Anda di halaman 1dari 4

Bagaimana Penjelasan pernikahan beda

agama...?

Dalam Al-Quran telah dijelaskan bahwa seorang muslim diperbolehkan


menikahi perempuan merdeka dari kalangan ahli kitab. Pernikahan itu
dianggap sah secara syariat. Sebagaimana termaktub dalam surat al-
Maidah ayat 5:<>

Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan)


orang-orang yang diberi al-Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu
halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mangasyahwini) wanita yang
menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-
wanita yang menjaga kehormatan diantara orang-orang yang diberi al-
Kitab sebelum kamu.

Akan tetapi di zaman yang sudah mengglobal ini batasan antara ahlil
kitab dan yang bukan ahlil perlu ditegaskan kembali. Karena
kecenderungan bertasahul atau menggampangkan segala urusan di
zaman globalisasi ini dianggap sebagai kewajaran. Hal ini cukup
menghawatirkan apalagi jika berhubungan dengan masalah pernikahan.
Karena panjangnya konsekwensi dari sebuah pernikahan mulai dari status
pernikahan, status anak dan hak waris.

Dalam konteks ini maka hal yang perlu ditegaskan adalah siapakah
perempuan merdeka ahlul kitab yang boleh dinikah oleh seorang muslim?
tentang hal ini Imam Syafii dalam Al-Umm juz V menjelaskan:

1
:

Abdul Majid dari Juraid menerangkan kepada kami bahwa Atha pernah
berkata bahwa orang-orang Nasrani dari orang Arab bukanlah tergolong
ahlil kitab. Karena yang termasuk ahlil kitab adalah Bani Israi dan mereka
yang kedatangan Taurat dan Injil, adapun mereka yang baru masuk ke
agama tersebut, tidak dapat digolongkan sebagai Ahlil kitab.

Dengan demikian, orang-orang Indonesia yang beragama lain sepert


Kristen, Hindu, Budha, Kepercayaan, dan lain sebagainya tidak bisa
digolongkan ke dalam ahlul kitab sebagaimana dimaksudkan dengan al-
Quran. Apalagi jika ada perubahan dalam kitab-kitab mereka seperti yang
diturunkan kepada Musa as dan Isa as.

Hal ini berbeda dengan kasus para sahabat yang tercatat sejarah
menikahi perempuan ahlul kitab, seperti Sayyidina Hudzaifah pernah
menikahi perempuan Yahudi ahlil madain, dan Sayyidina Utsmanpun
pernah menikah dengan Nailah bintul Farafisha, perempuan asal Nazaret
di Palestina. Karena perempuan-perempuan tersebut memang benar-
benar ahlil kitab yang dimaksudkan di al-Quran.

Untuk itulah perlu ditekankan di sini pendapat ulama yang menyatakan


tidak orisinalnya kitab injil dan taurat yang ada di zaman sekarang yang
sekaligus menggugurkan perempuan-perempuannya sebagai ahlil kitab.
Sebagaimana keterangan dalam Al-Jawahirul Kalamiyyah fi Idhahil Aqidatil
Islamiyyah:

2
Para ulama terkemuka meyakini sesungguhnya Kitab Taurat yang ada
sekarang telah terjadi perubahan-perubahan. Diantara perubahan itu
adalah tidak adanya keterangan tentang surga, neraka, kebangkitan dari
kubur, pengumpulan manusia dan pembalasan. Padahal masalah tersebut
merupakan hal penting dalam kitab-kitab ketuhanan. Disamping itu
perubahan dalam taurat juga terlihat dengan adanya kabar tentang
wafatnya Nabi Musa as pada akhir bab. Padahal taurat sendiri diturunkan
untuk Nabi Musa as.

Demikianlah hujjah para ulama mengenai ketidak otentikan Taurat.


Sebagaimana akan diterangkan pula tentang ketidak otentikan injil yang
ada sekarang. Sehingga mereka yang memegang kedua kitab ini tidak
dapat lagi digolongkan sebagai ahlul kitab. Sebagaimana kelanjutan
keterangan di atas dalam Al-Jawahirul Kalamiyyah fi Idhahil Aqidatil
Islamiyyah:


, :
.


Para ulama terkemuka meyakini bahwa Injil yang ada sekarang terdiri dari
empat naskah hasil karangan empat orang yang sebagian mereka belum
pernah melihat Nabi Isa sama sekali. Keempat orang tersebut adalah
Matta, Markus, Lukas dan Johanus. (anehnya) Isi keempat naskah ini
bertentangan antara satu dan lainnya. Sesungguhnya orang Nasrani
memiliki banyak naskah Injil selain keempat ini, tetapi setelah hampir
lebih dua ratus tahun diangkatnya Nabi Isa as. ke langit mereka
memutuskan untuk menghapus semua naskah kitab yang ada kecuali

3
empat tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan dari perbedaan
da perselisihan yang timbul dari perbedaan isi itu.

Dari beberapa keterangan yang ada maka seorang muslim TIDAK BISA
menikahi perempuan agama lain di negeri ini (kristen, katolik, hindu,
budha, dll) karena mereka bukan tergolong perempuan ahlil kitab. Kecuali
apabila perempuan itu terlebih dahulu menyatakan diri masuk ke dalam
agama Islam dengan membaca dua syahadat. (ulil H)

Anda mungkin juga menyukai