datang.

Adapaun tujuannya adalah a) mengembangkan pengetahuan dasar

kesosiologian, kegeografian, keekonomian dan kesejarahan, b)

mengembangkan kemampuan berpikir inkuiri, pemecahan masalah dan

keterampilan sosial, c) mem- bangun komitmen dan kesadaran terhadap

nilai-nilai kemanusiaan, dan d) me- ningkatkan kemampuan berkompetisi

dan bekerja sama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala

nasional maupun skala internasional.

c. Penjurusan di Sekolah Menengah Atas

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 20010 tentang

Pengelolaan Pendidikan Pasal 79 dinyatakan bahwa :

1) Penjurusan pada SMA, MA, atau bentuk lain yang sederajat


berbentuk program studi yang memfasilitasi kebutuhan
pembelajaran serta kompetensi yang diperlukan peserta didik
untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi.
2) Program studi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
16

a. program studi ilmu pengetahuan alam;


b. program studi ilmu pengetahuan sosial;
c. program studi bahasa;
d. program studi keagamaan; dan
e. program studi lain yang diperlukan masyarakat.

Penjurusan yang ditawarkan pada tingkat Sekolah Menengah Atas yang

diterapkan di Indonesia, semenjak jaman Belanda hingga kini selalu berubah-

ubah. Di kurikulum 2004 dan 2006 KTSP penjurusan dilakukan setelah siswa

atau peserta didik naik ke kelas XI (sebutan untuk kelas 2 SMA) dilakukan

pembagian jurusan sebagai berikut :

1) Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (dengan mata pelajaran utama :

Matematika, Kimia, Fisika dan Biologi).

2) Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (dengan mata pelajaran utama :

Sosiologi, geografi, Sejarah dan Ekonomi).

3) Jurusan Bahasa dan Budaya (dengan mata pelajaran utama : Sastra

Indonesia, Antropologi, seni budaya, sejarah dan bahasa asing).

d. Pengambilan Keputusan Dalam Memilih Jurusan Ilmu Pengetahuan

Sosial

Dalam penelitian ini yang dimaksud pengambilan keputusan dalam

memilih jurusan IPS yaitu pengambilan keputusan yang diambil oleh individu

siswa SMA pada saat akan memilih bidang studi yang akan dijalaninya. Yang

didasarkan kepada pemilihan dari beberapa alternatif yang ditawarkan

institusi pendidikan tempat siswa belajar, dimana untuk selanjutnya bidang

yang ditekuninya akan memudahkan baginya untuk berkarir, berkarya,


17

mencari kerja dan individu yang bersangkutan merasa memiliki kemampuan

yang diperlukan oleh dunia kerja dari tempat di mana individu telah

dipersiapkan oleh institusi tempat belajarnya.

Pengambilan keputusan dalam penelitian ini berdasar atas indikator

pemahaman atas konsep dasar dan tujuan Pembelajaran IPS, terhadap Guru

pengajar, buku pegangan atau buku ajar dan tugas-tugas yang diberikan oleh

guru, yang dilakukan dengan mengikuti alur proses pengambilan keputusan.

e. Proses Pengambilan Keputusan

1) Prosedur pembuatan keputusan menurut Simon (dalam Suryadi dan

Ramdhani, 2000:15) adalah :

a) Mengidentifikasi masalah

b) Mengklarifikasi tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai

c) Memeriksa berbagai kemungkinan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

d) Menetapkan pilihan bertindak berdasarkan fakta dan nilai

2) Model pengambilan keputusan menurut Simon (dalam Suryadi dan

Ramdhani, 2000:15-16) ada 3 fase/tahap yaitu :

a) Tahap penelusuran lingkup masalah (intelligence), merupakan

proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematik serta

proses pengenalan masalah. Data-data masukan diperoleh, diproses

dan diuji dalam rangka mengidentifikasi masalah.

b) Tahap perancangan penyelesaian masalah (design), merupakan

proses menemukan, mengembangkan dan menganalisis alternatif


18

tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk

mengerti masalah, menurunkan solusi dan menguji kelayakan/aksi.

c) Tahap pemilihan tindakan (choice), merupakan tahap proses

pemilihan di antara berbagai alternatif tindakan yang mungkin

dijalankan. Hasil pemilihan tersebut diimplementasikan dalam

proses pengambilan keputusan.

Sedangkan menurut Gibson (dalam Gigih T.,1993:16) dalam proses

pengambilan keputusan meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

a) Menentukan tujuan dan sasaran

b) Mengidentifikasi/memformulasi masalah

c) Mengembangkan alternatif

d) Mengevaluasi alternatif

e) Memilih alternatif

f) Melaksanakan keputusan

g) Evaluasi

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

1) Faktor personal yaitu faktor yang ada dalam diri individu itu sendiri,

antara lain : (Rakhmat, J., 2009:71) :

a) Kognisi artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki.

b) Motif adalah kecenderungan dalam diri individu untuk bertindak

dalam mencapai suatu tujuan konkrit guna memuaskan kebutuhan-

kebutuhannya.
19

c) Sikap adalah kecenderungan atau tendensi individu untuk memenuhi

perasaannya terhadap suatu obyek tertentu.

2) Faktor eksternal yaitu adanya tuntutan dari lingkungan sekitar individu

seperti teman, orang tua dan masyarakat. Harapan orang tua akan masa

depan anaknya, akan mempengaruhi individu dalam mengambil

keputusan, teman dekat atau teman sebaya oleh karena pergaulan dan

perbincangan-perbincangan, masukan, bertukar pikir yang diperkirakan

sebagai dampak konformitas akan mempengaruhi pola pikir individu

dalam memilih sesuatu. Pandangan masyarakat tentang anak yang

bagaimanakah yang diberi label berhasil, akan mempengaruhi individu

dalam mengambil keputusan di masa depannya, pangsa pasar yang

menampung lulusan, akan mempengaruhi individu dalam menentukan

pilihannya

g. Pertimbangan dalam Proses Pengambilan Keputusan

Disadari bahwa setiap pengambilan keputusan akan melibatkan

pertimbangan - pertimbangan. Janis dan Mann (dalam Gigih T., 1993:23-24)

mengelompokkan pertimbangan dalam mengambil keputusan ke dalam dua

bagian besar, yaitu :

1) Pertimbangan utilitarian adalah segala pertimbangan yang melibatkan

efek instrumental suatu keputusan, yang mencakup :

a) Pertimbangan keuntungan dan kerugian bagi diri sendiri (termasuk

faktor-faktor yang diantisipasi akan mempunyai pengaruh terhadap

kesejahteraan pribadi).
20

b) Pertimbangan keuntungan dan kerugian terhadap orang lain atau

organisasi (termasuk faktor-faktor yang diantisipasi akan berpengaruh

terhadap kesejahteraan pihak lain atau organisasi).

2) Pertimbangan-pertimbangan non utilitarian adalah pertimbangan-

pertimbangan lain di luar efek instrumental dari keputusan yang

merupakan faktor personal, yang mencakup :

a) Penerimaan dan penolakan diri, yang melibatkan emosi atau perasaan

dan harga diri seseorang.

b) Penerimaan dan penolakan dari orang lain. Hal ini merupakan

antisipasi terhadap umpan balik sosial yang mencakup kritik maupun

penghargaan mempunyai peranan penting dalam menentukan

penilaian terhadap alternatif terbaik yang akan dipilih, terhadap

kemauan untuk melibatkan diri dan terhadap keinginan untuk merubah

atau tetap pada keputusan yang telah diambilnya.

2. Persepsi Siswa pada Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pengertian Persepsi

Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk

individual. Terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya,

sehingga setiap informasi yang datang akan diberi makna yang

berlainan oleh orang yang berbeda. Adanya perbedaan ini merupakan

suatu alasan mengapa seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan orang

lain tidak senang bahkan membenci obyek tersebut. Hal ini sangat tergantung

bagaimana individu menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya. Pada


21

kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku dan penyesuaian ditentukan

oleh persepsinya.

Ruch. F.L. (1967 : 300) memberi pengertian, perception is process

whereby sensory cues and relevant past experience are organized to give us the

most structured, meaningful picture possible under the circumstances. Disini

persepsi merupakan suatu proses tentang petunjuk-petunjuk inderawi/sensori

dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan

kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada situasi tertentu.

Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus

tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi dapat terjadi kapan saja

apabila ada stimulus yang menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi

diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian

obyektif dengan bantuan indera (Chaplin, C.P., 1999: 358).

Wortman, C.B., Loftus, E.F. dan Marshall, M.E. (1985:92) menyatakan

bahwa perception is the process whereby the brain interprets the sensation it

receives, giving them order and meaning. Pengertian yang lebih luas

dikemukakan oleh Holtzman (1978:129) perception was thought to involve the

internal processing by brain of the information, derived through sensation,

about the internal reality : recognizing, organizing, categorizing,

understanding, synthesizing and otherwise making sense of the sensations

experienced. Sementara menurut Davidoff, L.L. (1988 : 232) persepsi adalah

proses yang mengorganisir dan menggabungkan data-data indera kita

(penginderaan/sensasi) untuk dikembangkan sedemikian rupa, sehingga kita


22

dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri sendiri. Karena

merupakan aktivitas yang terorganisasi, maka seluruh pribadi, seluruh apa yang

ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam persepsi itu.

Suharnan (2005:23) mengutip pendapat Matlin dan Solso,

mengemukakan, bahwa persepsi merupakan tahap paling awal dari serangkaian

pemrosesan informasi. Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan

yang telah dimiliki (yang disimpan dalam ingatan) untuk mendeteksi atau

memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh

alat indera manusia. Berdasarkan pemahaman tersebut persepsi merupakan

proses menginterpretasikan atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui

sistem alat indera manusia, yang mencakup dua proses yang berlangsung

secara serempak antara keterlibatan aspek-aspek dunia luar (stimulus-

informasi/pengalaman) dengan dunia di dalam diri seseorang (pengetahuan

yang relevan dan telah disimpan dalam ingatan).

Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan aktivitas mengindera,

mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun

obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan

stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan

akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya,

baik berupa harapan-harapan, nilai-nilai, sikap, ingatan dan lain-lain. Di dalam

proses persepsi individu dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu

obyek yang dapat bersifat positif atau negatif, senang atau tidak senang dan

sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap, yaitu suatu
23

kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di

dalam situasi yang tertentu pula. Dengan demikian persepsi merupakan suatu

fungsi biologis (melalui organ-organ sensoris) dan sekaligus fungsi psikologis

yang memungkinkan individu menerima dan mengolah informasi dari

lingkungan dan mengadakan perubahan-perubahan di lingkungannya. Lebih

lanjut, persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan

kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu

berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi).

Melalui persepsi kita dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia

yang terdiri dari benda serta manusia dengan segala kejadian-kejadiannya.

Dengan persepsi pula kita dapat berinteraksi dengan dunia sekeliling kita,

khususnya antar manusia.

Berdasarkan pengertian di atas disimpulkan, Persepsi adalah suatu

proses yang kompleks dimana individu menerima dan menyadap informasi dari

lingkungan, mengintegrasikan atau mengorganisasikan dan

menginterpretasikan suatu obyek, dengan adanya keterlibatan aspek-aspek

dunia luar (stimulus-informasi/pengalaman) dengan dunia di dalam diri

seseorang (pengetahuan yang relevan dan telah disimpan dalam ingatan),

sehingga mampu memahami obyek yang ada dihadapan kita.

b. Persepsi Siswa pada Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Sosial

Persepsi siswa pada bidang studi IPS adalah sebagai evaluasi personal

siswa SMA atau gambaran yang ada dalam pikiran siswa SMA yang

didasarkan atas pengamatan, pemahaman dan penilaian terhadap bidang studi


24

IPS (pemahaman tentang bidang studi IPS), yang didasari oleh pengetahuan

dan pengalamannya. Dalam hal ini adanya citra dan kesan siswa terhadap

konsep dasar dan tujuan pembelajaran IPS, guru/pengajar, kesan terhadap

buku ajar materi IPS, kesan terhadap tugas-tugas yang diberikan (Sewang,

http://ern.pendis.depag.go.id) , setelah melalui proses persepsi berdasarkan

kebutuhan, harapan dan pengalaman yang dimiliki oleh siswa. Sehingga siswa

mampu memberikan penilaian terhadap bidang studi IPS tersebut.

Persepsi siswa SMA terhadap bidang studi IPS akan membentuk kesan

atau citra dalam dirinya karena adanya proses evaluasi yang akan

mempengaruhi dan menyadarkan dan membentuk cara pandang siswa,

sehingga mendorongnya untuk memilih, menerima (menumbuhkan minatnya)

dan melaksanakan sesuatu (memotivasi) dan memberi dorongan untuk

mempelajari obyek yang dipersepsikan tersebut. Oleh karena telah

mendapatkan gambaran yang lengkap tentang obyek yang akan memungkinkan

untuk mencapai suatu keberhasilan.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Rakhmat, J. (1999:51) menyebutkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh

faktor-faktor personal dan situasional. Sementara Krech dan Crutchfield (dalam

Rakhmat, 1999) menyebutkan faktor yang mempengaruhi persepsi adalah

faktor fungsional (yaitu faktor-faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman

masa lalu dan lain-lain dalam faktor personal) dan struktural (yaitu faktor

stimulus dan kondisi dalam diri individu/sistem persarafan).


25

Sedangkan Walgito (1991: 54-55) menyebut sebagai faktor internal

(yaitu faktor yang ada dalam diri individu itu sendiri) dan eksternal (yaitu

faktor di luar diri individu berupa lingkungan : dalam hal ini orang tua,

masyarakat, teman karib, pengajar, pangsa pasar, dll. dan faktor stimulus,

dalam hal ini bidang studi IPS).

Berdasarkan keterangan di atas, Persepsi seseorang dalam

menangkap informasi dan peristiwa-peristiwa dipengaruhi oleh tiga faktor,

yaitu: 1) orang yang membentuk persepsi itu sendiri, khususnya kondisi intern

(kebutuhan, kelelahan, sikap, minat, motivasi, harapan, pengalaman masa lalu

dan kepribadian), 2) stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu

(benda, orang, proses dan lain-lain),

3) stimulus dimana pembentukan persepsi itu terjadi baik tempat,

waktu, suasana (sedih, gembira dan lain-lain). Senada dengan prinsip tersebut,

maka prinsip dasar dalam persepsi, yaitu: 1) persepsi bersifat relatif, 2)

persepsi bersifat selektif, 3) dan persepsi terorganisasi. Dari masing-masing

karakteristik tersebut memberikan petunjuk bagi pengambilan keputusan untuk

menghindari adanya salah persepsi antara individu yang bersangkutan dengan

obyek yang dipersepsikan. Dalam proses penelitian ini yang termasuk dalam

faktor pengamat (perseptor) adalah individu/siswa atau peserta didik, dan

faktor yang di persepsi adalah bidang Ilmu Pengetahuan Sosial, serta faktor di

mana persepsi berlangsung situasi di tempat proses belajar mengajar

berlangsung.
26

3. Sikap Siswa pada Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pengertian Sikap

Sikap dapat tumbuh selama manusia hidup. Sepanjang hidupnya,

manusia belajar tidak pernah berhenti, bahwa sikap merupakan kecenderungan

individu untuk merespons dengan cara yang khusus terhadap stimulus yang ada

dalam lingkungan sosial.

Azwar, S. (1998 : 4) berdasar berbagai macam definisi, pengertian

sikap dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kerangka pemikiran definisi sikap,

yaitu : Pertama : sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.

Kedua : sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu

obyek dengan cara-cara tertentu. Ketiga : sikap merupakan suatu konstelasi

komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi

dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu obyek.

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, pemikiran pertama

dikemukakan oleh Thurstone (Walgito, 1991 :108; Azwar, 1998:5) bahwa sikap

sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu obyek psikologis.

Disini sikap seseorang terhadap suatu obyek merupakan perasaan mendukung

atau perasaan tidak mendukung pada obyek. Senada dengan pemahaman

tersebut Berkowitz (dalam Azwar , 1998 : 5) menerangkan sikap seseorang

pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah

reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi.

Pemikiran kedua, LaPierre (dalam Azwar, 1998:5) mendefinisikan

sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,


27

predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara

sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah

terkondisikan. Sedangkan pemikiran ketiga definisi dari Secord dan Backman

(Azwar, 1999:5) bahwa sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan

(afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang

terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.

Sedangkan Sears, Freedman dan Peplau (1999 : 137) membandingkan

dua pandangan tradisional yang berbeda, yaitu pendapat Allport (1935)

mengemukakan sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang

diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah

terhadap respons individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan

dengannya. Definisi ini dipengaruhi oleh tradisi tentang belajar, juga

bagaimana pengalaman masa lalu membentuk sikap. Sebaliknya, Krech dan

Crutchfield (1948) menyatakan sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap

dari proses motivasional, emosional, perseptual dan kognitif mengenai

beberapa aspek dunia individu. Definisi ini mendukung perspektif kognitif

yang lebih menekankan pengalaman subyektif di masa sekarang, dan

mengabaikan beberapa petunjuk tentang asal mula sikap.

Chaplin (1999 : 43) menjelaskan sikap adalah satu predisposisi atau

kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus-menerus untuk

bertingkah laku atau untuk mereaksi dengan satu cara tertentu terhadap pribadi

lain, obyek, lembaga atau persoalan tertentu. Kecenderungan disini dapat

berupa positif maupun negatif untuk mengadakan klasifikasi atau kategorisasi.


28

Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat atau menghindar,

positif atau negatif terhadap berbagai keadaan sosial, apakah itu institusi,

pribadi, situasi, ide, konsep dan sebagainya, sehingga dikatakan bahwa sikap

merupakan suatu keadaan internal (internal state) yang mempengaruhi pilihan

tindakan individu terhadap beberapa obyek, pribadi, dan peristiwa.

Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka

atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara

mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan

serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses

pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap

sesuatu.

Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap pada bidang studi

IPS. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan. Sikap peserta didik

terhadap mata pelajaran IPS, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti

pembelajaran bidang studi IPS dibandingkan sebelum mengikuti pembelajaran.

Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam

melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat

rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang

membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.

Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif,

yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau

menjauhi/menghindari sesuatu. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa

sikap adalah kecenderungan, pandangan, pendapat atau pendirian seseorang


29

untuk menilai suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan

penilaiannya dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam menghadapi

suatu objek.

Bermacam definisi sikap di atas, yang satu dan lainnya agak berlainan,

akan tetapi keragaman pengertian tersebut disebabkan oleh sudut pandang dari

penulis yang berbeda. Namun demikian, jika dicermati hampir semua batasan

sikap memiliki kesamaan padang, bahwa sikap merupakan suatu keadaan

internal atau keadaan yang masih ada dalam diri manusia. Keadaan internal

tersebut berupa keyakinan yang diperoleh dari proses akomodasi dan asimilasi

pengetahuan yang mereka dapatkan, sebagaimana pendapat Piagets (Santrock,

2007 : 46) tentang proses perkembangan kognitif manusia. Keyakinan diri

inilah yang mempengaruhi respons pribadi terhadap obyek dan lingkungan

sosialnya. Jika peserta didik yakin bahwa jurusan Ilmu pengetahuan sosial

adalah sangat baik untuk masa depannya, maka ada kecenderungan dalam

dirinya untuk memilihnya. Peserta didik meyakini bahwa jurusan tersebut baik,

maka mereka merespons positif terhadapnya dan bahkan mungkin ia akan

segera memilihnya.

Sehingga dapat disimpulkan sikap adalah gambaran kepribadian

seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik /perilakunya (konatif) dan

tanggapan pikiran berupa kepercayaan atau keyakinan (kognitif) terhadap suatu

keadaan atau suatu objek, yang dipelajari untuk merespon secara positif atau

negatif (afektif) terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang.


30

b. Sikap Siswa pada Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Sosial

Sikap siswa pada bidang studi IPS adalah kecenderungan, keyakinan

siswa pada bidang studi IPS, yang disertai adanya perasaan tertentu dan

memberi dasar kepadanya untuk membuat respons atau berperilaku dengan

cara tertentu sesuai pilihannya.

Sikap siswa yang terbentuk sebagai respons pada bidang studi IPS

yang akan dipilihnya setelah melalui berbagai pertimbangan melalui kombinasi

beberapa pengetahuan, arti dan kepercayaan tentang bidang studi IPS untuk

membentuk evaluasi yang menyeluruh atas suatu tindakan yang akan

dilakukannya. Kepercayaan tersebut dapat dibentuk melalui proses interpretasi

atau diaktifkan melalui ingatan, yang merupakan kepercayaan utama yaitu

sesuatu yang diaktifkan pada suatu saat pada konteks tertentu, dan didapatkan

melalui berbagai pengalaman dan kepercayaan tentang obyek dalam

lingkungan pengambilan keputusannya (Foedjiawati dan S. Hatane, 2007 : 45).

Dalam penelitian ini sikap siswa ditunjukkan kepada pemahaman tentang

konsep dasar dan tujuan pembelajaran studi IPS, penilaiannya terhadap guru

pengajar, kesan terhadap buku ajar IPS, evaluasi terhadap tugas-tugas yang

diberikan.

c. Karakteristik Sikap

Mengacu kepada pemahaman sikap di atas, maka dapat diperkirakan

bahwa siswa yang telah terikat, sudah memiliki pengalaman, pemahaman arti dan

kepercayaan terhadap obyek dalam hal ini bidang studi IPS, maka akan memiliki
31

sikap positif atau negatif dan sikap tersebut akan mempunyai hubungan dengan

perilaku apa yang akan dijalankan di masa yang akan datang.

Karakteristik sikap menurut Engel, dkk. (dalam Foedjiawati dan S.

Hatane, 2007:45) memiliki 5 (lima) dimensi, yaitu : (a). Valence atau arah :

dimensi ini berkaitan dengan kecenderungan sikap, apakah positif, netral atau

negatif terhadap bidang studi IPS. (b). Ekstremitas (extremity) intensitas ke arah

positif atau negatif terhadap bidang studi IPS. Dimensi ini didasari oleh asumsi

bahwa perasaan suka atau tidak suka memiliki tingkatan-tingkatan. (c). Resistensi

(resistance) yaitu tingkat kekuatan sikap untuk tidak berubah. Sikap memiliki

perbedaan konsistensi, ada yang mudah berubah (tidak konsisten), ada yang sulit

berubah (konsisten). (d). Persistensi (persistance). Dimensi ini berkaitan dengan

perubahan sikap secara gradual yang disebabkan oleh waktu. Seiring dengan

perubahan waktu, sikap juga berubah. (e). Tingkat keyakinan (confidence),

dimensi ini berkaitan dengan seberapa yakin seseorang akan kebenaran sikapnya.

Dimensi ini dekat hubungannya dengan perilaku.

d. Komponen Sikap

Secara umum sikap memiliki 3 komponen yakni: kognitif, afektif, dan

kecenderungan tindakan/konatif (Wibowo, dkk., 1996 :4.5; Azwar, S.. 1998 : 24-

28).

1) Komponen Kognitif

Komponen ini berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, dan keyakinan

tentang objek yaitu bidang studi IPS. Bagaimana siswa mempersepsikan bidang

studi IPS ? Komponen kognitif merupakan aspek sikap yang berkenaan dengan
32

penilaian/evaluasi individu terhadap obyek atau subyek. Informasi yang masuk ke

dalam otak manusia, melalui proses analisis, sintesis, dan evaluasi akan

menghasilkan nilai baru yang akan diakomodasi atau diasimilasikan dengan

pengetahuan yang telah ada di dalam otak manusia. Nilai - nilai baru yang

diyakini benar, baik, indah, dan sebagainya. Peserta didik memahami dan

meyakini pentingnya tujuan IPS dan isi pelajaran IPS.

2) Komponen Afektif

Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang

terhadap sikap. Perasaan tersebut dapat berupa rasa senang atau tidak senang

terhadap objek, rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini

menunjukkan ke arah sikap yaitu positif dan negatif. Komponen afektif

menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap

(Azwar, 1998:26), secara umum komponen afektif disamakan dengan perasaan

yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun pengertian perasaan pribadi seringkali

sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap. Peserta didik

memilikik kemauan untuk mempelajari materi IPS dan menerapkannya serta

senang mempelajari buku-buku IPS.

3) Komponen Konatif

Komponen ini merupakan kecenderungan seseorang untuk bereaksi,

bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap,

yaitu besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap

objek sikap. Komponen-komponen tersebut merupakan komponen yang

membentuk struktur sikap.


33

Peserta didik menunjukkan reaksi terhadap motivasi yang diberikan oleh

guru, senang terhadap tugas-tugas, dan senang terhadap metode yang diberikan

oleh guru. Rajin mengerjakan soal-soal. Memiliki tanggungjawab dalam

mengerjakan tugas dan memiliki semangat yang besar untuk menyelesaikan tugas

tersebut.

Ketiganya saling berhubungan dan tergantung satu sama lain. Saling

ketergantungan tersebut apabila seseorang menghadapi suatu objek tertentu, maka

melalui komponen kognitifnya akan terjadi persepsi pemahaman terhadap objek

sikap. Hasil pemahaman sikap individu mengakui dapat menimbulkan keyakinan-

keyakinan tertentu terhadap suatu objek yang dapat berarti atau tidak berarti.

Dalam setiap individu akan berkembang komponen afektif yang kemudian akan

memberikan emosinya yang mungkin positif dan mungkin negatif. Bila

penilaiannya positif akan menimbulkan rasa senang, sedangkan penilaian negatif

akan menimbulkan perasaan tidak senang. Akhirnya berdasarkan penilaian

tersebut akan mempengaruhi konasinya, melalui inilah akan dapat diketahui

apakah individu ada kecenderungan bertindak dalam bertingkah laku, baik hanya

secara lisan maupun bertingkah laku secara nyata. Sikap seseorang seharusnya

konsisten dengan perilaku. Seandainya sikap tidak konsisten dengan perilaku,

mungkin ada faktor dari luar diri manusia yang membuat sikap dan perilaku tidak

konsisten. Faktor tersebut adalah sistem nilai yang berada di masyarakat,

diantaranya norma, politik, budaya, dan sebagainya. Dari penjelasan tersebut jelas

bahwa pengambilan keputusan peserta didik bukan semata-mata tanggung jawab


34

lembaga pendidikan. Tetapi berbagai komponen dalam diri peserta didik perlu

mendapat pertimbangan dari lembaga pendidikan dan pendidik.

e. Fungsi Sikap

Katz, D. Dan Kahn, R.L. (dalam Walgito, 1991:110; Azwar, S., 2000 : 53-

55) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai empat fungsi, yaitu:

1) Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat.

Fungsi ini berkaitan dengan sarana tujuan. Di sini sikap merupakan sarana

untuk mencapai tujuan. Orang memandang sampai sejauh mana objek sikap

dapat digunakan sebagai sarana dalam mencapai tujuan. Bila objek sikap dapat

membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap

positif terhadap objek sikap tersebut. Demikian sebaliknya bila objek sikap

menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif

terhadap objek sikap tersebut. Fungsi ini juga disebut fungsi manfaat, yang

artinya sampai sejauh mana manfaat objek sikap dalam mencapai tujuan.

Fungsi ini juga disebut sebagai fungsi penyesuaian, artinya sikap yang diambil

seseorang akan dapat menyesuaikan diri secara baik terhadap sekitarnya.

2) Fungsi pertahanan ego Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang

demi untuk mempertahankan ego atau akunya. Sikap diambil seseorang pada

waktu orang yang bersangkutan terancam dalam keadaan dirinya atau egonya,

maka dalam keadaan terdesak sikapnya dapat berfungsi sebagai mekanisme

pertahanan ego.

3) Fungsi ekspresi nilai Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan

bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan
35

mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dan dapat

menunjukkan keadaan dirinya. Dengan mengambil nilai sikap tertentu, akan

dapat menggambarkan sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan.

4) Fungsi pengetahuan Fungsi ini mempunyai arti bahwa setiap individu

mempunyai dorongan untuk ingin tahu. Dengan pengalamannya yang tidak

konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau

diubah sedemikian rupa sehingga menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang

mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan tentang

pengetahuan orang tersebut terhadap objek sikap yang bersangkutan.

B. Kerangka Berpikir

Berdasar kajian teoritis di atas dapat dijelaskan secara deskriptif

kerangka pemikiran dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Pengaruh Persepsi Siswa SMA pada Bidang Studi IPS terhadap


Pengambilan Keputusan dalam Memilih Jurusan IPS.

Pengambilan keputusan adalah pendekatan sistematis pada hakekat

suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta, penentuan yang matang dari

alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan

merupakan tindakan yang paling tepat. Yang dipengaruhi oleh adanya faktor-

faktor personal dan eksternal, juga dipengaruhi oleh adanya berbagai

pertimbangan. Salah satu faktor personal dalam diri siswa sebelum

menentukan pilihan jurusan adalah adanya persepsi. Persepsi merupakan

aktivitas mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada

obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, tergantung pada stimulus fisik dan
36

stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan

akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya,

baik berupa harapan-harapan, nilai-nilai, sikap, ingatan dan lain-lain.

Berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam memilih jurusan IPS

dapat dijelaskan bahwa setiap keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi

terhadap informasi. Data yang diterima perlu disaring, diproses dan

ditafsirkan. Data mana yang relevan dengan pengambilan keputusan. Persepsi

dari pengambil keputusan akan ikut menentukan hal tersebut dan akan

memiliki hubungan yang besar pada hasil akhirnya. Selanjutnya bagaimana

peserta didik memandang terhadap obyek yang akan dipilihnya akan

mempengaruhi minat dan motivasinya terhadap obyek tersebut, semakin

positif individu memandangnya maka proses pemilihan akan semakin besar,

demikian juga cara pandang tersebut akan melahirkan kecenderungan dalam

diri individu untuk bertindak atau berperilaku sesuai dengan apa yang

dipersepsikan.

2. Pengaruh Sikap Siswa SMA pada Bidang Studi IPS terhadap


Pengambilan Keputusan dalam Memilih Jurusan IPS.

Sikap merupakan suatu keadaan internal (internal state) yang

mempengaruhi seseorang dalam menentukan pilihan tindakan terhadap

beberapa obyek, pribadi, dan peristiwa. Sikap seseorang merupakan respons

atau penilaian yang diberikannya secara konsisten, konsekuen,

menguntungkan atau tidak menguntungkan, positif atau negatif, suka atau

tidak suka, setuju atau tidak setuju terhadap suatu obyek. Sikap terhadap
37

sesuatu obyek merupakan informasi yang sangat berharga bagi seseorang,

karena dapat dipergunakan sebagai dasar dalam menentukan pilihan. Sikap

dapat mencerminkan melalui apa seseorang memikirkan, merasakan dan apa

yang dilakukan terhadap suatu obyek. Dengan demikian sikap mempunyai

arti penting dalam pengambilan keputusan, karena ada kecenderungan yang

kuat untuk menganggap sikapnya sebagai faktor yang menentukan

perilakunya di masa yang akan datang serta dapat membantu untuk

meramalkan dan mengembangkan pilihan dari berbagai alternatif yang ada.

Sikap dapat membangkitkan, mengatur dan mengorganisasikan perilaku

individu terhadap sekumpulan obyek. Walaupun hubungan sikap dan perilaku

tidak secara mudah dapat diidentifikasi, namun fungsi sikap dapat masuk dan

menentukan perilaku manusia (dalam hal ini dalam mengambil suatu

keputusan). Dengan kata lain sikap dapat mengatur apakah seseorang dapat

menerima atau menolak terhadap rangsangan suatu obyek (perasaan suka atau

tidak suka, menyenangkan atau tidak menyenangkan). Singkatnya sikap

terhadap suatu obyek dapat mempengaruhi pilihan seseorang terhadap obyek

tersebut, dan oleh karena itu dapat menentukan arah yang akan diambil oleh

individu yang bersangkutan.

3. Pengaruh Persepsi dan Sikap Siswa SMA pada Bidang Studi IPS
secara Bersama-sama(simultan) terhadap Pengambilan Keputusan
dalam Memilih Jurusan IPS.

Dalam kaitan pengaruh antara persepsi dan sikap siswa terhadap

pengambilan keputusan dalam memilih jurusan IPS dapat dijelaskan bahwa :

bagaimana peserta didik memandang terhadap obyek yang akan dipilihnya


38

akan mempengaruhi sikap nya terhadap obyek tersebut. Persepsi akan

melahirkan sikap individu, yang selanjutkan sikap individu akan

menumbuhkan minat (adanya perhatian, rasa senang, timbul keinginan dan

timbul perasaan yang meyakinkan dirinya bahwa obyek tersebut memberi

manfaat bagi dirinya) dan motivasi (memberi dorongan, ingin merealisasikan)

agar individu berperilaku sesuai dengan apa yang dipersepsikan, sehingga

dari berbagai pilihan atau alternatif yang tersedia, individu yang bersangkutan

akan menentukan berdasarkan atas persepsinya tersebut.

Semakin positif individu memandangnya maka proses pemilihan akan

lebih besar, demikian juga cara pandang tersebut akan melahirkan sikap

dalam diri individu untuk bertindak atau berperilaku sesuai dengan apa yang

dipersepsikan. Dengan demikian persepsi akan melahirkan sikap individu,

yang selanjutkan sikap individu akan menumbuhkan minat dan motivasi agar

individu berperilaku sesuai dengan apa yang dipersepsikan, sehingga dari

berbagai pilihan atau alternatif yang tersedia, individu yang bersangkutan

akan menentukan berdasarkan atas persepsi dan sikapnya tersebut.

C. Hipotesis

Berdasar kajian teoritis dan kerangka pemikiran di atas, diajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh persepsi siswa SMA pada bidang studi IPS terhadap

pengambilan keputusan dalam memilih jurusan IPS

2. Terdapat pengaruh sikap siswa SMA pada bidang studi IPS terhadap

pengambilan keputusan dalam memilih jurusan IPS


39

3. Terdapat pengaruh persepsi dan sikap siswa SMA pada bidang studi IPS secara

bersama-sama terhadap pengambilan keputusan dalam memilih jurusan IPS.


40

BAB III

METODE PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian


1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas Swasta Kecamatan

Jagakarsa. Sejarah Sekolah Menengah Atas Swasta (SMAS) Kecamatan

Jagakarsa terdiri dari SMA Avicenna, SMA Kartika VIII-1, dan SMA

Yaperjasa . Sekolah Menengah Atas Swasta (SMAS) memiliki dua jurusan

yaitu jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dan Jurusan IPS (Ilmu

Pengetahuan Sosial).
Penelitian ini mengambil populasi siswa Jurusan Ilmu Pengetahuan

Sosial kelas XI yang terdiri atas 3 kelas masing-masing kelas terdiri atas

45 orang siswa, 45 orang siswa dan 40 orang siswa, sehingga jumlah

seluruhnya 130 orang siswa.


2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan periode bulan Desember 2011 sampai dengan

Maret 2012, yang dapat dirinci dalam Tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Jenis Kegiatan Nop Des Jan Febr Maret


.
1. Bimbingan Proposal
2. Persetujuan Instrumen
3. Ijin Penelitian
4. Uji coba instrumen
5. Laporan uji coba
instrumen
6. Penyebaran instrumen
7. Pengumpulan instrumen
8. Analisis data

40
41

No Jenis Kegiatan Nop Des Jan Febr Maret


.
9. Penyelesaian tesis

B Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survai dengan analisis korelasional.

Metode Survey yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun.

M. dan Sofian Effendi, 1995:3). Dimana data digunakan untuk menjelaskan

hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa.


Variabel penelitian terdiri dari variabel terikat (dependent variable) yaitu

pengambilan keputusan dalam memilih jurusan IPS (Y) dan dua variabel bebas

(independent variable) yaitu persepsi siswa pada bidang studi IPS (X 1) dan sikap

siswa pada bidang studi IPS (X2), model konstelasi hubungan antar variabel dalam

penelitian ini disajikan sebagai berikut :


Gambar 3.1 : Konstelasi


X1 Hubungan antar Variabel Penelitian
Dimana : X1 : Persepsi Siswa pada bidang studiY IPS
X2 :X2
Sikap Siswa pada bidang studi IPS
Y : Pengambilan Keputusan dalam memilih Jurusan IPS
: Variabel lain yang tidak diteliti

C Identifikasi Variabel Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka berpikir dan

hipotesis penelitian, maka variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :


1. Variabel terikat (Y) yaitu Pengambilan Keputusan dalam memilih jurusan IPS
2. Variabel bebas yaitu :
a. Persepsi siswa SMA pada bidang studi IPS (X1)
b. Sikap siswa SMA pada bidang studi IPS (X2)

D Definisi Operasional Variabel Penelitian


42

1 Pengambilan keputusan dalam memilih jurusan IPS adalah suatu proses

membuat pilihan-pilihan dari serangkaian aktivitas-aktivitas yang

berkaitan, dengan melakukan pertimbangan-pertimbangan yang matang

untuk membuat suatu kesimpulan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

yaitu dalam memilih jurusan IPS, yang diukur dengan menggunakan skala

pengambilan keputusan dalam memilih jurusan IPS.

2 Persepsi siswa SMA pada bidang stusi IPS adalah suatu proses yang

kompleks dimana siswa menggambarkan yang ada dalam pikirannya yang

didasarkan atas penerimaan dan menyadap informasi dari lingkungan,

mengintegrasikan atau mengorganisasikan, menginterpretasikan sehingga

siswa mampu memahami terhadap obyek (bidang studi IPS) yang ada

dihadapannya , yang diukur dengan skala persepsi siswa pada bidang studi

IPS.

3 Sikap siswa SMA pada bidang studi IPS siswa SMA pada bidang studi IPS

adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik

dan tanggapan pikiran (adanya aspek kognitif, afektif dan konatif)

terhadap suatu keadaan atau suatu objek, yang dipelajari untuk merespons

secara positif atau negatif terhadap suatu objek (yaitu bidang studi IPS),

yang diukur dengan skala sikap siswa pada bidang studi IPS.

E Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel


1 Populasi
43

Populasi penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Atas Swasta

Kecamatan Jagakarsa jurusan IPS kelas XI yang berjumlah 120 siswa, dipilih

kelas XI dengan alasan bahwa siswa yang bersangkutan telah mendapat

informasi dan penjelasan yang cukup memadai tentang jurusan yang akan

dipilihnya saat berada di kelas X, dan telah merasakan berada di posisi kelas

IPS, dengan demikian populasi dalam penelitian ini adalah populasi yang

homogen karena memiliki ciri-ciri dan latar belakang yang sama.

2 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan secara proporsional

sampling dan acak/random sampling. Proporsional sampling digunakan untuk

menentukan proporsi sampel dari tiap kelas dan random sampling untuk

menentukan sampel dalam tiap kelas. sehingga Jumlah sampel yang diambil

berjumlah 65 orang siswa .

Tabel 3.2. Penetapan Sampel Penelitian

Jumlah Sampel
No. SMA Proporsi
Siswa dibulatkan

1. SMA AVICENNA 45 (45:130)X65 = 22,5 23


JAGAKARSA

2. SMA KARTIKA 45 (45:130)X65 = 22,5 22


VIII-1
3. 40 (40:130)X65 = 19,9 20
SMA YAPERJASA
Total 120 65

F Instrumen Penelitian
44

1. Skala Pengukuran

Skala yang digunakan adalah skala likert, yang terdiri dari sangat setuju

(SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Skala ini

digunakan sebab peneliti tidak menginginkan mendapatkan jawaban ragu-ragu

yang akan menjadi pilihan lain responden. Jika ada jawaban di tengah-tengah

seperti jawaban ragu-ragu maka tidak menutup kemungkinan responden akan

terpengaruh untuk memilih jawaban tersebut, sehingga ada kemungkinan

informasi yang dibutuhkan tidak terjawab dengan baik. Skala tersebut diberi

bobot sebagai berikut :

a. Jawaban sangat setuju diberi bobot 4

b. Jawaban setuju diberi bobot 3

c. Jawaban tidak setuju diberi bobot 2

d. Jawaban sangat tidak setuju diberi bobot 1

Adapun kisi-kisi instrumen penelitian dari analisis pengaruh Persepsi

Siswadan Sikap Siswa terhadap Pengambilan Keputusan dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

1 Alat ukur Persepsi Siswa SMA Pada Bidang Studi IPS


Diukur dengan kuesioner dalam bentuk skala persepsi siswa pada

bidang studi IPS, dimensi atau faktor persepsi mengikuti pendapat Solso dan

Matlin yang dikutip Suharnan (2005:23) bahwa untuk melakukan persepsi

siswa dibutuhkan pengetahuan dan pengalamannya. Dimana indikator adalah

persepsi terhadap konsep IPS, guru pengajar, buku pegangan/bahan ajar dan
45

terhadap tugas-tugas yang dihadapinya, yang dinyatakan dalam bentuk skor

persepsi siswa pada bidang studi IPS.


Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Persepsi Siswa pada Bidang Studi IPS

Variabel Dimensi Nomor Item


Pertanyaan
1 2 3
Persepsi Siswa (X1) Pengetahuan Konsep IPS 1.2,3
Pengetahuan Guru Pengajar 4, 5, 6
Buku Pegangan Belajar 7, 8, 9
Tugas Tugas Pembelajaran 10, 11, 12

2 Alat ukur Sikap Siswa SMA pada Bidang Studi IPS


Diukur menggunakan kuesioner dalam bentuk skala sikap, yang

dinyatakan dalam bentuk skor sikap pada bidang studi IPS. Komponen sikap

mengikuti pendapat Secord dan Backman yang dikutip Azwar (1998:4) bahwa

sikap sebagai konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif yang

saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap obyek.

Indikatornya adalah keyakinan, perasaan dan respons terhadap konsep dan tujuan

IPS, terhadap guru pengajar, sikap terhadap bahan ajar, sikap terhadap tugas-

tugas yang diberikan. Yang dinyatakan dalam bentuk skor sikap siswa pada

bidang studi IPS.


Tabel 3.4. Kisi-kisi Butir instrumen sikap siswa

Variabel Dimensi Nomor Item


Pertanyaan
1 2 3
Sikap Siswa (X2) Kemauan untuk mempelajari 1, 2, 3
46

materi IPS
Kemauan untuk menerapkan 4, 5, 6
konsep IPS
Senang mempelajari buku dan 7, 8, 9, 10
tugas IPS

3 Alat Ukur Pengambilan Keputusan Dalam Memilih Jurusan IPS

Diukur dengan menggunakan skala pengambilan keputusan dalam

memilih jurusan IPS. Variabel ini dinyatakan dalam bentuk skor pengambilan

keputusan dalam memilih jurusan IPS. Adapun komponen pengambilan keputusan

mengikuti model pengambilan keputusan menurut Simon (dalam Suryadi dan

Ramadhani, 2000:15-16) ada 3 fase/tahap yaitu : tahap penelusuran lingkup

masalah (intelligence), tahap perancangan penyelesaian masalah (design), tahap

pemilihan tindakan (choice) yaitu tahap pelaksanaan tindakan (Implementation).

Indikator-indikator didasarkan pada Konsep dasar dan tujuan bidang studi IPS,

guru pengajar, buku pegangan belajar dan tugas-tugas yang diberikan.

Tabel 3.5. Kisi-kisi Butir Instrumen Pengambilan Keputusan

Variabel Dimensi Nomor Item


Pertanyaan
1 2 3
Pengambilan Keputusan Pemahaman dan Pengalaman 1, 2
(Y)
Keyakinan, kemauan dan 3, 4
tanggungjawab terhadap IPS
Pertimbangan berdasar 5, 6
pemahaman masalah
Memilih dan menguji solusi 7, 8
47

yang diambil
Memilih satu dari berbagai 9, 10
alternatif
Memantapkan pilihan 11, 12

4 Uji Instrumen

Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah angket atau kuesioner,

yaitu keharusan sebuah angket atau kuesioner untuk valid dan reliabel. Pengujian

validitas dan reliabilitas adalah proses menguji butir-butir pertanyaan yang ada

dalam sebuah angket atau kuesioner, apakah isi dari butir pertanyaan tersebut

sudah valid dan reliabel.

Dalam pengujian butir angket atau kuesioner tersebut, bisa saja ada butir-

butir pertanyaan yang ternyata tidak valid dan reliabel, sehingga harus dibuang

atau diganti dengan pertanyaan yang lain. Sebagai contoh, untuk mengukur faktor

1 dipakai 14 butir pertanyaan. Setelah lewat pengujian, ternyata ada 5 butir yang

gugur, maka yang valid dan reliabel tinggal 9 butir pertanyaan. Analisis dimulai

dengan menguji validitas terlebih dahulu, baru diikuti oleh uji reliabilitas. Jadi

jika sebuah butir tidak valid, maka otomatis ia dibuang. Butir-butir yang sudah

valid kemudian baru secara bersama diukur reliabilitasnya.

a. Uji Validitas

Data mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam suatu

penelitian, hal ini dikarenakan data merupakan penggambaran variabel yang

diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar

atau tidaknya suatu data, sangat menentukan mutu atau tidaknya data tersebut.

Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji coba validitas


48

instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang

diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauhmana data yang

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Langkah dalam menguji validitas menurut Sugiono (2000), adalah

dengan teknik korelasi Pearson Moment. Item yang mempunyai korelasi

positif dengan skor total serta korelasinya tinggi menunjukkan bahwa item

tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum

untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r hitung = r tabel (pada jumlah

sampel dan tingkat alpha yang ditetapkan). Jadi kalau korelasi antara butir

pernyataan dengan skor total pernyataan ( r ) < r tabel pada jumlah sampel dan

tingkat alpha yang ditetapkan maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan

tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Suatu alat pengukur reliabel jika kita selalu mendapatkan hasil yang

tetap sama dari gejala pengukuran yang tidak berubah yang dilakukan pada

waktu yang berbeda-beda. Pengukuran reliabilitas dilakukan hanya sekali dan

jika terdapat konsistensi (stabil) di dalamnya maka barulah dapat dikatakan

reliabel. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil

pengukuran dapat dipercaya. Sehingga hasil pengukuran tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran ulang terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang
49

sama pula. Reliabilitas mengacu pada homogenitas dari alat ukur, di mana

berbagai macam pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui suatu hal

mempunyai kaitan erat satu dengan yang lainnya. Untuk menguji reliabilitas

digunakan teknik koefisien Alpha Cronbach, menurut Sugiono (2000) apabila

koefisien alpha 0,6 maka instrumen dapat dikatakan atau dinyatakan

reliabel.

G Teknik Analisis Data

Analisa data merupakan tujuan pokok dari kegiatan penelitian, agar analisa

data mudah dibaca, dimengerti dan membuktikan benar atau tidaknya hipotesis

(diterima atau tidak.). Penulis di dalam penelitian menggunakan analisa statistik,

yang pengolahan datanya dibantu oleh program komputer SPSS.

a. Analisa Regresi Linier Berganda

Digunakan untuk mengetahui pengaruh antar variabel terhadap


variabel lainnya (sifat hubungan kuat atau lemah), dengan rumusan Sugiono
(2000) :
Y = a + b1X1 + b2X2
Di mana :

Y = Variabel Pengambilan Keputusan

a = Konstanta (Intercept)

b = Parameter Koefisien Regresi

X1 = Variabel Tingkat Persepsi Siswa

X2 = Variabel Sikap Siswa

Dalam menggunakan model analisa regresi berganda agar

menghasilkan Best Linear Unbiased Estimator (BLUE), harus dilakukan


50

evaluasi ekonometrik. Evaluasi ini menurut Santosa dan Ashari (2005) untuk

mengetahui apakah penggunaan regresi berganda sebagai alat analisis telah

memenuhi beberapa asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas,

uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Di mana kegunaan masing-masing

uji diterangkan sebagai berikut :

1) Uji Linearitas

Sebelum dilakukan analisis regresi linier, terlebih dahulu dilakukan uji

linearitas. Uji linearitas merupakan upaya untuk memenuhi salah satu

asumsi analisis regresi linear yang mensyaratkan adanya hubungan

variabel bebas dan variabel terikat yang saling membentuk kurva linear.

Kurva linear dapat terbentuk apabila setiap kenaikan skor variabel bebas

diikuti oleh kenaikan skor variabel terikat. Linearitas ini bisa diuji dengan

menggunakan scatter plot (diagram pencar) dengan member tambahan

garis regresi. Apabila garis regresi mengarah ke kanan atas maka ada

hubungan linearitas pada hubungan dua variabel yang diteliti.

2) Uji Normalitas

Tujuan uji asumsi ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi, variabel dependent, variabel independent atau keduanya

mempunyai distribusi normal atau tidak. Menurut Putrawan dalam

Sudarmanto (2005) suatu penelitian yang melakukan pengujian hipotesis

dengan menggunakan uji F dan atau Uji t menuntut suatu asumsi yang

harus diuji, yaitu populasi harus berdistribusi normal. Uji Normalitas ini

bertujuan untuk membuktikan bahwa variabel-variabel bebas dan terikat


51

dalam regresi linear berganda dari hasil penelitian mempunyai distribusi

normal. Cara yang dipakai dalam penelitian ini untuk menguji normalitas

adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari

grafik. Adapun dasar pengambilan keputusannya adalah :

a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

3) Uji Multikolinearitas

Uji asumsi ini bertujuan menguji apakah pada model regresi


ditemukan adanya korelasi antar variabel independent. Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Dalam
memilih variabel bebas sebaiknya digunakan variabel-variabel yang tidak
saling memiliki korelasi terlalu tinggi. Sebagai acuan, koefisien korelasi
antara dua variabel bebas sebaiknya tidak melebihi +0,7 atau kurang -0,7.
Jika variabel-variabel tersebut memiliki korelasi yang tinggi, akan
memberikan informasi berlebihan yang tidak meningkatkan kemampuan
regresi untuk menjelaskan.
Multikolinearitas diindikasikan terjadi bila salah satu parameter atau
lebih dalam uji-t tidak signifikan tetapi nilai R 2 atau nilai uji F sangat
besar. Selain itu, multikolinearitas bisa diketahui dari matriks korelasi
variabel bebas, nilai tolerance, atau Variance Inflation Factor (VIF).
Dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) nilai cut-off yang umum
dipakai untuk mengindikasikan adanya multikolinearitas ialah tolerance <
0,1 atau VIF > 10 (Gujarati, 1995).
4) Uji Heteroskedastisitas
52

Uji asumsi ini bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi,
terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas.
Heteroskedastisitas timbul pada saat asumsi bahwa varian dari faktor
simpangan (galat) adalah konstan untuk semua nilai dari variabel bebas
yang tidak terpenuhi (Salvator, 2001). Apabila asumsi tidak terjadinya
heteroskedastisitas ini tidak terpenuhi, maka penafsiran dari regresi linear
berganda yang didapat tidak lagi efisien dan estimasi dapat dikatakan
menjadi kurang akurat. Cara yang dipakai dalam penelitian ini untuk
menguji heteroskedastisitas adalah dengan Diagram Scatter Plot. Adapun
dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada

membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar

kemudian menyempit) maka telah terjadi heterokedastisitas.

b) Jika tida ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

5) Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi di mana


variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Artinya nilai
variabel dependen tidak berhubungan dengan variabel itu sendiri. Menurut
Rietveld dan Sunaryanto dalam Sudarmanto (2005), regresi yang
terdeteksi autokorelasi dapat berakibat pada biasnya interval kepercayaan
dan ketidaktepatan penerapan uji F dan Uji t, karena akan memberikan
kesimpulan yang salah. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi,
dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW). Distribusi DW berbentuk
53

simetris dengan 2,0 sebagai nilai tengahnya. Konfidensi interval dapat


dibagi dalam 5 bagian (Gujarati, 1995), yaitu jika :
a) DW < dl terjadi autokorelasi positif

b) dl < DW < du tidak dapat disimpulkan

c) du < DW < 4 du tidak ada autokorelasi 0 dl du 4 du 4 dl

d) 4 du < DW < 4 dl tidak dapat disimpulkan

e) DW > 4 dl terjadi autokorelasi negatif

6) Uji F (Pengujian bersama-sama)

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah secara simultan (bersama-


sama) koefisien regresi variabel bebas mempunyai pengaruh nyata atau
tidak terhadap variabel terika. Pengujian ini dilakukan dengan
membandingkan antara F hitung dengan F tabel. Di mana rumus dari nilai
F hitung adalah sebagai berikut (Gujarati, 1997).

R2 / (k - 1)
F hitung =
( 1 R2) / (N k)

Di mana :
R2 = Koefisien determinasi
k = Jumlah variabel
N = Jumlah sampel
Bila hasi F hitung lebih besar dari F tabel dengan derajat kesalahan
5%, df1 = k dan df2 = n k 1, maka artinya variabel-variabel bebas
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat atau dapat dilihat
dari signifikasi (sig). Yang lebih kecil dari taraf signifikasi () 0,05 pada
uji F. Kondisi ini (F hitung > F tabel) menunjukkan bahwa seluruh variabel
bebas secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan terhadap
variasi pada variabel terikatnya.
7) Uji t (Parsial)
54

Uji t dilakukan untuk mengetahui masing-masing sumbangan variabel


bebas secara parsial terhadap variabel terikat, menggunakan uji masing-
masing koefisien regresi variabel bebas apakah mempunyai pengaruh yang
bermakna atau tidak terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan
dengan membandingkan antara nilai t hitung dengan t tabel untuk masing-
masing variabel bebas. Di mana rumus dari nilai t hitung adalah sebagai
berikut (Gujarati, 1997) :
i
t hitung =
Se(i)

Di mana :
i = Koefisien regresi
Se(i) = Standar deviasi

Apabila nilai t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima pada

tingkat keyakinan 95% dengan demikian ada dua pengaruh yang signifikan

antara masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Sedangkan

apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti

tidak ada pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel bebas

terhadap variabel terikat.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1 Deskriptif Data Penelitian


55

Deskriptif data hasil penelitian didasarkan pada skor dari alat instrumen

penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh persepsi dan sikap siswa

pada bidang studi IPS terhadap pengambilan keputusan dalam memilih jurusan

IPS (studi pada siswa kelas XI SMAS Kecamatan Jagakarsa), responden

penelitian ini berjumlah 65 orang siswa kelas XI jurusan IPS.

Sebelum menganalisa pendapat responden terhadap pengaruh Persepsi

Siswa dan sikap siswa terhadap Pengambilan Keputusan pada siswa kelas XI

SMAS di Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan, maka penulis akan memberikan

gambaran atau karakteristik dari responden yang menjadi sampel dalam penelitian

ini :

Tabel 4.1. Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki Laki 30 46,15


Perempuan 35 53,85

Total 65 100

Dari tabel 4.1. di atas terlihat bahwa kaum perempuan masih menjadi

responden yang paling dominan di Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Hal ini

dapat dilihat dengan persentase yang sebesar 53,85% dari sampel responden

menunjukkan berjenis kelamin perempuan. Sedangkan jumlah responden siswa

yang berjenis kelamin laki-laki adalah sebesar 46,15% dari sampel responden.
56

Dari data yang dijelaskan di atas maka dapat dikatakan bahwa karakteristik

responden dari segi jenis kelamin, mereka semua layak untuk menjawab

kuesioner.

2 Hasil Kuesiner Persepsi Siswa (X1)

Dari hasil pengolahan kuesioner yang dibantu dengan program komputer

SPSS versi 17.0 diperoleh distribusi jawaban atau ouput dari para responden

sebagai berikut :

a. Dimensi Pengetahuan Konsep IPS

Tabel 4.2. Memahami konsep IPS


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 5 7.7 7.7 7.7
2 14 21.5 21.5 29.2
3 36 55.4 55.4 84.6
4 10 15.4 15.4 100.0
Total 65 100.0 100.0

Tabel 4.3. Memiliki pengetahuan tentang konsep IPS


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 6 9.2 9.2 9.2
2 9 13.8 13.8 23.1
3 29 44.6 44.6 67.7
4 21 32.3 32.3 100.0
Total 65 100.0 100.0
57

Tabel 4.4. Memahami pentingnya Konsep IPS


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
2 16 24.6 24.6 24.6
Valid
3 37 56.9 56.9 81.5
4 12 18.5 18.5 100.0
Total 65 100.0 100.0

Dari hasil kuesioner didapat bahwa rata-rata 74,36% Siswa SMA

Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan menjawab setuju (jumlah persentase

setuju dan sangat setuju) bahwa setiap siswa harus memahami konsep tentang

IPS dan memiliki persepsi tentang konsep IPS. Hal ini menunjukkan juga

bahwa 74,36% Siswa SMA Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan memiliki

pengetahuan konsep IPS dan memahami pentingnya IPS..

b. Pengetahuan Guru Pengajar

Tabel 4.5. Menarik


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 5 7.7 7.7 7.7
2 10 15.4 15.4 23.1
3 29 44.6 44.6 67.7
4 21 32.3 32.3 100.0
Total 65 100.0 100.0

Tabel 4.6. Demokratis


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 17 26.2 26.2 26.2
3 19 29.2 29.2 55.4
4 29 44.6 44.6 100.0
Total 65 100.0 100.0
58

Tabel 4.7. Perhatian


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 1 1.5 1.5 1.5
2 16 24.6 24.6 26.2
3 33 50.8 50.8 76.9
4 15 23.1 23.1 100.0
Total 65 100.0 100.0

Dari hasil kuesioner didapat bahwa sebagian besar responden atau

rata-rata 74,86% Siswa SMA Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan

menjawab setuju (jumlah persentase setuju + sangat setuju) bahwa

Pengetahuan Guru Pengajar menarik demokratis dan penuh perhatian. Dari

hasil kuesioner tersebut juga dapat jelaskan bahwa 74,86% persepsi siswa

SMK Kecamatan Jagakarsa merasa memiliki persepsi bahwa pengetahuan

guru yang disajikan kepada siswa menarik, bemokratis dan penuh perhatian.

c. Dimensi Buku Pegangan Belajar


59

Tabel 4.8. Mudah dipahami


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 7 10.8 10.8 10.8
2 14 21.5 21.5 32.3
3 31 47.7 47.7 80.0
4 13 20.0 20.0 100.0
Total 65 100.0 100.0

Tabel 4.9. Komunikatif


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
2 16 24.6 24.6 24.6
Valid
3 37 56.9 56.9 81.5
4 12 18.5 18.5 100.0
Total 65 100.0 100.0

Tabel 4.10. Dapat membantu memecahkan masalah


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 3 24 36.9 36.9 36.9

4 41 63.1 63.1 100.0

Total 65 100.0 100.0

Selanjutnya dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa bahwa rata-rata

81,02% siswa di sekolah SMA Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan menjawab

setuju (jumlah persentase sangat setuju + setuju) bahwa Buku Pegangan Belajar

merupakan hal yang penting dalam dalam menunjang prose belajar. Hal ini

menunjukkan juga bahwa 81,02% siswa-siswa SMA Kecamatan Jagakarsa

Jakarta Selatan, merasa untuk memahami konsep IPS perlu ditunjang oleh buku

pegangan belajar yang refresentaif, komunikatif dan membantu memecahkan

masalah.

d. Tugas Pembelajaran
60

Tabel 4.11. Bukan beban yang berat


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 2 17 26.2 26.2 26.2


3 19 29.2 29.2 55.4
4 29 44.6 44.6 100.0
Total 65 100.0 100.0

Tabel 4.12. Memiliki nilai positif


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 1 1.5 1.5 1.5


2 16 24.6 24.6 26.2
3 33 50.8 50.8 76.9
4 15 23.1 23.1 100.0
Total 65 100.0 100.0

Tabel 4.13. Selalu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bidang


studi yang diajarkan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 3 44 67.7 67.7 67.7

4 21 32.3 32.3 100.0

Total 65 100.0 100.0

Selanjutnya dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata

82,66% siswa SMA di Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan menjawab

setuju (jumlah persentase sangat setuju + setuju) bahwa tugas

pembelajaran merupakan hal yang penting dalam membentuk kemampuan

siswa. Hal ini menunjukkan bahwa 82,66% siswa merasa setiap tugas

pembelajaran, selalu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bidang

studi yang diajarkan menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

H Hasil Kuesioner Sikap Siswa (X2)


61

1. Dimensi Kemauan mempelajari materi IPS

Tabel 4.14. Belajar sendiri


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 6.2 6.2 6.2
2 38 58.5 58.5 64.6
3 15 23.1 23.1 87.7
4 8 12.3 12.3 100.0
Total 65 100.0 100.0

Tabel 4.15. Belajar berkelompok


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 28 43.1 43.1 43.1
3 25 38.5 38.5 81.5
4 12 18.5 18.5 100.0
Total 65 100.0 100.0

Tabel 4.16. Belajar menggunakan media elektronik dan cetak


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 2 34 52.3 52.3 52.3


3 25 38.5 38.5 90.8
4 6 9.2 9.2 100.0
Total 65 100.0 100.0

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata

49,69% siswa SMA di Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan

menjawab setuju (jumlah persentase sangat setuju + setuju) bahwa

dimensi kemauan untuk mempelajari materi merupakan sikap yang

tekun untuk memperoleh pengetahuan. Namun masih ada sebagian


62

lagi yaitu rata-rata 53,01% tidak setuju (jumlah persentase sangat

tidak setuju + tidak setuju). Hal ini dikarenakan siswa yang

bersangkutan merasa belum atau kurang melaksanakannya.

2. Kemauan untuk menerapkan konsep

Tabel 4.17 Menerapkan konsep dalam kehidupan sehari-hari


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 22 33.8 33.8 33.8
3 35 53.8 53.8 87.7
4 8 12.3 12.3 100.0
Total 65 100.0 100.0

Tabel 4.18. Menggunakan konsep IPS dalam memecahkan masalah


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 19 29.2 29.2 29.2
3 33 50.8 50.8 80.0
4 13 20.0 20.0 100.0
Total 65 100.0 100.0

Tabel 4.19. Menerapkan konsep untuk mengetahui pengetahuan baru


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 1 1.5 1.5 1.5
2 18 27.7 27.7 29.2
3 38 58.5 58.5 87.7
4 8 12.3 12.3 100.0
Total 65 100.0 100.0

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata 69,24%

siswa SMA di Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan menjawab

setuju (jumlah persentase sangat setuju + setuju) bahwa dimensi

kemauan untuk menerapkan konsep yang tercermin dari kepentingan

konsep dalam memecahkan kehidupan sehari-hari, menerapkan


63

konsep dalam memecahkan masalah, dan keingintahuan untuk

memperoleh pengetahuan baru. Namun masih ada cukup banyak

juga yaitu rata-rata 30,76% menjawab tidak setuju (jumlah

persentase sangat tidak setuju + tidak setuju). Hal ini dikarenakan

mungkin siswa yang bersangkutan merasa tidak ada manfaatnya.

3. Senang menerima tugas

Tabel 4.20. Merupakan tantangan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 1 1.5 1.5 1.5
2 10 15.4 15.4 16.9
3 44 67.7 67.7 84.6
4 10 15.4 15.4 100.0
Total 65 100.0 100.0

Tabel 4.21. Meningkatkan prestasi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 1 1.5 1.5 1.5
2 13 20.0 20.0 21.5
3 32 49.2 49.2 70.8
4 19 29.2 29.2 100.0
Total 65 100.0 100.0
64

Tabel 4.22. Memiliki manfaat


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 33 50.8 50.8 50.8
3 22 33.8 33.8 84.6
4 10 15.4 15.4 100.0
Total 65 100.0 100.0

Tabel 4.23. Meningkatkan kemandirian


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 6.2 6.2 6.2
2 16 24.6 24.6 30.8
3 32 49.2 49.2 80.0
4 13 20.0 20.0 100.0
Total 65 100.0 100.0

Kemudian dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata

69,98% siswa SMA di Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan

menjawab setuju (jumlah persentase sangat setuju dan setuju) bahwa

senang menerima tugas yang tercermin dari kemauan siswa

mempelajari dan menerima tugas sebagai sesuatu tantangan,

meningkatkan prestasi dan memiliki makna karena bermanfaat dan

dapat meningkatkan kemandirian. Namun masih cukup banyak juga

yaitu 30,02% responden yang belum merasa diterapkan.

I Hasil Kuesioner Pengambilan Keputusan (Y)

Dari hasil pengolahan kuesioner yang dibantu dengan program

komputer SPSS versi 17.0 diperoleh distribusi jawaban atau ouput dari

para responden mengenai pengambilan keputusan sebagai berikut :

1. Dimensi Pemahaman dan pengalaman


65

Tabel 4.24. berorientasi masa depan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 28 43.1 43.1 43.1
3 31 47.7 47.7 90.8
4 6 9.2 9.2 100.0
Total 65 100.0 100.0

Tabel 4.25 Tidak Ragu dalam menentukan keputusan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 10 15.4 15.4 15.4
3 37 56.9 56.9 72.3
4 18 27.7 27.7 100.0
Total 65 100.0 100.0

Hasil kuesioner menunjukkan bahwa rata-rata 70,75% siswa

SMA di Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan menjawab setuju

(jumlah persentase sangat setuju + setuju) bahwa dimensi

Pemahaman dan pengalaman dalam pengambilan keputusan yang

sangat berpengaruh. Namun masih cukup banyak juga yang yaitu

rata-rata 29,25% yang menyatakan sebaliknya.

2. Dimensi Keyakinan, kemauan dan tanggung jawab

Tabel 4.26. Pengambilan keputusan didasari oleh keyakinan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 20 30.8 30.8 30.8
3 34 52.3 52.3 83.1
4 11 16.9 16.9 100.0
Total 65 100.0 100.0
66

Tabel 4.27. Pengambilan keputusan karena keinginan dan tanggung jawab


masa depan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 4.6 4.6 4.6
2 9 13.8 13.8 18.5
3 36 55.4 55.4 73.8
4 17 26.2 26.2 100.0
Total 65 100.0 100.0

Hasil kuesioner menunjukkan bahwa rata-rata 75,4% siswa di

Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan menjawab setuju (jumlah

persentase sangat setuju + setuju) bahwa dimensi keyakinan,

kemauan dan tanggung jawab dapat membentuk atau menghasilkan

Pengambilan Keputusan yang baik. Sisanya rata-rata 24,6%

responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan di atas.

3. Pertimbangan pemahaman masalah

Tabel 4.28. Saya memahami dan menguasai cara pengambilan keputusan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 5 7.7 7.7 7.7
3 33 50.8 50.8 58.5
4 27 41.5 41.5 100.0
Total 65 100.0 100.0

Tabel 4.29. Pengambilan keputusan untuk mengurangi masalah


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 13 20.0 20.0 20.0
3 30 46.2 46.2 66.2
4 22 33.8 33.8 100.0
Total 65 100.0 100.0
67

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata

86,15% siswa SMA di Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan

menjawab setuju (jumlah persentase sangat setuju dan setuju) bahwa

dimensi pertimbangan pemahaman masalah dalam Pengambilan

Keputusan sangat berpengaruh. Dan hanya sebagian kecil atau rata-

rata 13,85% responden yang menyatakan tidak setuju dengan

pernyataan di atas.

4. Dimensi Memilih dan menguji solusi yang diambil

Tabel 4.30. Menentukan pilihan sesuai keyakinan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 2 3.1 3.1 3.1
2 19 29.2 29.2 32.3
3 35 53.8 53.8 86.2
4 9 13.8 13.8 100.0
Total 65 100.0 100.0

Tabel 4.31. Menerima akibat pengambilan keputusan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 28 43.1 43.1 43.1
3 31 47.7 47.7 90.8
4 6 9.2 9.2 100.0
Total 65 100.0 100.0

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata 62,50% siswa

SMA di Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan menjawab setuju

(jumlah persentase sangat setuju + setuju) bahwa dimensi memilih

dan menguji solusi yang diambil siswa merupakan salah satu yang
68

dapat membentuk atau menghasilkan Pengambilan Keputusan yang

baik. Tetapi masih banyak juga yaitu rata 37,50% responden

menjawab tidak setuju bahwa memilih dan menguji solusi yang

diambil merupakan salah satu yang dapat membentuk Pengambilan

Keputusan.

5. Dimensi Memilih satu dari berbagai alternatif

Tabel 4.32. Tanpa pengaruh orang lain


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 47 72.3 72.3 72.3
4 18 27.7 27.7 100.0
Total 65 100.0 100.0

Tabel 4.33 Bila terjadi permasalahan, saya akan selalu membantu mencari
solusi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 4.6 4.6 4.6
2 12 18.5 18.5 23.1
3 29 44.6 44.6 67.7
4 21 32.3 32.3 100.0
Total 65 100.0 100.0

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata mayoritas

responden 88,45% guru-siswa SMA di Kecamatan Jagakarsa Jakarta

Selatan menjawab setuju (jumlah persentase sangat setuju + setuju)

bahwa dimensi memilih satu dari berbagai alternatif seorang siswa

merupakan salah satu yang dapat membentuk atau menghasilkan


69

Pengambilan Keputusan yang baik. Hanya sebagian kecil yaitu rata-

rata 11,55% yang menjawab sebaliknya.

6. Memantapkan pilihan

Tabel 4.34. Memantapakn pilihan tanpa keraguan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 2 3.1 3.1 3.1
2 19 29.2 29.2 32.3
3 35 53.8 53.8 86.2
4 9 13.8 13.8 100.0
Total 65 100.0 100.0

Tabel 4.35. Menetapkan pilihan dengan pertimbangan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 28 43.1 43.1 43.1
3 31 47.7 47.7 90.8
4 6 9.2 9.2 100.0
Total 65 100.0 100.0
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata

62,55% siswa SMA di Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan

menjawab setuju (jumlah persentase sangat setuju dan setuju) bahwa

dimensi memantapkan pilihan merupakan salah satu yang dapat

membentuk atau menghasilkan Pengambilan Keputusan yang baik..

Tetapi masih ada juga yaitu rata-rata 37,75% yang menyatakan tidak

setuju (jumlah persentase sangat tidak setuju + tidak setuju).

J Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, telah dilakukan uji validitas dan

reliabilitas dari instrument penelitian. Instrumen penelitian tersebut terdiri dari

kuesioner dari butir-butir Persepsi Siswa, sikap siswa dan Pengambilan


70

Keputusan. Tujuan uji validitas dan reliabilitas adalah untuk mengetahui

apakah pernyataan dalam kuesioner tersebut dapat dimengerti sehingga tidak

menimbulkan interprestasi yang berbeda-beda yang dapat menimbulkan

banyaknya pernyataan yang tidak valid dan reliabel.

1. Uji Validitas

Alat ukur yang digunakan dalam pengujian validitas kuesioner adalah

dengan menggunakan angka hasil korelasi antara skor pernyataan dan skor

keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi dalam kuesioner.

Rumus korelasi yang digunakan adalah korelasi pearson, dimana dalam

perhitungannya menggunakan bantuan program komputer SPSS versi

17.0. Dari hasil perhitungan didapat item-item yang gugur dari setiap skala

sebagai berikut :

Tabel 4.36. Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Siswa (X1)

Variabel Koefisien Korelasi Keterangan


Pengetahuan Konsep IPS
Pernyataan X1.1 0.445 Valid
Pernyataan X1.2 0.545 Valid
Pernyataan X1.3 0.763 Valid
Pengetahuan Guru
Pengajar
Pernyataan X1.4 0.476 Valid
Pernyataan X1.5 0.855 Valid
Pernyataan X1.6 0.765 Valid
Buku Pegangan Belajar
Pernyataan X1.7 0.524 Valid
Pernyataan X1.8 0.661 Valid
Pernyataan X1.9 0.726 Valid
Tugas pembelajaran
Pernyataan X1.10 0.524 Valid
Pernyataan X1.11 0.661 Valid
Pernyataan X1.12 0.726 Valid
71

Tabel 4.37. Hasil Uji Validitas Variabel Sikap siswa (X2)

Variabel Koefisien Korelasi Keterangan


Kemauan untuk
mempelajari materi
Pernyataan X2.1 0.693 Valid
Pernyataan X2.2 0.813 Valid
Pernyataan X2.3 0.754 Valid
Kemauan untuk
menerapkan konsep
Pernyataan X2.4 0.729 Valid
Pernyataan X2.5 0.779 Valid
Pernyataan X2.6 0.711 Valid
Disiplin Progresif
Pernyataan X2.7 0.332 Valid
Pernyataan X2.8 0.300 Valid
Pernyataan X2.9 0.703 Valid
Pernyataan X2.10 0.789 Valid

Tabel 4.38. Hasil Uji Validitas Variabel Pengambilan Keputusan (Y)

Variabel Koefisien Keterangan


Korelasi
Dimensi Pemahaman dan
pengalaman
Pernyataan Y1.1 0.558 Valid
Pernyataan Y1.2 0.758 Valid
Dimensi keyakinan, kemauan
dan tanggung jawab
Pernyataan Y1.3 0.579 Valid
Pernyataan Y1.4 0.584 Valid
Dimensi Pertimbangan
pemahaman masalah
Pernyataan Y1.5 0.621 Valid
Pernyataan Y1.6 0.816 Valid
Dimensi Memilih dan menguji
solusi yang diambil
Pernyataan Y1.7 0.695 Valid
Pernyataan Y1.8 0.558 Valid
72

Dimensi Memilih satu dari


berbagai alternatif
Pernyataan Y1.9 0.837 Valid
Pernyataan Y1.10 0.750 Valid
Dimensi Memantapkan pilihan
Pernyataan Y1.11 0.695 Valid
Pernyataan Y1.1 0.558 Valid

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa butir-butir pernyataan dari

variabel Persepsi Siswa (X1), variabel sikap siswa (X2) dan variabel

Pengambilan Keputusan (Y) semua dinyatakan valid karena nilai total

korelasinya ( r ) positif dan nilai r tersebut tidak lebih kecil dari nilai r

tabel pada sampel 65 dengan tingkat signifikan 0,05 sebesar 0,244.

a. Uji Reliablitas

Selain uji validitas, uji reliabilitas termasuk bagian dari langkah

pertama sebelum melakukan analisa penelitian. Uji reliabilitas digunakan

untuk menunjukkan sejauh mana suatu instrumen mampu menghasilkan

suatu hasil pengukuran yang relatif konsisten apabila pengukuran

diulangi dua kali atau lebih. Uji ini dilakukan dengan menggunakan

teknik Cronbachs Alpha. Dalam perhitungannya menggunakan bantuan

program komputer SPSS versi 17.0, penulis melakukan pengolahan

data pada uji reliabilitas. Dari hasil perhitungan didapat nilai sebagai

berikut :

1. Skala Persepsi Siswa; Alpha = 0,875


73

2. Skala sikap siswa; Alpha = 0,858

3. Skala Pengambilan Keputusan; Alpha = 0,761

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ketiga instrumen berdasarkan

tingka reliabilitasnya adalah sangat reliabel karena nilai lebih dari 0,6

sehingga dapat dikatakan bahwa kuesioner dapat dipergunakan untuk

mengungkapkan variabel penelitian yang akan dilakukan.

1 Asumsi Klasik

Agar hasil dari model regresi tidak bias dan dapat digunakan, perlu

dilakukan uji asumsi klasik sebagai uji persyaratan, sehingga keputusan

yang diambil dapat mendekati keadaan yang sebenarnya. Hasil dari masing-

masing uji diterangkan sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model

regresi yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah melihat

normal probability plot. Melalui program computer SPSS (Statistical

Program for Social Science) versi 17.0, didapat hasil seperti terlihat pada

gambar 3.
74

Gambar 3. Normal Probability Plot

Dari hasil tampilan grafik normal probability plot dapat dilihat

bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya

mengikuti arah garis diagonal. Jadi grafik ini menunjukkan bahwa model

regresi untuk Persepsi Siswa dan sikap siswa terhadap Pengambilan

Keputusan pada penelitian ini layak dipakai karena memenuhi asumsi

normalitas.

b. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas diuji dengan melihat nilai VIF (Variance

Inflation Factor) yang diperoleh. Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 atau

nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka dapat dikatakan bahwa

persamaan suatu model penelitian tidak menunjukkan gejala


75

multikolinieritas. Dari hasil pengolahan melalui program komputer

SPSS, didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 4.39. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas


Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Model
Persepsi Siswa 0.984 1.016
Sikap siswa 0.984 1.016
a. Dependent Variabel : Pengambilan Keputusan

Pada tabel VIF terlihat bahwa variabel Persepsi Siswa dan sikap

Siswamemiliki nilai sama 1.016. Hal ini menunjukkan bahwa nilai VIF-

nya pada masing-masing variabel tidak lebih dari 10. Begitu juga dengan

dengan nilai tolerance dimana masing-masing variabel sebesar 0,984

tidak lebih kecil dari 0,1. Dengan demikian model regresi menunjukkan

tidak adanya gejala multikolinieritas.

c. Pengujian Autokorelasi

Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi pada model regresi

dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson.

Tabel 4.40. Model Summary Uji Autokorelasi


Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 .561a .315 .293 4.538 1.631

a. Predictors: (Constant), Sikap siswa, Persepsi Siswa


b. Dependent Variable: Pengambilan Keputusan

Dari hasil pengolahan melalui program komputer SPSS, diperoleh nilai

DW hitung sebesar 1,631. Berdasarkan diagram pengambilan keputusan

DW, angka tersebut berada pada area tidak tersimpulkan.


76

Tolak Ho Tidak menolak Ho Tolak Ho


Autokorelas (Tidak ada autokorelasi) Autokorelasi
i Positif Negatif
Tidak Tidak
tersimpulkan Tersimpulkan

0 dL 1,631 dU 4-d U 4-d L


4
1,536 1,662 2,348 2,486

d. Pengujian terhadap asumsi Heterokedastisitas

Dalam regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi yaitu

varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tidak

memiliki pola tertentu. Artinya titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

di bawah ini.
77

Gambar 4. Scatter Plot Diagram

Dari gambar di atas, terlihat titik-titik menyebar secara acak,

tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di

atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak

terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi

layak dipakai untuk prediksi Pengambilan Keputusan berdasarkan

masukan variabel independent-nya.

e. Uji Linearitas

Uji linearitas merupakan upaya untuk memenuhi salah satu

asumsi analisis regresi linear yang mensyaratkan adanya hubungan


78

variabel bebas dan variabel terikat yang saling membentuk kurva linear.

Kurva linear dapat terbentuk apabila setiap kenaikan skor variabel bebas

diikuti oleh kenaikan skor variabel terikat.

Gambar 5. Kurva Linier Antara Persepsi Siswa dengan


Pengambilan Keputusan
79

Gambar 6. Kurva Linier Antara Sikap Siswa


dengan Pengambilan Keputusan

Berdasarkan gambar tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

baik Persepsi Siswa dengan Pengambilan Keputusan maupun sikap

siswa dengan Pengambilan Keputusan yang saling membentuk kurva

linear. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak

terjadi penyimpangan terhadap linearitas.

2 Analisis Regresi Linier Berganda

Penelitian dalam penulisan ini juga menggunakan analisis regresi

berganda. Analisis regresi berganda digunakan karena dapat memberikan jawaban

mengenai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat. Untuk

mengestimasi koefisien regresi maka digunakan sistem pengolahan data dengan

bantuan program SPSS versi. 17.0 dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.41. Model Summaryb Regresi Linear


Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 .561a .315 .293 4.538 1.631

a. Predictors: (Constant), Sikap siswa, Persepsi Siswa


b. Dependent Variable: Pengambilan Keputusan

Dari model summary diketahui, nilai R adalah 0,561. Hal ini menjelaskan

bahwa Persepsi Siswa dan sikap Siswa mempunyai hubungan yang kuat, positif

dan searah dengan Pengambilan Keputusan. Dengan nilai R Square sebesar

31,5%, Artinya 31,5% Pengambilan Keputusan dipengaruhi atau disumbang oleh


80

Persepsi Siswa dan sikap Siswasedangkan sisanya 68,5% dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain.

Tabel 4.42. Anovab Regresi Linear


ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 586.333 2 293.166 14.236 .000a

Residual 1276.806 62 20.594

Total 1863.138 64

a. Predictors: (Constant), Sikap siswa, Persepsi Siswa


b. Dependent Variable: Pengambilan Keputusan

Pada tabel Anova diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 14,236 dengan

Sig. sebesar 0.000. Dengan derajat keyakinan 95% ( = 5%) didapat F tabel

sebesar 2,60. Karena F hitung (14,236) > F tabel (2,60) dan nilai nilai p atau Sig.

< 0,05, maka dapat dikatakan regresi dapat dipakai untuk memprediksi

Pengambilan Keputusan atau secara bersama-sama variabel bebas mempunyai

pengaruh terhadap variabel terikat.

Tabel 4.43. Coefficients Regresi Linear


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Correlations
Zero-
Model B Std. Error Beta t Sig. order Partial Part
1 (Constant) 11.525 4.605 2.503 .015
Persepsi Siswa .426 .097 .466 4.397 .000 .498 .488 .462
Sikap siswa .296 .121 .260 2.452 .017 .318 .297 .258
a. Dependent Variable: Pengambilan Keputusan

Pada tabel coefficients didapat nilai B constans 11,525, artinya adalah jika

Persepsi Siswa dan sikap Siswa diabaikan maka nilai dari Pengambilan Keputusan
81

adalah sebesar 11,525. Nilai B Persepsi Siswa sebesar 0.426, artinya adalah jika

tingkat persepsi terhadap Persepsi Siswa dinaikkan satu point, maka akan

meningkatkan Pengambilan Keputusan sebesar 0,426. Nilai B sikap Siswa sebesar

0,296 artinya, setiap kenaikan satu point persepsi terhadap sikap siswa akan

meningkatkan Pengambilan Keputusan sebesar 0,296. Berdasarkan hal di atas

maka dapat dibuat persamaan regresinya sebagai berikut :

Y = a + B1X1 + B2X2

= 11,525 + 0,426X1 + 0.296X2

3 Pengujian Hipotesis

a. Pengujian Hipotesis Parsial (Uji t)

Uji statistik t digunakan untuk melihat peranan tiap variabel bebas

secara parsial atau individu terhadap variabel terikatnya. Variabel bebas

dikatakan signifikan atau penting secara statistik, jika nilai uji statistik terletak

dalam daerah kritis. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Pengujian dari

masing-masing variabel apakah memiliki pengaruh signifikan terhadap

variabel terikat dapat dilihat dari tingkat signifikansi masing-masing variabel.

Berdasarkan hasil perhitungan (lihat tabel), diketahui bahwa nilai t hitung

Persepsi Siswa sebesar 4,397 dan Sig. = 0,000. Karena t hitung (4,397) > ttabel (1,645)

dan nilai Sig. (0,000) < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel Persepsi

Siswa secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Pengambilan Keputusan.

Nilai t hitung sikap siswa sebesar 2,452 dan Sig. = 0,017. Karena t hitung (2,452) >

ttabel (1,645) dan nilai Sig. (0,017) < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel
82

sikap Siswa secara parsial juga berpengaruh signifikan terhadap Pengambilan

Keputusan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Ho, yang menyatakan diduga bahwa variabel Persepsi Siswa dan sikap

Siswa secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Pengambilan

Keputusan ditolak.

2) Ha, yang menyatakan diduga bahwa variabel Persepsi Siswa dan sikap

Siswa secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Pengambilan

Keputusan diterima.

b. Pengujian Hipotesis Simultan (Uji F)

Selanjutnya adalah menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini diduga bahwa variabel Persepsi Siswa dan sikap Siswa secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap Pengambilan Keputusan. Untuk

memudahkan maka dirumuskan sebagai berikut :

1) Ho yang menyatakan diduga bahwa variabel Persepsi Siswa dan sikap

Siswa secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Pengambilan

Keputusan.

2) Ha yang menyatakan diduga bahwa variabel Persepsi Siswa dan sikap

Siswa secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Pengambilan

Keputusan.

Untuk membuktikan hipotesis di atas digunakan hasil pengujian uji F.

Dari tabel 52 diketahui bahwa nilai Fhitung didapat 14,236 dan nilai Ftabel (df1 =

2; df2 = n k 1 = 65 2 1 = 62) dengan derajat kesalahan 5% sebesar


83

2,60. Dengan demikian nilai Fhitung > nilai Ftabel. Begitu juga dengan nilai

probabilitasnya, dimana nilai signifikasi (sig.) sebesar 0,000 nilai tersebut

lebih kecil dari taraf signifikasi () sebesar 0,05.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Ho yang menyatakan diduga variabel Persepsi Siswa olah dan sikap Siswa

secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Pengambilan

Keputusan, ditolak.

2) Ha yang menyatakan diduga variabel Persepsi Siswa dan sikap Siswa

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Pengambilan Keputusan

diterima.

c. Koefisien Determinasi Parsial

Tabel 55. Coefficients


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Correlations
Zero-
Model B Std. Error Beta t Sig. order Partial Part
1 (Constant) 11.525 4.605 2.503 .015
Persepsi .426 .097 .466 4.397 .000 .498 .488 .462
Siswa
Sikap siswa .296 .121 .260 2.452 .017 .318 .297 .258
a. Dependent Variable: Pengambilan Keputusan

Hasil koefisien determinasi parsial didapat bahwa hubungan antara

Persepsi Siswa dengan Pengambilan Keputusan menghasilkan nilai sebesar

0,498 atau sebesar 49,8% sedangkan hubungan antara sikap Siswa dengan

Pengambilan Keputusan menghasilkan nilai sebesar 0.297 atau sebesar 29,7%.

Dilihat dari koefisien regresinya variabel Persepsi Siswa mempunyai nilai

koefisien regresi yang paling tinggi yaitu sebesar 0,498. Dengan demikian
84

Persepsi Siswa lebih dominan mempengaruhi Pengambilan Keputusan

daripada sikap siswa.


85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada analisa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya,

maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa nilai t hitung persepsi siswa

lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel dengan nilai Sig. (0,000) < 0,05,

maka dapat disimpulkan bahwa variabel persepsi siswa secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan. Begitu juga dengan

sikap siswa, nilai t hitungnya lebih besar dari t tabel dengan nilai Sig. (0,017)

< 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel sikap siswa guru secara

parsial juga berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan.

b. Berdasarkan hasil pengujian uji F, diketahui bahwa nilai F hitung lebih besar dari

pada nilai F tabelnya, dan nilai signifikasi (sig.) sebesar 0,000 jauh lebih kecil

dari taraf signifikasi () sebesar 0,05 dengan demikian variabel persepsi siswa

dan sikap siswa guru secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

pengambilan keputusan diterima.

c. Hasil analisis korelasi parsial didapat bahwa persepsi siswa lebih dominan

mempengaruhi pengambilan keputusan daripada sikap siswa guru.


86

Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan penelitian yang menjawab

tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh persepsi dan sikap siswa

pada bidang studi ilmu pengetahuan sosial terhadap pengambilan keputusan dalam

memilih jurusan ilmu pengetahuan sosial.

Dari uji statistik yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh tersebut

dihasilkan temuan yang dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Ada pengaruh negatif antara persepsi siswa pada bidang studi ilmu

pengetahuan sosial terhadap pengambilan keputusan dalam memilih jurusan

ilmu pengetahuan sosial. Berdasarkan nilai t0 = - 0,820 ada di daerah

penerimaan (di antara nilai ttabel = 1,670) dengan degree of freedom 58 (N =

60) nilai t0 = - 0,820 < ttabel = 1,670 atau nilai Sig. ( = 0,416 > 0,005 ,

berarti H0 diterima, yang menunjukkan angka tersebut tidak signifikan.

Berdasar perhitungan regresi didapat persamaan regresi = 62.725 - 0,091X1

(yang menunjukkan setiap kenaikan satu unit persepsi siswa pada bidang studi

IPS akan menurunkan sebesar 0,091 tingkat keputusan dalam mengambil

keputusan untuk memilih jurusan IPS).

2. Ada pengaruh positif antara sikap siswa pada bidang studi ilmu pengetahuan

sosial terhadap pengambilan keputusan dalam memilih jurusan ilmu

pengetahuan sosial. Berdasarkan nilai t0 = 7,377 ada di daerah penolakan

(lebih besar dari nilai ttabel = 1,670) dengan degree of freedom 58 (N = 60) nilai

t0 = 7,377 < ttabel = 1,670 atau nilai Sig. ( = 0,416 > 0,005 , berarti H0

ditolak, yang menunjukkan angka signifikan. Berdasar perhitungan regresi

didapat persamaan regresi = 62.725 + 0,821X2 (yang menunjukkan setiap


87

kenaikan satu unit sikap siswa pada bidang studi IPS akan meningkatkan

sebesar 0,820 tingkat keputusan dalam mengambil keputusan untuk memilih

jurusan IPS).

3. Ada pengaruh positif antara persepsi dan sikap siswa pada bidang studi ilmu

pengetahuan sosial secara bersama-sama terhadap pengambilan keputusan


82
dalam memilih jurusan ilmu pengetahuan sosial. Berdasarkan perhitungan

didapat temuan korelasi R = 0,765 dan R2 = 0,568 dan Fhitung = 40.251 dengan

Sig. ( =0,000 < 0,01 yang berarti sangat signifikan (atau didapat F hitung =

40.251 > Ftabel 3,148 yang berarti signifikan).

B. Implikasi

Berdasar kajian teoritik pengambilan keputusan merupakan suatu proses

yang merupakan hasil berpikir atau usaha intelektual yang melibatkan pilihan dari

berbagai alternatif, dimana keputusan itu selalu melibatkan adanya tindakan nyata,

walaupun pelaksanaannya dapat ditangguhkan atau dilupakan (Rakhmat, 1999).

Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor internal dalam

diri individu yang berupa persepsi dan sikap.

Siswa Sekolah Menengah Atas yang berada pada rentang usia

memperkembangkan kemampuan kognitif untuk berpikir abstrak dan hipotesis

yaitu mampu memikirkan hal-hal apa yang akan atau mungkin akan terjadi,

sesuatu yang abstrak dan menduga apa yang terjadi. Masa di mana anak mampu

berpikir secara sistematis, yaitu mampu memikirkan semua kemungkinan secara

sistematik untuk memecahkan suatu persoalan (Gunarsa, 1997:159). Berhubungan

dengan pengambilan keputusan yang tidak hanya didasarkan atas keinginan


88

belaka, tetapi dibuat dengan perencanaan yang matang, membutuhkan

pemahaman dan analisis diri yang mendalam, sehingga akan membawa

kesesuaian antara disposisi personal dengan karakter lingkungan yang akan

dipilihnya. Hal ini berhubungan dengan kualitas keterlibatan individu dalam studi,

prestasi, stabilitas dalam studi, kepuasan dan kebahagiaan dimasa mendatang.

Keadaan yang demikan tidak bisa dianggap sebagai proses perjalanan

individu menempuh studi yang cenderung dianggap sebagai proses yang berjalan

alami dan otomatis, tanpa diperlukan campur tangan orang tua dan pendidik,

sehingga cenderung kurang terprogram (Fajar Santoadji, 2008). Dengan demikian

kesempatan bagi para pendidik untuk memberi kesan, landasan yang kuat dan

benar tentang bidang studi IPS dalam hal konsep dasar, tujuan, karakteristiknya.

Para guru harus menjadi teladan dalam aplikasi keilmuan, dalam minimal

problem solving sehari-hari, dengan contoh-contoh sederhana di lingkungan

sekitar kita. Guru harus mampu memilih buku-buku panduan yang memiliki

kualitas standar bermutu dan menarik serta menantang keingintahuan siswa untuk

mempelajari. Pemberian tugas sebaiknya selalu dikaitkan dengan aspek

keseharian, dan realitas sosial sehari-hari, yang bersifat menantang sehingga

menumbuhkan jiwa inovatif dan kreatif siswa untuk terus mencari dan memiliki

keingintahuan yang tinggi. Semua pengetahuan yang didapat akan

dikonfrontasikan dengan pengalaman yang siswa miliki, dengan demikian akan

tumbuh persepsi yang benar tentang bidang studi IPS yang nantinya akan

didalami oleh siswa.


89

Apabila persepsi siswa terhadap bidang studi IPS sudah benar, kuat dan

mendalam. Maka proses kognitifnya dalam hal ini keyakinan dan kepercayaannya

akan tumbuh, rasa menyukai akan timbul dan tumbuh minat dan motivasi diri

untuk mengenal lebih dalam. Dengan demikian diharapkan perilaku siswa akan

berkesesuaian dengan apa yang diyakininya.

Sehingga dapat dipahami apabila persepsi siswa dan sikap siswa pada

bidang studi IPS tidak hanya harus dikenalkan, tetapi dilandasi oleh pemahaman

yang benar tentang obyek tersebut, sehingga akan menumbuhkan sikap yang

konsisten dalam diri siswa. Selanjutnya keputusan yang diambil bukan karena

terpaksa atau pengaruh orang lain, tetapi karena keyakinan, kesukaan, kesesuaian,

minat dan bakatnya dan perjalanan di masa mendatang mampu mengembangkan

dan membawa kesuksesan dan kebahagiaan.

C. Saran

Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan baik secara konseptual

maupun metodologis. Beberapa saran yang dapat diberikan untuk instansi sekolah

dan rekan-rekan yang akan meningkatkan kualitas penelitian dengan

mengeksplorasi topik serupa. Ada beberapa hal yang disarankan antara lain :

1. Pihak sekolah kiranya dapat melakukan evaluasi tentang persepsi dan sikap

siswa tentang bidang studi yang didalaminya sebelum dilakukan proses

penjurusan.

2. Penelitian ini menggunakan metode survei melalui kuesioner, dimana

jawaban yang diberikan merupakan representatif dari kondisi serta situasi

yang ada pada SMA Swasta Kecamatan Jagakarsa, sehingga kesimpulan yang
90

diambil hanya berdasarkan pada data yang dikumpulkan melalui penggunaan

instrumen secara tertulis. Bagi peneliti selanjutnya, maka untuk mengungkap

pola hubungan dan pengaruh yang lebih komprehensif dapat mengambil

sampel yang lebih luas, misal dari beberapa sekolah yang ada di suatu

kecamatan. Sehingga dapat dilakukan generalisasi.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan dengan topik yang

sama, kiranya dapat membuat alat ukur yang lebih spesifik dan bahasa yang

lebih sederhana, sehingga mudah dipahami oleh siswa sebagai responden.

2. Untuk meningkatkan korelasi antar faktor dari setiap instrumen penelitian,

kiranya dapat dibuat atau didesain alat ukur untuk masing-masing variabel

dengan jumlah butir yang sama banyak.


91

DAFTAR PUSTAKA

Al Muchtar, S., 2007, Pendidikan IPS, Edisi I cet. 2, Jakarta : Penerbit


Universitas Terbuka

Arikunto, S., Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, ed. Revisi V


cet.12., Jakarta : Rineka Cipta, 2002

Aryaputra, William, 2006, Gambaran persepsi siswa mengenai bantuan


layanan bimbingan konseling karir dalam proses pengambilan
keputusan untuk memilih jurusan di tingkat universitas, didownload 5-4-
2009 dari http:/lib .atmajaya .ac.id/ default.aspx?tab/D=61&src=k&id=85375

Ayad, Pengambilan keputusan untuk profesi pada siswa, didownload 12-12-


2008 dari http://petamasadepanku.net/2007/10/31/pengambilan keputusan -
untuk - profesi pada - siswa. 2007

Azwar, S., Sikap manusia : teori dan pengukurannya, edisi kedua cet. 3,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998

Bambang P., Ilmu sosial terpinggirkan ?, didownload 5-4-2009 dari http://www.


suaramerdeka. com/harian/0601/07/opi3.htm, 2006

Chaplin, C.P., Kamus Lengkap Psikologi, edisi Indonesia oleh Kartini Kartono,
cet kelima, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1999

Davidoff, L.L., Psikologi suatu pengantar jilid 1, edisi Indonesia oleh Mari
Juniati, Jakarta : Erlangga, 1998

Dewi Urip Wahyuni, 2008, Pengaruh motivasi, persepsi dan sikap konsumen
terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek honda di kawasan
Surabaya Barat, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 10. No. 1.
2008 :30-37

Fajar Santoadi, 2008, Pengalaman Persiapan pilihan studi/karier Mahasiswa


USD semester I tahun Akademik 2006/2007 (studi Eksploratif-
restropektif), didownload 29-12-2008 dari
http://puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah-peserta/22 -fajar santoadi -
pengalaman persiapan pilihan studi (abstrak dan artikel).pdf
92

Farida, Sikap terhadap profesi dan kemampuan merancang pembelajaran


dosen IAIN Sumatera Utara, didownload 1-2-2009 dari
http:/wwwlitagama. org/jurnal/ edisi1 /dosen.htm

Foedjiawati dan Hatane Semuel, 2007, Pengaruh sikap, persepsi nilai dan persepsi
peluang keberhasilan terhadap niat menyampaikan keluhan (studi kasus pada
perusahaan asuransi AIG Lippo Surabaya), Jurnal Manajemen Pemasaran,
Vol. 2. No. 1. 2007 :43-58
87
Gigih Trisayekti HD, Hubungan antara normative belief dan antisipasi rasa
bersalah dalam proses pengambilan keputusan, Skripsi , Depok : Fak.
Psikologi UI (tidak diterbitkan), 1993

Gunarsa, D.S., Dasar dan teori Perkembangan anak, Ed. Revisi cet. Ke 6,
Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1997

Holtzman, W.H., Introduction to Psychology, 2 ed. New York : Harper and Row,
Publishers, 1978

Ita Satyaningrum, Kebutuhan berwisata dan sumber informasi dalam


pengambilan keputusan keluarga untuk berwisata, Skripsi, Depok : Fak.
Psikologi UI (tidak diterbitkan), 1989

Kadarsah Suryadi dan M Ali Ramdhani, Sistem Pendukung Keputusan : suatu


wacana structural idealisasi dan implementasi konsep pengambilan
keputusan, Bandung : Remaja RosdaKarya, 2000

Margareth, 2007, Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan


dalam pemilihan jurusan di Perguruan Tinggi (penelitian kualitatif pada
siswa SMAK Yusuf), didownload 3-4-2009 dari
http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID =61&src =k&id =124124

Mutmainah, N. Dan A. Fauzi, Psikologi Komunikasi, Jakarta : Universitas


Terbuka, 1997

Pujiati, S.A. dan Astuti, A.M., Laporan Sistem pengambilan keputusan


pemilihan jurusan di Perguruan Tinggi, Surabaya : Fakultas MIPA PPS
Jurusan Statistika ITS, 2008

Rakhmat, J., Psikologi Komunikasi, Ed. 3 cet. 14, Bandung : Remaja


RosdaKarya, 1999

Riduwan, Belajar mudah penelitian untuk guru karyawan dan peneliti


pemula, Bandung : Alfabeta, 2006

Ruch. F.L., Psychology and Life, 7th ed. Glenview, Illinois : Scott, Foresman and
Company, 1967
93

Sadeli, A. Pengambilan keputusan, didownload 1-2-2009 dari


http://asadeli63.web.id/?p=17

Santoso,S. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Jakarta : Penerbit PT Elek


Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2001

Santrock, J.W., Psikologi Pendidikan, alihbahasa Tri Wibowo, Jakarta : Kencana


Prenada Media Group, 2007

Sears, D.O., Freedman, J.L. dan Peplau, L.A., Psikologi sosial jilid 1,(edisi
Indonesia terjemahan Michael Adryanto dan Savitri Soekisno), Jakarta :
Erlangga, 1999

Serly Wijaya, 2005, Studi eksploratif perilaku mahasiswa UK. Petra dalam
memilih fast food restaurant dan non fast food restaurant di Surabaya, Jurnal
Manajemen Perhotelan, Vol. 1, No. 2, september 2005 :80-86

Sewang, A. Persepsi mahasiswa PGSD STAI-DDI Polmas terhadap profesi


guru, didownload 2-1-2009 dari http://ern. pendis.depag. go.id/dok. pdf/
ern .II.04.pdf

Siagian, S.P., Sistem Informasi untuk pengambilan Keputusan, Jakarta :


Gunung Agung, 1981

Singarimbun, M. Dan Sofian Effendi (Ed), Metode Penelitian Survai, cet. 2,


Jakarta : LP3ES, 1995

Sudjana, Metoda Statistika, cet. Ulang ed. 5, Bandung : Tarsito, 1992

Suharnan, Psikologi Kognitif, cet. 1. Surabaya : Penerbit Srikandi, 2005

Supardi, Permasalahan kurikulum PIPS pada pendidikan dasar dan


menengah, didownload 7-8-2008 dari http:// Pardi. 74 . multiply
.com/video/item

Syafaruddin dan Anzizhan, Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan, cet. 2,


Jakarta : Grasindo, 2006

Tutik Susilowati, 2008, Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan


keputusan mahasiswa, abstrak Tesis, FISIP UNS Solo, didownload 21-4-
2009,darihttp://72.14.235.132/search?
q=cache:m01LMNplgwQJ:pasca.uns.id/%3fp
%3D133+penelitian+tentang+persepsi+dan+sikap+terhadap+pengambilan+k
eputusan&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox

Walgito, B., Psikologi Sosial (suatu Pengantar), ed. Revisi, Yogyakarta : Andi
Offset, 1991
94

Wibowo, I., Psikologi Sosial, Jakarta : Universitas Terbuka, 1996

Widiarini , P., 2007, Hubungan persepsi konsumen terhadap bauran


pemasaran Lion Air dengan pengambilan keputusan memilih jasa
angkutan udara Lion Air, didownload 21-4-2009 dari
http://lib.atmajaya.ac.id /default .aspx? tabId=61&src=k&id=151517

Wortman, C.B., Loftus, E.F. dan Marshall, M.E., Psychology, 2nd ed. New York :
Alfred A. Knopf, Inc., 1995

Zuhdi, A., Peran pemodelan sistem dalam pengambilan keputusan untuk


aplikasi manufaktur dan energi, Yogyakarta : Sekolah Tinggi Teknologi
Nuklir pada Seminar Nasional III SDM Teknologi Nuklir, 2007
95

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 : Validitas dan Reliabilitas Hasil Tryout

Lampiran 3 : Hasil Analisis Data Penelitian

Lampiran 4 : Surat-surat
96

Lampiran 1:
Instrumen/Kuesioner Penelitian

Jakarta, Januari 2012

Assalamualaikum Wr. Wb.


Selamat sejahtera bagi kita semua. Teman-teman yang budiman. Saya
mohon bantuan dan partisipasinya untuk mengisi angket berikut ini. Pengisian
angket ini tidak ada hubungannya dengan kondisi teman-teman sebagai siswa dan
tidak mempengaruhi prestasi belajar teman-teman, dan hanya digunakan untuk
kepentingan akademis semata yaitu untuk mengetahui pendapat teman-teman
tentang bidang studi IPS dan pemilihan jurusan yang teman-teman pilih. Sebelum
dan sesudahnya disampaikan banyak terima kasih. Semoga kebaikan dan
kesuksesan mengiringi perjalanan teman-teman semuanya, Amin.

PETUNJUK :

1. Bacalah setiap pernyataan berikut dengan seksama, kemudian berikan


pendapat teman-teman bagi setiap pernyataan dengan memberi tanda silang
(X) pada kotak jawaban yang tersedia sesuai tanda huruf di atasnya yaitu :
SS : apabila pernyataan tersebut sangat sesuai dengan keadaan yang
teman-teman rasakan dan alami
S : apabila pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan yang teman-teman
rasakan dan alami
N : apabila teman-teman merasa kesulitan dan tidak dapat menentukan
dengan pasti
TS : apabila pernyataan tersebut tidak sesuai dengan keadaan yang teman-
teman rasakan dan alami
97

STS : apabila pernyataan sangat tidak sesuai dengan keadaan yang teman-
teman rasakan dan alami
2. Apapun pilihan yang teman-teman berikan tidak ada yang salah atau benar,
karena itu pilihlah jawaban yang tepat menggambarkan keadaan diri teman-
teman sendiri.
3. Bidang studi IPS dimaksudkan pelajaran Ekonomi, sosiologi, geografi
dan sejarah.
4. Usahakan semua nomor terjawab dan jangan sampai ada yang terlewatkan
5. SELAMAT MENGERJAKAN !

Hormat saya,

YESHA MERTINA
98

Kuesioner I (Skala Persepsi Siswa Pada bidang studi IPS)

Jawaban
No
Pernyataan SS S N TS ST
.
S
1. Bidang studi IPS memiliki posisi
sejajar dengan bidang-bidang studi
yang lainnya
2. Mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial
berarti ingin mengetahui realitas
sosial dan mampu menjawab
permasalahan di masyarakat
3. Guru pengajar studi IPS harus
menguasai dengan baik materi yang
diajarkan
4. Guru pengajar studi IPS harus
berperilaku yang menarik dan
menyenangkan
5. Buku-buku pegangan studi IPS selalu
mengikuti kurikulum yang baru
6. Buku pegangan studi IPS disusun
mengikuti perkembangan yang terjadi
di masyarakat
7. Setiap materi pembahasan dalam
pembelajaran seharusnya diikuti oleh
tugas-tugas yang berkaitan
8. Tugas-tugas yang diberikan
seharusnya sebagai upaya bagi siswa
untuk melatih keterampilan dalam
pemecahan masalah kehidupan
masyarakat sehari-hari
9. Studi IPS memperluas cakrawala saya
tentang ilmu kemanusiaan dan
kemasyarakatan
10. Mempelajari IPS berarti melatih kita
untuk terampil memecahkan masalah
yang timbul di masyarakat sehari-hari
11. Guru pengajar studi IPS terkesan
sebagai seorang teladan yang
humanis
12. Guru pengajar studi IPS seorang yang
rendah hati, berperilaku dan bertutur
kata sopan dan santun

Kuesioner II (Skala Sikap Siswa Pada Bidng Studi IPS)


99

Jawanban
No
Pernyataan SS S N TS ST
.
S
1. Saya suka bidang studi IPS karena
memiliki pemahaman yang baik dan
mendalam tentang tujuan
pembelajaran IPS
2. IPS sebagai bidang studi yang
menarik karena berhubungan dengan
permasalahan kemanusiaan dan
masyarakat
3. Saya tertarik dengan bidang studi IPS
karena buku pegangan/panduan
disusun mengikuti perkembangan
masyarakat yang dinamis
4. Saya menyukai bidang studi IPS
karena disajikan sangat menarik oleh
guru pengajar
5. Tugas yang diberikan oleh guru
berkaitan permasalahan sehari-hari
siswa, sehingga sangat menarik untuk
saya
6. Tugas-tugas yang diberikan tampak
menarik karena tidak pernah lepas
dari pokok bahasan dalam buku
pelajaran
7. Saya senang mempelajari bidang
studi IPS
8, Bidang studi IPS bermanfaat untuk
peserta didik
9. Saya memiliki hubungan yang baik
dengan guru pengajar bidang studi
IPS
10. Saya selalu hadir setiap guru pengajar
IPS memberi pelajaran

Kuesioner III (Skala Pengambilan Keputusan Dalam memilih Jurusan IPS)

Jawaban
No
Pernyataan SS S N TS ST
.
S
1. Saya memahami dengan baik tujuan
dan konsep dasar mata pelajaran
dalam bidang studi IPS
2. Studi IPS membantu saya dalam
memahami permasalahan dalam diri
100

Jawaban
No
Pernyataan SS S N TS ST
.
S
saya dan masyarakat
3. Menurut saya menyukai dan
menghormati guru pengajar sangat
penting dalam belajar
4. Seorang guru memiliki peran penting
dalam mengarahkan dan
membimbing siswa ke masa depan
5. Prestasi saya bagus dalam studi IPS
6. Buku yang bermutu dan mudah
dipahami sangat diperlukan dalam
memahami studi IPS
7. Memahami konsep dasar dengan baik
diperlukan dalam memilih bidang
studi, termasuk jurusan IPS yang saya
pilih
8. Guru dan suasana pembelajaran
memiliki andil yang besar bagi saya
dalam memilih jurusan IPS
9. Guru memiliki peran penting dalam
membimbing saya dalam memilih
bidang studi yang diinginkan
10. Buku-buku yang baik dan sesuai
dengan tuntutan perkembangan
masyarakat sebagai daya tarik bagi
saya dalam menentukan pilihan
jurusan studi
11. Tugas yang diberikan oleh guru dan
pokok bahasan dalam buku pegangan
belajar menjadi pertimbangan bagi
saya dalam memilih jurusan studi
12. Pemahaman dan rasa suka atau tidak
suka memberi pengaruh bagi saya
dalam memilih jurusan

MOHON DITELITI KEMBALI, JANGAN SAMPAI ADA JAWABAN


YANG TERLEWATKAN ?
101

Anda mungkin juga menyukai