Anda di halaman 1dari 31

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 State of the Art


Sebelum peneliti memulai penelitian ini, terdapat beberapa penelitian yang
menggunakan teori semiotika untuk mengkaji fenomena fenomena sosial. Salah
satunya adalah sebuah tesis berjudul Representasi Etnis dalam Program Televisi
Bertema Komunikasi Antarbudaya oleh Rahma Novita. Dalam penelitian ini,
Rahma membahas program Ethnic Runaway yang ditayangkan di Trans TV
dan bagaimana cara tayangan dari program ini merepresentasikan Suku Toraja
kepada penontonnya. Apa yang menjadi perbedaan dari penelitian Rahma dan
penelitian saya adalah, pada penelitian yang dilakukan oleh Rahma, pembahasan
fokus pada konten dari sebuah program yang kemudian dapat memberikan efek
negatif. Sedangkan pada penelitian saya, pembahasan lebih berfokus pada
bagaimana pemaknaan budaya humanis pada tayangan DAAI Inspirasi.

Penelitian selanjutnya yang juga menggunakan teori semiotika adalah jurnal


Analisis Semiotika Pada Film Laskar Pelangi oleh Lidya Ivana Rawung.
Dalam jurnal ini, Lidya berusaha untuk menganalisis makna pesan apa yang
berusaha disampaikan oleh film Laskar Pelangi menggunakan semiotika
perspektif Ferdinand De Saussure. Persamaan dari penelitian ini dengan
penelitian saya adalah penelitian kami sama sama menggunakan semiotika
perspektif Ferdinand De Saussure. Perbedaan yang terdapat pada penelitian kami
adalah bahwa Lidya membahas pesan apa yang terkandung dalam film Laskar
Pelangi, sedangkan saya bukan membahas pesan apa di dalam tayangan DAAI
Inspirasi namun bagaimana cara DAAI Inspirasi memaknai budaya humanis.

Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A-mild Versi
Cowok Blur Go Ahead 2011 adalah penelitian selanjutnya yang menggunakan
teori semiotika. Fachrial Daniel, sebagai peneliti, menggunakan teori semiotika
Roland Barthes untuk membahas mengenai pesan yang terkandung dalam sebuah
iklan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah selain penelitian ini
membahas mengenai iklan, penelitian ini juga fokus kepada pembahasan makna
konsep diri yang terkandung pada iklan. Sedangkan penelitian saya akan
berfokus pada makna humanisme yang terkandung pada tayangan DAAI
Inspirasi.

Selanjutnya peneliti juga menjadikan jurnal hasil tulisan Rupert Stasch yang
berjudul The Camera and the House: The Semiotics of New Guinea Tree-
houses in Global Visual Culture sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini.
Dengan fokus penelitian pada makna apa yang terkandung dalam rumah adat
Papua sehingga rumah adat ini sangat laku di media massa, penelitian ini jelas
berbeda dengan penelitian saya. Dimana penelitian saya sendiri lebih berfokus
pada bagaimana pemaknaan budaya humanis dalam salah satu program di media
massa Indonesia, yaitu DAAI TV.

Penelitian terakhir adalah penelitian oleh Dahlan Bin Abdul Ghani yang
berjudul The Study o Semiotics of Wayang Kulit Theater in Malay Society
Culture. Penelitian ini melihat adanya keunikan pada seni teater wayang.
Dimana wayang sendiri sarat akan simbol simbol penting dan filososofi yang
menjadi arahan dan pedoman dalam kehidupan masyarakat Malaysia. Walaupun
penelitian kami sama sama mencoba menjelaskan simbol simbol penting di
dalam unsur budaya, perbedaan penelitian kami adalah untuk penelitian
mengenai wayang ini, berfokus pada nilai nilai simbolisme di dalam pentas
kebudayaan tradisional. Sedangkan penelitian saya berfokus pada nilai nilai
simbolisme di dalam sebuah acara televisi swasta yang menjangkau lebih banyak
masyarakat di dalamnya.
Ellen Rahma Novita Fachrial Daniel Lidya Ivana Ru
(Universitas Bina (lib.ui.ac.id) (download.portal Rawung (e
Nusantara) Tesis garuda.org) (ejournal.unstrat.a re
Skripsi Jurnal c.id) o.
Jurnal Ju

Judul Analisisi Proses Representasi Analisis Analisis Th


Produksi DAAI Etnis dalam Semiotika Semiotika pada an
Inspirasi Program Televisi Tentang Konsep Film Laskar Th
Bertema Diri dalam Iklan Pelangi of
Komunikasi Rokok A Mild T
Antarbudaya: Versi Cowok in
Analisis Blur Go Ahead Vi
Semiotika 2011
Terhadap
Program Televisi
Ethnic
Runaway
Episode Suku
Toraja
Masalah Program DAAI Adanya makna Iklan tidak hanya Perbedaan potret Ba
Inspirasi sebagai denotasi, memiliki daya kenyataan da
sebuah wadah konotasi, dan tarik dan harus pendidikan te
penyebaran mitos dalam menggugah Indonesia saat ini m
budaya humanis pesan yang perasaan tertentu, dengan apa yang ru
melalui disampaikan tapi juga memiliki digambarkan oleh Pa
programnya yang tayangan Ethnic pesan tertentu. film Laskar (K
menayangkan Runaway. Pelangi. se
kegiatan relawan sa
Yayasan Buddha te
Tzu Chi.
Teori - Proses - Komunikasi -Semiotika - Semiotika -S
produksi antarbudaya Roland Barthes Ferdinand -F
- Semiotika - Semiotika - Konsep diri de Saussure
Roland - Iklan - Film
Barthes
Metode Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif K

Hasil Adegan dalam Rokok Makna pesan K


tayangan Ethnic merupakan Laskar Pelangi da
Runaway barang yang adalah penerus fo
menghasilkan sangat bangsa harus pr
mitos mengenai mempengaruhi terus belajar, pe
suku Toraja, konsep diri anak jangan pernah m
seperti Toraja muda dab menyerah dan K
memiliki tradisi menjadi gaya kalah dengan di
aneh, hidup anak muda. kesulitan. m
makanannya in
menjijikan,
tradisinya sarat
dengan kekerasan
dan menakutkan.
2.2 Teori Umum

2.2.1 Komunikasi Massa


Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa Inggris, mass
communication, sebagai kependekan dari mass media communication
(komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan
media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass
communications atau communications diartikan sebagai salurannya,
yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of
mass communications (Susanto dalam Wiryanto, 2006)

Kata massa dalam komunikasi massa bukan sekadar orang banyak


disuatu lokasi yang sama. Mereka dapat tersebar atau terpencar di
berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan
dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. Massa di sini
kita artikan sebagai Meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-
alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran.
Massa mengandung pengertian orang banyak. (Wiryanto, 2006)

Joseph A. Devito dalam bukunya, Communicology: An


Introduction to the Study of Communication, menampilkan definisinya
mengenai komunikasi massa dengan lebih tegas, yakni sebagai berikut:

First, mass communication is communication addressed to the


masses, to an extremely large audience. This does not mean that
the audience includes all people or everyone who reads or
everyone who watches television; rather it means an audience that
is large and generally rather poorly defined.
Second, mass communication is communication mediated by audio
and/ or visual transmitters. Mass communication is perhaps most
easily and most logically defined by its forms: television, radio,
newspapers, magazines, film, books, and tapes
(Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan
kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini
tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau
semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton
televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada
umumnya agak sukar untuk didefinisikan.

Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh


pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa
barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan
menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar majalah, film, buku,
dan pita)

Dari beberapa pemahaman yang ada diatas, maka dapat


disimpulkan bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi yang
tidak dapat terjadi jika tidak menggunakan media massa. Selain dengan
media massa, komunikasi massa juga berkaitan dengan khalayak yang
banyak. Khalayak disini juga dapat dikatakan sebagai sasaran dari para
penggerak media massa.

2.2.1.1 Ciri ciri komunikasi massa


Severin dan Tankard, Jr., mengatakan bahwa komunikasi
massa itu adalah keterampilan, seni, dan ilmu. Kemudian Effendy
(2006) mengaitkan itu dengan pendapat Devito bahwa komunikasi
massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui media massa
dibandingkan dengan jenis-jenis komunikasi lainnya, maka
komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh
sifat-sifat komponennya. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah
Berbeda dengan komunikasi antarpersona (interpersonal
communication) yang berlangsung dua arah (two-way traffic
communication), komunikasi massa berlangsung satu arah (one-way
communication). Ini berarti bahwa tidak terapat arus balik dari
komunikan kepada komunikator. Dengan lain perkataan, wartawan
sebagai komunikator tidak mengetahui tanggapan pembacanya
terhadap pesan atau berita yang disiarkannya itu.
2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga
Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan
lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Sebagai konsekuensi
dari sifat komunikator yang melembaga itu, peranannya dalam proses
komunikasi ditunjang oleh orang-orang lain. kemunculannya dalam
media komunikasi tidak sendiri, tetapi bersama orang lain. Tulisan
seorang wartawan surat kabar, misalnya, tidak mungkin dapat dibaca
khalayak apabila tidak didukung oleh pekerjaan managing editor,
layout man, korektor, dan lain-lain. wajah dan suara penyiar televisi
tak mungkin dapat dilihat dan didengar jika tidak ditunjang oleh
pekerjaan pengarah acara, jurukamera, jurusuara, dan sebagainya.
3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum
Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum
(public) karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan
umum. Jika tidak ditujukan kepada perseorangam atau kepada
sekelompok orang tertentu. Hal itulah yang antara lain membedakan
media massa dengan media nirmassa. Surat, telepon, telegram, adalah
media nirmassa, bukan media massa, karena ditujukan kepada orang
tertentu. Media massa sendiri tidak akan menyiarkan suatu pesan yang
tidak menyangkut kepentingan umum.
4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan
Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk
menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada pihak khalayak
dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. Hal inilah yang
merupakan ciri paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi
lainnya. Bandingkan misalnya poster atau papan pengumuman
dengan radio siaran yang sama-sama merupakan media komunikasi.
Pesan yang disampaikan melalui poster atau papan pengumuman
kepada khalayak tidak diterima oleh mereka dengan melihat poster
atau papan pengumuman itu secara serempak bersama-sama, tetapi
secara bergantian. Lain dengan pesan yang disampaikan melalui radio
siaran. Oleh karena itulah, pada umumnya yang termasuk ke dalam
media massa adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film
yang mengandung cirri keserempakan tersebut.
5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen
Komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota
masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai
sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Heterogenitas
khalayak seperti itulah yang menjadi kesulitan seorang komunikator
dalam menyebarkan pesannya melalui media massa karena setiap
individu dari khalayak itu menghendaki agar keinginannya dipenuhi.

2.2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa


Menurut Effendy (2013), komunikasi massa merupakan bagian atau
suatu bentuk dari komunikasi yang begitu luas, maka uraian dari fungsi
komunikasi juga bisa menjadi fungsi komunikasi massa dengan media
massanya yang dapat menjangkau khalayak yang amat luas, baik local,
nasional, maupun internasional. Maka Effendy (2013), berdasarkan Joseph R.
Dominick, menyatakan fungsi komunikasi massa sebagai berikut:

Pengawasan (surveillance)
Dominick mengatakan bahwa surveillance mengacu kepada yang kita
kenal sebagai peranan berita dan informasi dari media massa. Media
mengambil tempat para pengawal yang pekerjaannya mengadakan
pengawasan. Fungsi pengawasan dapat dibagi menjadi dua jenis:
Pengawasan peringatan (warning or beware surveillance)
Pengawasan jenis ini terjadi jika media menyampaikan
informasi kepada kita mengenai ancaman taufan, letusan gunung api,
kondisi ekonomi yang mengalami depresi, meningkatnya inflasi, atau
serangan militer. Peringatan ini dapat diinformasikan segera dan
serentak (program televisi diinterupsi untuk memberitakan peringatan
bahaya tornado).
Pengawasan instrumental (instrumental surveillance)
Jenis kedua ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang
berguna bagi kehidupan sehari-hari. Berita tentang film yang
dipertunjukkan di bioskop setemoat, harga barang kebutuhan di pasar,
produk-produk baru, dan lain-lain adalah contoh-contoh pengawasan
instrumental.
Interpretasi (interpretation)
Yang erat sekali kaitannya dengan fungsi pengawasan adalah fungsi
interpretasi. Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga
informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu.
Fungsi interpretasi ini tidak selalu berbentuk tulisan, adakalanya juga
berbentuk kartun atau gambar lucu yang bersifat sindirian. Dalam dunia
jurnalistik cara-cara menyindir seperti itu sudah lazim sehingga yang
bersangkutan tidak pernah marah, apalagi memprotes.
Hubungan (linkage)
Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di
dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran
perseorangan. Banyak contoh mengenai hal ini, misalnya kegiatan periklanan
yang menghubungkan kebutuhan dengan produk-produk penjual. Fungsi
hubungan yang dimiliki media itu sedemikian berpengaruhnya kepada
masyarakat sehingga dijuluki public making abitliy of the mass media atau
kemampuan membuat sesuatu menjadi umum dari media massa.
Sosialisasi
Media massa menyajikan penggambaran masyarakat, dan dengan
membaca, mendengarkan, dan menonton maka seseorang mempelajari
bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa yang penting.
Di antara jenis-jenis media massa, televisi termasuk media yang daya
pervasinya paling kuat, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini
karena insan-insan yang belum berusia dewasa ini belum mempunyai daya
kritik sehingga ada kecenderungan mereka meniru perilaku orang-orang yang
dilihat mereka pada layar televisi tanpa menyadari nilai-nilai yang
terkandung.
Hiburan (entertainment)
Hal ini memang jelas tampak pada televisi, film, dan rekaman suara.
Media massa lainnya, seperti surat kabar dan majalah, meskipun fungsi
utamanya adalah informasi dalam bentuk pemberitaan, rubrik-rubrik hiburan
selalu ada, apakah itu cerita pendek, cerita panjang, atau cerita bergambar.

2.2.2 Media Massa

2.2.2.1 Bentuk media massa


Ardianto, Komala, dan Karinah (2012) mengemukakan
beberapa bentuk media massa sebagai berikut:
Surat Kabar

Dari empat fungsi media massa (informasi, edukasi,


hiburan dan persuasif), fungsi yang paling menonjol pada surat
kabar adalah informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama
khalayak membaca surat kabar, yaitu keingintahuan akan
setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya.karenanya sebagian
besar rubrik surat kabar terdiri dari berbagai jenis berita.
Namun demikian, fungsi hiburan surat kabar pun tidak
terabaikan karena tersedianya rubrik artikel ringan, feature
(laporan perjalanan, laporan tentang profil seseorang yang
unik), rubrik cerita bergambar atau komik, serta cerita
bersambung. Begitu pula dengan fungsinya mendidik dan
memengaruhi akan ditermukan pada artikel ilmiah, tajuk
rencana atau editorial dan rubrik opini. Fungsi pers, khususnya
surat kabar pada perkembangannya bertambah, yakni sebagai
alat control sosial yang konstruktif.

Majalah

Menurut Dominick pula, klasifikasi majalah dibagi ke


dalam lima kategori utama, yakni:

a. General consumer magazine.


Majalah konsumen umum ini menyajikan informasi
tentan produk dan jasa yang diiklankan pada halaman-
halaman tertentu.
b. Business publication.
Majalah-majalah bisnis (disebut juga trade
publication) melayani secara khusus informasi bisnis,
industri atau profesi.
c. Literacy reviews and academic journal.
Terdapat ribuan nama majalah kritik sastra dan
majalah ilmiah, yang pada umumnya memiliki
sirkulasi dibawah 10 ribu, dan banyak diterbitkan oleh
organisasi-organisasi nonprofit, universitas, yayasan
atau organisasi profesional.
d. Newsletter.
Media ini dipublikasikan dengan bentuk
khusus, 4-8 halaman dengan perwajahan khusus pula.
Media ini didistribusikan secara gratis atau dijual
secara berlangganan.
e. Public relations magazines.
Majalah PR ini diterbitkan oleh perusahaan,
dan dirancang untuk sirkulasi pada karyawan
perusahaan, agan, pelanggan dan pemegang saham.
Radio

Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat


luwes. Selama hampir satu abad lebih keberadaannya, radio
siaran telah berhasil mengatasi persaingan keras dengan
bioskop, rekaman kaset, televisi, televisi kabel, electronic
gamesdan personal casset players. Keunggulan radio siaran
adalah berdasa dimana saja: di tempat tidur (ketika orang akan
tidur atau bangun tidur), di dapur, di dalam mobil, di kantor, di
jalanan, di pantai dan berbagai tempat lainnya.

Televisi
Televisi sebagai media yang paling berpengaruh pada
kehidupan manusia, memiliki fungsi yang sama dengan media
massa yang lainnya, yakni memberi informasi, mendidik,
menghibur, dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih
dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitian-
penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu
Komunikasi UNPAD, yang menyatakan bahwa pada
umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah
untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh
informasi.
Film

Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari


komunikasi massa visual dibelahan dunia ini. Lebih dari
ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan
film video laser setiap minggunya. Di Amerika Serikat dan
Kanada lebih dari satu juta tiket film terjual setiap tahunnya.

Industri film adalah industri bisnis. Predikat ini telah


menggeser anggapan orang yang masih menyakini bahwa film
adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan
memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh
estetika (keindahan) yang sempurna. Meskipun pada
kenyataannya adalah bentuk karya seni, industri film adalah
bisnis yang memberikan keuntungan, kadang-kadang menjadi
mesin uang yang seringkali, demi uang, keluar dari kaidah
artistik film itu sendiri.

Internet

Laquey mengatakan internet merupakan jaringan longgar


dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh
dunia. Misi awalnya adalah menyediakan sarana bagi pada
peneliti untuk mengakses data dari sejumlah sumber daya
perangkat keras komputer yang mahal. Namun, sekarang
internet telah berkembang menjadi ajang kominikasi yang
sangat cepat dan efektif, sehingga telah menyimpang jauh dari
misi awalnya. Dewasa ini, internet telah tumbuh menjadi
sedemikian besar dan berdaya sebagai alat informasi dan
komunikasi yang tak dapat diabaikan.

Informasi penting yang tersedia di internet jumlahnya


terus meningkat. Ini mencakup berbagai arsip gratis dan arsip
umum, katalog perpustakaan, layanan pemerintah, dan
sebagainya, dan berbagai pangkalan data komersial. Internet
ibarat cairan yang berubah setiap detik: begitu beritanya
mengalir, maka pandangan yang berbeda, laporan, dan aneka
pendapat mengairi berbagai arsip dan forum.

2.2.3 Televisi

2.2.3.1 Karakteristik
Ditinjau dari stimulasi alat indra, beberapa media massa lain
seperti radio, surat kabar, dan majalah memiliki hanya satu alat indra
yang mendapat stimulus (Ardianto, Komala, dan Karlinah, 2012).
Sedangkan untuk televisi, ada beberapa karakteristik yang dijabarkan
sebagai berikut:
a) Audiovisual
Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus
dapat dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya
mendengar kata-kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi
dapat melihat gambar yang bergerak. Namun demikian, tidak berarti
gambar lebih penting daripada kata-kata. Keduanya harus ada
kesesuaian secara harmonis.
b) Berpikir dalam Gambar
Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi
adalah pengarah acara. Bila ia membuat naskah acara atau membaca
naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think in picture).
Begitu pula bagi seorang komunikator yang akan menyampaikan
informasi, pendidikan atau persuasi, sebaiknya ia dapat melakukan
berpikir dalam gambar. Sekalipun ia tidak membuat naskah, ia dapat
menyampaikan keinginannya kepada pengarah acara tentang
penggambaran atau visualisasi dari acara tersebut.
Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam
gambar. Pertama, adalah visualisasi (visualization), yakni
menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi
gambar secara individual. Tahap Kedua dari proses berpikir dalam
gambar adalah penggambaran (picturization), yakni kegiatan
merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga
kontinuitasnya mengandung makna tertentu
c) Pengoperasian Lebih Kompleks
Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi
siara lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Untuk
menayangkan acara siaran berita yang dibawakan oleh dua orang
pembawa berita saja dapat melibatkan 10 orang. Mereka terdiri dari
produser, pengarah acara, pengarah teknik, pengarah studio, pemadu
gambar, dua atau tiga juru kamera, juru video, juru audio, juru rias,
juru suara, dan lain-lain. Bila menyangkuat acara drama musik yang
lokasinya di luar studio, akan lebih banyak lagi melibatkan orang
kerabat kerja televisi (crew).
Dari karakteristik yang dijabarkan diatas, televisi dapat digambarkan sebagai
media massa yang memiliki keunggulan dibandingkan media massa yang lainnya,
karena televisi mempunyai audio dan visual sebagai stimulusnya. Dengan adanya
audio dan visual sebagai stimulus, maka dalam penyusunan konten televisi,
penyusun harus berpikir secara visual, agar konten yang dihasilkan sesuai untuk
dilihat maupun didengar. Pengoperasian televisi juga lebih rumit dibandingkan media
massa lainnya.

2.2.3.2 Jenis Program Televisi


Morrisan (2009) mengatakan jenis program televisi dapat
dikelompokan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu
sebagai berikut:
1. Program Informasi
Program informasi di televisi, sesuai dengan namanya,
memberikan banyak informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu
penonton terhadap suatu hal. Program informasi adalah segala jenis
siaran yang tujuannya untuk member tambahan pengetahuan
(informasi) kepada khalayak audiens. Berikut adalah dua bagian besar
dari program informasi:

1. Berita keras
Berita keras atau hard news adalah segala informasi
penting dan/atau menarik yang harus segera disiarkan oleh
media penyiaran karena sifatnya yang harus segera
ditayangkan agar dapat diketahui khalayak audiens
secepatnya.
Berita keras disajikan dalam suatu program berita yang
berdurasi mulai dari beberapa menit saja (misalnya breaking
news) hingga program berita yang berdurasi 30 menit, bahkan
satu jam. Berita keras sendiri dibagi menjadi beberapa bentuk
berita, yaitu:
a. Straight News
Straight news berarti berita langsung
(straight). Maksudnya suatu berita yang singkat (tidak
detail) dengan hanya menyajikan informasi terpenting
saja yang mencakup 5W+1H (who, what, where, when,
why, dan how) terhadap suatu peristiwa yang
diberitakan. Berita jenis ini sangat terikat waktu
(deadline) karena informasinya sangat cepat basi jika
terlambat disampaikan kepada audien.
b. Feature
Feature adalah berita ringan namun menarik.
Pengertian menarik di sini adalah informasi yang
lucu, unik, aneh, menimbulkan kekaguman, dan
sebagainya. Pada dasarnya berita-berita semacam ini
dapat dikatakan sebagai soft news karena tidak terlalu
terikat dengan waktu penayangan, namun karena
durasinya singkat (kurang dari 5 menit) dan ia menjadi
bagian dari program berita, maka feature masuk dalam
kategori hard news.
c. Infotaiment
Infotaiment adalah berita yang menyajikan
informasi mengenai kehidupan orang-orang yang
dikenal masyarakat (celebrity), dan karena sebagai
besar dari mereka bekerja pada industri hiburan, seperti
pemain film/sinetron, penyanyi dan sebagainya, maka
berita mengenai mereka disebut juga dengan
infotaiment. Infotaiment adalah salah satu bentuk
berita keras karena memuat informasi yang harus
segera ditayangkan. Dewasa ini infotaiment disajikan
dalam program berita sendiri yang terpisah dan khusus
menampilkan berita-berita mengenai kehidupan
selebritis.
2. Berita Lunak
Berita lunak atau soft news adalah segala informasi
yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam
(in-depth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan.
Berita yang masuk kategori ini ditayangkan pada satu program
tersendiri di luar program berita. Program yang masuk
kedalam berita lunak adalah sebagai berikut :
a. Current Affair
Current Affair adalah program yang
menyajikan informasi yang terkait dengan suatu berita
penting yang muncul sebelumnya namun dibuat secara
lengkap dan mendalam. Dengan demikian, current
affair cukup terikat dengan waktu dalam hal
penayangan namun tidak seketat hard news batasan
adalah bahwa selama isu yang dibahas masih mendapat
perhatian khalayak, maka current affair dapat
disajikan.
b. Magazine
Magazine adalah program yang menampilkan
informasi ringan namun mendalam atau dengan kata
lain magazine adalah feature dengan durasi yang lebih
panjang. Magazine ditayangkan pada program
tersendiri yang terpisah dari program berita. Magazine
lebih menekankan pada aspek menarik suatu informasi
ketimbang aspek penting. Suatu program magazine
dengan durasi 30 menit atau satu jam dapat terdiri atas
hanya satu topik atau beberapa topik.
c. Dokumenter
Dokumenter adalah program informasi yang
bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan namun
disajikan dengan menarik. Gaya atau cara penyajian
documenter sangat beragam dalam teknik pengambilan
gambar, teknik editing, dan teknik pencitraannya;
mulai dari yang sederhana hingga yang tersulit. Suatu
program documenter adakalanya dibuat seperti
membuat sebuah film sehingga disebut film
documenter.
d. Talk show
Program talk show atau perbincangan adalah
program yang menampilkan satu atau beberapa orang
untuk membahas suatu topic tertentu yang dipandu
oleh seorang pembawa acara (host). Mereka yang
diundang adalah orang-orang yang berpengalaman
langsung dengan peristiwa atau topic yang
diperbincangkan atau mereka yang ahli dalam masalah
yang tengah dibahas.

2. Program Hiburan
Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan
untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan
permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah
sebagai berikut:
1. Drama
Program drama adalah pertunjukan (show) yang
meyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang
atau beberapa orang (tokoh) - yang diperankan oleh pemain
(artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Suatu drama akan
mengikuti kehidupan atau petualangan para tokohnya.
Program televisi yang termasuk dalam program adalah sebagai
berikut :
a. Sinetron
Sinetron merupakan drama yang menyajikan
cerita dari berbagai tokoh secara bersamaan. Masing-
masing tokoh memiliki alur cerita mereka sendiri-
sendiri tanpa harus dirangkum menjadi suatu
kesimpulan. Akhir cerita sinetron cenderung selalu
terbuka dan sering kali tanpa penyelesaian (open-
ended).
b. Film
Yang dimaksud film di sini adalah film layar
lebar yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan film.
Karena tujuan pembuatannya adalah untuk layar lebar
(theater), maka biasanya film baru bisa ditayangkan di
televisi setelah terlebih dahulu dipertunjukan di
bioskop atau bahkan setelah film itu didistribusikan
atau dipasarkan dalam bentuk VCD atau CD.
2. Permainan
Permainan atau game show merupakan suatu bentuk
program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu
ataupun kelompok (tim) yang saling bersaing untuk
mendapatkan sesuatu. Program ini pun dapat dirancang
dengan melibatkan audien. Program permainan dapat dibagi
menjadi tiga jenis:
a. Quiz Show
Quiz merupakan permainan yang menekankan
pada kemampuan intelektualitas. Permainan ini
biasanya melibatkan peserta dari kalangan orang biasa
atau anggota masyarakat, namun terkadang pengelola
program dapat menyajikan acara khusus yang
melibatkan orang-orang terkenal (selebritis).
b. Ketangkasan
Peserta dalam permainan ini harus menunjukan
kemampuan fisik atau ketangkasannya untuk melewati
suatu halangan atau rintangan atau melakukan suatu
permainan yang membutuhkan perhitungan dan
strategi.
c. Reality Show
Program ini mencoba menyajikan suatu
keadaan yang nyata (riil) dengan cara yang se alamiah
mungkin tanpa rekayasa. Beberapa bentuk reality show
adalah hidden camera (kamera tersembunyi),
competition show, relationship show, fly on the wall,
dan mistik.
3. Musik
Program musik dapat ditampilkan dalam 2 format,
yaitu videoklip atau konser. Program musik berupa konser
dapat dilakukan di lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio
(indoor).
4. Pertunjukan
Pertunjukan adalah program yang menampilkan
kemampuan (performance) seseorang atau beberapa orang
pada suatu lokasi baik di studio atauapun di luar studio. Jika
mereka yang tampil adalah para musisi, maka pertunjukan itu
menjadi pertunjukan musik atau jika yang tampil adalah juru
masak, maka pertunjukan itu menjadi pertunjukan memasak.
2.2.4 Program Feature
Feature sendiri memiliki definisi berita ringan namun
menarik. Pengertian menarik disini adalah informasi yang lucu, unik,
aneh, menimbulkan kekaguman, dan sebagainya. Pada dasarnya berita
berita semacam ini dapat dikatakan sebagai soft news karena tidak
selalu terikat dengan waktu penayangan, namun karena durasinya
yang singkat dan ia menjadi bagian dari program berita, maka
features masuk kedalam hard news. (Morissan, 2011).
Ada kalanya features terkait dengan suatu peristiwa penting,
atau dengan kata lain terikat dengan waktu, dan karena itu harus
segera disiarkan pada suatu program berita. Feature semacam ini
sering dikatakan sebagai news feature, yaitu sisi lain dari suatu berita
straight news yang biasanya lebih menekankan pada sisi human
interest dari suatu berita. (Morissan, 2011). Demikian juga cara
membuat features tidak berbeda jauh dengan cara membuat berita
televisi. Namun karena features bukan informasi yang harus cepat
disajikan agar tidak basi informasinya, maka membuat features sangat
fleksibel sesuai kebutuhan. (Fachruddin, 2012)
Features sendiri dapat dibagi kedalam menjadi beberapa
bentuk mulai dari yang berdurasi singkat (1 2), features yang
terikat dengan peristiwa penting, sampai features sebagai program
reportase. Features jenis ini dikemas lebih mendalam dan luas disertai
sedikit sentuhan aspel Human Insterest agar lebih dramatika. Features
ini bertujuan untuk menghibur dan mendidik melalui eksplorasi
elemen manusiawi (human interest). (Fachruddin, 2012)
Hal ini senada dengan yang dikatakan Wibowo (2009)
features adalah suatu program yang membahas suatu pokok bahasan,
satu tema, diungkapkan lewat berbagai pandangan yang saling
melengkapi, mengurai, menyoroti secara kritis, dan disajikan dengan
berbagai format. Hal yang perlu diperhatikan dalam features adalah
setiap format yang disusun harus membicarakan pokok bahasan yang
sama, tetapi dari sudut pandang dan tinjauan yang berbeda.
Fachruddin (2012) menambahkan Features sendiri juga suatu
berita yang membahas satu pokok bahasan, satu tema yang diungkap
lewat berbagai pandangan yang saling melengkapi, mengurai,
menyoroti secara kritis dan disajikan dengan berbagai kreasi.
Penyajiannya features bobot informasinya ringan, dalam arti tidak
langsung pada pokok persoalan (straight news). Pemaparan bahasanya
bertutur dan sifat laporannya investigasi, maka features bisa juga
disebut bagian dari liputan mendalam. Features sendiri adalah
gabungan antara unsure opini, dokumenter, dan ekspresi.
Features di televisi memiliki pengaruh yang sangat dalam bagi
pemirsa, karena dapat diliat secara fisik tanpa narasi panjang. Gambar
dan atmosfer yang terekam dalam kamera lebih memberikan
gambaran yang sesungguhnya. Ciri features televisi lebih luwes
pendekatannya dibandingkan hard news. Features biasanya tidak
terikat dengan piramida terbalik, dimana pokok pikiran bisa disajikan
ditengah atau diakhir, karena kesimpulan cerita bisa saja tercapai
sebelum cerita itu berakhir.
Features sendiri bukan hanya menyampaikan informasi
semata melainkan lebih pada aspek penyajian yang menyentuh hati.
Untuk masalah data features haruslah menyajikan data yang kuat
didalamnya. Karena features dibuat untuk menyentuh perasaan
pemirsa, tetapi berdasarkan konteks yang kuat. Selain penyajian data
yang kuat, features sebaiknya penuh dengan warna. Warna disini
maksudnya adalah unsur unsur dalam features mulai dari
percakapan, cerita dan penuturannya yang mengalir.
Dalam program features, Fachruddin (2012) mencoba
mengartikan features sebagai dasar dari sesuatu paket. Hal ini tejadi
karena :
1. Perencanaan, praproduksi, produksi, hingga finishing dapat
dikerjakan oleh seorang produser / reporter dan juru kamera
2. Tidak memerlukan peralatan yang banyak karena hanya dua
orang sehingga sangat efisien dan efektif
3. Kemurnian materi cerita / realita atau fakta menjadi bahasan
cerita sehingga tidak ada manipulasi makna dan tujuan
program ini.
2.3 Teori Khusus

2.3.1 Semiotika
Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata yunani Semeion
yang berarti tanda. Tanda ini sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas
dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap
mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu
hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Secara terminologis, semiotika
dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas
objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.
(Wibowo, 2013)

Kajian semiotika sampai sekarang dibedakan menjadi dua jenis,


yakni:

1. Semiotika komunikasi
Semiotika ini menekankan pada teori tentang produksi tanda
yang salah satu di antaranya mengasumsikan adanya enam faktor
dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima kode atau sistem
tanda, pesan, saluran komunikasi dan acuan yang dibicarakan.
2. Semiotika signifikasi
Semiotika ini tidak mempersoalkan adanya tujuan
berkomunikasi. Pada jenis ini, yang lebih diutamakan adalah segi
pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada
penerima tanda lebih diperhatikan daripada prosesnya.

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji


tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha
mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama
manusia. Semiotika, atau dalam istilahnya Barthes, semiologi, pada
dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan memaknai hal-hal.
Memaknai dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan
mengkomunikasikan. Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya
membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak
berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda
(Sobur, 2004).
Tanda adalah segala sesuatu warna, isyarat, kedipan mata, objek,
rumus matematika, dan lain-lain yang merepresentasikan sesuatu yang
lain selain dirinya. Kata red, seperti yang telah kita lihat, dikategorikan
sebagai tanda karena ia bukan merepresentasikan bunyi r-e-d yang
membangunnya, melainkan sejenis warna dan hal lainnya. Tanda juga
dapat didefisinikan sebagai sesuatu yang merepresentasikan seseorang atau
sesuatu yang lain dalam kapasitas atau pandangan tertentu (Danesi, 2011).

Menurut Alex Sobur (2011), dalam bukunya yang berjudul Semiotika


Komunikasi, ada dua pendekatan penting terhadap tanda-tanda yang
biasanya menjadi rujukan para ahli (Berger, 2000b:11-22). Pertama, adalah
pendekatan yang didasarkan pada pandangan Ferdinand de Saussure
(1857-1913) yang mengatakan bahwa tanda-tanda disusun dari dua
elemen, yaitu aspek citra tentang bunyi (semacam kata atau representasi
visual) dan sebuah konsep di mana citra bunyi disandarkan.

Kedua, adalah pendekatan tanda yang didasarkan pada pandangan


seorang filsuf dan pemikir Amerika yang cerdas, Charles Sanders Peirce
(1839-1914). Peirce (dalam Berger, 2000b:14) menandaskan bahwa tanda-
tanda berkaitan dengan objek-objek yang menyerupainya, keberadaannya
memiliki hubungan sebab-akibat dengan tanda-tanda atau karena ikatan
konvensional dengan tanda-tanda tersebut. Ia menggunakan istilah ikon
untuk kesamaannya, indeks untuk hubungan sebab-akibat,dan simbol
untuk asosiasi konvensional.

Berikut adalah beberapa pokok dan tokoh semiotika yang dijabarkan


oleh Alex Sobur (2011) dalam bukunya yang berjudul Semiotika
Komunikasi:

1. Pragmatisme Charles Sanders Peirce


Peirce terkenal karena teori tandanya. Di dalam lingkup semiotika,
Peirce, sebagaimana dipaparkan Lechte (2001:227), seringkali
mengulang-ulang bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili
sesuatu bagi seseorang. Perumusan yang terlalu sederhana ini
menyalahi kenyataan tentang adanya suatu fungsi tanda: tanda A
menunjukkan suatu fakta (atau objek B), kepada penafsirnya, yaitu C.
Oleh karena itu, suatu tanda itu tidak pernah berupa suatu entitas yang
sendirian, tetapi yang memiliki ketiga aspek tersebut. Peirce
mengatakan bahwa tanda itu sendiri merupakan contoh dari
Kepertamaan, objeknya adalah Kekeduaan, dan penafsirnyaunsur
pengantaraadalah contoh dari Keketigaan. Peirce memang berusaha
untuk menemukan struktur terner di mana pun mereka bisa terjadi.
Keketigaan yang ada dalam konteks pembentukan tanda juga
membangkitkan semiotika yang tak terbatas, selama suatu penafsir
(gagasan) yang membaca tanda sebagai tanda bagi yang lain (yaitu
sebagai wakil dari suatu makna atau penanda) bisa ditangkap oleh
penafsir lainnya. Penafsir ini adalah unsur yang harus ada untuk
mengaitkan tanda dengan objeknya (induksi, deduksi, dan
penangkapan [hipotesis] membentuk tiga jenis penafsir yang penting).
Agar bisa ada sebagai suatu tanda, maka tanda tersebut harus
ditafsirkan (dan berarti harus memiliki penafsir).

2. Teori Tanda Ferdinand de Saussure


Dalam pandangan Saussure, tanda merupakan manifestasi
konkret dari citra bunyidan sering diidentifikasi dengan citra bunyi itu
sebagai penanda. Jadi, penanda dan petanda merupakan unsur-unsur
mentalistik. Dengan kata lain, di dalam tanda terungkap citra bunyi
ataupun konsep sebagai dua komponen yang tak terpisahkan. Dengan
kata lain, kehadiran yang satu berarti pula kehadiran yang lain seperti
dua sisi kertas (Masinambow, 2000a:12). Bagi Saussure, hubungan
antara penanda dan petanda bersifat arbitrer (bebas), baik secara
kebetulan maupun ditetapkan. Menurut Saussure, ini tidak berarti
bahwa pemilihan penanda sama sekali meninggalkan pembicara
namun lebih dari itu adalah tak bermotif, yakni arbitrer dalam
pengertian penanda tidak mempunyai hubungan alamiah dengan
petanda (Saussure, 1996, dalam Berger, 2000b:11).
Menurut Saussure (dalam Budiman, 1999a:77), prinsip
kearbitreran bahasa atau tanda tidak dapat diberlakukan secara mutlak
atau sepenuhnya, ada tanda-tanda yang benar-benar arbitrer, tetapi ada
pula yang hanya relatif. Kearbitreran bahasa sifatnya bergradasi. Di
samping itu, ada pula tanda-tanda yang bermotivasi, yang relatif non-
arbitrer.
3. Linguistik Struktural Roman Jakobson
Berbicara mengenai pandangan Jakobson, dapat dikemukakan
bahwa bagi dia, bahasa itu memiliki enam macam fungsi (Sudaryanto,
1990:12), yaitu: (1) fungsi referensial, pengacu pesan; (2) fungsi
emotif, pengungkap keadaan pembicara; (3) fungsi konatif,
pengungkap keinginan pembicar yang langsung atau segera dilakukan
atau dipikirkan oleh sang penyimak; (4) fungsi metalingual, penerang
terhadap sandi atau kode yang digunakan; (5) fungsi fatis, pembuka,
pembentuk, pemelihara hubungan atau kontak antara pembicara
dengan penyimak; dan (6) fungsi puitis, penyandi pesan.
Setiap fungsi bersejajar dengan faktor fundamental tertentu yang
memungkinkan bekerjanya bahasa. Fungsi referensial (1) sejajar
dengan faktor konteks atau referen; fungsi emotif (2) sejajar dengan
faktor pembicara; fungsi konatif (3) sejajar dengan faktor pendengar
yang diajak berbicara; fungsi metalingual (4) sejajar dengan faktor
sandi atau kode; fungsi fatis (5) sejajar dengan faktor kontak (awal
komunikasi); dan fungsi puitis (6) sejajar dengan faktor amanat atau
pesan.
4. Semiologi dan Mitologi Roland Barthes
Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya
tentang tanda adalah peran pembaca (the reader). Konotasi, walaupun
merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar
dapat berfungsi. Barthes kemudian menciptakan peta bagaimana tanda
bekerja.
Gambar GGamGambar 2.1 Peta Tanda Roland Barthes

Signifier Signified
(penanda) (petanda)

Denotative sign (tanda denotatif)

4. CONNOTATIVE SIGNIFIER 5. CONNOTATIVE SIGNIFIED

(PENANDA KONOTATIF) (PETANDA KONOTATIF)

6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)


Peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas
penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda
denotatif adalah juga penanda konotatif (4).
Dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki
makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda
denotatif yang melandasi keberadaannya.
Jadi terdapat perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam
pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dimengerti
oleh Barthes. Dalam pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti
sebagai makna harfiah dan konotasi merupakan makna yang tersirat.
Akan tetapi, di dalam semiologi Roland Barthes, denotasi merupakan
sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan
tingkat kedua. Sehingga Barthes mengasosiasikan denotasi dengan
ketertutupan makna, mungkin ini dikarenakan orang cenderung
berhenti pada tahap signifikasi pertama tanpa mau repot memikirkan
makna konotasi di balik tanda tertentu.
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi
ideologi, yang disebutnya sebagai mitos. Di dalam mitos, terdapat
pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda, namun sebagai suatu
sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang
telah ada sebelumnya atau, dengan kata lain, mitos adalah juga suatu
sistem pemaknaan tataran ke-dua.
5. Semiotika Revolusioner dan Semanalisis Julia Kristeva
Van Zoest (1993:4) menyebut Kristeva sebagai pencetus
munculnya semiotika ekspansif. Ciri aliran ini, menurut van Zoest,
ialah adanya sasaran akhir untuk kelak mengambil alih kedudukan
filsafat. Karena begitu terarahnya pada sasaran, semiotika jenis ini
terkadang disebut ilmu total baru. Dalam semiotika jenis ini,
pengertian tanda kehilangan tempat sentralnya. Tempat itu diduduki
oleh pengertian produksi arti. Penelitian yang menilai tanda terlalu
statis, terlalu nonhistoris, dan terlalu reduksionistis, diganti oleh
penelitian yang disebut praktik arti. Para ahli semiotika jenis ini, tanpa
merasa keliru dalam bidang metodologi, mencampurkan analisis
mereka dengan pengertian-pengertian dari dua aliran hermeneutika
yang sukses pada zaman itu, yakni psikoanalisis dan Marxisme.
6. Dekonstruksi dan Semiotics of Chaos Derrida
Derrida menolak konsep adanya hubungan langsung antara
bahasa kita dan realitas di luar kita. Senjata yang Derrida gunakan
adalah dekonstruksi. Dekonstruksionisme menjadi paham yang amat
penting dan berpengaruh besar terutama sekali karena ia
menghadapkan dirinya dengan satu paham yang amat berakar dalam
dan lama tradisi filsafat dan pemikiran pada umumnya, tradisi yang
hidup berabda-abad dan tetapi hidup sampai sekarang. Paham itu
adalah apa yang oleh Derrida disebut sebagai logosentrisme tadi atau
fonosentrisme.

Derrida (Selden, 1989, dikutip Faruk, 2001:179)


mendefinisikan logosentrime sebagai keinginan akan suatu pusat.
Asal istilahnya berpusat pada Perjanjian Baru, logos, yang
mengkonsentasikan pusat kehadiran pada sabda Tuhan, pada mulanya
adalah kata. Dalam bahasa Yunani, logos itu sendiri kata. Dan kata
berarti sesuatu yang diucapkan, bersifat fonotok, sehingga
logosentrisme juga disebut fonosentrisme.

Dekonstruksi sangat sulit didefinisikan. Justru dekonstruksi


menolak definisi karena Derrida menghalangi pendefinisian tersebut
(Grenz, 2001:235). Ia mulai dengan menegaskan bahwa dekonstruksi
bukan sebuah metode atau sebuah teknik, atau sebuah gaya kritik
sastra literatur atau sebuah prosedur untuk menafsirkan teks.

2.3.2 Semiotika Perspektif Ferdinand de Saussure


Saussure terkenal karena teorinya mengenai tanda. Ia
sebetulnya tidak pernah mencetak pemikirannya menjadi buku, namun
catatan-catatannya dikumpulkan oleh murid-muridnya menjadi sebuah
outline.karyanya yang disusun dari tiga kumpulan catatan kuliah saat ia
memberi kuliah linguistik umum di Universitas Jenewapada tahun
1907, 1908-1909, dan 1910-1911 ini kemudian diterbitkan sebagai
buku dengan judul Course in General Linguistic. Karya ini di
kemudian hari merupakan sumber teroi linguistik yang paling
berpengaruh. Kita mengenalnya dengan istilah strukturalisme.
Banyak aliran linguistik yang berlainan dapat dibedakan pada waktu
ini, tetapi semuanya secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi
(dengan berbagai tingkat) oleh course de Saussure. (Sobur, 2004)

Menurut Stanley J. Grenz melalui Alex Sobu (2004),


kehebatan Saussure adalah ia berhasil menyerang pemahaman
historis terhadap bahasa yang dikembangkan pada abad ke-19.
Pandangan abad ke-19 memulai studi bahasa dengan fokus kepada
perilaku linguistik nyata. Studi demikian menelusuri perkembangan
kata kata dan ekspresi sepanjang sejarah, mencari faktor-faktor yang
berpengaruh seperti geografi, perpindahan pendidik, perubahan jumlah
penduduk, dan faktor faktor lainnya yang mempengaruhi perilaku
linguistik manusia. Saussure menggunakan pendekatan anti-historis
yang melihat bahasa sebagai sistem yang utuh dan harmonis secara
internal. Ia mengusulkan teori bahasa yang disebut strukturalisme
untuk menggantikan pendekatan historis dari para pendahulunya.

Semiotik sebagai ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan


manusia melihat semua yang hadir dalam kehidupan adalah tanda yang
harus diberi makna. Para strukturalis, merujuk pada Ferdinand de
Saussure (1916), melihat tanda sebagai pertemuan antara bentuk (yang
tercitra dalam kognisi seseorang) dan makna (atau isi, yakni yang
dipahami oleh manusia pemakai tanda). De Saussure menggunakan
istilah significant untuk segi maknanya. Dengan demikian, de Saussure
dan para pengikutnya (antara lain Roland Barthes) melihat tanda
sebagai sesuatu yang menstruktur (proses pemaknaan berupa kaitan
antara penanda dan petanda) dan terstruktur (hasil proses tersebut) di
dalam kognisi manusia. Dalam teori de Saussure, significant bukanlah
bunyi bahasa. Dengan demikian, apa yang ada dalam kehidupan kita
dilihat sebagai bentuk yang mempunyai makna tertentu (Hoed,
2011).

Alex Sobur (2004) melengkapi apa yang dikatakan Benny H.


Hoed diatas mengenai keterakitan Saussure dengan tanda, bahwa tanda
adalah hal pokok pada teori Saussure. Dimana menurut Saussure,
bahasa adalah prinsip yang mengatakan bahwa bahasa adalah suatu
sistem tanda dan setiap tanda tersusun dari dua bagian, yakni signifier
(penanda) dan signified (petanda). Menurut Saussure, bahasa
merupakan suatu sistem tanda (sign). Suara suara, baik suara
manusia, binatang atau bunyi bunyian, hanya bisa dikatakan sebagai
bahasa atau berfungsi sebagai bahasa bilamana suara atau bunyi
tersebut tersebut mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan
ide ide, pengertian- pengertian tertentu.

Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda dengan sebuah


ide atau petanda. Dengan kata lain, penanda adalah bunyi yang
bermakna atau coretan yang bermakna. Jadi , penanda adalah aspek
material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang
ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mentalm pikiran, atau
konsep. Jadi mesti diperhatikan adalah bahwa dalam tanda bhasa yang
konkret, kedua unsur tadi tidak bisa dilepaskan. Tanda bahasa selalu
mempunyai dua segi: Penanda atau petanda; signifier atau signified;
signifiant atau signifie. Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa
apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda
tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda; petanda
atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian
merupakan suatu faktor linguistis. Penanda dan petanda merupakan
kesatuan, seperti dua sisi dari sehelai kertas, kata Saussure. (Sobur,
2004)

Setiap tanda kebahasaan, menurut Saussure, pada dasarnya


menyatukan sebuah konsep dan suatu citra suara, bukan menyatakan
sesuatu dengan sebuah nama. Suara yang muncul dari sebuah kata
yang diucapkan merupakan penadan, sedang konsepnya adalah
petanda. Dua unsur ini tidak bisa dipisahkan sama sekali. Pemisahan
hanya akan menghancurkan kata tersebut. ambil saja, misalnya,
sebuah kata apa aja, maka kata tersebut pasti menunjukkan tidak hanya
suatu konsep yang berbeda, namun juga suara yang berbeda.
2.3.3 Konsep Humanisme
Manusia dalam hubungan sehari-harinya senantiasa
melakukan hubungan antara satu dengan yang lain. Dalam hubungan
seperti itu, manusia membentuk masyarakat, berkembang saling
mempengaruhi, saling membantu, dan saling mencintai, bahkan
saling bersaing. Hubungan kejiwaan di antara manusia ini disebut
dengan human relations (Soepardjo : 1999). Dalam human
relations ini terdapat moral dan etika untuk berbuat baik, yang
merupakan dasar dari humanisme.
Menurut Abidin (2002), humanisme merupakan suatu aliran
dalam filsafat yang menempatkan manusia sebagai makhluk
tertinggi dengan menjunjung nilai- nilai kemanusiaan yang
bertujuan menghidupkan rasa kemanusiaan dan sesuatu yang bersifat
kemanusiaan. Sedangkan orang yang mendambakan dan
memperjuagnkan hidup yang lebih baik berdasar asas kemanusiaan
disebut dengan humanis.
Humanisme merupakan aliran dalam filsafat yang
memandang manusia itu bermartabat luhur, mampu menentukan
nasib sendiri, dan dengan kekuatan sendiri mampu mengembangkan
diri. Pandangan ini adalah pandangan humanistis atau humanimse.
Humanisme berasal dari kata humanus dan mempunyai akar kata
homo yang berarti manusia. Humanus berarti bersifat manusiawi
sesuai dengan kodrat manusia (Syariati, 1996).
Istilah humanisme memiliki suatu nada yang simpatik.
Istilah ini menampilkan suatu dunia yang penuh dengan konsep-
konsep dan nilai-nilai penting seperti : martabat manusia, nilai-
nilai kemanusiaan, hak azazi manusia, dan sebagainya. Pentingnya
menghargai dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan yang
meliputi segala aspek kehidupan merupakan prinsip seorang humanis
(Syariati, 1996).
Dasar dari humanisme adalah moral yang ada dalam
setiap manusia dan etika dalam setiap hubungan antar manusia
untuk berbuat baik. Moral dan etika memiliki kekuatan yang luar
biasa untuk menuntun manusia dalam hidup kesehariannya. Ia
mengajarkan apa yang baik dan buruk, apa yang harus dilakukan
dan dihindarkan, ia juga mengajarkan apa yang menjadi hak dan
kewajiban kita (Syariati, 1996).
Syariati (1996:41) mengutarakan bahwa dalam menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan, maka sikap dan perilaku kita harus
senantiasa mendudukkan manusia lain sebagai mitra sesuai dengan
harkat dan martabatnya. Hak dan kewajibannya dihormati secara
beradab. Dengan demikian tidak akan terjadi penindasan atau
pemerasan. Segala aktivitas bersama berlangsung dalam
keseimbangan, kesetaraan, dan kerelaan. Sikap dan perilaku positif
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dapat ditunjukkan antara
lain :
1. Memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
2. Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban asasi setiap
manusia tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, jenis
kelamin, kedudukan sosial, dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia,
tenggang rasa dan tidak semena-mena terhadap orang lain.
4. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, seperti : menolong
orang lain, memberi bantuan kepada yang membutuhkan.

Perasaan kemanusiaan merupakan perasaan yang timbul secara


spontan yang merupakan kecenderungan gerak hati setiap manusia.
Perasaan kemanusiaan bersifat universal. Syariati (1996:42)
mengungkapkan bahwa setiap manusia memiliki hati nurani, rasa
kemanusiaan, dan keadilan untuk mencerminkan kecintaannya
terhadap sesama manusia. Ciri-ciri perasaan kemanusiaan sebagai
berikut :
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak azasi manusia,
dan kewajiban setiap manusia tanpa membeda-bedakan
suku, agama, ras, dan antar golongan.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai antar sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
6. Melakukan kegiatan kemanusiaan
7. Membela kebenaran dan keadilan.
Dari definisi mengenai perasaan kemanusiaan di atas dapat
diketahui bahwa setiap manusia yang memiliki hati nurani untuk
mengembangkan sikap saling mencintai terhadap sesamanya dan
mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain
mencerminkan kecintaannya terhadap sesamanya.

Anda mungkin juga menyukai