Anda di halaman 1dari 7

BBLR (masalah bbLR d indonesia)

Secara global dikemukakan bahwa selama tahun 2000, terdapat 4 juta kematian
neonatus (3 juta kematian neonatal dini dan 1 juta kematian neonatal lanjut). Hampir
99% kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Kematian tertinggi di Afrika (88
per seribu kelahiran), sedangkan di Asia angka kematian perinatal mendekati 66 bayi
dari 1000 kelahiran hidup. Bayi Kurang Bulan dan Berat Lahir Rendah adalah satu
dari tiga penyakit utama kematian neonatus tersebut.1

BBLR telah didefinisikan oleh WHO sebagai bayi lahir dengan


berat kurang dari 2500 gram. Definisi ini didasarkan pada hasil
observasi epidemiologi yang membuktikan bahwa bayi lahir dengan
berat kurang dari 2500 gram mempunyai kontribusi terhadap
outcome kesehatan yang buruk. Menurunkan insiden BBLR hingga
sepertiganya menjadi salah satu tujuan utama A World Fit for
Children hingga tahun 2010 sesuai deklarasi dan rencana kerja
United Nations General Assembly Special Session on Children in
2002. 2
Lebih dari 20 juta bayi diseluruh dunia (15,5%) dari seluruh
kelahiran, merupakan BBLR, 95,6% diantaranya merupakan bayi
yang dilahirkan di negara-negara sedang berkembang.2 Menurut
Ibrahim (1997) insidensi BBLR di Asia adalah 22%.
Di Indonesia, berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2002-2003, angka kematian neonatal sebesar 20
per 1000 kelahiran hidup. Dalam 1 tahun, sekitar 89.000 bayi usia 1
bulan meninggal. Artinya setiap 6 menit ada 1 (satu) neonatus
meninggal. Penyebab utama kematian neonatal adalah Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 29%. Insidensi BBLR di Rumah Sakit
di Indonesia berkisar 20%. Di pusat rujukan regional Jawa Barat
setiap tahunnya antara 20 25% kelahiran BBLR, sedangkan di
daerah pedesaan / rural 10,5%. Di daerah rural sebagian besar
BBLR meninggal dalam masa neonatal. Sementara di level II di
tingkat kabupaten di Jawa Barat sebagian besar Bayi Berat Lahir
Sangat Rendah (BBLSR) dengan berat lahir <>3
Di Propinsi Jawa Timur, BBLR masih menjadi penyebab
kematian neonatal tertinggi pada tahun 2001 sebesar 36,23% dan
2002 sebesar 34,72%. Sedangkan di RSU Dr. Soetomo pada tahun
2002 dari 232 kasus kematian neonatal sebesar 78,88% merupakan
bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan pada tahun 2003,
62,87% dari 307 kasus kematian neonatal merupakan BBLR, dengan
infeksi sebagai penyebab kematian BBLR tertinggi sebesar 25,68%
di tahun 2002 dan 37,31% di tahun 2003 disusul asfiksia,
prematuritas, gangguan napas dan kelainan kongenital. Risiko
kematian BBLR 10x lipat dibanding bayi normal. Resiko akan
semakin bertambah jika bayi semakin kecil dan immatur
Di negara maju mortalitas dan morbiditas neonatus menurun
sejalan dengan meningkatnya perhatian terhadap ibu hamil dan
pemanfaatan pelayanan intensif neonatus dengan risiko. Perawatan
semacam ini dikenal dengan Perawatan tingkat 3 ( Level III) dimana
pelayanan neonatus dilakukan secara komprehensif baik perawatan
medik maupun bedah. Pelayanan tersebut meliputi perawatan bayi
berisiko khususnya Bayi Kurang Bulan (BKB) baik dengan Berat Lahir
Rendah (BBLR) biasa, Bayi Berat Lahir Amat Rendah (Very Low Birth
Weight-VLBW) ataupun Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah
(Extremely LBW). Perawatan level III ini mencakup pula pelayanan
dengan berbagai tindakan medik, bedah serta pelayanan
subspesialistik sehingga perawatan neonatus dapat dilakukan
secara komprehensif.
Pada BKB dan BBLR perawatan level III dilakukan pada semua
bayi dengan berat lahir 1500 gram, masa gestasi <>5 Bayi-bayi ini
masih merupakan masalah tersendiri dan belum dapat terpecahkan.
Hal ini tidak hanya disebabkan oleh mortalitas yang tinggi tetapi
juga karena morbiditas yang beragam.
Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran saat ini banyak
membantu menurunkan angka kematian bayi berat lahir 1200
1500 gram sampai mencapai 5%. Demikian pula angka kematian
dengan berat lahir > 700 gram yang tadinya berkisar antara 50
90% saat ini menurun menjadi 10 50%. Bila ditinjau dari umur
kehamilan, bayi dengan masa gestasi 32 34 minggu ke atas
mempunyai angka kematian yang tidak banyak berbeda dengan
bayi cukup bulan. Angka kematian yang masih tetap tinggi adalah
angka kematian pada bayi dengan usia kehamilan kurang dari 24
minggu. (York J, Devoe M. Health Issues in Survivors of
Prematurity. South Med J 95 (9) : 969-876,2002). Dalam tabel 1
terlihat secara rinci mortalitas BKB dan BBLR yang dilaporkan York
(2002) berdasarkan usia kehamilan dan berat badan lahir.

Usia Mortalitas (%) Berat Badan (g) Tabel 1.


Kehamilan Angka
(mgg) kematian
23 > 97 500 menurut usia
24 50-90 700 kehamilan dan
26 10-50 900 berat badan
28 5-10 1100
30 <5 1350

Dalam penelitiannya di Australia, Doyle dkk (1999) melaporkan dari


2475 bayi lahir hidup dengan usia kehamilan antara 23 36 minggu
ditemukan angka kematian 4,8% (118 dari 2475 bayi). Sebagian
besar kematian tersebut terjadi pada bayi dengan usia kehamilan
dibawah 31 minggu. Angka kematian bayi usia kehamilan di atas 31
minggu tidak berbeda dengan kematian bayi cukup bulan.
Selanjutnya dikemukakan 75% kematian bayi kurang bulan tersebut
disebabkan kelainan bawaan berat (lethal kongenital anomalies)
sedang sisanya karena asfiksia perinatal, sepsis dan komplikasi
prematuritas lain termasuk perdarahan paru dan perdarahan
intrakranial.5(dr. asril)
Walaupun angka kematian BBLR kurang bulan memperlihatkan
perbaikan yang bermakna, tetapi pasien tidak luput dari berbagai
komplikasi. Dalam kepustakaan dikenal masalah disfungsi
multiorgan yang terjadi akibat infeksi dan hipoksia yang timbul
karena komplikasi berbagai morbiditas neonatus. Kejadian ini sering
terlihat pada bayi yang dirawat di unit perawatan intensif neonatus.
Disfungsi multiorgan ini harus selalu diantisipasi secara aktif agar
dapat dideteksi dan koreksi sedini mungkin. Selanjutnya
pemantauan jangka panjang perlu pula dilakukan karena komplikasi
tadi dapat bermasalah selama proses pertumbuhan bayi bahkan
berdampak sampai dewasa. Morbiditas yang berkepanjangan
tersebut memerlukan pelayanan kesehatan yang terus menerus
agar kehidupan tumbuh kembang dapat berlangsung lebih optimal.

SEBAB DAN KONSEKUENSI BBLR

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia masa kehamilan. BBLR bisa
terdiri atas BBLR kurang bulan atau bayi lahir prematur dan BBLR
cukup bulan/ lebih bulan dengan hambatan pertumbuhan intrauterin
(IUGR). BBLR kurang bulan / premature khususnya yang masa
kehamilannya <>2,3 biasanya mengalami penyulit seperti
gangguan nafas, ikterus, infeksi dan lain sebagainya, yang apabila
tidak dikelola sesuai dengan standard pelayanan medis akan
berakibat fatal. Sementara BBLR yang cukup/ lebih bulan umumnya
organ tubuhnya sudah matur sehingga tidak terlalu bermasalah
dalam perawatannya.
Penyebab BBLR sangat kompleks. BBLR dapat disebabkan
oleh kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan atau
kombinasi keduanya.
Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir sebelum umur
kehamilan 37 minggu. Sebagian bayi kurang bulan belum siap hidup
diluar kandungan dan mendapatkan kesulitan untuk mulai bernapas,
menghisap, melawan infeksi dan menjaga tubuhnya agar tetap
hangat.
Anemia gizi besi merupakan masalah gizi yang paling banyak
dijumpai pada kelompok ini. Sekitar sepertiga remaja dan WUS
menderita anemia gizi besi dan berlanjut pada masa kehamilan.
Anemia gizi besi dijumpai pada 40 % ibu hamil. Kekurangan Energi
Kronis (KEK) dijumpai pada WUS usia 15-49 tahun yang ditandai
dengan proporsi LILA <> menurun menjadi 16.7% pada tahun 2003.
Pada umumnya proporsi WUS dengan risiko KEK cukup tinggi pada
usia muda (15-19 tahun), dan menurun
pada kelompok umur lebih tua, kondisi ini memprihatinkan
mengingat WUS dengan risiko KEK cenderung melahirkan bayi BBLR
yang akhirnya akan menghambat pertumbuhan pada anak usia
balita.
Terdapat banyak penyebab ketidakaturan pertumbuhan intera uteri, dan efek mereka
terhadap janin bervariasi sesuai dengan cara dan lama terpapar serta tahap
pertumbuhan janin saat penyebab tersebut terjadi. Walaupun setiap organ dapat
dipengaruhi oleh retardasi pertumbuhan intrauteri, efeknya pada tiap organ tidak
sama. Jika retardasi pertumbuhan terjadi pada akhir kehamilan, pertumbuhan jantung,
otak, dan tulang rangka tampak paling sedikit terpengaruh, sedangkan ukuran hati,
limpa dan timus sangat berkurang. 4,5 Keadaan klinis ini disebut retardasi pertumbuhan
asimetri dan biasa terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh wanita penderita
hipertensi kehamilan (preeklamsia). Sebaliknya, jika gangguan terjadi pada awal
kehamilan (30% semua bayi KMK) tampak pertumbuhan otak dan tulang rangka yang
kurang seimbang. Keadaan klinis ini disebut retardasi pertumbuhan simetri dan
seringkali berkaitan dengan hasil akhir perkembangan syaraf yang buruk.

Penyebab retardasi pertumbuhan intrauteri yang paling akhir


ditemukan adalah penyalahgunaan kokain selama kehamilan. 7,8
Obat dengan mudah masuk plasenta sehingga konsentrasinya
dalam darah janin sama dengan konsentrasi ibu. Kokain adalah
suatu stimulant Sistem Syaraf Pusat (SSP) dan menghambat
konduksi saraf perifer. Konduksi saraf perifer yang terbatas
diakibatkan oleh hambatan pengambilan kembali neurotransmitter
seperti noradrenalin dan dopamine. Selanjutnya, konsentrasi
neurotransmitter-neurotransmitter ini dalam serum meningkat dan
secara efektif menyebabkan vasokonstriksi, takikardia, dan
hipertensi baik pada ibu maupun janin. Efek berbahaya kokain
terhadap kehamilan yang meliputi tingginya tingkat aborsi pada
trimester pertama, solusio plasenta, dan prematuritas, merupakan
akibat kenaikan konsentrasi bahan-bahan neurotransmitter.
Bersamaan dengan vasokonstriksi fetomaternal yang menyeluruh,
terjadi vasokontriksi hebat lapisan uteroplasenta. Hal ini membatasi
penyediaan oksigen dan nutrisi bagi janin. Akibatnya adalah tingkat
retardasi pertumbuhan janin yang lebih tinggi (IUGR), lingkar kepala
yang lebih kecil (mikrosefali), dan panjang badan kurang diantara
bayi-bayi dengan ibu pecandu kokain dibandingkan bayi-bayi
dengan ibu bebas obat

Telah dikatakan BBLR merupakan Indikator kesehatan yang


sangat penting bagi kesehatan tahun-tahun berikutnya. Pada masa
balita sering dinyatakan sebagai masa kritis dalam rangka
mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, terlebih pada
periode 2 tahun pertama merupakan masa emas untuk
pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal. Gambaran
keadaan gizi balita diawali dengan cukup banyaknya bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR). Setiap tahun, diperkirakan ada 350 000
bayi dengan berat lahir rendah di bawah 2500 gram, sebagai salah
satu penyebab utama tingginya kurang gizi pada dan kematian
balita. Tahun 2003 prevalensi gizi kurang pada balita sebesar 27,5%,
kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun 1989 yaitu
sebesar 37,5%, atau terjadi penurunan sebesar 10 % (Susenas
2003).

Tingginya bayi BBLR dan gizi kurang pada balita akan


berdampak pada gangguan pertumbuhan pada anak usia baru
masuk sekolah. Lebih dari sepertiga (36.1%) anak Indonesia
tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah, dan hal ini
merupakan indikasi gangguan kurang gizi kronis. Prevalensi anak
pendek ini semakin meningkat dengan bertambahnya usia, baik
pada anak laki- laki maupun perempuan. Jika dibandingkan antara
tahun 1994 dan 1999, peningkatan status gizi yang terjadi hanya
sedikit sekali yaitu dari 39,8% menjadi 36,1%.

Upaya menurunkan angka kejadian dan angka kematian BBLR


akibat komplikasi seperti Asfiksia, Infeksi, Hipotermia,
Hiperbilirubinemia yang masih tinggi terus dilangsungkan melalui
berbagai kegiatan termasuk pelatihan tenaga-tenaga profesional
kesehatan yang berkaitan. Dalam hal ini Departemen Kesehatan RI
dan Unit Kerja Kelompok Perinatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia
(UKK Perinatologi IDAI) bekerjasama dengan beberapa Dinas
Kesehatan Propinsi telah menyelenggarakan pelatihan manajemen
BBLR bagi bidan, dokter serta dokter spesialis anak menurut
tahapannya.
Di Jawa Timur sendiri telah secara intensif melakukan kegiatan
pelatihan terhadap para profesional kesehatan. Para tenaga yang
terlatih Manajemen BBLR di Propinsi Jawa Timur dalam kurun waktu
hampir dua tahun (2006-2007) telah mencakup : Dokter Spesialis
Anak : 38 orang (18,36%); Dokter Puskesmas : 76 orang (5,32%)
dan Bidan : 76 orang (0,72%). Melihat prosentase yang masih jauh
dari jumlah keseluruhan tenaga profesional di Jawa Timur tentunya
pelatihan-pelatihan manajemen BBLR di masa mendatang masih
akan terus dibutuhkan.

Prevalensi kejadian BBLR di Jawa Timur dapat dilihat pada


tabel berikut :
BBLR 2002 2003 2004 2005 2006
Jumlah 6014 5935 5797 5671 7099
Prevalensi (%) 1.07 1.05 1.02 1.26 1.55
% BBLR yang 100 100 100 100 100
ditangani

Kelangsungan Hidup BKB/BBLR pasca rawat intensif


Gangguan Tumbuh Kembang
Pada BKB dan BBLR, walaupun berbagai upaya dapat dilakukan
dalam mempertahankan kelangsungan hidup bayi, tetapi dampak
jangka panjang khususnya pada bayi yang terlalu kecil, masih
belum dapat terpecahkan dengan tuntas. Kemajuan teknologi
kedokteran dan perawatan bayi secara intensif telah banyak
membantu meningkatkan kelangsungan hidup bayi kurang bulan
khususnya bayi usia kehamilan <>
Dalam tabel 5 terlihat bahwa peningkatan kejadian kelainan saraf
pusat pada BKB/ BBLR sejalan dengan rendahnya berat lahir. Dari
bahasan di atas dapat dipahami perawatan bayi BKB masih
dihadapkan pada berbagai kendala yang belum dapat terpecahkan.
Memperpanjang kehdiupan dalam rahim, khusus bila bayi terlalu
kecil, tampaknya sampai saat ini masih merupakan jalan yang
paling aman agar bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan
optimal.

Dalam dasawarsa terakhir ini terdapat suatu konsep menarik dari kelompok bayi
IUGR yang disebut Hipotesis Barker. Hipotesis ini dikenal dengan
hipotesis : Fetal Origin of Adult Disease Hypothesis. Barker
adalah dokter peneliti di RS Southampton, Inggris. Berdasarkan
hipotesisnya, bahwa gangguan pertumbuhan dalam rahim
mempunyai pengaruh negatif terhadap perkembangan system
kardiovaskular serta berkaitan dengan kejadian penyakit jantung
koroner (PJK), hipertensi, resistensi insulin, hiperkolesterolemia, dan
hiperurikemia pada masa dewasa.
Dari berbagai penelitian akhri-akhri ini baik di Negara maju maupun
Negara berkembang telah dilaporkan bahwa hipertensi pada orang
dewasa berhubungan dengan berbagai keadaan bayi berat lahir
rendah seperti :
a. Terdapat tendensi meningkatnya tekanan darah dengan
menurunnya berat lahir
b. BBLR, terutama bila disertai akselerasi berat badan pada
masa anak, mempunyai risiko peningkatan hipertensi pada
waktu dewasa
c. Hubungan tersebut tidak berbeda pada pasien pria atau
wanita

Hubungan tersebut diatas juga ditemukan antara berat lahir dan


penyakit jantung koroner. Pada beberapa penelitian disimpulkan
bahwa risiko PJK terjadi bila terdapat gangguan pertumbuhan selam
masa janin dan masa bayi atau terjadi akselerasi terlalu cepat dari
berat badan pada masa anak. Pengamatan lebih lanjut terlihat
bahwa pada makrosomia (berat lahir terlalu besar), kejadian PJK
juga meningkat.
Demikian pula hubungan gangguan pertumbuhan dalam rahim,
menimbulkan pula risiko penyakit lain seperti Diabetes Mellitus
(DM). Berdasarkan pengamatan ditemukan kejadian DM yang
meningkat dengan menurunnnya berat lahir, panjang lahir, index
ponderal dan berat placenta.
Dengan melihat kenyataan di atas, maka implikasinya akan cukup
luas, mengingat kejadian BBLR dan premature di Indonesia jauh
lebih tinggi daripada di Negara maju.

Ringkasan
Bayi berat lahir rendah merupakan salah satu dari tiga
penyebab utama kematian neonatal di Indonesia. Makin rendah
masa gestasi dan berat lahir bayi makin tinggi angka kematian bayi.
Kehidupan bayi biasanya berakhir di ruang perawatan intensif
neonatus sebagai akibat berbagai morbiditas neonatus.
Berbagai upaya dibidang pendidikan dan kemajuan teknologi
telah diterapkan guna mempertahankan kelangsungan hidup BBLR
dari berbagai tingkat perawatan. Meskipun kelangsungan hidup
dapat dipertahankan, gangguan jangka pendek maupun jangka
panjang masih sering ditemukan akibat komplikasi perawatan
intensif ataupun karena morbiditas diderita. Pemantauan aktif dan
terus menerus pada BKB/BBLR yang dirawat atau pasca rawat di
Unit perawatan intensif perlu dilakukan secara ketat. Hal ini sangat
bermanfaat agar diagnosa dan tatalaksana dini dapat ditegakkan
sehignga tumbuh kembang bayi selanjutnya dapat berjalan optimal.

Anda mungkin juga menyukai