Anda di halaman 1dari 18

PENINGKATAN BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE COOPERATIFE LEARNING DI KELAS 9

Disusun oleh :
DWI ANNA DYAN PANGESTUTI

ABSTRAK

DWI ANNA DYAN PANGESTUTI. Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Metode
Cooperative Learning di Kelas IX SMPN 126 Jakarta. Laporan Penelitian Tindakan. Jakarta: Lembaga
Penelitian Universitas Negeri Jakarta. 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan metode
cooperative learning di kelas IX Di SMPN 126 Jakarta. Permasalahan yang diajukan dalam penelitian
ini adalah: Apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IX pada SMP Negeri 126 Jakarta?. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian tindakan (Action Research) yang dibagi ke dalam dua siklus,
dimana masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu : 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan,
3) Observasi, dan 4) Refleksi. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai tenaga pengajar di
Kelas IX.1 di SMP Negeri 126 Jakarta dengan melibatkan guru IPA sebagai kolaborator.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA di SMP Negeri 126 Jakarta
dapat ditingkatkan dengan penerapan metode cooperative learning. Terbukti dari penilaian
kelompok siswa terdapat peningkatan pada siklus I rata-rata nilai kelompok 7.5, dan pada siklus II
rata-rata nilai kelompok mencapai 8.0.
Metode ini dapat dilaksanakan oleh guru IPA karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan
mengubah pemikiran siswa bahwa IPA membosankan dan suatu mata pelajaran yang sulit.
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang terusmenerus
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelii dapat menyelesaikan penetilian yang
berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Cooperative Learning di Kelas IX
SMPN 126 Jakarta.
Tujuan utama penelitian ini adalah meningkatkan profesionalisme peneliti sebagai guru IPA dengan
latar belakang akademik Pendidikan Biologi melalui program penelitian yang diselenggarakan oleh
Lembaga Penelitian Universitas Negeri Jakarta.
Penelitian ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dari pihah lain baik langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu peneliti menyampaikan terima kasih yang tak tgerhingga kepada:
1. Dr. Mulyana M.Pd, selaku ketua lembaga penelitian Universitas Negeri Jakarta.
2. Dr. Dwi Deswari, M.Pd, selaku Dosen pembimbing.
3. Drs. Kuslani, selaku Kepala SMP Negeri 126 Jakarta
4. Suyud, M.Pd, selaku Kolaborator Dalam Penelitian di SMP Negeri 126 Jakarta
5. Rekan-rekan peserta PTK MGMP IPA Kodya Jakarta Timur dan seluruh teman sejawat di SMP
Negeri 126 Jakarta yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu, atas bimbingan, bantuan dan
kerjasamanya yang memudahkan peneliti menyelesaikan penelitian ini.
Peneliti sangat menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan peneliti, karena itu peneliti sangat mengharapkan
saran dan perbaikan untuk kesempurnaan penulisan laporan maupun penelitian ini.
Peneliti berdoa Semoga Allah Meridhoi Langkah-langkah peneliti dan senantiasa memberikan
Ampunan, Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita serta berkenan membalas budi baik yang telah
diberikan.
iii
Akhirnya peneliti berharap kegiatan ini memberikan perubahan dalam pendidikan, khususnya pada
diri Peneliti sebagai guru menuju peningkatan profesionalisme dan untuk rekan-rekan sesama guru
semoga penelitian ini dapat memberi masukan dan bermanfaat sehingga dapat menghasillkan
siswa yang berprestasi di bidang IPA
Jakarta, Maret 2009
Peneliti

Dwi Anna Dyan Pangestuti

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Pendidikan sangat memegang peranan penting dalam kehidupan seseorang maupun suatu bangsa.
Kemajuan pembangunan di suatu negara, baik lahir maupun batin, dapat di capai melalui
pendidikan yang terarah dan berkesinambungan, melalui pendidikan dapat menciptakan manusia
yang cerdas, trampil, berwawasan luas, disiplin beriman, bertaqwa serta bertanggung jawab
didalam kehidupan.
Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yang benar maka harus dibuat suatu arah yang dibuat
oleh pemerintah sebagai pengatur dan paling bertanggung jawab dalam pendidikan nasional yaitu
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional yang selanjutnya
dijabarkan dalam metode-metode pengajaran, salah satunya adalah Metode Cooperative Learning.
Pada era globalisasi ini pengetahuan manusia makin banyak dan maju dengan pesat. Akibatnya,
pengetahuan seseorang akan cepat usang, tidak relevan lagi dan kehilangan nilai dan utilitas. Agar
pengetahuan selalu mutakir, maka harus dikembangkan cara-cara belajar yang baru, misalnya
bagaimna mencari, mengelola,memilih informasi yang demikian banyaksesuai dengan
kebutuhannya. Hal ini merupakan bagian dari kecakapan kehidupan seseorang agar selalu
bertahan dalam suasana yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif dalam kehidupanya.
Seorang guru tidak hanya berperan di kelas, tetapi harus mampu menciptakan suasana belajar
yang dinamis, harmonis, menarik dan mampu mengembangkan komunikasi dua arah. Untuk
menciptakan suasana kondusif yang dapat menimbulkan ketenangan dan rasa senang dalam diri
siswa. Situasi ini dapat menjadikan proses belajar yang atraktif, menantang dan menggairahkan.
Untuk mengatasi hal tersebut maka upaya guru agar siswa dalam menerima pelajaran menjadi
efektif dapat menggunakan metode cooperative learning. Penggunaan metode cooperative
learning sangat menunjang dalam proses belajar mengajar, karena siswa dapat lebih
berkonsentrasi dan berinteraksi kepada orang lain dan guru selama proses belajar mengajar
berlangsung sehingga motivasi dan konsentrasi belajarnya lebih terfokus dan terarah.
Untuk mencapai taraf yang sesuai dengan tujuan pembelajaran seorang guru harus mampu selalu
menciptakan suasana belajar yang kondusif, cara belajar yang menarik serta pengelolaan
administrasi yang memadai , sesuai dengan standar kompetensi dan teknis edukatif proses belajar
mengajar.
Dalam pelaksanaannya kemampuan guru yang komprehensif dapat memacu siswa untuk
berkompetisi dan merangsang motivasi dan konsentrasi belajar siswa untuk mencapai
kompetensinya yang optimal. Hal ini selain untuk melihat hubungan antara kompetensi guru
dengan motivasi belajar siswa, juga untuk mengetahui tingkat keprofesionalan guru sebagai
tenaga edukatif yang handal dan kredibel.
Dalam penggunaannya, metode cooperative learning dapat memacu rasa keingintahuan siswa
untuk mencari jawaban dan merangsang motivasi siswa untuk mencapai hasil belajar yang
optimal. Hal ini selain untuk melihat keefektifan metode cooperative learning , juga untuk
mengetahui pengaruh keaktifan dan kreatifitas siswa dalam proses belajar mengajar.
Dalam proses belajar mengajar yang perlu dicapai bukan hanya hasil belajar, tetapi juga proses
belajar yang efektif. Dengan menguasai proses belajar yang efektif memungkinkan siswa dapat
mempelajari materi pelajaran yang lebih mudah dan efisien. Oleh sebab itu dipandang perlu untuk
melakukan penelitian mengenai pengaruh metode cooperative learning terhadap prestasi belajar
siswa.
Kegiatan proses belajar mengajar akan terlaksana dengan baik apabila dalam perencanaan
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan startegi pembelajaran yang efektif. Keefektifan strategi
pembelajaran yang digunakan harus didukung oleh kemampuan guru dan kesiapan siswa sendiri
sebagai subyek didik dalam kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai penanggung jawab dalam
bidang pendidikan secara rutin terlibat dalam proses belajar mengajar sangat besar sekali
peranannya dalam menentukan keberhasilan belajar anak didiknya.
Dalam proses belajar mengajar di sekolah cara penyampaian materi pelajaran seorang guru sangat
besar pengaruhnya bagi berhasil tidaknya siswa untuk menyenangi pelajaran yang diajarkan.
Berbagai macam metode mengajar telah tersedia sebagai sarana untuk menyampaikan meteri
pelajaran. Dengan adanya metode-metode tersebut guru dapat memilih metode yang cocok
dengan materi yang akan diajarkan. Sebab dengan memilih metode mengajar yang sesuai selain
dapat menguasai kelas juga akan mempunyai pengaruh yang sangat berarti terhadap suksesnya
pelajaran yang diajarkan.
Pada pembelajaran ilmu pengetahuan alam metode konvensional (ceramah, diskusi, dan latihan
soal) juga sering digunakan, tetapi tidak semua materi dapat disajikan dengan menggunakan
metode konvensional. Dalam metode konvensional penyajian materi disampaikan hanya dengan
penuturan dan penjelasan lisan secara langsung, setelah contoh-contoh soal diberikan secara lisan,
kemudian siswa ditugaskan untuk mengerjakan soal-soal latihan dan hasilnya dibahas bersama.
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dapat
diterapkan apabila peserta didik memiliki kemampuan memahami dasar-dasar pembelajaran
kooperatif secara umum. Siswa dalam kelompok memiliki peran yang sma agar mampu memahami
kosep-konsep dan aturan pengerjaan ilmu pengetahuan alam dengan cara yang benar.
Pada prinsipnya proses pembelajaran di SMP Negeri 126 Jakarta telah berlangsung dengan
penerapan metode dan strategi pengajaran yang bervariatif, namun pencapaian prestasi belajar
siswa belum optimal. Kontribusi para guru dalam proses pembelajaran juga telah cukup besar
walaupun masih banyak kendala yang dihadapi. Hal tersebut bukan berarti tidak ada upaya
perbaikan tatapi faktor-faktor diluar kegiatan belajar masih mempengaruhi hasil belajar.
Motivasi dan konsentrasi belajar siswa masih rendah dikarenakan banyaknya beban belajar dan
kurangnya perhatian orang terhadap kegiatan belajar seimbang di rumah. Faktor lainya yang
mempengaruhi antara lain adalah masih banyaknya siswa yang terlambat, adanya siswa yang
sering tidak mengerjakan PR dan tugas sekolah sehingga menganggu proses belajar mengajar di
sekolah.
Dengan kondisi yang demikian penulis tertarik untuk mencoba pendekatan lain dalam proses
pembelajaran melalui penerapan metode pembelajaran yang lebih bervariatif melalui strategi
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK),
karena melalui PTK ini, penulis mengharapkan bahwa siswa dapat meningkatkan hasil belajar
secara optimal.

B. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah


1. Perumusan Masalah
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa di kelas IX pada SMP Negeri 126 Jakarta ?
2. Pemecahan Masalah
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya,
setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami
materi pelajaran. Diakhiri menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran
berkelompok dituntut kerjasama dengan pendekatan yang siswa sentris, humanistik dan
demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya.
Pembelajaran kooperatif juga merupakan suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah antara 4 6 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil
siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar
secara optimal.

C. Tujuan
Penelitian tindakan kelas merupakan wahana untuk melakukan perbaikan, peningkatan serta
perubahan pembelajaran. Tujuan penelitan tindakan kelas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) sebagai salah satu solusi pembelajaran alternatif di sekolah.
2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas penerapan metode pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) khususnya di kelas IX SMP Negeri 126 Jakarta guna meningkatkan hasil belajar IPA siswa
dalam pembelajaran di sekolah sebagai tindakan perbaikan.
3. Untuk mengetahui hasil pembelajaran melalui metode pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) yang lebih inovatif dan kreatif.

D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini akan diperoleh informasi mengenai upaya peningkatan hasil belajar siswa
melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Oleh karena itu
penelitian ini diharapkan berguna untuk :
1. Dapat menambah wawasan bagi guru mengenai masalah dalam penerapan metode
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) di SMP Negeri 126 Jakarta.
2. Dapat menjadikan bahan masukan kepada pendidik dalam peningkatan hasil belajar siswa
kearah yang lebih baik.
3. Memberikan bahan masukan bagi peserta didik agar mereka mampu meningkatkan hasil
belajarnya yang lebih baik lagi.

BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka
Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu perubahan kapasitas kinerja individu sebagai hasil pengalaman, perubahan
potensi perilaku, dan pengembangan pengetahuan serta ketrampilan atau sikap yang baru sebagai
hasil interaksi individu dengan informasi dan lingkungannya. Gagne mengemukakan bahwa belajar
adalah perubahan kemampuan atau disposisi(kecenderungan) seseorang yang dapat bertahan
selama periode waktu tertentu.1
Belajar juga merupakan usaha sadar oleh seseorang yang berlangsung sepanjang hayat agar
diperoleh kemampuan yang memadai dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Proses dan
hasil belajar dapat ditandai dengan adanya perubahan perilaku atau kemampuan pada diri
seseorang dan ia merupakan hasil dari latihan atau pengalaman.
Menurut pendapat Kenneth D.Moore2, belajar adalah suatu perubahan kapasitas kinerja individu
sebagai hasil pengalaman. Dari definisi tersebut penekanannya pada upaya individu secara sadar
melakukan sesuatu, agar memperoleh suatu kemampuan atau kompetensi baru. Hal tersebut
diperkuat oleh pendapat Kimble dalam Hergenhand dan Olson3 bahwa belajar merupakan
perubahan potensi perilaku yang relatif permanen sebagai hasil dari penguatan yang diberi
penguatan.
Hergenhahn dan Olson mengemukakan lima unsur utama yang terkait dengan belajar, yaitu;
a. Perubahan tingkah laku
b. Perubahan itu relatif permanen
c. Potensi untuk bertindak
d. Hasil dari pengalaman
e. Reinforcement4

Pendapat lain yang relatif mendukung pendapat di atas adalah menurut Smaldino5, yang
mengemukakan bahwa belajar adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap
yang baru sebagai hasil interaksi individu dengan informasi dan lingkungannya.
Sedangkan Curzon6 berpendapat bahwa belajar adalah perubahan(modifikasi) perilaku yang
ditampakkan oleh seseorang melalui aktivitas dan pengalamannya, sehingga
pengetahuan,keterampilan dan sikapnya termasuk cara penyesuaian terhadap lingkungannya
berubah. Seperti juga yang diungkapkan oleh Gagne7, bahwa belajar adalah perubahan
kemampuan atau disposisi(kecenderungan) seseorang yang dapat bertahan selama periode waktu
tertentu dan tidak sesederhana seperti digambarkan dalam proses pertumbuhan.
Pengertian Hasil Belajar
Menurut Gall dan Gall dalam Kindsvatter8 bahwa hasil belajar adalah tujuan program yang luas
yang akan dicapai oleh para siswa. Mereka dituntut untuk mengaktualisasikan dan
mengekspresikan pencapaian tujuan ini sebagai hasil pembelajaran di kelas.
Hasil belajar menurut Soedijarto9 adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh peserta didik
dalam mengikuti program kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang
ditetapkan. Gagne dan Briggs10 menambahkan bahwa hasil belajar adalah berbagai jenis
kemampuan yang diperoleh dari belajar. Ada 5 jenis kemampuan hasil belajar, yaitu;
a. ketrampilan intelektual
b. informasi verbal
c. strategi kognitif
d. ketrampilan motorik
e. sikap
Sedangkan menurut Romiszowski dalam Anderson dan Krathwohl11, hasil belajar ditekankan pada
aspek pengetahuan dan ketrampilan. Pengetahuan berkenaan dengan informasi yang tersimpan
didalam otak manusia setelah ia mengalami proses belajar. Sedangkan ketrampilan berkenaan
dengan tindakan seseorang, baik tindakan intelektual maupun fisik dalam mencapai tujuan sebagai
akibat proses belajar. Secara rinci pengetahuan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: fakta,
prosedur, konsep, dan konsep. Sedangkan katrampilan juga dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:
ketrampilan kognitif, motorik, reaktif dan interaktif. Pen
dapat tersebut selaras dengan pandangan Benyamin Bloom 12 bahwa hasil belajar memiliki ranah
kognitif, afektif dan psikomotor. Teori Taksonomi Bloom, menurutnya hasil belajar mempunyai
ranah yang berorientasi pada kemampuan untuk mengungkapkan makna dan arti dari bahan yang
dipelajari siswa. Ranah tersebut meliputi;
a. Kognitif, yang termasuk ranah kognitif meliputi aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan,
sintesis dan evaluasi.
b. Afektif, yang termasuk ranah afektif meliputi aspek psikologis untuk menerima, menanggapi,
menghargai dan membentuk pribadi.
c. Psikomotorik, yang termasuk ranah psikomotorik meliputi gerak dan tindakan.13
Dengan tambahan pendapat dari Anderson dan Krathwoth bahwa hasil belajar juga mencakup;
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan meta-kognitif.
Pengertian Mata Pelajaran IPA/Sains
Ilmu pengetahuan alam atau sains secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau
yang mempelajari tentang fenomena atau gejala alam. Bannet juga mengemukakan bahwa Sains
atau IPA adalah sistem pengetahuan terurut dan menuntut penyusunan kurikulum terstruktur
secara baik. Sains juga didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam ini dapat
dipahami, dipelajari dan dijelaskan tidak semata-mata bergantung pada metode kausalitas, tetapi
melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen dan analisis rasional. Disamping itu juga
diperlukan sikap obyektif dan jujur dalam mengumpulkan serta menganalisis data. Atas dasar itu
Muhammad Soerjani14 menyimpulkan bahwa Sains atau IPA secara garis besar dapat didefinisikan
atas tiga komponen, yaitu; (1) sikap ilmiah, (2) proses ilmiah dan (3) produk ilmiah.
Nash dalam bukunya The Nature of Nature Science mengatakan bahwa: Science is a way of
looking at the world Ilmu Pengetahuan Alam diipandang sebagai suatu cara atau metode untuk
dapat mengamati sesuatu, dalam hal ini adalah dunia. Cara memandang Ilmu Pengetahuan Alam
bersifat analitis, ia melihat sesuatu secara lengkap dan cermat serta dihubungkannya dengan
obyek lain sehingga keseluruhannya membentuk perspektif baru tentang obyek yang diamati
tersebut. Lebih lanjut Nash menandaskan: The whole science in nothing more than a refinement
of everyday thinking. Metode berpikir atau pola berpikir, yang tidak sama dengan pola berpikir
sehari-hari, berpikirnya harus menjalani refinement sehingga cermat dan lengkap. 15
Pendapat Nash tentang Ilmu Pengetahuan Alam ini diperkuat oleh pendapat Einstein (Nash, 1963)
dimana Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu pola pikir logis dan seragam A logically uniform
system of thought ini adalah metode ilmiah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari
tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta dan segala isinya untuk menguasai
pengetahuan, fakta-fakta dan sikap ilmiah.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Paradigma lama tentang proses pembelajaran yang bersumber pada teori tabula rasa John Lock
dimana pikiran seorang anak seperti kertas kosong dan siap menunggu coretancoretan dari
gurunya sepertinya kurang tepat lagi digunakan oleh para pendidik saat ini. Tuntutan pendidikan
sudah banyak berubah. Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar
dimana anak dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan
kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi
belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan makna oleh
siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori
kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri
melalui berpikir rasional.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning merupakan system pengajaran
yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesame siswa dalam
tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara
berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok
karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif
sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat
interdepedensi efektif diantara anggota kelompok. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan
timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai
keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota
kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal,
maka harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu:
a. Saling ketergantungan positif.
b. Tanggung jawab perseorangan.
c. Tatap muka.
d. Komunikasi antar anggota.
e. Evaluasi proses kelompok
Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:
a. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis.
b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang,
dan tinggi.
c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan
jenis kelamin.
d. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam
model pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk
kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
b. Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas
kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota
kelompok.
c. Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman
yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir
yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.
d. Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman
konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan
mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
Teknik Pembelajaran Kooperatif
Teknik pembelajaran kooperatif diantaranya:
a. Mencari Pasangan
- Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep.
- Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
- Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya.
b. Bertukar Pasangan
- Setiap siswa mendapatkan satu pasangan.
- Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya
- Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan pasangan lain.
- Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan kemudian saling menanyakan dan
mengukuhkan jawaban.
- Temuan baru yang diperoleh dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan
semula.
c. Kepala Bernomor
- Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
- Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
- Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan
setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
- Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerja sama mereka.
d. Keliling Kelompok
- Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan
pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang dikerjakan.
- Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya.
- Demikian seterusnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah perputaran
jarum jam atau dari kiri ke kanan.
e. Kancing Gemerincing
- Guru menyipkan satu kotak kecil berisi kancing-kancing.
- Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing.
- Setiap kali seorang siswa berbicara, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya.
- Jika kancingnya sudah habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai kancing semua rekannya
habis.
f. Dua Tinggal Dua Tamu
- Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat.
- Setelah selesai, dua orang dari setiap kelompok meninggalkan kelompoknya dan
bertamu ke kelompok yang lain.
- Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi ke tamu mereka.
- Tamu mohon diri dan kembali ke kelompoknya kemudian melaporkan hasil
temuannya.
- Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya,
setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami
materi pelajaran. Djahiri menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran
berkelompok dituntut kerjasama dengan pendekatan yang siswa sentris, humanistik dan
demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya.16
Pendapat lain yang dinyatakan oleh Slavin bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah
antara 4 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam
belajar.17 Definisi lain menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajarn yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar secara optimal.
Strategi adalah pola perilaku yang dilakukan guru dalam pembelajaran yang diterapkan dalam
proses kegiatan belajar dengan multi metode dan media belajar. Gagne berpendapat bahwa
strategi merupakan serangkaian rencana untuk membantu siswa dalam usaha belajarnya pada
setiap tujuan belajar yang dapat berupa rencana materi pembelajaran atau satu unit produksi
sebagai media pembelajaran atau dengan kata lain sebagai metode(algoritma) untuk
memanipulasi unsur-unsur obyek pengetahuan.18
Strategi pembelajaran merupakan pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran,
yang berupa pedoman umum kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran yang
dijabarkan dari pandangan falsafah dan atau teori belajar tertentu. Strategi pembelajaran sebagai
spesifikasi untuk memilih dan mengurutkan kejadian dan aktivitas dalam pembelajaran. Kejadian
dan aktivitas yang dimaksud meliputi; penyajian materi, pemberian contoh, pemberian latihan
serta pemberian umpan balik.
Strategi pembelajaran juga digunakan untuk memasukkan berbagai aspek dalam mengurutkan
dan mengorganisir informasi serta mengambil keputusan tentang bagaimana cara menyajikannya.
Adapun caranya meliputi; penyusunan materi pelajaran, peralatan dan bahan, metode dan media
serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang sudah
ditentukan.
Strategi pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari metode yang digunakan. Metode pembelajaran
adalah susunan teknik pembelajaran yang sistematis, yang diarahkan untuk mencapai hasil belajar
berupa diskrit, reflektif, dan inquri.
UU no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab 1 ayat 20 yang mengisyaratkan bahwa Pembelajaran
adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna
atau pemahaman terhadap suatu obyek atau suatu peristiwa. Sedangkan kegiatan mengajar
merupakan upaya menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi dan tanggung jawab
pada siswa untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri dalam membangun gagasan melalui
kegiatan belajar sepanjang hayat. Gagasan dan pengetahuan ini akan membentuk
keterampilan,sikap dan perilaku sehari-hari, sehingga siswa akan berkompeten dalam bidang yang
dipelajarinya, kegiatan belajar mengajar inilah yang disebut sebagai pembelajaran.
Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivisme, yaitu strategi pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Penekananya pada pengembangan
unsur-unsur interaksi sosial serta peningkatan keterampilan khususnya dalam motivasi kerja
berkelompok.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu: 1)
Student Team Achievment Division(STAD), 2) Jigsaw, 3) Group Invenstigation(GI), Rotating Trio
Excahange, dan 5) Group Resume. Dari beberapa model pembelajaran tersebut model yang
banyak dikembangkan adalah model STAD dan Jigsaw.
Penelitian ini mengembangkan model pembelajaran kooperatif dengan tujuan untuk melatih dan
mencoba pembelajarn kelompok khususnya untuk siswa kelas IX yang masih memiliki interaksi
sosial perkawanan yang masih sangat kuat.
B. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Dengan menerapkan
metode cooperative learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IX di SMP Negeri 126
Jakarta.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rencana dan Prosedur Penelitian


Pengembangan inovasi pembelajaran di kelas IX SMP Negeri 126 ini akan dilaksanakan melalui
prosedur sebagai berikut:
Perencanaan Tindakan
Penelitian untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan metode cooperative learning di
kelas IX pada SMP Negeri 126 Jakarta akan dilakukan selama 3 bulan dengan 3 kali tindakan.
Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan alur : refleksi awal, perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, refleksi dan perencanaan ulang, sesuai dengan model PTK yang dikemukakan oleh
Kemmis.
Pada tahap perencanaan pengembang melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Membuat skenario pembelajaran/RPP
b. Mempersiapkan sarana yang mendukung terlaksananya kegiatan pengembangan inovasi
pembelajaran
c. Mempersiapkan instrumen pengembangan untuk proses kegiatan dan instrumen untuk
mengukur kemampuan siswa yang berupa tes hasil pembelajaran.
d. Melakukan sosialisasi pada anggota pengembang/kolaborator dan simulasi pelaksanaan dan
menguji keterlaksanaan di lapangan.
Tahap pelaksanaan pengembangan inovasi pembelajaran gambaran kegiatan yang akan dilakukan
senagai berikut:
a. Sesuai dengan RPP yang telah disusun, maka pada pelaksanaan kegiatan pengembangan
dilakukan juga observasi oleh observer/kolaborator dan interpretasi. Kegiatan observasi dan
interpretasi merupakan upaya merekam proses yang terjadi selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Kegiatan ini akan diteruskan dengan diskusi sebagai umpan balik/reinforcement.
b. Analisis dan Refleksi
Analisis data dilakukan setelah semua tahapan pelaksanaan tindakan selesai. Analisis data ini
dilakukan melalui tahapan; a) redukasi data, b) paparan data dan c) penyimpulan
c. Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan setelah semua tahapan pelaksanaan pengembangan inovasi
pembelajaran selesai. Refleksi ini dimaksudkan untuk mengkaji apa yang telah diperoleh dan yang
masih belum tercapai sesuai target yang telah ditentukan, karena hasil refleksi ini akan dijadikan
acuan untuk kegiatan siklus berikutnya untuk memperoleh hasil yang diharapkan.

B. Disain Pengembangan
Prosedur penelitian tindakan kelas yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada model
Kemmis dan Taggart dan model yang ditawarkan oleh Ebbut.19 Sistem model penelitian kelas
tersebut berbentuk siklus (cycle) dan pelaksanaan siklus ini tidak hanya berlangsung dalam satu
kali tindakan tetapi berlangsung hingga pada siklus ketiga dengan indikasi tercapainya tujuan
pembelajaran yang diinginkan.
Bentuk tindakan dirancang sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK) dan dibatasi
sampai pada tiga siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat langkah utama yaitu: 1)
merencanakan, 2) melakukan tindakan, 3) mengamati/observasi, dan refleksi.18 Dalam setiap
siklus dirancang dengan menerapkan pendekatan kontekstual sebagai salah satu pendekatan yang
sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA. Keberhasilan penelitian ini dilihat dari proses dan
hasil belajar siswa.
Selama kegiatan penelitian berlangsung, penulis berkolaborasi dengan teman sejawat sebagai
observer. Untuk lebih lanjut pola tindakan dapat digambarkan sebagai berikut:

Model Spiral ( Gambar 1 PTK Kemmis dan Taggart)


Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, maka kegiatan di awali dengan mengadakan
observasi pelaksanaan proses pembelajaran, menganalisa keadaan situasi belajar dan respon
siswa terhadap pembelajaran yang disajikan oleh guru.
Prosedur dan tahapan intervensi tindakan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan program
kegiatan dan evaluasi.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 126 Jakarta pada siswa kelas IX
dengan alasan peneliti mengajar di tempat tersebut, sehingga akan berusaha memperbaiki
pembelajaran di kelas. Adapun waktu penelitiannya selama 3 bulan mulai bulan Januari dan
berakhir pada bulan Maret 2009.

D. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX pada SMP Negeri 126 Jakarta yang berjumlah 40
orang siswa. Sedangkan objek dari pengembangan inovasi pembelajaran ini adalah penerapan
metode cooperative learning dengan fokus peningkatan hasil belajar IPA.

E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian


Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana utama, maka pada pra-penelitian,
peneliti melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran IPA di kelasnya, kemudian membuat
perencanaan tindakan yang akan dilakukan di kelas tempat mengajar.
Adapun posisi peneliti dalam PTK ini adalah sebagai posisi utama. Peneliti melakukan langsung apa
yang akan ditingkatkan di kelas tersebut. Peneliti merasakan dan melakukan refleksi dari
pembelajaran yang dilakukan sehingga berdasarkan itulah peneliti melakukan penelitian. Selain itu
juga peneliti berperan sebagai pembuat laporan dari apa yang dilaksanakan dan observasi yang
dibantu teman sejawat dan Kepala Sekolah.

F. Tahap Intervensi Tindakan


Secara teoritik pengembangan dan penerapan pembelajaran kooperatif sesuai dengan disain
penelitian dan menggunakan model penelitian tindakan kelas menurut FX. Soedarsono.20 Tahap
awal peneliti melakukan penjajagan assesment untuk menentukan masalah yang sesungguhnya
yang dirasakan terhadap apa yang telah dilaksanakan selama ini. Pada tahap ini peneliti dapat
menimbang dan mengidentifikasi masalah-masalah dalam proses pembelajaran (memfokuskan
masalah) kemudian melakukan analisis dan merumuskan masalah yang layak untuk penelitian
tindakan.
Tahap kedua disusun rencana berupa skenario tindakan atau aksi untuk melakukan perbaikan,
peningkatan atau perubahan ke arah yang lebih baik dari diskusi pembelajaran yang dilakukan
untuk mencapai hasil yang optimal atau memuaskan. Tahap ketiga dilakukan implementasi
rencana atau skenario tindakan. Peneliti bersama-sama kolaborator atau partisipan melaksanakan
kegiatan sebagaimana yang tertulis dalam skenario. Pemantauan atau monitoring dilakukan segera
setelah kegiatan dimulai (on going process monitoring). Catatan semua kajadian dan perubahan
yang terjadi perlu dilakukan dengan berbagai alat dan cara sesuai dengan situasi dan kondisi kelas.
Tahap keempat, berdasarkan hasil monitoring dilakukan evaluasi yang dapat digunakan sebagai
bahan acuan untuk mengadakan refleksi apakah tujuan yang dirumuskan telah tercapai. Jika belum
memuaskan, maka dilakukan revisi atau modifikasi dan perencanaan ulang untuk memperbaiki
tindakan pada siklus sebelumnya. Dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat diasumsikan
akan diperoleh hasil: meningkatkan mutu pembelajaran dan diperoleh model tindakan untuk
meningkatkan mutu pembelajaran yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.
Rancangan tindakan setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut :
Siklus I
1. Rancangan
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran IPA oleh guru kelas, kemudian ditemukan
permasalahan yang muncul selama pembelajaran tersebut berlangsung. Temuan ini
dikonsultasikan kepada teman sejawat. Berdasarkan hasil diskusi tersebut dirancang dan
dilaksanakan tindakan perbaikan berupa pelaksanaan pembelajaran IPA dengan pokok bahasan
kemagnetan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan dengan rencana pembelajaran dengan memanfaatkan kesiapan peneliti
dalam memahami tujuan pembelajaran. Pada pelaksanaan siklus pertama peneliti akan melakukan
kegiatan dalam proses pembelajaran dengan memberikan gambaran umum tindakan yang akan
dilakukan oleh peneliti tanpa mengabaikan pemahaman peneliti tentang pendekatan pembelajaran
pembelajaran kooperatif(cooperative learning). Peneliti akan mengembangkan kemampuan
mengajarnya melalui metode yang bervariasi, yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif
dalam membangun pengetahuannya sendiri. Sebagai dampak pengiring dalam pelaksanaan
pembelajaran ini, siswa diharapkan memiliki rasa percaya diri terhadap penyelesaian tugas mandiri
dan kelompok.
3. Monitoring/ Pengamatan
Selama pelaksanaan tindakan, peneliti akan mengamati setiap perubahan kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik siswa. Dari pengamatan tersebut diharapkan peneliti memperoleh
informasi mengenai adanya kesesuaian antara pembelajaran dengan pelaksanaannya, mengukur
kemampuan siswa dalam bentuk hasil belajar berupa tugas mandiri dan lembar kerja siswa (LKS).
4. Refleksi
Refleksi akan dilakukan oleh peneliti dan guru berdasarkan temuan-temuan yang didapat dari hasil
monitoring. Peneliti akan menyampaikan permasalahan yang dihadapinya selama proses kegiatan
pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam
merancang kegiatan pada siklus berikutnya.
Siklus II
1. Rancangan
Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pada siklus I, kemudian permasalahan yang muncul selama
pembelajaran pada siklus I tersebut berlangsung. Temuan ini dikonsultasikan kepada teman
sejawat. Berdasarkan hasil diskusi tersebut dirancang dan dilaksanakan tindakan perbaikan berupa
pelaksanaan pembelajaran IPA dengan pokok bahasan kemagnetan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan dengan rencana pembelajaran dengan upaya perbaikan dari hasil siklus I.
Pada pelaksanaan siklus II peneliti akan melakukan kegiatan dalam proses pembelajaran dengan
memberikan gambaran umum tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti tanpa mengabaikan
pemahaman peneliti tentang pendekatan pembelajaran pembelajaran kooperatif(cooperative
learning). Peneliti akan mengembangkan kemampuan mengajarnya melalui metode yang
bervariasi, yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuannya
sendiri
3. Monitoring/ Pengamatan
Selama pelaksanaan tindakan, peneliti akan mengamati setiap perubahan yang lebih baik
dibandingkan dengan siklus I. Dari pengamatan tersebut diharapkan peneliti memperoleh
informasi mengenai adanya upaya perbaikan serta mengukur kemampuan siswa dalam bentuk
hasil belajar berupa tugas mandiri dan lembar kerja siswa (LKS).
4. Refleksi
Refleksi akan dilakukan oleh peneliti dan guru berdasarkan temuan-temuan yang didapat dari hasil
monitoring dan wawancara. Peneliti akan menyampaikan permasalahan yang dihadapinya selama
proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Data dibahas bersama pengamat untuk mendapat
kesamaan pandangan terhadap tindakan pada siklus kedua. Hasil diskusi dijadikan bahan untuk
menarik kesimpulan
G. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari tahapan intervensi tindakan kelas meliputi:
1. Hasil Belajar IPA
Dari intervensi tindakan kelas diperoleh data hasil belajar yang ambil dari hasil tes yang meliputi
pencapaian penguasaan konsep tentang kemagnetan melalui metode pembelajaran
kooperatif(cooperative learning).
Keberhasilan pencapaian tindakan intervensi kelas bila pencapaian standar ketuntasan kompetensi
minimal (KKM) mencapai nilai minimal 7.1.
2. Model Pembelajaran Pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
Berdasarkan hasil observasi dan angket yang menyangkat proses pembelajaran melalui model
pembelajaran kooperatif(cooperative learning) diharapkan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran untuk aktif dan mau mengikuti dengan antusias melalui pembelajaran dengan
pedoman LKS.
Tingkat keberhasilan penerapan metode pembelajaran kooperatif(cooperative learning) tercapai
apabila aktivitas guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, serta
keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran meningkat dalam setiap siklusnya yang
dilaksanakan sesuai dengan target dan tujuannya.
H. Instrumen-Instrumen Pengumpul Data Yang Digunakan
1. Instrumen Hasil Belajar IPA
Instrumen untuk memperoleh data hasil belajar menggunakan soal pilihan ganda sebanyak 25
soal.
2. Instrumen Pembelajaran Cooperative Learning
Untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan tindakan dalam penelitian tindakan kelas pada proses
pembelajaran IPA, maka peneliti akan menerapkan pendekatan pembelajaran pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) pada pokok bahasan kemagnetan melalui metode pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) guna meningkatkan hasil belajar siswa. Instrumen yang
digunakan antara lain: 1) Format observasi, 2) LKS, 3) lembar soal/tes, 4) angket, 5) catatan
lapangan, 6) pedoman wawancara. Format observasi digunakan untuk mengamati perilaku/ gaya
mengajar guru, perilaku siswa, dan interaksi antara guru dan siswa. Ketika proses pembelajaran
berlangsung, siswa secara berkelompok diberikan LKS. Sesuai dengan petunjuk pada LKS, siswa
dapat menyelesaikan permasalahan melalui diskusi kelompok. Setiap akhir pembelajaran siswa
diberikan lembar soal yang berisi tentang hal-hal yang telah dipelajari guna melatih kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotorik, untuk menyelesaikannya dapat dilakukan secara individu atau
kelompok kecil. Untuk memperoleh data yang real diberikan angket yakni daftar pernyataan yang
disusun untuk mengumpulkan informasi tertentu dan diisi oleh responden atau sumber informasi
yang diinginkan. Catatan lapangan yang dimaksud untuk mencata segala aktivitas guru dan siswa
dimulai dari guru masuk kelas sampai pada akhir pembelajaran. Hal ini digunakan untuk
mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran. Peristiwa yang terjadi pada proses kegiatan
pembelajaran berlangsung digunakan untuk merevisi tindakan selanjutnya. Di samping itu untuk
mencatat data kualitatif, kasus istimewa atau untuk melukiskan suatu proses, seperti
pembelajaran kooperatif, sehingga dapat diketahui komentar siswa tentang penggunaan cara
belajar yang dialaminya.
Untuk mengetahui respon siswa, guru dan kepala sekolah, pada penelitian ini diperlukan
wawancara, terutama siswa sebagai subjek penelitian. Dalam pembelajaran di sekolah dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sebagai umpan balik
(feedback) dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPA.
Tabel 2. Kisi-kisi Pembelajaran Kooperatif
Keaktifan Guru dan Siswa
No Indikator Persentase (%) Sumber
Ya Tidak Data
1 Guru sebagai fasilitator dan mediator
2 Membentuk kelompok siswa secara heterogen
3 Guru sebagai motivator
4 Guru sebagai evaluator
5 Memberikan reward dan punishment
6 Setiap anggota memiliki peran
7 Terjadi interaksi langsung dalam proses pembelajaran
8 Saling membantu antar siswa
9 Menghargai pendapat teman
10 Setiap anggota memberikan sumbangan nilai kapada kelompoknya

I. Data dan Sumber Data


1. Data
Data hasil penelitian meliputi:
a. Hasil belajar IPA berupa skor hasil tes.
b. Pembelajaran melalui metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) berupa hasil
observasi lapangan dan angket baik untuk aktivitas guru maupun siswa.
2. Sumber Data
a. Hasil belajar IPA yang diperoleh dari instrument/tes hasil belajar siswa.
c. Pembelajaran melalui metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang diperoleh
dari observasi lapangan dan angket baik untuk aktivitas guru maupun siswa.
J. Pengumpulan Data
Dengan pertimbangan bahwa masing-masing instrumen mempunyai kelebihan dan kekurangan,
maka akan dikumpulkan informasi yang berbeda tetapi saling mendukung untuk dapat
memberikan pandangan mengenai kegiatan atau hubungan antar informasi yang diperoleh dari
sumber data yang berbeda. Instrumen yang digunakan yaitu: tes, lember kerja siswa(LKS), angket,
wawancara dan catatan lapangan.
Pengumpulan data malalui lembar observasi diisi oleh guru dan rekan sejawat yang telah memiliki
pengetahuan dan pengalaman tentang metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan
melakukan secara langsung dalam menjawab pertanyaan yang tersedia pada lembar observasi.
Catatan lapangan dibuat sebagai refleksi untuk menerangkan hal-hal yang terjadi dan sebagai
bahan acuan untuk perbaikan pada tindakan berikutnya.
Evaluasi pembelajaran dilaksanakan menggunakan LKS yang terdiri dari soal-soal faktual. Hasil
pembelajaran yang dikumpulkan dengan menggunakan LKS tersebut diperoleh dari hasil diskusi
siswa dan jawaban-jawaban siswa dalam menyelesaikan persoalan faktual. Angket yang diberikan
terdiri dari 15 pernyataan. Data hasil rekaman pembelajaran disajikan dalam bentuk photo. Data
tersebut selengkapnya dapat dilihat pada penyajian photo lampiran.

K. Analisis Data Dan Interpretasi Hasil Penelitian


Data yang diperoleh dari setiap instrument akan dikumpulkan kemudian dianalisis. Kegiatan
analisis data ini berupa display data dan klasifikasi data, kemudian melakukan refleksi yang
disertai perbaikan tindakan. Langkah-langkah tersebut dijadikan pedoman pengolahan dan analisis
data. Kemudian dalam pelaksanaannya akan dikembangkan sesuai dengan perkembangan
keadaan data yang diperoleh.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan akan dianalisis dan dibuat laporan sejak dimulainya
penelitian. Oleh karena data yang diperoleh semakin lama semakin banyak sehingga perlu
dilakukan reduksi data. Kegiatan ini meliputi kegiatan pemilihan hal-hal pokok yang sesuai dengan
fokus penelitian, sehingga diperoleh data untuk memberikan informasi dalam pengolahan data
selanjutnya.
Display data adalah cara penyajian data dalam bentuk tabel ataupun bentuk data naratif. Display
data yang dilakukan pada penelitian ini untuk mengkalisifikasikan data yang telah direduksi,
membantu mempermudah pengolahan data dan pengambilan keputusan.
Terhadap seluruh data yang telah diperoleh akan direfleksikan dan dievaluasi untuk merancang
tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Refleksi dan evaluasi berkenaan dengan respon siswa,
kesulitan dan kontribusi dalam menciptakan strategi penyelesaian soal pada pokok bahasan
kemagnetan dalam melalui metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
Terhadap seluruh data yang telah diperoleh akan direfleksikan dan dievaluasi untuk merancang
tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Refleksi dan evaluasi berkenaan dengan respon siswa,
kesulitan dan kontribusi dalam menciptakan strategi penyelesaian soal pada pokok bahasan
kemagnetan melalui metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
L. Jadwal Penelitian

NO. Rencana Kegiatan Waktu ( minggu ke )


12345678
1. Persiapan
Menyusun konsep pelaksanaan X
Menyepakati jadwal danTugas. X
Menyusun instrumen X
Diskusi konsep pelaksanaan. X
2. Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan alat. X
Melakukan tindakan siklus I X X
Melakukan tindakan siklus II X X
3. Penyusunan Laporan
Menyusun konsep Laporan. X X
Seminar hasil penelitian X
Perbaikan laporan X
Penggandaan laporan dan pengiriman hasil. X

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
Hasil penelitian dan pembahasan dari tiap_tiap siklus meliputi: hasil observasi kegiatan siswa saat
pembelajaran dan hasil angket siswa pada setiap akhir dan hasil ulangan sebelum dan setip akhir
siklus.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil pengamatan kolaborator terhadap aktvfitas siswa selama pembelajaran berlangsung setiap
siklus.
Siklus I
1. Perencanaan
Dalam perencanaan tindakan kelas ini peneliti telah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
pada kompetensi dasar 4.1 yaitu menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet,
mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar
dan angket siswa untuk belajar di rumah, menyiapkan media pembelajaran berupa: paku besar,
paku kecil, Waskom, benang, sterefoam, baterai, kawat, statif, magnet, membagi kelompok dalam
6 kelompok yang heterogen sesuai dengan data yang diteliti dengan mengembangakan skenario
pembelajaran kooperatif(cooperative learning) sebagaimana RPP terlampir.

2 Pelaksanaan
Selanjutnya ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi untuk
memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki kompetensi dasar menyelidiki
gejala kemagnetan dan cara membuat magnet yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan yang akan
dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, Dalam pembelajaran kooperatif terdapat
beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu: 1) Student Team Achievment Division(STAD),
2) Jigsaw, 3) Group Invenstigation(GI), Rotating Trio Excahange, dan 5) Group Resume. Dari 5
model pembelajaran tersebut yang akan dipilih adalah model Jigsaw. guru mengarahkan agar siswa
berkumpul sesuai dengan daftar kelompok cooperative learning yaitu mengajarkan siswa untuk
belajar bekerja sama dalam satu team (sebagai team work), belajar bertanggung jawab, belajar
memimpin dan dipimpin, dan belajar menghargai pendapat (berdemokrasi).
Karena setiap anggota kelompok dituntut untuk bekerja (sesuai dengan kapasitasnya) dan
memberikan kontribusi demi tercapainya target/tujuan kelompok. Untuk itu guru harus kreatif
membuat skenario pembelajaran yang menarik, menantang, dapat memberdayakan dan
melibatkan peran serta semua siswa dalam kelompok.semua siswa bekerja dengan penuh
semangat serta terlibat aktif memberikan kontribusi untuk kelompoknya. Efek cooperative learning
tidak hanya kelihatan pada aspek kognitif dan psikomotorik saja. Dari sisi afektif, siswa ternyata
dapat berlatih untuk menghargai pendapat & keberadaan teman, sifat egois dan dominasi siswa
"pintar" dalam kelompok mulai berkurang. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan pas-pasan
mendapatkan tempat untuk lebih dihargai, karena sesuai dengan kapasitasnya ia dapat
memberikan kontribusi bagi kelompok-nya. Sehingga sedikit banyak hal ini dapat meningkatkan
kepercayaan dirinya. Jadi, dalam kelompok semua anggota sekecil apa pun kontribusinya, layak
untuk dihargai, tidak hanya siswa yang pintar saja. Dalam pelaksanaannya siswa diberikan
kesempatan 30 menit bekerja dalam kelompok ahli setelah itu diberikan kesempatan selama 20
menit untuk kembali ke kelompok asalnya, dengan cara kelompok siswa dapat dipecah menjadi
kelompok tugas atau kelompok ahli (yang terdiri dari individu atau berpasangan). Anggota
kelompok ahli ini harus berdiskusi menyelesaikan satu masalah yang berbeda-beda bersama
dengan anggota kelompok lain. Setelah itu kembali ke kelompok asal untuk berdiskusi membahas
hasil yang telah diperolehnya. Pada kegiatan seperti ini setiap siswa dituntut untuk aktif
(mencatat) dan bertanggung jawab mengemban tugas dari kelompoknya. Karena tercapai atau
tidak target kerja kelompok tergantung pada usaha siswa tersebut untuk mendapatkan hasil dari
diskusi dengan team ahli. Intinya, dengan model kegiatan seperti ini semua siswa melakukan
aktivitas yang lebih terarah (aktif konstruktif) karena setiap siswa dalam kelompok tersebut
mendapat tugas dan pembagian peran yang berbeda. Sehingga antara satu anggota dengan yang
lain saling membutuhkan dan bekerja sama memberikan kontribusi untuk kelompoknya. Masing-
masing kelompok diberi kesempatan persentasi selama 5 menit, sekaligus menjawab pertanyaan
bila ada. Selanjutnya dilanjutkan diskusi kelas untuk menuliskan kesimpulan di akhir kegiatan yang
sekaligus mencantumkan kelompok yang terbaik menurut pengamatan siswa dengan memeberi
kesempatan pada ketua kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan tepuk tangan
bersama siswa kepada kelompok terbaik.
3. Monitoring / Pengamatan
Pada saat yang sama kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi instrument yang sudah
disiapkan, yang meliputi kegiatan guru, siswa saat pembelajaran dan angket siswa setelah
kegiatan berakhir.
Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut, Antusias siswa dalam mengikuti
kegiatan ,keaktifan siswa dalam kegiatan percobaan, kemampuan siswa dalam menghimpun
hasil/data, kelancaran dalam menyusun laporan, mendapatkan nilai kriteria cukup, dengan rentang
nilai 60 -70 yang mencapai 50%. Kelancaran mengemukakan ide/pendapat, ketelitian menghimpun
hasil diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai kurang dengan
rentang nilai > 60 yang mencapai 33,3%.
Hasil angket siswa setelah pembelajaran terdapat 90% siswa merasa senang, 40% siswa merasa
kesulitan belajar, 50% ada keberanian mengemukakan pendapat, 90% siswa lebih kreatif,
persentasi belajar siswa siklus I mendapatkan nilai rerata klas 7.5 dan masih terdapat 10 siswa
yang nilainya dibawah standar KKM.
4. Reffeksi
Melihat hasil pengamatan pada siklus I, Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan, keaktifan siswa
dalam kegiatan percobaan, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil/data, kelancaran dalam
menyusun laporan, Kelancaran mengemukakan ide/pendapat, ketelitian menghimpun hasil diskusi,
keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai kurang dengan rentang nilai
> 60, ini menunjukkan siswa masih kesulitan dan belum siap karena baru mengenal model
pembelajaran jigsaw . Disisi lain siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun
terdapat 40% yang masih kesulitan memahami materi dan 50% kurang berani berpendapat.
Dengan demikian pada siklus II perlu adanya motivasi yang dapat mendorong siswa lebih
berkompetensi menyediakan buku sumber belajar yang memadai. Berdasarkan siklus I didapat
nilai prestasi siswa dengan rerata 7.5 berarti ada kenaikan 40% dari sebelum tindakan, hal ini
mendorong melanjutkan pada siklus II.
SIKLUS II
1. Perencanaan
Dalam perencanaan tindakan kelas ini peneliti telah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
pada kompetensi dasar 4.1 yaitu menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet,
mengembangkan instrumen untuk pengamatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar
dan angket siswa untuk belajar di rumah, menyiapkan media pembelajaran berupa: paku besar,
paku kecil, Waskom, benang, sterefoam, baterai, kawat, statif, magnet, membagi kelompok dalam
6 kelompok yang heterogen sesuai dengan data yang diteliti dengan mengembangakan skenario
pembelajaran kooperatif(cooperative learning) sebagaimana RPP terlampir.
2 Pelaksanaan
Selanjutnya ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan apersepsi untuk
memberikan motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki kompetensi dasar menyelidiki
gejala kemagnetan dan cara membuat magnet yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan yang akan
dicapai, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, Dalam pembelajaran kooperatif terdapat
beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu: 1) Student Team Achievment Division(STAD),
2) Jigsaw, 3) Group Invenstigation(GI), Rotating Trio Excahange, dan 5) Group Resume. Dari 5
model pembelajaran tersebut yang akan dipilih adalah model Jigsaw. guru mengarahkan agar siswa
berkumpul sesuai dengan daftar kelompok cooperative learning yaitu mengajarkan siswa untuk
belajar bekerja sama dalam satu team (sebagai team work), belajar bertanggung jawab, belajar
memimpin dan dipimpin, dan belajar menghargai pendapat (berdemokrasi).
Karena setiap anggota kelompok dituntut untuk bekerja (sesuai dengan kapasitasnya) dan
memberikan kontribusi demi tercapainya target/tujuan kelompok. Untuk itu guru harus kreatif
membuat skenario pembelajaran yang menarik, menantang, dapat memberdayakan dan
melibatkan peran serta semua siswa dalam kelompok.semua siswa bekerja dengan penuh
semangat serta terlibat aktif memberikan kontribusi untuk kelompoknya. Efek cooperative learning
tidak hanya kelihatan pada aspek kognitif dan psikomotorik saja. Dari sisi afektif, siswa ternyata
dapat berlatih untuk menghargai pendapat & keberadaan teman, sifat egois dan dominasi siswa
"pintar" dalam kelompok mulai berkurang. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan pas-pasan
mendapatkan tempat untuk lebih dihargai, karena sesuai dengan kapasitasnya ia dapat
memberikan kontribusi bagi kelompok-nya. Sehingga sedikit banyak hal ini dapat meningkatkan
kepercayaan dirinya. Jadi, dalam kelompok semua anggota sekecil apa pun kontribusinya, layak
untuk dihargai, tidak hanya siswa yang pintar saja. Dalam pelaksanaannya siswa diberikan
kesempatan 30 menit bekerja dalam kelompok ahli setelah itu diberikan kesempatan selama 20
menit untuk kembali ke kelompok asalnya, dengan cara kelompok siswa dapat dipecah menjadi
kelompok tugas atau kelompok ahli (yang terdiri dari individu atau berpasangan). Anggota
kelompok ahli ini harus berdiskusi menyelesaikan satu masalah yang berbeda-beda bersama
dengan anggota kelompok lain. Setelah itu kembali ke kelompok asal untuk berdiskusi membahas
hasil yang telah diperolehnya. Pada kegiatan seperti ini setiap siswa dituntut untuk aktif
(mencatat) dan bertanggung jawab mengemban tugas dari kelompoknya. Karena tercapai atau
tidak target kerja kelompok tergantung pada usaha siswa tersebut untuk mendapatkan hasil dari
diskusi dengan team ahli. Intinya, dengan model kegiatan seperti ini semua siswa melakukan
aktivitas yang lebih terarah (aktif konstruktif) karena setiap siswa dalam kelompok tersebut
mendapat tugas dan pembagian peran yang berbeda. Sehingga antara satu anggota dengan yang
lain saling membutuhkan dan bekerja sama memberikan kontribusi untuk kelompoknya. Masing-
masing kelompok diberi kesempatan persentasi selama 5 menit, sekaligus menjawab pertanyaan
bila ada. Selanjutnya dilanjutkan diskusi kelas untuk menuliskan kesimpulan di akhir kegiatan yang
sekaligus mencantumkan kelompok yang terbaik menurut pengamatan siswa dengan memeberi
kesempatan pada ketua kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan tepuk tangan
bersama siswa kepada kelompok terbaik.
3 Monitoring
Pada saat yang sama kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi instrument yang sudah
disiapkan, yang meliputi kegiatan guru, siswa saat pembelajaran dan angket siswa setelah
kegiatan berakhir, Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut, Antusias siswa
dalam mengikuti kegiatan ,keaktifan siswa dalam kegiatan percobaan, kemampuan siswa dalam
menghimpun hasil/data, kelancaran dalam menyusun laporan, mendapatkan nilai kriteria baik,
dengan rentang nilai 71 -95 yang mencapai 80%. Kelancaran mengemukakan ide/pendapat,
ketelitian menghimpun hasil diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar,
mendapat nilai baik dengan rentang nilai 71-95 yang mencapai 60%.
Hasil angket siswa setelah pembelajaran terdapat 100% siswa merasa senang, 10% siswa merasa
kesulitan belajar, 90% ada keberanian mengemukakan pendapat, 100% siswa lebih kreatif,
persentasi belajar siswa siklus II mendapatkan nilai rerata klas 80 dan masih terdapat 5 siswa yang
nilainya dibawah standar KKM.
4 Reffeksi
Melihat hasil pengamatan pada siklus II, Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan, keaktifan siswa
dalam kegiatan percobaan, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil/data, kelancaran dalam
menyusun laporan, Kelancaran mengemukakan ide/pendapat, ketelitian menghimpun hasil diskusi,
keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai kurang dengan rentang nilai
71-95, ini menunjukkan siswa sudah tidak merasa kesulitan dansiap melaksanakan model
pembelajaran jigsaw.
Disisi lain siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun terdapat 13% yang
masih kesulitan memahami materi dan 5% kurang berani berpendapat. Dengan demikian pada
siklus II kegiatan dipandang sudah cukup baik dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya .
Berdasarkan siklus II didapat nilai nilai prestasi siswa dengan rerata 80 yang berarti ada kenaikan
13% dari siklus I.
Untuk memahami lebih jelas perubahan dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 1 Rekapitulasi hasil observasi Pembelajaran
No Kegiatan/Aspek yang diamati Siklus I Siklus II
1 Antusias siswa dalam pembelajaran Cukup Baik sekali
2 Kelancaran mengemukakan ide dalam pemecahan masalah Kurang Baik sekali
3 Keaktifan siswa dalam diskusi Cukup Baik sekali
4 Kemampuan siswa dalam menghimpun hasil percobaan Cukup Baik sekali
5 Ketelitian dalam menhimpun hasil diskusi Kurang Baik
6 Keaktifan dalam bertanya Kurang Baik
7 Keaktifan siswa dalam mencari sumber belajar Kurang Baik Sekali
8 Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan Cukup Baik
Keterangan : Baik sekali : 86 100
Baik : 71 85
Cukup : 60 70
Kurang : <60

Tabel 2 Rekapitulasi hasil angket siswa setelah Pembelajaran

No Pertanyaan Jawaban Siklus I Siklus III


1 Apakah pembelajaran model jigsaw menyenangkan ? Ya 90 100
Tidak 10 0
2 Apakah dengan pembelajaran model jigsaw membuat kamu memahami pelajaran ? Ya 60 87
Tidak 40 13
3 Apakah dengan pembelajaran model jigsaw membuat kamu berani megemukakan pendapat ? Ya
50 92
Tidak 50 8
4 Apakah dengan pembelajaran model jigsaw mendorong kamu lebih kreatif ? Ya 90 100
Tidak 10 0
5 Apakah kamu mengalami kesulitan dalam pembelajaran model jigsaw Ya 30 0
Tidak 70 100

B. Pembahasan
Siklus I
Berdasarkan analisis data pada siklus I, antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran cukup. Hal
ini disebabkan baru pertama kali siswa mengenal metode tersebut. Sementara ini kelancaran
mengemukakan ide terlihat sangat kurang, kreativitas siswa masih kurang. Hal ini terlihat pada
saat diskusi kelas kurang berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori-teori yang mendukung
penerapan metode Cooperative Learning antara lain,. Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah
perubahan kemampuan atau disposisi(kecenderungan) seseorang yang dapat bertahan selama
periode waktu tertentu.1
Menurut pendapat Kenneth D.Moore2, belajar adalah suatu perubahan kapasitas kinerja individu
sebagai hasil pengalaman. Dari definisi tersebut penekanannya pada upaya individu secara sadar
melakukan sesuatu, agar memperoleh suatu kemampuan atau kompetensi baru. Hal tersebut
diperkuat oleh pendapat Kimble dalam Hergenhand dan Olson3 bahwa belajar merupakan
perubahan potensi perilaku yang relatif permanen sebagai hasil dari penguatan yang diberi
penguatan.
Hergenhahn dan Olson mengemukakan lima unsur utama yang terkait dengan belajar, yaitu: a.
Perubahan tingkah laku,b. Perubahan itu relatif permanen c. Potensi untuk bertindak d. Hasil dari
pengalaman e. Reinforcement4
Pendapat lain yang relatif mendukung pendapat di atas adalah menurut Smaldino5, yang
mengemukakan bahwa belajar adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap
yang baru sebagai hasil interaksi individu dengan informasi dan lingkungannya.
Kemampuan menghimpun hasil diskusi kurangcukup terlihat.Hasil yang dipresentasikan atau
dipamerkan kurang begitu menarik dan kurang bias dipahami oleh masing-masing kelompok siswa.
Ketelitian dalam menghimpun hasil diskusi sangat kurang. Kreativitas dalam bertanya antar
kelompok cukup. Kreativitas dalam mencari sumber belajar cukup terlibat.Pada saat diskusi tidak
dapat berjalan dengan baik. Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan antar kelompok cukup
terlibat. Siswa belum terampil menjawab pertanyaan-pertanyaan saat pameran hasil diskusi. Pada
siklus II terlihat adanya kemajuan aktivitas siswa meningkat baik sekali, begitu juga kemampuan
dalam menghimpun hasil diskusi. Di sisi lain kelancaran mengemukakan ide, keaktifan siswa dalam
diskusi, kemampuan dalam menghimpun hasil diskusi, keaktifan siswa dalam mencari sumber
belajar lebih meningkat bila dibandingkan pada siklusI. Hal ini terlihat masing-masing kelompok
disibukkan mempelajari modul-modul yang sudah disiapkan oleh guru-guru sehingga siswa ingin
berlama-lama belajar.
Berdasarkan analisis hasil observasi pada siklus I, terlihat siswa termotivasi untuk belajar dan
merasa senang belajar. Namun disini masih merasa kesulitan dalam memahami materi terlihat
adanya hanya 60%,begitu juga dengan mengemukakan ide hanya mencapai 60%. Pada siklus I
siswa terlibat lebih kreatif mencapai 90%, yang mengalami kesulitan mencapai 30%.Pada siklus II
rata-rata siswa terlihat sangat senang dan yang mengalami kesulitanpun tidak ada sehingga
pembelajaran ini betul-betul dapat meningkatkan minat dan kreatifitas belajar siswa. Hal ini
terlihat pada menurunnya presentasi kesulitan yang dihadapi siswa.
Siklus II
Pencapaian kenaikan hasil belajar pada siklus I yaitu 75 dibanding sebelum siklus yaitu 30 yang
berarti kenaikan 45%. Begitupula pada siklus II ada kenaikan angka yaitu 88 yang berarti naik 13%
dibandingkan siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode Cooperative Learning dapat
meningkatkan pemahaman siswa pada konsep-konsep yang dipelajari.
Hal tersebut selaras dengan pendapat Curzon6 yang berpendapat bahwa belajar
adalah perubahan(modifikasi) perilaku yang ditampakkan oleh seseorang melalui
aktivitas dan pengalamannya, sehingga pengetahuan, keterampilan dan
sikapnya termasuk cara penyesuaian terhadap lingkungannya berubah.
Sedangkan menurut Romiszowski dalam Anderson dan Krathwohl7, hasil belajar
ditekankan pada aspek pengetahuan dan ketrampilan. Pe

pat tersebut selaras dengan pandangan Benyamin Bloom 8 bahwa hasil belajar memiliki
ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran. Djahiri menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
sebagai pembelajaran berkelompok dituntut kerjasama dengan pendekatan yang siswa sentris,
humanistik dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan
belajarnya.9
Pendapat lain yang dinyatakan oleh Slavin bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah
antara 4 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam
belajar.10 Definisi lain menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajarn yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar secara optimal.
Strategi adalah pola perilaku yang dilakukan guru dalam pembelajaran yang diterapkan dalam
proses kegiatan belajar dengan multi metode dan media belajar. Gagne berpendapat bahwa
strategi merupakan serangkaian rencana untuk membantu siswa dalam usaha belajarnya pada
setiap tujuan belajar yang dapat berupa rencana materi pembelajaran atau satu unit produksi
sebagai media pembelajaran atau dengan kata lain sebagai metode(algoritma) untuk
memanipulasi unsur-unsur obyek pengetahuan.11
Strategi pembelajaran merupakan pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran,
yang berupa pedoman umum kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran yang
dijabarkan dari pandangan falsafah dan atau teori belajar tertentu. Strategi pembelajaran sebagai
spesifikasi untuk memilih dan mengurutkan kejadian dan aktivitas dalam pembelajaran. Kejadian
dan aktivitas yang dimaksud meliputi; penyajian materi, pemberian contoh, pemberian latihan
serta pemberian umpan balik.
Strategi pembelajaran juga digunakan untuk memasukkan berbagai aspek dalam mengurutkan
dan mengorganisir informasi serta mengambil keputusan tentang bagaimana cara menyajikannya.
Adapun caranya meliputi; penyusunan materi pelajaran, peralatan dan bahan, metode dan media
serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang sudah
ditentukan.
Strategi pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari metode yang digunakan. Metode pembelajaran
adalah susunan teknik pembelajaran yang sistematis, yang diarahkan untuk mencapai hasil belajar
berupa diskrit, reflektif, dan inquri.
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa penerapan metode Cooperative Learning
dapat meningkatkan pemahaman siswa pada konsep-konsep yang dipelajari, khususnya materi
kemagnetan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Penerapan metode pembelajaran Cooperative Learning pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
menjadikan siswa lebih kreatif dan aktif dalam pembelajaran.
2. Ketrampilan menyampaikan pendapat kepada orang lain baik lisan maupun tertulis perlu ada
latihan.
3. Penerapan metode pembelajaran Cooperative Learning pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
meningkatkan hasil prestasi belajar siswa

B. Saran
1. Innovasi pembelajaran yang memacu pembelajaran berbasis siswa perlu dikembangkan guna
meningkatkan kegiatan-kegiatan belajar mengajar.
2. Untuk mengembangkan sikap dan ketrampilan dalam bertanya, menjawab, menyampaikan
pendapat, kesan dan tulisan, memerlukan banyak latihan.
3. Guru perlu melakukan pendekatan untuk memberikan motivasi sehingga terbentuk rasa percaya
diri.

Anda mungkin juga menyukai