Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikumWr. Wb.

Segala puji dan syukur saya kedapa Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun
mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Fafmakologi II yang berjudul.Makalah Hipnotik,Sedatif, Narkotika Dan
Psikotropika. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu sebagai
teknologi tentang farmakologi II .Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan.Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Perguruan Tinggi
Malahayati.Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya dan para pembaca meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa sekarang dan yang
akan datang demikianlah makalah ini saya buat semoga makalah ini bisa bermamfaat
bagi para pembacanya amin ya robbal alamin.

Bandar Lampung, 1 Juni 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Tujuan...................................................................................................2

1.3 Rumusan Masalah..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................3

2.1 Pengertian....................................................................................................3

2.2 Golongan obat sedatif dan hipnotik ............................................................3

2.3 Sejarah Narkotika Dan Psikotropika Di Indonesia........................................10

2.4Golongan Narkotika......................................................................................12

2.5Golongan Psikotropika..................................................................................12

BAB III PENUTUP ........................................................................................................14

Kesimpulan ........................................................................................................14

Keritik dan saran................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat pendepresi susunan syaraf


pusat (SSP). Efeknya bergantung kepada dosis, mulai dari yang ringan yaitu
menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangnya
kesadaran, keadaan anestesia, koma dan mati.Pada dosis terapi, obat sedatif
menekan aktivitas mental, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi
sehingga menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah
tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis.Efek sedasi juga
merupakan efek samping beberapa golongan obat lain yang tidak termasuk obat
golongan depresab SSP. Walaupun obat tersebut memperkuat penekanan SSP,
secara tersendiri obat tersebut memperlihatkan efek yang lebih spesifik pada dosis
yang jauh lebih kecil daripada dosis yang dibutuhkan untuk mendepresi SSP secara
umum.Beberapa obat dalam golongan hipnotik dan sedatif, khususnya golongan
benzodiazepin diindikasikan juga sebagai pelemas otot, antiepilepsi, antiansietas
(anticemas), dan sebagai penginduksi anestesia.

Saat ini narkotika dan psikotropika sudah menjadi barang yang biasa ada
didalam masyarakat, sudah tidak menjadi barang yang aneh lagi, bayangkan saja
disetiap berita televisi selalu ada berita tentang narkotika. Peredaran narkotika dan
psikotropika saat ini sudah bisa mencapai daerah yang terpelosok sekalipun, dan
mulai dari kalangan strata bawah samapai yang paling atas juga ikut
menyalahgunakan narkotika dan psikotropika. Narkotika sebenarnya digunakan
didalam bidang kesehatan dan ilmu pengetahuan.

1.2 Tujuan
1. Apa pengertian sedatif dan hipnotik?
2. Apa yang dimaksud dengan narkotika dan psikotropika.
3. Apa saja obat obat yang termasuk golongan sedatif dan hipnotik?

1
1.3 Rumusan masalah
1. Untuk memahami pengertian sedatif dan hipnotik.
2. Untuk mengetahui obat obat yang termasuk golongan sedatif , hipnotik ,narkotika
dan psikotropika.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat pendepresi susunan syaraf pusat
(SSP). Efeknya bergantung kepada dosis, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan
tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangnya kesadaran, keadaan
anestesia, koma dan mati.
Psikotropika adalah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikis,
kelakuan atau pengalaman (Hari Sasangka, 2003: 63). Sebenarnya Psikotropika baru
diperkenalkan sejak lahirnya suatu cabang ilmu farmakologi yakni psikofarmakologi
yang khusus mempelajari psikofarma atau psikotropik. Istilah psikotropik mulai banyak
dipergunakan pada tahun 1971 sejak dikeluarkannya convention on psycotropic substance
oleh General Assembly yang menempatkan zat-zat tersebut di bawah kontrol
internasional. Dalam United Nation conference for Adoption of Protocol on Psychotropic
Substance disebutkan batasan-batasan zat psikotropik adalah bentuk bahan-bahan yang
memiliki kapasitas menyebabkan:
1. Keadaan ketergantungan;
2. Depresi dan stimulan susunan saraf pusat (SSP);
3. Menyebabkan halusinasi;
4. Menyebabkan gangguan fungsi motorik atau persepsi

2.2 PENGGOLONGAN OBAT SEDATIF-HIPNOTIK


1) Benzodiazepin: alprazopam, klordiazepoksid, klorazepat, diazepam, flurazepam,
lorazepam
2) Barbiturat: amobarbital, pentobarbital, fenobarbital, sekobarbital, tiopental
3) Lain-lain: Propofol, Ketamin, Dekstromethorpan
1. BENZODIAZEPIN
Pengertian dan Sejarah
Benzodiazepin adalah sekelompok obat golongan psikotropika yang mempunyai
efek antiansietas atau dikenal sebagai minor tranquilizer, dan psikoleptika. Benzodiazepin
memiliki lima efek farmakologi sekaligus, yaitu anxiolisis, sedasi, anti konvulsi, relaksasi
otot melalui medula spinalis, dan amnesia retrograde.

3
Benzodiazepin dikembangkan pertama kali pada akhir tahun 1940-an dengan
derivat pertama kali yang dipasarkan adalah klordiazepoksid (semula dinamakan
methaminodiazepokside) pada tahun 1960, kemudian dilakukan biotransformasi menjadi
diazepam (1963), nitrazepam (1965), oksazepam (1966), medazepam (1971), lorazepam
(1972), klorazepat (1973), flurazepam (1974), temazepam (1977), triazolam dan
clobazam (1979), ketazolam (1980), lormetazepam (1981), flunirazepam, bromazepam,
prazepam (1982), dan alprazolam (1983).

Golongan Benzodiazepin menggantikan penggunaan golongan Barbiturat yang


mulai ditinggalkan, Keunggulan benzodiazepine dari barbiturate yaitu rendahnya tingkat
toleransi obat, potensi penyalahgunaan yang rendah, margin dosis aman yang lebar, dan
tidak menginduksi enzim mikrosom di hati. Benzodiazepin telah banyak digunakan
sebagai pengganti barbiturat sebagai premedikasi dan menimbulkan sedasi pada pasien
dalam monitorng anestesi.

Penggolongan Benzodiazepin

Berdasarkan kecepatan metabolismenya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu short


acting, long acting, ultra short acting.

1) Long acting.

Obat-obat ini dirombak dengan jalan demetilasi dan hidroksilasi menjadi metabolit aktif
(sehingga memperpanjang waktu kerja) yang kemudian dirombak kembali menjadi
oksazepam yang dikonjugasi menjadi glukoronida tak aktif.

2) Short acting

Obat-obat ini dimetabolisme tanpa menghasilkan zat aktif. Sehingga waktu kerjanya tidak
diperpanjang. Obat-obat ini jarang menghasilkan efek sisa karena tidak terakumulasi pada
penggunaan berulang.

3) Ultra short acting

Lama kerjanya sangat kurang dari short acting. Hanya kurang dari 5,5 jam. Efek
abstinensia lebih besar terjadi pada obat-obatan jenis ini. Selain sisa metabolit aktif
menentukan untuk perpanjangan waktu kerja, afinitas terhadap reseptor juga sangant
menentukan lamanya efek yang terjadi saat penggunaan

4
Rumus Kimia Benzodiazepin

Benzodiazepin adalah obat hipnotik-sedatif terpenting. Semua struktur yang ada pada
benzodiazepine menunjukkan 1,4-benzodiazepin. Kebanyakan mengandung gugusan
karboksamid dalam dalam struktur cincin heterosiklik beranggota 7. Substituen pada
posisi 7 ini sangat penting dalam aktivitas hipnotik-sedatif.

Mekanisme Kerja Golongan Benzodiazepin

Efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi gamma-aminobutyric acid


(GABA) sebagai neurotransmitter penghambat di otak. Benzodiazepine tidak
mengaktifkan reseptor GABA A melainkan meningkatkan kepekaan reseptor GABA A
terhadap neurotransmitter penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan terjadi
hiperpolarisasi sinaptik membran sel dan mendorong post sinaptik membran sel tidak
dapat dieksitasi. BDZs tidak menggantikan GABA, yang mengikat pada alpha sub-unit,
tetapi meningkatkan frekuensi pembukaan saluran yang mengarah ke peningkatan
konduktansi ion klorida dan penghambatan potensial aksi. Hal ini menghasilkan efek
anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alkohol, antikonvulsi dan relaksasi otot
skeletal.

Farmakodinamik

Hampir semua efek benzodiazepine merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan
efek utama : sedasi, hypnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi
otot, dan anti konvulsi. Hanya dua efek saja yang merupakan kerja golongan ini pada
jaringan perifer : vasodilatasi koroner (setelah pemberian dosis terapi golongan
benzodiazepine tertentu secara iv), dan blokade neuromuskular (yang hanya terjadi pada
pemberian dosis tinggi).

Farmakokinetik

Sifat fisikokimia dan farmakokinetik benzodiazepine sangat mempengaruhi


penggunaannya dalam klinik karena menentukan lama kerjanya. Semua benzodiazepine
dalam bentuk nonionic memiliki koefesien distribusi lemak : air yang tinggi; namun sifat
lipofiliknya daoat bervariasi lebih dari 50 kali, bergantung kepada polaritas dan
elektronegativitas berbagai senyawa benzodiazepine.

5
Semua benzodiazepin pada dasarnya diabsorpsi sempurna, kecuali klorazepat; obat ini
cepat mengalami dekarboksilasi dalam cairan lambung menjadi N-desmetil-diazepam
(nordazepam), yang kemudian diabsorpsi sempurna. Setelah pemberian per oral, kadar
puncak benzodiazepin plasma dapat dicapai dalam waktu 0,5-8 jam. Kecuali lorazepam,
absorbsi benzodiazepin melalui suntikan IM tidak tratur.

Secara umum penggunaan terapi benzodiazepine bergantung kepada waktu paruhnya, dan
tidak selalu sesuia dengan indikasi yang dipasarkan. Benzodiazepin yang bermanfaat
sebagai antikonvulsi harus memiliki waktu paruh yang panjang, dan dibutuhkan cepat
masuk ke dalam otak agar dapat mengatasi status epilepsi secara cepat. Benzodiazepin
dengan waktu paruh yang pendek diperlukan sebagai hipnotik, walaupun memiliki
kelemahan yaitu peningkatan penyalahgunaan dan dan berat gejala putus obat setelah
penggunaannya secara kronik. Sebagai ansietas, benzodiazepine harus memiliki waktu
paruh yang panjang, meskipun disertai risiko neuropsikologik disebabkan akumulasi
obat.

NAMA OBAT, CARA PEMBERIAN & DOSIS BEBERAPA BENZODIAZEPIN

Nama Obat
Cara Pemberian Dosis
(Nama Dagang)

Alprazolam (XANAX) Oral -

Klordiazepoksid Oral, intramuscular,


5,0 100,0 ; 1-3x/hari
(LIBRIUM, DLL) intravena

Klonazepam (KLONOPIN) Oral -

Korazepat (TRANXENE, 3,75 20,00 ; 2-


Oral
dll) 4x/hari

Oral, intramuscular,
Diazepam (VALIUM, dll) 5 10 ; 3-4x/hari
intravena, rectal

Estazoyam (PROZOM) Oral 1,0 2,0

Flurazepam (DALMANE) Oral 15,0 30,0

Halazepam (PAXIPAM) Oral -

6
Oral, intramuscular,
Lorazepam (ATIVAN) 2,0 4,0
intravena,

Midazolam (VERSED) intramuscular, intravena

Oksazepam (SERAX) Oral 15,0 30,0 ; 3- 4x/hari

Quazepam (DORAL) Oral 7,5 15,0

Temazepam (RESTORIL) Oral 0,75 30,0

Triazolam (HALCION) Oral 0,125 0,25

2. BARBITURAT

Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagai hipnotik
dan sedative. Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang spesifik,
barbiturate telah banyak digantikan dengan benzodiazepine yang lebih aman,
pengecualian fenobarbital yang memiliki anti konvulsi yang masih sama banyak
digunakan.

Secara kimia, barbiturate merupakan derivate asam barbiturate. Asam barbiturate


(2,4,4-trioksoheksahidropirimidin) merupakan hasil reaksi kondensasi antara ureum
dengan asam malonat.

Efek utama barbiturate ialah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai,
mulai dari sedasi, hypnosis, koma sampai dengan kematian. Efek antisietas barbiturate
berhubungan dengan tingkat sedasi yang dihasilkan. Efek hipnotik barbiturate dapat
dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik. Tidurnya menyerupai tidur
fisiologis, tidak disertai mimpi yang mengganggu. Efek anastesi umumnya diperlihatkan
oleh golongan tiobarbital dan beberapa oksibarbital untuk anastesi umum. Untuk efek
antikonvulsi umumnya diberikan oleh barbiturate yang mengandung substitusi 5- fenil
misalnya fenobarbital. Fase tidur REM dipersingkat. Barbiturat sedikit menyebabkan
sikap masa bodoh terhadap rangsangan luar.

Barbiturat tidak dapat mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran.


Pemberian obat barbiturat yang hampir menyebabkan tidur, dapat meningkatkan 20%
ambang nyeri, sedangkan ambang rasa lainnya (raba, vibrasi dan sebagainya) tidak

7
dipengaruhi. Pada beberapa individu dan dalam keadaan tertentu, misalnya adanya rasa
nyeri, barbiturat tidak menyebabkan sedasi melainkan malah menimbulkan eksitasi
(kegelisahan dan delirium). Hal ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat
penghambatan.

Farmakokinetik

Barbiturat secarra oral diabsorpsi cepat dan sempurna dari lambung dan usus
halus ke dalam darah. Secra IV barbiturate digunakan untuk mengatasi status epilepsy
dan menginduksi serta mempertahankan anestesi umum. Barbiturate didistribusi secra
luas dan dapat melewati plasenta, ikatan dengan protein plasma sesuai dengan kalarutan
dalam lemak.

Barbiturat yang mudah larut dalam lemak, misalnya thiopental dan metoheksital,
setelah pemberian secara IV, akan ditimbun di jaringan lemak dan otot. Hal ini akan
menyebabkan kadarnya dalam plasma dan otak turun dengan cepat. Barbiturate yang
kurang lipofilik misalnya aprobarbital dan fenobarbital, dimetabolisme hampir sempurna
di dalam hati sebelum diekskresi di ginjal. Pada kebanyakan kasus, perubahan pada
fungsi ginjal tidak mempengaruhi eliminasi obat. Fenobarbital diekskresikan ke dalam
urin dalam bentuk tidak berubah sampai jumlah tertentu (20-30%) pada manusia.

Faktor yang mempengatuhi biodisposisi hipnotik dan sedatif dapat dipengaruhi


oleh berbagai hal terutama perubahan pada fungsi hati sebagai akibat dari penyakit, usia
tua yang mengakibatkan penurunan kecepatan pembersihan obat yang dimetabolisme
yang terjadi hampir pada semua obat golongan barbiturat.

Kontraindikasi

Barbiturate tidak boleh diberikan pada penderita alergi barbiturate, penyakit hati
atau ginjal, hipoksia, penyakit Parkinson. Barbiturate juga tidak boleh diberikan pada
penderita psikoneurotik tertentu, karena dapat menambah kebingungan di malam hari
yang terjadi pada penderita usia lanjut.

NAMA OBAT, BENTUK SEDIAAN & DOSIS BEBERAPA OBAT BARBITURAT

Nama Obat Bentuk Sediaan Dosis Dewasa (mg)

8
Amobarbital Kapsul,tablet,injeksi,bubuk 30-50; 3x

Aprobarbital Eliksir 40; 3x

Butabarbital Kapsul,tablet,eliksir 15-30 ; 3-4x

Pentobarbital Kapsul,eliksir,injeksi,supositoria 20 ; 3-4x

Sekobarbital Kapsul,tablet,injeksi 30-50 ; 3-4x

Fenobarbital Kapsul,tablet, eliksir,injeksi 15.40 3x

2.2 SEJARAH NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA DI INDONESIA

Penggunaan obat-obatan jenis opium sudah lama dikenal di Indonesia, jauh


sebelum pecahnya Perang Dunia ke-2 pada zaman penjajahan Belanda. Pada umumnya
para pemakai candu (opium) tersebut adalah orang-orang Cina.

Pemerintah Belanda memberikan izin pada tempat-tempat tertentu untuk menghisap


candu dan pengadaan (supply) secara legal dibenarkan berdasarkan undang-undang.
Orang-orang Cina pada waktu itu menggunakan candu dengan cara tradisional, yaitu
dengan jalan menghisapnya melalui pipa panjang.

Hal ini berlaku sampai tibanya Pemerintah Jepang di Indonesia. Pemerintah pendudukan
Jepang menghapuskan Undang-Undang itu dan melarang pemakaian candu (Brisbane
Ordinance).

Ganja (Cannabis Sativa) banyak tumbuh di Aceh dan daerah Sumatera lainnya, dan telah
sejak lama digunakan oleh penduduk sebagai bahan ramuan makanan sehari-hari.
Tanaman Erythroxylon Coca (Cocaine) banyak tumbuh di Jawa Timur dan pada waktu itu
hanya diperuntukkan bagi ekspor.

Untuk menghindari pemakaian dan akibat-akibat yang tidak diinginkan, Pemerintah


Belanda membuat Undang-undang (Verdovende Middelen Ordonantie) yang mulai
diberlakukan pada tahun 1927 (State Gazette No.278 Juncto 536).

9
Meskipun demikian obat-obatan sintetisnya dan juga beberapa obat lain yang mempunyai
efek serupa (menimbulkan kecanduan) tidak dimasukkan dalam perundang-undangan
tersebut.

Setelah kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia membuat perundang-undangan


yang menyangkut produksi, penggunaan dan distribusi dari obat-obat berbahaya
(Dangerous Drugs Ordinance) dimana wewenang diberikan kepada Menteri Kesehatan
untuk pengaturannya (State Gaette No.419, 1949).

Baru pada waktu tahun 1970, masalah obat-obatan berbahaya jenis narkotika menjadi
masalah besar dan nasional sifatnya. Pada waktu perang Vietnam sedang mencapai
puncaknya pada tahun 1970-an, maka hampir di semua negeri, terutama di Amerika
Serikat penyalahgunaan obat (narkotika) sangat meningkat dan sebagian besar korbannya
adalah anak-anak muda. Nampaknya gejala itu berpengaruh pula di Indonesia dalam
waktu yang hampir bersamaan.

Menyadari hal tersebut maka Presiden mengeluarkan instruksi No.6 tahun 1971 dengan
membentuk badan koordinasi, yang terkenal dengan nama BAKOLAK INPRES 6/71,
yaitu sebuah badan yang mengkoordinasikan (antar departemen) semua kegiatan
penanggulangan terhadap berbagai bentuk yang dapat mengancam keamanan negara,
yaitu pemalsuan uang, penyelundupan, bahaya narkotika, kenakalan remaja, kegiatan
subversif dan pengawasan terhadap orang-orang asing.

Kemajuan teknologi dan perubahan-perubahan sosial yang cepat, menyebabkan Undang-


Undang narkotika warisan Belanda (tahun 1927) sudah tidak memadai lagi. Maka
pemerintah kemudian mengeluarkan Undang-Undang No.9 tahun 1976, tentang
Narkotika. Undang-Undang tersebut antara lain mengatur berbagai hal khususnya tentang
peredaran gelap (illicit traffic). Disamping itu juga diatur tentang terapi dan rehabilitasi
korban narkotik (pasal 32), dengan menyebutkan secara khusus peran dari dokter dan
rumah sakit terdekat sesuai petunjuk menteri kesehatan.

Dengan semakin merebaknya kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia, maka UU Anti


Narkotika mulai direvisi. Sehingga disusunlah UU Anti Narkotika nomor 22/1997,
menyusul dibuatnya UU Psikotropika nomor 5/1997. Dalam Undang-Undang tersebut

10
mulai diatur pasal-pasal ketentuan pidana terhadap pelaku kejahatan narkotika, dengan
pemberian sanksi terberat berupa hukuman mati.

2.3 GOLONGAN NARKOTIK

BERDASARKAN BAHAN PEMBUATANNYA :

1. Narkotika Alami

Zat dan obat yang langsung bisa dipakai sebagai narkotik tanpa perlu adanya proses
fermentasi, isolasi dan proses lainnya terlebih dahulu karena bisa langsung dipakai
dengan sedikit proses sederhana. Bahan alami tersebut umumnya tidak boleh digunakan
untuk terapi pengobatan secara langsung karena terlalu beresiko. Contoh narkotika alami
yaitu seperti ganja dan daun koka.

2. Narkotika Sintetis / Semi Sintesis

Narkotika jenis ini memerlukan proses yang bersifat sintesis untuk keperluan medis dan
penelitian sebagai penghilang rasa sakit / analgesik. Contohnya yaitu seperti amfetamin,
metadon, dekstropropakasifen, deksamfetamin, dan sebagainya.

Narkotika sintetis dapa menimbulkan dampak sebagai berikut :

a. Depresan. Membuat pemakai tertidur atau tidak sadarkan diri.

b. Stimulan. Membuat pemakai bersemangat dalam berkativitas kerja dan merasa


badan lebih segar.

c. Halusinogen. Dapat membuat si pemakai jadi berhalusinasi yang mengubah


perasaan serta pikiran.

3. Narkotika Semi Sintesis / Semi Sintetis

yaitu zat / obat yang diproduksi dengan cara isolasi, ekstraksi, dan lain sebagainya seperti
heroin, morfin, kodein, dan lain-lain.

Penggolongan untuk Narkotika :

11
1. Narkotika gol 1 adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta
mempunyai potensi sangat tinggi, mengakibatkan ketergantungan.

2. Narkotika gol 2 adalah naekotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai


pilihan terakhit dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi,
mengakibatkan ketergantungan.

3. Narkotika gol 3 adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak


digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan, mengakibatkan ketergantungan.

2.4GOLONGAN PSIKOTROPIKA

Menurut undang-undang nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika, dalam pasal 1 butir 1
disebutkan, bahwa Psikotropika adalah zat atau obat. baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika. Yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku

Jenis-jenis Psikotropika
Menurut Farmakologi
Ilmu kejahatan tentang penyalahgunaan obat
Menurut UU nomor 5 tahun 1997
Menurut Farmakologi
Obat-obat yang menekan fungsi-fungsi psikis tertentu di SSP
1. Obat Golongan Neuroptika
2. Obat yang tergolong transquillizer
Obat-obat yang menstimulir (merangsang) fungsi-fungsi tertentu di SSP
1. Obat golongan anti depressiva
2. Obat golongan Psikostimulansia
Obat-obat yang mengacaukan mental tertentu (LSD (Lysergic Acid Dicthylamide).
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan
digolongkan menjadi :

12
1. Psikotropika gol 1 adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi
amat kuat, mengakibatkan sindroma ketergantungan.

2. Psikotropika gol 2 adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat


digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

3. Psikotropika gol 3 adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak


digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang, mengakibatkan sindroma ketergantungan.

4. Psikotropika gol 4 adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat


luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakbatkan sindroma ketergantungan.

13
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Obat-obatan jenis hipnotik-sedatif adalah berbagai macam jenis obat-obatan yang


diproduksi untuk keperluan dunia medis untuk pengobatan.
Obat-obatan jenis hipnotik-sedatif dalam penggunaannya harus dengan pengawasan
dokter karena daya kerjanya obat-obatan jenis tersebut sangatlah keras dan
menimbulkan kematian apabila terdapat penyalahgunaan.
Saat ini narkotika dan psikotropika sudah menjadi barang yang biasa ada didalam
masyarakat, sudah tidak menjadi barang yang aneh lagi, bayangkan saja disetiap
berita televisi selalu ada berita tentang narkotika. Narkotika sebenarnya digunakan
didalam bidang kesehatan dan ilmu pengetahuan.

Saat ini sudah ada peraturan yang mengatur tentang penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika, tetapi masih banyak juga kasus yang tidak tersentuh oleh peraturan
tersebut. Karena jaringan narkotika ini cukup besar wilayahnya, tidak hanya didalam
negeri saja, kasus penyelahgunaan narkotika ini sudah melibatkan jaringan
internasional dan sudah masuk kedalam kategori pidana khusus.

3.2 Kritik dan saran

Karena daya kerjanya obat-obatan tersebu sangatlah keras, sehingga


penggunaannyapun harus melalui resep dokter dan harus dalam pengawasan dokter.
Obat-obatan yang dimaksud tersebut jika disalah gunakan akan berpengaruh dan
merusak psikis maupun fisik dari si pemakai dan mengakibatkan ketergantungan, jadi
hindari penyalahgunaan obat-obatan jenis hipnotik sedatif karena termasuk obat-
obatan narkotik atau psikotropik.

14
Daftar Pustaka

Harvey, Richard A., Pamela C. Champe. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar.


Jakarta: EGC.

Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC.

Syarif, Amir, Ari Estuningtyas, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.

Windy.2011. MAKALAH FARMAKOLOGI sedatif hipnotik dan psikotropi

file:///I:/windy%20%20MAKALAH%20FARMAKOLOGI%20sedatif
%20hipnotik%20dan%20psikotropi.htm (diakses tanggal 8 maret 2015)

http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-narkotika-dan-golongan-jenis-bahan-
narkotik-pengetahuan-narkotika-dan-psikotropika-dasar

http://docs.google.com/viewer?
a=v&q=cache:z8ZSNfnTsJkJ:te.effendi.googlepages.com/NarkobaVIdanVII.pdf
+definisi+psikotropika&hl=id&gl=id&sig=AHIEtbRTTn_camjlGi2kCW0rmlrW
xBlUeA

http://dunia-tanpanarkoba.blogspot.com/2009/08/sejarah-narkoba.html

15

Anda mungkin juga menyukai