Anda di halaman 1dari 7

1.

ADAB PERGAULAN ISLAMI


Didalam pergaulan sehari-hari dimana terjadi interaksi -interaksi antara manusia yang satu dengan
yang lainnya ada banyak hal yang harus diperhatiikan mulai dari bagaimana bertutur kata sampai dengan
masalah sikap dan tindak tanduk seseorang yang mana semua itu akan tercakup dalam masalah akhlak.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa akhlakulkarimah merupakan salah satu diantara tugas-tugas
kenabian. Bahkan tugas para nabi, seseorang yang mengaku sebagai pengikut nabi namun tidak
menghiasi dirinya dengan akhlakulkarimah berarti elah terputus dengan misi utama kenabian. Ia juga
tidak akan memiliki bobot yang berat tatkala dihadapkan kepada timbangan amal perbuatan, sebab amal
yang paling berat timbangannya adalah ahlaqul karimah.
Para salafusshalih sangat memperhatikan masalah ahlak, sehingga mereka pantas menjadi teladan
dalam setiap persoalan. Ketahuilah wahai saudaraku, barang siapa yang merenungi kitabullah dan
senantiasa berhubungan dengannya maka akan mendapatkan kemuliaan ahlak, dan barang siapa yang
mengkaji sunnah-sunnah nabi yaitu perjalanan hidup Rasulullah saw dan haditsnya akan mendapatkan
dan memahami kemuliaan ahlak dan keagungannya, sebagaimana termaktub pada akhir suratAl-Furqan.
Adapun hamba-hamba Rabb yang maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan dibumi
dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina)
mereka mengucapkan Salam ,dan orang-orang yang menghabiskan waktu malam untuk beribadah
kepada Rabb mereka dengan bersujud dan berdiri. DAn orang-orang yang berkata Ya Rabb kami,
jauhkanlah adzab Jahannam dari kami, karena sesungguhnya adzabnya itu membuat kebinasaan yang
kekal, sungguh, Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan (termasuk
hamba-hamba Rabb yang maha pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak
berlebihan, dan tidak (pula) kikir, diantara keduanya secara wajar, dan orang-orang yang tidak
mempersekutukan Allah dengan sesembahan lain dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan
Allah(membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar dan tidak berzina. Barang siapa yang
melakukan demikian itu niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya). (QS. Al-Furqan 63-68).
Selain hal diatas, ahlak-ahlak yang mulia adalah dengan tidak memberikan kesaksian palsu bahkan
harus memerangi dan mengingkarinya, menolak perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat atau tidak
mendapatkan faedah, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla.
Dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang
tidak perfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (QS. Al-Furqan :72).
Dan jika didengarkan atau ditunjukkan ayat-ayat Allah Azza wa Jalla atau didatangkan pada mereka
hadits-hadits Rasulullah saw yang shahih maka mereka (mukmin dan mukminat) sebagai ahlul lisan akan
menghadapnya dengan khusyuk serta menerima sepenuhnya terhadap Allah Azza wa Jalla dan
sekaligus mengagungkan-Nya Azza wa Jalla. Hati-hati mereka menjadi lembut. Bahkan tidak jarang kita
lihat menangis lantaran rasa takut kepada-Nya Azza wa Jalla.
Sikap sabar, juga merupakan sikap yang harus ada di dalam pergaulan, baik itu kesabaran dalam
mentaati Allah Azza wa Jalla dan kesabaran menahan yang diharapkan Allah Azza wa Jalla dan
kesabaran atas musibah yang menimpa dan tidak ada balasan bagi orang yang sabar dari sisi Allah
Azza wa Jalla kecuali al-jannah yang tinggi dan agung.
mereka itulah yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam jannah), karena kesabaran mereka.
Dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat didalamnya. Mereka kekal
didalamnya. Jannah itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman (QS. Al-Furqan 75-76).
Sesungguhnya setiap mukmin dan mukminat mereka itu adalah saling menjadi wali satu sama lainnya.
Mereka saling memenberi nasehat dan saling mencintai karena Allah Azza wa Jalla dan saling berwasiat
tentang kebenaran dan kesabaran serta saling tolong menolong dalam kebajikan dan takwa. Dengan
menjaga hal-hal yang seperti itu berarti seorang mukmin atau mukminat telah mengamalkan sifat dan
sikap atau ahlak yang mulia, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla : dan orang-orang yang beriman,
laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka
menyuruh (mengerjakan) yang makruf. Mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan
zakat dan mereka taat kepada Allah dan rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah
sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana (At-Taubah :71).
Dalam kaitannya dengan amar makruf dan annashihat lillah sudah selayaknya bagi seorang mukmin
dan mukminat senantiasa memperhatikan timing yang tepat dalam beramar makruf, tidak capat berputus
asa bila ditolak. Karena bisa jadi pada hari ini ia ditolak namun esok lusa ia bisa diterima.
Dan diwajibkan bagi setiap mukmin dan mukminat untuk tetap istiqomah dalam agamanya
menunaikan kewajiban terhadap Allah Azza wa Jalla, mentaati-Nya Azza wa Jalla dan mentaati
Rasulullah saw. Mereka itulah yang berhak mendapat karunia didunia dan diakhirat karena ketaatannnya
kepada Allah Azza wa Jalla, keimanan dengannya serta pelaksanaan kewajiban terhadap-Nya Azza wa
Jalla.
Hal ini juga menunjukkan bahwa sesungguhnya bagi orang-orang yang berpaling, lalai dan orang-
orang yang mengabaikan kewajiban, maka bagi mereka sama halnya dengan menyodorkan dirinya untuk
diadzab Allah Azza wa Jalla dan dimurkai-Nya Azza wa Jalla.
Sebagaimana dalam firman Allah Azza wa Jalla:adapun orang yang melampaui batas dan lebih
mengutamakan kehidupan dunia maka sesungguhnya nar lah tempat tinggal(nya), dan adapun orang-
orang yang takut pada keesaran rabb-Nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka
sesungguhnya jannah-lah sebagai tempatinggal(nya). (AnNaziat 38-41).
Terakhir kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla dengan asmaulhusna-Nya Azza wa Jalla dan
sifat-sifatNya Azza wa Jalla yang tinggi, semoga Allah Azza wa Jalla menunjukkan kita dan segenap
kaum muslimin kepada ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih. Semoga Allah memperbaiki hati kita
dan amal kita sekalian semoga Allah Azza wa Jalla memberikan rizki berupa kemampuan melaksanakan
tawasshau bil haq dan tawasshau bis Sabr. Tolong menolong dalam kebajikan dan ketakwaan,
mengutamakan akhirat atas dunia, mempunyai keinginan untuk tetap memiliki keselamatan hati dan
amal, ambisi ntuk bermamfaat bagi kaum muslimin dimanapun mereka berada.
Wallahualam
2. ETIKA PERGAULAN MENURUT ISLAM

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujurat <49>:13)

Pergaulan adalah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya.


Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa
dikatakan wajib bagi setiap manusia yang masih hidup di dunia ini. Sungguh menjadi
sesuatu yang aneh atau bahkan sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup
sendiri. Karena memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran
orang lain dalam kehidupannya.

Tidak ada mahluk yang sama seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah
berbeda-beda. Meski ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu halnya
dengan manusia. Lima milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan
bentuk khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam
bergaul sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun
tingkah laku. Allah mencipatakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud
keagungan dan kekuasaan-Nya.

Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar,
sehingga kita dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan adil.
Karena bisa jadi sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah menyikapi, akan
menjadi hal yang besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat membedakan kita
dengan orang lain, kecuali karena ketakwaannya kepada Allah SWT (QS. Al_Hujurat
<49>:13)

Perbedaan bangsa, suku, bahasa, adat, dan kebiasaan menjadi satu paket ketika Allah
menciptakan manusia, sehingga manusia dapat saling mengenal satu sama lainnya.
Sekali lagi . tak ada yang dapat membedakan kecuali ketakwaannya.

Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu kita tumbuh kembangkan agar pergaulan kita
dengan sesama muslim menjadi sesuatu yang indah sehingga mewujudkan ukhuwah
islamiyah. Tiga kunci utama untuk mewujudkannya yaitu taaruf, tafahum, dan taawun.
Inilah tiga kunci utama yang harus kita lakukan dalam pergaulan.

Taaruf. Apa jadinya ketika seseorang tidak mengenal orang lain? Mungkinkah mereka
akan saling menyapa? Mungkinkah mereka akan saling menolong, membantu, atau
memperhatikan? Atau mungkinkah ukhuwah islamiyah akan dapat terwujud?
Begitulah, ternyata taaruf atau saling mengenal menjadi suatu yang wajib ketika kita
akan melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Dengan taaruf kita
dapat membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas
pada diri seseorang.

Tafahum. Memahami, merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita
bergaul dengan orang lain. Setelah kita mengenal seseorang pastikan kita tahu juga
semua yang ia sukai dan yang ia benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan.
Dengan memahami kita dapat memilah dan memilih siapa yang harus menjadi teman
bergaul kita dan siapa yang harus kita jauhi, karena mungkin sifatnya jahat. Sebab,
agama kita akan sangat ditentukan oleh agama teman dekat kita. Masih ingat ,Bergaul
dengan orang shalih ibarat bergaul dengan penjual minyak wangi, yang selalu memberi
aroma yang harum setiap kita bersama dengannya. Sedang bergaul dengan yang jahat
ibarat bergaul dengan tukang pandai besi yang akan memberikan bau asap besi ketika
kita bersamanya.
Tak dapat dipungkiri, ketika kita bergaul bersama dengan orang-orang shalih akan
banyak sedikit membawa kita menuju kepada kesalihan. Dan begitu juga sebaliknya,
ketika kita bergaul dengan orang yang akhlaknya buruk, pasti akan membawa kepada
keburukan perilaku ( akhlakul majmumah ).

Taawun. Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum
tumbuh sikap taawun (saling menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan
menumbuhkan rasa cinta pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat
menganjurkan kepada ummatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa.
Rasullulloh SAW telah mengatakan bahwa bukan termasuk umatnya orang yang tidak
peduli dengan urusan umat Islam yang lain.
Taaruf, tafahum , dan taawun telah menjadi bagian penting yang harus kita lakukan.
Tapi, semua itu tidak akan ada artinya jika dasarnya bukan ikhlas karena Allah. Ikhlas
harus menjadi sesuatu yang utama, termasuk ketika kita mengenal, memahami, dan
saling menolong. Selain itu, tumbuhkan rasa cinta dan benci karena Allah. Karena cinta
dan benci karena Allah akan mendatangkan keridhaan Allah dan seluruh makhluknya.
Wallahu alam bishshawab

3. BATASAN PERGAULAN DALAM ISLAM

Beberapa minggu yang lalu, saya melibatkan diri dalam diskusi tentang pacaran dan
tentang adakah pacaran islami. tulisan ini tidak akan membahas tentang hal yang saya
diskusikan, sebab ada waktunya untuk membahas hal tersebut. tulisan ini hanya ingin
membahas tentang sesuatu yang dicurhatkan kepada saya.

tak bisa dipungkiri kalo saat ini ikhtilat (campur baurnya laki-laki dengan perempuan di
suatu tempat) sudah terjadi di segala interaksi manusia. dan hal ini membawa pengaruh
pada pola interaksi pergaulan, bahkan status dalam pergaulan.

sekarang sudah lazim adanya status pacar, atau hubungan TTM atau lainnya yang
sangat rawan bagi orang-orang yang kondisi emosinya masih labil atau pola pikirnya
belum dewasa. hal ini tidak terbatas pada manusia yang berumur belasan tahun, tetapi
dari anak kecil hingga orang tua pun masih berlaku.

secara moral atau sudut pandang sosiologi/ aturan pergaulan kebiasaan di Indonesia,
adanya hubungan yang dekat dengan lawan jenis yang boleh dinikahi/ non mahrom
mungkin diperbolehkan, dan merupakan kewajaran, karena manusia adalah makhluk
sosial yang membutuhkan cinta dan kasih sayang baik dari diri sendiri maupun orang
lain.

dalam hal kejiwaan pun kedekatan yang intens pada hubungan antara dua manusia
masih merupakan sebuah kewajaran dan bukan sebuah kelainan. sebab sama halnya
dalam sudut pandang sosiologi, itu adalah fitrah manusia.

sebagai orang islam, kita harus melihat aktivitas pergaulan kita dari aturan-aturan yang
ada. karena dalam hal muamalah asal suatu hukum adalah mubah/ dibolehkan kecuai
ada dalil yang melarangnya, maka kita perlu melihat dalil-dalil yang ada. tentunya
menggunakan dalil yang kuat.
karena ilmu saya dalam bidang agama masih sangat kurang, maka saya tidak bisa
mencantumkannya di sini, mungkin kang drai atau yang lebih menguasai bisa
menambahkan.

kita mulai dari aktivitas yang bagai mana yang dibolehkan dalam aturan islam, atau bisa
diterjemahkan "dengan siapa aja kita boleh beraktivitas?"

4. CONTOH ATURAN ISLAM BIDANG PERGAULAN HIDUP SOSIAL

Beberapa minggu yang lalu, saya melibatkan diri dalam diskusi tentang pacaran dan
tentang adakah pacaran islami. tulisan ini tidak akan membahas tentang hal yang saya
diskusikan, sebab ada waktunya untuk membahas hal tersebut. tulisan ini hanya ingin
membahas tentang sesuatu yang dicurhatkan kepada saya.

tak bisa dipungkiri kalo saat ini ikhtilat (campur baurnya laki-laki dengan perempuan di
suatu tempat) sudah terjadi di segala interaksi manusia. dan hal ini membawa pengaruh
pada pola interaksi pergaulan, bahkan status dalam pergaulan.

sekarang sudah lazim adanya status pacar, atau hubungan TTM atau lainnya yang
sangat rawan bagi orang-orang yang kondisi emosinya masih labil atau pola pikirnya
belum dewasa. hal ini tidak terbatas pada manusia yang berumur belasan tahun, tetapi
dari anak kecil hingga orang tua pun masih berlaku.

secara moral atau sudut pandang sosiologi/ aturan pergaulan kebiasaan di Indonesia,
adanya hubungan yang dekat dengan lawan jenis yang boleh dinikahi/ non mahrom
mungkin diperbolehkan, dan merupakan kewajaran, karena manusia adalah makhluk
sosial yang membutuhkan cinta dan kasih sayang baik dari diri sendiri maupun orang
lain.

dalam hal kejiwaan pun kedekatan yang intens pada hubungan antara dua manusia
masih merupakan sebuah kewajaran dan bukan sebuah kelainan. sebab sama halnya
dalam sudut pandang sosiologi, itu adalah fitrah manusia.

sebagai orang islam, kita harus melihat aktivitas pergaulan kita dari aturan-aturan yang
ada. karena dalam hal muamalah asal suatu hukum adalah mubah/ dibolehkan kecuai
ada dalil yang melarangnya, maka kita perlu melihat dalil-dalil yang ada. tentunya
menggunakan dalil yang kuat.
karena ilmu saya dalam bidang agama masih sangat kurang, maka saya tidak bisa
mencantumkannya di sini, mungkin kang drai atau yang lebih menguasai bisa
menambahkan.

kita mulai dari aktivitas yang bagai mana yang dibolehkan dalam aturan islam, atau bisa
diterjemahkan "dengan siapa aja kita boleh beraktivitas?"

Anda mungkin juga menyukai