JAKARTA, 2012
IKATAN BIDAN INDONESIA
DAN
ASSOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN KEBIDANAN INDONESIA
2
LEMBAR KESEPAKATAN
Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kebidanan ini telah disepakati oleh Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) sebagai organisasi profesi dan Asosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan
Indonesia (AIPKIND) sebagai wadah institusi pendidikan kebidanan di Indonesia. Isi dari
Naskah Akademik ini ditinjau secara periodik setiap 5 tahun untuk menjamin kesesuaian
dengan kebutuhan dan perkembangan profesi dan pendidikan kebidanan ditingkat
nasional dan global.
KATA PENGANTAR
3
Perkembangan situasi global menyebabkan peningkatan kebutuhan dan
kompleksitas permasalahan diberbagai komponen maupun elemen di masyarakat termasuk
bidang kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak. Bidan adalah tenaga kesehatan
professional dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak......ada yg terputus Untuk itu
diperlukan suatu penataan sistem pendidikan kebidanan yang terstandar, sustainable dan
relevan dengan kebutuhan masa kini dan mendatang, maka diperlukan suatu pola
pendidikan yang memberikan arah pada penyelenggaraan pendidikan kebidanan yang
berkualitas.
Sejalan dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan dengan memperhatikan standar global pendidikan kebidanan secara
internasional, maka Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nasional RI dengan dukungan World Bank (WB) melalui
Health Professional Education Quality Project (HPEQ) telah memfasilitasi pengembangan
dan peningkatan kualitas pendidikan kebidanan sebagai salah satu dari profesi kesehatan
strategis.
Semoga penyusunan Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kebidanan dapat
digunakan sebagai referensi dalam merumuskan kebijakan yang berhubungan dengan
Penyusunan sistem dan dan pendidikan kebidanan di Indonesia.
Terima kasih kepada Direktorat Akademik Ditjen Dikti- Pimpinan Proyek HPEQ yang
telah memberikan dukungan dan fasilitasi sehingga Naskah Akademik Sistem Pendidikan
Kebidanan ini dapat diselesaikan tepat waktu. Terima kasih juga kami sampaikan kepada
berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas kontribusinya dalam
penyusunan naskah akademik Sistem Pendidikan Kebidanan.
4
DAFTAR ISI
Lembar Kesepakatan 3
Kata Pengantar 4
Daftar Isi 5
BAGIAN I
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang .................................................................................... 7
I.2. Tujuan dan Kegunaan ........................................................................ 8
I.3. Metode / Pendekatan ......................................................................... 9
I.4. Pengorganisasian ................................................................................ 10
BAGIAN II
I. KONSIDERANS
II. DASAR HUKUM
III. KETENTUAN UMUM / TERMINOLOGI
IV. MATERI / SUBSTANSI
V. PENUTUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
o Peraturan Per-Undang-undangan yang relevan
o Ringkasan Naskah Akademik Profesi Kebidanan
o Core Document International Confederation of Midwives
o Core Document World Health Organization
o UNFPA
o BKKBN
o Standar Kompetensi Bidan
o Laporan Hasil Peneltian
o Saran-saran Tim Penyusun
o Berita Acara Proses Penyusunan Naskah Akademik
5
BAB I
PENDAHULUAN
1
UNDP, 2007
2
BKKBN, 2012 (http://www.bkkbn.go.id/ViewSiaranPers.aspx?SiaranPersID=2)
6
Kematian ibu berdampak negatif terhadap kesejahteraan keluarga dan masyarakat
serta memiliki implikasi sosial yang bermakna terhadap kualitas kesehatan keluarga di
kemudian hari. Hambatan sosial, budaya dan ekonomi yang dihadapi sepanjang hidup
perempuan merupakan akar masalah buruknya kesehatan maternal (sepanjang daur
kehidupan perempan) saat ini. Dengan menggunakan pendekatan siklus hidup diketahui
bahwa masalah mendasar kesehatan perempuan telah terjadi sebelum memasuki usia
reproduksi. Status kesehatan perempuan semasa kanak-kanak dan remaja mempengaruhi
kondisi kesehatannya saat hamil, bersalin dan nifas. Jenis makanan, lingkungan pola
hidup, tingkat pendidikan, nilai dan sikap yang dianut, sistem dan akses kesehatan, situasi
ekonomi, serta kualitas hubungan seksualnya mempengaruhi perempuan dalam
menjalankan masa produksi dan proses reproduksinya.
Jika menyimak lebih dalam, faktor utama penyebab tingginya angka kematian ibu
melahirkan di Indonesia tidak hanya penyebab langsung saja seperti perdarahan, infeksi,
atau pre eklamsi. Terdapat faktor penyebab tidak langsung lainnya yang berkontribusi besar
dalam meningkatkan risiko kematian ibu. Fenomena di negara berkembang termasuk di
Indonesia, perempuan masih belum memiliki otonomi yang memadai terhadap dirinya
terutama dalam kesehatan reproduksinya. Fakta menunjukkan adanya keterbatasan
perempuan dalam mengakses pelayanan kesehatan yang disebabkan berbagai faktor
seperti; kemiskinan, kondisi struktur geografis, penyebaran penduduk yang tidak merata,
social ekonomi yang rendah, praktik budaya yang menghambat dan ketidaksetaraan
gender.3 Kemiskinan menyebabkan ibu-ibu hamil tidak mendapatkan asupan gizi yang
mencukupi untuk menunjang kehamilannya. Faktor budaya, kawin muda dan aborsi akibat
kehamilan yang tidak diinginkan, diskriminasi dan beban ganda yang harus dipikul
perempuan juga turut menjadi faktor yang mempengaruhi status kesehatan para ibu dan
perempuan di Indonesia.
Di Indonesia, berdasarkan data Kemenkes RI tahun 2010 jumlah tenaga bidan adalah
175.124 orang yang tersebar di berbagai tatanan pelayanan kesehatan dan pendidikan
(Rumah sakit, Puskesmas, RSAB, bidan Desa, BPS, institusi pendidikan dan institusi lain).
Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan terdapat 82,2% persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan. diantaranya sebanyak 62,1% (75% persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan dilakukan oleh bidan). Dalam pelayanan KB diketahui bahwa pencapaian peserta
KB baru sebanyak 687.715 peserta, 32,2% diantaranya dilakukan di Bidan Praktik Swasta.
Dari profil ini tampak bahwa bidan berperan penting sebagai mitra perempuan dan tenaga
kesehatan professional strategis dalam peningkatan kesehatan ibu dan anak di Indonesia.
Realita yang ada bidan sebagai mitra perempuan merupakan profesi yang memiliki
pekerjaan dengan kompleksitas dan tanggung jawab yang besar. Untuk menyiapkan bidan
yang tanggap terhadap situasi terkini dan dapat mengatasi berbagai situasi kompleks yang
dihadapi perempuan sepanjang siklus reproduksinya serta bayi dan balita sehat, dibutuhkan
bidan yang mampu berpikir kritis, analisis-sintesis, advokasi dan kepemimpinan yang hanya
dapat dihasilkan oleh sistem pendidikan tinggi kebidanan yang berkualitas dan mampu
berkembang sesuai kebutuhan kemajuan zaman. Dengan demikian bidan tidak hanya
dituntut memiliki kemampuan klinis saja tetapi juga harus memiliki kemampuan menganalisa
permasalahan non klinis dan sosial budaya yang berpengaruh pada kualitas kesehatan
reproduksi perempuan, serta kemampuan pemberdayaan, advokasi dan negosiasi serta
3
Bank dunia. 2000. Rangkuman pembangunan berperpektive gender.
7
kemampuan penelitian dalam pengembangan ilmu dan praktik kebidanan. Dengan
demikian, akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi, memerangi kemiskinan,
meningkatkan pendidikan dan pemberdayaan perempuan atau kesetaraan gender menjadi
persoalan penting untuk dikelola dan diwujudkan.
Sejak dicanangkannya salah satu isu Rencana Strategis Departemen Pendidikan
Nasional pada tahun 2005 tentang Pemerataan Kesempatan belajar dan Perluasan
Kesempatan Belajar, pendidikan kebidanan khususnya level vokasi tumbuh dengan subur.
Pendidikan Kebidanan di Indonesia sebagian besar merupakan pendidikan vokasional
diploma III dengan jumlah institusi penyelenggara (661) institusi (AIPKIND, 2011),
sedangkan pengembangan untuk jenjang Strata satu akademik-profesi kebidanan baru
dimulai tahun 2008 dan strata dua dimulai pada tahun 2006. Pada akhir tahun 2011 jumlah
Strata satu sebanyak 2 institusi dan jumlah strata dua sebanyak 3 institusi.
Fakta adanya pendidikan kebidanan yang sampai saat ini sebagian besar pada level
vokasi menyebabkan pengembangan profesi bidan berjalan sangat lambat karena
terbatasnya jumlah bidan yang memenuhi kualifikasi untuk melakukan penelitian. Selain itu
lulusan yang dihasilkan oleh pendidikan vokasi lebih bersifat trained labour dengan
minimnya keterampilan clinical reasoning dan clinical judgemnent sehingga tidak memenuhi
standar kompetensi dan profil bidan. UU sisdiknas No 20 tahun 2003 menetapkan bahwa
pendidikan profesi diperoleh melalui pendidikan setelah strata satu. Kongres ICM pada
tahun 2008 memutuskan standar global pendidikan profesi bidan minimal strata satu profesi
(S1Profesi) dan diselenggarakan di universitas. Diharapkan dengan meningkatnya
pendidikan bidan baik melalui pendidikan formal maupun non formal , bidan mampu berpikir
lebih kritis dan lebih profisien dan patien safety dalam melaksanakan praktik kebidanan
sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih baik untuk melindungi masyarakat dan
dapat bersaing dalam era pasar bebas.
Mengingat cukup kompleksnya berbagai issue strategis terkait peningkatan mutu
pendidikan bidan, perlu dibentuk suatu sistem pendidikan kebidanan untuk mendasari
pendidikan kebidanan yang bermutu, terakreditasi, akuntabel dan sesuai standar global.
Dalam hal ini, Ditjen-Dikti memberi peluang pada pendidikan kebidanan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan melalui Proyek HPEQ. Peluang ini merupakan tantangan
bagi IBI dan AIPKIND untuk menyusun Naskah Akademik sebagai referensi dan kerangka
pikir dalam merancang Sistem Pendidikan Kebidanan di Indonesia.
1.2.1 TUJUAN
8
1.2.2 KEGUNAAN
2. Sebagai acuan bagi stake holder dalam merumuskan kebijakan yang terkait
dengan sistem pendidikan kebidanan dan profesi bidan di Indonesia
3. Diskusi dan konsultasi dengan konsultan bidan internasional (Presiden ICM dan
ICM Regional Asia Pasifik) .
6. Hasil Try Out CBT uji kompetensi bidan tahun 2011 oleh komponen 2 HPEQ.
9
1.4 PENGORGANISASIAN
Naskah akademik system pendidikan kebidanan di Indonesia terdiri dari dua bagian yaitu:
1. Bagian Pertama, berisi tentang laporan hasil pengkajian dan penelitian tentang naskah
akademik yang akan disusun. Bagian satu terdiri dari 4 bab
Bab I meliputi : Latar belakang, tujuan dan kegunaan, metode pendekatan dalam
penyusunan naskah akademik dan pengorganisasian dalam naskah akademik.
Bab II meliputi : Ruang lingkup naskah akademik : bidan sebagai profesi, sejarah
pendidikan bidan, dan hasil-hasil riset yang berhubungan dengan pendidikan kebidanan
Bab III meliputi : kesimpulan dan saran
Bab IV meliputi : lampiran
2. Bagian Kedua, berisi tentang konsep awal naskah akademik Sistem Pendidikan
Kebidanan yang akan digunakan di Indonesia : Konsiderans, Dasar hukum, Ketentuan
umum, Materi/substansi, ketentuan pidana, Ketentuan peralihan dan Penutup
10
BAB II
RUANG LINGKUP
2.1 TERMINOLOGI
1. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui
pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki
kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat
lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
2. Kebidanan/Midwifery adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni
dalam mempersiapkan menjadi orang tua, mempersiapkan kehamilan, menolong
persalinan dan kelahiran, nifas, menyusui, bayi dan balita, pemberdayaan ibu dan
keluarga dalam pengaturan kesuburan, persiapan menghadapi masa interval,
klimakterium dan menopause,serta interaksinya yang kompleks dengan faktor lain
yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi perempuan.
4. Praktik Kebidanan adalah implementasi ilmu kebidanan didasari etika dan kode etik
bidan secara mandiri oleh bidan kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya,.
7. Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki
oleh seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat untuk
melaksanakan tugas-tugas pekerjaan.
8. Kompetensi Bidan adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang
dimiliki oleh seorang bidan yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk
memberikan pelayanan yang aman / safe di berbagai setting pelayanan kesehatan
11
2.2 BIDAN SEBAGAI PROFESI
A midwife is a person who has successfully completed a midwifery education program that is duly
recognized in the country where it is located and that is based on the ICM Essential Competencies for
Basic Midwifery Practice and the framework of the ICM Global Standards for Midwifery Education;
who has acquired the requisite qualifications to be registered and/or legally licensed to practice
midwifery and use the title midwife; and who demonstrates competency in the practice of midwifery.
The midwife is recognized as a responsible and accountable professional who works in partnership
with women to give the necessary support, care and advice during pregnancy, labour and the
postpartum period, to conduct births on the midwifes own responsibility and to provide care for the
newborn and the infant.
This care includes preventative measures, the promotion of normal birth, the detection of
complications in mother and child, the accessing of medical care or other appropriate assistance and
the carrying out of emergency measures.
The midwife has an important task in health counseling and education, not only for the woman, but
also within the family and the community. This work should involve antenatal education and
preparation for parenthood and may extend to womens health, sexual or reproductive health and child
care.
A midwife may practice in any setting including the home, community, hospitals, clinics or health units.
(Definisi bidan yang dianut oleh Ikatan Bidan Indonesia mengacu pada definisi
internasional tersebut diatas)
BIDAN adalah profesional yang bekerja dalam kemitraan dengan perempuan untuk
memberikan bantuan yang diperlukan, pelayanan dan selama kehamilan, kelahiran dan
masa post-natal, memimpin persalinan dan memberikan pelayanan kepada bayinya.
Pelayanan kebidanan meliputi pencegahan, persalinan normal, deteksi komplikasi yang
dialami ibu dan anak, membantu memfasilitasi akses pelayanan medis bila diperlukan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam kepenasihatan pendidikan dan konseling
kesehatan, tidak hanya bagi perempuan, melainkan juga terhadap keluarga dan
komunitas. Termasuk dalam pelayanan kebidanan adalah pendidikan antenatal,
penyiapan calon ibu menjadi orangtua, bahkan sampai kepada kesehatan perempuan,
seksual dan reproduksi.
_
dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan.
2.2.2 FILOSOFI BIDAN
Nilai-nilai penting dan keyakinan yang didirikan terkait erat dengan filosofi dari asuhan
kebidanan. Salah satunya filosofi yang diyakini adalah pemenuhan kebutuhan fisik,
psikologis, kebutuhan sosial dan spiritual. Bidan harus berkomitmen untuk dapat berperan
dalam memberikan asuhan yang komprehensif.
Mempunyai bayi secara filosofis adalah peristiwa besar bagi seorang ibu. Kehamilan dan
persalinan bukan sekedar peristiwa klinis tetapi juga peristiwa transisi sosial dan psikologis
yang amat kritis bagi seorang perempuan, maka pelayanan kebidanan harus terpusat
pada kebutuhan perempuan yang unik dan individual dalam memasuki transisi ini 4 .
Dengan dasar itu, seorang Bidan memiliki keyakinan yang dijadikan panduan dalam
memberikan asuhan.
4
Royal College of Midwives,2006).
13
Maka, bidan harus mampu memberikan informasi dan konseling yang dibutuhkan
perempuan untuk meningkatkan partisipasi dan memfasilitasi pengambilan
keputusan.
Sebagai hasilnya:
1) Kehamilan dan persalinan adalah bagian dari proses kehidupan yang normal;
5
Sally Pairman, Jan Picombe, 1999
6
ICM, 2011
14
menerus selama persalinan, kelahiran, dan periode perinatal; (4) bantuan selama
periode post-natal; (5) menghindari intervensi yang tidak perlu; dan (6)
mengidentifikasi serta merujuk perempuan yang membutuhkan penanganan dari
tenaga profesi lain dengan tepat.
childbirth is a natural process, painless and even pleasurable. Unlike the first theory. This second
theory argues that this abnormality is not essential and can even now be removed. These views
think that labour is the natural process for women. These two different views are related to the feeling
of pain and death that frequently appear in the labour process. Thus, these views are influenced by
the cultural background of the mother, and have different expectations and meaning given to the
labour process.
World Health Editorial menuliskan Womens health and well being are of the most importance, both for
women themselves and for the next generation. The recent united nations Conferences in Cairo and
Beijing emphasized the right of women to give birth safely as an indispensable part of reproductive
health...
Pregnancy and childbirth are a natural process but no one is free from risk . In many parts of the world
women still suffer and die unnecessarily because they do not have acces to essential health services ...
...Safe birth does not demand sophisticated technology. The services needed are simple, but making
them available to all women calls for political commitment, high priority in resource allocation, and a
consistent strategy at national and local level... (World Health :50 years No.2, March April 1997).
Untuk mendukung sebuah keilmuan, penelitian tentang proses hamil dan melahirkan
adalah suatu hal yang alamiah dan fisiologis serta tidak hanya menyangkut aspek biologis
saja sudah dilakukan sejak ribuan tahun lalu dan riset keilmuan ini dilakukan oleh kedua
cabang keilmuan eksakta dan non-eksakta. Misalnya Dalam riset-risetnya ilmu anatomi
dan fisiologi melalui penjabaran para ahli anatomi fisiologi, sudah diketahui bahwa proses
hamil dan persalinan terjadi secara fisiologis dan berjalan secara alamiah. Ras manusia
sudah dibekali, sejak penciptaanya, dengan anatomi dan fisiologi tubuh yang luar biasa
7
Seller, 2003
8
WHO, April 1985 : Report on Appropriate Technology for birth
15
untuk menjaga kelangsungan ras manusia (bahkan anatomi dan fisiologi tubuh manusia
adalah penciptaan yang paling sempurna untuk sebuah proses reproduksi dibanding
makhluk hidup lain di muka bumi seperti hewan dan tumbuhan). baran body of knowladge
pendidikan kebidanan sebagai berikut :
CHILDBEARING
DAN
CHILDREARING
Bagaimana ilmu pengetahuan melihat fenomena yang terjadi dalam siklus itu serta Ilmu
pengetahuan apa yang terkait dan berkembang secara interaktif antara satu dengan lainnya
hingga mampu menggambarkan proses kajian keilmuan menyangkut siklus dan proses ini
merupakan kajian disiplin-disiplin ilmu tertentu yang kemuadian menjadi sendi dati Disiplin
Ilmu Kebidanan.
Disiplin Ilmu Kebidanan dikembangkan dari ilmu-ilmu dasar yang berperan dalam kajian
interaktif itu antara lain Human Ecology, Reproductive Biology, Development Biology, Serta
Social and Behavioral Sciences. Interaksi yang kompleks antara Human ecology dengan
interaksi eksternal masalah-masala social, ekonomi, lingkungan, dan bahkan politik. Hal ini
menunjukkan bahwa momentum dalam siklus perempuan tak dapat dilihat semata dari
proses kelahiran yang melibatkan bidan, akan tetapi konteks luas yang berinteraksi sebagai
akibat langsung dan tidak langsung dari siklus tersebut. Ketika didalam diri perempuan
terjadi seluruh proses sesuai prinsip-prinsip biologi maka terjadi pula proses eksternal yang
saling berinteraksi secara humanistik.
9
Mason, John, 2003; Modifikasi Pokja IBI dan AIPKIND, 2009
16
Interaksi human Ecology dan Social serta Behavioral Sciences menunjukkan dengan jelas
bahwa pada kehamilan, persalinan, kelahiran, dan postnatal, terutama sekali pada proses
childbearing dan childrearing terjadi optimalisasi interaksi lingkungan manusia (keluarga
dan masyarakat) dan perilakunya. Bagaimana proses childbearing dan childrearing akan
sangat memepengaruhi pola hidup dan interaksi seorang perempuan yang sebelumnya
belum mempunyai anak, kehidupan keluarga yang belum diwarnai kehadiran bayi dan anak
menjadi keluarga baru dengan kehadiran anak.
Ruang Lingkup praktek kebidanan yang digunakan di seluruh dokumen ini disusun
berdasarkan definisi Bidan Internasional (ICM) yang diakui oleh WHO dan FIGO dengan
mempertimbangkan kebijakan tentang kesehatan reproduksi wanita Indonesia. Fokus
pelayanan kebidanan adalah perempuan sepanjang siklus reproduksinya, bayi dan balita.
Asal kata bidan, dalam bahasa Sansekerta, wirdhan yang berarti perempuan
bijaksana, dalam bahasa perancis sage-femme yang berarti wise women, dalam bahasa
Inggris, midwife berarti with-woman i.e. the woman with, the woman assisting.
Sebagai bagian dari tenaga profesional bidang kesehatan, bidan dalam memberikan
pelayanan kebidanan bertanggung jawab dan bekerja dalam kemitraan dengan perempuan
untuk:
Memberikan dukungan, konseling dan pendidikan kesehatan, nasihat dan
pelayanan selama kehamilan dan persiapan untuk menjadi orang tua
Menolong persalinan dengan tanggung jawab sendiri
Memberikan pelayanan kebidanan selama persalinan, baru lahir, bayi dan anak-
anak di bawah lima tahun
Mempromosikan kelahiran normal, termasuk langkah-langkah pencegahan
Menyediakan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi perempuan
Mendeteksi komplikasi pada ibu dan anak
10
www.ourbodiesourblogs.org, 2008
17
Mengakses layanan medis atau bantuan lain yang sesuai sesuai dengan
kewenangan
Melaksanakan pertolongan pertama pada kasus kegawat darurat dan merujuk ke
pelayanan kesehatan yang sesuai.
Bidan bekerja dengan menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum, etika dan
moral. Bidan dapat berpraktik diberbagai tatanan pelayanan kesehatan termasuk rumah,
masyarakat, rumah sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.
Deskripsi Kode Etik Bidan Indonesia adalah merupakan suatu ciri profesi yang bersumber
dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan
komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan
pengabdian profesi. Dibawah ini adalah kode etik bidan Indonesia yang tertuang dalam
Kepmenkes 369/MENKES/SK/III/2007 :
a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya
c. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
d. Kewajiban bidan terhadap profesinya
e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
f. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan tanah air
Ciri khusus kompetensi profesi ditentukan oleh defenisi dan body of knowledge dari
profesi tersebut. Menurut Sally Pairman (2008) Competence integrates a combination of
knowledge, attitudes and skills within particular practices context. Competence is context
specific and relational. It brings together the attributes and abilities of the individual and the
performances of task (or midwifery actions) within each practices situation.
Bidan tidak hanya harus paham tentang need to know : what to do, when to do,
how to do, tetapi why to do. Bidan menguasai pengetahuan dan keterampilan serta
mengaplikasikannya secara kritis / critically dan member makna yang positip terhadap
kesehatan perempuan dan bayinya.
18
Tabel 2.2.6 diagram hubungan komponen kompetensi
Untuk mencapai kompetensi ini diperlukan suatu standar kompetensi yang ditetapkan
oleh profesi Bidan (IBI dan AIPKIND). Kompetensi bidan di Indonesia dirumuskan oleh
profesi dan stake holder yang terkait dan ditetapkan oleh pemerintah sehingga dapat
menjawab semua kebutuhan masyarakat.
Untuk menunjang tampilan kinerja ini dibutuhkan professional competence yaitu the
habitual and judicious use of communication, knowledge, technical skills, clinical reasoning,
emotions, values, and reflection in daily practices to improve health of the individual patient
and community (Epstein & Hundert, 2008). Menyikapi professional competence seorang
bidan, maka pengembangan kompetensi Bidan mengacu pada parameter International
Confederation of Midwives yang intinya adalah integrasi kemampuan keilmuan,
keterampilan dan perilaku. Pencapaian kompetensi ini harus melalui proses pendidikan
kebidanan pada university level sesuai dengan keputusan WHO di Geneva 2009.
Untuk mencapai kompetensi bidan yang utuh diperlukan kemampuan bidan untuk
membuat keputusan dengan tepat, termasuk memberikan informasi, menganalisis, dan
19
mengevaluasinya. Untuk membuat keputusan yang tepat bidan harus dibekali cara-cara
berpikir kritis, logis, etis, dan kemampuan membuat assessment dari setiap masalah /
kasus yang dihadapi.
Fokus pelayanan mandiri bidan pada aspek promotif dan preventif sehingga bidan
harus memiliki kemampuan menjaga kondisi kesehatan perempuan sepanjang siklus
reproduksinya termasuk perempuan hamil untuk tetap sehat bahkan kalau bisa ditingkatkan
dan kemungkinan komplikasi bisa dicegah. Kemudian bidan juga harus mampu menemukan
sedini mungkin kemungkinan adanya komplikasi dan dapat mengatasinya dengan tepat.
Jika komplikasi tetap terjadi, maka bidan harus mampu meminimalisir efek, dampak dan
risiko fatalitas, morbidity serta mortalitasnya dan mendampingi dalam proses pemulihan
kesehatan kembali. Bidan harus mampu melakukan kerjasama secara Tim dan rujukan
ketika terjadi kondisi patologis, dalam hal ini bidan harus dibekali dengan kemampuan
komunikasi, advokasi, kemampuan fasilitasi, pengembangan kemitraan/jejaring kerja serta
penggerakan masyarakat untuk mendukung peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak.
20
Tabel. 2.2.7.1 Model Asuhan Kebidanan berpusat pada perempuan
Implementasi lainnya dari filosofi bidan yang meyakini setiap perempuan sebagai pribadi
memiliki hak, kebutuhan dan harapan maka bidan memfasilitasi perempuan untuk berpartisipasi
aktif dalam pelayanan yang diperolehnya selama kehamilan, kelahiran dan masa nifas,
membuat pilihan serta keputusan mengenai cara pelayanan yang disediakan untuknya, Ibu dan
bayi penting dan harus dihargai. Namun saat ini kendala besar yang dihadapi perempuan
adalah masih adanya ketidaksetaraan dan ketidak adilan gender yang juga berdampak pada
status kesehatan perempuan.
Budaya
Perspektif (Agama & Suku)
Gender
dalam Sisi Pandang
Gender
Askeb
Aktualisasi
Penghargaan
Hak-hak perempuan
pandangan hak-hak
reproduksi sebagai hak
perempuan
Sensitif Gender
Politik
21
2.2.8 PERAN BIDAN DALAM PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGS
Ikatan Bidan Indonesia memiliki Visi Ikatan Bidan Indonesia mewujudkan Bidan
Profesional Berstandar Global. Visi dijabarkan dalam misi Meningkatkan Kekuatan
Organisasi; Meningkatkan Peran IBI dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan bidan;
Meningkatkan Peran IBI dalam meningkatkan Mutu Pelayanan; Meningkatkan
Kesejahteraan Anggota; Mewujudkan Kerja sama dengan Jejaring Kerja.
Struktur organisasi IBI terdiri dari Pengurus Pusat IBI yang berada di Jakarta,
Pengurus Daerah berada di 33 Propinsi, Pengurus cabang di 495 kabupaten/kota, dan
pengurus ranting di 2045 kecamatan/unit kerja. Untuk pembinaan individu anggota di
mulai dari tingkat daerah (propinsi), cabang hingga ranting dengan pembinaan langsung
melalui pembentukan standar pelayanan bidan mandiri (bidan DELIMA), dan
pembinaan tidak langsung misalnya dengan penulisan karya ilmiah dalam majalah
Bidan serta melakukan kegiatan ilmiah lainnya berupa seminar, lokakarya, dan
pelatihan-pelatihan.
1) Pengembangan pendidikan dan pelatihan
Bidan melalui organisasi profesi mendukung pendirian Asossiasi Institusi Pedidikan
Kebidanan Indonesia menjaga mutu pendidikan; Pembentukan komite
pendidikan ( Komite Uji Kompetensi , komite Standar Profesi , Komite Standar
Pendidikan dan Pelayanan), Standarisasi Pendidikan Bidan, Akreditasi Pendidikan
Bidan , berbagai pelatihan seperti penanganan asfeksia dan metode kanguru, APN
dan APK, kontrasepsi update, ABPK dll , Seminar dan Lokakarya tentang KIA/ KB
dan Kespro
2) Pengembangan pelayanan
a. Bidan Delima Standarisasi pelayanan BPS. 15 propinsi, 196 kab/ kota,
jumlah bidan delima 8397, jumlah fasilitator 1602 (dana dari USAID)
b. Pos Bakti Bidan Bidan beserta masyarakat yang ada di lingkungan
bidan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Tahun 2009: Jumlah
proposal 159. Yang mendapatkan awards : MDGs 4 - 5 bidan
c. Pelayanan Tanggap Darurat, misalnya
- Relawan bidan 124 orang
- Pelayanan KIA/ KB di camp pengungsi
- Pelayanan KIA/ KB relokasi pengungsi
- Pelatihan Kespro dan KKG untuk IBI dan Poltekes NAD (Dana dari
Ford Foundation)
Pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh bidan seperti melakukan Bulan Bakti
IBI HUT IBI Pelayanan gratis (BPS), Pelayanan KIA/KB (IBI,Dinkes & BKKBN),
pelayamanIbu Asuh Pelayanan gratis untuk ibu tidak mampu di BPS (10 % dari
22
jumlah pasien); dan Kakak Asuh Magang bidan-bidan yunior Program Mellenium
Challenge corporation Indonesia/ Immunization program (MCCI/ IP) dengan
Kegiatan Pelatihan imunisasi , Mobilisasi masyarakat , Pelayanan imunisasi (Lokasi
: 7 propinsi, 67 kabupaten).
2. Pendidikan bidan dibuka kembali pada tahun 1902, untuk perempuan muda pribumi.
Dilaporkan bahwa pada tahun 1907 telah ada 37 orang bidan bekerja di pulau Jawa.
3. Tahun 1904 dibuka pendidikan bidan untuk perempuan keturunan Indo Belanda di
Makassar, disebuah RS Swasta (Zending). Para lulusannya harus mau ditempatkan
dimana saja tenaganya dibutuhkan, termasuk di daerah pedesaan.
4. Tahun 1911 dibuka pendidikan tenaga keperawatan (mantri/juru-rawat) dari HIS (SD 7
tahun) dengan lama pendidikan 4 tahun. Lulusan juru-rawat perempuan dapat
melanjutkan pendidikan bidan selama 2 tahun.
23
5. Tahun 1920 dikeluarkan sebuah peraturan yang menetapkan bahwa pendidikan bidan
ada 2 jalur :
Jalur 1 menerima calon dari Mulo, lama pendidikannya 3 (tiga) tahun (direct entry)
disebut Bidan kelas I (Vroedvrouw, 1st klas).
Jalur 2 menerima calon dari lulusan mantri juru rawat, lama pendidikan bidan 2
(dua) tahun disebut Bidan kelas II (Vroedvrouw, 2de klas).
6. Tahun 1952 1975 dibuka pendidikan bidan dengan calon lulusan dari SMP, lama
pendidikan 3 tahun. Program ini merupakan penataan kembali program pendidikan
bidan sebelumnya (PP tahun 1920).
7. Pada tahun 1950 1953, mengingat kebutuhan tenaga untuk penolong persalinan
cukup tinggi, maka dibuka pendidikan pembantu bidan yang disebut dengan Penjenang
Kesehatan- E (PKE)/Pembantu Bidan. Peserta didik PKE adalah lulusan SMP + 2 tahun
kebidanan dasar. Lulusab pendidikan ini sebagian besar melanjutkan ke pendidikan
bidan selama 2 tahun.
8. Tahun 1953 dibuka kursus tambahan bidan (KTB) untuk pengembangan program KIA
dengan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kebidanan diarahkan menjadi
community oriented.
9. Tahun 1954 dibuka pendidikan Guru Bidan bersamaan dengan Guru Perawat dan
Perawat Kesehatan Masyarakat di Bandung. Pada awalnya lama pendidikan 1 tahun,
kemudian menjadi 2 tahun dan terakhir 3 tahun. Pendidikan ini akhirnya ditutup pada
tahun 1975
10. Di Rumah Sakit Sint Carolus Jakarta, tahun 1964 sudah memulai pendidikan bidan
Direct Entry dari SMA dengan lama pendidikan 4 tahun.
11. Pada tahun 1968 pemerintah mengeluarkan Kepmenkes No. 49/1968 tentang Peraturan
Penyelenggaraan Sekolah Bidan.
12. Tahun 1970 dibuka program pendidikan bidan dari lulusan Sekolah Pengatur Rawat
(SPR) disebut Sekolah Perawat Lanjutan Jurusan Kebidanan (SPLJK), lama
pendidikannya 2 tahun.
13. Tahun 1972 dibuka Sekolah Guru Perawat/Bidan/Perawat Kesehatan Masyarakat, lama
pendidikanya 1 tahun yang akhirnya juga ditutup pada tahun 1987.
14. Tahun 1974 karena banyaknya jenis tenaga kesehatan menengah kebawah (24
kategori) maka diadakan penyederhanaan pendidikan, sehingga sekolah bidan ditutup
dan diganti dengan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang diharapkan dapat
mengganti tugas bidan dan ternyata terbukti tidak sesuai dengan harapan.
15. Tahun 1975-1984 tidak ada pendidikan bidan, karena seluruh pendidikan Bidan yang
ada di Indonesia ditiadakan.
24
16. Sehubungan dengan AKI & AKB di Indonesia yang sangat tinggi, kebijakan Pemerintah
membuka program pendidikan mahir KIA dari SPK + 1 tahun pada tahun 1985. IBI
menolak nama mahir KIA tetapi harus bidan.
17. Program penyelenggaraan pendidikan bidan pada tahun 1985 diatur dalam dalam
Permenkes No.386/Menkes/SK/VII/1985 tanggal 22 Juli 1985. Pedoman umum
Penyelenggaraan Pendidikan Bidan diatur dalam Kepmenkes
No.2221/Kep/Diknakes/XII/1987, Sedangkan untuk berlakunya kurikulum Pendidikan
Bidan diatur dalam Kepmenkes No.1527/Kep/Diknakes/VII/1985.
18. pada tahun 1989 dibuka Crash program/pendidikan cepat bidan secara nasional dari
lulusan SPK+1 tahun Kebidanan yang disebut Program Pendidikan BidanA (PPB-A),
untuk memenuhi kebijakan menempatkan bidan disetiap desa.
19. Tahun 1993 di buka program Program Pendidikan BidanB (PPB-B), yaitu lulusan dari
Akademi Perawat di tambah 1 tahun kebidanan dan diharapkan menjadi pengajar di
pendidikan bidan. Program ini berlangsung hanya 2 (dua) tahun, karena ternyata
kompetensi yang dicapai sama dengan PPB-A. Atas permintaan beberapa propinsi,
untuk memenuhi kebutuhan tenaga bidan yang mendesak maka masih dibuka Program
Pendidikan BidanC (PPB-C) di 11 propinsi tertentu, dari lulusan SMP dan lama
pendidikan 3 (tiga) tahun.
20. Tahun 1996 dengan SK Menkes No.4118 tahun 1987 dan SK Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No.009/U/1996 dibuka Program DIII Kebidanan.
Tahun ini merupakan awal dari peningkatan pendidikan bidan yang berorientasi pada
pengembangan profesi dan menjawab tantangan perubahan dan perkembagan tuntutan
dan kebutuhan masyarakat.
21. Untuk memenuhi tenaga pendidik pada program Pendidikan D-III Kebidanan dibuka
Program D IV Bidan Pendidik pada tahun 2000 yang berlangsung hingga saat ini. D IV
bidan pendidik ini merupakan Crash programme.
22. Sejalan dengan perubahan peraturan dan perundangan yang berlaku, serta tuntutan
dampak globalisasi telah dikembangkan pendidikan akademik dan profesi kebidanan
pada jenjang Strata I (S1) dan Strata II (S2).
25
2.3.9 Perkembangan Pelayanan Kebidanan
2. Pada tahun 1952 bersamaan dengan dikembangkannya pelayanan kesehatan ibu dan
anak secara menyeluruh bidan mengambil peranan penting. Pada mulanya bidan tidak
diperbolehkan memberikan pertolongan klinis, namun dengan dikembangkannya
konsep paripurna kesehatan ibu dan anak, bidan diperbolehkan secara luas
memberikan pelayanan dalam masa kehamilan, persalinan, masa nifas dan bayi baru
lahir serta tindakan medik sederhana.
3. Tahun 1953 dibuka Kursus Tambahan Bidan (KTB). Tujuan program ini adalah
mendidik bidan untuk lebih berorientasi kepada masyarakat (Community Oriented).
Program KTB berlangsung sampai tahun 1972.
6. Karena untuk melakukan tindakan tertentu bidan harus dibawah pengawasan dokter
dan tidak mungkin selalu dilaksanakan, maka dikeluarkan Permenkes 572/VI/1996
dimana semua tindakan bidan sesuai dengan kewenangannya menjadi tanggung jawab
bidan itu sendiri.
26
1. Dalam kitab-kitab kuno, catatan tentang bidan dapat ditemukan di kitab Papyrus, Mesir
dan Tao Tse Ching, Cina.
2. Dalam Kitab Suci Agama Kristen yang masih berlaku sampai sekarang jelas dipakai
istilah bidan yaitu : Pada zaman Firaun sebelum Nabi Musa lahir, tercatat di Kitab
Keluaran/Exodus 1:16-21; dimana Firaun yang mendapat mimpi akan lahir seorang
pemimpin dari bangsa Yahudi (Ibrani), maka Firaun memerintahkan bidan-bidan Mesir
untuk membunuh semua bayi laki-laki Ibrani yang mereka tolong. Sikap bermoral tinggi,
saleh (takut akan Allah), serta misi advokasi sudah ditunjukan bidan zaman itu. Tercatat
bidan Mesir bernama Shiprah dan Phoah yang dipanggil Raja Firaun untuk
menanyakan bayi laki-laki yang telah mereka tolong (bunuh), maka dengan berani
mengambil resiko dengan segala konsekuensinya, kedua bidan Mesir itu mengatakan
kepada Firaun bahwa pada waktu mereka datang bayi dari perempuan Ibrani itu sudah
lahir, sehingga mereka tidak mengetahui apakah bayi itu bayi laki-laki atau perempuan.
3. Buku-buku Filsafat Yunani Kuno juga mencatat tentang sejarah bidan. Socrates (470-
399 SM) adalah anak bidan, dia mengakui bidan sebagai profesi yang paling dihormati.
Sebagai perintis Filsafat Yunani dia mengembangkan metode pengajaran, yang
dizaman modern ini dikenal sebagai metode dialektika dan Socrates menamakannya
Maientike Tekhne (Seni Kebidanan). Dia belajar dari ibunya (Phenerete), melihat
peran bidan dalam memberdayakan ibu-ibu pada saat melahirkan. Socrates memakai
seni kebidanan ini dalam membantu murid-muridnya untuk melahirkan ide-ide
cemerlangnya. Selain Socrates, Plato dan Aristoteles juga memberi penghargaan tinggi
kepada profesi bidan ( Plato murid Socrates dan Aristoteles murid Plato).
4. Di Cordoba, Spanyol pada abad ke 12, seorang dokter ahli kandungan bangsa Arab-
Moro (Al-Zahrawi) telah mendidik wanita muda untuk menjadi bidan, karena adat-
istiadat pada waktu itu lebih menerima wanita sebagai pendamping ibu sewaktu
melahirkan.
5. Di Swiss pendidikan bidan secara formal dimulai sejak abad ke 16 dan pada tahun 1569
sudah ada legislasi yang mengatur Praktik Kebidanan. Dengan demikian sejarah
menunjukkan bahwa pendidikan bidan sejak awal sudah terpisah dengan pendidikan
tenaga kesehatan lainnya.
6. Di Spanyol pada tahun 1752 dibuat persyaratan bahwa bidan harus lulus ujian dengan
materi ujiannya diambil dari buku A short Treatise on the Art of Midwifery. Pada
tahun 1789 pendidikan bidan dibuka di ibukota Madrid dan pada tahun 1932 pendidikan
bidan secara resmi menjadi School of Midwives.
7. Negara Belanda merupakan salah satu Negara Eropa yang teguh berpendapat bahwa
pendidikan bidan harus terpisah dari pendidikan perawat (Bidan di Belanda disebut
Verloskundige).
10. Negara Canada baru membuka pendidikan bidan secara resmi pada tahun 1991
setingkat Universitas dengan direct entry. Konsep dasar dari model pendidikan tersebut
adalah kemitraan yang berintegrasi dan berinteraksi antara perempuan, guru bidan,
mahasiswa bidan, institusi pelayanan dan pendidikan, serta organisasi bidan.
Kemitraan ini menjaga agar program pendidikan bidan tetap pada tujuan utamanya,
yaitu mencetak bidan-bidan yang dapat bekerja secara mandiri sebagai pemberi asuhan
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang dibutuhkan.
11. Negara Inggris merupakan salah satu negara dimana pendidikan bidan dan praktik
kebidanannya sudah stabil. Di Negara ini sudah ada Undang-Undang tentang praktik
kebidanan (Midwifery Act) tahun 1902.
12. Negara Amerika mulai membenahi pendidikan bidannya setelah perang dunia ke II. Di
negara ini pendidikan bidan direct entry dengan level S-2 dimulai sejak tahun 1996 di
University of New York (Brooklyn).
13. Negara Australia mengalami kemajuan pesat sejak 10 tahun terakhir. Dasar pendidikan
bidan mengalami perubahan dari Traditional Hospital Base Programme menjadi Tertiary
Course Studies yang menyesuaikan kebutuhan pelayanan di masyarakat. Bidan bekerja
di komunitas tetapi perannya berbeda dengan petugas kesehatan komunitas lainnya.
Tingkat pendidikan bidan saat ini sudah mencapai tingkat doktoral.
28
Sumber : Data Pusdiknakes, Data EPSBED - 17/08/201011
Jumlah
Jumlah Jumlah Institusi
Jumlah institusi
No. Regional Dosen Terakeditasi Diknakes
Institusi D3 terakreditasi
per September 2009
BAN-PT
1 Regional 1 206 2056 46 36
2 Regional 2 56 464 10 17
3 Regional 3 85 961 48 1
4 Regional 4 89 839 27 16
5 Regional 5 120 1208 24 12
6 Regional 6 87 520 29 4
Total 643 6048 184 86
Jumlah institusi
Jumlah Jumlah
No. Regional terakreditasi
Institusi D4 Dosen
BAN-PT
1 Regional I 15 42 3
2 Regional II 12 70 2
3 Regional III 5 6 0
4 Regional IV 5 27 2
5 Regional V 8 59 1
6 Regional IV 3 0 0
total 48 204 8
Tabel 2.5.4 Jumlah lulusan baru bidan Poltekkes dan Non Poltekkes
tahun 2006 201012
NO Tahun Poltekkes Non Poltekkes Jumlah
1 2006 3.287 4.977 8.264
2 2007 4.530 8.847 13.377
3 2008 3.957 5.174 9.131
4 2009 4.513 14.032 18.545
5 2010 4.012 13.816 17.828
Jumlah Total 20.299 46.846 67.145
11
(www.evaluasi.or.id
12
Pusdiknakes, 2010
29
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Salah satu kunci keberhasilan upaya peningkatan kesehatan adalah melalui upaya
penyediaan tenaga kesehatan dalam jumlah dan kualitas yang memadai serta penyebaran
yang merata sehingga mampu memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat luas.
Penyediaan tenaga kesehatan dilakukan melalui suatu pendidikan tenaga kesehatan mengacu
pada sistem pendidikan nasional. Keberadaan bidan sebagai suatu profesi saat ini, belum
dihasilkan dari suatu jalur pendidikan kebidanan profesi sebagaimana diatur dalam sistem
pendidikan nasional.
Pendidikan kebidanan di Indonesia saat ini terdiri dari pendidikan vokasi dan profesi
dengan jenjang Diploma III, S1 akademik-profesi dan Magister kebidanan. Kendala yang
dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan kebidanan yaitu belum sepenuhnya memenuhi
standar nasional pendidikan terutama ketersediaan dosen yang sesuai dengan UU No 14 tahun
2005 dan lahan praktik. Kondisi pendidikan kebidanan dengan kendala tersebut akan
berdampak terhadap kualitas lulusan yang belum memenuhi standar kompetensi yang
diharapka. Oleh karena itu, untuk pembenahan sistem pendidikan kebidanan ke depan Undang-
Undang dan peraturan yang berlaku, perlu dipahami dan diimplementasikan oleh berbagai
pihak terkait (Kemenkes, Kemdikbudnas, Kemaparatur negara, Badan Kepegawaian Negara,
Kemnakertrans) serta para stakeholders lainnya.
5.2 SARAN
Beberapa saran perlu untuk disampaikan dalam Naskah Akademik ini antara lain adalah:
1. Menyusun kebijakan dan sistem pendidikan kebidanan di Indonesia yang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik nasional dan internasional
(ICM dan WHO)
2. Memberlakukan sistem dan standar pendidikan kebidanan yang sudah disepakati dan
mengacu pada UU sisdiknas dan Standar Nasional Pendidikan
3. Menetapkan kategori lulusan/ketenagaan dalam nomenklatur baku yang berlaku untuk
masa depan. Hal ini untuk memudahkan pengembangan jenjang karir bidan dan juga
untuk menetapkan pembedaan kompetensi dari lulusan yang dihasilkan sesuai
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Kebidanan.
4. Mendukung perkembangan pendidikan bidan setara dengan profesi lain S1, S2 dan S3.
5. Pendidikan S2 Kebidanan harus dengan latar belakang S1 Kebidanan (Akademik-
Profesi). Program S2 Kebidanan dengan calon peserta didik D4 Bidan Pendidik
merupakan Crash Program untuk mengatasi kebutuhan sementara. Dengan demikian
30
perlu keputusan tegas dari pemerintah untuk menghentikan crash program bila telah
meluluskan 5 angkatan.
6. Dengan adanya UU no 14 th 2005 tentang guru dan dosen serta sudah ada lulusan
program S1 maka Program DIV Bidan pendidik diusulkan untuk ditutup.
31
BAGIAN DUA
I. KONSIDERANS
Melihat sejarah pendidikan bidan sejak 1851 sampai sebelum tahun 2007
(sebelum dibukanya S1 kebidanan), pendidikan bidan yang dikembangkan belum
ajeg, karena hanya mengikuti program pemerintah, belum ditata sesuai dengan
kebutuhan pengembangan profesi dan tuntutan standar pendidikan kebidanan global
pendidikan bidan yag direkomendasikan WHO, Geneva, 2006 . yaitu university level.
32
mengembangkan diri, mengembangkan disiplin ilmu, mengembangkan body of
knowledge setara dengan profesi kesehatan lainnya.
1.2 Ketiadaan sistem pendidikan kebidanan yang mengatur arah, tujuan, dan cara
pencapaian Pendidikan Kebidanan saat ini
Saat ini jumlah pendidikan bidan di Indonesia berjumlah 661 institusi. Institusi yang
sudah terakreditasi BAN-PT 260 (39,3%), terakreditasi Kemenkes 214 (32,4%),
Institusi baru yang belum terakreditasi 180 (27,2%), institusi lama yang belum
terakreditasi 14 (2,1 %), masa berlaku akreditasi habis 15 (2.2%), dualisme akreditasi
48 (7.2%) yang tidak ada data SK dan akreditasi 20 (3.0%) (data EPSBED,
Pusdiknakes, BAN PT, 2010) .Jika dianalisis masih belum terstandarnya sistem
akreditasi yang diterapkan untuk pendidikan kebidanan.
Pemenuhan dosen yang sesuai dengan UU guru dan Dosen dan Standar
Nasional Pendidikan. Berdasarkan UU no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 45 Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan
33
_
pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Sedangkan pasal 46 (ayat 1) Kualifikasi akademik dosen
sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 diperoleh melalui pendidikan tinggi program
pascasarjana yang terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian.
1.5 Baru berdirinya lembaga yang jelas menyangkut registrasi, sertifikasi, lisensi.
Untuk pencapaian MDGs 5 program umumnya adalah Kelas ibu hamil dan tumbuh
kembang balita, pelayanan ANC terintegrasi, Mobilisasi masyarakat untuk peduli ibu
hamil dan bayi baru lahir, Kelas ibu hamil pemeriksaaan kehamilan dan pemberian
PMT kepada ibu hamil, dan mencegah terjadinya gizi buruk
22
1.8 Kecenderungan Pendidikan Kebidanan Internasional Kedepan
Pengembangan Pendidikan Kebidanan kedepan akan menghadapi tantangan
updating kurikulum dengan memasukkan prinsip-prinsip pelayanan berbasis evidence;
kompetensi kultural; manajemen informasi; keterampilan berbasis populasi, seperti
epidemiologi, biostatistik, ilmu perilaku dan ilmu politik; pendanaan pelayanan
kesehatan, pengelolaan pelayanan, dan aspek business dalam praktik dan kebijakan
kesehatan; dan terakhir tapi tak kalah penting adalah kualitas kurikulum nasional
(nationally recognized qualifiaction) yang dapat digunakan dunia internasional (utilezed
internationally). Saat ini dalam persiapan negara negara menuju pasar global, lulusan
bidan luar negeri lulusan minimal berpendidikan bachelor degree.
III. TERMINOLOGI
36
3.1. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui
pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta
memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah
mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
3.2. Pendidikan kebidanan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya sebagai bidan yang memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara dalam
mengembangkan kemampuannya sebagai care provider, communicator,
community leader, manajer dan decision maker.
3.3. Sistem pendidikan kebidanan merupakan subsistem dari sistem pendidikan
nasional yang meliputi keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
3.4. Peserta didik pendidikan kebidanan adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur
dan jenjang pendidikan kebidanan.
3.5. Tenaga kependidikan dalam pendidikan kebidanan adalah anggota masyarakat
yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan kebidanan.
3.6. Pendidik adalah tenaga profesional dalam pendidikan kebidanan yang memiliki
kualifikasi sebagai dosen, konselor, pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan kebidanan.
3.7. Jenjang pendidikan kebidanan adalah jenjang pendidikan tinggi.
3.8. Jalur pendidikan kebidanan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan
tujuan pendidikan kebidanan.
3.9. Pendidikan Vokasi Kebidanan adalah Suatu program pendidikan tinggi pada
jenjang D3 yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan
keahlian terapan kebidanan.
3.10. Pendidikan Akademik adalah merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan
pasca sarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan dan pengembangan
disiplin ilmu pengetahuan.
3.11. Pendidikan Akademik Profesi Kebidanan adalah pendidikan yang dilaksanakan
secara terintegrasi, diarahkan pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk mencapai kompetensi profesi dan penerapan keahlian yang
diselenggarakan oleh universitas
3.12. Satuan pendidikan kebidanan adalah kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan kebidanan pada jalur formal pada setiap jenjang
dan jenis pendidikan kebidanan.
3.13. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan akademik dan profesi pada jenjang sarjana, master dan
doktoral.
3.14. Standar Nasional Pendidikan Kebidanan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan kebidanan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
37
3.15. Kurikulum Pendidikan Kebidanan adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan kebidanan.
3.16. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada lingkungan belajar dalam pendidikan kebidanan.
3.17. Evaluasi Pendidikan Kebidanan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan
penetapan mutu pendidikan kebidanan terhadap berbagai komponen pendidikan
pada setiap jalur dan jenjang sebagai bentuk pertanggungjawaban
penyelenggaraan pendidikan kebidanan.
3.18. Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan pendidikan
kebidanan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
3.19. Sumber Daya Pendidikan Kebidanan adalah segala sesuatu yang dipergunakan
dalam penyelenggaraan pendidikan kebidanan yang meliputi tenaga
kependidikan, masyarakat, dana, sarana, dan prasarana.
INSTRUMENTAL INPUT :
1. Tenaga pendidik Pengembangan
2. Fasilitas Kemampuan profesional
3. Budgeting Berkelanjutan dan
4. Policy Sistem karir bidan,
5. kurikulum reward
PROSES : OUTCOME :
2. Aktifitas Kualitass / Kinerja bidan
RAW INPUT OUTPUT :
pembelajaran dalam
Peserta didik jumlah dan kualitas
3. Penelitian Memberikan
dengan LULUSAN
4. Pengabdian masyarakat Pelayanan
karakteristiknya
5. Students Affairs
1. K
u
a
l
i
t
4.5.1 RAW INPUT a
s
Raw Input pendidikan kebidanan sangatlah strategis karena sifat pekerjaan bidan 2.
sangat spesifik dan melayani individu / perempuan dan keluarganya yang memiliki
situasi kompleks. Untuk dapat memberikan pelayanan pada situasi kompleks
dibutuhkan kesiapan fisik, emosi, social, pengetahuan dan keterampilan.
40
d. Seseorang yang memiliki kemampuan social (kemampuan adaptasi dan
kerjasama dalam tim, mampu berkomunikasi dan menjadi pendengar yang
baik)
Proses seleksi raw input harus memenuhi prinsip keadilan, objektif, valid dan akurat,
akuntabel dan transparan. Jumlah raw input harus mengacu kepada kebutuhan
pelayanan sehingga tidak terjadi over produksi tenaga bidan yang besarannya akan
ditentukan dalam dokumen standar
a. Tenaga Pendidik
b. Kurikulum
Kurikulum suatu pendidikan bahwa:
a. Kurikulum pendidikan bidan harus konsisten dengan filosofi bidan dan model
praktik bidan
b. Mengacu pada learning outcomes yang jelas
c. Lulusannya mampu mendemonstrasikan kompetensi bidan secara utuh,
memenuhi kriteria untuk menjadi bidan indonesia yang terregistrasi dan
terlisensi dan berpengetahuan luas terhadap perkembangan global
d. Mememuhi syarat bagi lulusannya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan
kebidanan berikutnya.
e. Memenuhi standar pendidikan internasional
41
f. Mengunakan pendekatan evidence based approach, pembelajaran orang
dewasa, dan SPICES (student center, problem based learning, integrated
teaching, community oriented, early clinical exposure, self directing learning).
g. Peka terhadap kebutuhan nasional dan global dan perkembangan keilmuan
dan profesi.
4.5.3 PROSES
Prinsip penyelenggaraan Pendidikan Kebidanan harus menyiapkan calon bidan
untuk menjadi :
Expert dalam melakukan praktik kebidanan
Mampu Mengkaji dan mendiagnosa
Mampu mengidentifikasi, merujuk dan berkolaborasi dengan cepat dan tepat
pada profesi kesehatan lain yang berwenang
Melakukan tindakan-tindakan pertolongan dalam keadaan emergensi untuk
penyelamatan hidup
Menggabungkan kemampuan klinis dan hasil-hasil penelitian dan kemampuan
berpikir kritis untuk memberikan pelayanan yang individualized
4.5.4 OUTPUT
4.5.5 OUTCOMES
Sejauh mana bidan menjalankan peran dan fungsinya serta dampaknya terhadap
pelayanan (kepuasan, complain, serta kontribusinya dalam penyelesaian masalah)
42
Proses Belajar Mengajar berlangsung dalam iklim akademik yang
kondusif baik dalam konteks dosen, mahasiswa, maupun sarana/prasarana,
serta lingkungannya. Keterlibatan mahasiswa dalam diskusi dan penelitian
yang dilakukan dosen.
(d) Internal Management yang efektif,
Terdapat Unit Penjaminan Mutu Akademik dan Mutu Insitusi yang
mampu bekerja memonitor dan mengevaluasi kinerja institusi dengan baik.
(e) Sustainabilitas program
Program yang dibuka harus tetap berlanjut karena dukungan dana dan
sumberdaya yang memungkinkan keberlanjutan program. Program harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada stakeholders dan masyarakat.
(f) Efisiensi dan Produktivitas Program Studi.
Proses Belajar Mengajar berlangsung dengan lancar dengan
mengefisiensikan pemanfaatan sarana/prasarana, dan sumberdaya
Pendidikan S1 Kebidanan
Akademik Profesi
D3 KEBIDANAN
SMA
Keterangan gambar :
( ) : Jalur kredensial
(---->) : Jalur transisi
43
Jalur pendidikan akademik yang dikembangkan meliputi:
Untuk pendidikan dasar profesi ditempuh melalui pendidikan akademik profesi.
Pengembangan pendidikan akademik melalui jalur pendidikan S2 dan S3, Jalur ini
dikembangkan untuk memberikan kemampuan dalam bidang penelitian, pendidikan dan
manajemen.
Contoh Penulisan
Jenjang Program Studi Sebutan Gelar
Gelar
S1 Pendidikan bidan Sarjana Kebidanan S.Keb., Julia, S.Keb.,Bd.
(akademik-profesi) Bd
Agar kualitas suatu Program Studi Kebidanan dapat dipertahankan, Pilot Project
yang ada perlu dan terus menerus melakukan evaluasi diri, monitoring, dan evaluasi
agar standar kualitas dapat tercapai dan sekaligus menjadi percontohan bagi
Program Studi sejenis yang akan dibuka kemudian. Kebijakan untuk itu adalah :
1) Program Studi yang dibuka itu setiap tahun diwajibkan melakukan evaluasi diri
dan terus megembangkan diri sesuai parameter kualitas diatas
2) Adanya Kolegium dan Konsil Kebidanan Indonesia (UU??)
3) Untuk menjaga mutu pada program pendidikan strata satu bidan yang menjadi
pilot project persyaratan administratif pembukaan Program studi Strata satu
Pendidikan Kebidanan sekurang-kurangnya terdiri dari : a) Rekomendasi PPIBI
dan AIPKIND, b) Studi Feasibilitas dan Akuntabiitas yang teramati dan terukur,
44
c) Universitas/Fakultas Kedokteran Negeri yang telah memperoleh Akreditasi
BAN-PT dengan akreditasi A.
4) Pembukaan setiap jenjang Pendidikan Kebidanan dipertimbangkan berdasarkan
analisis kesiapan institusi penyelenggara pendidikan dan kebutuhan tenaga
bidan baik secara regional maupun nasional dan sesuai dengan syarat dan
ketentuan yang berlaku.
Berikut dapat dilihat uraian kualifikasi secara singkat sesuai yang terdapat pada tabel
berikut berdasarkan KKNI bidan Indonesia. Kualifikasi secara rinci terdapat pada LAMPIRAN
Profesi S1- Profesi 7 Bidan (Bd) Menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan
Mampu merencanakan dan mengelola sumber
daya dibawah tanggung jawabya dan
mengevaluasi secara komprehensif kerjanya
45
Jenis Jenjang Level
Sebutan Lulusan Kualifikasi Lulusan
Pendidikan Pendidikan KKNI
dengan memanfaatkan IPTEK untuk
menghasilkan langkah-langkah pengembangan
strategis organisasi
Mampu memecahkan permasalah sains,
teknologi, dan atau seni di dalam bidang
keilmuannya melalui pendekatan monodisipliner
Mampu melakukan riset dan mengambbil
keputusanstrategis dengan akuntabilitas dan
tanggungjawab penuh atas semua aspek yang
berada dibawah tanggungjawab bidang
keahliannya.
1) Bidan Terampil
Bidan terampil meliputi lulusan Sekolah Bidan dan Diploma III kebidanan,
merupakan bidan pelaksana yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan
dan mengelola pelayanan kebidanan pada kasus fisiologis dan
kegawatdaruratan, baik di institusi maupun praktik perorangan, berlandaskan
etika, kode etik, dan peraturan yang berlaku.
Penjenjangan bidan terampil, terdiri dari :
(1) Bidan Pelaksana Pemula (II/a)
(2) Bidan Pelaksana (II/b, II/c, II/d)
(3) Bidan Pelaksana Lanjutan (III/a dan III/b)
(4) Bidan Penyelia (III/c dan III/d)
2) Bidan Ahli
Bidan Ahli meliputi lulusan Strata satu kebidanan (S1) atau Diploma IV
Kebidanan yang memiliki kompetensi untuk mengelola dan melaksanakan
pelayanan kebidanan pada kasus fisiologis, asuhan pada kasus patologis
kebidanan, asuhan pada kasus patologis dengan penyakit penyerta dan
kegawatdaruratan, baik di institusi maupun praktik perorangan, berlandaskan
etika, kode etik, dan peraturan yang berlaku.
Penjenjangan bidan ahli, terdiri dari :
(1) Bidan Pertama (III/a dan III/b)
(2) Bidan Muda (III/c dan III/d)
(3) Bidan Madya (IV/a, IV/b dan IV/c)
Bidan yang akan naik jenjang jabatan dari bidan terampil ke bidan ahli
perlu mengikuti dan lulus diklat penjenjangan dengan materi pendidikan dan
pelatihan meliputi etika profesi dan tugas pokok bidan. (pasal 31)
1) Standar Isi
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan (lulusan), kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi
oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Seperangkat
kompetensi lulusan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran tertuang dalam dokumen kurikulum.
Kompetensi bidan terdiri dari 7 area yaitu: 1) Etika Legal dan Keselamatan
Pasien 2) Komunikasi Efektif;; 3) Pengembangan diri dan Profesionalisme; 4)
Landasan ilmiah ilmu kebidanan 5) Ketrampilan Klinis dalam praktek kebidanan; 6)
Promosi Kesehatan; 7) Manajemen Kewirausahaan dan Kepemimpinan.
1) Standar Proses
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan.
50
Untuk mencapai standar proses tersebut, digunakan Pendekatan
Pembelajaran SPICES (Student Centered, Problem-Based, Integrated, Community
Oriented, Early Exposure to Clinic, dan Systematic ) sebagai berikut:
a. Student Centered, pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan rambu-
rambu satuan kredit semester (SKS) terbalik, yaitu mendahulukan kegiatan
Mandiri dengan menggunakan modul, kemudian kegiatan terstruktur dalam
bentuk tutorial dalam Small Group Discussion, dan kegiatan Tatap Muka dalam
bentuk Kuliah Pakar untuk mengklarifikasi, mensintesis, meresume, dan
menyimpulkan hasil-hasil belajar yang dipandang perlu sesuai dengan Tujuan
Pendidikan.
b. Problem-Based , mahasiswa akan mengenal real setting lebih awal dan
karenanya akan lebih siap ketika memasuki lapangan kerja. Dengan pendekatan
Integrated, diharapkan kompetensi dapat dicapai dengan mengintegrasikan
pengalaman belajar kognitf, psikomotor, dan afektif untuk diperolehnya
pengalaman belajar yang holistik dan komprehensif. Dengan integrasi beberapa
matakuliah pendukung akan dicapai efisiensi pembelajaran yang lebih tinggi.
c. Community Oriented, pembelajaran kompetensi pelayanan kesehatan dalam
berbagai setting komunitas akan menjadi lebh kontekstual.
d. Early Exposure to Clinic, akan : a) meningkatkan motivasi belajar mahasiswa
mencapai tujuannya memasuki pendidikan kebidanan , b) memungkinkan
pembelajaran akan lebih efektif dan efisien karena terjadi integrasi vertikal
antara basic science dan clinical practice, dan c) meningkatkan kemampuan
clinical reasoning- clinical judgment, antara teori yang dipelajari dengan
sindroma, simptoma, serta kondisi klinis pasien yang dihadapi.
e. Systematic mahasiswa memperoleh kompetensi pengembangan diri dengan
memiliki kemampuan learning how to learn sebagai modal dalam belajar
sepanjang hayat. Dalam penyelenggaraan pendidiak harus melakukan kemitraan
dengan institusi pendidikan kebidanan dan institusi pendidikan kesehatan yang
lain atau disiplin ilmu yang lain,dengan lahan praktek, dengan organisasi
profesi dan dengan lembaga-lembaga internasional.
52
4) Standar Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Sarana dan prasarana adalah unsur penunjang dalam pelaksanaan tri dharma
perguruan tinggi, yang mencakup bangunan, perabotan, peralatan (perangkat keras
dan lunak), dan sistem pengamanan aset dan kampus. Sesuai dengan visi, misi atau
mandatnya maka suatu perguruan tinggi membutuhkan pengembangan suatu sistem
pengelolaan yang mencakup perencanaan, pengadaan, pendataan, pemanfaatan,
pemeliharaan, penghapusan, serta pemutahiran semua sarana dan prasarana.
Perguruan tinggi harus memiliki panduan khusus mengenai kelengkapan dan
kecukupan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, termasuk sistem klasifikasi,
inventarisasi dan informasi keberadaannya. Perguruan tinggi harus memiliki sistem
pengelolaan yang menjamin adanya akses yang lebih luas terutama bagi mahasiswa
dan dosen melalui penerapan model-model resource sharing. Bentuk kepemilikan
lain seperti sewa, pinjam atau hibah harus dinyatakan dalam surat kesepakatan
antara perguruan tinggi dan pihak terkait dengan kepastian hukum yang jelas.
54
a. Evaluasi
Evaluasi pendidikan kebidanan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan dan
penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada
setiap jalur dan jenjang pendidikan. Evaluasi pendidikan kebidanan berbentuk
evaluasi internal dan eksternal sebagai pertanggungjawaban dalam
penyelenggaraan pendidikan kebidanan. Institusi penyelenggara kebidanan
harus melakukan evaluasi program yang diselenggarakan termasuk proses
belajar mengajar dan pengembangan programnya dengan menggunakan
metode evaluasi yang tepat. Dalam rangka melakukan evaluasi penyelenggraan
pendidikan menggunakan berbagai metode evaluasi unrtuk mengkaji
kesesuaian kurikulum , penampilan/profil lulusan dan umpan balik dari
kliendan stake holder.
b. Akreditasi
Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan pendidikan kebidanan sesuai
dengan jalur dan jenjang pendidikan kebidanan yang dilaksanakan oleh
pemerintah dan atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk
akuntabilitas publik dengan berdasarkan kepada kriteria yang bersifat
terbuka.Pendidikan kebidanan merupakan bagian dari tinggi yang memenuhi
standar internal, akreditasi yang diakui dan atau memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh pemerintah. Standar Akreditasi meliputi konten akademik dan
menunjukkan hasil keluaran yang profesional. Proses akreditasi program
pendidikan bidan diakui sesuai dengan karakteristik profesinya.
c. Sertifikasi
(1) Sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi.
(2)Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi
belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian
yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi.
(3)Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan
lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai
pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah
lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang
terakreditasi atau lembaga sertifikasi.
(4)Ketentuan mengenai sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
55
pada tahun 2020 sudah memenuhi kriteria profesi dan sesuai kriteria sistem
pendidikan kebidanan.
3) Bidan yang saat ini sebagian besar berada pada level pendidikan Diploma III,
secara bertahap dapat menyesuaikan pendidikannya sesuai dengan alur kredensial
pendidikan kebidanan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku
4) Strategi dan mekanisme penyesuaian jenjang pendidikan dapat dilakukan melalui
program RPL (Recognizing Prior of Learning) yang dilaksanakan sesuai dengan
syarat dan ketentuan yang berlaku.
5) Untuk penyesuaian jalur dan jenjang pendidikan kebidanan sebagaimana tersebut
diatas perlu diatur strategi dan mekanisme yang dapat mendukung proses
pelaksanaannya.
56