PENDAHULUAN
Baduy merupakan salah satu suku adat di Indonesia yang sampai sekarang
masih mempertahankan nilai-nilai budaya dasar yang dimiliki dan diyakininya, di tengah-
hukum, sosial dan budaya yang diturunkan dari agama dan keyakinan mereka. Pemimpin
Baduy harus dapat menjaga aspek tersebut di atas. Siapa saja yang melanggar maka
akan menerima hukuman. Adanya pikukuh yang berarti nilai-nilai kepatuhan yang harus
Ubi societas ibi ius. Dimana ada masyarakat disitu ada hukum. Dalam ilmu
hukum kita mengenal istilah fiksi hukum yang artinya setiap orang dianggap mengetahui
adanya hukum dan oleh karenanya terikat oleh hukum. Hukum berlaku dimana saja bagi
siapa saja. Oleh karenanya hukum pun ada di masyarakat pedalaman dan memiliki
kekuatan berlaku pula yang kuat. Dimana penegakan hukum di masyarakat adat
Dalam masyarakat Adat Baduy, Puun yang merupakan pemimpin tertinggi tetap
akan diberikan hukuman jika mereka melakukan pelanggaran terhadap hukum adat,
karena ketiga Puun selalu diawasi oleh Tangkesan. Puun yang melanggar aturan juga
akan menerima hukuman sesuai hukum adat dan posisinya dapat diganti dengan yang
lain. Selain itu dengan adanya Puun yang berjumlah tiga juga memungkinkan untuk
yang ada
disana memang tidak sama dengan sistem demokrasi modern, dimana rakyat memiliki
hak memilih pemimpinnya. Model demokrasi Baduy adalah demokrasi yang diwakili oleh
Diantara beragam hukum adat yang tersebar di Indonesia, hukum Adat Baduy
Dalam adalah salah satu hukum adat yang ada di Indonesia dan berlaku mengatur
1
masyarakat Adat Baduy selama ratusan tahun dari generasi ke generasi. Bahkan hingga
kini hukum Adat Baduy Dalam masih berlaku mengikat bagi masyarakat Adat Baduy.
mereka pun memiliki hukum adat sendiri yang berlaku mengikat pada masing-masing
merupakan warisan kolonial yang berasal dari Wetboek van Strafrecht Pemberlakuan
memiliki hukum sendiri, jauh sebelum Belanda datang dan mengenalkan KUHP di
Indonesia. Baduy tidak memiliki kitab mengenai larangan-larangan dalam Adat Baduy.
Namun hal ini tak berarti bahwa tetua Adat Baduy dan masyarakatnya tak mengetahui
masyarakat secara turun temurun berdasarkan budaya lisan dan kebiasaan. Perbuatan-
perbuatan lainnya seperti zina, sengketa tanah, perkelahian dan perbuatan terlarang
lainnya juga diatur dalam hukum pidana Adat Baduy Dalam berikut prosedural
Pemaparan diatas mengenai Suku Baduy Dalam akan penulis jadikan sebagai
kajian makalah dalam memenuhi tugas mata kuliah Sistem Hukum Indonesia, mengingat
kenyataan bahwa hukum Adat Baduy Dalam masih ada dan berlaku mengikat bagi
masyarakat Baduy dan juga masyarakat luar Baduy yang berada di kawasan Baduy
2
1.3 Maksud dan Tujuan
Sistem Hukum Anglo Saxon dan norma-norma yang terdapat di Suku Baduy
Dalam
masalah, tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini, batasan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori
David dan Brierly (dalam Soerjono Soekanto, 1986 : 302) membuat periodisasi
3
1. Sebelum Penaklukan Norman di tahun 1066;
3. Dari tahun 1485 sampai 1832. Pada periode ini berkembanglah suatu sistem
kaidah lain yang disebut kaidah equity. Sistem kaidah ini berkembang di
4. Dari tahun 1832 sampai sekarang. Ini merupakan periode modern bagi Common
administrasi.
Common law, berbeda dengan kebiasaan yang berlaku lokal, adalah hukum yang
berlaku untuk dan di seluruh Inggris. Tetapi keadaan atau deskripsi yang demikian itu
belum terjadi pada tahun 1066, seperti dapat dilihat pada periodisasi di muka. The
assemblies of free men yang disebut Country of Hendred Courts hanya menerapkan
kebiasaan-kebiasaan lokal. Pembinaan suatu hukum yang berlaku untuk seluruh negeri
merupakan karya yang semata-mata dilakukan oleh the royal courts of justice, biasanya
disebut The Courts of Westminster. Nama ini dipakai sesuai dengan tempat mereka
Kekuasaaan raja sebagai hakim yang memegang kedaulatan bagi seluruh negeri makin
bertumbuh. Lambat laun rakyat memandang ke pengadilan kerajaan itu lebih dari
4
itu pengadilan-pengadilan lain tetap menggunakan prosedur yang sudah kuno. Secara
Pengadilan feodal, seperti juga the Hundred Courts, makin menghilang; pengadilan
setempat dan pengadilan dagang hanya menangani kasus-kasus kecil; pengadilan gereja
hanya mengurusi perkara yang berhubungan dengan agama dan disiplin para pejabat
gereja.
Sistem hukum ini berkembang dan berlaku pada negara-negara bekas jajahan
Inggris, terutama di Amerika Serikat namun tetap dipengaruhi oleh keadaan sistem sosial
anglo saxon yang tidak tertulis ini lebih memiliki sifat yang fleksibel dan sanggup
yang diberlakukan adalah hukum tidak tertulis (Common law). Kelemahannya, unsur
kepastian hukum kurang terjamin dengan baik, karena dasar hukum untuk
2.2 Pembahasan
Nama lain dari sistem hukum Anglo-Saxon adalah Anglo Amerika atau Common
Law. Merupakan sistem hukum yang berasal dari Inggris yang kemudian menyebar ke
Amerika Serikat dan negara-negara bekas jajahannya. Kata Anglo Saxon berasal dari
nama bangsa yaitu bangsa Angel-Sakson yang pernah menyerang sekaligus menjajah
Nama Anglo-Saxon, sejak abad ke-8 lazim dipakai untuk menyebut penduduk
Britania Raya, yakni bangsa Germania yang berasal dari suku-suku Anglia, Saks, dan
Yut. Konon, pada tahun 400 M mereka menyeberang dari Jerman Timur dan Skandinavia
5
Selatan untuk menaklukkan bangsa Kelt, lantas mendirikan 7 kerajaan kecil yang disebut
Sistem hukum anglo saxon merupakan suatu sistem hukum yang didasarkan pada
jurisprudensi dianggap lebih baik agar hukum selalu sejalan dengan rasa keadilan dan
kemanfaatan yang dirasakan oleh masyarakat secara nyata.Sistem hukum ini diterapkan
di Irlandia, Inggris, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Kanada (kecuali Provinsi
sistem hukum ini bersamaan dengan sistim hukum Eropa Kontinental Napoleon). Selain
negara-negara tersebut, beberapa negara lain juga menerapkan sistem hukum Anglo-
Saxon campuran, misalnya Pakistan, India dan Nigeria yang menerapkan sebagian besar
sistem hukum Anglo saxon, namun juga memberlakukan hukum adat dan hukum agama.
Anglo saxon. Dalam sistem hukum ini peranan yang diberikan kepada seorang hakim
sangat luas. Hakim berfungsi tidak hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan
sangat luas untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku. Selain itu, bisa
menciptakan hukum baru yang akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain untuk
menyelesaikan perkara sejenis. Sistem hukum ini menganut doktrin yang dikenal dengan
nama the doctrine of precedent / Stare Decisis. Doktrin ini pada intinya menyatakan
putusannya pada prinsip hukum yang sudah ada dalam putusan hakim lain dari perkara
Dalam perkembangannya, sistem hukum ini mengenal pembagian hukum publik dan
hukum privat. Hukum privat dalam sistem hukum ini lebih ditujukan pada kaidah-kaidah
6
hukum tentang hak milik, hukum tentang orang, hukum perjanjian dan tentang perbuatan
masyarakat dan negara. Sistem hukum ini mengandung kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya hukum anglo saxon yang tidak tertulis ini lebih memiliki sifat yang fleksibel
Kelemahannya, unsur kepastian hukum kurang terjamin dengan baik, karena dasar
BAB III
3.1 Kesimpulan
Populasi mereka sekitar 5.000 hingga 8.000 orang, dan mereka merupakan salah satu
suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Selain itu mereka juga memiliki keyakinan
Secara etimoligi "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar
kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang
7
agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan
Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut.
Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes"
sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama
kepercayaan/agama, dan cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan
saja. Orang Kanekes tidak mengenal sekolah, karena pendidikan formal berlawanan
fasilitas sekolah di desa-desa mereka. Bahkan hingga hari ini, walaupun sejak era
Suharto pemerintah telah berusaha memaksa mereka untuk mengubah cara hidup
mereka dan membangun fasilitas sekolah modern di wilayah mereka, orang Kanekes
masih menolak usaha pemerintah tersebut. Akibatnya, mayoritas orang Kanekes tidak
fisik dan bahasa mereka mirip dengan orang-orang Sunda pada umumnya. Satu-satunya
perbedaan adalah kepercayaan dan cara hidup mereka. Orang Kanekes menutup diri
dari pengaruh dunia luar dan secara ketat menjaga cara hidup mereka yang tradisional,
sedangkan orang Sunda lebih terbuka kepada pengaruh asing dan mayoritas memeluk
Islam. Masyarakat Kanekes secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtu,
Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Kanekes Dalam (Baduy
Dalam), yang paling ketat mengikuti adat, yaitu warga yang tinggal di tiga kampung:
Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik. Ciri khas Orang Kanekes Dalam adalah pakaiannya
8
berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat kepala putih. Mereka dilarang
secara adat untuk bertemu dengan orang asing. Kanekes Dalam adalah bagian dari
keseluruhan orang Kanekes. Tidak seperti Kanekes Luar, warga Kanekes Dalam masih
Apabila Kanekes Dalam dan Kanekes Luar tinggal di wilayah Kanekes, maka
"Kanekes Dangka" tinggal di luar wilayah Kanekes, dan pada saat ini tinggal 2 kampung
Dangka tersebut berfungsi sebagai semacam buffer zone atas pengaruh dari luar
(Permana, 2001).
Wilayah Kanekes secara geografis terletak pada koordinat 62727 6300 LS dan
bagian dari Pegunungan Kendeng dengan ketinggian 300 600 m di atas permukaan
laut (DPL) tersebut mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan kemiringan
tanah rata-rata mencapai 45%, yang merupakan tanah vulkanik (di bagian utara), tanah
endapan (di bagian tengah), dan tanah campuran (di bagian selatan). suhu rata-rata
20 C. Tiga desa utama orang Kanekes Dalam adalah Cikeusik, Cikertawana, dan Cibeo.
pada pemujaan kepada arwah nenek moyang (animisme) yang pada perkembangan
selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Buddha, Hindu. Inti kepercayaan tersebut
ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam
kehidupan sehari-hari orang Kanekes (Garna, 1993). Isi terpenting dari 'pikukuh'
(kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep "tanpa perubahan apa pun", atau
bidang pertanian, bentuk pikukuh tersebut adalah dengan tidak mengubah kontur lahan
9
bagi ladang, sehingga cara berladangnya sangat sederhana, tidak mengolah lahan
dengan bajak, tidak membuat terasering, hanya menanam dengan tugal, yaitu sepotong
bambu yang diruncingkan. Pada pembangunan rumah juga kontur permukaan tanah
dibiarkan apa adanya, sehingga tiang penyangga rumah Kanekes seringkali tidak sama
panjang. Perkataan dan tindakan mereka pun jujur, polos, tanpa basa-basi, bahkan
yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral. Orang Kanekes mengunjungi
lokasi tersebut untuk melakukan pemujaan setahun sekali pada bulan Kalima, yang pada
tahun 2003 bertepatan dengan bulan Juli. Hanya Pu'un atau ketua adat tertinggi dan
tersebut. Di kompleks Arca Domas tersebut terdapat batu lumpang yang menyimpan air
hujan. Apabila pada saat pemujaan ditemukan batu lumpang tersebut ada dalam
keadaan penuh air yang jernih, maka bagi masyarakat Kanekes itu merupakan pertanda
bahwa hujan pada tahun tersebut akan banyak turun, dan panen akan berhasil baik.
Sebaliknya, apabila batu lumpang kering atau berair keruh, maka merupakan pertanda
3.2 Saran
Sebagian peraturan yang dianut oleh suku Kanekes Dalam antara lain:
10
Pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan (kecuali rumah sang Pu'un atau
ketua adat)
dikenal sebagai Kanekes Luar (Baduy Luar), yang tinggal di berbagai kampung
Adapun peraturan tidak tertulis yang dilaksankan oleh Suku Adat Baduy Dalam :
7. Dilarang berzinah
8. Dilarang mencuri
9. Dilarang berbohong
11
12. Dilarang menyiksa binatang, dsb. (Ahmad Yani dalam Ferry Fathurokhman,
2010: 86)
Pada dasarnya hukum Baduy tercipta untuk menjaga keseimbangan alam dan
bersikap bijak dengan alam. Seperti yang terkandung dari salah satu kalimat pedoman
Baduy yakni lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung (panjang tak
boleh dipotong, pendek tak boleh disambung). Hukuman disesuaikan dengan kategori
pelanggaran, yang terdiri atas pelanggaran berat dan pelanggaran ringan. Hukuman
ringan biasanya dalam bentuk pemanggilan sipelanggar aturan oleh Puun untuk
diberikan peringatan. Yang termasuk ke dalam jenis pelanggaran ringan antara lain
cekcok atau beradu-mulut antara dua atau lebih warga Baduy. Hukuman Berat
yang mendapatkan hukuman ini dipanggil oleh Jaro setempat dan diberi peringatan.
Selain mendapat peringatan berat, si terhukum juga akan dimasukan ke dalam lembaga
pemasyarakatan (LP) atau rumah tahanan adat selama 40 hari. Selain itu, jika hampir
bebas akan ditanya kembali apakah dirinya masih mau berada di Baduy Dalam atau
akan keluar dan menjadi warga Baduy Luar di hadapan para Puun dan Jaro.
Kanekes Luar:
3.3 Hubungan Antara Sistem Hukum Anglo Saxon dengan Suku Baduy Dalam
Sistem hukum anglo saxon merupakan suatu sistem hukum yang didasarkan
dasar putusan hakim-hakim selanjutnya. . Sistem Hukum Anglo Saxon cenderung lebih
12
mengutamakan hukum kebiasaan, hukum yang berjalan dinamis sejalan dengan
jurisprudensi dianggap lebih baik agar hukum selalu sejalan dengan rasa keadilan dan
merupakan Sumber hukum dalam sistem hukum Anglo saxon. Dalam sistem hukum ini
peranan yang diberikan kepada seorang hakim sangat luas. Hakim berfungsi tidak hanya
saja. Hakim juga berperan besar dalam membentuk seluruh tata kehidupan masyarakat .
Hakim mempunyai wewenang yang sangat luas untuk menafsirkan peraturan hukum
yang berlaku. Selain itu, bisa menciptakan hukum baru yang akan menjadi pegangan
bagi hakim-hakim lain untuk menyelesaikan perkara sejenis. Sistem hukum ini menganut
doktrin yang dikenal dengan nama the doctrine of precedent / Stare Decisis. Doktrin ini
pada intinya menyatakan bahwa dalam memutuskan suatu perkara, seorang hakim harus
mendasarkan putusannya pada prinsip hukum yang sudah ada dalam putusan hakim lain
Suku Baduy Dalam merupakan contoh yang memakai sistem hukum Anglo
Saxon. Suku Baduy Dalam memiliki hukum yang tidak tertulis dan merupakan warisan
dari leluhur yang mengatur hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan
alam serta bersifat mengikat yang dengan kata lain, Suku Baduy Dalam melaksanakan
dan diatur oleh hukum tidak tertulis yang diwarisi dari leluhur terdahulu
13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/14282802/SEJARAH_CIVIL_LAW_DAN_COMMON_LAW_SY
STEM_HUBUNGANNYA_DALAM_PERKEMBANGAN_HUKUM_DI_INDONESIA
shvoong.com/law-and-politics/law/2223074-sistem-hukum-anglo
saxon/m.hukumonline.com/klinik/detail/c11679
Departemen Sosial dan Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial dengan
Permana, C.E. (2001). Kesetaraan gender dalam adat inti jagat Baduy, Jakarta:
Permana, C.E. (2003). Arca Domas Baduy: Sebuah referensi arkeologi dalam penafsiran
Permana, C.E. (2003). Religi dalam tradisi bercocok tanam sederhana, Indonesian
Garna, Judhistira, 1988 Perubahan Sosial Budaya Baduy dalam Nurhadi Rangkuti
(Peny.). Orang Baduy dari Inti Jagat. Bentara Budaya, KOMPAS, Yogyakarta: Etnodata
Prosindo.
Permana, R. Cecep Eka, 1996 Tata Ruang Masyarakat Baduy. Tesis Antropologi Program
14