hipertensi arteri, adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri meningkat.
Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk
mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah melibatkan dua pengukuran,
sistolik dan diastolik, tergantung apakah otot jantung berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di
antara denyut (diastole). Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran
sistolik (bacaan atas) 100140 mmHg dan diastolik (bacaan bawah) 6090 mmHg. Tekanan
darah tinggi terjadi bila terus-menerus berada pada 140/90 mmHg atau lebih.
Hipertensi terbagi menjadi hipertensi primer (esensial) atau hipertensi sekunder. Sekitar 90
95% kasus tergolong "hipertensi primer", yang berarti tekanan darah tinggi tanpa penyebab
medis yang jelas.[1] Kondisi lain yang mempengaruhi ginjal, arteri, jantung, atau sistem
endokrin menyebabkan 5-10% kasus lainnya (hipertensi sekunder).
Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk stroke, infark miokard (serangan jantung), gagal
jantung, aneurisma arteri (misalnya aneurisma aorta), penyakit arteri perifer, dan penyebab
penyakit ginjal kronik. Bahkan peningkatan sedang tekanan darah arteri terkait dengan
harapan hidup yang lebih pendek. Perubahan pola makan dan gaya hidup dapat memperbaiki
kontrol tekanan darah dan mengurangi resiko terkait komplikasi kesehatan. Meskipun
demikian, obat seringkali diperlukan pada sebagian orang bila perubahan gaya hidup saja
terbukti tidak efektif atau tidak cukup.
Dewasa
Pada orang berusia 18 tahun ke atas, hipertensi didefinisikan sebagai pengukuran tekanan
darah sistolik dan/atau diastolik yang terus-menerus melebihi nilai normal yang dapat
diterima (saat ini sistolik 139 mmHg, diastolik 89 mmHg: lihat tabel Klasifikasi (JNC7)).
Bila pengukuran diperoleh dari pemantauan ambulatori 24 jam atau pemantauan di rumah,
digunakan batasan yang lebih rendah (sistolik 135 mmHg atau diastolik 85 mmHg).[3]
Beberapa pedoman internasional terbaru tentang hipertensi juga telah membuat kategori di
bawah kisaran hipertensi untuk menunjukkan risiko yang berkelanjutan pada tekanan darah
yang lebih tinggi dari kisaran normal. JNC7 (2003)[2] menggunakan istilah pra-hipertensi
untuk tekanan darah dalam kisaran sistolik 120139 mmHg dan/atau diastolik 8089 mmHg,
sedangkan Pedoman ESH-ESC (2007)[4] dan BHS IV (2004)[5] menggunakan kategori
optimal, normal, dan normal tinggi untuk membagi tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan
diastolik di bawah 90 mmHg. Hipertensi juga digolongkan lagi sebagai berikut: JNC7
membedakan hipertensi derajat I, hipertensi derajat II, dan hipertensi sistolik terisolasi.
Hipertensi sistolik terisolasi mengacu pada peningkatan tekanan sistolik dengan tekanan
diastolik normal dan umumnya terjadi pada kelompok usia lanjut.[2] Pedoman ESH-ESC
(2007)[4] dan BHS IV (2004),[5] mendefinisikan hipertensi derajat ketiga (derajat III) untuk
orang dengan tekanan darah sistolik di atas 179 mmHg atau tekanan diastolik di atas
109 mmHg. Hipertensi tergolong resisten bila [[Obat farmasi|obat-obatan] tidak
mengurangi tekanan darah menjadi normal.[2]
Hipertensi cukup umum terjadi pada anak dan remaja (29% bergantung pada usia, jenis
kelamin, dan etnisitas)[7] dan dikaitkan dengan risiko jangka panjang mengalami kesehatan
yang buruk.[8] Rekomendasi saat ini adalah agar anak di atas usia tiga tahun diperiksa tekanan
darahnya kapanpun mereka melakukan kunjungan atau pemeriksaan rutin. Tekanan darah
tinggi baru dipastikan setelah kunjungan berulang sebelum menyatakan seorang anak
mengalami hipertensi.[8] Tekanan darah meningkat seiring usia pada masa kanak-kanak, dan
pada anak, hipertensi didefinisikan sebagai rerata tekanan darah sistolik dan diastolik yang
pada tiga atau lebih waktu yang berbeda, sama dengan atau lebih tinggi dari persentil ke-95
yang sesuai untuk jenis kelamin, usia, dan tinggi badan anak. Pra-hipertensi pada anak
didefinisikan sebagai rerata tekanan darah sistolik dan diastolik yang lebih besar atau sama
dengan persentil ke-90, tapi lebih kecil dari persentil ke-95.[8] Pada remaja, diusulkan bahwa
hipertensi dan pra-hipertensi didiagnosis dan digolongkan dengan menggunakan kriteria
dewasa.[8]
Pada pemeriksaan fisik, hipertensi juga dicurigai ketika terdeteksi adanya retinopati
hipertensi pada pemeriksaan fundus optik di belakang mata dengan menggunakan
oftalmoskop.[10] Biasanya beratnya perubahan retinopati hipertensi dibagi atas tingkat I-IV,
walaupun jenis yang lebih ringan mungkin sulit dibedakan antara satu dan lainnya.[10] Hasil
oftalmoskopi juga dapat memberi petunjuk berapa lama seseorang telah mengalami
hipertensi.[9]
Hipertensi sekunder
Beberapa tanda dan gejala tambahan dapat menunjukkan hipertensi sekunder, yaitu hipertensi
akibat penyebab yang jelas seperti penyakit ginjal atau penyakit endokrin. Contohnya,
obesitas pada dada dan perut, intoleransi glukosa, wajah bulat seperti bulan (moon facies),
"punuk kerbau" (buffalo hump), dan striae ungu menandakan Sindrom Cushing.[11] Penyakit
tiroid dan akromegali juga dapat menyebabkan hipertensi dan mempunyai gejala dan tanda
yang khas.[11] Bising perut mungkin mengindikasikan stenosis arteri renalis (penyempitan
arteri yang mengedarkan darah ke ginjal). Berkurangnya tekanan darah di kaki atau
lambatnya atau hilangnya denyut arteri femoralis mungkin menandakan koarktasio aorta
(penyempitan aorta sesaat setelah meninggalkan jantung). Hipertensi yang sangat bervariasi
dengan sakit kepala, palpitasi, pucat, dan berkeringat harus segera menimbulkan kecurigaan
ke arah feokromositoma.[11]
Krisis hipertensi
Peningkatan tekanan darah yang sangat tinggi (sistolik lebih atau sama dengan 180 atau
diastolik lebih atau sama dengan 110, kadang disebut hipertensi maligna atau akselerasi)
sering disebut sebagai "krisis hipertensi." Tekanan darah di atas tingkat ini memiliki risiko
yang tinggi untuk terjadinya komplikasi. Orang dengan tekanan darah pada kisaran ini
mungkin tidak memiliki gejala, tetapi lebih cenderung melaporkan sakit kepala (22% dari
kasus)[12] dan pusing dibandingkan dengan populasi umum.[9] Gejala lain krisis hipertensi
mencakup berkurangnya penglihatan atau sesak napas karena gagal jantung atau rasa lesu
karena gagal ginjal.[11] Kebanyakan orang dengan krisis hipertensi diketahui memiliki tekanan
darah tinggi, tetapi pemicu tambahan mungkin menyebabkan peningkatan secara tiba-tiba.[13]
Kehamilan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi pada sekitar 8-10% kehamilan.[11] Kebanyakan
wanita hamil yang mengalami hipertensi memiliki kondisi hipertensi primer yang sudah ada
sebelumnya. Tekanan darah tinggi dalam kehamilan dapat merupakan tanda awal dari pre-
eklampsia, suatu kondisi serius yang muncul setelah melewati pertengahan masa kehamilan,
dan dalam beberapa minggu setelah melahirkan.[11] Diagnosa preeklampsia termasuk
peningkatan tekanan darah dan adanya protein di dalam urin.[11] Preeklampsia muncul pada
sekitar 5% kehamilan dan bertanggung jawab atas sekitar 16% dari semua kematian ibu
secara global.[11] Preeklampsia juga menyebabkan risiko kematian bayi meningkat hingga dua
kali lipat.[11] Biasanya preeklampsia tidak menunjukkan gejala dan keadaan ini terdeteksi pada
pemeriksaan rutin. Bila terjadi preeklampsia, gejala yang paling umum adalah sakit kepala,
gangguan penglihatan (sering dalam bentuk kilatan cahaya), muntah, nyeri epigastrium,
dan edema (bengkak). Terkadang preeklampsia bisa berkembang menjadi kondisi yang
mengancam nyawa yang disebut eklampsia. Eklampsia adalah suatu hipertensi emergensi dan
menyebabkan beberapa komplikasi berat, seperti hilangnya penglihatan, pembengkakan otak,
kejang tonik-klonik atau konvulsi, gagal ginjal, edema paru, dan koagulasi intravaskular
diseminata (gangguan pembekuan darah).[11][14]
Gagal tumbuh, kejang, iritabilitas, kurang energi, dan kesulitan bernafas[15] bisa dikaitkan
dengan hipertensi pada bayi baru lahir dan bayi usia muda. Pada bayi yang lebih besar dan
anak, hipertensi bisa menyebabkan sakit kepala, iritabilitas tanpa penyebab yang jelas, lesu,
gagal tumbuh, pandangan kabur, mimisan, dan kelumpuhan wajah.[6][15]
Komplikasi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Complications of hypertension
Hipertensi adalah faktor risiko yang bisa dicegah yang terpenting bagi kematian prematur di
seluruh dunia.[16] Hipertensi meningkatkan risiko penyakit jantung iskemik[17] strokes,[11]
penyakit periferal vaskular,[18] dan penyakit kardiovaskular lain, termasuk gagal jantung,
aneurisma aorta, aterosklerosis difus, dan emboli paru.[11] Hipertensi juga merupakan faktor
risiko terjadinya gangguan kognitif, demensia, dan penyakit ginjal kronik.[11] Komplikasi lain
di antaranya:
Retinopati Hipertensi
Nefropati hipertensi[19]
Penyebab
Hipertensi primer
Hipertensi primer (esensial) adalah jenis hipertensi yang paling umum, meliputi sebanyak
9095% dari seluruh kasus hipertensi.[1] Dalam hampir semua masyarakat kontemporer,
tekanan darah meningkat seiring penuaan dan risiko untuk menjadi hipertensi di kemudian
hari cukup tinggi.[20] Hipertensi diakibatkan oleh interaksi gen yang kompleks dan faktor
lingkungan. Berbagai gen yang sering ditemukan sedikit berpengaruh pada tekanan darah,
sudah diidentifikasi [21], demikian juga beberapa gen yang jarang yang berpengaruh besar
pada tekanan darah [22] tetapi dasar genetik dari hipertensi masih belum sepenuhnya
dimengerti. Beberapa faktor lingkungan mempengaruhi tekanan darah. Faktor gaya hidup
yang menurunkan tekanan darah di antaranya mengurangi asupan garam dalam makanan,[23]
meningkatkan konsumsi buah-buahan dan produk rendah lemak (Pendekatan Diet untuk
Menghentikan Hipertensi (diet DASH)). Olah Raga,[24] penurunan berat badan[25] dan
menurunkan asupan alkohol juga membantu menurunkan tekanan darah.[26] Kemungkinan
peranan faktor lain seperti stres, [24] konsumsi kafein,[27] dan defisiensi Vitamin D[28] kurang
begitu jelas. Resistensi insulin, yang umum ditemukan pada obesitas dan merupakan
komponen dari sindrom X (atau sindrom metabolik), juga diduga ikut berperan dalam
mengakibatkan hipertensi.[29] Studi terbaru juga memasukkan kejadian-kejadian pada awal
kehidupan (contohnya, berat lahir rendah, ibu merokok, dan kurangnya air susu ibu) sebagai
faktor risiko bagi hipertensi esensial dewasa.[30] Namun, mekanisme yang menghubungkan
paparan ini dengan hipertensi dewasa tetap tidak jelas.[30]
Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat suatu penyebab yang diketahui. Penyakit ginjal adalah
penyebab sekunder tersering dari hipertensi.[11] Hipertensi juga bisa disebabkan oleh kondisi
endokrin, seperti sindrom Cushing, hipertiroidisme, hipotiroidisme, akromegali, sindrom
Conn atau hiperaldosteronisme, hiperparatiroidisme, dan feokromositoma.[11][31] Penyebab lain
dari hipertensi sekunder di antaranya obesitas, henti nafas saat tidur, kehamilan, koarktasio
aorta, konsumsi akar manis (licorice) yang berlebihan, serta obat resep, obat herbal, dan obat-
obat terlarang.[11][32]
Patofisiologi
Bagi kebanyakan orang dengan hipertensi esensial (primer), peningkatan resistensi terhadap
aliran darah (resistensi perifer total) bertanggung jawab atas tekanan yang tinggi itu
sementara curah jantung tetap normal.[33] Ada bukti bahwa beberapa orang muda yang
menderita prahipertensi atau hipertensi perbatasan memiliki curah jantung yang tinggi,
denyut jantung meningkat, dan resistensi perifer yang normal. Kondisi ini disebut sebagai
hipertensi perbatasan hiperkinetik .[34] Para penderita ini mengembangkan fitur yang khas dari
hipertensi esensial tetap di kemudian hari saat curah jantung menurun dan resistensi perifer
meningkat seiring bertambahnya usia.[34] Masih diperdebatkan apakah pola ini biasa dialami
oleh semua orang yang pada akhirnya mengalami hipertensi.[35] Peningkatan resistensi perifer
pada hipertensi tetap terutama disebabkan oleh penyempitan struktur arteri dan arteriol kecil.
[36]
Penurunan jumlah atau kepadatan pembuluh kapiler juga bisa ikut berperan dalam
resistensi perifer. [37] Hipertensi juga dikaitkan dengan penurunan kelenturan vena perifer,[38]
yang bisa meningkatkan venous return (volume darah yang kembali ke jantung),
meningkatkan preload jantung, dan akhirnya menyebabkan disfungsi diastolik. Masih belum
jelas apakah peningkatan konstriksi aktif pembuluh darah memegang peranan dalam
hipertensi esensial.[39]
Tekanan nadi (perbedaan antara tekanan darah sistolik dan diastolik) sering meningkat pada
orang lanjut usia dengan hipertensi. Pada keadaan ini dapat terjadi tekanan sistolik sangat
tinggi di atas normal, tetapi tekanan diastolik mungkin normal atau rendah. Kondisi ini
disebut hipertensi sistolik terisolasi.[40] Tekanan nadi yang tinggi pada orang lanjut usia
dengan hipertensi atau hipertensi sistolik terisolasi disebabkan karena peningkatan kekakuan
arteri, yang biasanya menyertai penuaan dan dapat diperberat oleh tekanan darah tinggi.[41]
Banyak mekanisme yang sudah diajukan sebagai penyebab peningkatan resistensi yang
ditemukan dalam sistem arteri pada hipertensi. Sebagian besar bukti menunjukkan
keterlibatan salah satu atau kedua penyebab beriku:
Gangguan dalam penanganan garam dan air pada ginjal, khususnya gangguan sistem
renin-angiotensin intrarenal[42]
Mekanisme tersebut tidak berdiri sendiri dan tampaknya keduanya ikut berperan sampai batas
tertentu dalam kebanyakan kasus hipertensi esensial. Juga diduga bahwa disfungsi endotel
(gangguan fungsi dinding pembuluh darah) dan peradangan vaskular juga ikut berperan
dalam meningkatkan resistensi perifer dan kerusakan pembuluh darah pada hipertensi.[44][45]
Diagnosis
Pemeriksaan yang dilakukan pada hipertensi
Sistem Pemeriksaan
Renal Urinalisis mikroskopik, proteinuria, darah BUN (ureum) dan/atau kreatinin
Endokrin Darah natrium, kalium, kalsium, TSH (thyroid-stimulating hormone).
Metabolik Glukosa darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL dan LDL, trigliserida
Lain-lain Hematokrit, elektrokardiogram, dan foto Rntgen dada
Sources: Harrison's principles of internal medicine[46] others[47][48][49][50][51]
Diagnosis hipertensi ditegakkan saat pasien menderita tekanan darah tinggi secara persisten.
Biasanya,[3] untuk menegakkan diagnosis diperlukan tiga kali pengukuran sfigmomanometer
yang berbeda dengan interval satu bulan.[52] Pemeriksaan awal pasien dengan hipertensi
mencakup anamnesis dan pemeriksaan fisik lengkap. Dengan tersedianya pemantauan
tekanan darah ambulatori 24 jam dan alat pengukur tekanan darah di rumah, demi
menghindari kekeliruan diagnosis pada pasien dengan hipertensi white coat (jenis hipertensi
yang disebabkan oleh stres saat bertemu dokter atau berada dalam suasana medis) telah
dihasilkan suatu perubahan protokol. Di Inggris, praktik terbaik yang dianjurkan saat ini
adalah dengan melakukan follow-up satu kali hasil pengukuran tekanan darah yang tinggi di
klinik dengan pengukuran ambulatori. Follow-up juga dapat dilakukan, walaupun kurang
ideal, dengan memonitor tekanan darah di rumah selama kurun waktu tujuh hari.[3]
Kadar kreatinin darah diukur untuk menilai adanya gangguan ginjal, yang mungkin
merupakan penyebab atau akibat dari hipertensi. Kadar kreatinin darah saja dapat
memberikan dugaan yang terlalu tinggi untuk laju filtrasi glomerulus. Panduan terkini
menganjurkan penggunaan rumus prediktif seperti formula Modification of Diet in Renal
Disease (MDRD) untuk memperkirakan laju filtrasi glomerulus (eGFR).[54] eGFR juga dapat
memberikan nilai awal/dasar fungsi ginjal yang dapat digunakan untuk memonitor efek
samping obat antihipertensi tertentu pada fungsi ginjal. Pemeriksaan protein pada sampel urin
digunakan juga sebagai indikator sekunder penyakit ginjal. Pemeriksaan Elektrokardiogram
(EKG/ECG) dilakukan untuk memeriksa tanda-tanda adanya beban yang berlebihan pada
jantung akibat tekanan darah tinggi. Pemeriksaan ini juga dapat menunjukkan adanya
penebalan dinding jantung (hipertrofi ventrikel kiri) atau tanda bahwa jantung pernah
mengalami gangguan ringan seperti serangan jantung tanpa gejala (silent heart attack).
Pemeriksaan foto Rntgen dada atau ekokardiogram juga dapat dilakukan untuk melihat
tanda pembesaran atau kerusakan pada jantung. [11]
Pencegahan
Cukup banyak orang yang mengalami hipertensi tetapi tidak menyadarinya.[55] Diperlukan
tindakan yang mencakup seluruh populasi untuk mengurangi akibat tekanan darah tinggi dan
meminimalkan kebutuhan terapi dengan obat antihipertensi. Dianjurkan perubahan gaya
hidup untuk menurunkan tekanan darah, sebelum memulai terapi obat. Pedoman British
Hypertension Society 2004 [55] mengajukan perubahan gaya hidup yang konsisten dengan
pedoman dari US National High BP Education Program tahun 2002[56]untuk pencegahan
utama bagi hipertensi sebagai berikut:
Menjaga berat badan normal (misalnya, indeks massa tubuh 2025 kg/m2).
Mengurangi asupan diet yang mengandung natrium sampai <100 mmol/ hari (<6 g
natrium klorida atau <2,4 g natrium per hari).
Melakukan aktivitas fisik aerobik secara teratur, misalnya jalan cepat (30 menit per
hari, pada hampir setiap hari dalam seminggu).
Batasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 3 unit/hari pada laki-laki dan tidak lebih dari
2 unit/hari pada perempuan.
Mengonsumsi makanan yang kaya buah dan sayuran (misalnya, sedikitnya lima porsi
per hari).
Perubahan gaya hidup yang efektif dapat menurunkan tekanan darah setara dengan masing-
masing obat antihipertensi. Kombinasi dari dua atau lebih perubahan gaya hidup dapat
memberikan hasil lebih baik.[55]
Penatalaksanaan hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dibedakan menjadi dua. Pada hipertensi ringan tanpa faktor resiko
atau kerusakan organ, penatalaksanaannya adalah dengan perubahan gaya hidup dan
memantau pasien selama 6-12 bulan. Pada hipertensi berat yang disertai dengan faktor resiko
dan kerusakan organ, penatalaksanaannya menggunakan terapi farmakologi (obat). [57]
Penanganan tipe pertama untuk hipertensi identik dengan menganjurkan perubahan gaya
hidup yang bersifat pencegahan[58] dan meliputi perubahan diet[59], olah raga, dan penurunan
berat badan. Semua perubahan ini telah terbukti menurunkan tekanan darah secara bermakna
pada orang dengan hipertensi.[60] Jika hipertensi cukup tinggi dan memerlukan pemberian
obat segera, perubahan gaya hidup tetap disarankan. Berbagai program diiklankan dapat
mengurangi hipertensi dan dirancang untuk mengurangi tekanan psikologis misalnya
biofeedback, relaksasi, atau meditasi. Namun, secara umum belum ada penelitian yang secara
ilmiah mendukung efektivitas program ini, karena penelitian yang ada masih berkualitas
rendah.[61][62][63]
Perubahan asupan diet seperti diet rendah natrium sangat bermanfaat. Diet rendah natrium
jangka panjang (lebih dari 4 minggu) pada Kaukasia efektif menurunkan tekanan darah, baik
pada penderita hipertensi maupun pada orang dengan tekanan darah normal.[64] Selain itu, diet
DASH, suatu diet kaya kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, unggas, buah, dan sayuran, yang
dipromosikan oleh National Heart, Lung, and Blood Institute, menurunkan tekanan darah.
Keistimewaan utama dari program ini adalah membatasi asupan natrium, namun demikian
diet ini kaya [kalium]], magnesium, kalsium, dan protein.[65]
Pengobatan
Saat ini tersedia beberapa golongan obat yang secara keseluruhan disebut obat antihipertensi,
untuk pengobatan hipertensi. Risiko kardiovaskuler (termasuk risiko infark miokard dan
stroke) dan hasil pemeriksaan tekanan darah menjadi pertimbangan ketika meresepkan obat.
[66]
Jika pengobatan dimulai, Seventh Joint National Committee on High Blood Pressure
(JNC-7) dari National Heart, Lung, and Blood Institute [54] menyarankan agar dokter
memonitor respons pasien terhadap pengobatan serta menilai apakah terjadi efek samping
akibat obat yang digunakan. Penurunan tekanan darah sebesar 5 mmHg dapat mengurangi
risiko stroke sebesar 34% dan risiko penyakit jantung iskemik hingga 21%. Penurunan
tekanan darah juga dapat mengurangi kemungkinan demensia, gagal jantung, dan mortalitas
yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler.[67] Pengobatan harus ditujukan untuk
mengurangi tekanan darah hingga kurang dari 140/90 mmHg untuk sebagian besar orang, dan
lebih rendah lagi untuk mereka yang memiliki diabetes atau penyakit ginjal. Sejumlah
praktisi medis menyarankan agar tekanan darah dijaga pada level di bawah 120/80 mmHg.[66]
[68]
Jika tekanan darah yang diharapkan tidak tercapai, maka diperlukan pengobatan lebih
lanjut.[69]
Pedoman mengenai pilihan obat dan cara terbaik untuk menentukan pengobatan untuk
berbagai sub-kelompok pun berubah seiring berjalannya waktu dan berbeda-beda di berbagai
negara. Para ahli berbeda pendapat mengenai pengobatan terbaik untuk hipertensi.[70]
Pedoman Kolaborasi Cochrane, World Health Organization, dan Amerika Serikat mendukung
diuretik golongan tiazid dosis rendah sebagai terapi pilihan untuk lini pertama.[71][70] Pedoman
di Inggris menekankan penghambat kanal kalsium (calcium channel blocker/CCB) untuk
orang yang berusia di atas 55 tahun atau yang berdarah Afrika atau Karibia. Pedoman ini
menyarankan penghambat enzim konversi angiotensin (angiotensin-converting enzyme
inhibitor/ACEI) yang merupakan obat pilihan yang dianjurkan untuk pengobatan lini pertama
pasien berusia muda.[72] Di Jepang, pengobatan dianggap wajar apabila dimulai dengan satu
dari 6 golongan obat termasuk: CCB, ACEI/ARB, diuretik tiazid, penghambat reseptor beta,
dan penghambat reseptor alfa. Di Kanada semua obat ini, kecuali penghambat reseptor alfa,
dianjurkan sebagai lini pertama yang dapat digunakan.[70]
Kombinasi obat
Banyak orang memerlukan lebih dari satu obat untuk mengendalikan hipertensi mereka.
Pedoman JNC7[54] dan ESH-ESC [4] menyarankan untuk memulai pengobatan dengan dua
macam obat apabila tekanan darah lebih dari 20 mmHg di atas target tekanan darah sistolik
atau lebih dari 10 mmHg di atas target diastolik. Kombinasi yang lebih dipilih adalah
penghambat sistem reninangiotensin dengan antagonis kalsium, atau penghambat sistem
reninangiotensin dengan diuretik.[73] Kombinasi yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut:
Pengobatan hipertensi pada hipertensi sedang hingga berat menurunkan tingkat kematian dan
efek samping kardiovaskuler pada pasien usia 60 tahun ke atas.[75] Pada pasien yang berusia
lebih dari 80 tahun pengobatan tampaknya tidak mengurangi tingkat kematian secara
bermakna namun mengurangi risiko penyakit jantung.[75] Target tekanan darah yang
direkomendasikan adalah kurang dari 140/90 mm Hg dengan diuretik tiazid sebagai obat
pilihan di Amerika Serikat.[76] Pada versi revisi pedoman Inggris, penghambat kanal kalsium
merupakan obat pilihan dengan target hasil pemeriksaan secara klinis kurang dari
150/90 mmHg, atau kurang dari 145/85 mmHg pada pemantauan dengan tekanan darah
ambulatori atau di rumah.[72]
Hipertensi resisten
Hipertensi resisten adalah hipertensi yang terus berada di atas target tekanan darah, meskipun
telah digunakan tiga obat antihipertensi sekaligus dari golongan obat antihipertensi yang
berbeda. Pedoman pengobatan hipertensi resisten telah dipublikasikan di Inggris [77] and the
US.[78]
Pada 1995 diperkirakan 43 juta orang di Amerika Serikat mengalami hipertensi atau
menjalani terapi antihipertensi. Angka ini mewakili hampir 24% dari populasi dewasa di AS.
[81]
Jumlah hipertensi di Amerika Serikat meningkat dan mencapai 29% pada 2004.[82][83] Per
tahun 2006 hipertensi menyerang 76 juta orang dewasa di Amerika Serikat (34% dari
populasi) dan kasus terbanyak terjadi pada orang dewasa ras Afrika-Amerika yakni sebesar
44%.[84] Penyakit ini lebih banyak dialami oleh penduduk asli Amerika dan lebih sedikit
dialami oleh kelompok kulit putih dan ras Meksiko-Amerika. Jumlah ini meningkat seiring
bertambahnya usia, dan lebih banyak ditemukan pada Amerika Serikat bagian tenggara.
Hipertensi lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada perempuan (meskipun selisih
tersebut cenderung menurun pada perempuan menopause) dan pada kelompok dengan status
sosioekonomi rendah.[1]
Anak
Jumlah tekanan darah tinggi pada anak semakin meningkat.[85] Sebagian besar hipertensi pada
anak, terutama pada usia pra-remaja, merupakan hipertensi sekunder akibat penyakit yang
mendasarinya. Selain obesitas, penyakit ginjal menjadi penyebab hipertensi yang tersering
(6070%) pada anak. Remaja biasanya mengalami hipertensi primer atau esensial (tidak
diketahui penyebabnya), yakni mencapai 8595% dari seluruh kasus.[86]
Sejarah
Gambar pembuluh vena dari Exercitatio anatomica de motu cordis et sanguinis in animalibus
karya Harvey (Suatu Praktik Anatomi mengenai Pergerakan Jantung dan Darah pada
Makhluk Hidup)
Pemikiran modern tentang sistem kardiovaskuler dimulai dengan karya dokter William
Harvey (15781657). Harvey menjelaskan tentang sirkulasi darah di dalam bukunya yang
berjudul De otu ordis ("Pergerakan Jantung dan Darah"). Seorang pendeta Inggris Stephen
Hales membuat publikasi pertama mengenai pengukuran tekanan darah pada tahun 1733.[87]
[88]
Deskripsi hipertensi sebagai suatu penyakit datang dari, di antaranya, Thomas Young pada
tahun 1808 dan Richard Bright pada tahun 1836.[87] Laporan pertama tentang tekanan darah
yang meningkat pada seseorang tanpa bukti adanya penyakit ginjal dibuat oleh Frederick
Akbar Mahomed (18491884).[89] Namun, hipertensi sebagai sebuah entitas klinis baru
muncul pada 1896 dengan ditemukannya sfigmomanometer menggunakan manset oleh
Scipione Riva-Rocci pada 1896.[90] Dengan penemuan ini, pengukuran tekanan darah dapat
dilakukan di klinik. Pada 1905, Nikolai Korotkoff mengembangkan teknik tersebut dengan
mendeskripsikan bunyi Korotkoff yang terdengar saat arteri diauskultasi dengan stetoskop
pada saat manset sfigmomanometer dikempiskan.[88]
Menurut sejarah, pengobatan untuk apa yang disebut dengan "penyakit nadi keras (hard pulse
disease)" terdiri dari penurunan jumlah darah melalui pengeluaran darah atau penggunaan
lintah.[87] Yellow Emperor dari Cina, Cornelius Celsus, Galen, dan Hippocrates menyarankan
pengeluaran darah.[87] Pada abad ke-19 dan ke-20, sebelum adanya terapi farmakologi yang
efektif untuk hipertensi, digunakan tiga modalitas pengobatan, semuanya dengan berbagai
efek samping. Modalitas ini mencakup pembatasan ketat konsumsi natrium (contohnya, diet
nasi[87]), simpatektomi (ablasi bedah pada bagian sistem saraf simpatis), dan terapi pirogen
(penyuntikan zat yang menyebabkan demam, secara tidak langsung menurunkan tekanan
darah).[87][91] Zat kimia pertama untuk hipertensi, natrium tiosianat, digunakan pada 1900
namun memiliki banyak efek samping dan kurang disukai.[87] Beberapa jenis obat lainnya
dikembangkan setelah Perang Dunia Kedua. Yang paling disukai dan cukup efektif adalah
tetrametilamonium klorida dan turunannya heksametonium, hidralazin, dan reserpin (turunan
dari tumbuhan obat Rauwolfia serpentina). Terobosan besar dicapai dengan penemuan obat
oral pertama yang dapat ditoleransi dengan baik. Yang pertama klorotiazid, diuretik tiazid
pertama, yang dikembangkan dari antibiotik sulfanilamid dan mulai tersedia pada 1958.[87][92]
Obat ini meningkatkan ekskresi garam dan mencegah akumulasi cairan. Uji klinik acak
terkontrol yang disponsori oleh Veterans Administration membandingkan hidroklorotiazid
plus reserpin plus hidralazin versus plasebo. Penelitian ini dihentikan lebih awal karena pada
kelompok tekanan darah tinggi yang tidak mendapatkan pengobatan terjadi lebih banyak
komplikasi dibandingkan pasien yang diobati, dan dirasakan tidak etis untuk tidak
memberikan pengobatan kepada mereka. Penelitian tersebut dilanjutkan pada kelompok
pasien dengan tekanan darah yang lebih rendah dan menunjukkan bahwa bahkan pada pasien
dengan hipertensi ringan, pengobatan dapat mengurangi hampir lebih dari setengah risiko
kematian akibat penyakit kardiovaskuler.[93] Pada 1975, Lasker Special Public Health Award
diberikan kepada tim yang telah mengembangkan klorotiazid.[91] Hasil penelitian ini
mendorong kampanye kesehatan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap
hipertensi dan mempromosikan pengukuran dan pengobatan tekanan darah tinggi.
Pengukuran ini tampaknya telah memegang sebagian peranan dalam penurunan angka stroke
dan penyakit jantung iskemik sebesar 50% antara 1972 dan 1994.[91]
World Health Organization telah mengidentifikasi hipertensi, atau tekanan darah tinggi,
sebagai penyebab utama mortalitas kardiovaskuler. World Hypertension League (WHL),
sebuah organisasi yang menaungi 85 organisasi masyarakat dan liga hipertensi nasional,
menyatakan bahwa lebih dari 50% orang yang terkena hipertensi di seluruh dunia tidak
menyadari kondisi mereka.[94] Untuk mengatasi masalah ini, WHL merintis suatu kampanye
hipertensi di seluruh dunia pada 2005 dan menetapkan tanggal 17 Mei sebagai Hari
Hipertensi Dunia (WHD). Selama tiga tahun terakhir, semakin banyak organisasi masyarakat
dari berbagai negara yang terlibat dalam WHD dan mulai melakukan kegiatan inovatif untuk
menyampaikan pesan mereka kepada masyarakat. Pada 2007, tercatat ada 47 negara anggota
WHL yang berpartisipasi. Selama pekan WHD, semua negara ini bermitra dengan pemerintah
setempat, organisasi profesi, organisasi non-pemerintah, dan industri swasta untuk
mempromosikan kesadaran mengenai hipertensi tersebut melalui beberapa media dan
kampanye masyarakat. Dengan menggunakan media massa seperti Internet dan televisi,
pesan tersebut menjangkau lebih dari 250 juta orang. Dengan semakin meningkatnya
momentum ini dari tahun ke tahun, WHL yakin bahwa hampir semua dari sekitar 1,5 milyar
orang yang terkena tekanan darah tinggi dapat dijangkau.[95]
Segi ekonomi
Tekanan darah tinggi adalah masalah medis kronis tersering yang membawa orang berobat ke
tempat pelayanan kesehatan primer di Amerika Serikat. American Heart Association
memperkirakan biaya kesehatan langsung dan tidak langsung dari tekanan darah tinggi
sebesar $76,6 milyar pada 2010.[84] Di Amerika Serikat, 80% orang yang mengalami
hipertensi menyadari kondisi mereka dan 71% mengonsumsi obat antihipertensi. Namun,
hanya 48% orang yang mengetahui bahwa mereka mengalami hipertensi, melakukan
pengendalian hipertensi secara adekuat.[84] Diagnosis, pengobatan, atau kontrol tekanan darah
tinggi yang tidak cukup dapat mengganggu tata laksana hipertensi.[96] Penyedia layanan
kesehatan menghadapi banyak kendala dalam mencapai pengendalian tekanan darah,
termasuk penolakan terhadap penggunaan beberapa obat untuk mencapai target tekanan darah
yang diharapkan. Pasien juga mengalami kesulitan mematuhi jadwal minum obat dan
mengubah gaya hidup. Meskipun demikian, target tekanan darah sangat mungkin dapat
dicapai. Menurunkan tekanan darah berarti mengurangi biaya untuk perawatan medis yang
lebih lanjut.[97][98]
Kesadaran
World Health Organization telah mengidentifikasi hipertensi, atau tekanan darah tinggi,
sebagai penyebab utama mortalitas kardiovaskuler. World Hypertension League (WHL),
sebuah organisasi yang menaungi 85 organisasi masyarakat dan liga hipertensi nasional,
menyatakan bahwa lebih dari 50% orang yang terkena hipertensi di seluruh dunia tidak
menyadari kondisi mereka.[94] Untuk mengatasi masalah ini, WHL merintis suatu kampanye
hipertensi di seluruh dunia pada 2005 dan menetapkan tanggal 17 Mei sebagai Hari
Hipertensi Dunia (WHD). Selama tiga tahun terakhir, semakin banyak organisasi masyarakat
dari berbagai negara yang terlibat dalam WHD dan mulai melakukan kegiatan inovatif untuk
menyampaikan pesan mereka kepada masyarakat. Pada 2007, tercatat ada 47 negara anggota
WHL yang berpartisipasi. Selama pekan WHD, semua negara ini bermitra dengan pemerintah
setempat, organisasi profesi, organisasi non-pemerintah, dan industri swasta untuk
mempromosikan kesadaran mengenai hipertensi tersebut melalui beberapa media dan
kampanye masyarakat. Dengan menggunakan media massa seperti Internet dan televisi,
pesan tersebut menjangkau lebih dari 250 juta orang. Dengan semakin meningkatnya
momentum ini dari tahun ke tahun, WHL yakin bahwa hampir semua dari sekitar 1,5 milyar
orang yang terkena tekanan darah tinggi dapat dijangkau.[9
HIPERTENSI
Diagnosa dari penyakit hipertensi ini biasanya disebabkan karena berdasarkan data-data
anamnesis atau berupa riwayat keluarga, faktor resiko dan juga gejala klinis yang dialami
oleh penderita, pemeriksaan jasmani, dan terutama pemeriksaan tekanan darah, dan juga
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang seperti foto dada dan rekam jantung.
Gejala penyakit hipertensi darah tinggi untuk menguatkan diagnosis hipertensi salah
satunya adalah adanya riwayat penyakit hipertensi pada kedua orang tua, karena hal
ini bisa memperbesar dugaan kearah hipertensi primer. Usia penderita juga menjadi salah
satu penyebab dari masalah penyakit hipertensi.
Biasanya gejala penyakit hipertensi darah tinggi ditandai dengan meningkatnya tekanan
darah yang seringkali merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi esensial. Dan gejala-
gejala misalnya seperti sakit kepala, mimisan, dan juga pusing, atau juga migren yang sering
ditemukan sebagai salah satu gejala penyakit hipertensi darah tinggi. Kadang-kadang
penyakit hipertensi esensial ini berjalan tanpa adanya suatu gejala dan juga baru timbul suatu
gejala setelah terjadinya komplikasi yang terjadi pada organ sasaran misalnya adalah pada
ginjal, otak, dan jantung.
Gejala penyakit hipertensi darah tinggi bisa menimbulkan masalah komplikasi dan bisa
disertai dengan penyakit yang lainnya. Biasanya penyakit ini muncul dengan bersamaan
yang justru bisa memperburuk kerusakan suatu organ. Komplikasi yang terjadi salah satunya
adalah penyakit jantung koroner.
Komplikasi hipertensi dengan penyakit jantung koroner ini sebagai akibat dari terjadinya
pengapuran yang terjadi pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan yang terjadi
pada lubang pembuluh darah jantung ini biasanya menyebabkan masalah berkurangnya suatu
aliran darah pada beberapa bagian dari otot jantung. Hal ini bisa menyebabkan rasa nyeri
yang sakit di dada dan bisa berakibat gangguan pada masalah otot jantung. Bahkan, bisa juga
menyebabkan timbulnya masalah serangan jantung.
Komplikasi lainnya adalah masalah gagal jantung, tekanan darah tinggi yang kemudian
memaksa otot jantung untuk tetap bekerja lebih berat dalam memompa darah. Kondisi ini
bisa menyebabkan masalah otot jantung yang kemudian menebal dan meregang sehingga
daya pompa otot kemudian mengalami penurunan, dan bisa menyebabkan kegagalan pada
kerja jantung secara umum.
Posted in Gejala Hipertensi | Tagged ciri ciri hipertensi, gejala hipertensi, gejala hipertensia,
hipertensi, hipertensi adalah, makalah hipertensi, penyakit hipertensi, penyebab hipertensi,
tanda dan gejala hipertensi, tanda tanda hipertensi | Leave a comment
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sakit kepala,
kelelahan, mual, muntah, sesak napas, gelisah dan pandangan menjadi kabur karena
kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Gejala penyakit hipertensi bervariasi pada
masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-
gejalanya itu adalah :
Sakit kepala
Jantung berdebar-debar
Mudah lelah.
Penglihatan kabur
Wajah memerah
Hidung berdarah
Cara terbaik memastikan gejala penyakit hipertensi adalah dengan melakukan pengukuran
tekanan darah. Tekanan darah adalah kekuatan darah mengalir di dinding pembuluh darah
yang keluar dari jantung (pembuluh arteri) dan yang akan kembali ke jantung (pembuluh
balik). Karena itu, dokter akan memeriksa tekanan darah dari dua bacaan.
Bacaan yang pertama, berupa angka yang lebih tinggi, adalah tekanan sistolik, tekanan yang
terjadi bila otot jantung berdenyut memompa untuk mendorong darah keluar melalui arteri.
Angka itu menunjukkan seberapa kuat jantung memompa untuk mendorong darah melalui
pembluh darah. Sedangkan bacaan yang kedua, berupa angka yang lebih rendah atau
diastolik, saat otot jantung berisitirahat membiarkan darah kembali masuk ke jantung. Angka
itu menunjukkan berapa besar hambatan dari pembuluh darah terhadap aliran darah balik ke
jantung.
Posted in Gejala Hipertensi | Tagged ciri ciri hipertensi, gejala hipertensi, gejala hipertensia,
hipertensi, hipertensi adalah, makalah hipertensi, penyakit hipertensi, penyebab hipertensi,
tanda dan gejala hipertensi, tanda tanda hipertensi | Leave a comment
Tekanan darah tinggi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab. Tekanan darah tinggi
terjadi apabila tekanan darah menunjukkan angka 140/90 namun angka tersebut bukan
menjadi salah satu ukuran bagi seseorang yang mempunyai tekanan darah tinggi, pada
beberapa orang tekanan darah tinggi ada yang disebut dengan pra hipertensi yang
menunjukkan angka tekanan darah mencapai 120/80 dan 139/89. Tekanan darah tinggi
membawa faktor resiko terhadap suatu serangan penyakit dan penyebab dari kerusakan organ
tubuh tertentu, seperti diabetes dan penyakit ginjal serta penyakit lainnya, namun yang paling
berbahaya adalah membawa penyakit pada serangan jantung yang mungkin dapat terjadi
secara tiba-tiba.
Ciri-ciri darah tinggi atau hipertensi biasanya ditandai dengan adanya peningkatan resistensi
terhadap aliran darah ke seluruh tubuh. Menurut American Heart Association atau AHA,
penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka
hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95 kasus tidak diketahui penyebabnya.
Walaupun telah menunjukkan gejala dan tanda-tanda darah tinggi yang dapat dilihat oleh
adanya perubahan dari berbagai kardiovaskular yang dapat mempengaruhi kesehatan
seseorang dan menyebabkan kondisi kesehatan yang serius.
Resistensi insulin adalah salah satu ciri dari tekanan darah tinggi. Pada sebuah studi di tahun
2004 yang dilakukan oleh Muhammad F. Saad dari sebuah terbitan dalam Jurnal Hipertensi,
resistensi insulin atau tingkat insulin yang tidak normal terjadi peningkatan di dalam darah
yang kemudian dikaitkan oleh hipertensi, yang sebenarnya resistensi insulin ini terjadi pada
penyakit diabetes.
Para ahli mencatat bahwa resistensi insulin atau insulinemia ini memiliki kaitan yang erat
dengan ciri-ciri tekanan darah tinggi atau darah ada mereka yang memiliki penyakit diabetes
mellitus tipe 2. Hal ini dilatar bekalangi oleh glukosa yang diubah dan mengalami
peningkatan pada plasma insulin yang menghasilkan efek negatif pada dinding pembuluh
darah.
Ventrikel kiri yakni ruang jantung yang bertanggung jawab untuk memompa darah ke
jaringan tubuh yang membesar merupakan ciri-ciri darah tinggi (hipertensi). Tekanan darah
yang meningkat memaksa kerja jantung lebih keras dan cepat dari biasanya untuk memompa
darah keseluruh tubuh. Selain itu terjadi dorongan darah melalui pembuluh darah yang
menyempit atau terjadi hambatan yang signifikan yang menyebabkan ventrikel kiri jantung
untuk memperbesar atau kaku, kondisi ini disebut hipertrofi ventrikel kiri. Jika ciri ciri darah
tinggi berupa hipertrofi ventrikel kiri terjadi, maka membatasi kemampuan ventrikel
memompa darah yang dapat menyebabkan serangan jantung, gagal jantung dan kematian
jantung mendadak.
Terjadinya penurunan fungsi arteri atau perubahan dalam struktur pembuluh darah
merupakan ciri-ciri darah tinggi. Hal inilah yang membuat tekanan darah tinggi ini sulit
terdeteksi. Untuk mengetahui tekanan darah tinggi dibutuhkan pemeriksaan oleh tenaga
medis. Ciri-ciri tekanan darah tinggi yang sulit terdeteksi ini disebut dengan arteriosklerosis.
Posted in Gejala Hipertensi, Hipertensi | Tagged ciri ciri hipertensi, gejala hipertensi, tanda
dan gejala hipertensi, tanda tanda hipertensi | Leave a comment
Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi
Posted by Gejala Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau banyak orang menyebutnya sebagai hipertensi merupakan suatu
keadaan tubuh dari tekanan darah yang meningkat akibat dari adanya peningkatan tekanan
darah secara kornis (dalam jangka waktu yang cukup lama). Hipertensi juga dapat diartikan
sebagai suatu keadaan tekanan darah dimana sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya
diatas 90 mmHg. Tekanan darah yang selalu meningkat atau tinggi menjadi salah satu dari
timbulnya faktor risiko pada suatu penyakit seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung
dan aneurisma arterial dan merupakan penyebab utama dari gagal jantung kronis.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), penyakit tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan
diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg.
Adapun klasifikasi dari tekanan darah tinggi pada orang dewasa adalah :
Hipertensi ringan atau sedang umumnya tiddak menimbulkan gejala yang terlihat. Gejala
hipertensi akan timbul dan terlihat apabila tekanan darah tinggi dirasakan semakin berat atau
pada suatu keadaan yang krisis dari tekanan darah itu sendiri.
Gejala hipertensi yang semakin berat dan kian lama dirasakan akan menampakkan
gejala seperti :
- Sakit kepala
- Sering merasa pusing yang terkadang dirasakn sangat berat
- Nyeri perut
- Muntah
- Anoreksia
- Gelisah
- Berat badan turun
- Keluar keringan secara berlebihan
- Epistaksis
- Palpitasi
- Poliuri
- Proteinuri
- Hematuri
- Retardasi atau pertumbuhan
Pada gejala hipertensi yang semakin kronis akan muncul gejala, seperti :
- Ensefalopati hipertensif
- Hemiplegi
- Gangguan penglihatna dan pendengaran
- Pareses dan facialis
- Penurunan kesadaran
Gejala pada tekanan darah tinggi yang memasuki stadium kronis atau akut dan menimbulkan
gejala seperti diatas, membuat beberapa penderita hipertensi ini sampai dalam keadaan koma.
Apabila dilakukan pemeriksaan secara fisik, umumnya tidak ditemui kelainan apapun selain
tekanan darah semakin tinggi, namun dapat pula ditemukan perubahan pada retina mata,
seperti terjadi perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan
pada keadaan yang sangat kronis mengakibatkan edema pupil mata.
Posted in Gejala Hipertensi, Hipertensi | Tagged ciri ciri hipertensi, gejala hipertensi, tanda
dan gejala hipertensi, tanda tanda hipertensi | Leave a comment
Menurut dokter, gejala hipertensi biasanya tidak dirasakan, sehingga penyakit ini disebut
silence diaseas. Banyak orang yang menganggap tekanan darah tinggi itu pasti menyebabkan
pusing. Karena kekeliruan itu, tidak semua pasien berobat, karena memang tidak mengeluh
pusing. Bagi orang sehat paling tiap tahun sekali memeriksa tekanan darah, sedang yang sakit
setiap bulan sekali.
Hipertensi sulit disadari karena tidak memiliki gejala khusus. Namun demikian, ada beberapa
hal yang setidaknya dapat dijadikan indikator, sebab berkaitan langsung dengan kondisi fisik.
Misalnya, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah
marah, telinga berdenggung, susah tidur, sesak napas, mudah lelah, mata berkunang-kunang,
dan mimisan.
Gejala lainnya yang dapat dikenali dari tejadinya serangan hipertensi pada kita tersebut ialah
pandangan menjadi kabur. Hal ini terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung,
dan ginjal. Penderita hipertensi berat dapat mengalami penurunan kesadaran bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensi yang
memerlukan penanganan segera.
Penyakit hipertensi yang sering kali terjadi umumnya tidak menimbulkan gejala yang mudah
dikenali. Sementara tekanan darah terus meningkat meski dalam jangka waktu yang cukup
lama hingga menimbulkan komplikasi adanya suatu penyakit bawaan dari hipertensi. Oleh
karenanya hipertensi harus selalu dicek untuk mengetahui tekanan darah secara berkala.
Seseorang yang dikatakan menderita darah tinggi apabila dalam beberap pemeriksaan
tekanan darah diketahui memiliki tekanan darah hingga diatas 130/90 mmHg.
Hipertensi menyebabkan timbulnya suatu penyakit yang dibawa akibat tekanan darah yang
tinggi seperti menimbulkan resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan
jantung dan gagal ginjal. Penyakit hipertensi tak mengenal batas usia seseorang dan jenis
kelamin, semua orang memiliki resiko yang sama terhadap hipertensi tanpa harus
menimbulkan ciri atau gejala terlebih dahulu.
Tekanan darah dalam setiap kehidupan seseorang berbeda-beda secara alamiah. Bayi dan
anak-anak yang secara normal pun memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah dibanding
orang dewasa. Tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti aktivitas fisik yang
dilakukan sehari-hari, tekanan darah akan mengalami peningkatan ketika melakukan aktivitas
sehari-hari dan akan menurun ketika beristirahat. Tekanan darah dapat meningkat ketika di
pagi hari dan akan lebih rendah ketika tidur/istirahat di malam hari.
Bismillahirrohmanirrohm..
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Hipertensi kini ditengarai sebagai penyebab
utama stroke dan jantung.
Satu-satunya cara yakni dengan memeriksa tekanan darah. Tekanan darah dibagi menjadi
dua, yaitu sistolik dan diastolik. Sistolik adalah tekanan dalam arteri yang terjadi saat
dipompanya darah dari jantung ke seluruh tubuh. Adapun diastolik yaitu sisa tekanan dalam
arteri saat jantung beristirahat. Tekanan ini dinyatakan dalam bentuk angka pecahan. Tekanan
sistolik ditulis di atas, sedangkan diastolik di bawah. Jika hasil pengukuran tensi 120/80
mmHg, artinya sistolik Anda 120 dan diastolik 80.
BAHAYA HIPERTENSI
Tekanan darah yang terus-menerus tinggi dapat menimbulkan komplikasi pada organ tubuh
penderita.
Organ yang paling sering menjadi target kerusakan akibat Hipertensi antara lain :
Gagal Jantung. Pada penderita Hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat,
otot jantung akan menyesuaikan sehingga terjadi pembesaran jantung dan
semakin lama otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang
disebut dekompensasi.
Akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa dan menampung darah dari paru sehingga
banyak cairan tertahan di paru maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak
nafas atau oedema. Kondisi ini disebut Gagal Jantung.
Apabila tidak segera diatasi dapat menyebabkan Gagal Ginjal Kronik atau bahkan Gagal
Ginjal Terminal yang hanya dapat ditangani dengan cuci darah (hemodialisis) atau cangkok
ginjal.
2. Aktifitas fisik yang cukup :tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana
akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.
3. Penurunan BB
4. Pembatasan asupan alkohol dan rokok : karena dalam rokok terdapat nikotin yang
melepasankan katekolamin
5. Manajemen Stress
2. Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam
daftar diet konsumsi garam dapur tidak lebih dari sendok teh/hari.
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker, keripik dan
makanan kering yang asin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buahbuahan
dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang,
udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani
yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu
penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
Sekarang aku mau kasih tau mengenai perbedaannya, karena lebih banyak
ilmu jg bagus kan!
Untuk mengetahui perbedaan antara lemak jenuh dan takjenuh adalah, dua
jenis tipe lemak yang ditemukan dalam makanan, dapat menolong kolesterol kita
lebih rendah. sedangkan kedua jenis lemak(jenuh dan tak jenuh) dalam berbagai
jenis makanan, ditemukan bahwa lemak tsb tidak dibuat sama. Lemak tak jenuh
bermanfaat bagi jantung kita, sedang lemak jenuh dapat mengganggu kolesterol
dan jantung.
Lemak jenuh terdapat di hewan dan produk-produk makanan olahan,
seperti daging, produk susu, kripik, dan yang merusak. Struktur kimia dari lemak
jenuh adalah sepenuhnya dengan atom hidrogen, dan tidak mengandung dua
rantai ikatan antara atom-atom karbon. Lemak jenuh tidak menyehatkan jantung,
karena mereka paling dikenal untuk meningkatkan kolesterol LDL (kolesterol
yang buruk).
Lemak tak jenuh,terdapat pd makanan seperti kacang, avocado, dan
zaitun(olive). Mereka cair pada suhu kamar dan berbeda dg lemak jenuh dalam
struktur kimia yang berisi dua rantai ikatan. Selain itu, peneliti telah
menunjukkan bahwa lemak tak jenuh juga menyehatkan jantung, mereka
mempunyai kemampuan untuk menurunkan kolesterol LDL dan meningkatkan HDL
kolesterol(kolesterol baik).
Nih loh, perbedaan yang mendasar pada Lemak Jenuh dan Tak Jenuh!
Asam lemak jenuh :
1. Bersifat essensial
emak makanan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Makanan berlemak
Lemak makanan adalah kandungan lemak yang terdapat dalam semua bahan makanan dan
minuman.[1] Pada dasarnya, semua lemak itu baik karena lemak dibutuhkan untuk menjaga
kelangsungan hidup manusia.[1] Peran lemak adalah menyediakan energi sebesar 9
kalori/gram, melarutkan vitamin A, D, E, K, dan menyediakan asam lemak esensial bagi
tubuh manusia.[1] [2] Lemak mulai dianggap berbahaya bagi kesehatan setelah adanya suatu
penelitian yang menunjukkan hubungan antara kematian akibat penyakit jantung koroner
dengan banyaknya konsumsi lemak dan kadar lemak di dalam darah.[3]
Daftar isi
1 Jenis
2 Struktur kimia
3 Fungsi
5 Proses penyerapan
8 Solusi
9 Referensi
10 Pranala Luar
Jenis
Makanan berlemak terdiri dari beberapa jenis.[3] Berdasarkan struktur kimianya, dikenal
lemak jenuh, tidak jenuh tunggal, tidak jenuh ganda, dan lemak trans.[3] Berdasarkan
fungsinya di dalam tubuh, lemak terbagi menjadi lemak struktural yang membentuk dinding
sel, timbunan lemak sebagai cadangan tenaga, hormon steroid, dan lemak esensial yang tidak
dapat dibuat oleh tubuh manusia.[1]
Secara garis besar, lemak terdapat dua bentuk, yaitu lemak padat yang berasal dari hewan dan
lemak cair (minyak) yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.[1] Akan tetapi, minyak tumbuh-
tumbuhan dapat diolah menjadi lemak padat melalui proses hidrogenasi dan dapat
menghasilkan lemak trans yang berbahaya bagi kesehatan.[1]
Di dalam makanan, lemak dapat tampak secara langsung (visible) maupun tidak langsung.[1]
Lemak tampak secara langsung, seperti misalnya pada babi, sapi, kambing, ayam, dan
minyak goreng, sedangkan tidak tampak (invisible) biasa terdapat di dalam biskuit.[1]
Struktur kimia
Berkas:Fats1.png
Struktur kimia lemak dalam makanan pada umumnya berbentuk trigliserida, yakni perpaduan
antara satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.[1] Perbedaan asam lemak inilah
yang membedakan jenis dan sifat lemak.[1]
Asam lemak merupakan rangkaian atom karbon dengan ikatan rangkap atau tidak rangkap
dengan gugus karbon pada ujungnya.[4] Makin banyak ikatan rangkap, maka makin cair lemak
tersebut di dalam suhu kamar.[1] Asam lemak dengan ikatan rangkap dua atau lebih tidak
dapat dibuat di dalam tubuh manusia, karena itu disebut asam lemak esensial.[5] Makin
banyak ikatan rangkap pada asam lemaknya, makin tidak jenuh lemak tersebut.[4] Sebagai
contohnya, asam lemak omega-3 adalah asam lemak dengan 3 ikatan rangkap yang dimulai
pada atom C nomor 5.[4]
Fungsi
Di dalam tubuh manusia, lemak dibagi menjadi dua kelompok yaitu lemak struktural dan
lemak fungsional.[5] Lemak struktural adalah bagian dari dinding sel.[5] Sedangkan, lemak
fungsional dapat berupa hormon steroid, prostaglandin, dan timbunan lemak yang dapat
dipakai sebagai cadangan energi.[5] Pada dasarnya, lemak makanan (dietary fat) memiliki
fungsi untuk menyediakan energi jangka panjang, memberikan rasa kenyang setelah makan,
membantu pembuatan hormon, membentuk bagian otak dan sistem saraf, membentuk
membran sel untuk setiap sel di dalam tubuh, mengangkut vitamin A, D, E, dan K ke seluruh
tubuh, membantu mengatur suhu tubuh, serta menyediakan dua asam lemak esensial (seperti
asam linoleat dan asam linolenat) yang tidak bisa dibuat sendiri oleh tubuh manusia.[6]
Berbagai penelitian menunjukkan hubungan erat antara jumlah konsumsi lemak dan
timbulnya penyakit jantung koroner.[5] [1] [3] Lemak jenuh dapat meningkatkan kejadian
penyakit jantung koroner, sedangkan lemak tidak jenuh akan menurunkan kejadian penyakit
jantung koroner.[5] [7] Lemak tidak jenuh terbagi menjadi lemak tidak jenuh tunggal (asam
oleat) dan lemak tidak jenuh ganda.[4] Lemak tidak jenuh tunggal terdapat di dalam minyak
zaitun dan avocado.[4] Lemak tidak jenuh ganda dari tumbuh-tumbuhan terdapat di dalam
minyak bunga matahari dan minyak kedelai, sementara yang dari hewan terdapat di dalam
minyak ikan.[4]
Konsumsi lemak tidak jenuh tunggal akan menurunkan gejala penyakit jantung koroner
seperti pada penduduk di daerah Mediterania, sedangkan konsumsi lemak tidak jenuh ganda,
khususnya minyak ikan akan menurunkan gejala penyakit jantung koroner seperti pada orang
Eskimo.[3]
Proses penyerapan
Sebelum dapat diserap oleh tubuh, lemak harus dicerna dulu menjadi gliserol dan asam
lemak.[5] Asam lemak rantai pendek (atom C 4-8) dapat langsung diserap masuk ke dalam
peredaran darah, sementara asam lemak rantai panjang harus diangkut oleh protein pembawa
di dalam sel usus menjadi molekul kilomikron ke dalam saluran limfe, sebelum akhirnya
masuk ke dalam peredaran darah.[5] Proses penyerapan lemak terjadi di usus halus (jejunum)
dengan bantuan empedu.[5]
Pada umumnya, lemak jenuh terdapat dalam makanan seperti daging, susu, keju, krim,
minyak kelapa, kelapa sawit, minyak sayur, dan cokelat.[4] [6] Konsumsi lemak jenuh terbukti
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah.[1] [4]
Kacang-kacangan
Sementara, lemak tidak jenuh tunggal terdapat dalam kacang tanah, avocado, bekatul, dan
kedelai.[4] [6] Lemak tidak jenuh ganda terdapat dalam biji-bijian, kacang-kacangan, buah-
buahan tertentu, dan ikan.[4] [6] Sedangkan, makanan seperti mentega dan keju mengandung
asam lemak trans.[4] [6] Asam lemak trans juga berpengaruh buruk bagi kadar kolesterol darah,
seperti halnya lemak jenuh.[4] [8]
Terepas dari kelemahan lemak sebagai pengganggu kesehatan akibat kandungan kolesterol,[8]
[9]
ternyata kolesterol juga diperlukan oleh tubuh untuk membuat asam empedu yang berguna
bagi penyerapan lemak makanan, dan hormon steroid yang menentukan sifat kelamin laki-
laki dan perempuan.[1] Kadar kolesterol darah yang tinggI mengakibatkan penyakit jantung
koroner.[3] [9] Maka, pemilihan jumlah dan jenis lemak memerlukan pertimbangan yang
masak.[3] [9]
Di negara maju, asupan lemak dianjurkan kurang lebih 35% dari total asupan kalori,[1] [3] [10]
sedangkan di negara berkembang asupan lemak jauh lebih sedikit dari anjuran tersebut.[3]
Lemak baik untuk dikonsumsi karena memiliki fungsi menghasilkan energi (9 Kkal/gr),
memberikan rasa gurih, membantu pengangkutan vitamin A, D, E, K dan mengandung asam
lemak esensial.[1] [6] Akan tetapi, pada usia lanjut pemilihan jenis lemak harus lebih bijaksana.
[3]
Lemak tidak jenuh, khususnya omega-3 dan omega-9 perlu mendapat perhatian.[4]
Solusi
Agar konsumsi lemak dapat bermanfaat positif bagi tubuh manusia perlu strategi yang tepat
pada pemilihan jenis lemak.[4] [11] Pedoman umum agar makanan yang dikonsumsi
mengandung zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, adalah dengan mempertimbangkan
kecukupan, keseimbangan, dan keberagaman zat masing-masing individu.[11]
Semua Hal Mengenai Lemak
Fungsi Lemak
Lemak merupakan nutrisi yang berfungsi sebagai(1):
Selain jenis lemak diatas, terdapat juga beberapa jenis senyawa turunan lemak seperti sterol
dan lipoprotein. Sterol yang terdapat pada sumber hewani dikenal dengan nama kolesterol
sementara sterol pada sumber nabati dikenal dengan nama plant sterol. Kolesterol merupakan
salah satu jenis lemak yang berelasi kuat dengan resiko beberapa penyakit terutama yang
berhubungan dengan pembuluh darah dan jantung. Sementara plant sterol merupakan
senyawa yang efektif membantu mengendalikan kadar gula dalam darah dan membantu
menjaga fungsi metabolisme dalam tubuh. Kadar kolseterol harian yang disarankan adalah
kurang dari 300 mg per hari (total kolesterol)(1).
Metabolisme Lemak:
Penelitian terbaru memperlihatkan bahwa lemak berlebihan dalam tubuh terutama pada
pankreas dapat menganggu kerja insulin. Sebuah penelitian mempelajari tentang hubungan
lemak pankreas dengan sensitivitas insulin. Lemak pada pankreas (pancreatic fat) merupakan
lemak yang berhubungan dengan peningkatan Visceral Adipose Tissue(VAT), yaitu lemak
yang melapisi organ-organ tubuh bagian dalam. Jika lemak ini mengalami peningkatan maka
resiko obesitas juga akan semakin tinggi, karena kenaikan VAT juga mempengaruhi kenaikan
BMI. Penelitian ini menemukan bahwa semakin tinggi pancreatic fat Anda, maka sensitivitas
insulin akan semakin rendah. Artinya, jumlah insulin yang diproduksi dalam tubuh akan
semakin sedikit dan resiko Anda terkena diabetes bisa jadi meningkat. Jadi, jagalah konsumsi
lemak agar tidak berlebihan sehingga tidak menyebabkan peningkatan pancreatic fat (6).
Asam urat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Asam urat
Nama IUPAC[sembunyikan]
7,9-dihydro-1H-purine-2,6,8(3H)-trione
Nama lain[sembunyikan]
2,6,8 Trioxypurine
Identifikasi
Nomor CAS [69-93-2]
PubChem 1175
KEGG C00366
SMILES C12NC(=O)NC(=O)C=2NC(=O)N1
1/C5H4N4O3/c10-3-1-2(7-4(11)6-1)8-
InChI 5(12)9-3/h(H4,6,7,8,9,10,11,12)/f/h6-
9H[1]
Sifat
Rumus molekul C5H4N4O3
Densitas 1.87
Asam urat (bahasa Inggris: uric acid, urate) adalah senyawa turunan purina dengan rumus
kimia C5H4N4O3 dan rasio plasma antara 3,6 mg/dL (~214mol/L) dan 8,3 mg/dL
(~494mol/L) (1 mg/dL = 59,48 mol/L)[2].
Kelebihan (hiperurisemia, hyperuricemia) atau kekurangan (hipourisemia, hyporuricemia)
kadar asam urat dalam plasma darah ini sering menjadi indikasi adanya penyakit atau
gangguan pada tubuh manusia.
Pada manusia, asam urat adalah produk terakhir lintasan katabolisme nukleotida purina,
sebab tiadanya enzim urikase yang mengkonversi asam urat menjadi alantoin. Kadar asam
urat yang berlebih dapat menimbulkan batu ginjal dan/atau pirai di persendian.[3]
Daftar isi
2 Lihat pula
3 Catatan kaki
Penyakit asam urat merupakan akibat dari konsumsi zat purin secara berlebihan. Purin diolah
tubuh menjadi asam urat, tapi jika kadar asam urat berlebih, ginjal tidak mampu
mengeluarkan sehingga kristal asam urat menumpuk di persendian. Akibatnya sendi terasa
nyeri, bengkak dan meradang.[4]
Asam urat adalah penyakit dari sisa metabolisme zat purin yang berasal dari sisa makanan
yang kita konsumsi. Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang
berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam tubuh makhluk hidup terdapat zat
purin ini, lalu karena kita memakan makhluk hidup tersebut, maka zat purin tersebut
berpindah ke dalam tubuh kita. Berbagai sayuran dan buah-buahan juga terdapat purin. Purin
juga dihasilkan dari hasil perusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara normal atau karena
penyakit tertentu. Biasanya asam urat menyerang pada usia lanjut, karena penumpukan bahan
purin ini.
Keju, telur, krim, es krim, kaldu atau kuah daging yang kental
Contoh buah dan sayuran untuk mengobati penyakit asam urat: buah
naga, belimbing wuluh, jahe, labu kuning, sawi hijau, sawi putih, serai dan
tomat.
Pada orang yang kegemukan (obesitas), biasanya kadar asam urat cepat
naik tapi pengeluaran sedikit, maka sebaiknya turunkan berat badan
dengan olahraga yang cukup.
Untuk menyembuhkan penyakit ini ada beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya :
Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam urat, seperti jeroan
(hati, ginjal, limpa, babat, usus, paru dan otak), hindari makanan laut
(udang, kerang, cumi, kepiting); makanan kaleng (kornet, sarden dan
ekstrak daging), telur, kaldu atau kuah daging yang kental.
Banyak minum air putih, karena dengan banyak minum air putih, kita
dapat membantu membuang purin yang ada dalam tubuh.
Penyakit asam urat yang dalam istilah medis dikenal dengan gout merupakan penyakit akibat
dari adanya penumpukan asam urat di dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi
yang meningkat ataupun dari makanan yang mengandung purin berlebihan, dan ginjal tidak
mampu mengeluarkannya sehingga kristal asam urat menumpuk di persendian.
Penyakit asam urat disebabkan antara lain karena produksi asam urat karena nutrisi, yaitu
mengonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa
organik yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok
asam amino, unsur pembentuk protein. Meningkatnya produksi asam urat juga dapat
disebabkan karena obat obatan, obesitas (kegemukan), hipertensi, hiperlipidemia, dan
diabetes mellitus.
Bagaimana gejalanya ?
Nyeri sendi yang terjadi tiba tiba dan sering di malam hari, biasanya
menyerang sendi besar jempol kaki, atau pergelangan kaki, lutut, tangan,
dan pergelangan tangan
Bagaimana diagnosisnya?
Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan rutin lain: Asam Urat, Blood Urea Nitrogen (BUN), dan Kreatinin serum /
urin tampung 24 jam
Pemeriksaan radiologis
Tujuan utama pengobatan gout adalah menghilangkan rasa sakit dan peradangan, mencegah
terjadinya serangan kembali, dan menghindari komplikasi. Beberapa jenis obat yang biasa
diberikan, diantaranya: analgesik, anti-inflamasi non-steroid, kolkisin, agen uricosic,
allopurinol, dan kortikosteroid.
Di samping itu, penderita gout dianjurkan untuk melakukan diet sebagai berikut:
Pembatasan purin
Tinggi karbohidrat
Rendah protein
Rendah lemak
Hindari alkohol
Hindari alkohol
Gout berulang
Pembentukan tofi
Batu ginjal
Artritis reumatoid
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Radang sendi atau artritis reumatoid (bahasa Inggris: Rheumatoid Arthritis, RA)
merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem
kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi.
Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan
radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan
tulang.
Pada Gambar 1, ditunjukkan bahwa RA dapat mengakibatkan nyeri, kemerahan, bengkak dan
panas di sekitar sendi. Berdasarkan studi, RA lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan
pria dengan rasio kejadian 3 : 1.
Umumnya penyakit ini menyerang pada sendi-sendi bagian jari, pergelangan tangan, bahu,
lutut, dan kaki. Pada penderita stadium lanjut akan membuat si penderita tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya menurun. Gejala yang lain yaitu
berupa demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun, lemah dan kurang darah.
Namun kadang kala si penderita tidak merasakan gejalanya. Diperkirakan kasus Rheumatoid
Arthritis diderita pada usia di atas 18 tahun dan berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% dari
jumlah penduduk Indonesia.
Daftar isi
1 Gejala
3 Rujukan
Gejala
RA umumnya ditandai dengan adanya beberapa gejala yang berlangsung selama minimal 6
minggu, yaitu :
1. Kekakuan pada dan sekitar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di
pagi hari
Pada tahap yang lebih lanjut, RA dapat dikarakterisasi juga dengan adanya nodul-nodul
rheumatoid, konsentrasi rheumatoid factor (RF) yang abnormal dan perubahan radiografi
yang meliputi erosi tulang.
Rheumatoid Factor (RF) merupakan antibodi yang sering digunakan dalam diagnosis RA dan
sekitar 75% individu yang mengalami RA juga memiliki nilai RF yang positif. Kelemahan
RF antara lain karena nilai RF positif juga terdapat pada kondisi penyakit autoimun lainnya,
infeksi kronik, dan bahkan terdapat pada 3-5% populasi sehat (terutama individu usia lanjut).
Oleh karena itu, adanya penanda spesifik dan sensitif yang timbul pada awal penyakit sangat
dibutuhkan. Anti-cyclic citrullinated antibody (anti-CCP antibodi) merupakan penanda baru
yang berguna dalam diagnosis RA. Walaupun memiliki keterbatasan, RF tetap banyak
digunakan sebagai penanda RA dan penggunaan RF bersama-sama anti-CCP antibodi sangat
berguna dalam diagnosis RA.
ANTI-CCP IgG
Anti-CCP IgG merupakan penanda RA yang baru dan banyak digunakan dalam diagnosis
kondisi RA. Beberapa kelebihan Anti-CCP IgG dalam kondisi RA antara lain :
1. Anti-CCP IgG dapat timbul jauh sebelum gejala klinik RA muncul. Dengan
adanya pengertian bahwa pengobatan sedini mungkin sangat penting
untuk mencegah kerusakan sendi, maka penggunaan Anti-CCP IgG untuk
diagnosis RA sedini mungkin sangat bermanfaat untuk pengobatan sedini
mungkin.
2. Anti-CCP IgG sangat spesifik untuk kondisi RA. Antibodi ini terdeteksi pada
80% individu RA dan memiliki spesifisitas 98%. Antibodi ini juga bersifat
spesifik karena dapat membedakan kondisi RA dari penyakit artritis
lainnya.
Jika mulai merasakkan nyeri sendi diikuti dengan kelelahan yang terus menerus segera
periksakan diri ke dokter. Dalam waktu 10 tahun diketahui sekitar setengah dari penderita
artritis rematoid sudah mengalami kecacatan dan bisa membuat harapan hidup menjadi
pendek.
Artritis rematoid tidak bisa diobati hanya dengan obat nyeri, penyakit ini membutuhkan
pengobatan khusus. Pada penyakit ini, sebuah protein bernama interleukin 6 (IL-6) terbentuk
dalam jumlah berlebih yang menyebabkan rasa nyeri secara terus menerus hingga sendi
rusak, bengkok atau tidak bisa digunakan lagi. Kadar protein interleukin 6 yang terlalu tinggi
juga bisa menyebabkan komplikasi penyakit lainnya seperti tulang keropos dan gangguan
jantung. Kini telah tersedia pengobatan biologis untuk artritis rematoid yang berfungsi
menghambat reseptor dari protein interleukin 6.
Selain cepat dan tepat pengobatan artritis rematoid membutuhkan proses, sehingga perlu
dilakukan dalam jangka panjang dan membutuhkan kesabaran dari pasien maupun dokter.
Meskipun penyakit ini tidak bisa dikatakan sembuh, pasien bisa mengalami remisi sehingga
hidup lebih bahagia, senang dan keakuran rumah tangga pun tetap terjaga.
Rheumatoid arthritis (RA)- adalah gangguan kronis inflamasi sistemik yang dapat
mempengaruhi banyak jaringan dan organ, tetapi terutama menyerang sendi fleksibel
(sinovial). Penyakit ini di Indonesia sering juga disebut rematik saja. Proses ini menghasilkan
suatu respon inflamasi dari kapsul sekitar sendi (sinovium) sekunder, pembengkakan
(hiperplasia) sel sinovial, cairan sinovial berlebih, dan pengembangan jaringan fibrosa
(pannus) dalam sinovium. Patologi dari proses penyakit sering menyebabkan penghancuran
tulang rawan sendi artikular dan ankilosis. Rheumatoid arthritis juga dapat menghasilkan
peradangan difus di paru-paru, membran di sekitar jantung (perikardium), selaput paru-paru
(pleura), dan putih mata (sclera), dan juga lesi nodular, yang paling umum dalam jaringan
subkutan. Meskipun penyebab rheumatoid arthritis tidak diketahui, auto imunitas memainkan
peran penting baik dalam kronisitas dan proses berikutnya, dan RA dianggap sebagai
penyakit auto imun sistemik. Lihat klinik khusus penyekit Rematik yang ada di Indonesia.
Lihat juga tulisan tentang Tes Anti-CCP untuk mendiagnosis RA.
Setelah diagnosis AR dapat ditegakkan, pendekatan pertama yang harus dilakukan adalah
segera berusaha untuk membina hubungan yang baik antara pasien dengan keluarganya
dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang baik ini agaknya
akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka
waktu yang cukup lama.2 Pengobatan pada penderita AR, meliputi :
1. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan dilakukan
sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam
jangka waktu yang lama.
2. OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid) diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri
sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan:
a. Aspirin, pasien dibawah 50 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4 x 1 g/hari, kemudian
dinaikkan 0,3-0,6 g per minggu sampai terjadi perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-
30 mg/dl.
b. Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan sebagainya.
3. DMARD (Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs) digunakan untuk melindungi rawan
sendi dan tulang dari proses destruksi akibat artritis reumatoid. Mula khasiatnya baru terlihat
setelah 3-12 bulan kemudian. Setelah 2-5 tahun, maka efektivitasnya dalam menekan proses
reumatoid akan berkurang. Keputusan penggunaannya bergantung pada pertimbangan risiko
manfaat oleh dokter. Umumnya segera diberikan setelah diagnosis artritis reumatoid
ditegakkan, atau bila respon OAINS tidak baik, meski masih dalam status tersangka.
Jenis-jenis yang digunakan adalah:
Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalut enterik digunakan dalam dosis 1500
mg/hari, ditingkatkan 500 mg per minggu, sampai mencapai dosis 4500 mg. Setelah
remisi tercapai, dosis dapat diturunkan hingga 1 g/hari untuk dipakai dalam jangka
panjang sampai tercapai remisi sempurna. Jika dalam waktu 3 bulan tidak terlihat
khasiatnya, obat ini dihentikan dan diganti dengan yang lain, atau dikombinasi. Efek
sampingnya nausea, muntah, dan dyspepsia.
D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat lambat. Digunakan dalam dosis
250-300 mg/hari, kemudian dosis ditingkatkan setiap 2-4 minggu sebesar 250-300
mg/hari untuk mencapai dosis total 4x 250-300 mg/hari. Efek samping antara lain
ruam kulit urtikaria atau mobiliformis, stomatitis, dan pemfigus.
Garam emas adalah gold standard bagi DMARD. Khasiatnya tidak diragukan lagi
meski sering timbul efek samping. Auro sodium tiomalat (AST) diberikan
intramuskular, dimulai dengan dosis percobaan pertama sebesar 10 mg, seminggu
kemudian disusul dosis kedua sebesar 20 mg. Seminggu kemudian diberikan dosis
penuh 50 mg/minggu selama 20 minggu. Dapat dilanjutkan dengan dosis tambahan
sebesar 50 mg tiap 2 minggu sampai 3 bulan. Jika diperlukan, dapat diberikan dosis
50 mg setiap 3 minggu sampai keadaan remisi tercapai. Efek samping berupa pruritis,
stomatitis, proteinuria, trombositopenia, dan aplasia sumsum tulang. Jenis yang lain
adalah auranofin yang diberikan dalam dosis 2 x 3 mg. Efek samping lebih jarang
dijumpai, pada awal sering ditemukan diare yang dapat diatasi dengan penurunan
dosis.
4. Riwayat Penyakit alamiah AR sangat bervariasi. Pada umumnya 25% pasien akan
mengalami manifestasi penyakit yang bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode AR
dan selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Pada pihak lain sebagian besar pasien
akan menderita penyakit ini sepanjang hidupnya dengan hanya diselingi oleh beberapa masa
remisi yang singkat (jenis polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita AR yang
progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional yang menetap pada setiap
eksaserbasi. Penelitian jangka panjang menunjukkan bahwa dengan pengobatan yang
digunakan saat ini, sebagian besar pasien AR umumnya akan dapat mencapai remisi dan
dapat mempertahankannya dengan baik pada 5 atau 10 tahun pertamanya. Setelah kurun
waktu tersebut, umumnya pasien akan mulai merasakan bahwa remisi mulai sukar
dipertahankan dengan pengobatan yang biasa digunakan selama itu. Hal ini mungkin
disebabkan karena pasien sukar mempertahankan ketaatannya untuk terus berobat dalam
jangka waktu yang lama, timbulnya efek samping jangka panjang kortikosteroid. Khasiat
DMARD yang menurun dengan berjalannya waktu atau karena timbulnya penyakit lain yang
merupakan komplikasi AR atau pengobatannya. Hal ini masih merupakan persoalan yang
banyak diteliti saat ini, karena saat ini belum berhasil dijumpai obat yang bersifat sebagai
disease controlling antirheumatic therapy (DC-ART).
Rehabilitasi dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain dengan mengistirahatkan sendi
yang terlibat, latihan serta dengan menggunakan modalitas terapi fisis seperti pemanasan,
pendinginan, peningkatan ambang rasa nyeri dengan arus listrik. Manfaat terapi fisis dalam
pengobatan AR telah ternyata terbukti dan saat ini merupakan salah satu bagian yang tidak
terpisahkan dalam penatalaksanaan AR.
6. Pembedahan dilakukan jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil
serta terdapat alasan yang cukup kuat. Jenis pengobatan ini pada pasien AR umumnya
bersifat ortopedik, misalnya sinovektoni, artrodesis, total hip replacement, memperbaiki
deviasi ulnar, dan sebagainya.