Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketika kita menggunakan suatu obat, tentunya yang kita harapkan adalah
kesembuhan. Sembuh dari penyakit baik penyakit infeksi ataupun yang bukan
penyakit infeksi. Efek menyembuhkan yang diharapkan dari obat ini disebut
dengan efek terapi atau efek utama dari obat. Selain itu, kita sering mendengar
bahwa banyak masyarakat yang takut untuk menggunakan obat kimia karena
memiliki efek samping. Efek samping ini juga merupakan efek lain yang bisa
ditimbulkan oleh obat. Salah-salah obat juga bisa menimbulkan efek toksis yang
dapat membahayakan. Reaksi-reaksi efek samping obat yang berat jarang
ditemukan, meskipun efek-efek toksik yang berbahaya sering terjadi pada
penggunaan beberapa golongan obat.

Efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dan
berbahaya yang diakibatkan oleh suatu pengobatan. Setiap obat mempunyai
kemungkinan untuk menyebabkan efek samping, oleh karena seperti halnya efek
farmakologik, efek samping obat juga merupakan hasilinteraksi yang
kompleks antara molekul obat dengan tempat kerja spesifik dalam sistem biologik
tubuh. Kalau suatu efek farmakologik terjadi secara ekstrim, inipun akan
menimbulkan pengaruh buruk terhadap sistem biologik tubuh.

Karena pentingnya pengetahuan tentang efek samping obat bagi setiap


orang maka dari itu penulis mengangkat tema makalah ini dengan efek samping
obat.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian efek samping obat?
1.2.2 Apa itu efek obat?
1.2.3 Bagaimana waktu efek obat?
1.2.4 Apa itu intensitas efek obat?
1.2.5 Bagaimana cara pemberian obat?
1.2.6 Bagaimana masalah dan kejadian efek samping obat?
1.2.7 Bagaimanakah pembagian dari efek samping obat?
1.2.8 Apa saja dan bagaimana masalah dan kejadian efek samping
obat?

1 | Efek Samping Obat


1.2.9 Apa saja faktor-faktor pendorong efek samping obat?
1.2.10 Bagaimana efek samping suatu obat bisa ditemukan?
1.2.11 Apa saja tanda dan gejala yang timbul pada efek samping obat?
1.2.12 Bagaimanakah cara mengatasi dan mencegah efek samping obat?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui tentang pengertian efek samping obat.
1.3.2 Untuk mengetahui tentang efek obat.
1.3.3 Untuk mengetahui tentang waktu efek obat.
1.3.4 Untuk mengetahui tentang intensitas efek obat.
1.3.5 Untuk mengetahui tentang cara pemberian obat.
1.3.6 Untuk mengetahui tentang masalah dan kejadian efek samping obat.
1.3.7 Untuk mengetahui tentang pembagian dari efek samping obat.
1.3.8 Untuk mengetahui tentang masalah dan kejadian efek samping obat.
1.3.9 Untuk mengetahui tentang faktor-faktor pendorong efek samping obat.
1.3.10 Untuk mengetahui tentang efek samping suatu obat bisa ditemukan.
1.3.11 Untuk mengetahui tentang tanda dan gejala yang timbul pada efek
samping obat.
1.3.12 Untuk mengetahui tentang cara mengatasi dan mencegah efek samping
obat.
1.3.13 Apa saja bahaya pemberian/pengguanaan obat pada pasien.
.4 Manfaat
1.4.1 Meningkatkan pengetahuan tentang pengertian efek samping obat.
1.4.2 Meningkatkan pengetahuan tentang efek obat.
1.4.3 Meningkatkan pengetahuan tentang waktu efek obat.
1.4.4 Meningkatkan pengetahuan tentang intensitas efek obat.
1.4.5 Meningkatkan pengetahuan tentang cara pemberian obat.
1.4.6 Meningkatkan pengetahuan tentang masalah dan kejadian efek
samping obat.
1.4.7 Meningkatkan pengetahuan tentang pembagian dari efek samping
obat.
1.4.8 Untuk mengetahui tentang masalah dan kejadian efek samping obat.
1.4.9 Meningkatkan pengetahuan tentang faktor-faktor pendorong efek
samping obat.
1.4.10 Meningkatkan pengetahuan tentang efek samping suatu obat bisa
ditemukan.
1.4.11 Meningkatkan pengetahuan tentang tanda dan gejala yang timbul pada
efek samping obat.
1.4.12 Meningkatkan pengetahuan tentang cara mengatasi dan mencegah efek
samping obat.
1.4.13 Meningkatkan pengetahuan tentang bahaya pemberian/pengguanaan obat
pada pasien.

2 | Efek Samping Obat


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Efek Samping Obat
Efek samping obat merupakan suatu akibat langsung ataupun tidak
langsung yang berasal dari suatu zat terhadap proses kehidupan manusia serta
lingkungannya ( Budi Suryatin dalam buku Sains Materi dan sifatnya tahun
2004)
Segala sesuatu khasiat yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang
dimaksudkan pada dosis yang dianjurkan. (World Health Organization/ WHO,
2000). Obat yang ideal hendaknya bekerja dengan cepat untuk waktu tertentu
dan secara selektif, artinya hanya berkhasiat terhadap keluhan dan gangguan
tertentu tanpa aktivitas lain. Semakin selektif kerja obat, semakin kurang efek

3 | Efek Samping Obat


sampingnya. Efek samping bisa membahayakan dan juga hanya sebagai suatu
efek terapi obat yang tidak berbahaya tergantung sifat obat yang diberikan.
(Fauzan Humaidi, 2009). Berdasarkan uraian di atas efek samping merupakan
suatu reaksi dari pengobatan yang tidak diharapkan, akan tetapi semakin
selektif kerja obat, semakin kurang efek samping yang dirasakan sehingga
hanya sebagai suatu efek terapi obat yang tidak membahayakan kondisi
penderita.

2.2 Efek Obat

Efek obat pada umumnya terlihat sebagai perubahan intensitas faal


organ tertentu atau reaksi biokimiannya. Karena efek obat adalah hal yang
dapatdiobservasi maka obat digolongkan sesuai dengan efeknya, misalnya
analgesik-antipiretik, hipnotik-sedaktif, spasmolitik, hipoglikemik, obat
hipertensi, dan sebagainya.

Obat golongan farmakidinamik bekerja dengan mempengaruhi faal


organ dan dalam hal ini pengaruhnya bersifat kuantitatif dan bukan kualitatif.
Artinya fungsi organ diubah oleh obat dengan merangsangnya menjadi lebih
aktif atau menjadikang kurang aktif. Obat dapat merangsang susunan saraf
pusat sehingga orang lebih waspada, susah tidur dan bila perangsangan lebih
kuat lagi akan timbul kejang-kejang. Sebaliknya bila susunan saraf pusat
didepresi maka pada permulaan timbul rasa kantuk, disusul tidur dan bila
penghambatan lebih kuat lagi penderita akan koma. Jelaslah bahwa pengaruh
obat bersifat kuantitatif terhadap intensitas fungsi organ. Susunan saraf pusat
berfungsi mengkoordinasi sistem motorik, memproses semua informasi dari
dunia luar maupun dalam (bepikir, belajar, dan sebagainya). Dengan
memberikan obat apapun tidak mungkin mengubah fungsi organ secara
kualititaf : otak tidak dapat dijadikan mampu berkontraksi seperti otot oleh
pemberian obat : tidak ada obat yang dapat menyebabkan otot rangka dapat
berpikir.

4 | Efek Samping Obat


Dalam memperlajari efek obat harus diperhatikan factor-faktor penting
yang mempengaruhinya yaitu waktu efek obat, intensitas efek obat dan variasi
biologic.

2.3 Waktu Efek Obat


Setelah obat diberikan, beberapa waktu kemudian baru timbul efeknya.
Srbagai dokter sangat penting mengetahui bila efek terapi akan tercapai bila
efek obat hilang. Waktu efek obat dapat dilihat pada gambar I-1-2. Mula kerja
obat (waktu laten) ialah waktu dari saat obat diminum sampai saat timbulnya
efek obat. Waktu laten tergantung dari cara pemberian, formulasi obat,
kecepatan absorbs, distribusi, biotransformasi dan ekskresi obat. Tercapainya
efek obat maksimum dan lamanya efek obat juga tergantung dari factor-faktor
tersebut. Ukuran masa kerja obat paling tepat diukur dengan waktu paruh efek
obat, yaitu waktu yang dibutuhkan mulai dari tercapainya efek maksimum
sampai efeknya menjadi setengah dari efek maksimum. Tetapi seringkali
intensitas efek obat sukar diukur, sehingga terpaksa digunakan ukuran tak
langsung yaitu kadar obat dalam plasma. Perlu diingat bahwa intensitas efek
tidak selalu berbanding lurus dengan kadar obat dalam plasma. Dalam praktek
sehari-hari waktu paruh obat, tanpa keterangan lebih lanjut berarti waktu yang
dibutuhkan suatu obat untuk menajdi separuh kadar semula, setelah obat
tersebut menjapai kadar maksimal.

2.4 Intensitas Efek Obat

5 | Efek Samping Obat


Hubungan Dosis Dengan Intensitas Efek Obat. Besarnya efek obat tergantung
dari dosis yang diberikan. Umumnya hubungan antara dosis dengan intensitas
efek obat berupa kurva berbentuk sigmoid (gambar 1-1-3).

: Hubungan Dosis (Log Dosis) dengan Intensitas Efek Obat, yang


menggambarkan ke-empat Parameter ialah Potensi, Efek Maksimum, Variabilitas
dan Kecuraman.

Menyatakan dosis sebagai log dosis memungkinkan terlihatnya hubungan


antara dosis yang jauh berbeda (10-1000 kali) dengan efeknya pada satu gambar.
Pada gambar 1-1-3 terlihat bahwa peninggian dosis juga akan meningkatkan
intensitas efek obat sampai tercapai efek maksimum. Peningkatan dosis lebih

6 | Efek Samping Obat


lanjut setelah efek maksimum tercapai tidak meningkatkan intensitas efek obat
lagi dan dikenal sebagai ceiling effect. Efek yang tidak diinginkan umumnya
terjadi bila dosis ditambah lagi setelah efek maksimum dicapai. Untuk obat yang
telah memberikan efek dalam dosis kecil dikatakan mempunyai potensi lebih
besar dari obat lain yang memberikan efek yang sama dengan dosis yang lebih
besar. Obat dengan potensi tinggi tidak selalu menguntungkan karena efek toksis
umumnya berbanding lurus dengan potensi obat. Dalam mengembangkan obat
baru yang dituju adalah mendapatkan obat yang efek terapinya memuaskan
dengan efek toksis serendah mungkin.

Untuk mendapat ukuran dosis efektif dan dosis toksik suatu obat diukur
presentasi efek pada pasien atau hewan percobaan berhubungan dengan dosis .
Kurve yang menggambarkan hubungan tersebut adalah kurva dosis-presentasi .
Umpamanya untuk mengukur dosis efektif obat tidur A, obat tersebut diberikan
pada sejumlah (n) hewan percobaan dengan berbagai dosis, biasanya parentral dan
kemudian dihitung jumlah hewan yang tertidur setengah jam setelah obat
diberikan. Dosis yang menyebabkan efek tidur pada 50% hewan percobaan
disebut ED%). Dosis yang menyebabkan efek tidr pada 10% hewan percobaan
disebut ED10 dan seterusnya. Bila yang diukur adalah jumlah kematian setelah
waktu tertentu. Untuk mengukur dosis letal obat A, obat diberikan pada bebrapa
kelompok tikus dengan dosis berbeda. Jumlah kematian pada tiap kelompok
diamati. Dosis yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan disebut
dosis letal 50% atau LD50. Dosis yang menyebabkan kematian pada 90% hewan
percobaan disebut LD90 dan seterusnya.

Untuk mendapatkan efek terapi yang diinginkan perlu diberikan dosis


yang tepat. Untuk menetapkan dosis yang tepat perlu diketahui factor-faktor yang
mempengaruhinya.

Berat badan pasien : makin berat seseorang makin besar juga dosis obat yang
dibutuhkan untuk mendapat efek terapi. Luas permukaan badan dikatakan
merupakan indeks yang lebih tepat dari indeks lain untuk menentukan dosis obat.

7 | Efek Samping Obat


Umur : bayi premature biasanya bersifat hipereaktif terhadap obat karena ensim
untuk biotransformasi dan fungsi ginjal belum sempurna. Orang lanjut usia juga
dapat bersifat hiperreaktif karena fungsi biotransformasi dan eksresi sudah
menurun.

Kelamin wanita dikatakan bersifat hiperreaktif terhadap obat tertentu.


Salah satu alasan yang dikemukan adalah berat badan wanita umumnya kurang
dari laki-laki. Perbedaan intensitas efek obat dapat juga terjadi karena perbedaan
hormonal.

2.5 Cara Pemberian Obat

Pada berbagai cara pemebrian berbedaan dosis obat yang diberikan


berdasarkan perbedaan absorpsi. Umumnya dosis untuk pemebrian intraven lebih
kecil dari untuk pemberian subkutan atau pemebrian oral.

Saat pemebrian Obat : Obat yang diberikan sesudah makan Absorpsinya lebih
lambat dan tidak sempurna sehingga efek terapi mungkin tidak tercapai.
Pemebrian obat pada lambung yang kosong mempercepat absopsi obat sehingga
efek terapi cepat tercapai.

Kecepatan Biotransformasi dan Eksresi Obat : gangguang funsi hepar dan ginjal
memperlambat eliminasi obat tertentu sehingga dosis obat harus dikurangi untuk
menecgah terjadinya keracunan.

Factor Genetik : ada kalanya dapat mempengaruhi efek obat . Cabang


fafrmakologi yang mempelajari pengaruh factor genetic terhadap efek obat
disebut ilmu farmakogenetik.

Interaksi obat : efek suatu obat dapat dipengaruhi oleh terdapatnya obat lain.
Pengaruh dapat menguntungkan atau merugikan penedrita. Terjadinya interaksi
obat selalu harus dipertimbangkan bila menggunakan 2 obat atau lebih, bila perlu
dosis harus disesuaikan untuk mendapatkan efek yang diinginkan,

Variasi biologic : setiap individu mempunyai sifat sifat khas yang mungkin
menyebabkan perbedaan reaksi terhadap obat. Perbedaan ini disbeut variasi

8 | Efek Samping Obat


biologic. Umpamanya si A dengan menelan satu tablet aspirin sudah hilang sakit
kepalanya sedangkan si B membutuhkan dua tablet untuk masud yang sama. Kita
harus memakai berbagai istiah untuk menggambarkan rekasi terhadap obat.
Seorang yang dengan dosis kecil saja sudah mendapat efek yang diinginkan
dikatakn bersifat hiperaktif terhadap obat, sedangkan yang membutuhkan dosis
berat untuk mendapatkan efek yang diinginkan disebut hiporeaktif. Seorang yang
memperlihatkan efek samping berdasarkan reaksi imunologik dikatakan alergi
terhadap obat atau hipersensitif terhadap obat. Karena istilah hipersensitif mudah
dikacaukan artinya dengan istilah hiperreaktif, maka dianjurkan agar digunakan
istilah alergi saja. Pada toleransi terhadap obat, pasien membutuhkan dosis obat
yang lebih besar untuk menimbulkan intensitas efek yang sama. Toleransi terjadi
pada pemeberian semua obat narkotik. Toleransi yang timbul dalam waktu
singkat, yaitu dalam beberapa jam saja disbeut takfilasis. Dengan resistensi
terhadap obat di maksud obat tidak menimbulkan efek hipoglikemik lagi.
Disamping efek terapi yang diinginkan pada pemberian obat, obat hamper selalu
menimbulkan efek samping yaitu efek yang terjadi akibat pemebrian obat tetapi
yang tidak dikehendaki. Efek samping disebut efek toksis bila efek tersebut selalu
timbul bila dosis ditinggikan. Idiosinkrasi adalah efek samping yang berdasarkan
kelainan genetic misalnya anemia hemolitik oleh primakuin yang disebabkan
kekurangan ensim glukosa 6 fosfat dehydrogenase. (Falah Setyawati, Nur. 2015)

Hubungan Antara efek yang diinginkan ( efek terapi ) dan efek


toksisk disebut indeks terapi, yang didefinisikan sebagai ratio Antara LD50 dan
ED50 (LD 50/ED50). Makin besar indeks terapi makin aman obat tersebut.
2.6 Masalah dan Kejadian Efek Samping Obat
Setiap obat kemungkinan untuk menyenbabkan efek samping, seperti
halnya efek farmakologik, efek samping obat juga merupakan hasil
interaksi kompleks antara molekul obat dengan tempat kerja spesifik
dalam sistem biologik tubuh. Bila efek farmakologik terjadi secara
ekstrim, maka dapat terjadi pengaruh buruk terhadap sistem biologik
tubuh. (Falah Setyawati, Nur. 2015)
Pengertian efek samping obat adalah setiap efek yang tidak
dikehendaki merugikan atau membahayakan pasien (adverse reactions)
dari suatu pengobatan. Efek samping obat tidak mungkin dihindari/

9 | Efek Samping Obat


dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal
mungkin dengan menghindari faktor-faktor risiko yang diketahui.
Beberapa contoh efek samping misalnya :

1. Reaksi alergi akut karena penisilin (reaksi imunologik)

2. Hipoglikemia berat karena pemberian insulin (efek


farmakologik yang berlebihan)

3. Osteoporosis karena pengobatan kortikosteroid jangka lama


(efek samping karena penggunaan jangka lama)

4. Hipertensi karena penghentian pemberian klonidin (gejala


penghentian obat withdrawal syndrome)

5. Fokomelia pada anak karena ibunya menggunakan talidomid


pada masa awal kehamilan (efek teratogenik), dsb.

Masalah efek samping obat dalam klinik tidak dapat


dikesampingkan begitu saja karena kemungkinana dampat negative yang
terjadi, misalnya :

1. Kegagalan pengobatan

2. Timbulnya keluhan penderitaan atau penyakit baru karena obat


(drug-induced disease atau iatrogenic disease), yang semula
tidak diderita oleh pasien

3. Pembiayaan yang harus ditanggung sehubungan dengan


kegagalan terapi, memberatkan penyakit atau timbulnya
penyakit yang baru tadi (dampak ekonomik)

4. Efek psikologik terhadap penderita yang akan mempengaruhi


keberhasilan terapi lebih lanjut misalnya menurunnya
kepatuhan berobat, dll.

Tidak semua efek samping dideteksi secara mudah dalam tahap


awal, kecuali bila terjadi adalah bentuk-bentuk yang berat, spesifik
dan jelas sekali secara klinis.

10 | E f e k S a m p i n g O b a t
2.7 Pembagian Efek Samping Obat

Efek samping obat dapat dikelompokkan atau diklasifikasi dengan


berbagai cara, misalnya berdasarkan ada atau tidaknya hubungan dengan
dosis, berdasarkan bentuk-bentuk manifestasi efek samping yang terjadi,
dsb. Dalam pembagian yang praktis dan mudah diingat dalam melakukan
pengobatan adalah dengan penggunaan tabel dibawah ini :
Tabel 1.1.1 Jenis-Jenis Efek Samping Obat

1. Efek samping yang dapat diperkirakan :


Aksi farmakologik yang berlebihan
Respons karena penghentian obat
Efek samping yang tidak berupa efek farmakologik utama

2. Efek samping yang tidak dapat diperkirakan :


Reaksi alergi
Reaksi karena faktor genetik
Reaksi idiosinkratik
1. Efek Saming Yng Dapat Diperkirakan

a. Efek farmakologik yang berlebihan

Terjadinya efek farmakologik yang berlebihan (disebut juga efek


toksik) dapat disebabkan karena dosis relative yang terlalu besar bagi
pasien yang bersangkutan. Keadaan ini dapat terjadi karena dosis yang
diberikan memang besar atau karena adanya perbedaan respons kinetic
atau dinamik pada kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada pasien
dengan gangguan faal ginjal, gangguan faal jantung, perubahan
sirkulasi darah, usia, genetic dsb, sehingga dosis yang diberikan dalam
takaran lazim, menjadi relative terlalu besar pada pasien-pasen
tertentu. Selain itu efek ni juga bisa terjadi karena interaksi

11 | E f e k S a m p i n g O b a t
farmakokinetik maupun farmakodinamk antar onbat yang diberikan
bersamaan, sehingga efek obat menjadi lebih besar.
Efek samping jenis ini umumnya dijumapi pada pengobatan dengn
depresansia susunan saraf pusat, obat-obat pemacu jantung
antihipertensi dan hipoglikemia atau antidiabetika. Beberapa contoh
spesifik dari jenis efek samping misalnya:

- Depresi respirasi pada pasien-pasien bronchitis berat yang


menerima pengobatan dengan morfin atau benzodiazepine.

- Hipotensi yang terjadi pada stroke, infark miokard atau


kegagalan ginjal pada pasien yang menerima obat
antihipertensi dalam dosis terlalu tinggi.

- Bradikardia pada pasien-pasien yang menerima digoksin dalam


dosis teralu tinggi.

- Palpitasi pada pasien asma karena dosis teofilin yang terlalu


tinggi.

- Hipoglikemia karena dosis antidiabetika terlalu tinggi.

- Perdarahan yang terjadi pada pasien yang sedang menerima


pengobatan dengan warfarin, karena secara bersamaan juga
minum aspirin.

Semua pasien mempunyai risiko untuk mendapatkan efek samping


karena dosis terlalu tinggi ini, dan upaya pencegahan dapat dilakukan
dengan memberikan perhatian khusus terhadap kelompok-kelompok
pasien dengan risiko tadi (penurunan fungsi ginjal, penurunan fungsi
hepar, bayi dan usia lanjut). Selain itu riwayat pasien dalam pengobatan
yang mengarah ke kejadian efek samping juga perlu diperhatikan.

b. Gejala Penghentian Obat

Gejala penghentian obat (gejala pututs obat atau withdrawai syndrome)


adalah munculnya kembali gejala penyakit semula atas reaksi

12 | E f e k S a m p i n g O b a t
pembalikan terhadap efek farmakologik obat, karena penghentian
pengobatan. Contoh yang banyak dijumpai karena:

- Agitasi ekstrim, tarikardi, rasa bingung, delirium, dan konvusi


yang mungkin terjadi pada penghentian pengobatan dengan
depresansia susunan saraf pusat seperti barbiturate,
benzodiazepine dan alcohol,

- Krisis Addison akut yang muncul karena penghentian terapi


berlebihan karena penghentian terapi klonidin,

- Gejala putus obat karena narkotika.

Reaksi putus obat ini terjadi, karena Selma pengobatan telah


berlangsung adaptasi pada tingkat reseptor. Adaptasi ini menyebabkan
toleransi terhadap efek farmakologik obat, sehingag umumnya pasien
memerlukan dosis yang makin lama makin besar (sebagai contoh
berkurangnya respons penderita epilepsy terhadap fenobarbital atau
fenitoin, sehingag dosis perlu diperbesar agar serangan tetap
terkontrol). Reaksi putus obat dapat dikurangi dengan cara
menghentikan pengobatan sacara terhadap misalnya dengan penurunan
dosis secara berangsur-angsur atau dnegan menggantikan dengan obat
sejenis yang mempunyai aksi lebih panjang atau kurang poten, dengan
gejala putus obat yang lebih ringan.

c. Efek Sampng Yang Tidak Berupa Efek Farmakologik Utama

Efek-efek sampng yang berbeda dari efek farmakologik utamanya,


untuk sebagian besar obat umumnya telah dapat diperkirakan berdasarkan
penelitian-penelitian yang telah dilakukan secara sistematik sebelum oabat
mulai digunakan untuk pasien, efek-efek ini umumnya dalam derajat
ringan namun angka kejadiannya bisa cukup tinggi.
Sedangkan efek samping yang lebih jarang dapat diperoleh dari
laporan-laporan setelah obat dipakai, dalam populasi yang lebih luas.
Sebagai contoh misalnya:

13 | E f e k S a m p i n g O b a t
- Iritasi lambung yang menyebabkan keluhan pedih, mual dan
muntah pada obat-obat kortikosteroid oral, analgetika
antiperitika, teofilin, eritromisin, rifampisin, dll.

- Rasa ngantuk (drowsiness) setelah pemakian antihistaminika


untuk anti mabok perjalanan (motion sickness).

- Kenaikan enzim-enzim transferase hepar karena pemberian


rifampisin.

- Efek teratogenic obat-obat tertentu sehingga obat tersebut tidak


boleh diberikan pada wanita hamil.

- Penghambatan agregasi trombosit oleh aspirin, sehingga


memperpanjang waktu pendrahan.

- Ototoksisitas karena kinin atau kinidin, dsb.

2. Efek Samping Yang Tidak dapat Diperkiran

a. Reaksi Alergi

Alergi obat atau atau reaksi hipersensitivitas merupakan efek


samping yang sering terjadi, dan terjadi akibat reaksi imonulogik.
Reaksi ini tidak dapat diperkirakan sebelumnya, seringkali sama
sekali tidak tergantung dosis, dan terjadi hanya sebagian kecildari
populasi yang menggunakan suatu obat. Reaksinya dapat bervariasi
dari bentuk yang ringan seperti reaksi kulit eritema sampai yang
paling berat berupa syok anafilaksi yang bisa fatal.

Reaksi alergi dapat dikenali berdasarkan sifat-sifat khasnya, yaitu:

1) Gejalanya sama sekali tidak sama dengan efek


farmakologiknya,

2) Sering kali terdapat tenggang waktu antara kontak pertama


terhadap obat dengan timbulnya efek,

3) Reaksi dapat terjadi pada kontak ulangan, walaupun hanya


dengan sejumlah sangat kecil obat.

14 | E f e k S a m p i n g O b a t
4) Reaksi hilang bila obat dihentikan.

5) Keluhan/gejala yang terjadi dapat ditandai sebagai reaksi


imunologik, misalnya rash(ruam) di kulit, serum
sickness,anafilaksis, asma, urtikaria, angio-edema,dll.

Dikenal 4 macam mekanisme terjadinya alergi, yakni:

1). Tipe I. Reaksi anafilasis: yaitu terjadinya interaksi antara antobodi


lgE pada sel mast dan leukosit basophil dengan obat atau metabolit,
menyebabkan pelepasan mediator yang enyebabkan reaksi alergi
misalnya histamin, kinin,5 hidroksi triptamin, dll. Manifestasi efek
samping bisa berupa urtikaria, rhinitis, asma bronkial, angio-edema
dan syok anafilatik. Syok anafilatik ini merupakan efek samping
yang paling ditakuti. Obat-obat yang sering menyebabkan adalah
penisilin, streptomisin, anestetika local,media kontrasyang
mengandung yodium.

2). Tipe ll. Reaksi sitotoksik: yaitu interaksi antara antibody lgG, lgM
atau lgA dalam sirkulasi dengan obat, membentuk kompleks yang
akan menyebabkan lissis sel, contohnya adalah trombositopenia
karena kuinidin /kinin, digitoksin, dan rifampisin, anemia hemolitik
karena pemberian penicillin, sefalosporin, rifampisin, kuinin dan
kuinidin, dll.

3) Tipe lll. Reaksi imun-kompleks: yaitu interaksi antara antibody lgG


dengan antigen dalam sirkulasi, kemudian kompleks yang
terbentuk melekat pada jaringan dan menyebabkan kerusakan
endothelium kapiler. Manifestasinya berupa keluhan demam,
artristik, pembesaran limfonodi, urtikaria, dan ruam makulopapular.
Reaksi ini dikenal dengan istilah serum sickness , karena
umumnya muncul stelah penyuntikan dengan serum asing
(misalnya anti-tetanus serum)

4) Tipe lV. Reaksi dengan media sel: yaitu sensititasi limposit T oleh
kompleks antigen-hapten-protein, yang kemudian baru

15 | E f e k S a m p i n g O b a t
menimbulkan reaksi setelah kontak dengan suatu antigen,
menyebabkan reaksi inflamasi. Contohnya adalah dermatitis kontak
yang disebabkan salep anestetika local, salep antihistamin dan
antifungi topical. Walaupun mekanisme efek samping dapat
ditelusur dan dipelajari seperti diuraikan di atas, namun dalam
praktek klinik manifestasi efek samping karena alergi yang akan
dihadapi oleh dokter umumnya akan meliputi:

a) Demam
Umumnya demam dalam derajad yang tidak terlalu berat, dan akan
hilang dengan sendirinya setelah pengentian obat bebrapa hari.
b) Ruam kulit (skin rashes)
Ruam dapat berupa eritema, urtikaria, vaskulitis kutaneus, purpura,
eritroderma dan dermatitis eksfoliatif, fotosensitifitas, erupsi, dll.
c) Penyakit jaringan ikat
Merupakan jaringan lupus eritematosus sistemik, kadang-kadang
melibatkan sendi, yang dapat terjadi pada pemberian hidrazin,
prokainamid, terutama pada individu asetilator lambat
d) Gangguan system darah
Trombositopenia, neutropenia (atau granulositosis), anemia
hemolitika, dan anemia aplastika merupakan efef yang
kemungkinan akan dijumpai, meskipun angka kejadiannya
mungkin relative jarang
e) Gangguan pernafasan
Asma akan merupakan kondisi yang sering di jumpai, terutama
karena aspirin. Pasien yang telah diketahui sensitive terhadap
aspirin kemungkinan besar juga akan sensitive terhadap analgetik
atau antiimflamasi lain.

b. Reaksi karena faktor genetik

Pada orang orang tertentu dengan variasi atau kelainan genetic,


suatu obat mungkin dapat memberikan efek farmakologik yang
berlebihan. Efek obatnya sendiri dapat diperkirakan, namun
subjek yang mempunyai kelainan genetic seperti ini yang
mungkin sulit dikenali tanpa pemeriksaan spesifik (yang juga

16 | E f e k S a m p i n g O b a t
tidak mungkin dilakukan pada pelayanan kesehatan rutin ).
Sebagai contoh misalnya:

1. Pasien yang menderita kekurangan psedukolinesterase


herediter tidak dapat memetabolisme suksinilkolin (suatu
pelemas otot), sehingga bila diberikan obat ini mungkin akan
menderita paralisis dan apnea yang berkepanjangan.
2. Pasien yang mempunyai kekurangan enzim G6PD (Glukosa-6-
fosfat dehidrogenase) mempunyai potensi untuk menderita
anemia hemolitika akut pada pengobatan dengan primakuin,
sulfonamide dan kinidin.

Kemampuan metabolisme obat suatu individu juga dapat


dipengaurhi oleh factor genetic. Contoh yang paling popular
adalah perbedaan kemampuan metabolism isoniazid, hidralazin
dan prokainamid karena adanya peristiwa polimorfisme dalam
proses astilase obat-obat tersebut.

Berdasarkan sifat genetic yang dimiliki, populasi terbagi menjadi


2 kelompok, yakni individu-individu yang mampu mengasetilasi
secara cepat ( asetilator lambat ). Di Indonesia, 65% dari populasi
adalah asetilator cepat, sedangkan 35% adalah asetilator lambat.
Pada kelompok-kelompok etnik/sub-etnik lain, proporsi distribusi
ini berbeda-beda. Efek samping umumnya lebih banyak dijumpai
pada asetilator lambat daripada asetilator cepat. Sebagai contoh
misalnya :

1. Neuropati perifer karena isoniazid lebih banyak dijumpai pada


asetilator lambat.
2. Sindroma lupus karena hidralazin atau prokainamid lebih
sering terjadi pada asetilator lambat.

Pemeriksaan untuk menentukan apakah seseorang termasuk


dalam kelompok asetilator cepat atau lambat sampai saat ini
belum dilakukan sebagai kebutuhan rutin dalam pelayanan

17 | E f e k S a m p i n g O b a t
kesehatan, namun sebenarnya prosedur pemeriksaannya tidak
sulit, dan dapat dilakukan di Laboratorium Farmakologi Klinik .

c. Reaksi idiosinkratik

Istilah idiosinkratik digunakan untuk menunjukkan suatu


kejadian efek samping yang tidak lazim, tidak diharapkan atau
aneh, yang tidak dapat diterangkan atau diperkirakan mengapa
bisa terjadi. Untungnya reaksi idiosinkratik ini relatif sangat
jarang terjadi. Beberapa contohnya misalnya :n

1. Kanker pelvis ginjal yang dapat diakibatkan pemakaian


anlagetika secara serampangan
2. Kanker uterus yang dapat terjadi karena pemakaian estrogen
jangka lama tanpa pemberian progestogen sama sekali.
3. Obat-obatan imunosupresi dapat memacu terjadinya tumor
limfoid.
4. Preparat-preparat besi intramuskuler dapat menyebabkan
sarcomata pada tempat penyuntikan.
5. Kanker tiroid yang mungkin dapat timbul pada pasien-pasien
yang pernah menjalani perawatan
6. Iodium radioaktif sebelumnya.

(Falah Setyawati, Nur. 2015)

2.8 Masalah dan kejadian efek samping obat


Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek
samping, oleh karena seperti halnya efek farmakologik, efek samping obat
juga merupakan hasil interaksi yang kompleks antara molekul obat dengan
tempat kerja spesifik dalam system biologic tubuh. Bila suatu efek
farmakologik terjadi secara ekstrim, maka dapat terjadi pengaruh yang buruk
terhadap system biologik tubuh.
Pengertian efek samping dalam pembahasan ini adalah setiap efek
yang dikehendaki yang merugikan atau membahayakan pasien (adverse
reaction) dari suatu pengobatan. Efek samping tidak mungkin dihindari/
dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal mungkin

18 | E f e k S a m p i n g O b a t
dengan menghindari factor-faktor risiko yang sebagaian besar sudah diketahui.
Beberapa contoh efek samping misalnya:
1. Reaksi alergi
A. Efek samping obat melalui intravena
1) Cefotaxime

Gambar 2.8.1 Obat Cefotaxime 1, by


http://www.1001obat.com/cefotaxime.html

a. Pengertian
Cefotaxime adalah kelompok obat yang disebut cephalosporin
antibiotics. Cefotaxime bekerja dengan cara memperlemah dan
memecah dinding sel, membunuh bakteri. Cefotaxime digunakan
untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, termasuk keadaan
parah atau yang mengancam nyawa.
b. Indikasi:
Untuk mengobati infeksi bakteri atau mencegah infeksi bakteri
sebelum, selama atau setelah pembedahan tertentu.
c. Dosis:

19 | E f e k S a m p i n g O b a t
1. 1-2 gr melalui pembuluh darah (intra vascular), lakukan setiap 8-
12 jam
2. Dosis maksimum: 12 gr/hari
d. Efek Samping:
1. Reaksi hipersensitivitas (urticaria, pruritus, ruam, reaksi parah
seperti anaphylaxis bisa terjadi); Efek GI (diare, N/V,
diare/radang usus besar); Efek lainnya (infeksi candidal)
2. Dosis tinggi bisa dihubungkan dengan efek CNS
(encephalopathy, convulsion); Efek hematologis yang jarang;
pengaruh terhadap ginjal dan hati juga terjadi.
3. Perpanjangan PT (prothrombin time), perpanjangan APTT
(activated partial thromboplastin time), dan atau
hypoprothrombinemia (dengan atau tanpa pendarahan)
dikabarkan terjadi, kebanyakan terjadi dengan rangkaian sisi
NMTT yang mengandung cephalosporins.

e. Instruksi Khusus:
1. Boleh dikonsumsi dengan makanan untuk mengurangi keadaan
gastrik.

2. Gunakan dengan hati-hati pada pasien yang alergi terhadap


Penicillin, ada kemungkinan 10% peluang sensitivitas.

3. Gunakan dengan hati-hati pada pasien kerusakan ginjal.


f. Pencegahan dan peringatan
Jika terjadi alergi karena pemberian obat cefotaxime anda
diharuskan menghentikan pengobtan dan memhentikan
pemberian antibiotic lainnya.
B. Alergi pemberian obat melalui oral
1) Amoksisilin (Amoxicillin)

20 | E f e k S a m p i n g O b a t
Gambar 2.8.2 Obat Amoxicillin 1, by
http://www.1001obat.com/amoxicillin.html

a. Pengertian
Amoksisilin (amoxicillin) adalah antibiotik yang digunakan
untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan bagian atas dan
bawah, infeksi saluran kemih, saluran cerna, kulit dan jaringan
lunak. Obat ini adalah antibiotik beta laktam yang termasuk
keluarga penicillin yang mempunyai spektrum sedang, aktif
terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif.
b. Indikasi
Oleh karena itu, amoksisilin digunakan untuk penyakit berikut:
1. Infeksi tenggorokan (faringitis);

2. Infeksi amandel (tonsilitis);

3. Infeksi telinga;

4. Infeksi saluran kemih;

5. Infeksi kulit;

6. Sakit maag yang disertai infeksi bakteri;

7. Pennyakit menular seksual, seperti raja singa;

21 | E f e k S a m p i n g O b a t
8. Infeksi lapisan jantung (endokarditis).

c. Dosis

1. Tersedia amoksisilin tablet dan kapsul dengan ukuran 250 mg


dan 500 mg. Sedangkan untuk sirup, tersedia ukuran dosis 125
mg/5ml, 200 mg/5ml, dan 250 mg/ml.

2. Dosis amoksisilin sebagai terapi infeksi tenggorokan, telinga,


dan infeksi saluran kemih pada pasien dewasa ialah 2-3 kali 500
mg. Amoksisilin diberikan selama 5 hari. Untuk infeksi berat,
amoksisilin dapat diberikan untuk 10-14 hari.

3. Untuk anak-anak, dosis amoksisilin tergantung berat badan.


Dosisnya ialah 25-30 mg/kg/hari terbagi dalam 2-3 kali minum.
Misalkan, seorang anak memiliki berat 10 kg, maka dosis
amoksisilin untuk anak tersebut ialah 250-300 mg/hari. Jika
diminum tiga kali sehari, maka sekali minum dosisnya adalah
80-100 mg.

d. Efek Samping

Layaknya berbagai obat lain, amoksisilin memiliki efek samping


yang harus diwaspadai.
1. Reaksi Anafilaksis
Efek samping amoksisilin yang paling serius dan berbahaya
adalah timbulnya reaksi anafilaksis.
Reaksi anafilaksis didefinisikan sebagai reaksi hipersensitivitas
tipe 1 yang mengancam jiwa, yang muncul akibat reaksi obat
yang diberikan secara internal maupun secara oral.
Sekitar 1500 pasien meninggal setiap tahun karena reaksi
anafilaksis di Amerika Serikat.
Reaksi anafilaksis ditandai dengan tanda-tanda dan gejala
berikut:

22 | E f e k S a m p i n g O b a t
a. Tanda dan gejala reaksi anafilaktik mulai muncul dalam
waktu 72 jam setelah eksposur.Tanda awal terlihat pada
kulit berupa gatal-gatal, ruam kulit, serta kulit memerah.
Demam sering pula muncul mengiringi ruam kulit.
b. Pembengkakan bibir, lidah dan/atau tenggorokan juga
terlihat sebagai cara tubuh merespon dan melawan
peradangan.
c. Tekanan pernapasan dalam bentuk kesulitan bernafas,
sesak napas, dan mengi.
d. Beberapa pasien mungkin juga mengeluhkan masalah
pencernaan seperti kram perut yang parah, nyeri perut,
diare, dll.

e. Efek serius lain yang mungkin terjadi jika tindakan tidak


segera diambil meliputi kejang arteri koroner yang bisa
menyebabkan myocardial infarction.

f. Akibatnya, terdapat resiko penurunan mendadak tekanan


darah yang menyebabkan pusing, kelelahan, bersama
dengan hilangnya kesadaran.

2. Sariawan

Sariawan sering dilihat sebagai infeksi super dalam kasus


overdosis amoksisilin.

Setiap kali terjadi overdosis konsumsi antibiotik, akan muncul


reaksi merugikan karena terjadinya penurunan kekebalan
tubuh.

Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi


oportunistik seperti sariawan, kandidiasis, dan infeksi jamur
lainnya.

3. Masalah pencernaan

23 | E f e k S a m p i n g O b a t
Masalah pencernaan umum terjadi sebagai efek samping
amoksisilin pada bayi.

Saluran pencernaan berpotensi bereaksi negatif pada


amoksisilin menyebabkan kram perut, nyeri di perut bagian
bawah, dll. Gejala-gejala ini mirip dengan iritasi usus besar.

4. Mual

Sering mual dan muntah adalah salah satu efek yang sering
dialami wanita karena penggunaan amoksisilin. Reaksi ini
biasanya ringan dan jarang mengancam jiwa. Diare mungkin
juga muncul bersama dengan mual dan muntah.

5. Kerusakan hati

Efek samping lain yang lebih serius, yang hanya terjadi setelah
penyalahgunaan dan penggunaan jangka panjang adalah
kerusakan hati.

e. Pencegahan dan Peringatan

Cara efektif untuk menangani alergi amoksisilin adalah dengan


menghentikan penggunaan obat ini setelah gejala alergi mulai
terlihat.

Pastikan untuk menginformasikan dokter perihal gejala alergi yang


dirasakan. Gejala alergi ringan bisa diobati menggunakan kompres
dingin atau antihistamin. Infeksi jamur dapat diobati dengan asupan
yoghurt atau jus cranberry. Dalam kasus alergi amoksisilin
(amoxicillin) parah, dokter akan memberikan pengobatan yang
sesuai, tergantung pada pada kondisi tiap pasien.

2. Hipoglikemia berat karena pemberian insulin (efek samping


farmakologik yang berlebihan)

24 | E f e k S a m p i n g O b a t
a. Pengertian Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah gangguan kesehatan yang terjadi ketika


kadar gula di dalam darah berada di bawah kadar normal. Zat gula
didapat dari makanan yang kita cerna dan serap. Molekul-molelul gula
tersebut masuk ke dalam aliran darah untuk selanjutnya disalurkan ke
seluruh sel-sel yang ada di jaringan tubuh. Namun sebagian besar sel-
sel tubuh tidak bisa menyerap gula tanpa bantuan hormon insulin yang
diproduksi oleh pankreas. Dalam hal ini, insulin berperan sebagai
pembuka pintu bagi masuknya zat gula ke dalam sel.

Jika jumlah insulin terlalu banyak, otomatis kadar gula darah


akan menurun. Itu sebabnya hipoglikemia banyak dialami oleh
penderita diabetes karena mereka sering menggunakan insulin atau
obat-obatan pemicu produksi insulin guna menurunkan kadar gula di
darah mereka. Namun bukan hanya insulin saja, terdapat beberapa
faktor lainnya, seperti pola makan yang buruk, juga dapat
menyebabkan hipoglikemia.

b. Gejala hipoglikemia
Jika kadar gula darah terlalu rendah, maka tubuh termasuk otak
tidak akan bisa berfungsi dengan baik. Dan jika itu terjadi, seseorang
yang menderita hipoglikemia akan ditandai dengan gejala-gejala
seperti berikut ini.
a. Lelah
b. Pusing
c. Pucat
d. Bibir kesemutan
e. Gemetar
f. Berkeringat
g. Merasa lapar
h. Jantung berdebar-debar
i. Sulit berkonsentrasi

25 | E f e k S a m p i n g O b a t
j. Mudah marah
Penderita hipoglikemia yang kondisinya makin memburuk
akan mengalami gejala-gejala seperti:
a. Gangguan penglihatan
b. Seperti kebingungan
c. Gerakan menjadi canggung, bahkan berperilaku seperti orang mabuk
d. Kejang
e. Mengantuk
f. Hilang kesadaran
Gejala yang memburuk tersebut umumnya terjadi ketika kadar
darah turun secara drastis akibat hipoglikemia yang tidak mendapat
penanganan tepat. Jika Anda menderita diabetes dan curiga sedang
mengalami hipoglikemia, disarankan untuk segera menemui dokter
jika kondisi anda tidak mengalami perubahan positif, meski sudah
diobati misalnya dengan mengonsumsi makanan atau minuman manis.
3. Osteoporosis karena pengobatan kortikosteroid jangka lama (efek
samping karena penggunaan jangka lama)
A. Kortikosteroid
1. Pengertian Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan tiruan dari hormon manusia yang
normalnya diproduksi oleh kelenjar adrenal (dua kelenjar kecil di atas
ginjal). Obat ini tergolong jenis obat yang keras, sehingga memiliki
efek samping yang bisa sangat serius.
Tubuh manusia, tepatnya kelenjar adrenal, menghasilkan
hormon kortisol yang diperlukan untuk menjaga kondisi kesehatan,
namun jika produksi hormon tersebut tidak sesuai kebutuhan, maka
umumnya dokter juga akan meresepkan obat ini.
2. Tentang Kortikosteroid
Jenis obat Obat steroid anti inflamasi
Golongan Obat resep
Meredakan pembengkakan, kemerahan, gatal-gatal,
Manfaat
reaksi alergi.

26 | E f e k S a m p i n g O b a t
Dikonsumsi
Dewasa & anak
oleh
Bentuk Tablet, cair, suntik, inhaler (hirup), oles

Gambar 2.8.3 obat steroid, onat dexamethason, by


http://www.1001obat.com/dexamethasone.html

Gambar 2.8.4 Obat steroid,onat prednison 1, by


http://www.1001obat.com/prednisone.html

Gambar 2.8.5 Obat steroid, obat methylprednisolon, by


http://www.1001obat.com/methylprednisolone.html

27 | E f e k S a m p i n g O b a t
3. Peringatan Kortikosteroid
a. Wanita yang sedang merencanakan kehamilan, sedang hamil,
atau menyusui, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum
mengonsumsi atau menggunakan kortikosteroid.
b. Harap berhati-hati bagi yang sedang menderita gangguan hati,
gangguan mental atau perilaku, memiliki luka, menderita infeksi
lain akibat jamur-bakteri-virus, penyakit jantung, HIV, hipertensi,
diabetes, epilepsi, glaukoma, gangguan kelenjar tiroid,
osteoporosis, obesitas, dan tukak lambung.
c. Hindari konsumsi minuman keras, karena bisa menyebabkan
sakit perut.
d. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
4. Dosis Kortikosteroid
Dosis kortikosteroid untuk tiap pasien berbeda-beda. Dosis
biasanya ditentukan oleh dokter berdasarkan tingkat keparahan
penyakit dan respons tubuh tiap pasien.
Selain tingkat keparahan dan respons tubuh, dosis serta durasi
pengobatan kortikosteorid juga tergantung pada:
a. Jenis dan bentuk kortikosteroid yang berbeda kekuatan kerjanya
dan efek sampingnya.
b. Jenis penyakit yang diidap penderita.
Berkonsultasilah dengan dokter guna menentukan dosis
kortikosteroid untuk anak-anak, yang biasanya disesuaikan dengan
berat badan mereka.
5. Mengonsumsi Kortikosteroid Dengan Benar
Pastikan untuk membaca petunjuk pada kemasan obat dan
mengikuti anjuran dokter dalam mengonsumsi kortikosteroid. Jangan
menambahkan atau mengurangi dosis tanpa izin dokter.
Disarankan untuk mengonsumsi kortikosteroid bersama
dengan makanan atau kondisi perut sudah terisi makanan. Tujuannya
untuk menurunkan risiko pasien terkena sakit perut.

28 | E f e k S a m p i n g O b a t
Konsumsi minuman beralkohol selama pengobatan juga bisa
berisiko mengakibatkan sakit perut. Telan kortikosteroid berbentuk
kapsul seluruhnya, tanpa menghancurkan atau mengunyahnya.
Jangan memperpanjang atau mengurangi durasi pengobatan
tanpa izin dokter.
Berikut beberapa aturan konsumsi kortikosteroid yang
dibedakan berdasarkan jadwal minum per hari, saat pasien lupa:
a. Satu kali setiap 2 hari. Jika teringat pada hari yang sama dengan
jadwal minum obat, maka segeralah minum dan lanjutkan jadwal
yang sama hari berikutnya. Bila teringat di hari berikutnya dari
jadwal minum obat, maka segera konsumsi kortikosteroid dan
lewatkanlah satu hari berikutnya tanpa mengonsumsi kortikosteroid,
sebelum kembali ke jadwal mengonsumsi yang normal.
b. Satu kali selama satu hari. Jangan menggandakan dosis
kortikosteroid pada jadwal berikutnya untuk menggantikan dosis
yang terlewat.
c. Beberapa kali sehari. Jika baru teringat pada jadwal selanjutnya,
gandakanlah dosis kortikosteriod.
6. Kenali Efek Samping dan Bahaya Kortikosteroid
Reaksi orang terhadap sebuah obat berbeda-beda. Beberapa hal yang
memengaruhi risiko mengalami efek samping kortikosteroid adalah:
a. Jenis kortikosteroid. Kortikosteroid berbentuk tablet lebih sering
menyebabkan efek samping daripada bentuk suntik atau hirup.
b. Dosis kortikosteroid. Makin tinggi dosisnya, makin berisiko
mengalami efek samping.
c. Durasi pengobatan. Pasien yang menjalani durasi pengobatan
lebih dari 3 minggu lebih berisiko mengalami efek samping.
d. Usia pasien. Anak-anak dan orang tua lebih rentan mengalami
efek samping.
Beberapa efek samping kortikosteroid yang umumnya terjadi adalah:
1. Kortikosteroid hirup
a. Sariawan pada mulut atau tenggorokan.

29 | E f e k S a m p i n g O b a t
b. Mimisan.
c. Suara serak dan parau.
d. Batuk.
e. Jamur di rongga mulut (oral trush).
f. Risiko pneumonia pada penderita penyakit paru obstruktif
kronik (COPD)
2. Kortikosteroid suntik
a. Infeksi
b. Nyeri dan pembengkakan pada bagian tubuh yang disuntik.
c. Otot melemas.
d. Kulit berwarna kemerahan, pucat, dan menipis di sekitar bagian
tubuh yang disuntik.
3. Kortikosteroid tablet
a. Meningkatnya nafsu makan.
b. Jerawat.
c. Perubahan mood tiba-tiba.
d. Kulit tipis mudah memar.
e. Otot melemas.
f. Luka sulit untuk sembuh.
g. Diabetes atau bertambah parahnya diabetes yang sudah ada.
h. Tekanan darah tinggi atau hipertensi.
i. Glaukoma.
j. Tukak lambung.
k. Katarak.
l. Melemahnya tulang atau penegeroposteoporosis
m. Sindrom Cushing.
n. Gangguan mental.
o. Menghambat pertumbuhan pada anak.
p. Meningkatkan risiko infeksi.
4. Hipertensi karena penghentian pemberian klonidin (gejala penghentian
obat-withdrawal syndrome)

30 | E f e k S a m p i n g O b a t
Clonidine adalah obat untuk mengendalikan tekanan darah tinggi atau
hipertensi yang dapat membebani pembuluh nadi dan jantung. Selain
itu, obat ini bisa digunakan untuk menangani sensasi panas (hot flush)
yang dirasakan saat menopause dan mencegah sakit kepala vaskular
serta migrain.
5. Fokomelia pada anak karena ibunya menggunakan talidomid pada masa
awal kehamilan (efek teratogenik) dan sebagainya
A. Talidomid

Gambar 2.8.6 Obat Thalidomide 1, by


https://gens2ktp.wordpress.com/2013/10/23/sjs/

a. Pengertian
Thalidomide adalah obat yang umumnya digunakan untuk
mengobati atau mencegah kondisi kulit tertentu yang
berhubungan dengan penyakit Hanses, dulu dikenal dengan
leprosy (erythema nodosum leprosum). Thalidomide juga
digunakan untuk mengobati kanker jenis tertentu (multiple
myeloma). Thalidomide termasuk ke dalam kategori obat yang
dikenal dengan immunomodulators. Obat ini bekerja pada
penyakit Hansen dengan mengurangi pembengkakan dan
kemerahan(inflamasi). Juga mengurangi pembentukan
pembuluh darah yang memicu tumor.
b. Indikasi
Obat untuk mengatasi kusta dan kanker kulit tertentu.
c. Dosis

31 | E f e k S a m p i n g O b a t
Standar dosis dewasa untuk Leprosy Erythema Nodosum
Leprosum:

Cutaneous erythema nodosum leprosum (ENL):

1. Dosis awal: 100 sampai 300 mg diminum sekali sehari


dengan air, lebih baik pada waktu akan tidur dan setidaknya
1 jam sesudah makan malam; pasien dengan berat badan
kurang dari 50 kg dosis diberikan dari yang terendah.

Reaksi cutaneous ENL yang parah atau pasien yang


sebelumnya memerlukan dosis lebih tinggi untuk
mengendalikan reaksi:

Dosis awal: sampai dengan 400 mg/hari diminum sehari


sekali sebelum tidur atau dosis dibagi dengan air, setidaknya
1 jam setelah makan.

Standar dosis dewasa untuk Multiple Myeloma:

200 mg diminum sehari sekali dengan air, lebih baik


sebelum tidur dan setidaknya 1 jam setelah makan malam.

2. 12 tahun ke atas Cutaneous erythema nodosum leprosum


(ENL): Dosis awal: 100 sampai 300 mg diminum sekali
sehari dengan air, lebih baik pada waktu akan tidur dan
setidaknya 1 jam sesudah makan malam; pasien dengan
berat badan kurang dari 50 kg dosis diberikan dari yang
terendah.

Reaksi cutaneous ENL yang parah atau pasien yang


sebelumnya memerlukan dosis lebih tinggi untuk
mengendalikan reaksi:

32 | E f e k S a m p i n g O b a t
Dosis awal: sampai dengan 400 mg/hari diminum sehari
sekali sebelum tidur atau dosis dibagi dengan air, setidaknya
1 jam setelah makan.

3. Thalidomide tersedia dalam dosis-dosis sebagai berikut.

Kapsul 50 mg; 100 mg; 150 mg; 200 mg

d. Efek Samping
Hentikan penggunaan obat ini dan mintalah pertolongan medis
jika Anda mengalami gejala reaksi alergi: gatal-gatal; sulit
bernapas; bengkak pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.
Hubungi dokter jika Anda mengalami efek samping serius:
1. Nyeri pada dada, napas pendek, batuk berdarah;
2. Nyeri atau bengkak pada lengan, paha, atau betis;
3. Demam, menggigil, badan terasa sakit, gejala flu, mudah
terluka atau berdarah;
4. Detak jantung lambat, napas sesak, merasa akan pingsan;
5. Ruam pada kulit, kemerahan, melepuh, mengelupas;
6. Kemerahan, meningkatnya ruam kulit (khususnya jika Anda
mengalami demam, detak jantung cepat, dan pusing atau
pingsan);
7. Mati rasa, rasa terbakar, nyeri, atau merasa kesemutan; atau
8. Kejang-kejang.
Efek samping yang tidak begitu serius termasuk:
1. Merasa kantuk;
2. Cemas, kebingungan, atau gemetaran;
3. Nyeri pada tulang, otot lemas;
4. Masalah tidur (insomnia); atau
5. Mual, sembelit, hilang nafsu makan.
Beberapa contoh obat lainnya yaitu:
1. Adregenik

33 | E f e k S a m p i n g O b a t
Gambar 2.8.7 Obat Epinefrin 1, by
http://www.kesehatankerja.com/EPINEPHRINES.htm

- Adrenalin ( epinefrin)
- Efek samping: berupa efek sentral (gelisah, tremor, nyeri kepala)
dan terhadap jantung (palpitasi dan aritmia) terutama pada dosis
lebih tinggi. Timbul pula hiperglikemia, karena efek antidiabetika
oral diperlemah.
- Dosis: pada serangan asma i.v. 0,3 ml dari larutan 1:1000 yang
dapat diulang dua kali setiap 20 menit (tartrat).

2. Analgesik
- Aspirin

Gambar 2.8.8 Obat Aspirin 1, by http://blogpeda.blogspot.co.id/2016/08/harga-aspirin-


obat-pereda-nyeri-terbaru.html

Efek samping: gatal-gatal, gangguan pernapasan, terjai


pembengkakkan (pada wajah, lidah, bibir, dan tenggoroka),

34 | E f e k S a m p i n g O b a t
mengalami sakit perut seperti mulas, mengantuk, sakit kepala
ringan.
- Ibuprofen

Gambar 2.8.9 Obat Ibuprofen 1, by


http://publichealthnote.blogspot.co.id/2011/08/ibuprofen.html

Efek smaping: timbul ruam, telinga bordering, sakit kepala, pusing,


mengantuk, sakit perut, mual, diare sembelit, dan mulas.
- Ketoprofen

Gambar 2.8.10 Obat Ketoprofen 1, by http://www.obatapasaja.com/2015/05/dosis-


kegunaan-dan-harga-ketoprofen.html

Efek samping
Sembelit, diare, pusing, mengantuk, sering buang gas, sakit kepala,
mual, mulas, gangguan pada perut.
3. Antipsikotin
- Contoh: butyrophenone, phenothiazine, benzisoxazole.
Efek samping: insomnia, agitasi, rasa cemas, sakit kepala, tremor,
bradikinesia, hipersalivasi, dan dystonia akut.

35 | E f e k S a m p i n g O b a t
Masalah efek samping obat dalam klinik tidak dapat
dikesampingkan begitu saja oleh karena kemungkinan dampak negatif
yang terjadi misalnya:
1. Kegagalan pengobatan
2. Timbulnya keluhan penderitaan atau penyakit baru karena obat (drug-
induced disease atau iatrogenic disease), yang semula tidak diderita
oleh pasien
3. Pembiayaan yang harus ditanggung sehubungan dengan kegagalan
terapi, memberatnya penyakitatau timbulnya ppenyakit yang baru tadi
(dampak ekonomik)
4. Efek psikologik terhadap penderita yang akan mempengaruhi
keberhasilan terapi lebih lanjut misalnya menurunya kepatuhan
berobat, dll
Sayangnya tidak semua efek samping dapat dideteksi secara mudah
dalam tahap awal, kecuali bila yang terjadi adalah bentuk-bentuk yang
berat, spesifik dan jelas sekali secara klinis. Golongan umur yang trbanyak
mengalami efek sampingadalah orang tua. Kelompok ini umumnya
menerima jenis obat cukup banyak, sedangkan respons farmakokinetik dan
farmakodinamik tidak sama.
2.9 Faktor-faktor Pendorong Terjadinya Efek Samping Obat
Setelah melihat uraian diatas,maka kemudian dapat di klasifikasi faktor-
faktor apa saja yang dapat mendorong terjadinya efek samping obat. (Falah
Setyawati, Nur. 2015) Faktor-faktor tersebut ternyata meliputi:

a. Faktor bukan obat


Faktor-faktor yang tidak terdiri dari obat yaitu antara lain:
1. Intrinsik dari pasien,yakni umur,jenis
kelamin,genetik,kecenderungan untuk alergi,penyakit,sikap dan
kebiasaan hidup.
2. Ekstrinsik di luar pasien,yakni dokter (pemberi obat) dan
lingkungan,misalnya pencemaran oleh antibiotika.
b. Faktor obat

36 | E f e k S a m p i n g O b a t
1. Intrinsik dari obat,yaitu sifat dan potensi obat untuk
memnimbulkan efek samping.
2. Pemilihan obat
3. Cara penggunaan obat
4. Reaksi antar obat

2.10 Bagaimana Efek Samping Suatu Obat Ditemukan


Pada pengembangan suatu obat ,calon obat mengalami serangkaian
uji/penelitian yang sistematis dan mendalam,untuk mendukung keamanan dan
kemungkinan kemanfaatan kliniknya sebelum digunakan pada manusia.
(Falah Setyawati, Nur. 2015)
Dalam tahap pra klinik ini,penelitian-penelitian toksikologik
farmakokinetik dan farmako dinamik mutlak harus dilakukan secara
mendalam,untuk menangkap setiap kemungkinan efek samping yang dapat
terjadi. Bila efek samping terlalu beratt relatif terhadap manfaat yang
diharapkan,maka calon obat ini dibatalkan.

Efek samping yang terdeteksi pada uji praklinik dan dalam batas yang
masih bisa ditolerir,merupakan pegangan pada waktu melakukan uji klinik.
Namun pada waktu melalukan uji klinik,masih ada kemungkinan untuk
menentukan efek samping lain,yang tidak dapat terdeteksi pada uji
sebelumnya,misalnya keluhan mual,gangguan konsentrasi,dll. Mungkin tidak
akan bisa terdeteksi dari hewan percobaan.

Dari penelitian-penelitian praklinik dan penelitian klinik tahap


awal,umumnya akan terdeteksi jenis-jenis efek samping yang angka-angka
kejadiannnya cukup tinggi. Identifikasi efek samping dari suatu obat tidak akan
pernah berhenti,walaupun obat sudah diizinkan dipaka pada pasien.

Pemakaian dalam pengobatan harus selalu diikuti dengan studi-studi


maupun cara-cara tertentu untuk menjaring setiap kemungkinan kejadian efek
samping. Cara-cara ini terutama digunakan untuk mencari efek samping obat yang
jarang namun bisa fatal,yang hanya dapat dideteksi dari populasi pemakai obat
yang lebih besar.

Berbagai cara/studi tersebut antara lain adalah:

37 | E f e k S a m p i n g O b a t
a. Penelitian Kohort:
Pengamatan dilakukan secara terus menerus terhadap sekelompok
pasien yang datang menjalani pengobatan,untuk mengevaluasi efek
samping yang mungkin terjadi setelah pemaparan terhadap obat.
b. Laporan spontan terhadap kecurigaan terjadinya efek samping.
Laporan ini dibuat oleh dokter,apabila mereka menjumpai efek
samping atau kemungkinan efek samping. Laporan dikirim ke tim
khusus yang menangani masalah efek samping (di indonesia kepada
Tim Monitoring Efek Samping Obat-Departemen Kesehatan RI), yang
akan mengumpulkan dan menganalisis laporan tersebut.
c. Penelaahan terhadap statistik vital
Penelaahan dilakukan oleh ahli epidemologi,untuk melihat apakah ada
data yang ganjil pada pola epidemologi penyakit.
d. Penelitian case-control:
Merupakan penelitian retrospektif untuk mengetahui besarnya faktor
resiko paparan pemakaian obat dengan kejadian efek samping obat.
Dalam penelitian ini individu-individu dengan efek samping tertentu
yang diteliti,dan ndividu-individu dari kelompok kontrol,dibandingkan
secara retrospektif riwayat penggunaan obat yang dicurigai.

Masing-masing cara mempunyai keunggulan dan kelemahan,namun hasil dari


berbagai macam studi tersebut akan saling melengkapi satu sama lain.

2.11 Tanda dan Gejala yang Timbul


Reaksi alergi obat umumnya muncul secara bertahap seiring sistem
kekebalan tubuh yang membangun antibodi untuk melawan obat tersebut. Reaksi
ini mungkin tidak muncul secara langsung saat pertama menggunakan obat. Pada
tahap penggunaan pertama, sistem kekebalan tubuh akan menilai obat sebagai
substansi berbahaya bagi tubuh kemudian mengembangkan antibodi secara
perlahan-lahan. Pada penggunaan berikutnya, antibodi ini akan mendeteksi dan
menyerang substansi dari obat tersebut. Proses inilah yang bisa memicu gejala-
gejala alergi obat. Sebagian besar alergi obat memiliki gejala yang ringan dan
biasanya akan reda dalam beberapa hari setelah Anda berhenti meminum obat
tersebut. Berikut ini adalah beberapa gejala umum dari alergi obat yang bisa Anda
cermati.
1. Ruam atau bentol-bentol pada kulit.

38 | E f e k S a m p i n g O b a t
2. Gatal-gatal.
3. Hidung beringus.

4. Batuk-batuk.

5. Demam.

6. Sesak napas atau napas pendek.

7. Mata terasa gatal atau berair.

8. Pembengkakan.

Meski demikian, reaksi alergi yang parah juga dapat


memicu anafilaksis (reaksi alergi yang menyebabkan kegagalan fungsi sistem
tubuh secara luas). Kondisi ini sangat serius dan bisa berakibat fatal sehingga
memerlukan penanganan secepat mungkin.
Hampir semua obat bisa memicu reaksi yang tidak diinginkan dari tubuh,
tapi tidak semua reaksi termasuk alergi. Alergi obat disebabkan oleh reaksi sistem
kekebalan tubuh pada obat tertentu. Beberapa jenis obat yang berpotensi memicu
reaksi alergi meliputi:
1. Antibiotik (misalnya, penisilin).

2. Anti inflamasi non-steroid.

3. Aspirin.

4. Krim atau lotion kortikosteroid.

5. Antikonvulsan.

6. Insulin.

7. Vaksin.

8. Obat-obatan untuk hipertiroidisme.

9. Serta obat-obatan untuk kemoterapi atau HIV.

Tidak semua orang akan mengalami reaksi alergi akibat obat. Para pakar menduga
ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko alergi obat pada seseorang.
Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:

39 | E f e k S a m p i n g O b a t
1. Peningkatan pajanan terhadap obat tertentu, misalnya karena penggunaan
yang berulang, berkepanjangan, atau dengan dosis tinggi.
2. Faktor keturunan. Risiko Anda untuk mengalami alergi obat akan
meningkat jika ada anggota keluarga Anda memiliki alergi terhadap obat-
obatan tertentu.
3. Pernah mengalami jenis alergi lain, misalnya alergi makanan.
4. Memiliki alergi terhadap obat lain. Contohnya, jika alergi terhadap
penisilin, Anda juga berpotensi untuk mengalami alergi terhadap
amoxicillin.
5. Mengidap penyakit yang menyebabkan tubuh rentan terhadap reaksi alergi
obat, misalnya HIV.
(Falah Setyawati, Nur. 2015)

2.12 Upaya Pencegahan dan Penanganan Efek Samping

Saat ini sangat banyak pilihan obat yang tersedia untuk efek farmakologik
yang sama. Masing-masing obat mempunyai keunggulan dan kekurangan masing-
masing baik dari segi manfaat maupunh kemungkinan efek sampingnya.

Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah jangan terlalu terpaku padaobat
baru, dimana efek-efek samping yang jarang namun fatal kemungkinan besa
ditemukan. Sangat bermanfaat untuk selalu mengikuti evaluasi/penelahan
mengenai manfaat dan resiko obat dari berbagai pustaka standar maupun dari
pertemuan-pertemuan ilmiah.

Selain itu penguasaan terhadap efek samping yang paling sering dijumpai
atau paling dikenal dari suatu obatakan sangat bermanfaat dalam melakukan
evaluasi pengobatan.

1. Upaya Pencegahan

Agar kejadian efek samping dapat ditekan serendah mungkin, selalu dianjurkan
untuk melakukan hal-hal berikut:

40 | E f e k S a m p i n g O b a t
1) Selalu harus ditelusur riwayat rinci mengenai pemakaian obat oleh pasien
pada waktu-waktu sebelum pemeriksaan, baik obat yang diperoleh melalui
resep dokter maupun dari pengobatan sendiri.
2) Gunakan obat hanya bila ada indikasi jelas, dan bila tidak ada alternatif
non farmakoterapi.
3) Hindari pengobatan dengan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus.
4) Berikan perhatian khusus terhadap dosis dan respon pengobatan pada:
anak dan bayi, usia lanjut, dan pasien-pasien yang juga menderita
gangguan ginjal, hepar, dan jantung. Pada bayi dan anak gejala dini efek
samping seringkali sulit di deteksi karena kurangnya kemampuan
komunikasi, misalnya untuk gangguan pendengaran.
5) Perlu ditelaah terus apakah pengobatan harus diteruskan, dan segera
hentikan obat bila dirasa tidak perlu lagi.
6) Bila dalam pengobatan ditemukan keluhan atau gejala penyakit baru, atau
penyakit yang memberat, selalu ditelaah lebih dahulu,apakah perubahan
tersebut karena perjalanan penyakit, komplikasi, kondisi pasien memburuk
atau justru karena efek samping obat.

2. Penanganan efek samping

Tidak banyak buku-buku yang memuat pedoman penanganan efek samping


obat, namun dengan melihat jenis efek samping yang timbul serta kemungkinan
mekanisme terjadinya, pedoman sederhana dapat direncanakan sendiri, misalnya
seperti berikut ini:

1) Segera hentikan semuaa obat bila diketahui atau dicurigai terjadi efek
samping. Telaah bentuk dan kemungkinan mekanismenya. Bila efek
samping dicurigai sebagai akibat efek farmakologi yang terlalu besar,
maka setelah gejala menghilang dan kondisi pasien pulih pengobatan
dapat dimulai lagi secara hati-hati, dimulai dengan dosis kecil. Bila
efek samping dicurigai sebagai reaksi alergi atau idiosinkratik obat
harus diganti dan obat semula sama sekali tidak boleh dipakai lagi.
Biasanya reaksi alergi/idiosinkratik akan lebih berat dan fatal pada
kontak berikutnya terhadap obat penyebab. Bila sebelumnya
digunakan berbagai jenis obat, dan belum pasti obat yang mana
penyebabnya, maka pengobatan dimulai lagi secara satu per satu.

41 | E f e k S a m p i n g O b a t
2) Upaya penangan klinik tergantung bentuk efek samping dan kondisi
penderita. Pada bentuk-bentuk efek samping tertentu diperlukan
penangan dan pengobatan yang spesifik. Misalnya untuk syok
anafilaksi diperlukan pemberian adrenalin dan obat serta tindakan lain
untuk mengatasi syok. Contoh lain misalnya pada keadaaan alergi,
diperlukan penghentian obat yang dicurigai, pemberian antihistamin
atau kortikosteroid (bila diperlukan), dll. (Falah Setyawati, Nur. 2015)
2.13 Bahaya Pemberian/Penggunaan Obat Pada Pasien

Setiap efek yang tidak dikehendaki yang merugikan atau membahayakan pasien
(adverse reactions) dari suatu pengobatan. Dapat tjd krn adanya interaksi antara
molekul obat dengan tempat kerjanya. Jadi, suatu obat yg bekerja pd tubuh kita
tidak selalu bekerja secara spesifik, ia dapat bekerja pada suatu reseptor tertentu
yang terdistribusi luas pada jaringan tubuh. Jika interaksi ini terjadi maka ada efek
lain yang dapat timbul.

Efek samping tdk mungkin dihindari/dihilangkan sama sekali, tetapi dapat


ditekan atau dicegah seminimal mungkin dengan menghindari faktor-faktor risiko
yg sebagian besar sdh diketahui.

Contoh: reaksi alergi akut karena penisilin (reaksi imunologik), Hipoglikemia


berat karena pemberian insulin (efek farmakologik yang berlebihan) osteoporosis
karena pengobatan kortikosteroid jangka lama (efek samping karena penggunaan
jangka lama), hipertensi karena penghentian pemberian klonidin (gejala
penghentian obat - withdrawal syndrome), dll.

ESO Tidak dpt dikesampingkan begitu saja krn dpt terjadi dampak yg negatif,
seperti:

1. Kegagalan pengobatan,
2. Timbulnya keluhan penderitaan atau penyakit baru karena obat (drug-induced
disease atau iatrogenic disease), yang semula tidak diderita oleh pasien,
pembiayaan yang harus ditanggung sehubungan dengan kegagalan terapi,
memberatnya penyakit atau timbulnya penyakit yang baru tadi (dampak
ekonomik).

42 | E f e k S a m p i n g O b a t
3. Efek psikologik terhadap penderita yang akan mempengaruhi keberhasilan
terapi lebih lanjut misalnya menurunnya kepatuhan berobat

FAKTOR PENDORONG ESO

1. Faktor bukan obat Faktor-faktor pendorong yang tidak berasal dari obat antara
lain adalah:
a) Intrinsik dari pasien, yakni umur, jenis kelamin, genetik, kecenderungan
untuk alergi, penyakit, sikap dan kebiasaan hidup.
b) Ekstrinsik di luar pasien, yakni dokter (pemberi obat) dan lingkungan,
misalnya pencemaran oleh antibiotika.
2. Faktor obat
a) Intrinsik dari obat, yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek
samping.
b) Pemilihan obat.
c) Cara penggunaan obat.
d) Interaksi antar obat.

HAL YG DPT DILAKUKAN UNTUK MENCEGAH EFEK SAMPING:

1. Berikan perhatian khusus terhadap konsumsi obat dan dosisnya pada anak dan
bayi, usia lanjut, dan pasien-pasien yang juga menderita gangguan ginjal, hati
dan jantung.
2. Perhatikan petunjuk pada leaflet/ kemasan obat. Biasanya tertera efek samping
yang mungkin terjadi, dengan begitu kita akan menjadi lebih waspada.
Perhatikan juga riwayat alergi yang terjadi.

Bisa ditelusuri dari riwayat alergi yang terjadi di keluarga maupun alergi obat
yang pernah terjadi. Gunakan obat dengan indikasi yang jelas dan tepat, sesuai
dengan yang diresepkan dokter. Hindari pengobatan dengan berbagai jenis obat dan
kombinasi sekaligus Bila dalam pengobatan terjadi gejala penyakit baru, atau
kondisi malah tidak membaik, selalu ditelaah lebih dahulu, apakah perubahan
tersebut karena perjalanan penyakit, komplikasi, kondisi pasien memburuk, atau
justru karena efek samping obat harus segera periksa ke dokter untuk mencegah hal
yang tidak dinginkan Selalu harus ditelusur riwayat rinci mengenai pemakaian obat
oleh pasien pada waktu-waktu sebelum pemeriksaan, baik obat yang diperoleh
melalui resep dokter maupun dari pengobatan sendiri.

43 | E f e k S a m p i n g O b a t
Contoh ESO yg sering dilaporkan/dirasakan pasen:

1. NSAID (Non-steroidal anti-inflammatory) memicu perdarahan lambung. Obat-


obat anti inflamasi seperti asam mefenamat, NA diklofenak biasanya digunakan
untuk demam, nyeri ringan. Jika anda memiliki masalah dengan pencernaan
sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter/Apoteker sebab obat-obat ini bisa
memicu luka dan perdarahan di lambung jika diminum saat perut kosong.
Penangannnya : minum obat-obatan ini 5-10 menit setelah makan, makanan ini
berfungsi untuk melapisi mukosa lambung agar produksi asam lambung yang
meningkat tidak mengiritasinya. Obat asma memicu sariawan Steroid untuk asma
yang diberikan dalam bentuk spray (semprotan) bisa memicu sariawan di mulut
jika obat ini tidak semuanya masuk ke paru-paru, namun berbalik ketika baru
mencapai tenggorokan. Risiko ini bisa diatasi dengan berkumur setelah
penyemprotan, atau menggunakan alat khusus untuk memastikan arah semprotan
sudah tepat menuju ke tenggorokan. Penanganannya : berkonsultasilah kepada
dokter /Apoteker cara penggunaan sediaan spray sehingga obat dapat maksimal
masuk ke dalam tubuh.
2. Obat kolesterol memicu nyeri otot. Beberapa orang yang memang menderita nyeri
otot kronis, efek samping semacam ini mungkin tidak terlalu menjadi masalah
karena sudah terbiasa. Namun bagi sebagian orang akan sangat mempengaruhi
kualitas hidup dan mengurangi produktivitas saat bekerja. Sekitar 1 dari 20
pemakai obat kolesterol paling populer yakni statin mengalami efek samping
berupa nyeri otot. Jika sekiranya kondisi ini mengganggu aktivitas, konsultasikan
dengan dokter untuk menurunkan dosisnya atau menggantinya dengan obat lain.
3. Obat hipertensi memicu disfungsi ereksi. Obat-obat penurun tekanan darah
diberikan untuk mencegah serangan jantung sehingga penderita hipertensi bisa
hidup lebih lama. Namun beragam efek samping mulai dari pembengkakan sendi
hingga tidak bisa ereksi kadang membuat si penderita merasa frustras. Efek
samping obat hipertensi memang sangat beragam, beberapa di antaranya juga
memicu pusing dan batuk-batuk. Mintalah dokter untuk menyesuaikan dosis dan
kombinasi obat agar efek samping yang muncul bisa diminimalkan.
4. Obat jantung memicu sakit kepala ringan Obat-obat anti angina bekerja dengan
cara melebarkan pembuluh darah. Mekanisme ini ampuh untuk mencegah
serangan jantung, namun efek sampingnya bisa menyebabkan nyeri hebat di

44 | E f e k S a m p i n g O b a t
kepala karena efek vasodilatasi obat. Jika dibandingkan dengan risiko kematian
yang begitu tinggi pada serangan jantung maka obat ini masih diresepkan. Resiko
lebih kecil daripada manfaat yang diperoleh.
5. Antidepresan memicu orgasme Jenis orgasme yang disebut orgasme spontan ini
terjadi akibat efek samping beberapa obat antidepresan terutama golongan
Serotonin Selective Reuptake Inhibitor (SSRI). Untungnya tidak semua orang
mengalami efek samping seperti ini, hanya terjadi pada sebagian kecil ARV (obat
HIV) memicu Osteoporosis Efek samping ini sering terjadi pada ODHA (Orang
dengan HIV AIDS) Mineral tulang dapat hilang dan tulang menjadi rapuh.
Pastikan konsumsi cukup zat kalsium dalam makanan dan suplemen.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Efek samping obat merupakan suatu akibat langsung ataupun tidak
langsung yang berasal dari suatu zat terhadap proses kehidupan manusia serta
lingkungannya (Budi Suryatin dalam buku Sains Materi dan sifatnya tahun

45 | E f e k S a m p i n g O b a t
2004). Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek
samping, oleh karena seperti halnya efek farmakologik, efek samping obat
juga merupakan hasil interaksi yang kompleks antara molekul obat dengan
tempat kerja spesifik dalam system biologic tubuh.
Efek samping obat dapat dikelompokkan/diklasifikasi dengan berbagai
cara, misalnya berdasarkan ada/tidaknya hubungan dengan dosis berdasarkan
bentuk-bentuk manifestasi efek samping yang terjadi, dsb. Jenis-jenis efek
samping obat yaitu Efek Samping yang Dapat diperkirakan dan Efek samping
yang tidak dapat diperkirakan.
factor-faktor apa saja yang dapat mendorong terjadinya efek samping
obat yaitu Faktor bukan obat dan Faktor obat. Masing-masing obat mempunyai
keunggulan dan kekurangan masing-masing, baik dari segi manfaat maupun
kemungkinan efek sampingnya. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah,
jangan terlalu terpaku pada obat baru, di mana efek-efek samping yang jarang
namun fatal kemungkinan besar belum ditemukan.
Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien
terhadap kemungkinan terjadinya efek samping obat.untuk melakukan hal ini,
perawat harus mengetahui obat yang diberikan pada pasien serta kemungkinan
efek samping yang dapat terjadi.
3.2 Saran
Dengan ditulisnya makalah ini nantinya dapat dimanfaatkan secara
optimal terkait dengan pengembangan mata kuliah Farmakologi dan penulis
menyarankan materi-materi yang ada dalam tulisan ini dikembangkan lebih
lanjut agar dapat nantinya menghasilkan tulisan-tulisan yang bermutu.
Demikianlah makalah ini penulis persembahkan, semoga dapat bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. 2007. Farmakologi dan Terapi


Edisi 5. Jakarta: Bagian Farmakologi FK UI.

Falah Setyawati, Nur. 2015. Dasr-dasar Farmakologi Keperawatan. Binafsi


Publisher:Yogyakarta.

46 | E f e k S a m p i n g O b a t
Tjay & Rahardja.2015. Obat-Obat Penting.Jakarta: PT Gramedia.

47 | E f e k S a m p i n g O b a t

Anda mungkin juga menyukai