Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Saat ini Energi menjadi kebutuhan primer manusia. Maka dari itu peningkatan
kebutuhan energi ini harusnya diimbangi dengan pasokan sumber energi yang
sangat besar, namun kenyataannya pasokan yang besar saat ini pun belum
dapat mengimbangi permintaan konsumsi energi di dunia. Maka dari itu
dibutuhkan tenaga-tenaga ahli yang bisa memanfaatkan energi alam yang
disediakan Tuhan dalam memenuhi kebutuhan akan energi. Misalnya tenaga
dari panas bumi, matahari, air bahkan dari udara. Dengan adanya energi alam
tersebut diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan konsumsi energi
didunia. Salah satu energi alam yang berpotensi besar adalah matahari. Energy
panas matahari ini memang sudah banyak dikonversikan menjadi bentuk
energi-energi lain. Namun kebanyakan energi panas matahari di dunia ini
terkonversikan menjadi energy lain dengan alat yang disebut panel surya,solar
cell, dan sebagainya dengan metode pengkonversian yang beragam.. Maka
dari itu pengkajian dan penelitian mendalam mengenai konversi panas
matahari dengan solar cell ini patut untuk terus dikembangkan, sehingga
diharapkan energi panas matahari ini dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan energi-energi didunia. Karna tidak menutup kemungkinan suatu
saat nanti energi panas matahari akan menjadi pemasok energi terbesar di
dunia.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Efek fotolistrik adalah pengeluaran elektron dari suatu permukaan (biasanya


logam) ketika dikenai, dan menyerap, radiasi
elektromagnetik (seperti cahaya tampak dan radiasi ultraungu) yang berada di atas
frekuensi ambang tergantung pada jenis permukaan. Elektron dapat menyerap
energi dari foton ketika disinari. Semua energi dari satu foton harus diserap dan
digunakan untuk membebaskan satu elektron dari atom yang mengikat, atau
energi dipancarkan kembali. Jika energi foton diserap, sebagian energi
membebaskan elektron dari atom, dan sisanya dikontribusi untuk energi kinetik
elektron sebagai partikel bebas. Tidak ada elektron yang dilepaskan oleh radiasi di
bawah frekuensi ambang, karena elektron tidak mendapatkan energi yang cukup
untuk mengatasi ikatan atom. Elektron yang dipancarkan biasanya
disebut fotoelektron

Jika kutub kutub pada sebuah rangkaian fotolistrik diubah . maka katoda akan
bermuatan positif dan arah medan listriknya berbalik arah dari semula. Dengan
kondisi ini jumlah foto electron yang mencapai plat berlawanan menjadi
berkurang. Dengan kata lain , arus pada rangkaian menjadi menurun. Peningkatan
tegangan secara teratur sebesar nilai tegangan tertentu aka diperoleh jika

2
fotoelektron yang energinya paling tinggi terhenti sesaat sebelum fotoelektron
tersebut mencapai plat yang lain. Perbedaan potensial ini disebut potensial henti
dan disimbolkan dengan V. Jumlah energy yang hilang pada fotoelektron karena
bergerak naik ke perbedaan potensial sebanding dengan eV. Oleh karena itu,
semua fotoelektron terhenti ketika eV sama dengan energy kinetic fotoelektrik
yang tercepat. Dengan demikian

Disini Vmaks adalah percepatan maksimum fotoelektron yang tercepat. Jika


persamaan teersebut disubstitusikan dengan persamaa fotolistrik, kita dapatkan

Sebagai konsekuensinya kita dapat mengatakan , bahwa energy potensial henti


naik seiring dengan naiknya energy foton dan turun seiring dengan turunnya
fungsi kerja logam.

Einstein menggambarkan kecepatan daya gerak atau momentum foton sebagai


perbandingan energy foton dengan kecepatan cahaya dan diperoleh hubungan
sebagai berikut :

Sinar-X yang terhambur pada berbagai sudut - sudut electron yang ada pada benda
target. Pada hamburan ini tampak perubahan panjang gelombang sinar x tyang
terhamburkan. Fenomena ini dikenal dengan Efek Compton. Efek ini
memberikan bukti yang sangat kuar tentang sifat sifat partikel cahaya daripada
fotolistrik. Ketika suatu partikel bertumbukan denga partikel yang lain, terjadi

3
tumbukan yang elastis. Interaksi electron electron dengan foton foton sinar-X
menyerupai benturan elastic.

(Ali Yaz,2007)

Berkas Cahaya yang bersinar pada permukaan logam (yang disebut fotokatode)
dapat melepaskan electron (yang disebut fotoelektron) yang menyebabka adanya
fotoarus. Fotoelektron ini diemisi dengan energy kinetic bukan nol. Jika frekuensi
din intensitas berkas dipertahankan konstan, besarnya fotoarus akan bergantung
pada potensial listrik kolektor relative terhadap fotokatode. Pada potensial yang
cukup positif seluruh fotoelektron ditarik ke arah kolektor. Begitu potensial
kolektor menjadi lebih negatif , fotoelektron dengan nilai energy kinetic yang
cukup tinggi yang bisa mencapai kolektor, karena begitu dikolektor muatan akan
berubah egatif kembali. Foto arus menurun tajam ke nol pada saat saat kecepatan
maksimum memperlihatkan energy kinetic fotoelektronnya. Disini electron
diperlambat dengan oleh potensial bias dan kehilangan energy kinetic awalnya.
Potensial yang dibutuhkan untuk menghentikan seluruh electron agar tidak sampai
kolektor dengan demikian merupakan suatu ukuran yang sesuai untuk energy
kinetic awal maksimumnya, yang dinyatak dalam satuan eV . Asumsikan bahwa
foto elektrondengan Emaks diemisi dari atom atom pada permukaan logam,
sementara fotoelektron dengan energy kinetic yang lebih rendah diemisi lebih
dalam logam tersebut kehilangan sejumlah energy kinetic melalui tumbukan

4
dengan atom atom logam lain sebelum meninggalkan permukaan tersebut.
Dengan demikian Emaks seharusnya berhubungan langsung dengan energy yang
dioperoleh oleh fotoelektron selama proses pelepasan electron tersebut.

(Oxtoby,2003)

5
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini yang diuraikan dalam
Jurnal Photoelectron Transfer in zeolit cages and it Relevance to Solar Energy
Conversion antara lain :

A. ZSM - 5 , dan titanosilicate ETS 4


B. Mikroskop electron (HERTM)
C. Mikroskop Atom
D. Spektroskopi
E. Manometer
F. Dan alat laboratorium pendukung lainnya

3.2 Prosedur Kerja

Pada penelitian ini yang pertama kali dilakukan adalah sintesis zeolit dalam media
air. Karena aluminosilikat pada cangkang zeolit membawa muatan negatif , kerja
lebih dari kation yang ada sebagai pemyeimbang dalampori pori lapisan luar
zeolit. Molekul netral biasanya dimasukkan ke dalam zeolit kosong setelah
mengeluarkan air dalam zeolit dan terjadiintrazeoliticsedangkan kation
direaksikan melalui pertukaran ion dalam media air . Tiga - dimensi arsitektur
zeolit melakuakn distribusi spasial dari molekul diinternalisasi , yangdimodifikasi
oleh lokasi dan ukuran kation dengan kerja berlebih.Rasio Si / Al dari lapisan
terluar zeolit ini dapat diubah , sehingga mengubah hidrofilisitas yang terdapat
pada zeolit. Struktur zeolit diidentifikasi melalui X - ray pola difraksi serbuk .
Pola-pola ini biasanyamemberikan informasi tentang sifat kristal atau molekul
yang rusak . Kerusakan tersebut akan mencakup dislokasi , Isomerisasi,
intergrowths dari fase yang berbeda , dan susun an yang gagal . Implikasi untuk

6
Struktur yang gagal tersebut adalah pengaturan pengkapsulan molekul akan
terputus serta akses terbatas ke bagian-bagian tertentu dari crystal. cacat kristal
yang diamati oleh transmisi mikroskop elektron resolusi tinggi ( HRTEM ) dan
mikroskop kekuatan atom.

7
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

4.2. Pembahasan

Zeolit yang terdehidrasi akan mempunyai struktur pori terbuka dengan


internal surface area besar sehingga kemampuan mengadsorb molekul
selain air semakin tinggi. Ukuran cincin dari jendela yang menuju rongga
menentukan ukuran molekul yang dapat teradsorb. Sifat ini yang
menjadikan zeolit mempunyai kemampuan penyaringan yang sangat
spesifik yang dapat digunakan untuk pemurnian dan pemisahan. Chabazite
(CHA) merupakan zeolit pertama yang diketahui dapat mengadsorb dan
menahan molekul kecil seperti asam formiat dan metanol tetapi tidak dapat
menyerap benzena dan molekul yang lebih besar. Chabazite telah
digunakan secara komersial untuk mengadsorb gas polutan SO 2 yang
merupakan emisi dari cerobong asap. Hal yang sama terdapat pada zeolit-
A dimana diameter jendela berukuran 410 pm yang sangat kecil
dibandingkan diameter rongga dalam yang mencapai 1140 pm sehingga
molekul metana dapat masuk rongga dan molekul benzena yang lebih
besar tertahan diluar. Selain itu zeolit juga dapat digunakan sebagai
adsorben zat warna brom dan untuk pemucatan minyak sawit mentah.

8
Zeolit yang digunakan sebagai penyaring molekular tidak menunjukkan
perubahan cukup besar pada struktur kerangka dasar pada dehidrasi
walaupun kation berpindah menuju posisi dengan koordinasi lebih rendah.
Setelah dehidrasi, zeolit-A dan zeolit lainnya sangat stabil terhadap
pemanasan dan tidak terdekomposisi dibawah 7000C. Volume rongga pada
zeolit-A terdehidrasi adalah sekitar 50% dari volume zeolit.
Sebelum digunakan sebagai adsorben zeolit alam harus diaktifkan terlebih
dahulu agar jumlah pori-pori yang terbuka lebih banyak dan lebih bersifat
asam. Zeolit yang cocok untuk adsorben yaitu apabila diaktifkan akan
memberikan rasio Si/Al yang tinggi (10-100). Zeolit dengan rasio Si/Al
tinggi bersifat hidrofob dan dapat menyerap molekul-molekul
organik.Sifat pengadsorpsi zeolit sangat berhubungan erat dengan sifat
molecular sievenya, hanya molekul-molekul yang mempunyai ukuran
penampang lintang kritis yang lebih kecil atau sama dengan ukuran rongga
zeolit lah yang dapat diadsorpsi dengan zeolit. Menurut hasil penelitian
Mutngimaturohmah (2007) pori-pori zeolit alam Wonosari yang telah
diaktifkan menggunakan larutan HCl 6 N dan NH4NO32 N serta kalsinasi
pada suhu 300 0 C memiliki ukuran antara 3 sampai 14 . Agar kapasitas
adsorpsi zeolit tidak mengalami penurunan, molekul-molekul air harus
dikeluarkan dari dalam rongga zeolit, yaitu dengan carapemanasan hingga
temperatur 1500 C. Adsorpsi dapat terjadi karena adanyainteraksi antara
gaya pada permukaan padatan adsorben dengan molekul-molekul
adsorbat.

A. Zeolit sebagai Konversi dari Energi Solar

Zeolit Memiliki kemampuan yang unik untuk sistem cooling adsorpsi gas
padatan karena mereka memiliki adsorpsi nonlinear ekstrim isotermal. Sistem
menggunakan natural chabazite atau clinoptilolite sebagai adsorber padat dan
uap air sebagai fluida yang bekerja.

Banyak sekali cara untuk mendapatkan pendingin dari energy solar. Sebagai
contoh salah satunya menggunakan photovoltaic solar cells untuk
mengkonversi solar energy menjadi listrik dan menggunakan convetional

9
refrigeraor. Tetapi sistem ini sangat mahal, dan memiliki efisiensi yang kecil
yaitu dibawah 15 %. Metode lain untuk mengkonversi energy dari matahari
menjadi bentuk mekanik dengan numerous cycles available dan menggunakan
energi mekanik untuk mengoperasikan kompressor di alat pendingin.

Metode yang mudah dan potensial dan lebih efisien menggunakan sorption
refrigenation cycle. Faraday adalah orang pertama yang mencari tahu tentang
gas, seperti ammonia, ammonia diserap oleh padatan atau cairan pada
temperatur dan dilepas pada temperatur tinggi. Sistem numerous solid gas
sorption refrigeration menggunakan alkali metal klorida dan gas ammonia
yang di buat pada tahun 1920 1930 di eropa. Di Amerika Serikat , sistem
tersebut menggunakan variasi dari temperatur larutan dari gas di dalam
cairan.,yaitu ammonia di dalam air dan uap air di dalam lithium bromida.
Banyak sistem padatan gas dan cairan gas yang belum lama ini di buat
kembali digunakan untuk solar energy untuk pendingin.

Di sorption refrigeration cyces, penyerap cairan atau padatan di panaskan dan


di lepas dengan gas. Tekanan parsial dari gas mengalami peningkatan, dan
dapat di cairkan dengan kondensor. Cairan gas diuapkan pada saat temperatur
rendah dan tekanan parsial yang rendah , ketika menyerap panas dari volume
yang didinginkan. Setelah mengurangi sorben, maka pendingin akan menurun.

Ketika sistem penyerapan digunakan untuk AC dan pendingin .Efisiensi yang


akan didapatkan sebesar 70 80, ketika temperatur 250 300 F dan suhu
kondensor air pendingin mencapai 85 F. Pengumpul Solar yang menyediakan
air panas pada temperatur kurang dari 10 F. Kondensor dapat mencapa suhu
120 F per hari ketika udara mencapai suhu 100F. Dibawah dari kondisi tersebut
efisiensi yang dicapai hanya 30 %. Ketika pengumpul solar hanya memiliki
efisiensi 50% pda temperatur operasi , dan efisiensinya menjadi 10 15%.

B. Prinsip Kerja dari Sistem Zeolit

Zeolit menyediakan solusi unik untuk kedua masalah dari solar cooling karena

10
sifatnya menyerap. Zeolit dapat menyerap dalam jumlah yang besar dari gas
pendingin,Lebih baik dari uap air dan ammonia menjadi karbon dioksida dan
freons. Untuk gas yang sama zeolit dapat menyerap mencapai 30wt%. Ketika
panas dari penguapan air lebih besar dari beberapa pendingin , sekitar 10 kali
dari freons, kombinasi uap air dengan zeolit dapat menghasilkan sistem yang
lebih efisien dan membutuhkan sedikit zeolit untuk operasinya. Zeolit
mempunyai sifat yang unik, antara lain memiliki peranan penting untuk solar
aplication, dan isotermal adsorpsinya memiliki tekanan nonlinear ekstrim.

Bedanya dengan zeolit, sorben yang lain memiliki tekanan linear isothermal.
Contohnya di figur 1 menggambarkan hubungan antara adsorpsi isotermal
untuk air dan silica gel, itu semua mirip yang digunakan untuk solid gas dan
liquid gas sistem. Itu semua terlihat pada banyak nya adsorbed uap air yang
monotonic, yang hampir semua fungsinya adalah tekanan parsial. Untuk jenis
ini dalam refrigeration cycle, penyerapan pada temperatur rendah dan tekanan
parsial yang rendah untuk dilepaskan pada temperatur dan tekanan parsial
yang tinggi, dan hanya ada sedikit perubahan dalam jumlah gas yg diserap.
Jumlah ini untuk efisiensi yang rendah untuk solar cooling dengan sorben yang
convensional. Sebenarnya, dibawah kondisi ekstrim dan tidak berasa untuk
penyerapan pada temperatur rendah tersedia dari matahri dan tekanan tinggi
kondensor untuk kondensor udara dingin, efisiensinya dapat mencapai nol. Ini
selalu menjadi kasus untuk sistem lithium bromida air dan ammonia air .

11
Berlawanan dengan reaksi zeolit yang ditunjukkan pada figur 2, memberikan
tipe ishothermal untuk penyerapan dari uap air dalam sebuah zeolit. Ekstrim
nonlinear dari jumlah adsorbed sebagai fungsi tekanan parsial adalah jelas.
Isothermal saturate pada tekanan rendah setelah jumlah adsorbed selalu
independen dengan tekanan. Ketika zeolit saat temperatur ambient dapat
menyerap uap air pada kuantitas yang banyak.

Dan pada saat tekanan parsialnya rendah. Ketika zeolit dipanaskan maka akan
desorbs banyak uap air pada saat tekanan parsialnya tinggi, Mirip dengan

12
kondensor temperatur tinggi. Perbedaannya di penyerapan gas antara tinggi dan
rendahnnya temperatur yang besar dan bergantung pada sedikit tekanan
kondensor. Ini membuat kemungkinan mencapai efisiensi yang tinggi dibawah
kondisi dari aplikasi solar. Bentuk dari penyerapan isotermal adalah
keunggulan dari sistem zeolit penyerap refrigerator cycles.

Untuk menjelaskan situasinya, kita dapat membandingkan aktivasi thermal


pada proses yang berbeda. Larutan ammonia dalam air, larutan dari uap air di
dalam lithium bromida, dan penyerapan uap air dengan silica gel atau alumina
aktif yang bergantung pada H/RT , dimana H adalah panas penyerap dan T
adalah temperatur absolute ( dari persamaan Arhenius ).Adsorpsi zeolit telah di
tunjukkan oeh Dubinin (1971) yang bergantung pada H/RT. Ini aktivasi
nonlinear ekstrim thermal yang membuat zeolit sesuai untuk pendinginan.

Figur 3 menggambarkan prinsip operasi dari sistem zeolit solar cooling


ditempatkan di dalam kontainer kedap udara yang teradiasi oleh matahari.
Mencapai cycle siang hari, ditunjukkan pada bagian kiri figure 3. Zeolit dan
kontainer dipanaskan sampai temperatur maksimum sebesar 250 F. Pada 100 F
uap air mulai terserap dari zeolit, dan tekanan parsial menjadi meningkat.
Ketika tekanan didapatkan, nilainya ditetapkan oleh temperatur kondensor,
sebagai contoh, 1 psia untuk 100 F, uap mulai mencair, panas di tolak dari luar,
dan air di simpan di tangki penyimpanan. Pada cycle malam hari, ditunjukkan
pada bagian kanan figur 3, zeolit didinginkan oleh concevtion cooling
mencapai temperature ambient dan siap untuk meyerap uap air pada saat
tekanan parsialnya rendah. Air dari tempat penyimpanan di arahkan menuju
evaporator, dimana air akan menyerap panas dari temperatur ruangan menjadi
dingin dan di rubah menjadi uap air. Jika tekanan parsial mencapai 0,1 psia, air
pada evaporator akan mendidih pada suhu 35 F. Fungsi dari zeolit adalah
meyerap uap air yang dihasilkan oleh evaporator, Untuk mempertahankan
tekanan parsial lebih rendah 0,1 psia maka menolak panas yang diserap dari
athmofshere. Pada cycle akhir malam zeolit yang bermuatan dengan air akan di
serap pada 0,1 psia dan siap untuk cycle hari selanjutnya.

13
4.3. Hasil Percobaan

Zeeolit aluminosilikat menyediakan media baru untuk molekul dan perakitan


partikel untuk reaksi foto kimia. Ketika proses Dehidrasi molekul dan
nanopartikl mengaktifkan zeolit dalam reaksi dengan mengambil photoexicted
sebagai donor electron dan akseptor. Spesies yang bermuatan dipisahkan
sampai dapat stabil selama berjam jam. Dengan terdehidrasinya zeolit ,
enkapsulasi dan mobilitas terbatas dapat mengakibatkan pemisahan spesies
berlangsung panjang. Untuk membuat sifat zeolitik poada transfer
fotoelektron,dipengaruhi oleh cacat structural, efek sterik, bidang polarisasi
elektrostatik, dan sifat kerja dari kation didalam pembentukan dan stabilitas
muatan harus dapat dipisahkan menurut spesies-spesiesnya. upaya tersebut
dimaksudkan untuk mengontrol sintesis molekul dan nanopartikel dalam zeolit
dan melakukan distribusi acak. Perakitan fotosintesis buatan dalam zeolit
ditunjukan melalui hasil photolitik air serta hasil sintesis. Membran zeolit
yang dapat menyebarkan cahaya, kation, dan electron melalui jarak
makroskopik. Gabungan katalis yang mampu melakukan proses multielectron
yang terjadi du antara permukaan zeolit perlu dilakukan secara bersamaan dan
diimbangin dengan proses fotokimia. untuk menggabungkan cahaya cahaya
yang dikumpulkan oleh zeolit sebagai kolektor, dilakukan pemisahan
muatan / propagasi, dan katalisis yang diperlukan. Panel surya yang

14
dikendalikan secara proses kimia adalah cara baru yang berpotensi
menghasilkan bahan bakar dan bahan kimia tanpa merusak lingkungan dan
bahaya geopolitik yang saat ini dihadapi masyarakat . Namun ,proses kimia
yang berlangsung banyak melibatkan reaksi redoks , untuk misalnya ,
pembentukan H2 dari air , prosesnya sangat kompleks. Alam menyediakan
cocok model arsitektur seperti itu , dan pendekatan biomimetik yang sedang
aktif diteliti . Fotosintesis , yang memungkinkan melibatkan pengumpulan,
konversi , dan penyimpanan solar energi sebagai energi kimia . Dimediasi oleh
enzim , fotosistem II menggunakan energi cahaya untuk membuat oksigen ,
proton , dan elektron dari air. Elektron digunakan oleh fotosistem I bersama
dengan cahaya untuk mengurangi nikotinamida adenin dinukleotida fosfat ,
sedangkan proton menghasilkan transmembran potensial elektrokimia yang
mendorong sintesis ATP . Desaign yang diperlukan untuk mencapai ini adalah
perakitan canggih pigmen , enzim , danprotein dalam membran perancah .
Untuk system fotosintesis buatan, efisiensi dari matahari untuk proses kimia
harus melebihi 10 % . Keberhasilan perancangan struktur diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut membutuhkan baik fundamentaldan terobosan
teknologi .Sistem Microheterogeneous seperti vesikel , 5 lempung , 6
mesopori bahan , 7 dan zeolites8 sedang aktif belajar sebagai sistem dalam
untuk perakitan unit photoactive . Dalam Perspektif ini ,terfokus pada zeolit ,
dengan penekanan utama pada cahaya -driven electron Transfer dan
photocatalysis untuk pembentukan H2 dari air,bahan dasar untuk konversi
energi surya .Primer Singkat tentang Zeolit . Zeolit adalah mikroporous ,
Kristal aluminosilikat dengan kerangka terdiri dari T - O - T ( T =
Si, Al ) obligasi dan kandang tertutup dan saluran molekul dimensions.
Sintesis zeolit biasanya terjadi dalam media berair , Dehidrasi zeolit
menyebabkan kation penataan ulang , kerangka distorsi , dan polarisasi listrik
kolom untuk mengandung aluminium zeolit . Si dan Al dapat diganti dengan
atom lain , termasuk ion logam transisi , memberikan naik ke kerangka kerja
aktif reduksi . Zeolit memiliki kesenjangan besar pita optik dan berperilaku
sebagai isolator . Meskipun mereka tidak menunjukkan konduktivitas
elektronik, impedansi spektroskopi menunjukkan bahwa konduksi ion melalui

15
kation menjalani intracage serta lagi -range gerakan intercage. Pola-pola ini
tidak biasanya terusakan tersebut akan mencakup dislokasi , kembaran ,
intergrowths dari fase yang berbeda , dan susun faults. Implikasi untuk cacat
tersebut bahwa pengaturan encapsulated molekul akan terputus serta akses
terbatas ke bagian-bagian tertentu dari crystal. Cacat kristal yang diamati
olehtransmisi mikroskop elektron resolusi tinggi (HRTEM ) dan mikroskop
kekuatan atom . Ada juga cacat kerangka yang mencegat urutan lokal. Ini telah
dikategorikan sebagaikerangka kerja atau cacat struktural ( misalnya ,
kekosongan , peroksi jembatan ) , kotoran ( misalnya , anion kation dan
substitusi pada kerangka ) , dan cacat koordinasi yang melibatkan koordinasi
diubah
( kurang atau overcoordination ) dari kerangka atoms. Panjang -Tinggal
Light- Driven Spesies Terpisah : Keterlibatan Kerangka Zeolit. Efek baru yang
melibatkan partisipasi dari kerangka zeolit dan kation extraframework pada
photoexcitation molekul dikemas sebagian besar diwujudkan dalam zeolit
dehidrasi . Sebuah contoh representatif adalah diphenylacetylene ( DPA ) di
zeolit ZSM - 5.15 DPA pada tingkat pemuatan ~ 1 molekul /sel satuan
menembus melalui saluran selama periode beberapa bulan pada 300 K.

16
BAB V

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapatkan dari Jurnal penelitian ini antara lain :

1. Zeolit Memiliki kemampuan yang unik untuk sistem cooling adsorpsi gas
padatan karena mereka memiliki adsorpsi nonlinear ekstrim isotermal.. Metode
lain untuk mengkonversi energy dari matahari menjadi bentuk mekanik dengan
numerous cycles available dan menggunakan energi mekanik untuk
mengoperasikan kompressor di alat pendingin.
2. Efisiensi yang dihasilkan lebih dari cukup dengan efisiensi sitem solar
yang sudah ada. Mereka dapat menaikan dengan menggunakan
penyerapan panas yang lebih kecil , terutama jika peyerapan secara
isotermal lebih dekat dengan pendekatan fungsi jalur.
3. Efek fotolistrik adalah pengeluaran elektron dari suatu permukaan
(biasanya logam) ketika dikenai, dan menyerap radiasi
elektromagnetik (seperti cahaya tampak dan radiasi ultraungu) yang
berada diatas frekuensi ambang tergantung pada jenis permukaan. Elektron
dapat menyerap energi dari foton ketika disinari.

17
DAFTAR PUSTAKA

K. Dutta dan Severance. 2011. Photoelectron Transfer in


Zeolite Cages and Its Relevance to Solar Energy Conversion.Department
of Chemistry, The Ohio State University, 100 West 18th Avenue,
Columbus, Ohio 43210, United States.

http://material-sciences.blogspot.com dikutip tanggal 20 September 2013

http://www.scribd.com dikutip tanggal 20 September 2013

18

Anda mungkin juga menyukai