Disusun Oleh:
Rakhmawati Hanifah (G1F010006)
Suci Rahmayanti Najjah (G1F010024)
M. Fikarrotala (G1F010040)
Maulina (G1F010042)
Desi Sutanti (G1F010052)
Fandi Dwi Cahyo (G1F010062)
Yoga Rizki Pratama (G1F010066)
Setiawan (G1F010068)
Ayu Lestari Prihadi (G1F010070)
Kelas/Kelompok : B/4
Asisten : Primawati Kusumaningrum
A. PROFIL PENDERITA
Nama : An. MF (usia 2 bulan/6,5 kg)
MRS : 3 Desember 2008
KRS : 6 Desember 2008
Keluhan : Mencret sejak 3 minggu sebelum MRS, cair, ada
ampasnya, tidak berlendir dan berdarah
Diagnosa : Diare kronis
a. Data Klinik
Data klinik yang sesuai dengan kasus yaitu pasien mengeluh mencret sejak
3 minggu sebelum MRS. Hal ini menunjukkan diare pasien sudah kronik. Selain
itu, fesesnya tidak berlendir dan berdarah yang menunjukkan diare kronik
inflamasi. Sementara nadi, suhu, dan kecepatan napas pasien masih dalam rentang
normal.
b. Data Laboratorium
Data laboratorium yang sesuai kasus, yaitu :
HB rendah, diare pada pasien ini disertai dengan darah sehingga
menyebabkan anemia.
WBC atau jumlah sel darah putih yang meningkat mengindikasikan adanya
inflamasi.
Glukosa yang rendah disebabkan karena peningkatan gerak peristaltik usus
sehingga absorpsi makanan menjadi kurang sempurna.
Albumin rendah menyebabkan hipoalbumin terjadi karena keadaan
inflamasi yang akut/ kronik
AST (Aspartate Transaminase) pasien meningkat sementara nilai ALT
(Alanin Transaminase)-nya normal. ALT terutama diproduksi di hati,
sedangkan AST dapat ditemukan di hati dan jaringan/organ lainnya
termasuk sel darah putih. Seperti disebutkan sebelumnya, jumlah sel darah
putih pasien meningkat sehingga nilai AST pun ikut naik (Sari dkk., 2008).
Kalium rendah menyebabkan hipokalemia, glukosa rendah, penderita
mengalami mencret sehingga mengakibatkan hilangnya cairan tubuh dan
nutrisi penting yang terbuang bersamaan dengan feses.
Jadi pada kasus ini, indikasi adanya infeksi bakteri ditandai dengan
meningkatnya jumlah sel darah putih (WBC). Selain itu, ada juga indikasi
munculnya bakteri patogen karena pada feses pasien terdapat darah. Sebagai
tindakan pencegahan, pasien dapat diberi suatu probiotik yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri patogen penyebab diare. Dan sebagai penegakan diagnosis,
perlu dilakukan pemeriksaan kultur untuk memastikan apakah diare kronik yang
diderita pasien disebabkan oleh bakteri atau bukan.
Algoritma pengobatan diare kronik:
(Dipiro, 2006)
D. KOMPOSISI TERAPI
a. Terapi yang Diberikan oleh Dokter
Obat Rute Dosis 3 4 5 6
D10 0,18 NS infus 500/24jam
e
Ampi- IV 4x165 mg
Sulbactam
Pedialyt PO 65cc/mencre
t
Vit. A IM 1x50.0000 1x2500 PO
Probiotik PO 1x1
Interaksi Obat
Tidak boleh ditambahkan ke dalam transfusi darah karena dapat
menyebabkan koagulasi eritrosit dan hemolisis.
Peringatan
Pasien dengan asidosis laktat, gangguan ginjal, sepsis berat, fase awal
pasca trauma, gagal jantung kongestif, hipoproteinemia, edema perifer
atau edema paru. Anak, lanjut usia, hipertensi, toksemia gravidarum.
Efek samping
Tromboflebitis, demam, iritasi atau infeksi pada tempat injeksi,
thrombosis atau flebitis vena yang meluas dari tempat injeksi dan
ekstravasasi, hiperglikemia pada bayi baru lahir (MIMS, 2011).
Aturan Pakai
Digunakan secara IV melalui Vena Perifer.
Lama Penggunaan
Digunakan sesuai dengan kebutuhan pasien sampai membaik.
Harga Obat
Generik.
Mekanisme kerja
Mengganti cairan elektrolit yang hilang serta mencukupi kebutuhan
nutrisi pasien.
2. Pedialyte
Komposisi
Per L Na 22,5 meq, K 10 meq, Cl 17,5 meq, citrate 15 meq, dextrose 25
g.
Indikasi
Dehidrasi ringan s/d sedang pada bayi, anak dan dewasa akibat diare
dan muntah.
Indikasi Obat
Dehidrasi ringan s/d sedang pada bayi, anak dan dewasa akibat diare
dan muntah.
Hubungan Umur Pasien dengan Obat
Obat yang diberikan sudah sesuai dengan umur pasien yang masih
pediatrik.
Hubungan Pengobatan dengan Data Klinik dan Laboratorium
Berdasarkan data klinik, ada hubungan antara obat ini dengan data
klinik. Pada hari pertama MRS dan hari kedua pasien mengalami diare,
yang berarti bahwa pasien mengalami kekurangan cairan dan elektrolit
sehingga diberikan pedialyte. Dari data laboratorium, pasien mengalami
penurunan kalium, sehingga tepat diberikan pedialyte yang
mengandung elektrolit natrium, kalium, klorida, sitrat dan dekstrosa.
Hubungan Pengobatan dengan Riwayat Pasien, Penyakit, dan Riwayat
Pengobatan
Ada hubungan, dimana pasien yang mengalami diare sehingga perlu
diberikan obat ini.
Dosis Obat
3 jam pertama: Usia < 1 thn 1,5 gelas. 1-5 thn 3 gelas. 5-12 thn 6
gelas. >12 thn 12 gelas. Selanjutnya setiap kali mencret: <1 thn
gelas. 1-5thn 1 gelas. 5-12 thn 1,5 gelas. >12 thn 2 gelas.
Dosis yang diberikan pada pasien ini adalah 200cc untuk 3 jam pertama
dan selanjutnya 50-100cc/mencret, jadi pemberian 65cc/mencret yang
diresepkan dokter sudah sesuai dosis.
Interaksi Obat-obat, Obat Makanan, dan Obat Jamu
Tidak ada interaksi dengan obat, makanan, maupun jamu.
Efek Samping Obat
Gangguan fungsi ginjal.
Aturan Pemakaian Obat
Pedialyte digunakan secara peroral.
Lama Penggunaan Obat untuk Terapi
Digunakan selama diare belum berhenti dan sampai keadaan membaik.
Harga Obat
Brandname.
Mekanisme kerja
Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang selama pasien diare.
(MIMS, 2011)
3. Zinc (Zidiar)
Komposisi
Zn sulphate monohydrate 54,9 mg (setara dengan Zn 20 mg).
Indikasi Obat
Terapi suplementasi untuk diare pada anak dalam kombinasi dengan
garam rehidrasi oral.
Hubungan Umur Pasien dengan Obat
Zink (Zidiar) merupakan pelengkap pengobatan diare pada anak-anak
dibawah umur 5 tahun. Pada kasus ini pasien berumur 2 bulan,
pemberian zink dengan dosis 10 mg memberikan efek positif dan aman
digunakan.
Dosis Obat
Tablet bayi 6 bln-5thn 1 tab, 2-6bln tab. Semua dosis diberikan 1x/hr
selama 10 hr, walaupun diare sudah berhenti. Bayi 2-5bln sdt (2,5
mL)/hr selama 10 hr (bahkan jika diare sudah berhenti).
Dosis yang diberikan pada pasien ini adalah tablet 1x/hari.
Interaksi Obat-obat, Obat Makanan, dan Obat Jamu
Tidak ada interaksi dengan obat, makanan, maupun jamu.
Efek Samping Obat
Tidak ada efek samping pada penggunaan Zn.
Aturan Pemakaian Obat
Penggunaan zinc dapat dengan cara melarutkan tablet zinc pada sendok
dengan sedikit air matang, ASI perah atau larutan oralit.
Lama Penggunaan Obat untuk Terapi
Pemberian zinc dilakukan setiap hari selama 10 hari berturut-turut
(bahkan ketika diare telah berhenti).
Harga Obat
Brandname, dengan kandungan zinc.
(MIMS, 2011)
Mekanise Kerja
Kemampuan zinc untuk mencegah diare terkait dengan
kemampuannya meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Zinc merupakan
mineral penting bagi tubuh. Lebih 300 enzim dalam tubuh yang
bergantung pada zinc. Zinc juga dibutuhkan oleh berbagai organ tubuh,
seperti kulit dan mukosa saluran cerna (Anonim, 2008).
Semua yang berperan dalam fungsi imun, membutuhkan zinc. Jika
zinc diberikan pada anak yang sistem kekebalannya belum berkembang
baik, dapat meningkatkan sistem kekebalan dan melindungi anak dari
penyakit infeksi. Itulah sebabnya mengapa anak yang diberi zinc
(diberikan sesuai dosis) selama 10 hari berturut-turut berisiko lebih kecil
untuk terkena penyakit infeksi, diare dan pneumonia (Anonim, 2008).
Zinc hilang dalam jumlah banyak selama diare. Penggantian zinc
yang hilang ini penting untuk membantu kesembuhan anak dan menjaga
anak tetap sehat di bulan-bulan berikutnya. Telah dibuktikan bahwa
pemberian zinc selama episode diare, mengurangi lamanya dan tingkat
keparahan episode diare dan menurunkan kejadian diare pada 2-3 bulan
berikutnya. Berdasarkan bukti ini, semua anak dengan diare harus diberi
zinc, segera setelah anak tidak muntah (Anonim, 2008).
Berdasarkan studi WHO selama lebih dari 18 tahun, manfaat zinc
sebagai pengobatan diare adalah mengurangi :1) Prevalensi diare sebesar
34%; (2) Insidens pneumonia sebesar 26%; (3) Durasi diare akut sebesar
20%; (4) Durasi diare persisten sebesar 24%, hingga; (5) Kegagalan terapi
atau kematian akibat diare persisten sebesar 42% (Anonim, 2008).
Efek suplementasi seng memperbaiki diare dapat dijelaskan
melalui efek seng yang menghambat pembentukan radikal bebas dengan
cara peningkatan pembentukan SOD yang merupakan enzim antioksidan
utama yang meredam anion superoksida sehingga menghambat proses
apoptosis di sel epitel mukosa usus. Seng juga meningkatkan pembentukan
enzim ADP ribosil, DNA dan RNA polimerase yang berperan dalam proses
perbaikan dan regenerasi sel sehingga menghentikan proses apoptosis.
Seng mempengaruhi regenerasi dan fungsi vili usus, sehingga akan
berpengaruh terhadap pembentukan enzim disakaridase seperti laktase,
sukrose, dan maltase. Seng juga mempengaruhi integritas sel, baik struktur
maupun fungsinya, maka akan berpengaruh terhadap lamanya diare
(Karuniawati, 2010).
4. Probiotik (Geebio)
Komposisi
Lactobacillus acidophilus 1 x 108 sebagai kuman hidup.
Indikasi Obat
Untuk membantu memelihara kesehatan pencernaan pada dewasa dan
anak.
Kontraindikasi
Fenilketonuria
Hubungan Umur Pasien dengan Obat
Pasien dengan umur 2 bulan aman menggunakan probiotik karena
probiotik aman digunakan untuk bayi dengan usia kurang dari satu
tahun dengan dosis yang sesuai. Pemberian probiotik dengan dosis 107
109 CFU dapat memberikan efek positif untuk bayi dengan usia 2
bulan dan aman digunakan dosisnya 2 x 1 sachet (MIMS, 2011).
Hubungan Pengobatan dengan Data Klinik dan Laboratorium
Pasien mengalami diare (diare (+)), kemudian dokter mendiagnosa
bahwa pasien terkena diare kronik yang disebabkan adanya kerusakan
atau kematian dari sel-sel enterosit yang ada di usus. Kerusakan mukosa
usus yang menimbulkan diare dapat terjadi karena gangguan integritas
mukosa usus yang banyak dipengaruhi dan dipertahankan oleh sistem
imunologik intestinal serta regenerasi epitel usus yang pada masa bayi
muda masih terbatas kemampuannya (Sudigbia, 1990). Selain itu, data
klinik menunjukkan peningkatan kadar WBC yang menandakan adanya
inflamasi. Pemberian probiotik dapat menginduksi aktivitas
immunomodulator, menekan reaksi inflamasi intestinal dan normalisasi
permeabilitas mukosa usus dan flora usus serta dapat memperbaiki
barier imunologik, terutama respon SIgA (Firmansyah, 2001).
Hubungan Pengobatan dengan Riwayat Pasien, Penyakit, dan Riwayat
Pengobatan
Tidak ada hubungan dengan riwayat pasien, penyakit, maupun riwayat
pengobatan.
Dosis Obat
Dewasa 1 g (1 sachet) 3x/hari
Anak 1 g (1 sachet) 2x/hari
Interaksi Obat-obat, Obat Makanan, dan Obat Jamu
Tidak ada interaksi dengan obat, makanan, maupun jamu.
Efek Samping Obat
Jarang terjadi, jika terjadi cenderung ringan dan bersifat digestif (seperti
buang angin dan kembung). Efek yang lebih serius bisa saja terjadi.
Secara teoritis probiotik dapat menyebabkan infeksi yang
membutuhkan perawatan antibiotik, aktivitas metabolik yang tidak
sehat, stimulasi sistem kekebalan tubuh berlebihan, dan transfer gen
(penyisipan material genetik ke dalam sel).
Aturan Pemakaian Obat
Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (sebaiknya dengan
makanan untuk mengurangi ketidaknyamanan GI).
Lama Penggunaan Obat untuk Terapi
Lama pemberian untuk terapi rata-rata 5 hari dan untuk pencegahan
diare diberikan selama minimal 6 hari.
Harga Obat
Brandname (generic sudah tidak diproduksi lagi).
Mekanisme kerja
Probiotik adalah bakteri hidup yang bila diberikan atau dikonsumsi
dalam jumlah cukup, dapat memberikan efek mnguntungkan bagi tubuh
yaitu dengan menciptakan keseimbangan flora usus, sehingga dapat
mencegah dan mengobati kondisi patolois usus (Gunawan, 2007).
Mekanisme kerja probiotik belum sepenuhnya diketahui. Studi in
vitro menjelaskan bahwa probiotik beraksi dalam tubuh penjamu melalui
beberapa mekanisme. Probiotik memiliki efek anti mikroba melalui
modifikasi mikroflora, mensekresi substansi antibacterial, berkompetensi
dengan kuman pathogen dengan mnecegah adhesi kuman pada epitel usus,
berkompetensi terhadap nutrient yang dibutuhkan untuk pertahanan kuman
pathogen, memproduksi efek antitoksin serta mampu memodulasi system
imun, meregulasi system imun reaksi alergi tubuh dan mereduksi
proliferasi sel kanker (Gunawan, 2007).
Mekanisme efek probiotik pada diare dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Perubahan pH Intralumen
lactobacillus dan bifidobacteria menjaga keseibangan flora usus dengan
memproduksi komponen-komponen organic dari proses fermentasi
seperti asam laktat, hydrogen peroksida dan asam asetat, yang
semuanya akan meningkatkan derajat keasaman dalam usus sehingga
dapat menghambat proliferasi bakteri yang berpotensi menghancurkan
epitel usus.
2. Produksi substansi bersifat antimikroba
Bakteri yang berperan sebagai probiotik menghasilkan substansi yang
dikenal sebagai bakteriosin, suatu protein yang dimetabolisme secara
aktif dan berperan mengahancurkan mikroorganisme yang merugikan.
Sebagai contoh adalah reuterin, yang diproduksi oleh L. reuteri. Baik
lactobacillus dan bifidobacteria keduanya dapat menghasilkan
bakteriosin. Selain itu, Lactobacillus rhamnosus GG, disamping
memproduksi bakteriosin, juga memproduksi biosurfaktan yang
berperan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
3. Kompetisi nutrien
Salah satu factor penghambat pertumbuhan bakteri dalam lumen usus
ialah adanya makanan. Kompetisi terjaid lebih hebat di kolon bagian
distal, diman terdapat lebih sedikit residu makanan dibanding kolon
proksimal atau usus kecil. Dengan meningkatnya jumlah lactobacillus
dan bifidobacteria, maka proliferasi bakteri pathogen tidak akan terjadi.
Terapi Nonfarmakologi
1. Cairan dan elektrolit
Rehidrasi dan penjagaan kadar air merupakan tujuan terapi utama
hingga diare dapat teratasi. Bila pasien mengalami deplesi cairan tubuh,
rehidrasi harus dilakukan untuk mengganti cairan dan elektrolit hingga
komposisi normal tubuh tercapai. Bila dehidrasi tidak parah maka
pemberiannya secara enteral, sedangkan jika parah diberikan secara Iv
(Dipiro, 2006).
Pasien diare yang tidak mengalami dehidrasi dapat mengganti
cairan yang hilang dengan meminum jahe, the, jus buah, kuah dan sup.
Penggunaan soft drinks untuk mengatasi diare harus hati-hati kaena tidak
memiliki komposisi elektrolit yang sesuai. Diare yang parah membutuhkan
larutan parenteral seperti ringers laktat atau normal salin untuk mengganti
kehilangan cairan (MIMS, 2011). Dapat dibuat oralit sendiri dari air,
garam dan gula.
2. Modifikasi diet
Manajemen diet untuk mengatasi diare sebagian merekomen-
dasikan untuk menghentika produk susu formula yang banyak
mengandung laktosa. Bayi dapa diberikan ASI maupun susu formula bayi
LLM (Low Lactose Milk) (MIMS, 2011).
Kebiasaan mencuci tangan baik (terutama bagi ibu atau keluarga yang merawat
bayi tersebut).
Pada minggu berikutnya dilakukan pemeriksaan kultur jaingan untuk
memastikan sebab inflamasi/infeksi.
G. KESIMPULAN
Terapi yang diberikan pada pasien meliputi D10 0,18 NS, pedialyt, vitamin A,
probiotik dan zink.
DAFTAR PUSTAKA
Alfanti EF. 2007. Pengaruh Infus Dekstrosa 2,5 % Nacl 0,45% Terhadap Kadar
Glukosa Darah Perioperatif pada Pasien Pediatri. Skripsi. Universitas
Diponegoro: Semarang.
Anonim. 2008. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO:
Jakarta.
Gunawan S. 2007. Peran Probiotik pada Diare Akut Anak. Ebers Papyrus. Vol
13(3): 113-23.
Sari W, Indrawati L, Djing DC. 2008. Care Yourself: Hepatitis. Penebar Plus:
Jakarta.
Suharyono. 2003. Diare Kronik pada Bayi dan Anak dalam Cermin Dunia
Kedokteran. Pusat Penelitian dan Pengembangan P.T. Kalbe Farma No. 29:
hlm 10-15.