Untuk dapat disebut sebagai suatu kewajiban, suatu objek harus memuat suatu
tugas atau tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk
melunasi, menunaikan, atau melaksanakannya dengan cara mengorbankan manfaat
ekonomik di masa yang akan datang. Berdasarkan pengertian tersebut bisa dikatakan
bahwa suatu kewajiban hanya terjadi antar kesatuan usaha atau paling tidak melibatkan
kesatuan usaha lain.
2. Keharusan Sekarang
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa datang
harus timbul akibat keharusan sekarang. Pengertian sekarang ini mengandung pengertian
(1) waktu, yaitu tanggal pelaporan, dan (2) adanya. Beberapa keharusan yang tercakup
dalam pengertian kewajiban ini adalah keharusan kontraktual, keharusan konstruktif,
keharusan demi keadilan, dan keharusan bergantung atau bersyarat. Walapun secara
definisional keharusan-keharusan tersebut menimbulkan kewajiban, tidak semua
kewajiban diakui dalam akuntansi.
Transaksi atau kejadian masa lalu merupakan kriteria untuk memenuhi definisi
tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Transaksi masa lalu yang dimaksud disini adalah
transaksi yang menimbulkan keharusan sekarang telah terjadi.
kemungkinan manfaat ekonomi masa depan yang diperoleh atau dikendalikan oleh satuan usaha
tertentu sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa dimasa lalu. 2
FASB mendefinisikan kewajiban dalam pernyataan yang sama dengan gaya yang paralel:
kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi dimasa depan, yang timbul dari kewajiban satuan
usaha pada saat ini untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada satuan-satuan
usaha lain dimasa depan sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa dimasa lalu. 3
Kekuatan dan kelemahan definisi FASB ini hanya akan tampak nyata jika dibandingkan
dengan definisi-definisi yang mendahuluinya dan dalam konteks praktik yang diperbolehkan dan
dilarang FASB.
Professor John Canning dari Stanford adalah salah seorang yang pertama-tama mencoba
merumuskan definisi yang komprehensif untuk elemen-elemen neraca. Beliau mendefinisikan
aktiva sebagai:
Setiap manfaat masa depan dalam bentuk uang atau setiap manfaat masa depan yang bisa
dikonversikan menjadi uang . . . hak atas manfaat itu secara legal atau karena keadilan dijamin
bagi orang atau sekelompok orang tertentu. Manfaat seperti itu merupakan aktiva hanya bagi
orang atau sekelompok orang itu. 4
Suatu manfaat, yang bisa dinilai dengan uang, yang secara legal (atau karena keadilan) harus
diserahkan oleh pemilik (pemegang aktiva) kepada orang (atau sekelompok orang) kedua . . . 5
Kebaikan kedua definisi ini adalah bahwa keduanya memungkinkan penafsiran sematis,
yaitu, seseorang yang berakal sehat dapat memutuskan apakah suatu pos itu aktiva atau
kewajiban dengan menelaah karakter ekonomis dan legalnya. FASB mengikuti Canning dalam
mencoba memberikan definisi yang sematik.
Definisi SFAC 6 secara efektif menolak beban-beban yang ditangguhkan ini. Dengan
nada yang sama, APB Statement No. 4 mendefinisikan kewajiban (liabilities) sebagai:
Kewajiban (obligation) ekonomi suatu badan usaha yang diakui dan diukur sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. 7
Akibat dari pendekatan ini adalah bahwa berbagai jenis kredit yang ditangguhkan
menemukan jalan untuk masuk kedalam neraca. Salah satu contohnya adalah swa asuransi (self-
insurance). Perusahaan akan melakukan pembebanan pada penghasilan untuk menutup keraguan
masa depan dengan cara yang hamper sama dengan yang mereka lakukan untuk menutupi klaim
garansi masa depan. Sisi kredit dalam ayat jurnal untuk beban garansi adalah Estimasi
Kewajiban Garansi, sisi kredit untuk beban asuransi dapat diberi judul yang mirip Estimasi
Kewajiban Asuransi. Pada saat dilakukannya perbaikan atau pengembalian dana yang
sesungguhnya menurut syarat-syarat garansi, perusahaan membebankan pada akun estimasi
kewajiban dan bukan pada penghasilan.
APB secara khusus memperbolehkan kredit yang ditangguhkan semacam itu, dengan
menyatakan bahwa kewajiban juga mencakup kredit-kredit tertentu yang ditangguhkan, yang
bukan merupakan kewajiban, tetapi diakui dan diukur sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
8
yang berlaku umum. SFAC 6, sebaliknya, secara efektif melarang swa-asuransi dan kredit
yang ditangguhkan semacam itu. SFAC 6 melakukannya dengan membahas sifat kewajiban
secara langsung, dan dengan memberikan interpretasi semantic. Kewajiban, menurut FASB,
bukan sekedar sisi kredit dari debet yang nyata tetapi kewajiban itu sendiri memang nyata.
1. Definisi
Liabilitas adalah kewajiban untuk menyerahkan manfaat ekonomi di masa akan datang kepada
pihak ke tiga, dalam bentuk uang, jasa, maupun aset yang lainnya.
Definisi kerangka menyatakan bahwa kewajiban yang diharapkan mampu menimbulkan manfaat
ekonomis. Dengan demikian, pengorbanan yang sebenarnya masih harus dibuat, pertimbangan
yang mendasari adalah bahwa kewajiban sudah hadir dalam kaitannya dengan pengorbanan di
masa depan. Sebagai contoh, hutang adalah kewajiban saat ini, timbul dari penyediaan jasa oleh
pihak eksternal (misalnya kontrak).
Kewajiban harus menjadi hasil dari peristiwa masa lalu. Seperti pada contoh pemeliharaan pada
contoh sebelumnya, peristiwa masa lalunya ketika penandatanganan kontrak untuk
pemeliharaan
3) Dasar pengakuan
Pengakuan adalah proses formal untuk melakukan pencatatan dalam elemen-elemen laporan
keuangan.Akuntan memerlukan aturan untuk menentukan apakah itu harus diakui atau
tidak. Jenis aturan yang telah diterapkan di masa lalu mirip dengan yang diterapkan untuk
pengakuan aset, yaitu:
Menggunakan hukum kesesuian yaitu suatu kejadian atau transaksi antar pihak yang
menyebabkan adanya kewajiban di masa yang akan datang.
Adanya kemampuan untuk dapat diukur nilai kewajibannya. Nilai kewajiban akan
didasarkan pada nilai yang diharapkan saat ini dari arus kas masa depan, bukan nilai
nominal
Secara historis, akuntan telah mengambil pendekatan konservatif untuk pengakuan aktiva
dan kewajiban
Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan berkenaan dengan item yang
akan mengalir ke atau dari entitas; dan
Item ini biaya atau nilai yang dapat diukur dengan keandalan
Ayat 91 memberikan pedoman khusus tambahan. Ini menyatakan bahwa kewajiban
diakui di neraca apabila besar kemungkinan bahwa suatu arus keluar sumber daya yang memiliki
manfaat ekonomi hasil dari penyelesaian kewajiban kini dan jumlah di mana penyelesaian akan
berlangsung dapat diukur dengan andal. Oleh karena itu, isu-isu penting yang harus
dipertimbangkan dalam kaitannya dengan pengakuan atas kewajiban adalah (a) kemungkinan
arus keluar manfaat ekonomi dan (b) reliabilitas pengukuran.
3) PENGUKURAN LIABILITAS
1. Dasar pengukuran
Berdasarkan IFRS, metode pengukuran yang paling umum digunakan untuk kewajiban
adalah biaya historis. Pada transaksi sewa guna usaha kewajiban diakui pada awal berdasarkan
nilai wajar sewa atau nilai kini dari pembayaran sewa minimum jika lebih rendah ( IAS 17, ayat
20. Pada tahun-tahun berikutnya, kewajiban diukur berdasarkan metode biaya diamortisasi, yaitu
biaya dari kewajiban pada awal (nilai wajar atau nilai tunai pembayaran sewa minimum, jika
lebih rendah) disesuaikan dengan dasar tahunan untuk mencerminkan estimasi nilai saat ini.
Amortisasi sesuai dengan penyelesaian dengan utangnya. Pengalokasian biaya sesuai dengan
tahun yang menikmati. Utang tersebut harus dapat diukur secara reliable.
1) kemungkinan kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu dan yang keberadaannya akan
dikonfirmasi jika sudah terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa masa depan secara
pasti tidak sepenuhnya dalam kendali entitas, atau
2) kewajiban masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu tetapi tidak diakui karena:
tidak tahan kemungkinan arus keluar sumber daya dan manfaat ekonomi yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan kewajiban tersebut; atau
jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur dengan keandalan yang cukup.
Jadi, utang contingency adalah utang yang timbul karena adanya peristiwa yang akan datang
mengenai apa yang terjadi dan tidak terjadi. Sebagai contoh, sebuah perusahaan dapat
mempertimbangkan kebijakan untuk membuat provosion kerugian yang tidak diasuransikan.
Namun, kewajiban tidak dapat diakui berdasarkan PSAK 37 sampai terjadinya suatu peristiwa
yang memerlukan pengorbanan aset oleh entitas pelaporan. Seperti halnya utang garansi adalah
utang yang timbul jika ada komplain dari pelanggan mengenai produk perusahaan yang disertai
dengan kartu garansi.
Kedua utang ini disusun berdasarkan fair value (berapa kemungkinan utang dari komplain
penjualan)
4) EKUITAS PEMILIK
Modal adalah sumber dana yang diperoleh dari pemilik dihitung dari selisih aset dengan
kewajiban. Dividen merupakan bagian dari laba yang dibagikan kepada pemilik modal yang
besarnya tergantung pada kebijakan organisasi. Ada dua fitur penting yang dapat membantu kita
untuk membedakan antara kewajiban dan ekuitas pemilik yaitu :
1. Hak pemilik
Kreditor memiliki hak-hak berikut:
penyelesaian klaim mereka dengan tanggal tertentu melalui pengalihan aset (barang atau jasa)
prioritas atas pemilik dalam penyelesaian klaim mereka dalam hal terjadi likuidasi
Karena return yang diharapkan tinggi, maka bagi perusahaan menimbulkan biaya yang besar
bagi perusahaan untuk memberikan imbalan bagi investor. Investor diberi hak untuk
mengendalikan perusahaan. Pengendaliannya dalam bentuk mekanisme RUPS berupa hak suara.
1. Subtansi Ekonomi
Baik kewajiban dan ekuitas pemilik mewakili klaim terhadap entitas. Semua pengadu terhadap
entitas menanggung risiko kerugian, tetapi karena klaim sebelumnya kreditur, risiko mereka
lebih rendah dari pemilik. Pemilik harus menanggung kerugian yang berasal dari kegiatan
perusahaan. Mereka membawa beban risiko dalam bisnis. Dalam setiap perusahaan, tingkat
risiko kreditur dan pemilik tergantung pada hak-hak mereka. Dengan demikian, perbedaan utama
antara hak kreditur dan pemilik adalah bahwa kreditor memiliki hak untuk pemukiman
sementara pemilik memiliki hak untuk berpartisipasi dalam keuntungan (residual). Perbedaan ini
mencerminkan risiko ekonomi dan fitur pengembalian dua jenis klaim: kreditor menanggung
risiko kurang dan mendapatkan imbalan yang relatif tetap (bunga dan pelunasan pokok),
sedangkan pemilik menanggung risiko yang lebih besar dan karenanya mendapatkan variabel
(dan sering lebih tinggi) tingkat pengembalian melalui partisipasi mereka dalam keuntungan.
Pemilik atau wakil mereka memiliki kendali, komposisi penggunaan akuisisi, dan disposisi aset
perusahaan. Mereka memiliki kontrol operasi dan tanggung jawab untuk menjalankan bisnis dan
untuk kelangsungan hidup dan profitabilitas. Secara umum, pemilik perusahaan (pemegang
saham) mendelegasikan sebagian besar tanggung jawab dan kontrol kepada direksi dan manajer.
1. Konsep modal
Konsep modal yang digunakan adalah konsep capital maintenance (bagaimana menggunakan
modal) karena merupakan sumber dana perusahaan. Jangan sampai modal perusahaan habis.
Modal dinyatakan dalam kemampuan daya beli. Tujuan lain dalam konsep capital maintenace
yaitu modal juga digunakan sebagai bantalan untuk mengurangi resiko jika ada kerugian agar
kreditur dapat terlindungi. Jika perusahaan rugi ditanggung pemodal, jika laba dinikmati
pemodal. Kreditur hanya menanggung yang telah disepakati perusahaan.
1. Klasifikasi modal
Klasifikasi dalam ekuitas pemilik bertujuan untuk untuk menjaga memisahkan nilai investasi
dari jumlah yang diinvestasikan kembali. Modal diklasifikasikan menjadi modal disetor dan laba
ditahan. Modal disetor minimal dari pemilik perusaahan harus ada. Laba ditahan bukan
merupakan aktiva dalam diri perusahaan dan oleh karena harus dialokasikan. Laba ditahan
dibagikan sebagai dividen dan diberikan kepada pemilik.
Penyelesaian Utang
Jika kita berhutang lima kali angsuran sudah dilunasi dua kali kemudian perusahaan mengalami
likuiditas maka hutang-hutang perusahaan dianggap lunas dengan adanya perjanjian muncul
hutang baru.
Hutang convertible : Hutang bisa hilang jika ada perjanjian hutang akan berubah menjadi modal.
Ikhtisar dan klasifikasi biasanya menghilangkan sebagian informasi dan hubungan yang mungkin
bernilai bagi pembaca atau kelompok pembaca tertentu. Hal ini diperlukan untuk mempermudah
pemakai membaca laporan posisi keuangan. Pengembangan pedoman klasifikasi membutuhkan
pengetahuan tentang siapa pembaca yang dituju dan seperti apa informasi yang diinginkan. Ada
4 tujuan umum, yaitu:
Keuntungan dari tujuan ini adalah cara ini memberikan penafsiran yang lebih baik
mengenai hubungan neraca , laba rugi , serta arus kas.
a. Kewajiban kontijensi adalah kewajiban yang tergantung pada terjadinya atau tidak
terjadinya satu atau lebih kewajiban masa depan untuk meneguhkan jumlah hutangnya,
pihak yang dibayarkan, tanggal pembayaran, atau keberadaannya.
b. Kontijensi didefinisikan sebagai kondisi situasi atau serangkaian situasi yang ada
melibatkan ketidakpastian mengenai keuntungan (kontijensi keuntungan) atau kerugian
(kontijensi kerugian) bagi perusahaan yang akhirnya akan diselesaikan apabila satu atau
lebih kejadian masa depan terjadi atau tidak terjadi.
c. Kewajiban yang terjadi sebagai akibat dari kerugian disebut kerugian kontijensi.
d. Standar mengidentifikasikan bahwa kejadian kontijensi terbagi menjadi tiga yaitu:
1. kejadian kontijensi dengan kemungkinan besar, kejadian kontijensi dengan
cukup mungkin, dan kejadian kontijensi dengan kemungkinan kecil. Suatu
kontijensi kerugian harus diakrualkan dengan pembebanan ke beban (pengeluaran)
dan suatu kewajiban akan dicatat hanya jika dua kondisi ini memenuhi. Kondisi yang
pertama adalah informasi yang tersedia sebelum penerbitan laporan keuangan
menunjukan bahwa kemungkian besar suatu kewajiab telah terjadi pada tanggal
laporan keuangan.
2. Kondisi yang kedua adalah jumlah kerugian yang diestimasi dengan layak. Siapa
yang sebenarnya harus dibayar atau tanggal pembayaran yang tepat tidak perlu
diketahui untuk mencatat suatu kewajiban. Apa yang harus diketahui adalah
apakah ada kemungkian besar bahwa suatu kewajiban telah terjadi. Konsep dan
prosedur akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos kontijensi relatif masih baru dan
belum terselesaikan. Para akuntan yang berpraktek mengungkapkan keprihatinan atas
keberagaman yang terjadi atas penafsiran reasonable, reasonably possible, dan
remote. Praktek saat ini sangat mengandalkan bahasa eksak yang digunakan sebagai
tanggapan yang diterima dari para ahli hukum, akibatnya akrual dan pengungkapan
kontijensi sangat berbeda-beda dalam praktek.
3. Perkara pengadilan, tuntutan dan pengenaan
Faktor-faktor berikut ini yang harus dipertimbangkan dalam menentukan apakah
suatu kewajiban harus dicatat berkenaan dengan perkara pengadilan yang ditunda
atau mengancam dan tuntutan atau pengenaan yang sebenarnya atau yang mungkin
adalah sebagai berikut:
a) Periode waktu dimana terjadi penyebab dasar dari tindakan
b) Kemungkinan dari suatu hasil yang tidak menguntungkan
c) Kemampuan untuk membuat taksiran yang layak atas jumlah kerugian
Untuk melaporkan kerugian dan kewajiban dalam laporan keuangan,
penyebab perkara pengadilan harus terjadi pada atau sebelum tanggal
laporan keuangan. Tidak menjadi masalah apakah perusahaan tidak sadar
akan adanya atau kemungkinan adanya tuntutan hukum atau klaim
sesudah tanggal pelaporan keuangan tetapi sebelum laporan tersebut
diterbitkan. Untuk perkara atau gugutan yang ditunda jarang diramalkan
dengan suatu kepastian. Dan sekalipun bukti yang tersedia pada tanggal
neraca tidak menguntungkan tergugat, hampir tidak layak untuk
mengharapkan perusahaan mempublikasikan dalam laporan keuangan
estimasi dir jumlah uang dari kemungkinan hasil negatif. Berkenaan
dengan gugatan yang belum diajukan dan klaim dan pengenaan yang
belum dinyatakan, perusahaan harus menentukan tingkat probabilitasnya
bahwa gugtan tersebut akan diajukan atau pengenaan yang diteguhkan dan
probabilitas dari hasil yang menguntungkan.