PERJANJIAN KERJA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Terstruktur
Kelompok 3
1
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG
DJATI BANDUNG
KATA PENGANTAR
2
Bandung, Febuari 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL.................................................................................
1
3
A. Pengertian.....................................................................................
7
B. Ketentuan Hukum Perjanjian Kerja................................................
9
C. Unsur-Unsur Perjanjian Kerja.........................................................
11
D. Bentuk dan Jangka Waktu Perjanjian Kerja ...................................
12
E. Kewajiban Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Kerja..............................
14
Kesimpulan........................................................................................
17
BAB I
PENDAHULUAN
4
Hubungan kerja adalah hubungan antara pekerja atau buruh dengan
pengusaha/ pemberi kerja yang terjadi setelah adanya perjanjian kerja atau
berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan
perintah. Oleh karena itu hubungan kerja merupakan hubungan hukum
antara pekerja dan pemberi kerja, yang terikat dengan adanya perjanjian
kerja.
5
melainkan juga soal menemukan jalan dan cara yang sebaik-baiknya,
dengan tidak meninggalakan sifat kepribadian dan kemanusiaan, bagi
setiap orang yang melakukan pekerjaan, untuk mendapatkan hasil yang
sebaik-baiknya dari tiap pekerjaan yang sudah ditentukan menjadi
tugasnya dan sebagai imbalan atas jerih payanhnya itu mendapatkan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Oleh karena itu harus diatur
dan perlu adanya suatu ikatan antara pekerja dan majikan.
6
demikian kedua belah pihak dalam melaksanakan hubungan kerja telah
terikat pada apa yang mereka sepakati dalam perjanjian kerja maupun
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Suatu perjanjian kerja, baik
dalam bentuk sederhana maupun secara formal. Hubungan kerja sebagai
realisasi dari perjanjian kerja hendaknya menentukan kedudukan masing-
masing pihak pada dasarnya akan menggambarkan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban pengusaha / majikan terhadap pekerja secara timbal
balik.
BAB II
PEMBAHASAN
7
ketenagakerjaan menyebutkan pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja
diluar maupun didalam hubungan orang atau badan hukum yang
mempekerjakan buruh. Di sini yang dimaksud dengan buruh adalah
pekerja.
8
DalamUndang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, menyatakan :
Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha
atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban
para pihak. Ada pendapat para ahli tentang pengertian perjanjian kerja,
yaitu :
Prof. Subekti, S.H. menyatakan dalam bukunya aneka perjanjian,
disebutkan bahwa perjanjian kerja adalah perjanjian antara seorang buruh
dengan seorang majikan, perjanjian ditandai dengan adanya suatu upah
atau gaji tertentu yang diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas
(bahasa Belanda dierstverhanding) yaitu suatu hubungan berdasarkan
mana pihak satu (majikan) berhak memberi perintah-perintah yang harus
ditaati oleh pihak lain (buruh).
A.Ridwanhalim, S.H. dalam bukunya sari hukum perburuhan
aktual, menyatakan pengertian perjanjian kerja adalah suatu perjanjian
yang diadakan antara majikan tertentu dan karyawan, yang umumnya
berkenaan dengan persyaratan yang secara timba lbalik harusdi penuhi
oleh kedua belah pihak.
Wiwohosoedjono, S.H. dalam bukunya hukum perjanjian kerja,
menyatakan bahwa pengertian perjanjian kerja adalah hubungan antaras
seorang yang bertindak sebagai pekerja atau buruh dengan seseorang yang
bertindak sebagai majikan.
Pakar hukum perburuhan Indonesia, yaitu Prof. R. Iman soepomo,
S.H yang menerangkan bahwa perihal pengertian tentang perjanjian kerja.
Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu, buruh,
mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima upah pada pihak
lainnya, majikan, yang mengikatkan diri mengerjakan buruh itu dengan
membayar upah.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
suatu perjanjian terdapat dua pihak, dimana hanya satu pihak yang
memberikan perintah sedangkan pihak lain menjalankan perintah tersebut
9
dengan mendapatkan upah. Kedudukan yang tidak sama ini disebut
sebagai subordinasi.
Oleh karena itu adanya perbedaan yang prinsip antara perjanjian
umum dengan perjanjian kerja tidak dapat dipungkiri. Sebab dalam
perjanjian pada umumnya yang membuat perjanjian mempunyai derajat
yang sama serta mempunyai hak dan kewajiban yang sama atau seimbang.
Perjanjian kerja juga dikatakan hampir mirip dengan perjanjian
pemborongan yaitu sama-sama menyebutkan bahwa pihak-pihak yang satu
menyetujui untuk melaksanakan pekerjaan bagi pihak yang lain dengan
pembayaran tertentu.
10
Kecakapan membuat suatu perjanjian maksudnya mereka yang
dikategorikan sebagai pendukung hak dan kewajiban adalah orang atau
badan hukum. Sedangkan suatu sebab yang halal maksudnya ialah tidak
dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan
ketertiban umum.
Dalam suatu perjanjian terdapat beberapa azas, yaitu:
a. Azas kebebasan berkontrak atau open system (freedom of contract).
Azas utama dalam perjanjian adalah azas keterbukaan (open system),
maksudnya adalah setiap orang bebas melakukan perjanjian apa saja
dengan siapa saja. Dalam perjanjian kerja azas kebebasan berkontrak
maupun azas yang utama.
b. Azas konsensual atau azas kekuasaan bersepakat
Maksud dari azas ini adalah bahwa perjanjian itu ada sejak tercapainya
kata sepakat, antara pihak yang mengadakan perjanjian. Artinya yang
paling utama adalah terpenuhinya kata sepakat dari mereka yang
membuat perjanjian.
c. Azas kelengkapan atau optimal system
Maksud Azas ini adalah apabila para pihak yang mengadakan
perjanjian, berkeinginan lain, mereka menyingkirkan pasal-pasal yang
ada pada undang-undang. Akan tetapi jika secara tegas ditentukan di
dalam suatu perjanjian, maka ketentuan pada undang-undanglah yang
dinyatakan berlaku.
11
Buruh wajib melakukan sendiri pekerjaannya : hanya dengan seizin
majikan ia dapat menyuruh orang ketiga menggantikannya.
Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat pribadi karena
bersangkutan dengan keterampilan atau keahliannya,maka menurut
hukum jika pekerja meninggal dunia maka perjanjian kerja tersebut
putus demi hukum.
b. Adanya unsur perintah (Commend)
Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh
pengusaha adalah pekerja yang bersangkutan haruslah tunduk pada
perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang
diperjanjikan. Disinilah perbedaan hubungan kerja dengan hubungan
lainnya. misalnya hubungan antara dokter dengan pasien, pengacara
dan klien. Hubungan tersebut bukan merupakan hubungan kerja,
karena dokter dan pengacara tidak tunduk pada perintah pasien dan
klien.
12
dalam bentuk uang. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan
pemberian upah dalam bentuk barang.
13
singkat. Dalam masa percobaan ini pengusaha dilarang
membayar upah dibawah upah minimum yang berlaku.
Dalam pasal 59 ayat 1 Undang-Undang No 13 Tahun
2003 menyebutkan bahwa Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu
hanya dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan
sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu
tertenu, yaitu :
a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara
sifatnya;
b. Pekerjaan yang dipekerjakan penyelesaiannya dalam
waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga)
tahun.
c. Pekerjaan yang bersifat musiman.
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru,
kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih
dalam percobaan atau penjajakan.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka jelas bahwa
perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau kontrak bahwa
perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau kontrak hanya
dapat dilakukan untuk jenis dan sifat pekerjaan seperti
disebutkan diatas dan tidak dapat diadakan untuk
pekerjaan yang bersifat tetap.
14
meskipun demikian dengan seizin majikan dapat diwakilkan. Hal ini
mengingat bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat
pribadi sifatnya karena berkaitan dengan masalah keterampilan atau
keahlian.
- Pekerja wajib menaati peraturan dan petunjuk majikan / pengusaha,
aturan perusahaan sehingga menjadi lebih jelas.
- Kewajiban membayar ganti rugi dan denda, jika pekerja melakukan
perbuatan yang merugikan perusahaan baik karena kesengajaan /
kelalaian maka sesuai dengan prinsip hukum wajib membayar ganti
rugi. Ada Azas yang menyatakan perbuatan melanggar hukum dapat
menimbulkan ganti rugi (Azas demnum in iura datum)
b. Kewajiban-kewajiban majikan / pengusaha
Berikut adalah kewajiban-kewajiban majikan / pengusaha,
dalam hukum ketenagakerjaan :
- Kewajiban membayar upah.
Kewajiban yang utama adalah pembayaran upah sebagai akibat
langsung pelaksanaan perjanjian oleh pekerja. Pembayaran upah
ahrus dilakukan tepat waktu. Pembayaran upah diatur pula jika si
pekerja berhalangan karena alasan tertentu misalnya alasan sakit,
menjalankan cuti, melakukan tugas negara dan lain sebagainya.
- Kewajiban untuk memberikan istirahat/cuti.
Pihak majikan atau pengusaha diwajibkan untuk memberikan
istirahat kepada pekerja. Seperti istirahat antara jam kerja selama 4
jam terus menerus dan waktu tersebut tidak termasuk jam kerja.
Selain itu pengusaha juga berkewajiban untuk meberikan cuti
tahunan kepada pekerja secara teratur. Hak atas cuti ini penting,
tujuannya untuk menghilangkan kejenuhan pekerja dalam melakukan
pekerjaan. Dengan demikian, diharapkan gairah kerja akan tetap
stabil. Cuti tahunan yang lamanya 12 hari kerja. Selain itu pekerja
juga berhak atas cuti panjang selama 2 bulan setelah bekerja terus-
menerus selama 6 tahun pada suatu perusahaan (Pasal 79 ayat 2
Undang-Undang No 13 Tahun 2003).
- Kewajiban mengurus perawatan dan pengobatan
15
Majikan wajib mengurus perawatan/pengobatan bagi pekerja yang
bertempat tinggal dirumah majikan (Pasal 1602x KUHPerdata).
Dalam perkembangan hukum ketenagakerjaan, kewajiban ini tidak
hanya terbatas bagi pekerja yang tidak bertempat tinggal dirumah
majikan. Perlindungan bagi tenaga kerja yang sakit, kecelakaan,
kematian telah dijamin melalui perlindungan Jamsostek sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1992 tentang Jaminan
Sosial Terhadap Tenaga Kerja (Jamsostek).
- Kewajiban memberikan surat keterangan
Kewajiban ini didasarkan pada ketentuan Pasal 1602 a KUHPerdata
yang menentukan bahwa majikan/pengusaha wajib memberikan
surat keterangan yang diberi tanggal dan dibubuhi tanda tangan.
Dalam surat pekerjaan yang dilakukan, lamanya hubungan kerja
(masa kerja) surat keterngan itu juga diberikan meskipun inisiatif
pemutusan hubungan kerja datangnya dari pihak pekerja surat
keterangan tersebut sangat penting artinya sebagai bekal pekerja
dalam mencari pekerjaan baru, sehingga ia diperlakukan sesuai
dengan pengalaman kerjanya
- Kewajiban majikan untuk memberlakukan sama antara pekerja pria
dan pekerja wanita
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
perjanjian kerja pihak-pihak itu adalah pekerja dan pemberi kerja
(pengusaha / majikan). Dalam undang-undang No. 25 tahun 1997
tentang ketenagakerjaan menyebutkan pekerja adalah tenaga kerja
yang bekerja diluar maupun didalam hubungan orang atau badan
hukum yang mempekerjakan buruh. Dalam perjanjian kerja hanya
satu pihak yang memberikan perintah sedangkan pihak lain
menjalankan perintah tersebut dengan mendapatkan upah.
Kedudukan yang tidak sama ini disebut sebagai subordinasi.
Dalam hukum perjajian kerja juga tidak boleh ada paksaan ada dua
belah pihak baik pengusaha maupun pekerja yang dipekerjaan
disuatu perusahaan karena sudah ada aturan yang berlaku juga.
Dalam Unsur-Unsur Perjanjian Kerja harus jelas apa aja yang
termasuk dalam unsurnya yaitu :
a) Adanya unsur work atau pekerjaan.
b) Adanya unsur perintah
c) Unsur waktu (Time)
d) Unsur upah (pay)
Dan sudah diatur juga pasal 14 undang-undang No. 25 tahun
197 tentang ketenagakerjaan
perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau kontrak bahwa perjanjian
kerja untuk waktu tertentu atau kontrak hanya dapat dilakukan untuk
jenis dan sifat pekerjaan seperti disebutkan diatas dan tidak dapat
diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.
Dalam suatu perjanjian kerja juga harus ada Kewajiban Pihak-Pihak
yang mempunyai kewajibannya masing-masing yaitu :
a) Kewajiban-kewajiban pihak pekerja
b) Kewajiban-kewajiban majikan / pengusa
17
DAFTAR PUSTAKA
18