Anda di halaman 1dari 35

PRESENTASI KASUS

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER GRADE I

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti

Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Rumah Sakit Umum Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh:

Disusun oleh:

Arinta Prinarbaningrum, S.Ked

20110310074

Diajukan kepada:

dr. Anik Dwiani, Sp, A.

Departemen Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2015

1
HALAMAN PENGESAHAN

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER GRADE I

Disusun oleh:

Arinta Prinarbaningrum, S.Ked

20100310074

Disetujui dan disahkan pada tanggal:

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

dr. Anik Dwiani, Sp, A.

2
BAB I

PENDAHULUAN

Demam berdarah dengue merupakan penyakit tropis yang insidennya


meningkat sepanjang tahun di Negara-negara tropis. Indonesia merupakan
wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Pada tahun 2014,
tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang dan
641 di antaranya meninggal dunia (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kemenkes RI, 2014). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan
denga sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perkembangbiakan nyamuk
betina.

Demam berdarah dengue adalah infeksi yang disebabkan oleh virus


dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti. Virus dengue termasuk group B arthropod borne virus (arbovirus) dan
sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, family Flaviviridae yang mempunyai 4
jenis serotype yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Infeksi dengan salah
satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype yang
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype yang lain. Keempat
serotype dapat ditemukan di Indonesia, namun serotype DEN-3 merupakan
serotype yang dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat.

Manifestasi klinis dari infeksi virus ini adalah demam, nyeri otot dan/ atau
nyeri sendi yang disertai ruam, trombositopenia, manifestasi perdarahan,
limfadenopati, dan leukopenia. Pada demam berdarah dengue terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit) atau
penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.
Untuk menegakkan diagnosis dari demam berdarah dengue, diperlukan data klinis
dan data laboratorium. Data klinisnya adalah adanya demam antara 2 sampai 7
hari, adanya tanda perdarahan baik itu spontan maupun tidak spontan,

3
hepatomegaly dan adanya renjatan. Sedangkan data laboratoriumnya adalah angka
trombosit dan hematocrit.

Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan transmisi biakan virus


dengue adalah vektor, pejamu dan lingkungan. Banyak usaha yang bisa dilakukan
untuk menanggulangi tersebarnya infeksi virus dengue, seperti program rutin
oemberantasan nyamuk dengan pengasapan, pembersihan lingkungan dengan
prinsip 3M dan lain-lain. Tapi sampai saat ini belum ditemukan obat yang sudah
diakui secara klinis untuk mengobati infeksi virus tersebut.

Sampai saat ini, penanganan demam berdarah dengue adalah dengan


memantau keadaan klinis pasien. Pasien yang mondok diberikan penanganan
untuk menurunkan demam dan pemberian cairan untuk mencegah adanya
renjatan. Pola demam pada kasus ini seperti tapal kuda, dimana fase tidak demam
pada hari ke 3 sampai 5 adalah fase kritis penderita sehingga perlu pemantauan
agar kondisi pasien selalu stabil.

BAB II

PRESENTASI KASUS

Nama : An CA

Umur : 7 tahun 10 bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, tgl lahir : Jogja, 29 November 2007

Alamat : Pandes RT 04, Panggungharjo, Sewon, Bantul

Masuk RS tanggal : 9 Oktober 2015

Diagnosis masuk : Febris hari ke-3 DD: DF, DHF

ANAMNESIS
Dilakukan alloanamnesis dengan paman pasien.

4
Tanggal : 10 Oktober 2015

Keluhan Utama : panas tinggi sejak Selasa siang

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dari IGD dengan keluhan panas tinggi sejak Selasa siang,
pegal-pegal di semua sendi tubuh, pusing, mual dan tidak nafsu makan.. BAB cair
(-), muntah (-). BAK lancar tidak ada keluhan. Batuk (-), Pilek (-). Nafsu makan
anak menurun. Riwayat kejang (-), riwayat jatuh (-).

Riwayat penyakit pada keluarga yang diturunkan

Riwayat kejang atau epilepsi disangkal

Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat penyakit hipertensi disangkal

Riwayat diabetes mellitus disangkal

Riwayat penyakit asma disangkal

Riwayat penyakit alergi disangkal

Kesan : Tidak ada riwayat penyakit yang diturunkan dari keluarga

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN


Riwayat Antenatal

Kontrol teratur setiap bulan ke Sp.OG, ANC (+) >4x selama kehamilan.
Selama hamil ibu dinyatakan sehat, mual-mual (+), riwayat terinfeksi TORCH (-),
tekanan darah tinggi (-), bengkak bengkak pada tungkai (-), perdarahan
pervaginam (-) kejang (-).

Riwayat Persalinan

G1P0A0, lahir di RS usia kehamilan 38 minggu, dengan berat badan lahir


3000 gram, anak lahir spontan. Air ketuban jernih. Bayi bugar {nangis (+) gerak
(+)}.

Riwayat pasca lahir

5
Anak dapat menetek kuat, anak tidak kuning, anak tidak sesak napas, tidak
kejang-kejang, tidak demam.

Riwayat Vaksinasi

BCG, Hepatitis B, polio, DPT, Campak, HIb lengkap sesuai PPI


(Pengembangan Program Imunisasi).

Kesan : Riwayat pasca lahir dan vaksinasi anak baik.

Riwayat Makanan

Sampai usia 6 bulan ASI (+) Formula (-) pemberian selama kurang lebih
30 menit dengan frekuensi 8-10x/hari. Pada usia lebih dari 6 bulan diberikan nasi
tim (+) susu formula (+) ASI (-).

Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan baik.

Riwayat Penyakit Dahulu

riwayat kejang (-)

riwayat kejang tanpa demam (-)

Riwayat Sosial, ekonomi dan lingkungan

Anak tinggal bersama paman, bibi, dan sepupunya. Orangtua kandung


tinggal di Jakarta, hubungan antar anggota keluarga baik.

Ayah dan ibu bekerja sebagai wiraswasta , pendapatan ayah baik. Tinggal
di rumah pamannya bersama bibi da sepupunya yang usianya sebaya.
Kondisi rumah baik, sanitasi baik, sirkulasi udara cukup. Hubungan
dengan tetangga baik. Di sekitar lingkungan tidak ada yang menderita TB
atau batuk kronis. Teman-teman di sekolahnya banyak yang menderita
demam berdarah.

Kesan: Sosial, ekonomi baik, sedangkan lingkungan sepertinya merupakan


tempat penularan infeksi virus dengue

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : E4V5M6/ compos mentis

Tanda Vital

6
Suhu : 38.8 C (aksila)

Nadi : 104 x/menit

Pernafasan : 24 x/menit

Status gizi : BB : 25 kg, TB: 135 cm, umur : 7 tahun 10 bulan

Berdasarkan table Z scores BB/PB pada anak perempuan, termasuk gizi baik
(-2 SD sampai -1 SD).

Kepala : normochepal
Rambut : tidak mudah dicabut, persebaran rambut merata
Wajah : mongolian face (-), tanda inflamasi (-), ruam-ruam di
wajah (+)
Mata : mata cekung (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Mulut : bibir kering dan pecah-pecah (-) ,
mukosa mulut lembab,
oral higiene baik
THT : cairan keluar dari telinga (-)
lendir hidung (-)
napas cuping hidung (-)
nyeri tragus dan belakang telinga (-)
dinding faring hiperemis (-) tonsil T1/T1
Leher : lemas mudah digerakkan, pembengkakan limfonodi (-)
kaku kuduk (-)
Thoraks
Jantung
1. Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
2. Palpasi : iktus kordis teraba pada sela iga ke-4 linea midklavikula
kiri
3. Perkusi : tidak ada tanda kardiomegali
4. Auskultasi : bunyi jantung S1- S2 normal, murmur tidak ada, gallop
tidak ada
Paru

7
1. Inspeksi : simetris saat insiprasi dan ekspirasi, tidak terdapat retraksi
atau ketertinggalan gerak
2. Palpasi : fremitus kanan sama dengan kiri
3. Perkusi : sonor/sonor, bunyi sonor melemah pada perkusi di bagian
bawah thorax saat anak posisi duduk
4. Auskultasi : Suara dasar vesikular/vesikular, rhonki basah kasar tidak
ada, wheezing tidak ada
Abdomen
1. Inspeksi : datar
2. Palpasi : turgor baik, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), limpa tidak
teraba
3. Perkusi : timpani
4. Auskultasi : bising usus + meningkat
Urogenital : Nyeri saat berkemih (-)
Extremitas : Akral hangat, nadi kuat, capillary refill <2detik.

Status neurologis :

Reflek fisiologis (+) normal,


Meningeal sign : Kaku kuduk (-), tanda kernig (-)
Reflek patologis (-)

Pemeriksaan Penunjang

Darah lengkap (tanggal 16 September 2014 pada pukul 12.21 WIB)

Parameter Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 13.9 gr% 10.0 15.5 g/dl
Angka Leukosit 2,03 ribu/ul 4.0011.0 10^3/uL
Angka Eritrosit 5,20 juta/ul 4.0 5.0 10^6/uL
Angka Trombosit 132 ribu/ul 150-450 10^3/uL
Hematokrit 40,2 % 3646 vol%
Hitung Jenis Leukosit:
Eosinofil 1% 2-4
Basofil 0% 0-1
Batang 1% 2-5
Segmen 53 % 52-67
Limfosit 38 % 20-35
Monosit 7% 4-8

8
Diagnosa Klinis Masuk

Febris hari ke 3, DD: Dengue Fever, Dengue Haemorrhagic Fever

Terapi

Infus RL 20 tpm (makro)

Po Paracetamol 3x1/2 tablet jika panas

FOLLOW UP

Tanggal Pemeriksaan Terapi


9/10/2015 Subjektif Planning
Pasien datang dari IGD dengan keluhan Infus RL
demam tinggi, orang tua mengatakan bahwa 3cc/kgBB/jam
20 tpm
keluhan tersebut berlangsung sejak sejak
(makro)
Selasa siang. Keluhan disertai pusing, mual Po
dan pegal-pegal di seluruh tubuh. Anak tidak Paracetamol
3x1/2 tablet
nafsu makan sejak panas tinggi. Batuk (-),
jika panas
pilek (-), BAB cair (-), BAK lancar tidak ada
keluhan. Riwayat kejang (-), riwayat jatuh (-).
Riwayat imunisasi lengkap. Teman-teman di
sekolah sedang banyak yang mondok karena
DBD.
Objektif
KU : tampak sakit sedang, compos mentis.
Tanda vital :
- Suhu : 38,8 oC
- Nadi : 104 x/menit
- Respirasi : 24 x/menit
- TD : 110/70
Mata: cekung(-/-), sekret konjungtiva(-/-),
sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Hidung: Nafas cuping hidung (-), sekret (-),

9
nyeri tekan sinus (-)
Telinga: Sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-),
nyeri tekan belakang telinga (-)
Mulut : bibir kering (+), mukosa buccal
kemerahan (+), caries (-), stomatitis (-), lidah
kotor (-)
Tenggorokan: tonsil T1/T1, faring hiperemis
(-), nyeri telan (-)
Leher : lemas dan mudah digerakkkan (+),
Pembesaran limfonodi (-)
Thorax: simetris, vesikuler +/+, ronkhi (-/-),
weezing (-/-), retraksi -/-, suara S1 S2 reguler,
bising jantung (-)
Abdomen: Turgor kulit pulih sebelum 2 dt,
nyeri tekan (-), peristaltic (+)
Urogenital: BAK lancar, nyeri saat BAK (-)
Ekstremitas : Akral Hangat, CRT<2dt, edema
(-), Rumple lead (+)
Assessment
Dengue fever (DF)
Status gizi anak: baik
10/10/2015 Subjektif Planning
05.45 WIB Demam hari ke 4, batuk (-), pilek (-), sesak Infus RL
nafas (-), pegal-pegal (-), mual (-), sakit perut 3cc/kgBB/jam
20 tpm
(-), BAK (+), BAB (+)
(makro)
Objektif Po
KU : tampak sakit sedang, compos mentis. Paracetamol
3x1/2 tablet
Tanda vital :
jika panas
- Suhu : 38,6 oC Cek AT/HMT
- Nadi : 115 x/menit per 12 jam
- Respirasi : 28 x/menit
- TD : 110/80

10
Mata: cekung(-/-), sekret konjungtiva(-/-),
sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Hidung: Nafas cuping hidung (-), sekret (-),
nyeri tekan sinus (-)
Telinga: Sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-),
nyeri tekan belakang telinga (-)
Mulut : bibir kering (+), mukosa buccal
kemerahan (+), caries (-), stomatitis (-), lidah
kotor (-)
Tenggorokan: tonsil T1/T1, faring hiperemis
(-), nyeri telan (-)
Leher : lemas dan mudah digerakkkan (+),
Pembesaran limfonodi (-)
Thorax: simetris, vesikuler +/+, ronkhi (-/-),
weezing (-/-), retraksi -/-, suara S1 S2 reguler,
bising jantung (-)
Abdomen: Turgor kulit pulih sebelum 2 dt,
nyeri tekan (-), peristaltic (+)
Urogenital: BAK lancar, nyeri saat BAK (-)
Ekstremitas : Akral Hangat, CRT<2dt, edema
(-), Rumple lead (+)
*Data Hasil Laboratorium:
1. pukul 12.01 WIB
Trombosit 98 10^3/uL
Hematokrit 39 vol%
2. pukul 21.12 WIB
Trombosit 64 10^3/uL
Hematokrit 38 vol%
*Diuresis 3,4 cc/jam
Assessment
Dengue fever (DF)

11
Status gizi anak: baik
11/10/2015 Subjektif Planning
06.00 WIB Demam hari ke 5, batuk (-), pilek (-), sesak Infus RL 10
nafas (-), pegal-pegal (-), mual (-), sakit perut cc/kgBB/jam
Po
(+), tidak bisa berdiri bahkan duduk. Perut
Paracetamol
terasa sangat kaku dan berat. BAK (+), BAB 3x1/2 tablet
(+) jika panas

Objektif
Pada pukul 14.30 TD
KU : tampak sakit sedang, compos mentis.
naik menjadi 100/70
Tanda vital :
lalu infus diganti
- Suhu : 36,7 oC
menjadi Infus RL
- Nadi : 115 x/menit
- Respirasi : 30 x/menit 5cc/kgBB/jam
- TD : 85/65
Cek AT/HMT per 6
Mata: cekung(-/-), sekret konjungtiva(-/-),
jam
sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Hidung: Nafas cuping hidung (-), sekret (-),
nyeri tekan sinus (-)
Telinga: Sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-),
nyeri tekan belakang telinga (-)
Mulut : bibir kering (+), mukosa buccal
kemerahan (+), caries (-), stomatitis (-), lidah
kotor (-)
Tenggorokan: tonsil T1/T1, faring hiperemis
(-), nyeri telan (-)
Leher : lemas dan mudah digerakkkan (+),
Pembesaran limfonodi (-)
Thorax: simetris, vesikuler +/+, ronkhi (-/-),
weezing (-/-), retraksi -/-, suara S1 S2 reguler,
bising jantung (-)
Abdomen: Turgor kulit pulih sebelum 2 dt, ,
nyeri tekan di 9 regio perut, peristaltic

12
meningkat, shifting dullness (+), acites (+)
Urogenital: BAK lancar, nyeri saat BAK (-)
Ekstremitas : Akral Hangat, CRT<2dt, edema
(-),bintik-bintik merah di kedua tangan dan
kedua kaki, Rumple lead (+)
*Data Hasil Laboratorium:
1. pukul 00.17 WIB
Trombosit 28 10^3/uL
Hematokrit 45 vol%
2. pukul 08.07 WIB
Trombosit 24 10^3/uL
Hematokrit 50 vol%
3. pukul 10.13 WIB
Trombosit 22 10^3/uL
Hematokrit 45.1 vol%
4. pukul 12.14 WIB
Trombosit 18 10^3/uL
Hematokrit 45 vol%
5. pukul 18.20 WIB
Trombosit 19 10^3/uL
Hematokrit 44.9 vol%
6. pukul 22.25 WIB
Trombosit 18 10^3/uL
Hematokrit 44 vol%
IgM Dengue (-)
IgG Dengue (+)
*Diuresis 4,7 cc/jam

Assessment
Dengue Haemmorhagic fever (DHF) grade 1
Status gizi anak: baik

13
12/10/2015 Subjektif Planning
06.15 WIB Demam hari ke 6, batuk (+), pilek (-), sesak Infus RL 5
nafas (+), pegal-pegal (-), mual (+), muntah cc/kgBB/jam
Po
(+), sakit perut (+), tidak bisa berdiri bahkan
Paracetamol 2
duduk. Perut terasa sangat kaku dan berat. 1/2 cth jika
Nyeri dada bagian tengah dan bawah, jika panas
Cek AT/HMT
untuk menarik nafas semakin nyeri. Bengkak
per 12 jam
di kaki bagian bawah dan kelopak mata serta
wajah. BAK (+), BAB (+)
Objektif
KU : tampak sakit sedang, compos mentis.
Tanda vital :
- Suhu : 36 oC
- Nadi : 109 x/menit
- Respirasi : 38 x/menit
- TD : 90/60
Mata: cekung(-/-), sekret konjungtiva(-/-),
sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
edema palpebral (+/+)
Wajah: edema, paling terlihat di bagian buccal
Hidung: Nafas cuping hidung (-), sekret (-),
nyeri tekan sinus (-)
Telinga: Sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-),
nyeri tekan belakang telinga (-)
Mulut : bibir kering (+), mukosa buccal
kemerahan (+), caries (-), stomatitis (-), lidah
kotor (-)
Tenggorokan: tonsil T1/T1, faring hiperemis
(-), nyeri telan (-)
Leher : lemas dan mudah digerakkkan (+),
Pembesaran limfonodi (-)
Thorax: simetris, vesikuler +/+, ronkhi paru

14
atas dan medial (-/-), ronkhi basah di bagian
bawah paru (+/+), weezing (-/-), retraksi -/-,
suara S1 S2 reguler, bising jantung (-).
Perkusi sonor semakin meredup di bagian
thorax bawah. Tanda klinis efusi pleura (+)
Abdomen: Turgor kulit pulih sebelum 2 dt, ,
nyeri tekan di 9 regio perut, peristaltic
meningkat, shifting dullness (+), acites (+)
Urogenital: BAK lancar, nyeri saat BAK (-)
Ekstremitas : Akral Hangat, CRT<2dt, edema
di bagian pedis (+/+),bintik-bintik merah di
kedua kaki, Rumple lead (+)
*Data Hasil Laboratorium:
1. pukul 12.12 WIB
Trombosit 16 10^3/uL
Hematokrit 41 vol%
2. pukul 16.56 WIB
Trombosit 32 10^3/uL
Hematokrit 40 vol%
3. pukul 21.52 WIB
Trombosit 32 10^3/uL
Hematokrit 38 vol%
*Hasil RO thorax RLD/LLD anak :
efusi pleura dextra
besar cor normal
*Diuresis : 2,88 cc/jam
Assessment
Dengue Haemmorhagic fever (DHF) grade 1
Status gizi anak: baik
13/10/2015 Subjektif Planning
06.00 WIB Demam hari ke 7, batuk (+), pilek (-), sesak O2 nasal kanul

15
nafas (+), pegal-pegal (-), mual (+), muntah Infus RL 3
(+), sakit perut (+), sudah bisa berdiri dan cc/kgBB/jam

duduk pelan-pelan. Perut terasa tidak sekaku
Po
dan seberat kemarin. Nyeri dada bagian Paracetamol 2
tengah dan bawah, jika untuk menarik nafas 1/2 cth jika
panas
semakin nyeri. Bengkak di kaki bagian bawah
PO Lasix 20
dan kelopak mata serta wajah. BAK (+), BAB mgram
(+) Cek AT/HMT
per 24 jam
Objektif
KU : tampak sakit sedang, compos mentis.
Tanda vital :
- Suhu : 36,4 oC
- Nadi : 110 x/menit
- Respirasi : 38 x/menit
- TD : 100/80
Mata: cekung(-/-), sekret konjungtiva(-/-),
sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
edema palpebral (+/+)
Wajah: edema, paling terlihat di bagian buccal
Hidung: Nafas cuping hidung (-), sekret (-),
nyeri tekan sinus (-)
Telinga: Sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-),
nyeri tekan belakang telinga (-)
Mulut : bibir kering (+), mukosa buccal
kemerahan (+), caries (-), stomatitis (-), lidah
kotor (-)
Tenggorokan: tonsil T1/T1, faring hiperemis
(-), nyeri telan (-)
Leher : lemas dan mudah digerakkkan (+),
Pembesaran limfonodi (-)
Thorax: simetris, vesikuler +/+, ronkhi paru
atas dan medial (-/-), ronkhi basah di bagian

16
bawah paru (+/+), weezing (-/-), retraksi -/-,
suara S1 S2 reguler, bising jantung (-).
Perkusi sonor semakin meredup di bagian
thorax bawah. Tanda klinis efusi pleura (+)
Abdomen: Turgor kulit pulih sebelum 2 dt, ,
nyeri tekan di 9 regio perut, peristaltic
meningkat, shifting dullness (+), acites (+)
Urogenital: BAK lancar, nyeri saat BAK (-)
Ekstremitas : Akral Hangat, CRT<2dt, edema
(-),bintik-bintik merah di kedua kaki
berkurang dibandingkan kemarin, Rumple
lead (-),
*Data Hasil Laboratorium:
1. pukul 00.06 WIB
Trombosit 34 10^3/uL
Hematokrit 40 vol%
2. pukul 12.25 WIB
Trombosit 40 10^3/uL
Hematokrit 39 vol%
*Diuresis : 6,2 cc/jam
Assessment
Dengue Haemmorhagic fever (DHF) grade 1
Status gizi anak: baik
14/10/2015 Subjektif Planning
05.30 WIB Demam hari ke 8, batuk (+), pilek (-), sesak O2 nasal kanul
nafas (+), pegal-pegal (-), mual (+), muntah Infus RL 3
cc/kgBB/jam
(+), sakit perut (+), sudah bisa berdiri dan
PO
duduk pelan-pelan. Perut terasa tidak sekaku Paracetamol 2
dan seberat sebelumnya. Nyeri dada bagian 1/2 cth jika
panas
tengah dan bawah, jika untuk menarik nafas
PO Lasix 20
semakin nyeri. Bengkak di kaki bagian bawah mgram

17
dan kelopak mata serta wajah berkurang. Cek AT/HMT
BAK (+) lancar dan sering dengan volume per 24 jam

lebih banyak daripada biasanya, BAB (+)


Objektif
KU : tampak sakit sedang, compos mentis.
Tanda vital :
- Suhu : 36,5 oC
- Nadi : 112 x/menit
- Respirasi : 31 x/menit
- TD : 110/80
Mata: cekung(-/-), sekret konjungtiva(-/-),
sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
edema palpebral (+/+) berkurang dari kemarin
Wajah: edema berkurang
Hidung: Nafas cuping hidung (-), sekret (-),
nyeri tekan sinus (-)
Telinga: Sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-),
nyeri tekan belakang telinga (-)
Mulut : bibir kering (+), mukosa buccal
kemerahan (+), caries (-), stomatitis (-), lidah
kotor (-)
Tenggorokan: tonsil T1/T1, faring hiperemis
(-), nyeri telan (-)
Leher : lemas dan mudah digerakkkan (+),
Pembesaran limfonodi (-)
Thorax: simetris, vesikuler +/+, ronkhi paru
atas dan medial (-/-), ronkhi basah di bagian
bawah paru (+/+) berkurang, weezing (-/-),
retraksi -/-, suara S1 S2 reguler, bising
jantung (-). Perkusi sonor semakin meredup di
bagian thorax bawah, namun tidak seredup
jika dibandingkan kemarin. Tanda klinis efusi

18
pleura (+) masih ada.
Abdomen: Turgor kulit pulih sebelum 2 dt, ,
nyeri tekan di 9 regio perut, peristaltic
meningkat, shifting dullness (+), acites (+)
berkurang
Urogenital: BAK lancar, sering dan banyak,
nyeri saat BAK (-)
Ekstremitas : Akral Hangat, CRT<2dt, edema
di bagian pedis berkurang, bintik-bintik merah
di kedua kaki berkurang dibandingkan
kemarin, Rumple lead (-),
*Data Hasil Laboratorium:
1. pukul 05.27 WIB
Trombosit 60 10^3/uL
Hematokrit 42 vol%
*Diuresis : 5,3 cc/jam
Assessment
Dengue Haemmorhagic fever (DHF) grade 1
Status gizi anak: baik
15/10/2015 Subjektif Planning
05.40 WIB Demam hari ke 9, batuk berkurang, pilek (-), O2 nasal kanul
sesak nafas (+) namun tidak separah kemarin, jika sesak
napas
pegal-pegal (-), mual (+), muntah (+), sakit
Infus RL 3
perut (-), sudah bisa berdiri dan duduk dan cc/kgBB/jam
berjalan. Perut sudah tidak terasa kaku dan PO
Paracetamol 2
berat. Nyeri dada berkurang, hanya kadang-
1/2 cth jika
kadang terasa nyeri. Bengkak di kaki bagian panas
bawah dan kelopak mata serta wajah sudah Cek AT/HMT
per 24 jam
tidak ada. BAK (+) lancar dan sering dengan
volume lebih banyak daripada biasanya, BAB
(+)

19
Objektif
KU : tampak sakit sedang, compos mentis.
Tanda vital :
- Suhu : 36,5 oC
- Nadi : 96 x/menit
- Respirasi : 21 x/menit
- TD : 110/70
Mata: cekung(-/-), sekret konjungtiva(-/-),
sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
edema palpebral (-/-) berkurang dari kemarin
Wajah: edema (-)
Hidung: Nafas cuping hidung (-), sekret (-),
nyeri tekan sinus (-)
Telinga: Sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-),
nyeri tekan belakang telinga (-)
Mulut : bibir kering (+), mukosa buccal
kemerahan (+), caries (-), stomatitis (-), lidah
kotor (-)
Tenggorokan: tonsil T1/T1, faring hiperemis
(-), nyeri telan (-)
Leher : lemas dan mudah digerakkkan (+),
Pembesaran limfonodi (-)
Thorax: simetris, vesikuler +/+, ronkhi (-/-),
ronkhi basah di bagian bawah paru (-/-)
berkurang, weezing (-/-), retraksi -/-, suara S1
S2 reguler, bising jantung (-). Perkusi sonor di
seluruh lapang paru baik posisi berbaring
maupun duduk. Tanda klinis efusi pleura (-)
Abdomen: Turgor kulit pulih sebelum 2 dt, ,
nyeri tekan (-), peristaltic (+), shifting
dullness (-), acites (-)
Urogenital: BAK lancar, sering dan banyak,

20
nyeri saat BAK (-)
Ekstremitas : Akral Hangat, CRT<2dt, edema
di bagian pedis (-), bintik-bintik merah di
kedua kaki (-), Rumple lead (-),
*Data Hasil Laboratorium:
1. pukul 12.03 WIB
Trombosit 98 10^3/uL
Hematokrit 38 vol%
*Diuresis : 5,3 cc/jam
Assessment
Dengue Haemmorhagic fever (DHF) grade 1
Status gizi anak: baik
16/10/2015 Subjektif Planning
06.00 WIB Demam hari ke 10, batuk (-), pilek (-), sesak Infus RL 3
nafas (-), pegal-pegal (-), mual (-), muntah (-), cc/kgBB/jam
PO
sakit perut (-), sudah bisa berdiri dan duduk
Paracetamol 2
dan berjalan. Nyeri dada (-). Bengkak di kaki 1/2 cth jika
bagian bawah dan kelopak mata serta wajah panas
Cek AT/HMT
sudah tidak ada. BAK (+) lancar, BAB (+)
per 24 jam
Objektif
KU : tampak sakit sedang, compos mentis.
Tanda vital :
- Suhu : 36,5 oC
- Nadi : 95 x/menit
- Respirasi : 23 x/menit
- TD : 110/80
Mata: cekung(-/-), sekret konjungtiva(-/-),
sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
edema palpebral (-/-)
Wajah: edema (-)
Hidung: Nafas cuping hidung (-), sekret (-),
nyeri tekan sinus (-)

21
Telinga: Sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-),
nyeri tekan belakang telinga (-)
Mulut : bibir kering (+), mukosa buccal
kemerahan (+), caries (-), stomatitis (-), lidah
kotor (-)
Tenggorokan: tonsil T1/T1, faring hiperemis
(-), nyeri telan (-)
Leher : lemas dan mudah digerakkkan (+),
Pembesaran limfonodi (-)
Thorax: simetris, vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
ronkhi basah di bagian bawah paru (-/-)
berkurang, weezing (-/-), retraksi -/-, suara S1
S2 reguler, bising jantung (-). Perkusi sonor di
seluruh lapang paru baik posisi berbaring
maupun duduk. Tanda klinis efusi pleura (-)
Abdomen: Turgor kulit pulih sebelum 2 dt, ,
nyeri tekan (-), peristaltic (+), shifting
dullness (-), acites (-)
Urogenital: BAK lancar, sering dan banyak,
nyeri saat BAK (-)
Ekstremitas : Akral Hangat, CRT<2dt, edema
di bagian pedis (-), bintik-bintik merah di
kedua kaki (-), Rumple lead (-),
*Data Hasil Laboratorium:
1. pukul 12.08 WIB
Trombosit 168 10^3/uL
Hematokrit 41 vol%
Assessment
Dengue Haemmorhagic fever (DHF) grade 1
Status gizi anak: baik

22
23
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
DBD didahului oleh demam mendadak disertai gejala klinik yang
tidak spesifik seperti anoeksia, lemah, nyeri punggung, tulang, sendi dan
kepala. Demam sebagai gejala utama terdapat pada seluruh kasus.

Hasil laboratorium yang menunjang diagnosis DBD adalah adanya


trombositopenia ( 100.000 /ul) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari
peningkatan nilai hematocrit 20% dibandingkan dengan nilai hematocrit
pada masa sebelum sakit atau masa konvalesen.

B. Klasifikasi
WHO membagi derajat penyakit DBD dalam 4 derajat:
1. Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
adalah uji tourniquet positif
2. Derajat II
Deajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan/atau perdarahan lain
3. Derajat III
Ditemukanya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,
tekanan nadi menurun ( 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin,
lembab, dan pasien menjadi gelisah.
4. Derajat IV
Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur
C. Etiologi
D. Demam berdarah dengue adalah infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti. Virus dengue termasuk group B arthropod borne virus (arbovirus)
dan sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, family Flaviviridae yang
mempunyai 4 jenis serotype yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur
hidup terhadap serotype yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan
terhadap serotype yang lain. Keempat serotype dapat ditemukan di

24
Indonesia, namun serotype DEN-3 merupakan serotype yang dominan dan
banyak berhubungan dengan kasus berat.
Gambar siklus nyamuknya

E. Patofisiologi
1. Volume plasma
Hal yang paling utama dalam penentuan derajat penyakit dan membedakan
DBD dan DD adalah peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunnya volume plasma, trombositopenia dan diathesis hemoragik.
Meningginya nilai hematokritmenimbulkan dugaan kebocoran plasma ke
daerah ekstravaskular (ruang interstitial dan rongga serosa) sehingga dapat
mengakibatkan edema, efusi ataupun acites.

2. Trombositopenia
Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditemukan pada
kasus DBD. Nilai trombosit mulai turun pada masa demam dan mencapai
nilai terendah pada masa syok. Jumlah trombosit secara cepat meningkat pada
masa konvalens dan nilai normal dicapai pada 7-10 hari sejak permulaan
sakit. Hal ini disebabkan oleh meningkatkan destruksi trombosit akibat
infeksi virus dengue, komponen aktif system komplemen, kerusakan sel
endotel dan aktivasi system pembekuan darah secara bersamaan atau secara
terpisah. Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit dianggap sebagai
penyebab utama terjadinya perdarahan pada DBD.
3. System koagulasi dan fibrinolisis
Kelainan system koagulasi juga berperan dalam perdarahan DBD. Masa
perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, masa tromboplastin
parsial yang teraktivasi memanjang. Beberapa faktor pembekuan
menurun.

25
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
4. Gangguan sekresi
Akibat ransangan tertentu ( misal oleh toksin) pada dinding usus, akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
5. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Patogenesis diare akut
1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung.
2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.

F. Manifestasi Klinis
DBD ditandai oleh 4 gejala klinis, yaitu:

1. Demam tinggi selama 2-7 hari


2. Manifestasi perdarahan, minimal uji tourniquet positif dan salah
satu bentuk perdarahan lain (petekia, purpura, ekimosis, epitaksis,
perdarahan gusi), hematemesis atau melena.
3. Hepatomegali
4. Kegagalan peredaran darah atau syok yang ditandai dengan nadi
lemah dan cepat disertai tekanan darah yang menurun (tekanan
sistolik 80 mmHg) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab
terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, gelisah, dan timbul
sianosis di sekitar mulut

26
DBD didahului oleh demam mendadak disertai gejala klinik yang
tidak spesifik seperti anoeksia, lemah, nyeri punggung, tulang, sendi dan
kepala. Demam sebagai gejala utama terdapat pada seluruh kasus. Lama
demam sebelum dirawat berkisar antara 2-7 hari

Pada DBD terdapat adanya perdarahan kulit, uji tourniquet positif,


memar dan perdarahan pada tempat pengambilan darah vena. Tersebar
petekia halus di ekstremitas, wajah, dan aksila yang sering ditemukan pada
awal demam. Epistaksis, perdarahan gusi dan perdarahan gastrointestinal
jarang dijumpai. Pada masa konvalesens sering ditemukan eritema pada
telapak tangan dan atau telapak kaki. Uji tourniquet dilakukan dengan standar
menurut WHO yaitu dengan cara mengukur tekanan darah anak terlebih
dahulu, selanjutnya diberikan tekanan antara sistolik dan diastolic lalu
pertahankan selama 5 menit, perhatikan munculnya petekia di bagian volar
lengan bawah. Uji dinyatakan positif apabila ada satu inchi persegi (2,8 x 2,8
cm) didapat lebih dari 20 petekia. Pada DBD, biasanya uji tourniquet ini
positif, hasil negative atau positif lemah apabila selama masa syok.

Hati ysng membesar pada umumnya dapat diraba pada permulaan


penyakit dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan berat penyakit, nyeri
tekan sering ditemukan tanpa disertai icterus. Hati pada anak berumur 4 tahun
atau lebih dengan gizi baik biasanya tidak dapat teraba. Hal yang harus
diwaspadai adalah ketika sebelumnya hepar tidak teraba lalu selama proses
perjalanan penyakit ini hepar dapat teraba membesar dan kenyal, hal ini
merupakan tanda syok.

Manifestasi syok pada anak terdiri atas:

1. Kulit pucat, dingin dan lembab terutama pada ujung kaki, tangan dan
hidung serta adanya sianosis pada kuku. Hal ini disebabkan oleh sirkulasi
yang insufisien yang menyebabkan peninggian aktivitas simpatikus secara
refleks.

27
2. Anak yang semula rewel, cengeh dan gelisah lama-lama kesadarannya
akan menurun menjadi apatis, sopor dan koma. Hal ini dikarenakan
kegagalan sirkulasi serebral.
3. Perubahan nadi, nadi menjadi cepat dan lembut sampai tidak dapat diraba
oleh karena kolaps sirkulasi
4. Tekan menurun sebanyak 20 mmHg
5. Tekanan sistolik pada anak menurun menjadi 80mmHg atau kurang
6. Oligouria sampai anuria karena menurunnya perfusi darah yang meliputi
arteri renalis.

Berikut ini merupakan perbedaan gejala antara DBD dengan DD

Demam dengue Gejala klinis Demam beedarah


(DD) dengue (DBD)
++ Nyeri kepala +
++++ Muntah ++
+ Mual +
++ Nyeri otot +
++ Ruam kulit +
++ Diare +
+ Batuk +
+ Pilek +
++ Limfadenopati +
+ Kejang +
0 Kesadaran menurun ++
0 Obstipasi +
+ Uji tourniquet positif ++
++++ Ptekie +++
0 Perdarahan saluran cerna +
++ Hepatomegaly +++
+ Nyeri perut +++
++ Trombositopenia ++++
0 syok +++

G. Diagnosis

Anamnesis

28
Anamnesis yang perlu ditanyakan untuk membantu penegakkan diagnosis
diare dan etiologinya antara lain lama diare, frekuensi, volume, konsistensi,
warna, bau, ada tidaknya lendir dan darah. Gejala penyerta diare juga perlu
ditanyakan antara lain muntah (volume, isi, frekuensi), nyeri perut, dan
demam. Faktor-faktor risiko terjadinya diare, misalnya makanan dan
minuman yang dikonsumsi, higienitas dan sanitasi, pergi ke daerah endemik,
serta keberadaan anak lain yang juga menderita diare perlu ditanyakan. Buang
air kecil, penyakit lain yang menyertai (batuk, pilek, campak), tindakan dan
obat yang telah diberikan, juga perlu ditanyakan.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan antara lain tanda vital, berat badan,
serta mencari tanda dan derajat dehidrasi.

Derajat Dehidrasi
Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan :
a. Kehilangan berat badan
- Dehidrasi ringan : bila terjadi penurunan berat badan 2,5 5%
- Dehidrasi sedang : bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
- Dehidrasi berat : bila terjadi penurunan berat badan >10%
b. Skor Maurice King
Metode sistem skor dehidrasi dari Maurice King adalah sebagai berikut :
Skor 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng, Delirium, koma, gejala
mengantuk, apatis syok
Elastisitas kulit Normal Sedikit kering Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering dan sianosis
Denyut nadi Normal Sedang (120-140) Lemah >140
Skor :
0-2 : dehidrasi ringan
3-6 : dehidrasi sedang
7-12 : dehidrasi berat

Catatan :

29
1. Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dicubit selama 30-
60 detik, kemudian dilepas
Jika kulit kembali normal dalam waktu :
2 - 5 detik : turgor agak kurang (dehidrasi ringan)
5 - 10 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)
>10 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat)
2. Berdasarkan skor yang ditemukan pada penderita, dapat ditentukan
derajat dehidrasinya:
Skor 0-2 : dehidrasi ringan
Skor 3-6 : dehidrasi sedang
Skor >7 : dehidrasi berat

c. Berdasarkan MTBS (Managemen Terpadu Balita Sakit)


Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda
berikut:
- Letargis atau tidak sadar
- Mata cekung DEHIDRASI BERAT
- Tidak bisa minum atau malas minum
- Cubitan kulit perut kembalinya sangat
lambat
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda
berikut :
- Gelisah, rewel/marah DEHIDRASI
- Mata cekung RINGAN/SEDANG
- Haus, minum dengan lahap
- Cubitan kulit perut kembalinya lambat
Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan
TANPA DEHIDRASI
sebagai dehidrasi berat atau ringan/sedang

d. Menurut tonisitas darah, dehidrasi dapat dibagi atas :


1. Dehidrasi isotonik, bila kadar Na+ dalam plasma antara 131 150
mEq/L
2. Dehidrasi hipotonik, bila kadar Na+ < 131 mEq/L
3. Dehidrasi hipertonik, bila kadar Na+ >150 mEq/L
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada pasien diare antara lain:
Pemeriksaan darah

30
Darah perifer lengkap (DPL), elektrolit, analisis gas darah (AGD),
glukosa darah sewaktu (GDS), kultur mikroorganisme, dan tes resistensi
antibiotik.
Pemeriksaan urin
Urinalisis lengkap, kultur mikroorganisme, dan tes resistensi antibiotik.
Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja dapat dibagi menjadi pemeriksaan makroskopis
(konsistensi, darah, lendir, bau) dan mikroskopis (leukosit, parasit, pH,
tes reduksi substansi, kultur).
H. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan diare telah dirumuskan oleh WHO yaitu lima pilar
penatalaksanaan diare, antara lain:

1 Rehidrasi menggunakan oralit baru


Oralit formula baru merupakan oralit dengan tingkat osmolaritas lebih
rendah dibandingkan formula lama, dimana formula yang baru lebih
mendekati osmolaritas plasma. Perubahan formula dilakukan karena diare
yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan oleh virus yang tidak menyebabkan
perubahan elektrolit berat. Komposisi oralit baru antara lain natrium 75
Mmol/L, klorida 65 Mmol/L, glukosa 75 Mmol/L, kalium 20 Mmol/L, dan
sitrat 10 Mmol/L.
2 Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc diberikan karena secara evidence-based dapat mengurangi lama dan
beratnya diare serta mengembalikan nafsu makan. Dasar pemikiran
pemberian zinc adalah efeknya pada fungsi imun dan perbaikan epitel
saluran pencernaan selama diare. Zinc diberikan setiap hari selama 10-14
hari. Dosis pemberian zinc sebagai berikut:
Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
3 ASI dan makanan tetap diteruskan
ASI dan makanan yang sesuai dengan usia anak dan menu yang sehari-
hari diberikan tetap diteruskan untuk mencegah kehilangan berat badan
lebih lanjut dan mengganti nutrisi yang hilang akibat diare. Makanan yang
perlu dihindari adalah makanan dengan gula sederhana, kandungan lemak
tinggi, serta makanan pedas dan asam.

31
4 Antibiotik selektif
Antibiotik diberikan hanya apabila terdapat indikasi, misalnya diare
berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik tidak rasional dapat
menyebabkan memanjangnya masa diare karena gangguan flora normal
usus, mempercepat resistensi kuman, dan menambah biaya pengobatan
yang tidak perlu. Antibiotik yang dapat diberikan kepada pasien diare
dengan etiologinya sebagai berikut:

Etiologi Antibiotik Pilihan Alternatif


Kolera Tetrasiklin Eritromisin
12,5 mg/kg BB 12,5 mg/kg BB
4x/hari selama 3 hari 4x/hari selama 3 hari
Disentri Shigella Ciprofloxacin Ceftriaxone
15 mg/kg BB 50-100 mg/kg BB
2x/hari selama 3 hari 1x/hari IM selama 2-5 hari
Amoebiasis Metronidazole
10 mg/kg BB 3x/hari selama 5 hari (10 hari bila kasus berat)
Giardiasis Metronidazole
5 mg/kg BB 3x/hari selama 5 hari

5 Nasihat kepada orang tua


Orang tua diberikan nasihat agar segera membawa anaknya ke rumah sakit
apabila ditemukan demam, tinja berdarah, berulang, makan/minum sedikit,
sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.

Tatalaksana rehidrasi diare akut dapat dibedakan berdasarkan derajat


dehidrasinya. Terapi rehidrasi oral diberikan pada anak tanpa dehidrasi atau
dengan dehidrasi ringan-sedang, sedangkan untuk anak dengan dehidrasi
berat diberikan secara parenteral. Tatalaksana rehidrasi berdasarkan derajat
dehidrasi anak sebagai berikut:

Derajat Rehidrasi Penggantian Cairan


dehidrasi
Tanpa dehidrasi Tidak perlu 10 mg/kg BB tiap diare
2-5 mg/kg BB tiap muntah
Ringan-sedang 75 ml/kg BB/3 jam 10 mg/kg BB tiap diare
Enteral 20 ml/kg BB/jam (3 2-5 mg/kg BB tiap muntah
jam)

32
Parenteral
175 ml/kgBB/hari (<10 kg)
200 ml/kgBB/hari (>10 kg)
Berat <1 tahun: 30 ml/kg/1 jam + 10 mg/kg BB tiap diare
70 ml/kg/5 jam 2-5 mg/kg BB tiap muntah
>1 tahun: 30 ml/kg/ 1/2 jam
+ 70 ml/kg/2 1/2 jam

I. Komplikasi

Komplikasi yang cukup sering terjadi akibat diare adalah gangguan elektrolit
antara lain:

Hipernatremia
Hipernatremia adalah kadar Na+ plasma >150 mmol/L. Pada kondisi ini
kadar natrium harus diturunkan dengan perlahan. Cara paling aman
adalah dengan rehidrasi oral atau enteral menggunakan oralit. Koreksi
intravena dilakukan dengan cairan 0,45% saline + 5% dextrose dalam 8
jam dan rumatan 0,18% saline + 5% dextrose dalam 24 jam.
Hiponatremia
Hiponatremia adalah kadar Na+ plasma <130 mmol/L. Cara termudah
adalah dengan oralit oral. Apabila tidak berhasil dilakukan koreksi
intravena dengan ringer laktat atau normal saline dengan rumus Na
koreksi = (125-Na) x 0,6 x BB.
Hiperkalemia
Hiperkalemia adalah kadar K+ plasma >5 mEq/L/ Koreksi dilakukan
perlahan dengan kalsium glukonat 10%, 0,5-1 ml/kg intravena perlahan
(5-10 menit) dengan monitor EKG.

Hipokalemia
Hipokalemia adalah kadar K+ plasma <3,5 mEq/L. Bila kadar K+ 2,5-3,5
mEq/L diberikan per oral 75 mcg/kg/hari dibagi 3 dosis, sedangkan bila
kadar K+ <2,5 mEq/L maka diberikan IV drip dalam 4 jam.

33
BAB IV

PEMBAHASAN
Telah dilaporkan sebuah kasus seorang pasien anak
perempuan berumur 2 tahun 8 bulan, berat badan 113,8 kg
dengan diagnosis Diare Cair Akut tanpa dehidrasi. Diagnosis ini di
tegakkan dari anamnesis adanya BAB cair >3x 1 hari SMRS,
ampas (+), lendir (+), darah (-). Muntah 5 kali setiap diberi
makan/minum.

Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan mata cekung, bibir


kering, turgor kulit menurun dan akral dingin. Dari pemeriksaan
laboratorium ditemukan pemeriksaan darah terdapat
peningkatan leukosit, peningkatan segmen, dan tidak dilakukan
pemeriksaan feses lengkap.

Pada pasien ini tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi


sehingga dirawat dengan PLAN A atau sesuai dengan protap
menurut WHO. Selain itu pasien diberikan Paracetamol untuk
menurunkan demam, Zinc, Lacto B, untuk mengurangi mual dan
muntah. Ibu juga dianjurkan untuk terus memberikan makanan
dan sesuai dengan kebutuhan anak dalam usaha untuk tetap
memberikan nutrisi yang baik. Setelah pulang orang tua
disarankan untuk kontrol ke dokter anak, serta meningkatkan
dan menjaga kebersihan dan makanan yang bergizi.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman dkk, (e.d Bahasa Indonesia), Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15,
EGC, 2000. Hal 2059-2067.
2. Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman., Hal B. Jenson. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta : EGC. 2007.
3. Juffrie M, et al. Buku Ajar Gastroentero-hepatologi. 3rd ed. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI. 2010; p. 87-118.
4. Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani Wahyu Ika, et al. Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius FK Universitas
Indonesia, Jakarta. 2000 : 48, 434 437.
5. Pusponegoro, Hardiono D. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2004.
6. Sudoyo, Aru W et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I
Edisi V. Jakarta: Interna Publishing. 2009

35

Anda mungkin juga menyukai