Anda di halaman 1dari 5

This post was published to GBI Bumi Anggrek - Rayon 5 ...

at 8:26:47 PM 2/23/2017

Maukah Kita Untuk Dididik dan Dihajar?


Category Renungan Khusus

MAUKAH KITA UNTUK DIDIDIK


DAN DIHAJAR?

Jika kita melakukan uji coba atau survei kecil-kecilan dengan


bertanya kepada 100 orang untuk memilih antara mendapat
pujian atau mendapat hajaran/didikan, manakah kira-kira yang
akan dipilih dengan suara terbanyak? Sebagian besar mungkin
akan memilih mendapat pujian, sebab siapa yang tidak suka
dipuji atau mendapat pujian? Pujian memang dapat menambah
semangat dalam belajar dan berkarya, pujian dapat menambah
motivasi untuk lebih kreatif dan inovatif, dan pujian ternyata
menyentuh satu bagian dalam hati manusia yakni rasa
berharga.

Pertanyaannya adalah seberapa besar dampak pujian tersebut


bagi manusia? Apakah TUHAN kita senantiasa memberikan kita
pujian, karena DIA senantiasa berada dalam good mood? Apakah
Dia melakukannya karena DIA ingin kita senantiasa berbahagia?
Tentunya tidak demikian. Pujian itu bisa seperti anggur yang
memabukan, membuat orang berada dalam posisi nyaman (lupa
diri). Ingat, bahkan nabi-nabi palsu juga senantiasa menerima
pujian dari semua orang (Luk 6:26).

Kenyataannya manusia lebih mudah untuk belajar dari


pengalaman yang tidak menyenangkan daripada pengalaman
yang menyenangkan. Itulah sebabnya penulis kitab Ibrani
mengingatkan kepada kita semua bahwa kita harus belajar dari
didikan dan hajaran yang Tuhan berikan kepada kita. Tetapi,
jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap
orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang
(ayat 8) (Ibr 12:5-13)

DIDIKAN ATAU HAJARAN


Didikan berasal dari kata didik yang berarti memelihara dan
memberi latihan yang berupa ajaran, tuntunan, pimpinan pada
pikiran dan perbuatan seseorang. Didikan juga bisa berarti
perintah, larangan, nasehat yang diberikan oleh orang tua kepada
anaknya dengan tujuan untuk mendewasakan mereka.
Hajaran berasal dari kata hajar yang berarti memukuli sebagai
hukuman supaya jera. Dalam hal ini hajaran juga bisa bermakna
disiplin yang dilakukan oleh orang tua ketika anaknya melenceng
dari didikan, dengan tujuan menyadarkan dan mengembalikan
mereka kepada kebenaran.
Artinya ada 3 hal yang dapat kita pelajari mengenai didikan dan
hajaran, yaitu:
1. Didikan dan Hajaran merupakan Pergumulan orang
percaya.
dalam pergumulan kamu melawan dosa, kamu belum sampai
mencucurkan darah. (Ibr 12:4)
Dalam perjalanan hidup sebagai orang percaya menuju kepada
kesempurnaan, kita masih bergumul dengan tabiat dosa. Oleh
pertolongan Roh Kudus, kita harus mematikan kedagingan.
Namun pada kenyataannya kita seringkali mengalami
kegagalan. Pada titik inilah kita akan mengalami didikan Tuhan
(Ibr 12:5).

2. Didikan dan Hajaran diberikan kepada mereka yang


diakui sebagai anak.
karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia
menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak (Ibr 12:6).
Jadi kita seharusnya bersyukur saat kita menerima hajaran,
sebab hanya mereka yang diakui-Nya sebagai anak yang
menerima hajaran TUHAN. Jika
seseorang berkata bahwa ia tidak
pernah menerima didikan dan hajaran TUHAN, maka perlu
meng-evaluasi diri apakah dirinya diakui sebagai anak atau
tidak. Di dalam Ibr 5:8, dinyatakan bahwa mereka yang
mengaku sebagai orang percaya
tetapi tidak mengalami pendisiplinan
yang sewajarnya diterima maka orang
tersebut sesungguhnya bukanlah
anak yang sah melainkan anak yang
tidak sah (Yun. nothos = anak haram).
Misalnya anak Anda bermain dengan
teman sekelasnya, kemudian karena
kelalaian akhirnya mereka melakukan tindakan yang dapat
mencelakakan diri mereka. Ketika mengetahui hal tersebut,
siapa yang akan Anda marahi atau tegur dengan keras?
Apakah teman sekelasnya? Tentunya Anda akan memarahi
anak Anda.

3. Didikan dan Hajaran adalah untuk kebaikan kita.


tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita (Ibr 5:10)
TUHAN kita bukanlah Allah yang bertindak tanpa tujuan. Saat
Tuhan menghajar kita sebagai anak-anak-NYA, DIA tidak pernah
bertujuan untuk menjatuhkan dan menjauhkan kita dari-NYA.
Tetapi justru untuk kebaikan kita, agar kita beroleh bagian
dalam kekudusan-Nya. Dengan pemahaman seperti ini, kita
harus memandang disiplin rohani sebagai sebuah kesempatan
untuk merenung, mengevaluasi diri, bertobat dan minta ampun
agar kita memperoleh bagian dalam kekudusan TUHAN.
Contoh: suami atau isteri tidak melakukan perannya seperti
yang Tuhan kehendaki, maka mereka akan mengalami masalah
baik diantara mereka berdua maupun di dalam keluarga.

Hajaran harus kita terima dengan respon yang positif yaitu


memandang hajaran sebagai alat Tuhan untuk memurnikan
dan mendewasakan. Sebaliknya, jika kita menganggap hajaran
sebagai pembalasan dari Tuhan maka akan muncul respon
negatif, seperti merasa diperlakukan tidak adil, hingga berbalik
menyalahkan Tuhan. Akibatnya kita akan menjadi orang yang
menolak, memberontak, mengasihani diri sendiri, menyalahkan
orang lain, akhirnya kita kehilangan esensi dan berkat dari
hajaran tersebut.

Dari apa yang diuraikan di atas maka kita ketahui bahwa apa
yang Tuhan lakukan dalam mendidik dan menghajar kita adalah
untuk menghasilkan buah kebenaran. Tetapi kemudian ia
menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada
mereka yang dilatih olehnya. (Ibr 5:11)

Dengan pemahaman dan respon yang benar, kita akan


merasakan bagaimana didikan dan hajaran TUHAN menghasilkan
buah kebenaran dalam hidup kita. Untuk menghasilkan buah
kebenaran tentu saja membutuhkan waktu, proses dan usaha,
tapi semua itu akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa dalam
hidup kita, kedewasaan, berkat, dan pengalaman hidup bersama
Tuhan. (AR)

Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak


mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia
menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada
mereka yang dilatih olehnya. Sebab itu kuatkanlah tangan yang
lemah dan lutut yang goyah; dan luruskanlah jalan bagi kakimu,
sehingga yang pincang jangan terpelecok, tetapi menjadi
sembuh.
(Ibrani 12:11-12)
Sumber : Warta Pusat HMMinistry

Anda mungkin juga menyukai