Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN ARTHRITIS REUMATOID JUVENIL

Pengampu : Remilda A.V, S.Kep., Ns., M.Kep

Di susun oleh :
Nur Kholifah 0520011712

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2015

Nur Kholifah Page 1


DAFTAR ISI

Sampul.........................................1
DaftarIsi......................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...3
B. Tujuan Penulisan..3
C. Sistematika Penulisan...4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian.5
B. Etiologi.5
C. Klasifikasi5
D. Patofisiologi.6
E. Pathways Keperawatan8
F. Manifestasi Klinik9
G. Pengkajian9
H. Diagnosa Keperawatan...11
I. Intervensi dan Rasional..12
BAB III PENUTUP
A. Simpulan23
B. Saran...23
C. Resume jurnal.24

DAFTAR PUSTAKA26
LAMPIRAN...27

Nur Kholifah Page 2


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rheumatoid Arthritis Juvenil (RAJ) bukan merupakan penyakit yang jarang
pada anak-anak dan jauh melebihi perkiraan prevalensi ketika kriteria objektif
yang digunakan dan pemeriksaan dilakukan oleh anak-anak yang berpengalaman
rheumatologis. Dari 34 studi epidemiologi menunjukkan bahwa 0,07-4,01 per
1.000 anak di seluruh dunia yang mengenaskan. Substansial geografis dan etnis,
perbedaan yang hadir berkaitan dengan usia saat onset, frekuensi relative, jenis
onset dan imunologi. Juvenile Rheumatoid Arthritis (JRA) biasanya muncul
sebelum usia 16 tahun. Namun onset penyakit juga dapat terjadi lebih awal,
dengan frekuensi tertinggi antara usia 1-3 tahun. Perempuan lebih sering terkena
dari pada laki-laki (Naz Samia dkk, 2013).
Insiden JRA adalah sekitar 13,9/100.0000 anak/tahun diantara anak-anak 15
tahun atau lebih muda, dengan prevalensi keseluruhan sekitar 113/100.000 anak-
anak. Ada kebutuhan untuk peningkatan identifikasi dan rujukan anak-anak
dengan arthritis untuk anak pusat pengobatan reumatologi. Berbagai ras dan
kelompok etnis tampaknya memiliki berbagai frekuensi dari subtype JRA. Satu
studi melaporkan bahwa anak-anak Amerika dengan JRA lebih tinggi pada
presentasi dan kurang cenderung memiliki antibodi antinuclear tinggi (ANA)
titer atau uveitis (Naz Samia dkk, 2013).
Angka kematian pada penderita JRA sedikit lebih tinggi dari pada anak
normal.Angka kematian tertinggi terjadi pada JRA sistemik. Juvenile
Rheumatoid Arthritis (JRA) juga dapat berkembang menjadi penyakit lain,
seperti Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau skleroderma, yang memiliki
angka kematian yang lebih tinggi daripada JRA pausiartikular atau
poliartikular.Kejadian yang tepat dan prevalensi penyakit ini pada anak-anak
tidak tersedia dari Pakistan. Di Asia dalam literature Barat, yang sering
dilaporkan usia onset 1-3 tahun dan lebih sering terjadi pada wanita dibanding
dengan laki-laki (Naz Samia dkk, 2013).

Nur Kholifah Page 3


B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan penulis khususnya mengenai Asuhan Keperawatan anak dengan
Arthritis Reumatoid Juvenil(ARJ) dan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
KeperawatanAnak II dan untuk mengetahui dan memahami tentang penyakit
ARJ sehingga mampu menegakkan diagnosis pasien dengan ARJ.

C. Sistematika Penulisan
Sampul
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang Masalah
B. Tujuan Penulisan
C. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Klasifikasi
D. Patofisiologi
E. Pathways Keperawatan
F. Manifestasi Klinik
G. Pengkajian
H. Diagnosa Keperawata
I. Intervensi dan Rasional
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Nur Kholifah Page 4


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Arthritis Rheumatoid Juvenile (ARJ) adalah penyakit rematik yang paling
umum dari anak-anak dan salah satu penyakit kronis yang paling umum dari
masa kanak-kanak (Cassidy & Petty, 1995; Lovell & Walco, 1989).
Arthritis Rheumatoid Juvenile (ARJ) tidaklah merujuk pada satu penyakit,
karena kelainan ini merupakan sindrom dengan berbagai etiologi, dengan
serangkaian respon imun tubuh yang saling berkaitan, dan secara karakteristik
terlihat sebagai arthritis perifer idiopatik. Patogenesisnya ditandai oleh
imunoinflamasi yang diduga diaktifkan oleh antigen eksternal. Selain itu ARJ
juga mempunyai predisposisi imunogenetik (Pediatri Sari, 2003).

B. Etiologi
Hingga kini penyebab Rheumatoid Artritis Juvenile (RAJ) tidak diketahui,
tetapi beberapa hipotesa menunjukan bahwa RAJ dipengaruhi oleh faktor-
faktor:

Nur Kholifah Page 5


1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Reumatoid.
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan danpsikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun
faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor
metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

C. Klasifikasi
Menurut Buffer (2010) mengklasifikasikan Reumatoid Arthritis Juvenile
menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Reumatoid Arthritis Klasik
Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Reumatoid Arthritis Defisit
Pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable Reumatoid Arthritis
pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible Reumatoid Arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

D. Patofisiologi
Pada Reumatoid Arthritis Juvenile, reaksi autoimun (yang dijelaskan
sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis
menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah
kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya
pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan

Nur Kholifah Page 6


menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi
yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot
akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot
dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan,
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.
Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi
kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat
karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.Kartilago
menjadi nekrosis (Smeltzer & Bare, 2002).
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.
Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan
sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan
kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa
menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub
chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat (Smeltzer & Bare, 2002).
Lamanya Reumatoid Arthritis Juvenile berbeda pada setiap orang ditandai
dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang
yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.Namun
pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan
kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long,
1996).

Nur Kholifah Page 7


E. Pathways Keperwatan

Reaksi faktor R dengan antibodi, faktor metabolic, infeksi dengan


kecenderungan virus

nyeri
Reaksi peradangan
Kurang informasi
tentang proses Synovial menebal
penyakit

pannus nodus Deformita Gang


Kurang
s sendi guan
pengetahuan
body
Infiltrasi ke dalam
image
Os.subcondria

Kerusakan kartilago dan tulang Hambatan nutrisi pada kartilago artikularis

Tendon dan ligament melemah Kartilago nekrosis

Erosi kartilago
Hilangnya Mudah luksasi
kekuatan otot dan subluksasi
Adhesi pada permukaan sendi

Resiko cidera Ankilosis fibrosis Ankilosis tulang

Kekakuan sendi

Gangguan mobilitas Terbatasnya gerakan sendi


fisik

Deficit self
care

Sumber:http://.www.Pathway Artritis Rematoid Juvenil.html

Nur Kholifah Page 8


F. Manifestasi Klinis
Menurut (Field Tifany, 1995) tanda dan gejela adalah :
1. Usia onset kurang dari 16 tahun
2. ARJ pada satu sendi atau lebih yang ditandai oleh bengkak atau efusi
sendi, atau lebih dari dua dari gejala kelainan sendi berikut: gerakan
sendi terbatas, nyeri atau sakit pada gerakan sendi, dan peningkatan
suhu pada daerah sendi.
3. Lama sakit lebih dari 6 minggu
4. Jenis onset penyakit dalam 6 bulan pertama diklasifikasikan sebagai:
a. Pausiartikular (oligoartritis): 4 sendi atau kurang.
b. Poliartritis: 5 sendi atau lebih
c. Penyakit sistemik: arthritis disertai demam intermiten
5. Penyakit arthritis juvenile lain yang dapt disingkirkan.

G. Pengkajian
Menurut (Doengoes Marilynn. E, 1999) pengkajian untuk pasien ARJ
adalah:
a. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral),
amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi synovial:
a. Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
b. Catat bila ada krepitasi
c. Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
a. Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
b. Ukur kekuatan otot
c. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
d. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

Nur Kholifah Page 9


b. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan ARJ mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup
tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi
karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan
merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan
pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga
diri klien.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan
organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan
misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-
bentuk arthritis lainnya. Pengkajian 11 Pola Gordon:
1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
a. Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
b. Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
c. Riwayat keluarga dengan RA
d. Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
e. Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
2. Pola Nutrisi Metabolik
a. Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang
banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
b. Riwayat gangguan metabolic
3. Pola Eliminasi
a. Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
b. Jenis aktivitas yang dilakukan
c. Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
d. Tidak mampu melakukan aktifitas berat
5. Pola Istirahat dan Tidur
a. Apakah ada gangguan tidur?
b. Kebiasaan tidur sehari

Nur Kholifah Page 10


c. Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
d. Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
6. Pola Persepsi Kognitif
a. Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
b. Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
a. Bagaimana hubungan dengan keluarga?
b. Apakah ada perubahan peran pada klien?
9. Pola Reproduksi Seksualitas
a. Adakah gangguan seksualitas?
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
a. Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
11. Pola Sistem Kepercayaan
a. Agama yang dianut?
b. Adakah gangguan beribadah?
c. Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

H. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Wilkinson dkk, 2011) diagnosa yang muncul pada kasus ARJ
adalah:
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh
akumulasi cairan berhubungan dengan proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
penurunan, kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan
dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

Nur Kholifah Page 11


5. Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat,
kesalahan interpretasi informasi.

I. Intervensi dan rasional (Wilkinson dkk, 2011)


DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji keluhan nyeri, a. Membantu
dengan agen keperawatan selama 3x24 jam catat lokasi dan dalam
pencedera, distensi diharapkan tidak ada Keluhan intensitas (skala 0- menentukan
jaringan oleh nyeri, dengan kriteria : 10). kebutuhan
akumulasi cairan/ a. Menunjukkan nyeri hilang b. Catat faktor-faktor manajemen
proses inflamasi, atau terkontrol. yang mempercepat nyeri dan
destruksi sendi. b. Terlihat rileks, dapat tidur/ dan tanda-tanda rasa keefektifan
beristirahat dan sakit non verbal program
berpartisipasi dalam c. Berikan matras/ kasur b. Matras yang
aktivitas sesuai keras, bantal kecil. lembut/
kemampuan. Tinggikan linen empuk, bantal
c. Terlihat rileks, dapat tidur/ tempat tidur sesuai yang besar
beristirahat dan kebutuhan akan
berpartisipasi dalam d. Tempatkan/pantau mencegah
aktivitas sesuai penggunaan bantal, pemeliharaan
kemampuan. karung pasir, kesejajaran
d. Mengikuti program gulungan trokhanter, tubuh yang
farmakologis yang bebat, brace. tepat,
diresepkan e. Dorong untuk sering menempatkan
e. Menggabungkan mengubah posisi. stress pada
keterampilan relaksasi dan Bantu untuk bergerak sendi yang
aktivitas hiburan ke dalam di tempat tidur, sakit.
program kontrol nyeri. sokong sendi yang Peninggian
sakit di atas dan linen tempat
bawah, hindari tidur
gerakan yang menurunkan
menyentak. tekanan pada
f. Anjurkan pasien sendi yang
untuk mandi air terinflamasi/n
hangat atau mandi yeri
pancuran pada waktu c. Mengistirahat

Nur Kholifah Page 12


bangun dan/atau pada kan sendi-
waktu tidur. Sediakan sendi yang
waslap hangat untuk sakit dan
mengompres sendi- mempertahan
sendi yang sakit kan posisi
beberapa kali sehari. netral.
Pantau suhu air Penggunaan
kompres, air mandi, brace dapat
dan sebagainya. menurunkan
g. Berikan masase yang nyeri dan
lembut dapat
h. Ajarkan teknik non mengurangi
farmakologi kerusakan
(relaksasi, distraksi, pada sendi
relaksasi progresif) d. Mencegah
i. Beri obat sebelum terjadinya
aktivitas/ latihan kelelahan
yang direncanakan umum dan
sesuai petunjuk. kekakuan
j. Kolaborasi: Berikan sendi.
obat-obatan sesuai e. Menstabilkan
petunjuk (mis: asetil sendi,
salisilat) mengurangi
k. Berikan kompres gerakan/ rasa
dingin jika sakit pada
dibutuhkan sendi
f. Panas
meningkatka
n relaksasi
otot, dan
mobilitas,
menurunkan
rasa sakit dan
melepaskan
kekakuan di
pagi hari.
Sensitivitas
pada panas
dapat
dihilangkan

Nur Kholifah Page 13


dan luka
dermal dapat
disembuhkan
g. Meningkatka
n relaksasi/
mengurangi
nyeri
h. Meningkatka
n realaksasi,
mengurangi
tegangan
otot/ spasme,
memudahkan
untuk ikut
serta dalam
terapi
i. Sebagai anti
inflamasi dan
efek
analgesik
ringan dalam
mengurangi
kekakuan dan
meningkatka
n mobilitas.
j. Rasa dingin
dapat
menghilangk
an nyeri dan
bengkak
selama
periode akut

Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan a. Evaluasi/ lanjutkan a. Tingkat


pemantauan tingkat aktivitas/latih
fisik berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
inflamasi/ rasa sakit an tergantung
dengan deformitas diharapkan mobilitas fisik baik pada sendi dari
b. Pertahankan istirahat perkembanga
skeletal, nyeri, dengan kriteria :
tirah baring/ duduk n/resolusi
penurunan, a. Mempertahankan fungsi jika diperlukan dari proses
jadwal aktivitas inflamasi

Nur Kholifah Page 14


kekuatan otot. posisi dengan tidak untuk memberikan b. Istirahat
periode istirahat yang sistemik
hadirnya/ pembatasan
terus menerus dan dianjurkan
kontraktur. tidur malam hari selama
yang tidak eksaserbasi
b. Mempertahankan ataupun
terganmggu. akut dan
meningkatkan kekuatan c. Bantu dengan seluruh fase
rentang gerak penyakit
dan fungsi dari dan/ atau
aktif/pasif, yang penting
kompensasi bagian tubuh demikiqan juga untuk
latihan resistif dan mencegah
c. Mendemonstrasikan
isometris jika kelelahan
tehnik/perilaku yang memungkinkan mempertahan
d. Ubah posisi dengan kan kekuatan
memungkinkan melakukan
sering dengan c. Mempertaha
aktivitas jumlah personel nkan/
cukup. meningkatka
Demonstrasikan/ n fungsi
bantu tehnik sendi,
pemindahan dan kekuatan otot
penggunaan bantuan dan stamina
mobilitas, mis, umum.
trapeze Catatan :
e. Posisikan dengan latihan tidak
bantal, kantung adekuat
pasir, gulungan menimbulkan
trokanter, bebat, kekakuan
brace sendi,
f. Gunakan bantal karenanya
kecil/tipis di bawah aktivitas
leher. yang
g. Dorong pasien berlebihan
mempertahankan dapat
postur tegak dan merusak
duduk tinggi, sendi
berdiri, dan berjalan d. Menghila
h. Berikan lingkungan ngkan
yang aman, tekanan
misalnya menaikkan pada
kursi, menggunakan jaringan
pegangan tangga dan
pada toilet, meningka
penggunaan kursi tkan
roda. sirkulasi
i. Kolaborasi: konsul e. Memper
dengan fisoterapi. mudah

Nur Kholifah Page 15


j. Kolaborasi: Berikan perawata
matras busa/ n diri dan
pengubah tekanan. kemandiri
k. Kolaborasi: berikan an pasien.
obat-obatan sesuai Tehnik
indikasi (steroid). pemindah
an yang
tepat
dapat
mencegah
robekan
abrasi
kulit
f. Meningka
tkan
stabilitas
(mengura
ngi resiko
cidera)
dan
memerpta
hankan
posisi
sendi
yang
diperluka
n dan
kesejajara
n tubuh,
menguran
gi
kontrakto
r
g. Mencega
h fleksi
leher
h. Memaksimal
kan fungsi
sendi dan
mempertahan
kan mobilitas
i. Menghindari
cidera akibat
kecelakaan/
jatuh
j. Berguna

Nur Kholifah Page 16


dalam
memformula
sikan
program
latihan/
aktivitas
yang
berdasarkan
pada
kebutuhan
individual
dan dalam
mengidentifi
kasikan alat
k. Menurunkan
tekanan pada
jaringan yang
mudah pecah
untuk
mengurangi
risiko
imobilitas
l. Mungkin
dibutuhkan
untuk
menekan
sistem
inflamasi
akut

Gangguan Citra Setelah dilakukan tindakan a. Dorong a. Berikan


Tubuh / Perubahan keperawatan selama 3x24 jam pengungkapan kesempatan
Penampilan Peran diharapkan gangguan citra mengenai masalah untuk
berhubungan tubuh berkurang dengan tentang proses mengidentifi
dengan perubahan kriteria: penyakit, harapan kasi rasa
kemampuan untuk a. Mengungkapkan masa depan. takut/
melaksanakan peningkatan rasa percaya b. Diskusikan arti dari kesalahan
tugas-tugas umum, diri dalam kemampuan kehilangan/ konsep dan
peningkatan untuk menghadapi perubahan pada menghadapin
penggunaan energi, penyakit, perubahan pada pasien/orang ya secara
ketidakseimbangan gaya hidup, dan terdekat. langsun
mobilitas. kemungkinan keterbatasan Memastikan b. Mengidentifi
b. Menyusun rencana realistis bagaimana kasi
untuk masa depan. pandangaqn pribadi bagaimana
pasien dalam penyakit

Nur Kholifah Page 17


memfungsikan gaya mempengaru
hidup sehari-hari, hi persepsi
termasuk aspek- diri dan
aspek seksual. interaksi
c. Diskusikan persepsi dengan orang
pasienmengenai lain akan
bagaimana orang menentukan
terdekat menerima kebutuhan
keterbatasan. terhadap
d. Akui dan terima intervensi/
perasaan berduka, konseling
bermusuhan, lebih lanjut
ketergantungan. c. Isyarat
e. Perhatikan perilaku verbal/non
menarik diri, verbal orang
penggunaan terdekat
menyangkal atau dapat
terlalu mempunyai
memperhatikan pengaruh
perubahan mayor pada
f. Susun batasan pada bagaimana
perilaku mal adaptif. pasien
Bantu pasien untuk memandang
mengidentifikasi dirinya
perilaku positif yang sendiri
dapat membantu d. Nyeri
koping konstan akan
g. Ikut sertakan pasien melelahkan,
dalam dan perasaan
merencanakan marah dan
perawatan dan bermusuhan
membuat jadwal umum terjadi
aktivitas e. Dapat
h. Bantu dalam menunjukkan
kebutuhan emosional
perawatan yang ataupun
diperlukan metode
i. Berikan bantuan koping
positif bila perlu. maladaptive,
j. Kolaborasi: Rujuk membutuhka
pada konseling n intervensi
psikiatri, mis: lebih lanjut
perawat spesialis f. Membantu
psikiatri, psikolog. pasien untuk
k. Kolaborasi: Berikan mempertahan
obat-obatan sesuai kan kontrol

Nur Kholifah Page 18


petunjuk, mis; anti diri, yang
ansietas dan obat- dapat
obatan peningkat meningkatka
alam perasaan. n perasaan
harga diri
g. Meningkatka
n perasaan
harga diri,
mendorong
kemandirian,
dan
mendorong
berpartisipasi
dalam terapi
h. Mempertaha
nkan
penampilan
yang dapat
meningkatka
n citra diri
i. Memungkink
an pasien
untuk merasa
senang
terhadap
dirinya
sendiri.
Menguatkan
perilaku
positif.
Meningkatka
n rasa
percaya diri
j. Pasien/orang
terdekat
mungkin
membutuhka
n dukungan
selama
berhadapan
dengan
proses jangka
panjang/
ketidakmamp
uan
k. Mungkin

Nur Kholifah Page 19


dibutuhkan
pada sat
munculnya
depresi hebat
sampai
pasien
mengembang
kan
kemapuan
koping yang
lebih efektif

Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan a. Diskusikan tingkat a. Mungkin


diri berhubungan keperawatan selama 3x24 jam fungsi umum (0-4) dapat
dengan kerusakan diharapkan klien dapat sebelum timbul melanjutkan
musculoskeletal, mengatur kegiatan sehari-hari, awitan/ eksaserbasi aktivitas
penurunan dengan criteria hasil: penyakit dan umum
kekuatan, daya Melaksanakan aktivitas potensial perubahan dengan
tahan, nyeri pada perawatan diri pada tingkat yang sekarang melakukan
waktu bergerak, yang konsisten dengan diantisipasi. adaptasi yang
depresi. kemampuan individual b. Pertahankan diperlukan
Mendemonstrasikan perubahan mobilitas, kontrol pada
teknik/ gaya hidup untuk terhadap nyeri dan keterbatasan
memenuhi kebutuhan program latihan. saat ini
perawatan diri. c. Kaji hambatan b. Mendukung
Mengidentifikasi sumber- terhadap partisipasi kemandirian
sumber pribadi/ komunitas dalam perawatan fisik/emosion
yang dapat memenuhi diri. Identifikasi al
kebutuhan perawatan diri. /rencana untuk c. Menyiapkan
modifikasi untuk
lingkungan meningkatka
d. Kolaborasi: Konsul n
dengan ahli terapi kemandirian,
okupasi. yang akan
e. Kolaborasi: Atur meningkatka
evaluasi kesehatan n harga diri
di rumah sebelum d. Berguna
pemulangan dengan untuk
evaluasi setelahnya. menentukan
f. Kolaborasi : atur alat bantu
konsul dengan untuk
lembaga lainnya, memenuhi
mis: pelayanan kebutuhan
perawatan rumah, individual.
ahli nutrisi. Mis;
memasang

Nur Kholifah Page 20


kancing,
menggunaka
n alat bantu
memakai
sepatu,
menggantung
kan pegangan
untuk mandi
pancura
e. Mengidentifi
kasi masalah-
masalah yang
mungkin
dihadapi
karena
tingkat
kemampuan
actual
f. Mungkin
membutuhka
n berbagai
bantuan
tambahan
untuk
persiapan
situasi di
rumah

Nur Kholifah Page 21


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Arthritis Rheumatoid Juvenile pada anak dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit yang mempunyai spectrum sangat luas, yang secara sederhana dapat
dikelompokkan menjadi 1).Penyakit reumatik dan kondisi yang berhubungan,
2).Arthritis infeksi, 3).Gangguan musculoskeletal congenital, 4).Gangguan
musculoskeletal didapat non-reumatik, 5) penyakit keganasan, 6). Penyakit lain
seperti penyakit sickle cell, hemophilia dan koagulopati lainnya, hipotiroidisme,
sarkoidosis (Samia Naz dkk.2013)

B. Saran
Pada kasus yang berat, Artritis Reumatoid Juvenile dapat mengganggu
pertumbuhan.Pembengkakan pada mata bisa menjadi serius dan menyebabkan
gangguan penglihatan.Jika anak memperlihatkan gejala atau tanda arttritis
reumatoid juvenile, pastikan untuk membawa anak ke dokter.

Nur Kholifah Page 22


EVIDANCE BASED

Resume Jurnal
Pengambilan Jurnal ilmiah ini diambil dari Database yaitu Google
(http://.google.co.id) Jurnal dengan judul Juvenile Rheumatoid Arthritis.
Nama peneliti Samia Naz, Asma Mushtaq, Saira Rehman, Attia Bari, Amnah
Maqsud, Muhammad Zeeshan Khan, and Tahir Masood Ahmad.
Penelaah / Reviewer, dengan judul jurnalJuvenile Rheumatoid
Arthritis. Oleh Nur Kholifah (0520011712), Prodi Keperawatan, Universitas
Pekalongan.
Adapun tujuan menelaah jurnal ini adalah untuk menambah pengetahuan
penelaah atau riviewer khususnya mengenai Juvenile Rheumatoid Arthritis.
Peneliti mengemukakan bahwa:
Juvenile Rheumatoid arthritis (JRA) ditandai dengan sinovitis kronis
sendi perifer mewujukan sebagai pembengkakan jaringan lunak dan efusi. Ini
hampir pasti terdiri dari sejumlah entitas ditandai oleh arthritis dari apendiks
sendi, masing-masing yang memiliki mode yang berbeda dari presentasi dan
mungkin memiliki sama atau berbeda penyebabnya. Insiden JRA sekitar
13,9/100.000 anak/tahun diantara anak-anak 15 tahun atau lebih muda, dengan
prevalensi keseluruhan sekitar 113/100.000 anak.
Adapun kebutuhan untuk peningkatan identifikasi dan rujukan anak-anak
dengan arthritis untuk anak pusat pengobatan reumatologi. Berbagai ras dan
kelompok etnis tampaknya memiliki berbagai frekuensi dari subtype JRA. Satu
studi melaporkan bahwa anak-anak hitam Amerika dengan JRA lebih banyak
pada presentasi dan cenderung kurang memiliki antibody antinuclear tinggi
(ANA) titer atau uveitis.
Kejadian yang tepat dan prevalensi penyakit ini pada anak-anak tidak ada
dari Pakistan. Berbagai penelitian dari India dijelaskan profil agak berbeda di
benua ini dibandingkan dengan Barat. Tiga sampai enam penelitian ini
dilakukan untuk mengevaluasi spectrum klinis, parameter laboratorium dan

Nur Kholifah Page 23


terapi obat yang diperlukan pada pasien dengan JRA dilihat pada perawatan
tersier didedikasikan rumah sakit anak-anak.
Metodologi
Desain penelitian menggunakan cross-sectional ini dilakukan di Rumah
Sakit Anak dan Institusi Kesehatan anak., Lahore, selama 3 tahun dari Oktober
2008 sampai Oktober 2011. Semua pasien yang berturut-turut yang memenuhi
American College of Rheumatology (ACR) kriteria JRA yang terdaftar dalam
penelitian ini. Kriteria ACR termasuk usia 16 tahun, tanda-tanda arthritis dalam
satu atau lebih sendi, durasi penyakit 6 minggu atau lebih, jeis onset
didefinisikan dalam 6 bulan pertama. Polyarthritis: ketika 5 atau lebih sendi
meradang. Oligoarthritis: bila kurang dari 5 sendi dan penyakit onset sistemik
arthritis dengan demam karakteristik dan mengesampingkan bentuk-bentuk
arthritis.
Data yang dikumpulkan pada kunjungan klinis pertama termasuk usia, jenis
kelamin, jumlah keterlibatan bersama, sistemmik terkait seperti kekakuan pagi,
demam, ruam, lymphadenolimpati atau hepatosplenomegali. Jenis arthritis
sesuai dengan kriteria ACR.Uveitis klinis didiagnosa dengna pemeriksaaan
lampu celah oleh dokter special mata. Data laboratorium yang relevan tercatat
termasuk haemoglobin (Hb), jumlah total leukosit (TLC), jumlah trombosit
(PLT) laju endap darah (LED), C-reaktif protein (CRP) dan adanya faktor
rheumatoid (RF) dan antibody nuclear (ANA). Pasien dirawat dengan obat anti
inflamasi non steroid (NSAID), steroid dan metotreksat sesuai protocol dan tentu
saja penyakit mereka di rawat jalan.
Pembahasan
Pengobatan jangka panjang anak-anak dengan JRA dimulai dengan
dimodifikasi sesuai dengan pennyakit subtype, beratnya penyakit, manifestasi
tertentu dari penyakit dan respon terhadap penyakit.Tujuan pengobatan adalah
untuk menjaga anak dalam pola adaptasi yang senormal mungkin dan untuk
mencapai tujuan ini dengan resiko minimal efek samping. Non-steroid anti-
inflammatory drugs (NSAIDs) adalah andalan pengobatan pada semua jenis JRA

Nur Kholifah Page 24


dalam hal ini dan dalam berbagai studi. Naproxen dan Ibuprofen adalah obat
digunakan dalam penelitian ini.
Kesimpulan
Polyarticular JRA merupakan jenis JRA yang paling umum diderita anak
anak. Pengobatan menurut sub-jenis dan induksi agen terapi baru dalam
pengelolaan JRA akan mencegah morbiditas.

Nur Kholifah Page 25


DAFTAR PUSTAKA

Doengoes Marilynn. E et al. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta


: EGC

Field Tiffany dkk.1995.Juvenile Rheumatoid Arthritis: Benefits from Massage


Therapy.Journal ofPediatric Psychology.University of Miami
School of Medicine.

Samia Naz dkk.2013.Juvenile Rheumatoid Arthritis.Journal of the College of


Physicians and Surgeons Pakistan.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah.Jakarta : EGC.

Wilkinson, M, Judith & Ahern, R, Nancy.2011.Buku saku diagnosa keperawatan,


edisi 9.Jakarta:EGC.

http://www. Juvenile Rheumatoid Arthritis, diakses pada tanggal 28 Februari


2015, pukul 19.00 WIB.

Nur Kholifah Page 26


LAMPIRAN-LAMPIRAN

Nur Kholifah Page 27

Anda mungkin juga menyukai