Anda di halaman 1dari 16

Aktiva adalah manfaat ekonomis yang mungkin diperoleh atau dikendalikan oleh entitas

tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian dimasa lalu


Karakteristik Aset
1. Memilikimmanfaatmekonomimdimmasammendatang
Asset memiliki manfaat/potensi jasa yang cukup pasti di masa mendatang.
Artinya sesuatu tersebut memiliki kemampuan baik secara individu atau bersama-sama
dengan asset lain untuk menghasilkan aliran kas masuk di masa mendatang, baik secara
langsung maupun tidak langsung. FASB menggunakan istilah probable karena masa
mendatang hanya dapat ditaksir dengan cukup pasti atas dasar data yang tersedia atau
alasan-alasan yang logis. Hal ini disebabkan kegiatan ekonomi terjadi pada lingkungan
yang penuh denganmketidakpastian.
2. Diperoleh dan diakui oleh unit usaha
Sesuatu dapat dikatakan sebagai asset bila unit usaha tertentu dapat menggunkan
manfaat asset tersebut dapat menguasainya sehingga dapat mengendalikan akses pihak
lain terhadap asset tersebut. Jadi penguasaan terhadap suatu manfaat merupakan factor
yang penting agar suatu unit usaha dapat menghalangi akses pihak lain terhadap
pemakaian suatu asset.
Bentuk fisik bukanlah factor penentu dari asset. Misalnya, paten dan hak cipta
merupakan asset meskipun kedua elemen tersebut tidak memiliki bnetuk fisik. Hal ini
disebabkan kedua elemen tersebut memiliki manfaat ekonomi di masa mendatang, diakui
oleh perusahaan dan berasal dari transaksi lalu.
3. Hasil transaksi masa lalu
Suatu unit usaha dapat menguasai suatu asset apabila telah terjadi transaksi atau
peristiwa lain yang menyebabkan suatu entitas memiliki pengendalian terhadap manfaat
dari asset tersebut. Jadi asset tersebut muncul karena transaksi masa lalu. Dengan kata
lain, asset tersebut dapat diakui apabila terdapat transaksi yang benar-benar terjadi bukan
berasal dari transaksi yang berupa hipotesis.
Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomis yang mungkin terjadi dimasa
mendatang yang timbul dari kewajiban saat ini pada entitas tertentu, untuk mentransfer
aktiva atau memberikan jasa kepada entitias lain dimasa yang akan datang sebagai akibat
transaksi atau kejadian dimasa lalu.
Karakteristik Kewajiban

1. Pengorbanan Manfaat Ekonomik

Untuk dapat disebut sebagai suatu kewajiban, suatu objek harus memuat suatu
tugas atau tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk
melunasi, menunaikan, atau melaksanakannya dengan cara mengorbankan manfaat
ekonomik di masa yang akan datang. Berdasarkan pengertian tersebut bisa dikatakan
bahwa suatu kewajiban hanya terjadi antar kesatuan usaha atau paling tidak melibatkan
kesatuan usaha lain.

2. Keharusan Sekarang

Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa datang
harus timbul akibat keharusan sekarang. Pengertian sekarang ini mengandung pengertian
(1) waktu, yaitu tanggal pelaporan, dan (2) adanya. Beberapa keharusan yang tercakup
dalam pengertian kewajiban ini adalah keharusan kontraktual, keharusan konstruktif,
keharusan demi keadilan, dan keharusan bergantung atau bersyarat. Walapun secara
definisional keharusan-keharusan tersebut menimbulkan kewajiban, tidak semua
kewajiban diakui dalam akuntansi.

3. Akibat Transaksi Masa Lalu

Transaksi atau kejadian masa lalu merupakan kriteria untuk memenuhi definisi
tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Transaksi masa lalu yang dimaksud disini adalah
transaksi yang menimbulkan keharusan sekarang telah terjadi.

FASB mendefinisikan aktiva dalam SFAC 6 sebagai:

kemungkinan manfaat ekonomi masa depan yang diperoleh atau dikendalikan oleh satuan usaha
tertentu sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa dimasa lalu. 2
FASB mendefinisikan kewajiban dalam pernyataan yang sama dengan gaya yang paralel:

kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi dimasa depan, yang timbul dari kewajiban satuan
usaha pada saat ini untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada satuan-satuan
usaha lain dimasa depan sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa dimasa lalu. 3

Kekuatan dan kelemahan definisi FASB ini hanya akan tampak nyata jika dibandingkan
dengan definisi-definisi yang mendahuluinya dan dalam konteks praktik yang diperbolehkan dan
dilarang FASB.

Professor John Canning dari Stanford adalah salah seorang yang pertama-tama mencoba
merumuskan definisi yang komprehensif untuk elemen-elemen neraca. Beliau mendefinisikan
aktiva sebagai:

Setiap manfaat masa depan dalam bentuk uang atau setiap manfaat masa depan yang bisa
dikonversikan menjadi uang . . . hak atas manfaat itu secara legal atau karena keadilan dijamin
bagi orang atau sekelompok orang tertentu. Manfaat seperti itu merupakan aktiva hanya bagi
orang atau sekelompok orang itu. 4

Ia mendefinisikan kewajiban sebagai:

Suatu manfaat, yang bisa dinilai dengan uang, yang secara legal (atau karena keadilan) harus
diserahkan oleh pemilik (pemegang aktiva) kepada orang (atau sekelompok orang) kedua . . . 5

Kebaikan kedua definisi ini adalah bahwa keduanya memungkinkan penafsiran sematis,
yaitu, seseorang yang berakal sehat dapat memutuskan apakah suatu pos itu aktiva atau
kewajiban dengan menelaah karakter ekonomis dan legalnya. FASB mengikuti Canning dalam
mencoba memberikan definisi yang sematik.

Definisi Canning mengikuti pendekatan aktiva-kewajiban yang diuraikan diatas. Dalam


tahun-tahun antara masa Canning dan FASB, yang banyak ditekankan adalah penentuan
penghasilan. Akibatnya, banyak dari pembahasan-pembahasan aktiva selanjutnya menekankan
sifat aktiva sebagai biaya yang belum dialokasikan atau sebagai jumlah yang harus dibawa ke
periode-periode masa depan (carried forward), berarti, pembahasan itu memberikan definisi yang
berhubungan dengan pendekatan pendapatan-beban. Misalnya, APB Statement No. 4
mendefinisikan aktiva sebagai :
Sumberdaya ekonomi suatu badan usaha yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum (termasuk) beban-beban tertentu yang ditangguhkan, yang tidak
merupakan sumberdaya. 6

Definisi SFAC 6 secara efektif menolak beban-beban yang ditangguhkan ini. Dengan
nada yang sama, APB Statement No. 4 mendefinisikan kewajiban (liabilities) sebagai:

Kewajiban (obligation) ekonomi suatu badan usaha yang diakui dan diukur sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. 7

Akibat dari pendekatan ini adalah bahwa berbagai jenis kredit yang ditangguhkan
menemukan jalan untuk masuk kedalam neraca. Salah satu contohnya adalah swa asuransi (self-
insurance). Perusahaan akan melakukan pembebanan pada penghasilan untuk menutup keraguan
masa depan dengan cara yang hamper sama dengan yang mereka lakukan untuk menutupi klaim
garansi masa depan. Sisi kredit dalam ayat jurnal untuk beban garansi adalah Estimasi
Kewajiban Garansi, sisi kredit untuk beban asuransi dapat diberi judul yang mirip Estimasi
Kewajiban Asuransi. Pada saat dilakukannya perbaikan atau pengembalian dana yang
sesungguhnya menurut syarat-syarat garansi, perusahaan membebankan pada akun estimasi
kewajiban dan bukan pada penghasilan.

APB secara khusus memperbolehkan kredit yang ditangguhkan semacam itu, dengan
menyatakan bahwa kewajiban juga mencakup kredit-kredit tertentu yang ditangguhkan, yang
bukan merupakan kewajiban, tetapi diakui dan diukur sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
8
yang berlaku umum. SFAC 6, sebaliknya, secara efektif melarang swa-asuransi dan kredit
yang ditangguhkan semacam itu. SFAC 6 melakukannya dengan membahas sifat kewajiban
secara langsung, dan dengan memberikan interpretasi semantic. Kewajiban, menurut FASB,
bukan sekedar sisi kredit dari debet yang nyata tetapi kewajiban itu sendiri memang nyata.

Membedakan Kewajiban dan Ekuitas Pemilik


LIABILITAS

1. Definisi
Liabilitas adalah kewajiban untuk menyerahkan manfaat ekonomi di masa akan datang kepada
pihak ke tiga, dalam bentuk uang, jasa, maupun aset yang lainnya.

1) Kewajiban pada saat ini

Definisi kerangka menyatakan bahwa kewajiban yang diharapkan mampu menimbulkan manfaat
ekonomis. Dengan demikian, pengorbanan yang sebenarnya masih harus dibuat, pertimbangan
yang mendasari adalah bahwa kewajiban sudah hadir dalam kaitannya dengan pengorbanan di
masa depan. Sebagai contoh, hutang adalah kewajiban saat ini, timbul dari penyediaan jasa oleh
pihak eksternal (misalnya kontrak).

2) Transaksi di masa yang lalu

Kewajiban harus menjadi hasil dari peristiwa masa lalu. Seperti pada contoh pemeliharaan pada
contoh sebelumnya, peristiwa masa lalunya ketika penandatanganan kontrak untuk
pemeliharaan

3) Dasar pengakuan

Pengakuan adalah proses formal untuk melakukan pencatatan dalam elemen-elemen laporan
keuangan.Akuntan memerlukan aturan untuk menentukan apakah itu harus diakui atau
tidak. Jenis aturan yang telah diterapkan di masa lalu mirip dengan yang diterapkan untuk
pengakuan aset, yaitu:

Ketergantungan pada hukum

Menggunakan hukum kesesuian yaitu suatu kejadian atau transaksi antar pihak yang
menyebabkan adanya kewajiban di masa yang akan datang.

Penentuan substansi ekonomi


Transaksi kedua belah pihak memiliki nilai ekonomis.

Kemampuan untuk mengukur nilai kewajiban

Adanya kemampuan untuk dapat diukur nilai kewajibannya. Nilai kewajiban akan
didasarkan pada nilai yang diharapkan saat ini dari arus kas masa depan, bukan nilai
nominal

Gunakan prinsip konservatisme

Secara historis, akuntan telah mengambil pendekatan konservatif untuk pengakuan aktiva
dan kewajiban

1. Rerangka menurut IASB


Kerangka IASB memberikan panduan dalam kaitannya dengan pengakuan neraca dan
unsur-unsur laporan laba rugi. Ayat 82 menyatakan bahwa item yang memenuhi definisi elemen
harus diakui jika:

Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan berkenaan dengan item yang
akan mengalir ke atau dari entitas; dan
Item ini biaya atau nilai yang dapat diukur dengan keandalan
Ayat 91 memberikan pedoman khusus tambahan. Ini menyatakan bahwa kewajiban
diakui di neraca apabila besar kemungkinan bahwa suatu arus keluar sumber daya yang memiliki
manfaat ekonomi hasil dari penyelesaian kewajiban kini dan jumlah di mana penyelesaian akan
berlangsung dapat diukur dengan andal. Oleh karena itu, isu-isu penting yang harus
dipertimbangkan dalam kaitannya dengan pengakuan atas kewajiban adalah (a) kemungkinan
arus keluar manfaat ekonomi dan (b) reliabilitas pengukuran.

3) PENGUKURAN LIABILITAS

1. Dasar pengukuran
Berdasarkan IFRS, metode pengukuran yang paling umum digunakan untuk kewajiban
adalah biaya historis. Pada transaksi sewa guna usaha kewajiban diakui pada awal berdasarkan
nilai wajar sewa atau nilai kini dari pembayaran sewa minimum jika lebih rendah ( IAS 17, ayat
20. Pada tahun-tahun berikutnya, kewajiban diukur berdasarkan metode biaya diamortisasi, yaitu
biaya dari kewajiban pada awal (nilai wajar atau nilai tunai pembayaran sewa minimum, jika
lebih rendah) disesuaikan dengan dasar tahunan untuk mencerminkan estimasi nilai saat ini.
Amortisasi sesuai dengan penyelesaian dengan utangnya. Pengalokasian biaya sesuai dengan
tahun yang menikmati. Utang tersebut harus dapat diukur secara reliable.

1. Employee benefit (pensiun)


Di banyak negara pensiun ditetapkan oleh pemberi kerja untuk memberikan manfaat pensiun
untuk karyawannya. Pensiun adalah pembayaran oleh pemberi kerja setelah karyawan tidak
aktif lagi, diberikan sampai pegawai tersebut meninggal. Ada unsur ketidakpastian sampai
kapan kewajiban membayar pensiun itu masih ada.

Provisi dan contingency


IAS 37/AASB 137 ayat 10 mendefinisikan kewajiban kontinjensi sebagai:

1) kemungkinan kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu dan yang keberadaannya akan
dikonfirmasi jika sudah terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa masa depan secara
pasti tidak sepenuhnya dalam kendali entitas, atau

2) kewajiban masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu tetapi tidak diakui karena:

tidak tahan kemungkinan arus keluar sumber daya dan manfaat ekonomi yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan kewajiban tersebut; atau

jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur dengan keandalan yang cukup.

Jadi, utang contingency adalah utang yang timbul karena adanya peristiwa yang akan datang
mengenai apa yang terjadi dan tidak terjadi. Sebagai contoh, sebuah perusahaan dapat
mempertimbangkan kebijakan untuk membuat provosion kerugian yang tidak diasuransikan.
Namun, kewajiban tidak dapat diakui berdasarkan PSAK 37 sampai terjadinya suatu peristiwa
yang memerlukan pengorbanan aset oleh entitas pelaporan. Seperti halnya utang garansi adalah
utang yang timbul jika ada komplain dari pelanggan mengenai produk perusahaan yang disertai
dengan kartu garansi.

Kedua utang ini disusun berdasarkan fair value (berapa kemungkinan utang dari komplain
penjualan)

4) EKUITAS PEMILIK
Modal adalah sumber dana yang diperoleh dari pemilik dihitung dari selisih aset dengan
kewajiban. Dividen merupakan bagian dari laba yang dibagikan kepada pemilik modal yang
besarnya tergantung pada kebijakan organisasi. Ada dua fitur penting yang dapat membantu kita
untuk membedakan antara kewajiban dan ekuitas pemilik yaitu :

1. Hak pemilik
Kreditor memiliki hak-hak berikut:

penyelesaian klaim mereka dengan tanggal tertentu melalui pengalihan aset (barang atau jasa)
prioritas atas pemilik dalam penyelesaian klaim mereka dalam hal terjadi likuidasi

Karena return yang diharapkan tinggi, maka bagi perusahaan menimbulkan biaya yang besar
bagi perusahaan untuk memberikan imbalan bagi investor. Investor diberi hak untuk
mengendalikan perusahaan. Pengendaliannya dalam bentuk mekanisme RUPS berupa hak suara.

1. Subtansi Ekonomi
Baik kewajiban dan ekuitas pemilik mewakili klaim terhadap entitas. Semua pengadu terhadap
entitas menanggung risiko kerugian, tetapi karena klaim sebelumnya kreditur, risiko mereka
lebih rendah dari pemilik. Pemilik harus menanggung kerugian yang berasal dari kegiatan
perusahaan. Mereka membawa beban risiko dalam bisnis. Dalam setiap perusahaan, tingkat
risiko kreditur dan pemilik tergantung pada hak-hak mereka. Dengan demikian, perbedaan utama
antara hak kreditur dan pemilik adalah bahwa kreditor memiliki hak untuk pemukiman
sementara pemilik memiliki hak untuk berpartisipasi dalam keuntungan (residual). Perbedaan ini
mencerminkan risiko ekonomi dan fitur pengembalian dua jenis klaim: kreditor menanggung
risiko kurang dan mendapatkan imbalan yang relatif tetap (bunga dan pelunasan pokok),
sedangkan pemilik menanggung risiko yang lebih besar dan karenanya mendapatkan variabel
(dan sering lebih tinggi) tingkat pengembalian melalui partisipasi mereka dalam keuntungan.

Pemilik atau wakil mereka memiliki kendali, komposisi penggunaan akuisisi, dan disposisi aset
perusahaan. Mereka memiliki kontrol operasi dan tanggung jawab untuk menjalankan bisnis dan
untuk kelangsungan hidup dan profitabilitas. Secara umum, pemilik perusahaan (pemegang
saham) mendelegasikan sebagian besar tanggung jawab dan kontrol kepada direksi dan manajer.

5) KONSEP DAN KLASIFIKASI MODAL

1. Konsep modal
Konsep modal yang digunakan adalah konsep capital maintenance (bagaimana menggunakan
modal) karena merupakan sumber dana perusahaan. Jangan sampai modal perusahaan habis.
Modal dinyatakan dalam kemampuan daya beli. Tujuan lain dalam konsep capital maintenace
yaitu modal juga digunakan sebagai bantalan untuk mengurangi resiko jika ada kerugian agar
kreditur dapat terlindungi. Jika perusahaan rugi ditanggung pemodal, jika laba dinikmati
pemodal. Kreditur hanya menanggung yang telah disepakati perusahaan.

1. Klasifikasi modal
Klasifikasi dalam ekuitas pemilik bertujuan untuk untuk menjaga memisahkan nilai investasi
dari jumlah yang diinvestasikan kembali. Modal diklasifikasikan menjadi modal disetor dan laba
ditahan. Modal disetor minimal dari pemilik perusaahan harus ada. Laba ditahan bukan
merupakan aktiva dalam diri perusahaan dan oleh karena harus dialokasikan. Laba ditahan
dibagikan sebagai dividen dan diberikan kepada pemilik.

6) PERMASALAHAN PEMBENTUKAN STANDAR


1. Perbedaan antara utang dengan modal
Modal dikeluarkan untuk membentuk bagian dari investor dan pinjaman dari kreditur merupakan
kewajiban. Utang mempunyai tingkat resiko yang rendah karena besarnya sudah dipastikan,
sedangkan modal mempunyai tingkat resiko yang tinggi karena belum pasti, besarnya imbalan
tergantung pada kinerja perusahaan. Selain itu, modal mempunyai hak suara, hak diberikan
setelah pelunasan hutang sedangkan hutang tidak ada hak suara, hutang harus dilunasi dulu
sebelum memberi hak kepada pemilik.

Penyelesaian Utang
Jika kita berhutang lima kali angsuran sudah dilunasi dua kali kemudian perusahaan mengalami
likuiditas maka hutang-hutang perusahaan dianggap lunas dengan adanya perjanjian muncul
hutang baru.

Hutang convertible : Hutang bisa hilang jika ada perjanjian hutang akan berubah menjadi modal.

Saham bagi karyawan


Saham bagi karyawan adalah hak yang diberikan kepada pegawainya dalam bentuk saham.
Saham tersebut merupakan bagian dari kepemilikan saham dari perusahaan.

Tujuan pengklasifikasian dalam laporan posisi keuangan

Ikhtisar dan klasifikasi biasanya menghilangkan sebagian informasi dan hubungan yang mungkin
bernilai bagi pembaca atau kelompok pembaca tertentu. Hal ini diperlukan untuk mempermudah
pemakai membaca laporan posisi keuangan. Pengembangan pedoman klasifikasi membutuhkan
pengetahuan tentang siapa pembaca yang dituju dan seperti apa informasi yang diinginkan. Ada
4 tujuan umum, yaitu:

a. Penyajian liquiditas kepada kreditor


Fakta utama adalah kreditor ( khususnya kreditor jangka pendek) merupakan kelompok
utama yang menginginkan informasi keuangan. Dengan adanya klasifikasi neraca, dapat
memperlihatkan kepada kreditor tentang solvabilitas perusahaan dalam kemungkinan
memperoleh pelunasan seandainya perusahaan dilikuidasi . Pelunasan melalui asset yang
dimiliki . Namun saat ini tujuan sudah semakin meluas, aktiva dan passive umumnya
tetap diklasifikasikan menurut liquiditas relative, periode waktu sepanjang tahun tetap
menjadi aturan umum dalam pengklasifikasian aktiva dan passiva sebagai pos lancer.

b. Deskripsi operasi badan usaha


Siklus operasi disebutkan sebagai jangka waktu yang diperlukan untuk mengkonversi kas
menjadi produk badan usaha itu dan kemudian mengkonversi produk itu menjadi kas
kembali. Dari definisi ini dapat diungkapkan yang termasuk komitmen panjang maupun
pendek. Klasifikasi lancar sebagai suatu deskripsi operasi juga sudah lama ditetapkan
dalam akuntansi dana pemerintah. Aktiva lancar dan kewajiban lancar seringkali
ditetapkan sebagai dana yang terpisah, entah dalam akun, laporan, maupun keduanya.
Dana yang dimaksudkan mengacu pada pemisahan aktiva dan kewajiban untuk tujuan
tertentu sebagai unit operasi yang spesifik atau sebagai pusat kepentingan.

c. Penjelasan tentang proses akuntansi


Klasifikasi akuntansi seringkali ditetapkan karena memudahkan proses pembukuan.
Proses ini memang untuk pemisahan pos, tetapi tidak selalu relevan bagi para pembaca
laporan keuangan. Kesulitan utama dalam tujuan ini adalah kurangnya teori atau bahkan
dapat disebut non teoristis. Karena tidak mempunyai orientasi logis, pelaksanaannya
memiliki prosedur-prosedur yang tidak mempunyai dasar logika.

d. Menyoroti metode-metode penilaian.


Ada yang berpendapat bahwa perlunya ada pemisahan antara aktiva menurut biaya kini
dan biaya historis, namun masih dalam satu neraca. Kerapkali masih ada pendapat yang
berbeda akibat adanya metode yang berbeda atau bahkan dapat menyesatkan para
pengguna laporan keuangan. Pengelompokan aktiva dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Kas dan penerimaan kas yang diharapkan
2. Aktiva yang dinilai menurut harga penjualan yang berlaku atau diharapkan
3. Aktiva yang dinilai menurut biaya kini
4. Aktiva yang dinilai menurut biaya historis

Keuntungan dari tujuan ini adalah cara ini memberikan penafsiran yang lebih baik
mengenai hubungan neraca , laba rugi , serta arus kas.

e. Penjelasan tentang niat-niat managemen


Niat-niat managemen sehubungan dengan mengikatkan dana yang digunakan dalam
operasi. Begitu aktiva diikatkan oleh managemen untuk investasi dalam bentuk-bentuk
tertentu yang berjangka panjang, aktiva itu tidak boleh diklasifikasikan sebagai aktiva
lancar menurut tujuan ini. Investasi bersih yang dilakukan dalam suatu badan usaha untuk
mempertahankan operasi sehari-hari, sebagai kebalikan dari investasi yang diikat untuk
periode yang lebih panjang. Mengklasifikasikan investasi sebagai lancar karena adanya
keinginan untuk membuat posisi modal kerja lebih menguntungkan.
f. Prediksi Aliran Kas
Suatu klarifikasi mungkin relevan apabila dikaitkan dengan informasi arus kas historis
dan yang dianggarkan. Klasifikasi sekarang ini, mencangkup pos moneter dan non
moneter, yang diukur dengan mengingat tujuan yang berbeda, atau dengan derajat
keandalan yang berbeda untuk mengupayakan pos tersebut homogen. Deskripsi modal
kerja mengasumsikan bahwa kewajiban lancar akan dibayar dengan sumber daya yang
lancar . Penyajian modal bersih masih termasuk penyajian yang diragukan.

Definisi kewajiban kontinjen dan membahas perlakuannya

a. Kewajiban kontijensi adalah kewajiban yang tergantung pada terjadinya atau tidak
terjadinya satu atau lebih kewajiban masa depan untuk meneguhkan jumlah hutangnya,
pihak yang dibayarkan, tanggal pembayaran, atau keberadaannya.
b. Kontijensi didefinisikan sebagai kondisi situasi atau serangkaian situasi yang ada
melibatkan ketidakpastian mengenai keuntungan (kontijensi keuntungan) atau kerugian
(kontijensi kerugian) bagi perusahaan yang akhirnya akan diselesaikan apabila satu atau
lebih kejadian masa depan terjadi atau tidak terjadi.
c. Kewajiban yang terjadi sebagai akibat dari kerugian disebut kerugian kontijensi.
d. Standar mengidentifikasikan bahwa kejadian kontijensi terbagi menjadi tiga yaitu:
1. kejadian kontijensi dengan kemungkinan besar, kejadian kontijensi dengan
cukup mungkin, dan kejadian kontijensi dengan kemungkinan kecil. Suatu
kontijensi kerugian harus diakrualkan dengan pembebanan ke beban (pengeluaran)
dan suatu kewajiban akan dicatat hanya jika dua kondisi ini memenuhi. Kondisi yang
pertama adalah informasi yang tersedia sebelum penerbitan laporan keuangan
menunjukan bahwa kemungkian besar suatu kewajiab telah terjadi pada tanggal
laporan keuangan.
2. Kondisi yang kedua adalah jumlah kerugian yang diestimasi dengan layak. Siapa
yang sebenarnya harus dibayar atau tanggal pembayaran yang tepat tidak perlu
diketahui untuk mencatat suatu kewajiban. Apa yang harus diketahui adalah
apakah ada kemungkian besar bahwa suatu kewajiban telah terjadi. Konsep dan
prosedur akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos kontijensi relatif masih baru dan
belum terselesaikan. Para akuntan yang berpraktek mengungkapkan keprihatinan atas
keberagaman yang terjadi atas penafsiran reasonable, reasonably possible, dan
remote. Praktek saat ini sangat mengandalkan bahasa eksak yang digunakan sebagai
tanggapan yang diterima dari para ahli hukum, akibatnya akrual dan pengungkapan
kontijensi sangat berbeda-beda dalam praktek.
3. Perkara pengadilan, tuntutan dan pengenaan
Faktor-faktor berikut ini yang harus dipertimbangkan dalam menentukan apakah
suatu kewajiban harus dicatat berkenaan dengan perkara pengadilan yang ditunda
atau mengancam dan tuntutan atau pengenaan yang sebenarnya atau yang mungkin
adalah sebagai berikut:
a) Periode waktu dimana terjadi penyebab dasar dari tindakan
b) Kemungkinan dari suatu hasil yang tidak menguntungkan
c) Kemampuan untuk membuat taksiran yang layak atas jumlah kerugian
Untuk melaporkan kerugian dan kewajiban dalam laporan keuangan,
penyebab perkara pengadilan harus terjadi pada atau sebelum tanggal
laporan keuangan. Tidak menjadi masalah apakah perusahaan tidak sadar
akan adanya atau kemungkinan adanya tuntutan hukum atau klaim
sesudah tanggal pelaporan keuangan tetapi sebelum laporan tersebut
diterbitkan. Untuk perkara atau gugutan yang ditunda jarang diramalkan
dengan suatu kepastian. Dan sekalipun bukti yang tersedia pada tanggal
neraca tidak menguntungkan tergugat, hampir tidak layak untuk
mengharapkan perusahaan mempublikasikan dalam laporan keuangan
estimasi dir jumlah uang dari kemungkinan hasil negatif. Berkenaan
dengan gugatan yang belum diajukan dan klaim dan pengenaan yang
belum dinyatakan, perusahaan harus menentukan tingkat probabilitasnya
bahwa gugtan tersebut akan diajukan atau pengenaan yang diteguhkan dan
probabilitas dari hasil yang menguntungkan.

e. Pengungkapan kontijensi kerugian


Untuk melaporkan kerugian dan kewajiban dalam laporan keuangan perusahaan
perusahan dapat membebankan kedalam beban dan hutang perusahaan. Kontijensi
yang melibatkan tuntutan atau pengenaan yag belum dinyatakan tidak perlu
diungkapkan apabila tidak ada penuntut yang datang kecuali jika dianggap
memiliki kemungkinan yang besar ahwa suatu tuntutan akan dinyatakan dan
terdapat cukup kemungkinan bahwa hasilnya akan dapat menguntungkan.
Kewajiban lain yang harus diungkapkan sekalipun memiliki kerugian yang kecil
adalah sebagai berikut:
1. Jaminan atas hutang pihak lain
2. Kewajiban bank komersial menurut standby letters of credit
3. Jaminan untuk membeli kembali piutang (atau kekayaan lain yang
berkaitan) yang telah dijual atau digadaikan.

f. Biaya garansi dan jaminan


Jaminan/Garansi Produk (warranty or product guarantee) adalah suatu janji
yang dibuat oleh penjual kepada pembeli untuk meperbaiki kekurangan dalam
kuantitas, kualitas, atau kerja suatu produk. Garansi ini biasanya digunaka oleh
perusahaan sebagai teknik promosi penjualan. Jaminan dan garansi adakalanya
diiringi dengan biaya dimasa yang akan datang atau biasa disebut biaya purna
jual. Walaupun jumlah, dan waktu kejadian yang tidak menentu dimasa yang akan
datang, perusahaan mungkin ataupun harus mengestimasikan dengan layak atas
perkiraan tersebut. Jumlah kewajiban merupakan taksiran dari semua biaya yang
akan dikeluarkan sesudah penjualan, sesudah penyerahan dan sejumlah biaya
yang terjadi untuk mengoreksi kerusakan atau kecacatan barang yang disyaratkan
menurut ketentuan jaminan. Terdapat dua pendekatan dalam mencatat kerugian
kotijenji dari suatu produk yang berupa jamian yaitu metode kas dan metode
akrual.

g. Ada 2 dasar yang digunakan dalam kewajiban kontijensi yaitu:


1. Dasar Kas pengakuan metode ini mensyaratkan bahwa biaya jaminan dibebankan
pda saat terjadinya suatu transaksi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jaminan
diakui pada saat penjual menempati jaji kepada konsumen atas perjanjian yang
dilaksanakan. Metode ini merupakan metode yang diakui dalam perpajakan
perusahaan. Seringkali dibenarkan untuk akuntansi atas dasar kecepatan pemprosesan
bila jaminan jumlahnya tidak material dan waktu jaminan relatif pendek. Metode
dasar kas disyaratkan bila kewajiban tidak diakrualkan dalam tahun berjalan karena
tidak mungkin kewajiban tersebut terjadi dan jumlah kewajiban tersebut tidak dapat
diperkirakan dengan layak.
2. Dasar Akrual dapat digunakan apabila pelanggan akan mengajukan tuntutan
berdasarkan jaminan berkenaan dengan produk atau jasa yang telah dijual dan
taksiran yang layak atas biaya yang terlibat didalamnya.Menurut metode akrual,
biaya jaminan dibebankan dalam biaya operasi pada tahun berjalan. Metode akrual
merupakan metode yang diterima secara umum. Penggunaan metode akrual
dikalsifikasikan lagi menjadi dua pendekatan yaitu metode beban dan metode
penjualan. Apabila perusahaan tidak memisahkan antara produk dengan jaminan
maka perusahaan dapat menggunakan metode beban. Namun apabla perusahaan
memisahkan harga antara harga jual dan jaminan maka pendekatan yang dilakukan
adalah pendekatan penjualan.
h. Ada 2 metode yang digunakan yaitu:
1. Apabila jaminan merupakan bagian yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan dari
penjualan dan dipandang sebagai kerugian kontijensi maka metode yang
digunakan adalah metode beban sebagai berikut:
Kas Rp xxx,-
Penjualan Rp xxx,-
(Jurnal untuk mencatat penjualan barang dengan kewajiban jaminan yang
diakui)

Beban Jaminan Rp xxx,-


Kas Rp xxx,-
(Jurnal untuk mencatat pembayaran jaminan oleh perusahaan)
Beban Jaminan Rp xxx,-
Kewajiban Kontijensi atas Jaminan Rp xxx,-
(Jurnal untuk mencatat kewajiban kontijensi atas jaminan oleh perusahaan)

2. Metode kedua yang digunakan dalam mencatat jaminan adalah pendekatan


penjualan. Pendekatan ini dicirikan dengan pemisahan antara jaminan dengan
harga penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. Adapun jurnal adalah sebagai
berikut:
Kas Rp xxx,-
Penjualan Rp xxx,-
Pendapatan Jaminan yang belum dihasilakan Rp xxx,-
(Jurnal untuk mencatat kewajiban kontijensi atas jaminan oleh
perusahaan)

Pendapatan jaminan yang belum dihasilkan Rp xxx,-


Pendapatan Jaminan Rp xxx,-
(Jurnal untuk mencatat kewajiban kontijensi atas jaminan oleh perusahaan)

Anda mungkin juga menyukai