Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN AKHIR FARMAKOTERAPI 1

SISTEM GASTROINTESTINAL (GI)

Disusun Oleh:
Rakhmawati Hanifah (G1F010006)
Suci Rahmayanti Najjah (G1F010024)
M. Fikarrotala (G1F010040)
Maulina (G1F010042)
Desi Sutanti (G1F010052)
Fandi Dwi Cahyo (G1F010062)
Yoga Rizki Pratama (G1F010066)
Setiawan (G1F010068)
Ayu Lestari Prihadi (G1F010070)

Kelas/Kelompok : B/4
Asisten : Primawati Kusumaningrum

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2012
DIARE KRONIS

A. PROFIL PENDERITA
Nama : An. MF (usia 2 bulan/6,5 kg)
MRS : 3 Desember 2008
KRS : 6 Desember 2008
Keluhan : Mencret sejak 3 minggu sebelum MRS, cair, ada
ampasnya, tidak berlendir dan berdarah
Diagnosa : Diare kronis

B. PROFIL DATA KLINIK DAN DATA LABORATORIUM


Profil Data Klinik
Data Nilai Normal 3 4 5 Keterangan
T 36,1-37,8C 36,5 36,7 36,8 Normal
N 100-160 108 110 112 Normal
RR 30-60/menit 48 40 42 Normal
Muntah - - - Normal
Diare + + - Normal

Profil Data Laboratorium


Parameter Nilai Normal 3 Keterangan
HB 11 - 18 g/dL 10,6 Normal
WBC 5 - 10 10,8
Plt 150 - 400 221 Normal
Glu 70 - 110 63
Alb 3,8 5,4 3,48
Creat 0,6 1,1 0,5
BUN 5 23 3
AST 5 34 76
ALT 11 60 17 Normal
Cl 94 104 112
K 3,8 5 3,77
Na 136 - 144 142,8 Normal
Ca 8,1 18,4 10,3 Normal

C. PATOFISIOLOGI DIARE KRONIS


Menurut definisi, diare kronik adalah diare melanjut sampai 2 minggu atau
lebih dengan atau tanpa kegagalan pertumbuhan (failure to thrive). Banyak nama
diberikan untuk diare kronik seperti intractable diarrhoea, diare yang tidak dapat
diobati atau disembuhkan, protracted diarrhoea, diare yang diperlambat atau
delayed recovery from gastroenteritis, prolonged diarrhoea, diare yang
diperpanjang atau berlangsung lebih dari 7 hari, recurrent diarrhoea, diare yang
berulang-ulang selama 3 bulan dan sedikitnya tiap bulannya 1 kali episode diare,
persistent diarrhoea, diare yang menetap (Suharyono, 1983). Diagnosis
gastroenteritis dicurigai jika berlangsung selama beberapa hari, terutama jika
pada anak tidak ada peningkatan suhu. Rendahnya nilai pH (kurang dari 6,0) dan
berkurangnya jumlah laktosa dapat ditemukan dalam tinja (Miall et. al., 2003).
Munculnya diare pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh beberapa hal,
misalnya coeliac desease yaitu adanya ketidakmampuan penderita dalam
mentoleransi gluten yang terkandung dalam gandum dan gandum hitam, sehingga
menyebakabkan, diare, muntah, anoreksia, dan iritasi pada anak. Selain itu cystic
fibrosis, inflamatory bowel desease, ulserative colitis, parasit, dan intoleransi
terhadap protein tertentu dalam susu sapi menjadi penyebab terjadinya diare
kronik pada bayi dan anak (Miall et al., 2003). Sedangkan menurut Suharyono
(1983), klasifikasi diare pada bayi dan anak yang biasa didapat didasarkan atas
sifat tinja, apakah tinjanya berair, berlemak, atau berdarah sehingga lebih dapat
membantu dalam menghadapi masalah diare.
Berdasarkan penjelasan tersebut, kami menyimpulkan bahwa diare kronik
yang diderita pasien adalah diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan karena
adanya kerusakan dan kematian sel-sel enterosit (salah satu sel absorbtif di usus)
yang disertai dengan peradangan dan feses berdarah sehingga mempengaruhi
motilitas usus dan konsistensi feses (Mansjoer et. al., 1999). Adanya kerusakan
dan kematian sel-sel enterosit di usus menyebabkan peningkatan motilitas usus,
sehingga absorbsi cairan dan nutrisi dalam tubuh berkurang dan akhirnya
menimbulkan diare yang ditandai dengan bentuk feses yang cair dan berdarah.
Adanya darah pada feses juga dapat disebabkan kemunculan bakteri patogen pada
saluran cerna (seperti bakteri Shigella dan Salmonella) yang menyebabkan
disentri. Menurut WHO (2005) bakteri-bakteri tersebut 60% ditemukan pada
kasus diare kronik yang muncul pada bayi dan anak.
Diare Inflamasi ditandai dengan adanya demam, nyeri perut, fases yang
berdarah dan berisi lekosit serta lesi inflamasi pada biopsy mukosa intestinal.
Pada beberapa kasus terdapat hipoalbuminemia, hipoglobulinemia, protein losing
enterophaty. Hipoalbumin pada pasien terjadi karena keadaan inflamasi yang
akut/kronik. Kadar albumin menurun karena inflamasi dan akan kembali normal
setelah inflamasi hilang. Proses terjadinya, yaitu: pada inflamasi, terjadi pelepasan
cytokine (TNF-, IL-6) sebagai akibat respon inflamasi pada stress fisiologis
(infeksi, bedah, trauma) yang mengakibatkan penurunan kadar albumin melalui 3
mekanisme:
1. Peningkatan permeabilitas vascular, mengijinkan albumin untuk berdifusi ke
ruang ekstravascular.
2. Peningkatan degradasi albumin.
3. Penurunan sintesis albumin (TNF-) yang berperan dalam penurunan
transkripsi gen albumin (Hasan dan Indra, 2008).
Pembahasan Data Klinik dan Laboratorium

a. Data Klinik

Data klinik yang sesuai dengan kasus yaitu pasien mengeluh mencret sejak
3 minggu sebelum MRS. Hal ini menunjukkan diare pasien sudah kronik. Selain
itu, fesesnya tidak berlendir dan berdarah yang menunjukkan diare kronik
inflamasi. Sementara nadi, suhu, dan kecepatan napas pasien masih dalam rentang
normal.

b. Data Laboratorium
Data laboratorium yang sesuai kasus, yaitu :
HB rendah, diare pada pasien ini disertai dengan darah sehingga
menyebabkan anemia.
WBC atau jumlah sel darah putih yang meningkat mengindikasikan adanya
inflamasi.
Glukosa yang rendah disebabkan karena peningkatan gerak peristaltik usus
sehingga absorpsi makanan menjadi kurang sempurna.
Albumin rendah menyebabkan hipoalbumin terjadi karena keadaan
inflamasi yang akut/ kronik
AST (Aspartate Transaminase) pasien meningkat sementara nilai ALT
(Alanin Transaminase)-nya normal. ALT terutama diproduksi di hati,
sedangkan AST dapat ditemukan di hati dan jaringan/organ lainnya
termasuk sel darah putih. Seperti disebutkan sebelumnya, jumlah sel darah
putih pasien meningkat sehingga nilai AST pun ikut naik (Sari dkk., 2008).
Kalium rendah menyebabkan hipokalemia, glukosa rendah, penderita
mengalami mencret sehingga mengakibatkan hilangnya cairan tubuh dan
nutrisi penting yang terbuang bersamaan dengan feses.

Jadi pada kasus ini, indikasi adanya infeksi bakteri ditandai dengan
meningkatnya jumlah sel darah putih (WBC). Selain itu, ada juga indikasi
munculnya bakteri patogen karena pada feses pasien terdapat darah. Sebagai
tindakan pencegahan, pasien dapat diberi suatu probiotik yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri patogen penyebab diare. Dan sebagai penegakan diagnosis,
perlu dilakukan pemeriksaan kultur untuk memastikan apakah diare kronik yang
diderita pasien disebabkan oleh bakteri atau bukan.
Algoritma pengobatan diare kronik:

(Dipiro, 2006)

D. KOMPOSISI TERAPI
a. Terapi yang Diberikan oleh Dokter
Obat Rute Dosis 3 4 5 6
D10 0,18 NS infus 500/24jam
e
Ampi- IV 4x165 mg
Sulbactam
Pedialyt PO 65cc/mencre
t
Vit. A IM 1x50.0000 1x2500 PO
Probiotik PO 1x1

b. Terapi yang Disarankan

Obat Rute Dosis 3 4 5 6


D10 0,18 NS infus 630cc/24jam
Pedialyt PO 3jam pertama 200cc,
lalu65cc/mencret
Vit. A IM 1x50.0000iu 1x2500 PO
Probiotik PO 2x1 sachet
Zinc PO 10 mg

E. KOMPOSISI TERAPI DAN DRUG RELATED PROBLEM (DRP)


1. D10 0,18 NS (Dextrose in Sodium Chloride)
Komposisi
Per 100 mL 5% D in 0,3% NaCl Dextrose 5 g, NaCl 300 mg. Per 100
mL 5% D in 0,45% NaCl Dextrose 5 g, NaCl 450 mg. Per 100 mL 5%
D in 0,9% NaCl Dextrose 5 g, NaCl 900 mg
Indikasi
Rehidrasi, memelihara keseimbangna cairan dan elektrolit serta nutrisi.
Kontraindikasi
Hipertensi, DM, gangguan pemanfaatan glukosa pasca operasi,
sindroma malabsorpsi glukosa-galaktosa, hipernatremia, asidosis,
hipokalemia.
Hubungan umur pasien dengan obat
Jumlah cairan yang diberikan sesuai rumus Holliday & Segard yaitu 4
ml/kgBB untuk 10 kgBB pertama, 2 ml/kgBB untuk 10 kg kedua dan 1
ml/kgBB untuk setiap kgBB diatas 20 kg.
Jadi dosis pemberian untuk pasien pada kasus ini = 4 mL x 6,5 x 24 =
624 mL. Dosis yang diberikan dokter masih kurang, diganti menjadi
630cc.
Pemberian cairan anak dengan orang dewasa berbeda karena :
a. Cairan tubuh menurut umur berbeda sesuai dengan anatomi, fisiologi
dan patologi.
b. Pada anak lebih sering terjadi acidosis metabolic, hypothermia dan
hipoglikemia
c. Kecepatan metabolisme cairan anak lebih cepat 2-3 kali dari orang
dewasa
d. Tingkat maturitas ginjal anak belum sempurna.
(Alfanti, 2007)
Hubungan pengobatan dengan data klinik dan laboratorium

Diberikan karena pasien mengalami mencret (kehilangan banyak cairan


dan elektrolit). Dalam kasus ini pasien mengalami dehidrasi hipertonik
karena cairan yang hilang lebih banyak daripada elektrolit (Na) yang
hilang sehingga diberikan cairan infuse yang hipotonik.
Cairan hipotonik osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum
(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut
dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan
ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya
(prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi),
sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan
sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis)
dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah
tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan
adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel,
menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan
intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang (Alfanti, 2007).
Hubungan Pengobatan dengan Riwayat Pasien, Penyakit dan Riwayat
Pengobatan
Ada hubungan, karena pasien menderita diare sehingga perlu diberikan
infuse dektrosa normal salin untuk mengembalikan cairan dan elektrolit
yang hilang ke kondisi normal serta mencukupi kekurangan nutrisi.
Dosis
Dosis bersifat individual, tidak lebih dari 0,5g/kgBB/jam.
Untuk anak umur 1 bulan 2 tahun berat 3 10 kg
- 1 jam pertama = 40 ml / kg BB / menit = 3 tetes / kg BB / menit
(infus set berukuran 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit
(set infus 1 ml = 20 tetes).
- 7 jam berikutnya = 12 ml / kg BB / menit = 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk dosis yang digunakan dalam terapi 660 cc/3 jam. Hari
selanjutnya digunakan 900cc / 24 jam (Suparto, 1987).

Interaksi Obat
Tidak boleh ditambahkan ke dalam transfusi darah karena dapat
menyebabkan koagulasi eritrosit dan hemolisis.
Peringatan
Pasien dengan asidosis laktat, gangguan ginjal, sepsis berat, fase awal
pasca trauma, gagal jantung kongestif, hipoproteinemia, edema perifer
atau edema paru. Anak, lanjut usia, hipertensi, toksemia gravidarum.
Efek samping
Tromboflebitis, demam, iritasi atau infeksi pada tempat injeksi,
thrombosis atau flebitis vena yang meluas dari tempat injeksi dan
ekstravasasi, hiperglikemia pada bayi baru lahir (MIMS, 2011).
Aturan Pakai
Digunakan secara IV melalui Vena Perifer.
Lama Penggunaan
Digunakan sesuai dengan kebutuhan pasien sampai membaik.

Harga Obat
Generik.

Mekanisme kerja
Mengganti cairan elektrolit yang hilang serta mencukupi kebutuhan
nutrisi pasien.

2. Pedialyte
Komposisi
Per L Na 22,5 meq, K 10 meq, Cl 17,5 meq, citrate 15 meq, dextrose 25
g.
Indikasi
Dehidrasi ringan s/d sedang pada bayi, anak dan dewasa akibat diare
dan muntah.
Indikasi Obat
Dehidrasi ringan s/d sedang pada bayi, anak dan dewasa akibat diare
dan muntah.
Hubungan Umur Pasien dengan Obat
Obat yang diberikan sudah sesuai dengan umur pasien yang masih
pediatrik.
Hubungan Pengobatan dengan Data Klinik dan Laboratorium
Berdasarkan data klinik, ada hubungan antara obat ini dengan data
klinik. Pada hari pertama MRS dan hari kedua pasien mengalami diare,
yang berarti bahwa pasien mengalami kekurangan cairan dan elektrolit
sehingga diberikan pedialyte. Dari data laboratorium, pasien mengalami
penurunan kalium, sehingga tepat diberikan pedialyte yang
mengandung elektrolit natrium, kalium, klorida, sitrat dan dekstrosa.
Hubungan Pengobatan dengan Riwayat Pasien, Penyakit, dan Riwayat
Pengobatan
Ada hubungan, dimana pasien yang mengalami diare sehingga perlu
diberikan obat ini.

Dosis Obat
3 jam pertama: Usia < 1 thn 1,5 gelas. 1-5 thn 3 gelas. 5-12 thn 6
gelas. >12 thn 12 gelas. Selanjutnya setiap kali mencret: <1 thn
gelas. 1-5thn 1 gelas. 5-12 thn 1,5 gelas. >12 thn 2 gelas.
Dosis yang diberikan pada pasien ini adalah 200cc untuk 3 jam pertama
dan selanjutnya 50-100cc/mencret, jadi pemberian 65cc/mencret yang
diresepkan dokter sudah sesuai dosis.
Interaksi Obat-obat, Obat Makanan, dan Obat Jamu
Tidak ada interaksi dengan obat, makanan, maupun jamu.
Efek Samping Obat
Gangguan fungsi ginjal.
Aturan Pemakaian Obat
Pedialyte digunakan secara peroral.
Lama Penggunaan Obat untuk Terapi
Digunakan selama diare belum berhenti dan sampai keadaan membaik.
Harga Obat
Brandname.
Mekanisme kerja
Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang selama pasien diare.
(MIMS, 2011)

3. Zinc (Zidiar)
Komposisi
Zn sulphate monohydrate 54,9 mg (setara dengan Zn 20 mg).
Indikasi Obat
Terapi suplementasi untuk diare pada anak dalam kombinasi dengan
garam rehidrasi oral.
Hubungan Umur Pasien dengan Obat
Zink (Zidiar) merupakan pelengkap pengobatan diare pada anak-anak
dibawah umur 5 tahun. Pada kasus ini pasien berumur 2 bulan,
pemberian zink dengan dosis 10 mg memberikan efek positif dan aman
digunakan.

Hubungan Pengobatan dengan Data Klinik dan Laboratorium


Berdasarkan data lab, kadar K pasien mengalami penurunan. Kadar K
yang menurun dapat menyebabkan dehidrasi. Pemberian zink dapat
mencegah atau mengobati dehidrasi dan untuk mencegah kekurangan
nutrisi serta mengurangi tingkat keparahan.
Hubungan Pengobatan dengan Riwayat Pasien, Penyakit, dan Riwayat
Pengobatan
Riwayat pasien pada saat MRS mengalami mencret selama 3 minggu.
Pemberian Zn pada terapi diare dapat menurunkan durasi dan
keparahan diare.

Dosis Obat
Tablet bayi 6 bln-5thn 1 tab, 2-6bln tab. Semua dosis diberikan 1x/hr
selama 10 hr, walaupun diare sudah berhenti. Bayi 2-5bln sdt (2,5
mL)/hr selama 10 hr (bahkan jika diare sudah berhenti).
Dosis yang diberikan pada pasien ini adalah tablet 1x/hari.
Interaksi Obat-obat, Obat Makanan, dan Obat Jamu
Tidak ada interaksi dengan obat, makanan, maupun jamu.
Efek Samping Obat
Tidak ada efek samping pada penggunaan Zn.
Aturan Pemakaian Obat
Penggunaan zinc dapat dengan cara melarutkan tablet zinc pada sendok
dengan sedikit air matang, ASI perah atau larutan oralit.
Lama Penggunaan Obat untuk Terapi
Pemberian zinc dilakukan setiap hari selama 10 hari berturut-turut
(bahkan ketika diare telah berhenti).
Harga Obat
Brandname, dengan kandungan zinc.
(MIMS, 2011)

Mekanise Kerja
Kemampuan zinc untuk mencegah diare terkait dengan
kemampuannya meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Zinc merupakan
mineral penting bagi tubuh. Lebih 300 enzim dalam tubuh yang
bergantung pada zinc. Zinc juga dibutuhkan oleh berbagai organ tubuh,
seperti kulit dan mukosa saluran cerna (Anonim, 2008).
Semua yang berperan dalam fungsi imun, membutuhkan zinc. Jika
zinc diberikan pada anak yang sistem kekebalannya belum berkembang
baik, dapat meningkatkan sistem kekebalan dan melindungi anak dari
penyakit infeksi. Itulah sebabnya mengapa anak yang diberi zinc
(diberikan sesuai dosis) selama 10 hari berturut-turut berisiko lebih kecil
untuk terkena penyakit infeksi, diare dan pneumonia (Anonim, 2008).
Zinc hilang dalam jumlah banyak selama diare. Penggantian zinc
yang hilang ini penting untuk membantu kesembuhan anak dan menjaga
anak tetap sehat di bulan-bulan berikutnya. Telah dibuktikan bahwa
pemberian zinc selama episode diare, mengurangi lamanya dan tingkat
keparahan episode diare dan menurunkan kejadian diare pada 2-3 bulan
berikutnya. Berdasarkan bukti ini, semua anak dengan diare harus diberi
zinc, segera setelah anak tidak muntah (Anonim, 2008).
Berdasarkan studi WHO selama lebih dari 18 tahun, manfaat zinc
sebagai pengobatan diare adalah mengurangi :1) Prevalensi diare sebesar
34%; (2) Insidens pneumonia sebesar 26%; (3) Durasi diare akut sebesar
20%; (4) Durasi diare persisten sebesar 24%, hingga; (5) Kegagalan terapi
atau kematian akibat diare persisten sebesar 42% (Anonim, 2008).
Efek suplementasi seng memperbaiki diare dapat dijelaskan
melalui efek seng yang menghambat pembentukan radikal bebas dengan
cara peningkatan pembentukan SOD yang merupakan enzim antioksidan
utama yang meredam anion superoksida sehingga menghambat proses
apoptosis di sel epitel mukosa usus. Seng juga meningkatkan pembentukan
enzim ADP ribosil, DNA dan RNA polimerase yang berperan dalam proses
perbaikan dan regenerasi sel sehingga menghentikan proses apoptosis.
Seng mempengaruhi regenerasi dan fungsi vili usus, sehingga akan
berpengaruh terhadap pembentukan enzim disakaridase seperti laktase,
sukrose, dan maltase. Seng juga mempengaruhi integritas sel, baik struktur
maupun fungsinya, maka akan berpengaruh terhadap lamanya diare
(Karuniawati, 2010).

4. Probiotik (Geebio)
Komposisi
Lactobacillus acidophilus 1 x 108 sebagai kuman hidup.
Indikasi Obat
Untuk membantu memelihara kesehatan pencernaan pada dewasa dan
anak.
Kontraindikasi
Fenilketonuria
Hubungan Umur Pasien dengan Obat
Pasien dengan umur 2 bulan aman menggunakan probiotik karena
probiotik aman digunakan untuk bayi dengan usia kurang dari satu
tahun dengan dosis yang sesuai. Pemberian probiotik dengan dosis 107
109 CFU dapat memberikan efek positif untuk bayi dengan usia 2
bulan dan aman digunakan dosisnya 2 x 1 sachet (MIMS, 2011).
Hubungan Pengobatan dengan Data Klinik dan Laboratorium
Pasien mengalami diare (diare (+)), kemudian dokter mendiagnosa
bahwa pasien terkena diare kronik yang disebabkan adanya kerusakan
atau kematian dari sel-sel enterosit yang ada di usus. Kerusakan mukosa
usus yang menimbulkan diare dapat terjadi karena gangguan integritas
mukosa usus yang banyak dipengaruhi dan dipertahankan oleh sistem
imunologik intestinal serta regenerasi epitel usus yang pada masa bayi
muda masih terbatas kemampuannya (Sudigbia, 1990). Selain itu, data
klinik menunjukkan peningkatan kadar WBC yang menandakan adanya
inflamasi. Pemberian probiotik dapat menginduksi aktivitas
immunomodulator, menekan reaksi inflamasi intestinal dan normalisasi
permeabilitas mukosa usus dan flora usus serta dapat memperbaiki
barier imunologik, terutama respon SIgA (Firmansyah, 2001).
Hubungan Pengobatan dengan Riwayat Pasien, Penyakit, dan Riwayat
Pengobatan
Tidak ada hubungan dengan riwayat pasien, penyakit, maupun riwayat
pengobatan.

Dosis Obat
Dewasa 1 g (1 sachet) 3x/hari
Anak 1 g (1 sachet) 2x/hari
Interaksi Obat-obat, Obat Makanan, dan Obat Jamu
Tidak ada interaksi dengan obat, makanan, maupun jamu.
Efek Samping Obat
Jarang terjadi, jika terjadi cenderung ringan dan bersifat digestif (seperti
buang angin dan kembung). Efek yang lebih serius bisa saja terjadi.
Secara teoritis probiotik dapat menyebabkan infeksi yang
membutuhkan perawatan antibiotik, aktivitas metabolik yang tidak
sehat, stimulasi sistem kekebalan tubuh berlebihan, dan transfer gen
(penyisipan material genetik ke dalam sel).
Aturan Pemakaian Obat
Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (sebaiknya dengan
makanan untuk mengurangi ketidaknyamanan GI).
Lama Penggunaan Obat untuk Terapi
Lama pemberian untuk terapi rata-rata 5 hari dan untuk pencegahan
diare diberikan selama minimal 6 hari.
Harga Obat
Brandname (generic sudah tidak diproduksi lagi).

Mekanisme kerja
Probiotik adalah bakteri hidup yang bila diberikan atau dikonsumsi
dalam jumlah cukup, dapat memberikan efek mnguntungkan bagi tubuh
yaitu dengan menciptakan keseimbangan flora usus, sehingga dapat
mencegah dan mengobati kondisi patolois usus (Gunawan, 2007).
Mekanisme kerja probiotik belum sepenuhnya diketahui. Studi in
vitro menjelaskan bahwa probiotik beraksi dalam tubuh penjamu melalui
beberapa mekanisme. Probiotik memiliki efek anti mikroba melalui
modifikasi mikroflora, mensekresi substansi antibacterial, berkompetensi
dengan kuman pathogen dengan mnecegah adhesi kuman pada epitel usus,
berkompetensi terhadap nutrient yang dibutuhkan untuk pertahanan kuman
pathogen, memproduksi efek antitoksin serta mampu memodulasi system
imun, meregulasi system imun reaksi alergi tubuh dan mereduksi
proliferasi sel kanker (Gunawan, 2007).
Mekanisme efek probiotik pada diare dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Perubahan pH Intralumen
lactobacillus dan bifidobacteria menjaga keseibangan flora usus dengan
memproduksi komponen-komponen organic dari proses fermentasi
seperti asam laktat, hydrogen peroksida dan asam asetat, yang
semuanya akan meningkatkan derajat keasaman dalam usus sehingga
dapat menghambat proliferasi bakteri yang berpotensi menghancurkan
epitel usus.
2. Produksi substansi bersifat antimikroba
Bakteri yang berperan sebagai probiotik menghasilkan substansi yang
dikenal sebagai bakteriosin, suatu protein yang dimetabolisme secara
aktif dan berperan mengahancurkan mikroorganisme yang merugikan.
Sebagai contoh adalah reuterin, yang diproduksi oleh L. reuteri. Baik
lactobacillus dan bifidobacteria keduanya dapat menghasilkan
bakteriosin. Selain itu, Lactobacillus rhamnosus GG, disamping
memproduksi bakteriosin, juga memproduksi biosurfaktan yang
berperan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
3. Kompetisi nutrien
Salah satu factor penghambat pertumbuhan bakteri dalam lumen usus
ialah adanya makanan. Kompetisi terjaid lebih hebat di kolon bagian
distal, diman terdapat lebih sedikit residu makanan dibanding kolon
proksimal atau usus kecil. Dengan meningkatnya jumlah lactobacillus
dan bifidobacteria, maka proliferasi bakteri pathogen tidak akan terjadi.

4. Kompetisi adhesi pada reseptor enterosit


Salah satu factor yang berperan dalam kerja bakteri pathogen di saluran
cerna adalah kemampuan melekat/adhesi pada reseptor spesifik mukosa
usus, begitu pula dengan mikroorganisme probiotik. Akibat sifat ini
maka probiotik tidak akan tereliminasi dengan adanya gerakan
peristaltic usus sehingga dapat mencegah efek enteropatogenik bakteri
pathogen seperti S. typhimurium, Y. enterocolitica serta E. coli.
5. Efek imunomodulasi
Usus merupakan organ limfoid terbesar dan berperan penting dalam
respon imun terhadap mikroorganisme maupun protein asing, melalui
pembentukan antibody immunoglobulin A (IgA) di lamina propia dan
epitel usus. Selain itu pada pasien-pasien alergi susu sapi dan dermatitis
atopic, efek probiotik yang tampak ialah dengan meningkatkan
produksi gamma-interferon.
6. Perbaikan Permeabilitas usus
Beberapa spesies lactobacillus mempunyai efek pada ekspresi gen
mucin yang akan menstimulasi produksi mukus dari mukosa usus
sehingga akan semakin meningkatkan fungsi barier mukosa usus.
(Gunawan, 2007)
5. Vitamin A
Indikasi Obat
Xeroftalmia, penyakit infeksi (ISPA dan Diare).
Hubungan Umur Pasien dengan Obat
Injeksi vitamin A dapat digunakan sebagai pertahanan tubuh, dengan
umur pasien yang masih 2 bulan penggunakan vitamin A dianggap lebih
aman dibandingkan dengan antibiotik karena organ pasien masih belum
sempurna.
Hubungan Pengobatan dengan Data Klinik dan Laboratorium
Berdasarkan data klinik pasien menderita diare selama 2 hari. Injeksi
vitamin A sebagai terapi suportif pada diare untuk menurunkan
keparahan diare dan resiko menjadi diare persisten.
Pada pasien mengalami keluhan pendarahan ketika MRS
mengindikasikan terjadinya infeksi di daerah pencernaan (usus)
sehingga pemberian vitamin A dapat membantu pemulihan kerusakan
sel enterosit.
Hubungan Pengobatan dengan Riwayat Pasien, Penyakit, dan Riwayat
Pengobatan
Terdapat hubungan dengan riwayat pasien dan penyakit dimana diare
dapat menyebabkan defisiensi vitamin A.
Dosis Obat
Dosis pencegahan dan pengobatan usia 0 6 bulan = 50.000 IU IM,
diberikan PO 1 x 5000 IU untuk mencegah terjadinya hipervitaminosis.
Interaksi Obat-obat, Obat Makanan, dan Obat Jamu
Tidak ada interaksi dengan obat, makanan, maupun jamu.
Efek Samping Obat
Pada anak usia muda dan bayi biasanya dapat menyebabkan
hipervitaminosis dengan tanda-tanda anoreksi, kulit kering, gatal-gatal
serta kemerahan di kulit, peningkatan intrakranial, bibir pecah-pecah,
tungkai dan lengan lemah dan bengkak (Ridwan, 2010).
Aturan Pemakaian Obat
Hari pertama digunakan secara IM 1 x 50.000 IU dan hari selanjutnya
diberikan secara peroral dengan dosis 1 x 5000 IU.
Lama Penggunaan Obat untuk Terapi
Digunakan sampai diare berhenti atau kondisi pasien membaik. Tidak
dianjurkan penggunaan jangka panjang dengan dosis tinggi karena
dapat menyebabkan hipervitaminosis.
Harga Obat
Generik.
Mekanisme kerja

Vitamin A dapat memulihkan dan mempertahankan integritas epitel


yang rusak, sehingga menekan translokasi mikroorganisme dan infeksi
lebih lanjut pada diare. Secara tidak langsung vitamin A menstimulasi
sistem imun tubuh dengan menginduksi respon antibodi slgA (secretory
lg A), antibodi terbanyak yang diproduksi limfosit usus, yang
menghalangi kontak mukosa dengan mikroorganisme (Ridwan, 2010).

Obat yang tidak diberikan:


Ampi-sulbactam
Indikasi
Pengobatan infeksi bakteri termasuk pada kulit dan struktur kulit,
infeksi intra abdomen, infeksi ginekologi; spektrumnya sama dengan
ampicillin ditambah organisme yang memproduksi beta-laktam seperti
S. aureus, H. influenzae, E. colli, Klebsiella, Acinetobacter,
Enterobacter dan bakteri anaerob.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap ampicillin, sulbaktam, penisilin, atau
komponen formulasi lain.
Peringatan
Pertimbangan dosis mungkin diperlukan pada pasien dengan gangguan
ginjal. penggunaan jangka panjang mungkin menyebabkan superinfeksi
bakteri atau fungi, termasuk diare dan colitis.
Dosis
American Academy of Pediatrics merekomendasikan dosis sampai 300
mg/kgBB/hari untuk beberapa infeksi pada bayi usia >1 bulan.
(Lacy dkk, 2009)
Alasan tidak diberikan: antibiotic ini merupakan jenis antibiotic spectrum luas
sehingga kerjanya tidak spesifik. Hal ini akan menyebabkan bukan hanya
bakteri pathogen yang terbunuh, tapi juga bakteri baik yang diperlukan untuk
kesehatan. Jadi pemberian antibiotic ini justru akan memungkinkan
bertambahnya keparahan penyakit pasien.

Terapi Nonfarmakologi
1. Cairan dan elektrolit
Rehidrasi dan penjagaan kadar air merupakan tujuan terapi utama
hingga diare dapat teratasi. Bila pasien mengalami deplesi cairan tubuh,
rehidrasi harus dilakukan untuk mengganti cairan dan elektrolit hingga
komposisi normal tubuh tercapai. Bila dehidrasi tidak parah maka
pemberiannya secara enteral, sedangkan jika parah diberikan secara Iv
(Dipiro, 2006).
Pasien diare yang tidak mengalami dehidrasi dapat mengganti
cairan yang hilang dengan meminum jahe, the, jus buah, kuah dan sup.
Penggunaan soft drinks untuk mengatasi diare harus hati-hati kaena tidak
memiliki komposisi elektrolit yang sesuai. Diare yang parah membutuhkan
larutan parenteral seperti ringers laktat atau normal salin untuk mengganti
kehilangan cairan (MIMS, 2011). Dapat dibuat oralit sendiri dari air,
garam dan gula.

2. Modifikasi diet
Manajemen diet untuk mengatasi diare sebagian merekomen-
dasikan untuk menghentika produk susu formula yang banyak
mengandung laktosa. Bayi dapa diberikan ASI maupun susu formula bayi
LLM (Low Lactose Milk) (MIMS, 2011).

F. KIE PADA PASIEN


Beberapa informasi yang terkait dengan terapi pasien perlu diberikan
kepada ibu dari pasien tersebut, agar ibu dan keluarga bayi tersebut mengetahui
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk terapi pemeliharaan pasien di rumah.
Menurut WHO (2005), informasi-informasi tersebut meliputi:
Pemberian ASI pada pasien untuk meningkatkan sistem imun bayi. Jika bayi
mengkonsumsi susu formula, maka anjurkan untuk memberikan susu formula
LLM (Low Lactose Milk) (Anonim, 2008).
Pemberian oralit untuk menjaga keseimbangan tubuh (untuk bayi umur 2 bulan
dapat diberi oralit 50-100 mL atau cangkir). Pemberian dihentikan saat diare
yang diderita pasien benar-benar telah berhenti.
Pemberian suplemen zink (10 mg) untuk meningkatkan sistem imun bayi,
selain dari ASI yang didapat dari ibu.
Persiapan dan penyimpanan makanan bayi secara bersih.
Gunakan air bersih dan matang untuk minum.

Kebiasaan mencuci tangan baik (terutama bagi ibu atau keluarga yang merawat
bayi tersebut).
Pada minggu berikutnya dilakukan pemeriksaan kultur jaingan untuk
memastikan sebab inflamasi/infeksi.

G. KESIMPULAN

Pasien mengalami penyakit diare kronik inflamasi karena diare yang


dialaminya sudah >14 hari dan terdapat darah dalam fesesnya.

Terapi yang diberikan pada pasien meliputi D10 0,18 NS, pedialyt, vitamin A,
probiotik dan zink.
DAFTAR PUSTAKA

Alfanti EF. 2007. Pengaruh Infus Dekstrosa 2,5 % Nacl 0,45% Terhadap Kadar
Glukosa Darah Perioperatif pada Pasien Pediatri. Skripsi. Universitas
Diponegoro: Semarang.

Anonim. 2005. Diarrhoea Treatment Guidelines.Including new recommendations


for the use of ORS and zinc supplementation for Clinic-Based Healthcare
Workers.WHO: USA.

Anonim. 2008. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO:
Jakarta.

Dipiro JT. 2006. Pharmacotherapy a Pathophysiology Approach Sixth Edition.


The McGraw-Hill Companies: New York.
Firmansyah A. 2001.Terapi Probiotik dan Prebiotik pada Penyakit Saluran Cerna
Anak. Sari pediatric: Jakarta. Hlm 210-14.

Gunawan S. 2007. Peran Probiotik pada Diare Akut Anak. Ebers Papyrus. Vol
13(3): 113-23.

Hasan I, Indra T. 2008. Peran Albumin dalam Penatalaksanaan Sirosis Hati.


FKUI/RSCM: Jakarta.

Karuniawati F. 2010. Pengaruh Suplementasi Seng dan Probiotik terhadap Durasi


Diare Akut Cair Anak. Tesis. Universitas Diponegoro: Semarang.
Lacy CF, Amstrong LL, Goldman NP, Lance LL. 2009. Drug Information
Handbook 18th Edition. Lexi Comp Ic: United State.

Manshoer A, Triyanti K, Savitri R, Wrdhani WI, Setiowulan W. 1999. Kapita


Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Media Aesculaplus FKUI: Jakarta.

Miall L, Rudlf M, Levene M. 2003. Pediatrics at a Glance. Blackwell Science


Ltd: London.

MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 11 2011/2012. Buana Ilmu Populer: Jakarta.

Ridwan. 2010. Vitamin. http://ridwanaz.com/kesehatan/pengertian-vitamin-jenis-


jenis-vitamin-sumber-sumber-vitamin/ diakses tanggal 29 September 2012

Sari W, Indrawati L, Djing DC. 2008. Care Yourself: Hepatitis. Penebar Plus:
Jakarta.

Sudigbia I. 1990. Pengaruh suplementasi tempe terhadap kecepatan tumbuh pada


penderita diare anak umur 6-24 bulan. Disertasi. Universitas Diponegoro:
Semarang.

Suharyono. 2003. Diare Kronik pada Bayi dan Anak dalam Cermin Dunia
Kedokteran. Pusat Penelitian dan Pengembangan P.T. Kalbe Farma No. 29:
hlm 10-15.

Suparto P. 1987. Studi mengenai Gastroenteritis Akuta Dengan Dehidrasi Pada


Anak Melalui Pendekatan Epidemiologi Klinik. Disertasi.

Anda mungkin juga menyukai