Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KOMUNIKASI KESEHATAN MASYARAKAT

PENTINGNYA ASI EKSLUSIF BAGI BAYI

DAN IBU PEKERJA

Dosen:

Dr. Dian Ayubi, SKM, MQIH


Dr. drs. Tri Krianto, MKes

Disusun oleh:

Kelompok 5

Nadya Hana Talitha S 140


Nurcahaya Sihombing 140
Nusyulia Nurfita 1406543416
Setyanti 1406543220

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS INDONESIA

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah,
rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya sehingga kami diberikan kekuatan dan
kemudahan serta kesehatan dalam menyelesaikan penulisan makalah komunikasi
kesehatan masyarakat mengenai Pentingya ASI Ekslusif Bagi Ibu dan Bayi.
Shalawat serta salam juga tidak lupa kami panjatkan kepada Rasulullah SAW
beserta keluarga, dan sahabat-sahabatnya, yang selalu menjadi panutan bagi kami.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada orang tua, keluarga, dan
teman-teman, karena berkat doa, dukungan, dan bantuannya kami dapat
menyelesaikan makalah sebagai pemenuhan tugas kuliah Komunikasi Kesehatan
Masyarakat dengan tepat waktu dan maksimal. Terima kasih juga kami ucapkan
kepada Dr. Dian Ayubi, SKM, MQIH dan Dr. drs. Tri Krianto, MKes selaku
fasilitator mata kuliah Komunikasi Kesehatan Masyarakat

Kami menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini sehingga
dalam pembuatan makalah ini tentu terdapat kekurangan-kekurangan ataupun
kesalahan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari berbagai pihak demi
kesuksesan makalah ini serta perbaikan dalam pembuatan makalah untuk tugas
selanjutnya.

Terima Kasih.
Depok, 26 November 2016

Penulis

DAFTAR ISI
PENTINGNYA ASI EKSLUSIF BAGI BAYI DAN IBU PEKERJA
1. Latar Belakang Masalah

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan
minuman lain yang dianjurkan sampai 6 bulan pertama dan memiliki manfaat
yang sangat beragam baik bagi ibu maupun bayinya. Bagi bayi, ASI adalah
makanan dengan kandungan gizi yang paling sesuai untuk kebutuhan bayi,
melindungi dari berbagai infeksi, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi,
serta menunjang kepribadian yang cerdas, emosional dan kematangan spritual.
Bagi ibu, memberikan ASI dapat mengurangi risiko terjadinya perdarahan pasca-
persalinan, menunda kehamilan, serta mempercepat pengecilan rahim dan
penurunan berat badan. Pemberian ASI juga dapat meringankan beban ekonomi
(Roesli, 2008). Begitu pentingnya manfaat ASI bagi bayi membuat World Health
Organization (WHO), American Academy of Pediatrics (AAP), dan Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan agar ibu menyusui bayinya selama 6
bulan sejak kelahiran dan dapat dianjurkan sampai 2 tahun.
Cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih tergolong jauh dari
target nasional sebesar 80%. Hasil Riskesdas tahun 2010 menunjukkan bahwa
cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-5 bulan hanya sebesar 27,2%;
sedangkan berdasarkan kelompok umur, bayi usia 5 bulan yang masih mendapat
ASI eksklusif hanya 15,3%. Berdasarkan laporan SDKI tahun 2012 pencapaian
ASI eksklusif adalah 42%; sedangkan berdasarkan Riskesdas 2013 cakupan
pemberian ASI eksklusif sebesar 54,3% atau jumlah total bayi secara absolut yang
mendapatkan ASI eksklusif hanya sebesar 1.348.532 bayi, dengan bayi yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif sebesar 1.134.952 bayi. Angka tersebut menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun, namun masih jauh dari target nasional yaitu
80%.
Cakupan pemberian ASI yang belum memenuhi target nasional
disebabkan beberapa faktor seperti status pekerjaan, jumlah anak, peran petugas
kesehatan, dan promosi susu formula. Salah satu alasan yang membuat ibu
berhenti memberikan ASI eksklusif adalah ibu kembali bekerja. Ibu yang bekerja
seringkali sulit menyediakan waktu untuk menyusui bayinya, karena durasi kerja
rata-rata mencapai 8 jam. Kondisi ini diperparah dengan minimnya kesempatan
untuk memerah ASI di tempat kerja, tidak tersedianya ruangan menyusui, serta
kurangnya pengetahuan ibu pekerja tentang manajemen laktasi. Kesulitan
memberikan ASI eksklusif setelah menjalani 3 bulan cuti bersalin menyebabkan
banyaknya pemberian susu formula pada bayi.
Dalam era globalisasi ini, jumlah perempuan yang bekerja terus meningkat
terutama di Indonesia. Persentase pekerja wanita di Indonesia meningkat dari
48,6% di tahun 2006 menjadi 49,52% di tahun 2007 dan 51,25 % di tahun 2008.
Berdasarkan survei BPS tahun 2013, terdapat 114 juta jiwa (94%) pekerja; 38% di
antaranya adalah pekerja perempuan (43,3 juta jiwa) dan 25 juta orang berada
pada usia reproduktif (BPS, 2013). Secara fisiologis, kelompok pekerja
perempuan mengalami siklus haid, hamil, dan menyusui yang memerlukan
fasilitas agar pekerjaan tidak terganggu dan kondisi fisik lainnya tidak
mengurangi kinerja. Keadaan ini sering menjadi kendala bagi ibu untuk
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, sehingga pemberian ASI eksklusif
sering tidak tercapai.
Hasil penelitian di Semarang tahun 2013 menunjukkan bahwa ibu tidak
bekerja yang memberikan ASI eksklusif sebesar 19,3%, sedangkan ibu bekerja
sebesar 16,6% memberikan ASI eksklusif. Selain itu, sebuah penelitian pada
pabrik di daerah Bandung menyatakan bahwa wanita pekerja pabrik yang
memberikan ASI eklusif hanya sebesar 8,1%, sangat kecil persentasenya bila
dibandingkan dengan wanita pekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu
sebesar 91,9 % (Putri dkk, 2015). Hasil penelitian tersebut juga menyatakan
bahwa wanita pekerja pabrik yang tidak memberikan ASI eksklusif 7,12 kali lebih
berisiko dibanding ibu rumah tangga. Hasil penelitian Rasti Oktora pada tahun
2013 juga menyatakan bahwa pada ibu yang bekerja hanya 22,22% yang
memberikan ASI eksklusif, sedangkan 77,78% tidak memberikan ASI secara
eksklusif. Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa ASI
eksklusif lebih banyak diberikan oleh ibu tidak bekerja dibandingkan ibu yang
bekerja.
Tingginya jumlah pekerja wanita di Indonesia, angka cakupan pemberian
ASI eksklusif yang belum mencapai target nasional, serta banyaknya jumlah
pekerja wanita yang tidak memberikan ASI eksklusif membuat penulis ingin
melakukan komunikasi kesehatan masyarakat terkait pentingnya pemberian ASI
eksklusif yang ditujukan kepada ibu pekerja di seluruh Indonesia guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia.

2. Tujuan Komunikasi

1. Memberikan informasi terkait pentingnya ASI eksklusif serta manajemen


laktasi kepada wanita pekerja
2. Mempengaruhi ibu pekerja untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada
bayinya sehingga cakupan pemberian ASI eksklusif pada pekerja wanita
meningkat
3. Mempengaruhi pengambil keputusan di tempat kerja tentang pentingnya ASI
eksklusif sehingga dapat menyediakan fasilitas yang mendukung program
pemberian ASI eksklusif

3. Sasaran Komunikasi
A. Pekerja wanita yang memiliki bayi berusia kurang dari 6 bulan
Sasaran primer merupakan masyarakat yang dikelompokkan berdasarkan
permasalahan kesehatan atau biasa disebut sebagai kelompok rentan (berisiko
tinggi). Sesuai dengan latar belakang permasalahan yang telah disebutkan
sebelumnya, sasaran primer komunikasi kesehatan ini adalah pekerja wanita
yang memiliki bayi berusia kurang dari 6 bulan.

B. Keluarga pekerja wanita yang memiliki bayi berusia kurang dari 6 bulan
Sasaran sekunder merupakan orang-orang yang dapat mempengaruhi
sasaran primer, baik secara formal maupun informal. Sesuai dengan sasaran
primer, maka sasaran sekunder komunikasi kesehatan ini adalah keluarga
pekerja wanita yang memiliki bayi berusia kurang dari 6 bulan, antara lain
suami dan orangtua.

C. Pemegang kebijakan di tempat kerja


Sasaran tersier merupakan para pembuat keputusan yang menetapkan
kebijakan, memberikan dukungan, serta menyediakan fasilitas bagi sasaran
primer. Dalam komunikasi kesehatan ini, sasaran tersier adalah pemegang
kekuasaan di tempat kerja yang dapat memberikan fasilitas pendukung
pemberian ASI eksklusif, seperti ruangan menyusui.

4. Pengembangan Pesan
A. Main Message
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi hingga ia berusia enam bulan.
Ekslusifnya ASI terdapat pada pemberiannya yang konsisten selama enam bulan
pertama tanpa dicampur makanan atau minuman lain. Bayi yang mendapat
perlakuan ini akan lebih sehat, cerdas, dan tumbuh dengan kekebalan penuh
terhadap berbagai penyakit dan virus. Sementara itu, bagi ibu, memberikan ASI
ekslusif tidak mempunyai pengaruh buruk apapun, sebaliknya memberikan nilai
positif bagi kesehatan setelah melahirkan.
B. Supporting Message
Pemberian ASI eksklusif terus digalakkan karena bisa meningkatkan kesehatan
dan mengurangi kematian bayi. Dengan memberikan ASI eksklusif selama 6
bulan, masyarakat bisa menyelamatkan 30.000 bayi. Memberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan sama dengan menyelamatkan kehidupan 30.000 bayi, Pada intinya
tidak ada alasan bagi ibu untuk tidak memberikan ASI pada bayinya. Karena
semua zat yang diperlukan oleh bayi saat baru lahir sudah terdapat di dalam ASI.

5. Media dan Saluran Komunikasi


Media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan menggunakan
media internet. Media internet dipilih sebagai media komunikasi karena sebagian
besar ibu yang bekerja di pabrik maupun perkantoran menggunakan handphone
yang bisa mengakses internet. Para Ibu pekerja dapat mencari informasi sebanyak-
banyaknya di internet tentang pentingnya ASI ekslusif bagi bayi.

Selain menggunakan internet untuk browsing informasi mengenai pentingnya


ASI, Ibu pekerja pabrik atau perkantoran juga bisa memanfaatkan media social
seperti Line, Facebook, Twitter, dan Instagram untuk mendapatkan informasi
tambahan tentang pentingnya ASI bagi bayi

Pesan yang akan disampaikan kepada Ibu pekerja akan disebarkan melalui tulisan
di beberapa media massa online dengan topik pentingnya ASI ekslusif bagi bayi.
Selain itu, pesan juga disampaikan melalui poster sederhana yang berisi gambar
dan informasi mengenai ASI ekslusif. Poster dan informasi yang menyertainya
akan disebarkan melalui media social seperti line, Facebook, Instagram,
Whatsapp, dan Twitter.

Pesan yang dibuat dalam poster maupun tulisan di media massa online harus
menggunakan sumber data yang valid agar tidak terjadi kesalahan menyampaikan
informasi kesehatan kepada penerima informasi yaitu para Ibu pekerja

Tambahin presentasi oral buat perusahaan nih?, seterah cacay mau


dimasukin dimananya biar nyambung sama paragraph yang udah aku buat
diatas .

6. Waktu Implementasi
7. Rencana Implementasi

Lampiran 1. Publikasi Media Online


Pentingnya ASI Ekslusif bagi Bayi dan Ibu

Apa itu ASI ekslusif ? ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara
ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula,jeruk,madu,air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti
pisang, papaya, bubur nasi dan bubur tim. WHO merekomendasikan ASI eksklusif
selama enam bulan dan kemudian dilanjutkan ASI dikombinasikan dengan
makanan padat selama 12-24 bulan atau selama ibu dan bayi menginginkanya,
bahkan jika anda hanya menyusui beberapa hari saja sang bayi akan menerima
banyak manfaat.

Air susu ibu (ASI), terutama yang eksklusif, tidak tergantikan oleh susu manapun.
Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan lebih sehat, lebih cerdas, mempunyai
kekebalan terhadap berbagai penyakit dan secara emosional akan lebih nyaman
karena kedekatan dengan ibu.

Nutrisi yang terkandung pada ASI sangat mudah diserap oleh bayi. ASI kaya akan
antibodi (zat kekebalan tubuh) yang membantu tubuh bayi untuk melawan infeksi
dan penyakit lainnya. ASI dapat mencegah karies karena mengandung mineral
selenium. Dari suatu penelitian di Denmark menemukan bahwa bayi yang
diberikan ASI sampai lebih dari 9 bulan akan menjadi dewasa yang lebih cerdas.
Hal ini diduga karena ASI mengandung DHA/AA. Bayi yang diberikan ASI
eksklusif sampai 4 bulan akan menurunkan resiko sakit jantung bila mereka
dewasa. ASI juga menurunkan resiko diare, infeksi saluran nafas bagian bawah,
infeksi saluran kencing, dan juga menurunkan resiko kematian bayi mendadak.
Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi

ASI juga bermanfaat bagi Ibu yang menyusui bayinya. Memberikan ASI juga
membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil. Menyusui (ASI)
membakar kalori sehingga membantu penurunan berat badan lebih cepat.
Beberapa ahli menyatakan bahwa terjadinya kanker payudara pada wanita
menyusui sangat rendah. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan
dan mensterilkan botol susu, dot, dan sebagainya. ASI tidak akan basi. ASI selalu
diproduksi payudara bila ASI telah kosong ASI yang tidak dikeluarkan akan
diserap kembali oleh tubuh ibu jadi ASI dalam payudara tidak pernah basi dan ibu
tidak perlu memerah dan membuang ASInya selalu menyusui (Suradi, 2006).

Pemberian ASI eksklusif terus digalakkan karena bisa meningkatkan kesehatan


dan mengurangi kematian bayi. Dengan memberikan ASI eksklusif selama 6
bulan, masyarakat bisa menyelamatkan 30.000 bayi. Memberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan sama dengan menyelamatkan kehidupan 30.000 bayi, Pada intinya
tidak ada alasan bagi ibu untuk tidak memberikan ASI pada bayinya. Karena
semua zat yang diperlukan oleh bayi saat baru lahir sudah terdapat di dalam ASI.

Sumber :

Mustofa A, Prabandari H. 2010. Pemberian ASI Ekslusif dan Problematika Ibu


menyusui. Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto. Jurnal Studi Gender dan
Anak; vol 5,no 2. Diunduh dari : http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=49190&val=3910

Jurnal Kesehatan. 2013. Diakses di http://www.e-


jurnal.com/2013/11/manfaat-asi-eksklusif.html
Lampiran 2. Poster Publikasi
Lampiran 3. Presentasi Oral

Anda mungkin juga menyukai