Anda di halaman 1dari 5

KONSEP BELAJAR

DAN PEMBELAJARAN
1. MAKNA BELAJAR DAN MENGAJAR
Belajar dan mengajar adalah dua aktivitas yang hampir tidak dapat dipisahkan
satu dari yang lainnya, terutama dalam prakteknya di sekolah-sekolah. Bahkan
apabila keduanya telah digerakkan secara sadar dan bertujuan, maka rangkaian
interaksi belajar-mengajar akan segera terjadi. Sehubungan dengan hal ini ada
baiknya kedua istilah tersebut untuk dibahas.
A. Belajar
Kita masih ingat bahwa belajar pernah dipandang sebagai proses
penambahan pengetahuan. Bahkan pandangan ini mungkin hingga sekarang
masih berlaku bagi sebagian orang di negeri ini. Akibatnya, mengajar pun
dipandang sebagai proses penyampaian pengetahuan atau keterampilan dari
seorang guru kepada siswanya.
Pandangan semacam itu tidak terlalu salah, akan tetapi masih sangat parsial,
terlalu sempit, dan menjadikan siswa sebagai individu-individu yang pasif. Oleh
sebab itu, pandangan tersebut perlu diletakkan pada perspektif yang lebih wajar
sehingga ruang lingkup substansi belajar tidak hanya mencakup pengetahuan,
tetapi juga keterampilan, nilai dan sikap.
Sebagai landasan pembahasan mengenai apa yang dimaksud dengan belajar,
berikut ini kami kemukakan beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh
Drs.M.NgalimPurwanto.MP (1990).
a) Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975). Belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang
dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas
dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan
sesaat seseorang ( misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya ).
b) Gagne, dalam buku The conditions of Learning (1977). Belajar terjadi
apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatannya ( performance-nya) berubah dari
waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi
tadi.
c) Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978). Belajar adalah
setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
d) Witherington,dalam buku Educational Psychology. Belajar adalah suatu
perubahan didalam kepribadian yan menyatakan diri sebagai suatu pola baru
daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau
suatu pengertian.
Dari definsi-definisi yang dikemukakan diatas, dapat dikemukakan adanya
beberapa elemen yang penting yang merincikan pengertian tentang belajar,
yaitu bahwa :
a)Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu
dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada
kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
b)Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan
pengalaman : dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
c)Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus
merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa
lam periode waktu itu berlangsung sulit dtentukan dengan pasti, tetapi
perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin
berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti
kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang
disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau
kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara.
d)Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai
aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: Perubahan dalam
pengertian, pemecahan suatu masalah / berfikir, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan, ataupun sikap.
B.Mengajar
Pada uraian di atas telah dikemukakan bahwa istilah belajar pernah dipandang
sebagai proses penambahan pengetahuan. Senada dengan nuansa penafsiran
terhadap belajar seperti itu, maka mengajar pun pernah dianggap sebagai
proses pemberian atau penyampaian pengetahuan. Pandangan demikian
membawa konsekuensi logis terhadap situasi belajar mengajar yang
diwujudkan oleh guru, yakni proses belajar-mengajar (PBM) yang terjadi di
dalamnya bersifat teacher-centered. Pengajaran menjadi berpusat pada guru
mengajar lebih dominan daripada belajar. Guru berperan sebagai pemberi
informasi sebanyak-banyaknya kepada para siswa (information givers) atau
dengan nama lain sebagai instructor. Oleh sebab itu, sumber belajar yang
digunakan, maksimal hanya sebatas apa yang ada diantara dua kulit buku dan
empat dinding kelas. Bahkan, banyak diantara mereka yang menjadikan dirinya
sebagai satu-satunya sumber belajar. Akibatnya, siswa-siswa menjadi individu-
individu yang pasif, kedaulatan merekapun pada akhirnya harus tunduk pada
kekuasaan guru. Mereka tidak dididik untuk berfikir kritis, berlatih menemukan
konsep atau prinsip, ataupun untuk mengembangkan kreatifitasnya. Mereka
tidak dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan yang perubahan-
perubahannya sangat cepat, bahkan dapat terjadi dalam hitungan detik seperti
sekarang ini. Hal ini bisa terjadi pada masa mendatang, karena dengan
penerapan konsep mengajar semacam itu, siswa-siswa tidak dididik untuk
belajar sebagai manusia seutuhnya, sementara kita berharap agar kelak siswa-
siswa menjadi orang-orang yang terdidik, tidak sekedar tersekolah atau belajar.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka mengajar sepantasnya
dipandang sebagai upaya atau proses yang dilakukan oleh seorang guru untuk
membuat siswa-siswanya belajar. Dalam hal ini guru berupaya untuk
membelajarkan siswa-siswanya, dan sebaliknya para siswa menjadi pembelajar-
pembelajar yang aktif, kritis dan kreatif. Dengan cara ini interaksi belajar
mengajar dapat terjadi, dan pengajaran tidak lagi bersifat teacher-centered,
karena telah bergeser pada kontinum pengajaran yang lebih bersifat student-
centered. Pertanyaan selanjutnya, yang menggelitik kita selaku guru yang
bertugas pada era informasi ini yaitu : Apakah diantara kita yang terlanjur telah
menerapkan pengajaran bersifat teacher-centered akan segera berubah kearah
student-centered ?
2. MAKNA PEMBELAJARAN
Istilah pembelajaran mengundang berbagai kontroversi diberbagai kalangan
pakar pendidikan, terutama di antara guru-guru di sekolah. Hal ini disebabkan
oleh demikian luasnya ruang lingkup pembelajaran, sehingga yang menjadi
subyek belajar atau pembelajarpun bukan hanya siswa dan mahasiswa, tetapi
juga peserta penataran/pelatihan atau pendidikan dan pelatihan (diklat), kursus,
seminar, diskusi panel, symposium, dan bahkan siapa saja yang berupaya
membelajarkan diri sendiri.
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatau system atau proses
membelajarkan subyek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain,
dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik/pembelajar
dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien
(Depdiknas,Model pembelajaran IPA SD,2003). Dengan demikian, jika
pembelajaran dianggap sebagai suatu system, maka berarti pembelajaran
terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media
pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan
tindak lanjut pembelajaran. Sebaliknya bila pembelajaran dianggap sebagai
suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan
guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut dimulai dari
merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan
persiapan mengajar (lesson plan) berikut penyiapan perangkat kelengkapannya
antara lain alat peraga, dan alat-alat evaluasi. Persiapan pembelajaran ini juga
mencakup kegiatan guru untuk membaca buku-buku atau media cetak lainnya
yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan disajikan kepada para siswa
dan mengecek jumlah dan keberfungsian alat peraga yang akan digunakan.
Setelah persiapan tersebut, guru melaksanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran
dengan mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah dibuatnya. Pada
tahap pelaksanaan pembelajaran, struktur dan dan situasi pembelajaran yang
diwujudkan guru akan banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan
meode-metode pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang penerapannya,
serta filosofi kerja dan komitmen guru yang bersangkutan, persepsi, dan
sikapnya terhadap siswa. Jadi semuanya itu akan menentukan terhadap struktur
pembelajaran.

Pengembangan Metode dan Teknik Pembelajaran


Dalam perkembangan di dunia pendidikan Pengembangan Metode dan Teknik
Pembelajaran sangat pesat dan para pakar pendidikan pun lebih giat
memikirkan metode apa yang akan di gunakan dalam pembelajaran
Sesuai dengan cara penggunaannya, metode pembelajaran dikalangan
pendidikan diantaranya:
1.Metode ceramah, inti kegiatannya adalah memberikan orientasi atau
penjelasan mengenai suatu definisi, pengertian, konsep, hukum, dan sejenisnya.
Metode ceramah akan efektif apabila digabungkan dengan metode lainnya.
2.Metode demonstrasi, yaitu pengajar melakukan peragaan suatu proses, suatu
kerja, keterampilan tertentu, atau suatu penampilan, dihadapan
pembelajar.Metode demonstrasi, terdiri atas metode demonstrasi pasif
(pembelajar hanya mengamati) dan metode demonstrasi aktif (sebagian
pembelajar mencoba mendemonstrasikan kembali). Penggunaan metode
demonstrasi aktif dapat mempertinggi retensi dan metode ini sangat sesuai
untuk mengajarkan ketrerampilan proses, penampilan, dan kerja.
3.Metode diskusi, dapat diterapkan sebagai diskusi kelas atau kelompok. Diskusi
akan lebih baik apabila dilakukan dalam kelompok. Dalam kegiatan diskusi
menghasilkan interaksi antara siswa dengan siswa dan gguru dengan siswa
4.Metode tutorial, lebih cenderung sebagai kegiatan melajar mandirii. Bahan
ajar diberikan kepada pembelajar untuk dikembangkan. Selama melaksanakan
pengembangan bahan ajar, pembelajar diberi kesempatan untuk konsultasi
dengan pengajar.
5.Metode simulasi, mewajibkan kepada pembelajar untuk melakukan simulasi
tentang suatu peran, kegiatan khusus atau ,menggunakan simulator.
6.Metode praktikum, menitikberatkan pada kegiatan untuk melakukan
pengamatan, percobaan, pengumpulan data, yang dilakukan di laboratorium
atau ditempat lain yang disamakan dengan laboratorium atau workshop.
7.Metode proyek, pada umumnya sama dengan metode praktikum, akan tetapi
pelaksanaannya memerlukan perencanaan (proposal) yang mencakup
rancangan, penjadwalan, kebutuhan bahan, dan sebagainya

Anda mungkin juga menyukai