(Ipomoea batatas)
Oleh :
TRIFENA HONESTIN
F24103017
2007
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada Departemen Teknologi Pangan dan Gizi
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
TRIFENA HONESTIN
F24103017
2007
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Pangan dan Gizi
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
TRIFENA HONESTIN
F24103017
Menyetujui
Bogor, November 2007
Mengetahui,
Ketua Departemen ITP
RINGKASAN
Ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan salah satu tanaman pangan tropis
yang banyak terdapat di Indonesia. Ubi jalar memiliki potensi yang sangat layak
untuk dipertimbangkan dalam menunjang program diversifikasi pangan yang
berbasiskan pada produk tepung dan pati. Metode pengeringan yang digunakan
akan mempengaruhi mutu tepung ubi jalar yang dihasilkan. Menyangkut hal
tersebut, perlakuan awal dan berbagai teknik pengeringan pada pembuatan tepung
ubi jalar diperkirakan mempunyai pengaruh besar terhadap perubahan
karakteristik fisikokimia tepung ubi jalar. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari pengaruh perlakuan teknik pengolahan terhadap karakteristik
fisikokimia tepung ubi jalar yang dihasilkan.
Penelitian diawali dengan analisis proksimat ubi jalar kemudian pembuatan
tepung ubi jalar dengan enam teknik proses yang berbeda yaitu teknik 1 (disawut-
tanpa dikukus-sinar matahari), teknik 2 (disawut-tanpa dikukus-oven), teknik 3
(diiris-tanpa dikukus-drum dryer), teknik 4 (disawut-dikukus-sinar matahari),
teknik 5 (disawut-dikukus-oven), dan teknik 6 (kupas utuh-dikukus-drum dryer),
dilanjutkan dengan analisis tepung ubi jalar yang dihasilkan serta aplikasi tepung
ubi jalar pada pembuatan roti manis. Analisis fisikokimia yang dilakukan pada
tepung ubi jalar yang dihasilkan tersebut adalah analisis fisik dan kimia meliputi
analisis kadar air, densitas kamba, warna, sifat mikroskopis granula pati, indeks
penyerapan air (IPA) dan indeks kelarutan air (IKA), derajat gelatinisasi, sifat
amilografi tepung, stabilitas terhadap pembekuan dan thawing. Roti manis yang
dihasilkan dianalisis secara visual dan organoleptik meliputi pengembangan roti,
warna, rasa, tekstur, dan aroma.
Hasil analisis karakteristik ubi jalar varietas sukuh menunjukkan bahwa
rata-rata kadar air sebesar 61.48 % bb atau 159.83 %bk, kadar abu 0.72 %bb atau
1.87 %bk, kadar protein 1.29 %bb atau 3.35 %bk, kadar lemak 0.19 %bb atau
0.49 %bk, dan kadar karbohidrat 36.32 %bb atau 94.29 %bk. Tepung hasil
pengolahan teknik 1 memiliki rata-rata kadar air sebesar 7.04 %bb, densitas
kamba 0.40 g/ml, kecerahan 64.30, intensitas warna 6.48, derajat hue 5.87, IPA
2.89, IKA 0.0084 g/ml, absorbansi pati tergelatinisasi 0.010, suhu awal
gelatinisasi 77.20C, viskositas puncak 451.6 BU, viskositas balik 96.3 BU,
viskositas jatuh 109.7 BU, stabilitas pasta -84.0 BU, serta sineresis 30.03-38.60%.
Tepung hasil pengolahan teknik 2 memiliki rata-rata kadar air sebesar 7.47 %bb,
densitas kamba 0.40 g/ml, kecerahan 64.69, intensitas warna 4.67, derajat hue
14.53, IPA 3.35, IKA 0.0131 g/ml, absorbansi pati tergelatinisasi 0.007, suhu
awal gelatinisasi 76.60C, viskositas puncak 466.0 BU, viskositas balik 96.0 BU,
viskositas jatuh 55.0 BU, stabilitas pasta -45.6 BU, serta sineresis 26.82-39.49%.
Tepung hasil pengolahan teknik 3 memiliki rata-rata kadar air sebesar 9.00 %bb,
densitas kamba 0.37 g/ml, kecerahan 62.64, intensitas warna 4.60, derajat hue
26.55, IPA 7.90, IKA 0.0375 g/ml, absorbansi pati tergelatinisasi 0.861, viskositas
puncak 710.0 BU, viskositas balik 56.0 BU, viskositas jatuh 705.0 BU, stabilitas
pasta -16.0 BU, serta sineresis 50.31-70.20%.
Tepung hasil pengolahan teknik 4 memiliki rata-rata kadar air sebesar 7.01
%bb, densitas kamba 0.69 g/ml, kecerahan 61.91, intensitas warna 5.88, derajat
hue 18.42, IPA 5.73, IKA 0.0355 g/ml, absorbansi pati tergelatinisasi 0.101, suhu
awal gelatinisasi 56.50C, viskositas puncak 77.3 BU, viskositas balik 40.8 BU,
viskositas jatuh -22.0 BU, stabilitas pasta 18.2 BU, serta sineresis 26.82-39.49%.
Tepung hasil pengolahan teknik 5 memiliki rata-rata kadar air sebesar 6.56 %bb,
densitas kamba 0.68 g/ml, kecerahan 62.27, intensitas warna 4.48, derajat hue
19.57, IPA 6.14, IKA 0.0385 g/ml, absorbansi pati tergelatinisasi 0.142, suhu
awal gelatinisasi 30.90C, viskositas puncak 108.2 BU, viskositas balik 54.5 BU,
viskositas jatuh -51.5 BU, stabilitas pasta 38.0 BU, serta sineresis 39.66-41.89%.
Tepung hasil pengolahan teknik 6 memiliki rata-rata kadar air sebesar 6.44 %bb,
densitas kamba 0.62 g/ml, kecerahan 64.69, intensitas warna 6.58, derajat hue
52.22, IPA 7.11, IKA 0.0543 g/ml, absorbansi pati tergelatinisasi 0.510, viskositas
puncak 118.3 BU, viskositas balik 34.5 BU, viskositas jatuh 11.7 BU, stabilitas
pasta 9.7 BU, serta sineresis 33.89-44.58%.
Pada penelitian ini dilakukan modifikasi fisik tepung ubi jalar dengan
berbagai teknik pengolahan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa faktor perlakuan teknik pengolahan berpengaruh nyata
terhadap kadar air, densitas kamba, warna (L, a, b, hue), sifat mikroskopis granula
pati, IPA dan IKA, pati tergelatinisasi, sifat amilografi tepung, dan stabilitas
produk terhadap pembekuan dan thawing (siklus 1 dan siklus 2). Perlakuan teknik
4, 5, dan 6 meningkatkan densitas kamba, menurunkan kecerahan, meningkatkan
derajat hue, menghilangkan efek birefrigence, mengubah ukuran dan bentuk
granula pati, menaikkan IPA dan IKA, menurunkan suhu awal gelatinisasi,
viskositas puncak, viskositas balik, viskositas jatuh, dan meningkatkan stabilitas
pasta. Perlakuan teknik 3 dan 6 menurunkan kecerahan, meningkatkan derajat
hue, menghilangkan efek birefrigence, mengubah ukuran dan bentuk granula pati,
menaikkan IPA dan IKA, menaikkan absorbansi pati tergelatinisasi, menurunkan
suhu awal gelatinisasi, viskositas balik, viskositas jatuh, dan meningkatkan
stabilitas pasta.
Penelitian dilanjutkan dengan aplikasi pada pembuatan roti manis ubi
jalar. Kondisi proses yang digunakan yaitu waktu pembentukan cream selama +
15 menit, suhu dan kelembaban final proofing yaitu berturut-turut 380C dan 80-
85% selama 45 menit, serta waktu pemanggangan roti berkisar antara 20-40 menit
dengan suhu pemanggangan 3000F. Roti manis ubi jalar tidak memiliki daya
kembang yang baik, warna kerak (crust) yang dihasilkan adalah coklat kemerahan
dan kuning pucat, serta warna remah (crumb) yang dihasilkan adalah kuning
kecoklatan dan putih kekuningan. Rasa yang mendominasi pada roti manis ubi
jalar berbahan dasar tepung hasil pengolahan teknik 1 dan 2 adalah rasa tepung
ubi jalar yang masih mentah. Sedangkan pada roti manis berbahan dasar tepung
hasil pengolahan teknik 3 adalah rasa roti yang cukup matang dengan sedikit rasa
manis. Roti manis ini beraroma khas ubi jalar. Tekstur roti manis ubi jalar yang
dihasilkan dari tepung dengan pengolahan teknik 1 dan 2 adalah keras dan kasar,
sedangkan untuk tepung dengan pengolahan teknik 3 dihasilkan roti dengan
tekstur permukaan yang lunak dan halus.
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di Surga atas
limpahan kasih dan berkatNya selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan akhir penelitian ini.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ir. Elvira Syamsir, MSi sebagai dosen pembimbing akademik dan yang
telah meluangkan waktu untuk membimbing serta mengarahkan penulis
sehingga penelitian ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
2. Ir Didah Nur Faridah, Msi dan Ir. Tjahja Muhandri, MT yang telah
bersedia menjadi dosen penguji dan telah memberikan banyak masukan
yang sangat bermanfaat bagi kesempurnaan tugas akhir ini.
3. Papah, Mamah, Mba Yohana, dan Mba Lydia, yang telah memberikan
dukungan penuh dalam penyelesaian skripsi ini. Sangat bersyukur
memiliki keluarga seperti kalian.
4. Kak Ery, Miaw, dan tetangga setia (Amelia dan Duma), yang benar-benar
mengambil andil yang cukup besar dalam membantu penelitianku. Trima
kasih untuk bantuan dan kerja kerasnya. Tidak dapat dilupakan bagaimana
indahnya kebersamaan saat menghadapi hambatan-hambatan dalam
penelitian.
5. Teman-teman FA (Kak Agus, Dewi, Tri Eko, Daisy, Rosma, Greth, Isak,
Dial, Pora, Aciet), teman-teman gereja (Mas Win, Ribka, Jeanny), kakak-
kakak rohaniku (Kak Pretty, Kak Hana, Kak Thitien), dan teman
sepelayanan (Andri Parna), yang telah memberi dukungan doa dan
dorongan semangat dalam pengerjaan tugas akhir ini.
6. Teman-teman ITP (Agnes, Anas, Rika, Tya, Martin, Titin, Rintz), teman
satu lab (Nunu, Herher, Dhani, Asih, Ade), dan teman satu bimbingan
(Aji, Pritha, Azis), yang telah memberi bantuan dan hubungan
persaudaraan yang sangat berarti.
7. The Sixers (Nunu, Yuki, Mario, Galuh, Hawai) atas persahabatan indah
yang terjalin bertahun-tahun sampai sekarang.
ii
8. Laboran (Pak Wachid, Pak Sobirin, Pak Yahya, Mba Ari, Teh Ida),
Teknisi (Pak Ias dan Pak Nur), dan Pak Rojak atas bantuannya selama ini.
9. Adik-adikku, Elifelet-ers (Daniel, Yessy, Betti, Rosa, Titin, Karno,
Dansia, Edo) atas dukungan doa dan perhatian yang diberikan.
10. KPAnis 37, 38, 39, 40, 41, 42, dan alumni KPA atas semangat dan
dukungan doa untuk penelitian ini.
11. Junianto Simaremare, seseorang yang telah memberikan saat-saat indah,
pelajaran, dan semangat dalam menjalani hidup, serta kehadirannya yang
membuat aku belajar mengasihi tanpa syarat.
12. Semua pihak yang membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pelaksanaan penelitian selanjutnya dan bagi kita semua.
DAFTAR ISI
III. METODOLOGI
A. BAHAN DAN ALAT .......................................................................... 25
B. METODE PENELITIAN..................................................................... 25
1. Karakterisasi Sifat Fisikokimia Tepung Ubi Jalar ......................... 25
2. Aplikasi Tepung Ubi Jalar pada Pembuatan Roti Manis ............... 26
C. METODE ANALISIS ......................................................................... 27
1. Analisis Proksimat Ubi Jalar.......................................................... 27
a. Kadar air ..................................................................................... 27
b. Kadar Abu ................................................................................. 27
c. Kadar Protein ............................................................................. 28
d. Kadar Lemak ............................................................................. 28
e. Kadar Karbohidrat ..................................................................... 29
2. Analisis Tepung Ubi Jalar Termodifikasi Fisik ............................. 29
a. Kadar Air ................................................................................... 29
b. Densitas Kamba ......................................................................... 29
c. Warna ........................................................................................ 29
d. Sifat Mikroskopis Granula Pati .................................................. 30
e. Indeks Penyerapan Air dan Indeks Kelarutan Air...................... 30
f. Analisis Pati Tergelatinisasi secara kualitatif 31
g. Sifat Amilografi Tepung ............................................................ 31
h. Stabilitas terhadap Pembekuan dan Thawing ........................... 32
3. Analisis Karakteristik Roti Manis Ubi Jalar .................................. 32
D. RANCANGAN PERCOBAAN ........................................................... 32
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kandungan kimia ubi jalar per 100 gram bahan segar 5
Tabel 2. Komposisi nilai gizi tepung ubi jalar ....... 7
Tabel 3. Rekapitulasi hasil penelitian mengenai tepung ubi jalar . 8
Tabel 4. Karakteristik pati dan aplikasinya 19
Tabel 5. Perbandingan karakteristik beberapa jenis tepung .. 24
Tabel 6. Komposisi kimia ubi jalar varietas Sukuh.... 34
Tabel 7. Pengaruh perlakuan teknik pengolahan terhadap kadar air tepung
ubi jalar ............................................................................................ 39
Tabel 8. Pengaruh perlakuan teknik pengolahan terhadap densitas kamba
tepung ubi jalar ................................................................................ 41
Tabel 9. Hasil rata-rata analisis warna tepung ubi jalar ............................ 42
Tabel 10. Pengaruh perlakuan teknik pengolahan terhadap warna tepung
ubi jalar ............................................................................................ 43
Tabel 11. Pengaruh perlakuan teknik pengolahan terhadap IPA dan IKA
tepung ubi jalar ................................................................................ 49
Tabel 12. Pengaruh perlakuan teknik pengolahan terhadap absorbansi pati
tergelatinisasi tepung ubi jalar ......................................................... 51
Tabel 13. Sifat amilografi tepung ubi jalar ... .. 52
Tabel 14. Pengaruh perlakuan teknik pengolahan terhadap sineresis gel
tepung ubi jalar ................................................................................ 63
Tabel 15. Komposisi bahan pembuatan roti manis.. 64
vii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
A. Latar Belakang
Ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan salah satu tanaman pangan
tropis yang banyak terdapat di Indonesia. Luas lahan ubi jalar di Indonesia
pada tahun 2005 mencapai 178.336 ha (Deptan, 2006) dengan produksi
mencapai 1.856.969 ton (BPS, 2006). Menurut Widodo (1989), ubi jalar
memiliki kandungan nutrisi yang baik, umur yang relatif pendek, dan produksi
yang tinggi. Ubi jalar juga dianggap lebih murah, lebih manis, dan banyak
mengandung komponen kalori, vitamin A jika dibandingkan dengan tepung
terigu (Villareal dan Griggs, 1982). Selain itu ubi jalar juga merupakan salah
satu komoditas lokal sumber serat pangan. Dari gambaran diatas terlihat
bahwa ubi jalar memiliki potensi yang sangat layak untuk dipertimbangkan
dalam menunjang program diversifikasi pangan yang berbasis pada tepung
dan pati.
Pengolahan ubi jalar menjadi tepung merupakan salah satu upaya
pengawetan ubi jalar. Selain itu juga merupakan upaya peningkatan daya guna
ubi jalar supaya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pangan.
Pengolahan ubi jalar menjadi tepung memberi beberapa keuntungan seperti
meningkatkan daya simpan, praktis dalam pengangkutan dan penyimpanan,
dan dapat diolah menjadi beraneka ragam produk makanan (Winarno, 1981).
Komponen utama pada tepung ubi jalar adalah karbohidrat dan sebagian
besar karbohidrat tersebut terdapat dalam bentuk pati. Pati alamiah sangat
terbatas penggunaannya dalam industri pangan karena memiliki sifat
viskositas yang tinggi, sangat kohesif, stabil pada temperatur yang rendah, dan
tidak stabil jika diaplikasikan pada makanan dengan pH rendah (Smith, 1982).
Berkembangnya ilmu pengetahuan tentang struktur molekul pati,
menyebabkan para ahli melakukan modifikasi struktur alami pati. Pati
dimodifikasi dengan tujuan untuk mempermudah penggunaannya dalam
industri pangan, lebih stabil dalam proses, dan lebih baik teksturnya.
Keunggulannya adalah sifat fungsionalnya yang tidak dimiliki oleh pati yang
2
b. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh perlakuan teknik
pengolahan terhadap karakteristik fisikokimia tepung ubi jalar yang
dihasilkan.
c. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah perolehan data
tentang pengaruh perlakuan teknik pengolahan terhadap karakteristik
fisikokimia tepung ubi jalar yang dihasilkan. Data yang dihasilkan dapat
dijadikan acuan untuk pengembangan berbagai produk berbasis tepung ubi
jalar dengan karakteristik yang diinginkan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. UBI JALAR
Ubi Jalar atau ketela rambat diduga berasal dari benua Amerika.
Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi
jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika Tengah. Tanaman ubi
jalar dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh karena daerah
penyebaran terletak pada 300C LU dan 300C LS. Daerah yang paling ideal
untuk mengembangkan ubi jalar adalah daerah bersuhu antara 210C dan
270C, yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari, kelembaban udara
(RH) 50-60%, dengan curah hujan 750-1500 mm/tahun. Pertumbuhan dan
produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalar tercapai pada musim
kering (kemarau) (Rukmana,1997). Menurut Soemartono (1984), ubi jalar
dapat tumbuh sepanjang tahun di tanah rendah maupun di pegunungan
sampai 1000 m. Tidak seperti tanaman palawija lainnya, ubi jalar tidak
memerlukan tanah yang subur karena pada tanah yang subur justru yang
tumbuh lebat hanyalah daun dan batangnya.
kandungan air yang cukup tinggi. Sewaktu dipanen, ubi jalar mengandung
bahan kering antara 16-40% dan dari jumlah tersebut sekitar 75-90%
adalah karbohidrat (Sulistiyo, 2006). Komposisi kimia ubi jalar seperti
tercantum pada Tabel 1.
Sebagian besar karbohidrat pada pati ubi jalar terdapat dalam
bentuk pati. Komponen lain selain pati adalah serat pangan dan beberapa
jenis gula yang bersifat larut seperti maltosa, sukrosa, fruktosa, dan
glukosa. Sukrosa merupakan gula yang banyak terdapat dalam ubi jalar.
Total gula dalam ubi jalar berkisar antara 0.38% hingga 5.64% dalam
berat basah (Sulistiyo, 2006). Kandungan gula dalam ubi jalar yang telah
dimasak jumlahnya meningkat bila dibandingkan jumlah gula pada ubi
jalar mentah. Selain karbohidrat, ubi jalar juga mengandung lemak,
protein, dan beta karoten.
Tabel 1. Kandungan kimia ubi jalar per 100 gram bahan segar
Jumlah
Komposisi Ubi jalar Ubi jalar Ubi jalar
putih a merah a kuning b
Kalori (Kal) 123,0 123,0 136,0
Protein (g) 1,8 1,8 1,1
Lemak (g) 0,7 0,7 0,4
Karbohidrat (g) 27,9 27,9 32,3
Kalsium (mg) 30,0 30,0 57,0
Fosfor (mg) 49,0 49,0 52,0
Zat besi (mg) 0,7 0,7 0,7
Natrium (mg) - - 5,0
Kalium (mg) - - 393,0
Niacin (mg) - - 0,6
Vitamin A (SI) 60,0 7700,0 900,0
Vitamin B1 (mg) 0,90 0,90 0,10
Vitamin C (mg) 22,0 22,0 35,0
Air (g) 68,5 68,5 -
Serat Kasar (g) 0,9 1,2 1,4
Abu (g) 0,4 0,2 0,3
Kadar Gula (g) 0,4 0,4 0,3
Bagian dapat dimakan 86,0 86,0 -
(%)
Sumber : (a) Direktorat Gizi Depkes RI, 1981,
(b) Suismono, 1995
Keterangan : -) tidak ada data
6
(pengirisan), dan pengeringan sampai kadar air tertentu. Tepung ubi jalar
dapat dibuat dengan dua cara. Cara pertama yaitu ubi jalar diiris tipis lalu
dikeringkan (chips/sawut kering) kemudian ditepungkan. Sedangkan cara
yang kedua yaitu ubi jalar diparut atau dibuat pasta lalu dikeringkan dan
kemudian ditepungkan.
Kandungan gula yang tinggi pada ubi jalar dapat menyebabkan
reaksi pencoklatan. Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan perlakuan
pendahuluan berupa blanching atau perendaman sebelum pengeringan
dengan menggunakan bahan kimia anti pencoklatan seperti natrium
metabisulfit (Kadarisman dan Sulaeman, 1993).
Pengolahan ubi jalar menjadi tepung memberikan beberapa
keuntungan seperti meningkatkan daya simpan, praktis dalam
pengangkutan dan penyimpanan, dan dapat diolah menjadi beraneka
ragam produk makanan (Winarno, 1981). Tepung ubi jalar dapat
digunakan untuk produk roti, makanan bayi, permen, saus, makanan
sarapan, makanan ringan, biskuit, reconstituted chips, dan lain sebagainya.
Tepung ubi jalar juga memiliki beberapa kelebihan yaitu sebagai
sumber karbohidrat, serat pangan dan beta karoten (Kadarisman dan
Sulaeman, 1993). Komposisi nilai gizi tepung ubi jalar dapat dilihat pada
Tabel 2. Selain itu, tepung ubi jalar mempunyai kandungan gula yang
cukup tinggi sehingga dalam pembuatan produk olahan berbahan tepung
ubi jalar dapat mengurangi penggunaan gula sebanyak 20% (Nuraini,
2004).
Lanjutan Tabel 3.
Peneliti Publikasi Judul Keterangan
Sunarlinah, N. Skripsi IPB Mempelajari Tingkat
(1983) (Fakultas Penggunaan penggunaan
Teknologi Tepung Ubi Jalar tepung ubi jalar
Pertanian) Sebagai Bahan 50%, dan pada
Pengganti Tepung BMC (bahan
Terigu Dalam makanan
Pembuatan campuran) sebesar
Cookies dan BMC 40%
Lianawati Skripsi IPB Pemanfaatan Ubi Daya cerna pati
(1997) (Fakultas Jalar (Ipomoea ubi jalar yang
Teknologi batatas) sebagai rendah
Pertanian) Bahan Dasar menyebabkan ubi
makanan jalar tidak dapat
Pelengkap Bayi digunakan sebagai
Kaya Beta bahan dasar
Karoten makanan
pelengkap bayi,
dan hanya sebagai
bahan pelengkap
Ningrum, E.N. Skripsi IPB Kajian Teknologi Penetapan jenis
(1999) (Fakultas Pembuatan ubi jalar dan jenis
Teknologi Tepung Ubi Jalar pengering terbaik
Pertanian) Instan Kaya Pro dalam pembuatan
Vitamin A tepung ubi jalar
instan dengan
kandungan beta
karoten tertinggi
Simanjuntak, Skripsi IPB Pemanfaatan Ubi Pembuatan mie
F.L.M.T (Fakultas jalar (Ipomoea kering dari
(2001) Teknologi batatas L.) campuran tepung
Pertanian) sebagai Bahan ubi jalar, beras,
dasar Pembuatan dan kedelai,
Mie Kering tepung ubi jalar
dibuat dengan
pengeringan drum
Djuanda, V. Skripsi IPB Optimasi Pembuatan
(2003) (Fakultas Formulasi Cookies cookies dengan
Teknologi Ubi Jalar substitusi 60-80%
Pertanian) (Ipomoea batatas) tepung ubi jalar
Berdasarkan
Kajian Preferensi
Konsumen
10
Lanjutan Tabel 3.
Peneliti Publikasi Judul Keterangan
Setiawan, E. Skripsi IPB Pembuatan mie Pembuatan mie
(2005) (Fakultas kering dari ubi kering dari tepung
Teknologi jalar (Ipomoea ubi jalar dengan
Pertanian) batatas) dan metode
Penentuan Umur pengeringan oven.
Simpan dengan
Metode Akselerasi
Sulistiyo, C.N. Skripsi IPB Pengembangan Pengembangan
(2006) (Fakultas Brownies Kukus teknologi proses
Teknologi Tepung Ubi Jalar pengolahan
Pertanian) (Ipomoea batatas) brownies kukus
di PT FITS dengan bahan
Mandiri Bogor baku 100% tepung
ubi jalar
Juliana, R. Skripsi IPB Ressistant Starch Potensi prebiotik
(2007) (Fakultas Tipe III dan Tipe dari umbi-umbian
Teknologi IV Pati Singkong lokal. RS tipe III
Pertanian) (Manihot adalah pati yang
esculenta Crantz), diretrogradasi. RS
Suweg tipe IV adalah pati
(Amorphophallus yang dimodifikasi
campanulatus), dengan modifikasi
dan Ubi Jalar kimia ikatan
(Ipomoea batatas silang
L.) sebagai
Prebiotik
Shinta (2007) Skripsi IPB Pengembangan Modifikasi yang
(Fakultas Produk Bubur Gel digunakan adalah
Teknologi Instan Berbasis modifikasi kimia
Pertanian) Pati Ubi jalar (hidrolisis asam
Putih (Ipomoea dan ikatan silang)
batatas L.) dan fisik
Termodifikasi (pregelatinisasi)
Soesanto, S.H. Skripsi IPB Mempelajari Hidrolisis pati
(1983) (Fakultas Proses Pembuatan dengan enzim alfa
Teknologi Sirup Glukosa amilase dan enzim
Pertanian) Secara Enzimatis amiloglukosidase
dari Pati Ubi Jalar
Sastrodipuro, Thesis IPB Karakteristik Pati Pembuatan Sirup
D. (1985) (Fakultas dan Biokonversi Fruktosa dengan
Teknologi Beberapa Varietas proses likuifikasi,
Pertanian) Ubi Jalar dalam sakarifikasi, dan
Pembuatan Sirup isomerisasi
Fruktosa
11
B. PATI
Granula pati tidak larut dalam air dingin, namun pati dapat terlarut
sempurna pada pemanasan dengan tekanan pada suhu 120-1500C.
Kelarutan pati semakin tinggi dengan meningkatnya suhu, dan kecepatan
peningkatan kelarutannya adalah khas untuk setiap jenis pati. Apabila
granula pati dipanaskan hingga suhu gelatinisasinya, granula akan
membentuk pasta pati yang kental. Pasta pati bukan berupa larutan
melainkan berupa granula pati bengkak tak terlarut yang memiliki sifat
seperti partikel gel elastis. Besarnya viskositas tergantung pada jenis dan
konsentrasi pati. Semakin tinggi konsentrasi pati maka semakin tinggi
viskositas yang dihasilkan. (Pomeranz, 1991).
Pati bereaksi dengan Iod pada daerah amorfnya. Fraksi amilosa
bereaksi dengan Iod menghasilkan warna biru, sedangkan amilopektin
bereaksi dengan Iod memberi warna kemerahan hingga coklat (Whistler
dan Daniel, 1984).
Pati ubi jalar memiliki sifat (viskositas dan karakteristik lain)
diantara pati kentang dan pati jagung atau pati tapioka. Granula pati ubi
14
2. Gelatinisasi Pati
Granula pati tidak larut dalam air dingin tetapi bagian amorphous
pada granula pati dapat menyerap air sampai 30% tanpa merusak struktur
misel. Bila pati mentah dimasukkan ke dalam air dingin, granula patinya
akan menyerap air dan membengkak. Namun demikian, jumlah air yang
terserap dan pembengkakannya terbatas. Menurut Winarno (1995),
peningkatan volume granula pati yang terjadi di dalam air pada suhu 55-
650C merupakan pembengkakan yang sesungguhnya. Setelah
pembengkakan ini granula pati dapat kembali pada kondisi semula.
Granula pati dapat dibuat membengkak luar biasa tetapi bersifat tidak
dapat kembali pada kondisi semula. Perubahan tersebut dinamakan
gelatinisasi. Suhu pada saat granula pati pecah disebut suhu gelatinisasi.
Pada proses gelatinisasi terjadi perusakan ikatan hidrogen
intramolekuler. Ikatan hidrogen ini berfungsi untuk mempertahankan
integritas granula. Terdapatnya gugus hidroksil yang bebas akan menyerap
15
5. Pati Termodifikasi
Pati termodifikasi adalah pati yang diperlakukan secara fisik atau
kimia untuk mengubah salah satu atau lebih sifat fisik atau kimianya yang
penting. Menurut Glicksman (1969), pati diberi perlakuan tertentu yang
bertujuan untuk menghasilkan sifat yang lebih baik untuk memperbaiki
sifat sebelumnya atau untuk mengubah beberapa sifat lainnya. Perlakuan
ini dapat mencakup penggunaan panas, asam, alkali, zat pengoksidasi, atau
bahan kimia lainnya yang akan menghasilkan gugus kimia baru dan atau
perubahan bentuk, ukuran, serta struktur molekul pati.
Modifikasi pati dapat dilakukan dengan beberapa metode antara
lain cross linking, konversi dengan hidrolisis asam, cara oksidasi, dan
derivatisasi kimia. Sifat-sifat yang diinginkan dari modifikasi pati ini
adalah pati yang memiliki viskositas yang stabil pada suhu tinggi dan
rendah, daya tahan terhadap tekanan mekanis yang baik, serta daya tahan
terhadap kondisi asam dan suhu sterilisasi (Wirakartakusumah, 1981).
Modifikasi fisik meliputi perlakuan panas dan uap terkendali
seperti pemanasan lalu didinginkan (annealing), dan perlakuan uap
misalnya disintegrasi seluruh granula oleh pregelatinisasi, baik dengan
ekstrusi, drum drying, atau spray-drying (Bergthaller, 2000). Proses
modifikasi pati dapat dilakukan dengan menggunakan panas yang akan
menghasilkan gugus kimia baru dan atau perubahan bentuk, ukuran, serta
molekul pati. Penyangraian pati juga merupakan salah satu bentuk
modifikasi pati dengan panas.
Pati pregelatinisasi merupakan pati yang telah mengalami
gelatinisasi dengan cara pemasakan dengan air di atas suhu gelatinisasinya
kemudian dikeringkan, dibuat untuk memudahkan pelarutan dalam proses
19
C. PERLAKUAN AWAL
D. TEKNIK PENGERINGAN
Gambar 4. Tipe Pengering Drum: (a) drum tunggal; (b) drum ganda
memiliki ketahanan terhadap suhu tinggi dalam waktu yang singkat yaitu
lebih kurang 2-30 detik (Brennan, et.al., 1984).
Menurut Bergthaller (2000), teknik pengeringan yang paling umum
digunakan adalah pengeringan menggunakan drum dryer dimana pasta
pati tergelatinisasi di atas permukaan drum dan dikeringkan sampai
tercapai kadar air kurang dari 6%. Tepung yang dihasilkan telah
mengalami pregelatinisasi sehingga akan memiliki sifat lebih mudah larut
dalam air dan menyebabkan pati yang terkandung di dalamnya menjadi
matang serta warna tepung yang dihasilkan adalah cokelat muda.
serta zat-zat organik yang terdapat di dalam air dapat mempengaruhi flavor
(cita rasa), warna, dan sifat-sifat fisik produk roti (Matz, 1972).
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu
bahan untuk pembuatan tepung ubi jalar, bahan untuk aplikasi, dan bahan
untuk analisis. Bahan untuk pembuatan tepung ubi jalar dan modifikasi
patinya adalah ubi jalar varietas Sukuh (dari Cibungbulang), Na-metabisulfit,
dan air. Bahan untuk aplikasi adalah margarin, susu skim, gula, garam, telur,
emulsifier/bread improver, air, ragi roti, tepung ubi jalar. Bahan untuk analisis
adalah tepung ubi jalar, aquades, HgO, K2SO4, H2SO4, NaOH-Na2S2O3,
H3BO3, HCl 0.02 N, dietil eter, indikator (campuran MM dan MB), HCl 0.5
M, dan larutan iodium.
Alat yang digunakan terdiri dari alat untuk pembuatan tepung ubi jalar,
alat untuk aplikasi, dan alat untuk analisis. Alat yang digunakan untuk
pembuatan tepung ubi jalar dan modifikasi patinya adalah baskom, pisau,
slicer, oven, loyang, peniris minyak, drum dryer, dan saringan. Alat untuk
aplikasi adalah baskom, mixer, oven, dan loyang. Alat untuk analisis adalah
Brabender Viscoamilograph, Polarized Light Microscope, gelas obyek, gelas
penutup, oven, cawan porselin, cawan aluminium, tanur, desikator, labu
Kjeldahl, alat destilasi, alat refluks, Erlenmeyer, kertas saring, alat ekstraksi
Soxhlet, Chromameter Minolta CR-300, spektrofotometer, waring
blender/stirrer, vortex, tabung sentrifus, dan sentrifugal.
B. METODE PENELITIAN
yang diterapkan pada pembuatan roti manis adalah metode adonan cepat
(Subarna, 1992). Diagram alir prosesnya dapat dilihat pada Lampiran 8.
Analisis yang dilakukan adalah pengamatan terhadap karakteristik
roti manis yang dihasilkan baik secara visual maupun organoleptik. Selain
itu juga ditentukan kondisi proses yang tepat untuk pembuatan roti manis
dengan bahan dasar tepung ubi jalar termodifikasi.
C. METODE ANALISIS
selama 6 jam sampai pelarut yang turun kembali ke dalam labu lemak
berwarna jernih. Pelarut dalam labu lemak didestilasi, labu yang berisi
hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 1050C sampai pelarut
menguap semua. Setelah didinginkan dalam desikator, labu lemak
tersebut ditimbang sampai memperoleh bobot yang konstan. Kadar
lemak dihitung dengan rumus :
bobot lemak ( g )
Kadar Lemak (%) = x 100%
bobot sampel ( g )
e. Indeks Penyerapan Air (IPA) dan Indeks Kelarutan Air (IKA) (Metode
Sentrifugasi Anderson, dikutip oleh Muchtadi et al., 1988)
Sebanyak 1 gram tepung sampel dimasukkan dalam tabung
sentrifus. Setelah itu ditambah 10 ml aquades dan diaduk dengan
menggunakan vibrator sampai semua bahan terdispersi secara merata.
Selanjutnya tabung disentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm pada
suhu ruang selama 15 menit. Supernatan yang diperoleh dituang secara
hati-hati ke dalam wadah lain, sedangkan tabung sentrifus beserta
residunya dipanaskan dalam oven. Tabung diletakkan dalam oven
yang diatur pada suhu 500C selama 25 menit. Akhirnya tabung residu
ditimbang untuk menentukan berat air yang terserap.
Dari supernatan yang diperoleh, diambil contoh sebanyak 2 ml
dan dimasukkan ke dalam cawan timbang yang telah diketahui
beratnya. Cawan dimasukkan ke dalam oven dan dikeringkan pada
suhu 1100C sampai semua air menguap. Setelah itu didinginkan dan
ditimbang untuk mengetahui berat bahan kering yang terdapat dalam
supernatan.
berat air yang terserap
IPA =
berat awal berat bahan terlarut
31
D. RANCANGAN PERCOBAAN
Model rancangan yang digunakan pada penelitian pendahuluan adalah
Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan enam perlakuan (teknik 1,
teknik 2, teknik 3, teknik 4, teknik5, teknik 6) sehingga terdapat 6 unit
percobaan dengan tiga kali ulangan, jadi terdapat 18 satuan percobaan.
Model matematikanya adalah sebagai berikut :
Yij = + Ai + Bj + ij
Keterangan :
Y(ijk)n = Variabel respon karena pengaruh perlakuan awal taraf ke-i,
pengaruh teknik pengeringan taraf ke-j dengan ulangan ke-n.
= rata-rata
Ai = Pengaruh perlakuan ke-i
Bj = Pengaruh kelompok ke-j
n(ij) = Pengaruh kesalahan percobaan pada perlakuan ke-i dan
kelompok ke-j
33
Untuk data analisis tertentu pada tepung ubi jalar contohnya analisis
pati tergelatinisasi, kadar air, densitas kamba, warna (L, a, b, C), IPA dan
IKA, serta stabilitas terhadap pembekuan dan thawing diolah dengan alat
bantu SAS. Data tersebut dianalisa dengan uji ANOVA serta dilanjutkan
dengan uji Duncan (DMRT) jika hasilnya berbeda nyata.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Djuanda (2003). Komposisi kimia setiap ubi jalar bervariasi, tergantung pada
jenis, usia tumbuh, keadaan tumbuh, serta tingkat kematangan ubi jalar.
Gambar 6. Tipe pisau Slicer; (a) Schredder, (b) Slicer 1/16 1,5
a. Kadar Air
Proses pengeringan pada pembuatan tepung ubi jalar bertujuan
untuk menurunkan jumlah air yang dikandung oleh bahan mentah. Kadar
air merupakan salah satu parameter yang cukup penting pada produk
tepung karena berkaitan dengan mutu. Semakin rendah kadar airnya maka
produk tepung tersebut semakin baik mutunya karena dapat memperkecil
media untuk tumbuhnya mikroba yang dapat menurunkan mutu pada
produk tepung. Rata-rata kadar air tepung ubi jalar yang diperoleh
berkisar antara 6.44 hingga 9.00 %bb (Gambar 9). Kondisi ini sudah
memenuhi syarat kadar air yang aman untuk tepung yaitu <14% sehingga
dapat mencegah pertumbuhan kapang (Winarno dan Jenie, 1974).
9
8
7
6
5
Kadar air (%bb)
4
3
2
1
0
teknik 1 teknik 2 teknik 3 teknik 4 teknik 5 teknik 6
b. Densitas Kamba
Densitas kamba merupakan perbandingan antara berat bahan
dengan volume bahan itu sendiri, yang memiliki satuan g/ml. Semakin
tinggi densitas kamba menunjukkan produk semakin ringkas atau padat.
Densitas kamba mempengaruhi jumlah bahan yang bisa dikonsumsi dan
biaya produksi dari bahan tersebut (Ningrum, 1999). Dari segi ekonomi,
untuk produk instan diperlukan densitas kamba yang rendah. Bila densitas
kamba rendah maka massa yang kecil dapat memenuhi ruang yang besar.
0.7
0.6
0.5
0.2
0.1
0
teknik 1 teknik 2 teknik 3 teknik 4 teknik 5 teknik 6
c. Warna
Warna merupakan salah satu atribut penting untuk produk pangan.
Sistem yang dapat digunakan untuk mengetahui warna makanan pada
penelitian ini adalah sistem Hunter dan sistem LCho. Hasil dari analisis
warna disajikan pada Tabel 9. Pada sistem Hunter terdapat tiga parameter
yaitu L, a, dan b. Dalam sistem Hunter terdapat tiga dimensi warna yaitu
kecerahan (Brightness atau Lightness), Hue (proporsi merah, kuning,
hijau, dan biru), serta Colourfulness. L menyatakan parameter kecerahan
(warna kromatis, 0: hitam sampai 100: putih), C menyatakan intensitas
warna, sedangkan derajat hue menunjukkan warna yang terlihat. Nilai hue
dikelompokkan sebagai berikut :
o o
Hue 342-18 : Red purple Hue 162-198 : Green
o o
Hue 18-54 : Red Hue 306-342 : Purple
o o
Hue 54-90 : Yellow red Hue 270-306 : Blue purple
o o
Hue 90-126 : Yellow Hue 198-234 : Blue green
o o
Hue 126-162 : Yellow green Hue 234-270 : Blue
pemasakan awal serta pada pengeringan drum dryer seperti pada perlakuan
dengan teknik 6.
Uji lanjut Duncan untuk nilai a menunjukkan bahwa nilai a dari
tepung hasil teknik 2, 3, 5, dan 6 lebih rendah dibandingkan dengan tepung
hasil teknik 1 dan 4 dimana tepung hasil teknik 1 dan 4 memiliki nilai a
tertinggi. Hal ini berarti tepung tersebut memiliki unsur warna merah yang
lebih tinggi dibandingkan dengan tepung yang lain (dapat dilihat pada
Gambar 8). Demikian pula pada uji lanjut Duncan untuk nilai b
menunjukkan bahwa nilai b dari tepung hasil teknik 1 sampai 5 lebih
rendah dibandingkan dengan tepung hasil teknik 6 dimana tepung hasil
teknik 6 memiliki nilai b tertinggi. Hal ini berarti tepung tersebut memiliki
unsur warna kuning yang lebih tinggi dibandingkan dengan tepung yang
lain (dapat dilihat pada Gambar 8).
Nilai a, b dan hue menunjukkan warna yang terkandung dalam ubi
jalar. Warna yang dikandung adalah karotenoid. Karotenoid merupakan
kelompok pigmen yang berwarna kuning, oranye, merah oranye, serta
larut dalam minyak (Winarno, 1995). Pada penelitian ini, dimungkinkan
proses pembuatan tepung ubi jalar merusak sebagian karotenoid pada
teknik 3 dan 6. Ningrum (1999) menyatakan bahwa karotenoid belum
mengalami kerusakan oleh pemanasan pada suhu 600C dan jumlahnya
menurun secara drastis pada suhu 180-2200C. Vitamin A dan karoten
jumlahnya menurun pada suhu diatas 1000C (Ismail, 2001).
dalam granula pati dan hal itu menandakan bahwa granula pati tersebut
telah mengalami gelatinisasi. Hasil pemotretan tepung ubi jalar dengan
perlakuan berbagai teknik pengolahan dapat dilihat pada Gambar 12
sampai Gambar 17.
Analisis mikroskopis terhadap granula pati menunjukkan bahwa
granula pati ubi jalar memiliki bentuk poligonal, bulat, hingga lonjong
dengan ukuran granula tidak seragam. Ukuran granula pati ubi jalar yang
belum tergelatinisasi berkisar antara 2-10 m, sedangkan granula pati ubi
jalar dengan perlakuan pemasakan awal dan pengeringan drum dryer
berkisar antara 20-60 m. Selain itu dapat terlihat bahwa lokasi hilum
pada granula pati ubi jalar umumnya adalah pada bagian tengah dan tepi.
Hilum granula terletak pada persilangan gelap saat dikenai cahaya
terpolarisasi.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, terlihat bahwa
pemasakan awal dan pengeringan berpengaruh terhadap sifat birefrigence
granula pati dalam tepung ubi jalar. Kecuali teknik dengan pengeringan
drum dryer, pada tepung tanpa perlakuan pengukusan, efek birefrigence
masih terlihat jelas atau nyata dibandingkan dengan tepung yang diberi
perlakuan pengukusan. Perlakuan pengeringan dengan sinar matahari dan
oven tidak menghilangkan efek birefrigence, sedangkan pengeringan drum
dryer menyebabkan hilangnya efek birefrigence pada granula pati.
Menurut Muharam (1992), efek birefrigence akan hilang pada pati yang
dikenai perlakuan panas karena perlakuan tersebut mengubah kemampuan
granula pati dalam menyerap gelombang cahaya.
Perlakuan pemasakan awal dan pengeringan tersebut berpengaruh
terhadap ukuran dan bentuk granula pati. Perlakuan pemasakan awal
menyebabkan peningkatan ukuran granula pati yang disebabkan oleh
adanya pembengkakan saat dilakukan pengukusan serta mengubah bentuk
granula pati menjadi tidak beraturan atau rusak. Demikian pula jika diberi
perlakuan pengeringan dengan drum dryer seperti pada teknik 3 dan 6
akan mengubah ukuran dan granula pati.
46
Gambar 12. Penampakan granula pati tepung ubi jalar dengan perlakuan
pengolahan teknik 1 dalam perbesaran 400 x
Gambar 13. Penampakan granula pati tepung ubi jalar dengan perlakuan
pengolahan teknik 2 dalam perbesaran 400x
Gambar 14. Penampakan granula pati tepung ubi jalar dengan perlakuan
pengolahan teknik 3 dalam perbesaran 400 x
47
Gambar 15. Penampakan granula pati tepung ubi jalar dengan perlakuan
pengolahan teknik 4 dalam perbesaran 400 x
Gambar 16. Penampakan granula pati tepung ubi jalar dengan perlakuan
pengolahan teknik 5 dalam perbesaran 400
IPA 4
0
teknik 1 teknik 2 teknik 2 teknik 3 teknik 5 teknik 6
0.06
0.05
0.04
0.02
0.01
0
teknik 1 teknik 2 teknik3 teknik 4 teknik 5 teknik 6
Tabel 11. Pengaruh perlakuan teknik pengolahan terhadap IPA dan IKA
tepung ubi jalar
Teknik IPA IKA (g/ml)
1 2.89d 0.0084c
2 3.35d 0.0131c
3 7.90a 0.0375b
4 5.73c 0.0355b
5 6.14c 0.0385b
6 7.12b 0.0543a
Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata
0.9
0.8
0.7
0.6
Absorbansi Pati 0.5
Tergelatinisasi 0.4
0.3
0.2
0.1
0
teknik 1 teknik 2 teknik 3 teknik 4 teknik 5 teknik 6
Keterangan :
SAG : Suhu awal gelatinisasi (0C)
VM : Viskositas Maksimum (BU)
SVM : Suhu pada saat viskositas maksimum (0C)
V1950C : Viskositas pada suhu 950C / viskositas pada awal pemanasan konstan
V2950C : Viskositas pada akhir pemanasan konstan (BU)
VD : Viskositas pada akhir pendinginan sampai suhu 500C (BU)
VB : Viskositas Balik (BU) (VD - V2950C)
VJ : Viskositas Jatuh (BU) (VM - V2950C )
SP : Stabilitas Pasta (BU) (V2950C - V1950C)
0
Dipertahankan selama 20 menit pada suhu 95 C
0 0
Pemanasan sampai 95 C Pendinginan sampai 50 C
1000
900
Teknik 1 ul 1
800 Teknik 1 ul 2
Teknik 1 ul 3
700
Viskositas (BU)
Teknik 2 ul 1
600 Teknik 2 ul 2
Teknik 2 ul 3
500 Teknik 3 ul 1
Teknik 3 ul 2
400
Teknik 3 ul 3
300
200
100
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (m)
Gambar 21. Kurva Amilograf Tepung Ubi Jalar Tanpa Perlakuan Pengukusan
54
0
Dipertahankan selama 20 menit pada suhu 95 C
0 0
Pemanasan sampai 95 C Pendinginan sampai 50 C
1000
900
Teknik 4 ul 1
800 Teknik 4 ul 2
Teknik 4 ul 3
700
Viskositas (BU)
Teknik 5 ul 1
600 Teknik 5 ul 2
Teknik 5 ul 3
500
Teknik 6 ul 1
400 Teknik 6 ul 2
Teknik 6 ul 3
300
200
100
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (m)
Gambar 22. Kurva Amilograf Tepung Ubi Jalar Dengan Perlakuan Pengukusan
55
energi yang lebih besar yang ditunjukkan dengan suhu awal gelatinisasi
yang tinggi.
Pada grafik amilograf tepung teknik 3 (tanpa dikukus-drum dryer)
dan teknik 6 (dikukus-drum dryer) tidak ada suhu awal gelatinisasi
karena sejak awal sudah tercapai viskositas yang tinggi yang
menunjukkan bahwa tepung tersebut sudah tergelatinisasi (Tabel 13).
Tepung telah mengalami pregelatinisasi karena adanya pemanasan pada
perlakuan pengeringan dengan drum dryer ataupun ditambah dengan
perlakuan pengukusan sebelum pengeringan.
5. Viskositas Jatuh
Viskositas jatuh menyatakan ketahanan suspensi pati ubi jalar
terhadap pemanasan dan pengadukan. Viskositas jatuh bernilai positif
jika terjadi penurunan viskositas setelah mencapai viskositas
maksimum, dan bernilai negatif jika terjadi peningkatan viskositas.
Rata-rata viskositas jatuh tepung ubi jalar yang dihasilkan berkisar
antara -51.5-705.0 BU.
Dari hasil analisis diketahui bahwa perlakuan pemasakan awal
berpengaruh nyata terhadap viskositas jatuh. Terdapat kecenderungan
bahwa tepung dengan perlakuan tanpa pemasakan awal (pada teknik 1,
2, dan 3) memiliki viskositas jatuh yang lebih besar dibandingkan
dengan tepung dengan perlakuan pemasakan awal (pada teknik 4, 5, dan
6). Hal ini berarti tepung hasil teknik 1, 2, dan 3 bersifat kurang stabil
karena mengalami perubahan drastis menjadi lebih encer saat
pemanasan dan pengadukan. Penurunan viskositas pada pemanasan
akibat pecahnya granula yang telah membengkak dan mengalami
fragmentasi (Swinkels, 1985).
60
80
70
60
Sineresis (%)
50 Teknik 1
40 Teknik 2
30 Teknik 3
20
10
0
0 1 2 3 4 5
Siklus
80
70
60
Sineresis (%)
50 Teknik 4
40 Teknik 5
30 Teknik 6
20
10
0
0 1 2 3 4 5
Siklus
tepung hasil teknik 5 dan 6, dan persentase sineresis terendah pada tepung
hasil teknik 1, 2, dan 4. Hal ini berarti bahwa tepung hasil teknik 3 tidak
tahan terhadap proses pembekuan dan thawing. Penggunaan suhu tinggi
(pada drum dryer) dan pemasakan awal menurunkan stabilitas terhadap
pembekuan dan thawing.
pangan (Luallen, 2000). Dari data yang dihasilkan dapat dilihat nilai rata-
rata sineresis yang tidak berbeda jauh diantara tepung-tepung yang
dihasilkan kecuali tepung hasil teknik 3 (diiris-tanpa dikukus-drum dryer)
sehingga tepung tersebut tidak cocok jika digunakan untuk pengolahan
produk beku atau produk yang disimpan pada suhu dingin.
Metode yang digunakan pada pembuatan roti manis ubi jalar adalah
metode adonan cepat (Subarna, 1992) karena metode ini lebih mudah dan
cepat dibandingkan dengan metode pembuatan roti manis lainnya. Komposisi
bahan pada pembuatan roti manis disajikan pada Tabel 15.
a. Pengembangan Roti
Pengamatan terhadap pengembangan roti manis ubi jalar secara
visual memperlihatkan bahwa roti manis ubi jalar tidak memiliki daya
kembang yang baik. Hal ini disebabkan ubi jalar tidak memiliki gluten
dimana gluten berfungsi untuk mempertahankan udara yang masuk ke
dalam adonan pada saat proses pengadukan, dan gas CO2 yang dihasilkan
oleh ragi pada waktu fermentasi, sehingga adonan menjadi mengembang.
b. Warna Roti
Secara visual, faktor warna memegang peranan penting dan
menentukan pilihan suka atau tidak suka terhadap produk. Semakin lama
pemanggangan, warna produk akan semakin coklat karena terjadinya reaksi
pencoklatan. Warna yang lebih pucat akan menimbulkan kesan produk
belum matang, sedangkan warna yang terlalu coklat menimbulkan kesan
gosong. Warna kerak roti yang baik menurut U.S. Wheat Associates (1983)
yang diacu oleh Sulistianing (1995) adalah coklat kekuningan atau
keemasan, sedangkan warna remah adalah putih terang.
Pengamatan terhadap warna roti secara visual dimana warna kerak
(crust) yang dihasilkan adalah coklat kemerahan dari tepung tanpa
pemasakan awal dan pengeringan drum dryer (teknik 3). Sedangkan warna
remah (crumb) yang dihasilkan adalah kuning kecoklatan. Untuk tepung
tanpa pemasakan awal dan pengeringan sinar matahari dan oven (teknik 1
dan 2), warna keraknya adalah kuning pucat, sedangkan warna remahnya
adalah putih kekuningan.
c. Rasa
Rasa dinilai dengan tanggapan rangsangan kimiawi oleh indra
pencicip (lidah), dimana akhirnya keseluruhan interaksi antara sifat-sifat
66
aroma, rasa, dan tekstur merupakan keseluruhan rasa makanan yang dinilai
(Nasution, 1980). Rasa yang mendominasi pada roti manis ubi jalar
berbahan dasar tepung hasil pengolahan teknik 1 dan 2 adalah rasa tepung
ubi jalar yang masih mentah. Sedangkan pada roti manis berbahan dasar
tepung hasil pengolahan teknik 3 adalah rasa roti yang cukup matang
dengan sedikit rasa manis.
d. Aroma
Syarat aroma tercium adalah ada sejumlah komponen volatil yang
berasal dari makanan yang dapat dihirup. Aroma roti terutama dihasilkan
dari proses fermentasi dan asam-asam lemak yang bersifat volatil yang
berasal dari shortening. Fermentasi gula oleh ragi akan memberikan aroma
khas pada roti. Aroma yang didapatkan pada roti manis ubi jalar yang
dihasilkan adalah aroma khas ubi jalar.
e. Tekstur
Sifat keras atau lunaknya tekstur roti tergantung pada besarnya gaya
atau tekanan yang dibutuhkan untuk menimbulkan perubahan bentuk atau
ukuran dari roti tersebut. Sedangkan sifat kasar atau halusnya remah roti
tergantung pada vibrasi yang berasal dari permukaan remah roti yang
bergelombang, yang dapat dirasakan pada saat terjadi pergeseran
permukaan pada kulit (Sulistianing, 1995).
Tekstur permukaan dan remah roti manis ubi jalar yang dihasilkan
dari tepung hasil pengolahan teknik 1 dan 2 adalah keras dan kasar,
sedangkan untuk tepung hasil pengolahan teknik 3 dihasilkan roti dengan
tekstur permukaan yang lunak dari permukaannya yang bergelombang serta
tekstur remah yang halus.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
mendominasi pada roti manis ubi jalar berbahan dasar tepung hasil
pengolahan menggunakan teknik 1 dan 2 adalah rasa tepung ubi jalar yang
masih mentah. Sedangkan pada roti manis berbahan dasar tepung hasil
pengolahan teknik 3 adalah rasa roti yang cukup matang dengan sedikit rasa
manis. Roti manis ini beraroma khas ubi jalar. Tekstur roti manis ubi jalar
yang dihasilkan dari tepung hasil pengolahan teknik 1 dan 2 adalah keras dan
kasar, sedangkan untuk tepung dengan pengolahan teknik 3 dihasilkan roti
dengan tekstur permukaan yang lunak dan halus.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, F., B. Setiawan dan A. Sulaeman. 1993. Studi Karakteristik Fisiko Kimia
dan Fungsional Pati dan Tepung Ubi Jalar serta Pemanfaaatannya dalam
Rangka Diversifikasi Pangan. PAU Pangan dan Gizi. IPB, Bogor.
Ariwibawa, P. 2005. Formulasi minuman puree ubi jalar dan kestabilan beta
karoten selama penyimpanan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB,
Bogor.
Banks, W. dan C.T.Greenwood. 1975. Starch and Its Components. Helsted Press,
John Willey and Sons, New York.
Brennan, J.G. Butter, J.R., Cowell, N.D. dan Lilly, A.V.E. 1984. Food
Engineering Operations. Applied Science Publishers Limited, London.
Brooker, D.B., F.W. Bakker, dan C.W. Hall. 1973. Drying Cereal Grains. The
AVI Publishing Co., Inc. Westport, Connecticut, USA.
70
Collison, R. 1968. Swelling and gelation of starch. Di dalam : J.A. Radley. Starch
and Its Derivatives. Chapman and Hall, Ltd., London.
Cready, R. M. 1970. Starch and dextrin. Di dalam : M.A. Joslyn (ed). Methods in
Food and Food Analysis. Academic Press, New York.
Darmadjati, D.S. 2003. Penelitian dan Potensi Bahan serta Produk untuk
Kesehatan dan Kebugaran. Makalah Seminar. Keseimbangan Flora Usus
bagi Kesehatan dan Kebugaran, Bogor.
Fatonah, W. 2002. Optimasi produk selai dengan bahan baku ubi jalar Cilembu.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
Fennema, O.R. 1982. Food Chemistry, 2nd Edition, Marcel Dekker, Inc. New
York.
Gomez, M.H. dan J.M. Aguilera. 1983. Changes in The Starch Fraction During
Extrusion Cooking of Corn. Journal Food Science 48 (2):378-381.
Gujska, E., dan K. Khan. 1991. Feed moisture effects on functional properties,
trypsin inhibitor and hemmagglutinating activies of extruded bean high
starch fractions. Journal Food Science 56:443-447.
Hall, C.W. 1979. Dictionary of Drying. Marcell Dekker. Inc. New York and
Bassel.
Hodge, J.E. dan E.M Osman. 1976. Carbohydrates. Di dalam: Muchtadi T.R., P.
Haryadi, dan A.B. Azra. 1987. Teknologi Pemasakan Ekstrusi. Pusat
Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.
Kadarisman, D., dan A. Sulaeman. 1993. Teknologi Pengolahan Ubi Kayu dan
Ubi Jalar. Di dalam : Dhania, Sendhi. Langkah Awal Penggandaan Skala
Tepung Ubi Jalar dan Beberapa Karaktersitiknya. Skripsi. Fakultan
Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
Khalil, 1999. Pengaruh Kandungan Air dan Ukuran Partikel Terhadap Perubahan
Perilaku Fisik Bahan Pangan Lokal: Kerapatan Tumpukan, Kerapatan
Pemadatan, dan Bobot Jenis. Media Peternakan Vol. 22 No 1:1-11.
72
Krugar, L.H. dan Murray, R. 1979. Starch Texture. Di dalam : deMann, J.M.,
Voisey, P.W., Rasper, V.F., dan Stanley, D.W. (eds). Rheology and
Texture in Food Quality. AVI Publishing Company, Connecticut. USA
Kusnandar, F. 2006. Modifikasi Pati dan Aplikasinya pada Industri Pangan. Food
Review Indonesia Vol 1 (3): 26-31.
Lin, S., F.Hsieh, dan H.E. Huff. 1997. Effect of lipids and processing conditions
on degree of starch gelatinization of extruded dry pet food. Di dalam : The
effect of processing conditions on the quality of extruded catfish feed.
Journal American Society of Agricultural Engineers 43 (6):1737-1743.
Matz, S.A. 1972. Bakery Technology and Engineering. The AVI Publishing
Company Inc., Westport, Connecticut.
Miller, J.N. 1973. Starch amylosa. Di dalam : R.I. Whistler (ed). Industrial Gums
Polysaccharides and Their Derivatives. Academic Press, New York.
Muchtadi, D. 1989. Aspek Biokimia dan Gizi dalam Keamanan Pangan. PAU
Pangan dan Gizi, IPB, Bogor.
Muchtadi, T.R. dan Sugiyono. 1992. Petunjuk Laboratorium Ilmu Pangan dan
Pangan Bahan. PAU Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ningrum, E.N. 1999. Kajian Teknologi Pembuatan Tepung Ubi Jalar Instan Kaya
Pro Vitamin A. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
Osman, E.M. 1972. Starch and other polysaccharides. Di dalam : P.J. Paul dan
H.H. Palmer (eds.). Food Theory and Applications. John Willey and Sons,
Inc., New York.
Osundahunsi, O.F, N.F. Tayo, K.Ellina, dan S. Eyal. 2003. Comparison of the
Phsicochemical Properties and Pasting Characteristic of Flour and Starch
From Red and White Sweet Potato Cultivar. Journal Agricultural and
Food Chemistry 51:2232-2236
Pomeranz, Y dan C.E. Meloan. 1978. Food Analysis Theory and Practise. The
AVI Publ. Co Inc. Westport, Connecticut
Remsen, C.H. dan J.P. Clark. 1978. A viscosity model for a cooking dough. Di
dalam: J.M. Harper (ed). Extrusion of Food vol II. CRC Press, Inc.
Florida.
Richey, C.B., P. Jacobson, dan C.W. Hall. 1961. Agricultural Engineering hand
Book. Mc Graw Hill Book Co., Inc., New York.
Ropiq, S., Sukardi dan T.K. Bunasor. 1988. Ekstraksi dan Karakterisasi pati
Ganyong (Canna edulis Kerr). Jurnal Teknologi Industri Pertanian
3(1):21-26.
Rukmana, R. 1997. Ubi Jalar. Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta.
Setiawan, E. 2005. Pembuatan Mie Kering dari Ubi jalar (Ipomoea batatas) dan
penentuan Umur Simpan dengan metode Akselerasi. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
Simanjuntak, F.L.M.T. 2001. Pemanfaatan Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) sebagai
Bahan Dasar pembuatan Mie Kering. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB, Bogor.
Smith, P.S. 1982. Starch Derivatives and their uses in foods. Di dalam: D.R.
Lineback dan G.E. Inglett (eds). Food Carbohydrate. AVI Publishing
Co.Inc., Westport, Connecticut.
Steinbauer, C.E. dan L.J.Kushman. 1971. Sweet Potato Culture and Disease
Agricultural Hancbook No.388. Agricultural Research Service-United
States Department of Agriculture, Washington, D.C.
Sulistianing, R. 1995. Pembuatan dan Optimasi Formula Roti Tawar dan Roti
Manis Skala Kecil. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertania, IPB, Bogor.
Sulistiyo, C.N. 2006. Pengembangan Brownies Kukus Tepung Ubi Jalar (Ipomoea
batatas) di PT FITS Mandiri Bogor. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB, Bogor.
Swinkles, J.J.M. 1985. Sources of starch, its chemistry and physic. Di dalam: Van
Beynum, G.M.A. dan J.A. Roels. Starch Conversion Technology. Marcel
Dekker, Inc., New York.
Villareal, R.J., T.D. Griggs. 1982. Sweet Potato Preceeding of The 1st
International Symposium. AVRDC, Philipines.
Whistler, R.L. dan J.R. Daniel. Carbohydrates. Di dalam: Fennema, O.R. (Ed).
Food Chemistry, 2nd Edition, Marcel Dekker, Inc. New York.
Widodo, Y. 1989. Prospek dan Strategi Pengembangan Ubi Jalar sebagai sumber
Devisa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8(4):83-88.
Winarno, F.G. dan Jenie, S.L. 1974. Dasar Pengawetan, Sanitasi dan Peracunan.
Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fatemeta, IPB. Bogor.
Winarno, F.G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Yunus, M.A. 1997. Pengembangan produk french fries menggunakan bahan baku
ubi jalar. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
77
Ubi Jalar
dikupas kulit
dikeringkan
dengan Sinar
Matahari,
t =12-36 jam
smp KA 12%
diayak 80 mesh
Ubi Jalar
dikupas kulit
dikeringkan
dengan oven pengering
T = 600C, t = 10-12 jam
smp KA 12%
diayak 80 mesh
Ubi Jalar
dikupas kulit
dikeringkan
dengan drum dryer
T = 80-1000C
diayak 80 mesh
Ubi Jalar
dikupas kulit
diretort
0
T=100 C, t =30menit
dikeringkan
dengan Sinar
Matahari,
t =12-36 jam
smp KA 12%
diayak 80 mesh
Ubi Jalar
dikupas kulit
diretort
0
T=100 C, t =30menit
dikeringkan
dengan oven pengering
T = 600C, t = 10-12 jam
smp KA 12%
diayak 80 mesh
Ubi Jalar
dikupas kulit
diretort
T=1000C, t =30menit
dikeringkan
dengan drum dryer
T = 80-1000C
diayak 80 mesh
Pembentukan
(dividing, rounding, intermediate proffing, & moulding)
Fermentasi akhir
0
(38 C, RH 80-85%, + 1jam)
Pemanggangan
(3500F, + 12 menit)
Roti Manis
85
Lampiran 10. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap kadar air
tepung ubi jalar
KADARAIR
GeneralLinearModelsProcedure
ClassLevelInformation
ClassLevelsValues
PERLK6123456
ULANGAN3123
Numberofobservationsindataset=18
DependentVariable:KA
SourceDFSumofSquares MeanSquareFValuePr>F
Model 725.773750003.6819642919.650.0001
Error 101.873700000.18737000
CorrectedTotal1727.64745000
RSquareC.V.RootMSEKAMean
0.9322295.9391160.432862567.28833333
Source DFTypeIIISSMeanSquareFValuePr>F
PERLK512.851116672.5702233313.720.0003
ULANGAN212.922633336.4613166734.480.0001
Duncan'sMultipleRangeTestforvariable:KA
NOTE:ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,notthe
experimentwiseerrorrate
Alpha=0.05df=10MSE=0.18737
NumberofMeans23456
CriticalRange.7875.8229.8438.8571.8660
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNPERLK
A9.000033
B7.470032
B
CB7.223334
CB
CB7.040031
C
C6.556735
C
C6.440036
Lampiran 11. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap densitas
kamba tepung ubi jalar
DENSITASKAMBA
GeneralLinearModelsProcedure
ClassLevelInformation
ClassLevelsValues
87
PERLK6123456
ULANGAN3123
Numberofobservationsindataset=18
DependentVariable:DK
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model70.366788890.0523984138.190.0001
Error100.013722220.00137222
CorrectedTotal170.38051111
RSquareC.V.RootMSEDKMean
0.9639377.0187720.037043520.52777778
SourceDFTypeIIISSMeanSquareFValuePr>F
PERLK50.348111110.0696222250.740.0001
ULANGAN20.018677780.009338896.810.0136
Duncan'sMultipleRangeTestforvariable:DK
NOTE:ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,notthe
experimentwiseerrorrate
Alpha=0.05df=10MSE=0.001372
NumberofMeans23456
CriticalRange.06739.07042.07221.07335.07411
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNPERLK
A0.6933334
A
BA0.6800035
B
B0.6200036
C0.4066732
C
C0.4000031
C
C0.3666733
88
Lampiran 12. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap warna tepung
ubi jalar
Warna
GeneralLinearModelsProcedure
ClassLevelInformation
ClassLevelsValues
PERLK6123456
ULANGAN3123
Numberofobservationsindataset=18
DependentVariable:L
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model758.901988898.414569846.250.0052
Error1013.458522221.34585222
CorrectedTotal1772.36051111
RSquareC.V.RootMSELMean
0.8140071.8534391.1601087162.59222222
SourceDFTypeIIISSMeanSquareFValuePr>F
ULANGAN210.803477785.401738894.010.0525
PERLK548.098511119.619702227.150.0043
DependentVariable:a
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model716.002033332.286004763.440.0380
Error106.636966670.66369667
CorrectedTotal1722.63900000
RSquareC.V.RootMSEAMean
0.70683517.151070.814675804.75000000
SourceDFTypeIIISSMeanSquareFValuePr>F
PERLK515.325000003.065000004.620.0192
ULANGAN20.677033330.338516670.510.6153
89
DependentVariable:b
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model740.919616675.845659525.020.0113
Error1011.648233331.16482333
CorrectedTotal1752.56785000
RSquareC.V.RootMSEBMean
0.77841551.353041.079269812.10166667
SourceDFTypeIIISSMeanSquareFValuePr>F
PERLK538.866383337.773276676.670.0056
ULANGAN22.053233331.026616670.880.4441
DependentVariable:C
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model714.912055562.130293652.040.1482
Error1010.451122221.04511222
CorrectedTotal1725.36317778
RSquareC.V.RootMSECMean
0.58794118.761761.022307305.44888889
SourceDFTypeIIISSMeanSquareFValuePr>F
PERLK514.428044442.885608892.760.0806
ULANGAN20.484011110.242005560.230.7974
Duncan'sMultipleRangeTestforvariable:L
NOTE:ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,notthe
experimentwiseerrorrate
Alpha=0.05df=10MSE=1.345852
NumberofMeans23456
CriticalRange2.1112.2062.2612.2972.321
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNPERLK
A64.690032
A
BA64.303331
BA
BAC62.636733
BC
BC62.273335
C
C61.910034
D59.740036
90
Duncan'sMultipleRangeTestforvariable:a
NOTE:ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,notthe
experimentwiseerrorrate
Alpha=0.05df=10MSE=0.663697
NumberofMeans23456
CriticalRange1.4821.5491.5881.6131.630
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNPERLK
A6.436731
A
BA5.536734
B
B4.393332
B
B4.143335
B
B4.063333
B
B3.926736
Duncan'sMultipleRangeTestforvariable:b
NOTE:ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,notthe
experimentwiseerrorrate
Alpha=0.05df=10MSE=1.164823
NumberofMeans23456
CriticalRange1.9632.0522.1042.1372.159
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNPERLK
A5.240036
B2.093333
B
B1.773334
B
B1.560035
B
B1.246732
B
B0.696731
91
Lampiran 13. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap IPA tepung
ubi jalar
IndeksPenyerapanAir
GeneralLinearModelsProcedure
ClassLevelInformation
ClassLevelsValues
PERLK6123456
ULANGAN3123
Numberofobservationsindataset=18
DependentVariable:IPA
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model761.085172228.7264531767.720.0001
Error101.288522220.12885222
CorrectedTotal1762.37369444
RSquareC.V.RootMSEIPAMean
0.9793426.5022430.358959925.52055556
SourceDFTypeIIISSMeanSquareFValuePr>F
PERLK560.7350277812.1470055694.270.0001
ULANGAN20.350144440.175072221.360.3006
Duncan'sMultipleRangeTestforvariable:IPA
NOTE:ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,notthe
experimentwiseerrorrate
Alpha=0.05df=10MSE=0.128852
NumberofMeans23456
CriticalRange.6530.6824.6997.7108.7181
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNPERLK
A7.900033
B7.116736
C6.136735
C
C5.726734
D3.350032
D
D2.893331
92
Lampiran 14. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap IKA tepung
ubi jalar
IndeksKelarutanAir
GeneralLinearModelsProcedure
ClassLevelInformation
ClassLevelsValues
PERLK6123456
ULANGAN3123
Numberofobservationsindataset=18
DependentVariable:IKA
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model70.004602440.0006574912.610.0003
Error100.000521520.00005215
CorrectedTotal170.00512397
RSquareC.V.RootMSEIKAMean
0.89821923.133980.007221660.03121667
SourceDFTypeIIISSMeanSquareFValuePr>F
PERLK50.004486180.0008972417.200.0001
ULANGAN20.000116260.000058131.110.3656
Duncan'sMultipleRangeTestforvariable:IKA
NOTE:ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,notthe
experimentwiseerrorrate
Alpha=0.05df=10MSE=0.000052
NumberofMeans23456
CriticalRange.01314.01373.01408.01430.01445
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNPERLK
A0.05433336
B0.03846735
B
B0.03750033
B
B0.03553334
C0.01310032
C
C0.00836731
93
Lampiran 15. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap absorbansi pati
tergelatinisasi tepung ubi jalar
ABSORBANSIPATITERGELATINISASI
GeneralLinearModelsProcedure
ClassLevelInformation
ClassLevelsValues
PERLK6123456
ULANGAN3123
Numberofobservationsindataset=18
DependentVariable:ADG
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model71.888366170.2697666015.230.0001
Error100.177070330.01770703
CorrectedTotal172.06543650
RSquareC.V.RootMSEADGMean
0.91427048.951970.133067780.27183333
SourceDFTypeIIISSMeanSquareFValuePr>F
PERLK51.767163170.3534326319.960.0001
ULANGAN20.121203000.060601503.420.0737
Duncan'sMultipleRangeTestforvariable:ADG
NOTE:ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,notthe
experimentwiseerrorrate
Alpha=0.05df=10MSE=0.017707
NumberofMeans23456
CriticalRange.2421.2530.2594.2635.2662
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNPERLK
A0.861333
B0.510036
C0.141735
C
C0.101034
C
C0.010031
C
C0.007032
94
Lampiran 16. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap persentase
sineresis tepung ubi jalar
PersentaseSINERESIS
GeneralLinearModelsProcedure
ClassLevelInformation
ClassLevelsValues
PERLK6123456
ULANGAN3123
Numberofobservationsindataset=18
DependentVariable:SIKLUS1
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model72071.27170556295.8959579440.630.0001
Error1072.834188897.28341889
CorrectedTotal172144.10589444
RSquareC.V.RootMSESIKLUS1Mean
0.9660316.7724432.6987810039.84944444
SourceDFTypeIIISSMeanSquareFValuePr>F
PERLK52063.12749444412.6254988956.650.0001
ULANGAN28.144211114.072105560.560.5886
DependentVariable:SIKLUS2
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model73694.23010556527.74715794109.270.0001
Error1048.295655564.82956556
CorrectedTotal173742.52576111
RSquareC.V.RootMSESIKLUS2Mean
0.9870955.5499532.1976272639.59722222
SourceDFTypeIIISSMeanSquareFValuePr>F
PERLK53637.04742778727.40948556150.620.0001
ULANGAN257.1826777828.591338895.920.0201
DependentVariable:SIKLUS3
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model71425.77208333203.681726192.400.1016
Error10849.0877666784.90877667
CorrectedTotal172274.85985000
RSquareC.V.RootMSESIKLUS3Mean
0.62675221.954329.2145958541.97166667
SourceDFTypeIIISSMeanSquareFValuePr>F
PERLK51125.93698333225.187396672.650.0889
ULANGAN2299.83510000149.917550001.770.2204
95
DependentVariable:SIKLUS4
SourceDFSumofSquaresMeanSquareFValuePr>F
Model7673.8485888996.264084131.620.2345
Error10592.4308555659.24308556
CorrectedTotal171266.27944444
RSquareC.V.RootMSESIKLUS4Mean
0.53214819.139777.6969530040.21444444
SourceDFTypeIIISSMeanSquareFValuePr>F
PERLK5439.1045777887.820915561.480.2784
ULANGAN2234.74401111117.372005561.980.1885
Duncan'sMultipleRangeTestforvariable:SIKLUS1
NOTE:ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,nottheexperimentwise
errorrate
Alpha=0.05df=10MSE=7.283419
NumberofMeans23456
CriticalRange4.9105.1315.2615.3445.399
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNPERLK
A62.25733
B41.89035
B
CB37.50036
C
CD34.56334
CD
CD33.27031
D
D29.61732
Duncan'sMultipleRangeTestforvariable:SIKLUS2
NOTE:ThistestcontrolsthetypeIcomparisonwiseerrorrate,notthe
experimentwiseerrorrate
Alpha=0.05df=10MSE=4.829566
NumberofMeans23456
CriticalRange3.9984.1784.2844.3524.397
Meanswiththesameletterarenotsignificantlydifferent.
DuncanGroupingMeanNPERLK
A70.20333
B39.66335
C35.49336
C
C33.15734
C
C32.24731
D26.82032
Hasil Penelitian 2007
ABSTRAK
1
Hasil Penelitian 2007
dietil eter, indikator (campuran MM dan 80 mesh sehingga dihasilkan tepung ubi
MB), HCl 0.5 M, dan larutan iodium. jalar yang cukup halus.
Alat yang digunakan untuk pembu- Perlakuan yang diberikan terdiri dari
atan tepung ubi jalar dan modifikasi 6 teknik yaitu teknik 1 (disawut, dike-
patinya adalah baskom, pisau, slicer, ringkan dengan pengeringan sinar ma-
oven, loyang, peniris minyak, drum tahari), teknik 2 (disawut, dikeringkan
dryer, dan saringan. Alat untuk aplikasi dengan pengeringan oven), teknik 3 (di-
adalah baskom, mixer, oven, dan lo- iris menjadi chips, dikeringkan dengan
yang. Alat untuk analisis adalah Bra- pengeringan drum dryer), teknik 4 (di-
bender Viscoamilograph, Polarized sawut, dikukus, dikeringkan dengan pe-
Light Microscope, gelas obyek, gelas ngeringan sinar matahari), teknik 5 (di-
penutup, oven, cawan porselin, cawan sawut, dikukus, dikeringkan dengan pe-
aluminium, tanur, desikator, labu ngeringan oven), dan teknik 6 (kupas
Kjeldahl, alat destilasi, alat refluks, utuh, dikukus, dikeringkan dengan pe-
Erlenmeyer, kertas saring, alat ekstraksi ngeringan drum dryer).
Soxhlet, Chromameter Minolta CR-300,
b. Karakterisasi Sifat Fisikokimia
spektrofotometer, waring blender atau
stirrer, vortex, tabung sentrifus, dan Yang diamati dalam penelitian ini
sentrifugal. adalah komposisi kimia ubi jalar
varietas Sukuh dan karakterisasi sifat
METODE PENELITIAN fisikokimia tepung ubi jalar, yang
a. Teknik Pembuatan Tepung Ubi Jalar diantaranya adalah kadar air, densitas
kamba, warna, sifat mikroskopis granula
Pembuatan tepung ubi jalar meliputi
pati, indeks penyerapan air (IPA) dan
pembersihan, pengupasan, penghan-
indeks kelarutan air (IKA), derajat gela-
curan (penyawutan atau pengirisan), dan
tinisasi, sifat amilografi tepung, serta
pengeringan sampai kadar air tertentu.
stabilitas produk terhadap pembekuan
Pengolahan ubi jalar menjadi tepung
dan thawing.
diawali dengan pembersihan ubi jalar
dengan air bersih kemudian dilakukan c. Metode Analisis
pengupasan ubi jalar. Kemudian dila- Tahapan analisisnya adalah sebagai
kukan perendaman dengan larutan Na- berikut:
metabisulfit 0,3 % selama 30 menit 1. Analisis proksimat ubi jalar, meliputi;
untuk menghilangkan kotoran dan getah - Kadar air (Apriyantono et al., 1999)
yang masih menempel pada ubi jalar - Kadar abu (AOAC, 1995),
serta menghindari terjadinya proses - Kadar protein (AOAC, 1995),
pencoklatan (browning). - Kadar lemak (AOAC, 1995),
Pengeringan pada penelitian ini - Kadar karbohidrat (AOAC, 1995).
dilakukan dengan tiga macam pe- 2. Analisis tepung ubi jalar termodifikasi
ngeringan, yaitu pengeringan sinar ma- fisik, meliputi;
tahari, oven, dan drum dryer. Penge- - Kadar air (Apriyantono et al., 1999),
ringan dilakukan sampai produk menjadi - Densitas kamba (Khalil, 1999),
kering dengan ciri-ciri dapat dipatahkan - Warna (Pomeranz dan Meloan,
dan diperkirakan kadar airnya <12%. 1978),
Pengeringan sinar matahari dilakukan - Sifat mikroskopis granula pati
selama 12-36 jam, pengeringan oven (Ropiq et al., 1988),
dilakukan pada suhu 600C selama 10-12 - Indeks penyerapan air (IPA) dan
jam, pengeringan drum dilakukan pada indeks kelarutan air (IKA) (Metode
suhu uap 1400C, tekanan 4 bar, dan Sentrifugasi Anderson, dikutip oleh
kecepatan 6 rpm (1 putaran 10 detik). Muchtadi et al., 1988),
Hasil pengeringan tersebut kemudian - Analisis kualitatif pati tergelatinisasi
digiling dengan disc mill. Pengayakan (Modifikasi dari metode IRRI, 1978
dilakukan dengan menggunakan ayakan di dalam Setiawan, 2005),
2
Hasil Penelitian 2007
3
Hasil Penelitian 2007
4
Hasil Penelitian 2007
5
Hasil Penelitian 2007
0
Dipertahankan selama 20 menit pada suhu 95 C
0 0
Pemanasan sampai 95 C Pendinginan sampai 50 C
1000
900
Teknik 1 ul 1
800 Teknik 1 ul 2
Teknik 1 ul 3
700
Teknik 2 ul 1
Viskositas (BU)
600 Teknik 2 ul 2
Teknik 2 ul 3
500 Teknik 3 ul 1
Teknik 3 ul 2
400
Teknik 3 ul 3
300
200
100
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (m)
1000
900
Teknik 4 ul 1
800 Teknik 4 ul 2
Teknik 4 ul 3
700
Viskositas (BU)
Teknik 5 ul 1
600 Teknik 5 ul 2
Teknik 5 ul 3
500
Teknik 6 ul 1
400 Teknik 6 ul 2
Teknik 6 ul 3
300
200
100
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (m)
6
Hasil Penelitian 2007
7
Hasil Penelitian 2007
Sineresis (%)
membengkak dan mengalami frag- 50 Teknik 4
8
Hasil Penelitian 2007
1.87 %bk, kadar protein 1.29 %bb atau Starch from Banana Musa
3.35 %bk, kadar lemak 0.19 %bb atau parasisiaca L. (Var Macho). Journal
0.49 %bk, dan kadar karbohidrat 36.32 Agrociencia (36):169-180.
%bb atau 94.29 %bk.
Faktor perlakuan teknik pengolahan Djuanda, V. 2003. Optimasi Formulasi
berpengaruh nyata terhadap kadar air, Cookies Ubi Jalar (Ipomoea
densitas kamba, warna (L, a, b), sifat batatas) Berdasarkan Kajian
mikroskopis granula pati, IPA dan IKA, Preferensi Konsumen. Skripsi.
pati tergelatinisasi, sifat amilografi te- Fakultas Teknologi Pertanian, IPB,
pung, dan stabilitas terhadap pembekuan Bogor.
dan thawing tepung ubi jalar (siklus 1
dan siklus 2). Perlakuan teknik 4, 5, dan Gomez, M.H. dan J.M. Aguilera. 1983.
6 meningkatkan densitas kamba, me- Changes in The Starch Fraction
nurunkan kecerahan, meningkatkan de- During Extrusion Cooking of Corn.
rajat hue, menghilangkan efek bire- Journal Food Science 48 (2):378-
frigence, mengubah ukuran dan bentuk 381.
granula pati, menaikkan IPA dan IKA,
menurunkan suhu awal gelatinisasi, Khalil, 1999. Pengaruh Kandungan Air
viskositas puncak, viskositas balik, dan Ukuran Partikel Terhadap
viskositas jatuh, dan meningkatkan Perubahan Perilaku Fisik Bahan
stabilitas pasta. Perlakuan teknik 3 dan 6 Pangan Lokal: Kerapatan
menurunkan kecerahan, meningkatkan Tumpukan, Kerapatan Pemadatan,
derajat hue, menghilangkan efek bire- dan Bobot Jenis. Media Peternakan
frigence, mengubah ukuran dan bentuk Vol. 22 No 1:1-11.
granula pati, menaikkan IPA dan IKA,
menaikkan absorbansi pati tergelatini- Khasanah, U. 2003. Formulasi,
sasi, menurunkan suhu awal gelatinisasi, Karakterisasi Fisikokimia dan
viskositas balik, viskositas jatuh, dan Organoleptik Produk Makanan
meningkatkan stabilitas pasta. Sarapan Ubi Jalar (Sweet Potato
Flakes). Skripsi. Fakultas Teknologi
DAFTAR PUSTAKA Pertanian, IPB, Bogor.
9
Hasil Penelitian 2007
10