Disusun oleh :
Angela
11414044
Kelompok 7
Asisten:
Dicky Nugraha
11412015
ABSTRAK
Protein merupakan makromolekul yang tersusun dari beberapa
polipeptida. Polipeptida terdiri dari asam-asam amino yang diikat oleh ikatan
peptida. Susunan asam-asam amino inilah yang membuat antar protein berbeda
satu sama lain. Protein merupakan senyawa yang penting bagi tubuh kita karena
memiliki fungsi penting bagi tubuh, salah satunya adalah sebagai biokatalisator.
Biokatalisator dalam tubuh kita sebut enzim. Enzim yang kita bahas pada laporan
ini adalah enzim -amilase. Enzim -amilase berfungsi untuk memecah rantai
polisakarida, yaitu amilum, menjadi monosakarida berupa glukosa-glukosa. Kerja
enzim dipengaruhi oleh suhu, pH, dan konsentrasi enzim tersebut.
PENDAHULUAN
Protein adalah biomolekul berukuran makro yang terdiri dari beberapa
polipeptida. Tiap polipeptida terdiri dari banyak asam amino yang diikat dengan
ikatan peptida atau amida. Setiap polipeptida berbeda bergantung pada susunan
kode asam aminonya. Protein kadang dikelompokkan menjadi protein sederhana
dan protein yang berkonjugasi. Protein sederhana hanya berupa polipeptida tanpa
adisi zat apapun, sedangkan protein konjugasi adalah protein yang berikatan
dengan zat lain, contohnya glikoprotein(protein yang berikatan dengan
karbohidrat), fosfoprotein(gugus fosfor), vitamin derivatif(misalnya flavoprotein),
dan protein yang berikatan dengan ion-ion logam(metaloprotein). (Walsh, 2014)
Fungsi protein adalah sebagai pengikat senyawa, sebagai katalis reaksi
pada tubuh, pengontrol respon sel terhadap lingkungan, dan sebagai komponen
penyusun sel pada organisme. (Petsko dan Ringe, 2004)
Struktur protein terdiri dari struktur primer, sekunder, tersier, dan
kuartener. Struktur primer terdiri dari kode asam amino penyusun polipeptida
beserta ikatan disulfida. Struktur sekunder terdiri dari asam amino, biasanya
berbentuk alfa heliks(-helix) dan benang beta(-strands). Struktur tersier terdiri
dari atom-atom penyusun polipeptida berwujud tiga dimensi. Struktur kuartener
terdiri dari keseluruhan polipeptida penyusun protein. (Walsh, 2014)
Struktur primer terdiri dari kode-kode asam amino penyusun polipeptida
dan merupakan penentu sifat protein tersebut. Terdapat 20 jenis asam amino, 19
di antaranya memiliki atom karbon sentral(alfa), yang menjadi tempat terikatnya
hidrogen (-H), gugus amina(-NH2), gugus karboksil (-COOH), dan ikatan alkil (-
R). Asam amino prolin gugus R-nya dapat membentuk ikatan kovalen dengan
nitrogen dari asam amino bebas. Selain itu, terdapat ikatan disulfida pada struktur
ini, yaitu ikatan antar sulfur pada asam amino, seperti sistein. (Walsh, 2014)
Gambar 1 Proses Ikatan Disulfida pada Cystine (Walsh, 2014)
Struktur sekunder memiliki bentuk heliks alfa dan benang beta karena
bentuk-bentuk tersebut dapat menstabilkan ikatan hidrogen intramolekuler dan
meminimalisir dorongan antar gugus yang berdekatan. Asam amino yang
membentuk alfa heliks ada alanin, leusin, metionin, dan glutamat. Struktur alfa
heliks distabilkan dengan adanya ikatan hidrogen, dengan setiap ikatan C=O
membentuk ikatan hidrogen dengan N-H. Rentangan alfa heliks pada polipeptida
globular memiliki panjang bervariasi mulai dari satu hingga sepuluh putaran
heliks, rata-rata mencapai tiga putaran heliks. Benang beta biasanya terdiri dari 5-
10 asam amino tiap benangnya. Benang beta biasanya ditemukan berpasangan
dengan benang beta lainnya. Bahkan beberapa benang beta dapat bergabung
menjadi lembaran beta (-sheets). Lembaran beta biasanya distabilkan dengan
ikatan hidrogen. Lembaran-lembaran beta dapat terbentuk secara paralel, anti-
paralel, atau campuran paralel dan anti-paralel. Secara paralel berarti lembaran
beta terbentuk dari benang-benang beta yang arahnya sama, sedangkan anti-
paralel berarti lembaran beta terbentuk dari benang-benang beta yang arahnya
berlawanan. (Walsh, 2014)
Struktur tersier merupakan struktur berwujud tiga dimensi. Struktur
terkecilnya berisi sekitar 200 asam amino dan itu sama dengan satu unit diskrit.
Strukturnya merupakan gabungan dari beberapa struktur sekunder yang ada.
Struktur tersier yang umumnya ditemukan adalah helical bundle, hairpin/
ribbon, the Greek key motif, the jelly roll, sandwich, dan barrels. Gabungan
dari beberapa struktur tersier merupakan struktur kuartener. (Walsh, 2014)
Uji Ninhidrin bereaksi dengan gugus -amino protein dan asam amino
bebas dan menghasilkan kompleks berwarna biru atau ungu, namun ketika
bereaksi dengan prolin dan hidroksiprolin akan membentuk senyawa kompleks
berwarna kuning. Uji ninhidrin mampu mendeteksi adanya pepton, peptida, asam
amino, amonia, dan amina primer lainnya. Setelah pereaksi ninhidrin
dicampurkan ke bahan yang mengandung asam amino dan dipanaskan, ninhidrin
tereduksi menjadi hidrindantin dan asam amino terurai menjadi adehid, amonia,
dan karbon dioksida. Hidrindantin, amonia, dan ninhidrin ini akan membentuk
senyawa kompleks berwarna biru. (Chalwa, 2014)
Gambar 6 Reaksi Uji Ninhidrin pada Suatu Senyawa yang Mengandung Asam
Amino (Chalwa, 2014)
Uji Millon mendeteksi adanya gugus fenil pada suatu bahan. Uji ini
digunakan untuk mendeteksi adanya asam amino tirosin pada bahan uji. Hasil
positif ditunjukkan dengan munculnya warna merah pada bahan yang diteteskan
pereaksi Millon, karena ada reaksi antara merkuri fenolat dengan fenol dalam
asam amino tirosin. (Chawla, 2014)
Enzim merupakan sekelompok protein yang mengatur dan menjalankan
aktivitas kimiawi dalam suatu organisme. Karena enzim terdiri dari sekelompok
protein, enzim dapat mengalami denaturasi. Enzim akan mengalami denaturasi
ketika dilakukan pemanasan, terkena gelombang ultrasonik atau gelombang
ultraviolet, dan penambahan asam, basa, dan pelarut organik seperti alkohol. Zat
ini secara alami dihasilkan makhluk hidup. Enzim adalah biokatalis untuk reaksi-
reaksi dalam tubuh, seperti hidrolisis, oksidasi, reduksi, isomerasi, adisi, transfer
radikal, dan pemutusan rantai karbon. (Sumardjo, 2006)
Enzim digunakan untuk memecah senyawa kompleks menjadi senyawa
sederhana. Senyawa sederhana tersebut pada makhluk hidup diserap sel untuk
kelangsungan hidupnya, terutama pertumbuhan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi enzim, yaitu substrat, suhu, pH, dan konsentrasi. (Dewi et al.,
2005)
Enzim bekerja dengan baik di suhu yang optimum bagi enzim tersebut.
Rentang suhu ketika kerja enzim masih baik adalah rentang suhu optimum enzim.
Enzim-enzim bekerja dengan baik dalam tubuh pada rentang suhu 36o-40oC.
Enzim bekerja semakin baik seiring dengan meningkatnya suhu. Namun ketika
suhu melewati suhu optimum enzim, maka enzim akn mengalami denaturasi.
(Sumardjo, 2006)
Konsentrasi enzim dapat menentukan waktu untuk mencapai
keseimbangan. Kecepatan aktivitas enzim berbanding lurus dengan
konsentrasinya, sehingga semakin meningkat konsentrasi enzim maka kecepatan
reaksi semakin meningkat juga. (Sumardjo, 2006)
Enzim amilase merupakan enzim ekstraseluler, sehingga aktivitasnya
dipengaruhi oleh pH mediumnya. Enzim amilase umumnya stabil pada pH 5,5-
7,0. Semakin asam lingkungan tempat enzim bekerja, maka semakin banyak
enzim yang mengalami denaturasi. (Dewi et al., 2005)
TUJUAN
Percobaan ini memiliki beberapa tujuan. Percobaan pertama adalah
menentukan keberadaan molekul-molekul peptida pada albumin, susu murni, dan
sari kedelai. Percobaan kedua adalah menentukan garam jenuh terhadap kelarutan
albumin, susu murni, dan sari kedelai. Percobaan ketiga adalah menentukan logam
berat pada kelarutan albumin, susu murni, dan sari kedelai. Percobaan keempat
adalah menentukan asam encer dan alkohol terhadap kelarutan albumin, susu
murni, dan sari kedelai. Percobaan berikutnya adalah menentukan keberadaan
asam amino tirosin menggunakan uji Millon dan menentukan keberadaan asam
amino bebas menggunakan uji Ninhidrin. Terakhir percobaan ini menentukan
suhu optimum, pH optimum, dan konsentrasi optimum enzim -amilase.
METODE
1. Reaksi Uji Protein
1.1 Uji Biuret
Uji biuret dilakukan dengan disiapkan bahannya masing-masing
sebanyak 3 ml di tabung reaksi terlebih dulu, yaitu albumin/putih telur,
susu murni, dan sari kedelai. Kemudian ditambahkan 1 ml NaOH 2,5 N
dan diteteskan 3 tetes CuSO4 0,2 M. Jika tidak ada perubahan warna yang
timbul, ditambahkan 1 atau 2 tetes CuSO4 0,2 M. Diamati dan dicatat
hasil pengamatannya.
KESIMPULAN
Uji-uji yang dilakukan pada protein membuktikan bahwa protein memiliki
ikatan-ikatan peptida, dapat diendapkan oleh garam jenuh, logam, asam encer dan
alkohol, dan terdapat asam amino tertentu pada bahan uji, yaitu albumin/putih
telur, susu murni, dan sari kedelai. Adanya molekul-molekul peptida pada
albumin/putih telur, susu murni, dan kedelai, dibuktikan dengan uji biuret dengan
urutan dari kandungan molekul peptida terbanyak hingga terkecil yaitu sari
kedelai, susu murni, dan albumin/putih telur. Protein memiliki susunan asam
amino tertentu sehingga antar bahan uji berbeda satu dengan lainnya. Putih telur
memiliki asam amino tirosin, susu murni memiliki asam amino prolin dan
hidroksiprolin, dan sari kedelai memiliki asam amino bebas.
Uji yang dilakukan pada enzim -amilase membuktikan bahwa kerja
enzim dipengaruhi oleh suhu, pH, dan konsentrasi enzim. Enzim bekerja dengan
optimum pada suhu kamar, yaitu sekitar 25 o-30 oC. Enzim bekerja pada pH netral,
yaitu 7.0. Semakin tinggi konsentrasi enzim yang digunakan, maka reaksi yang
terjadi semakin cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Bhandary, Satheesh Kumar, Suchetha Kumari N., Vadisha S. Bhat, Sharmila K.P.,
dan Mahesh Prasad Bekal. 2012. Preeliminary Phytochemical Screening of
Various Extracts of Punica Granatum Peel, Whole Fruit and Seeds. Nitte
University Journal of Health Science 2(4) : 6.
Dewi, Chandra, Tjahjadi Purwoko, dan Artini Pangastuti. 2005. Produksi Gula
Reduksi oleh Rhyzopus Oryzae dari Substrat Bekatul. Bioteknologi 2
(1):22-23.
Janairo, Gerardo, Marianne Linley Sy, Leonisa Yap Nancy Llanos-Lazaro, dan
Julita Robles. 2011. Determination of the Sensitivity Range of Biuret Test
for Undergraduate Biochemistry Experiments. e-Journal of Science and
Technology 6(5) : 78.
Marks, D.B dan Lieberman, Michael. 2009. Basic medical biochemistry : a
clinical approach, third edition. Philadelphia : Lippincoott Williams and
Nikins.
Petsko, Gregory A. dan Dagmar Ringe. 2004. Protein Structure and Function.
London : New Science Press Ltd. Halaman 3.
Seeley, Rob, Trent D. Stephens, dan Philip Tate. 2008. Anatomy and Physiology.
Edisi ke-8. New York : The McGraw-Hills Companies, Inc. Halaman 38.
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 389 dan
396.
Walsh, Gary. 2014. Proteins Biochemistry and Biotechnology. New Jersey : John
Wiley & Sons, Ltd. Halaman 1, 2, 25, 27, 37, dan 41.
Sumber gambar
Walsh, Gary. 2014. Proteins Biochemistry and Biotechnology. New Jersey : John
Wiley & Sons, Ltd. Halaman 26, 27, 28, dan 40.