Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dan
berbahaya yang diakibatkan oleh suatu pengobatan. Setiap obat mempunyai
kemungkinan untuk menyebabkan efek samping, oleh karena seperti halnya efek
farmakologik, efek samping obat juga merupakan hasilinteraksi yang
kompleks antara molekul obat dengan tempat kerja spesifik dalam sistem biologik
tubuh. Kalau suatu efek farmakologik terjadi secara ekstrim, inipun akan
menimbulkan pengaruh buruk terhadap sistem biologik tubuh.
Untuk mendapat ukuran dosis efektif dan dosis toksik suatu obat diukur
presentasi efek pada pasien atau hewan percobaan berhubungan dengan dosis .
Kurve yang menggambarkan hubungan tersebut adalah kurva dosis-presentasi .
Umpamanya untuk mengukur dosis efektif obat tidur A, obat tersebut diberikan
pada sejumlah (n) hewan percobaan dengan berbagai dosis, biasanya parentral dan
kemudian dihitung jumlah hewan yang tertidur setengah jam setelah obat
diberikan. Dosis yang menyebabkan efek tidur pada 50% hewan percobaan
disebut ED%). Dosis yang menyebabkan efek tidr pada 10% hewan percobaan
disebut ED10 dan seterusnya. Bila yang diukur adalah jumlah kematian setelah
waktu tertentu. Untuk mengukur dosis letal obat A, obat diberikan pada bebrapa
kelompok tikus dengan dosis berbeda. Jumlah kematian pada tiap kelompok
diamati. Dosis yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan disebut
dosis letal 50% atau LD50. Dosis yang menyebabkan kematian pada 90% hewan
percobaan disebut LD90 dan seterusnya.
Berat badan pasien : makin berat seseorang makin besar juga dosis obat yang
dibutuhkan untuk mendapat efek terapi. Luas permukaan badan dikatakan
merupakan indeks yang lebih tepat dari indeks lain untuk menentukan dosis obat.
Saat pemebrian Obat : Obat yang diberikan sesudah makan Absorpsinya lebih
lambat dan tidak sempurna sehingga efek terapi mungkin tidak tercapai.
Pemebrian obat pada lambung yang kosong mempercepat absopsi obat sehingga
efek terapi cepat tercapai.
Kecepatan Biotransformasi dan Eksresi Obat : gangguang funsi hepar dan ginjal
memperlambat eliminasi obat tertentu sehingga dosis obat harus dikurangi untuk
menecgah terjadinya keracunan.
Interaksi obat : efek suatu obat dapat dipengaruhi oleh terdapatnya obat lain.
Pengaruh dapat menguntungkan atau merugikan penedrita. Terjadinya interaksi
obat selalu harus dipertimbangkan bila menggunakan 2 obat atau lebih, bila perlu
dosis harus disesuaikan untuk mendapatkan efek yang diinginkan,
Variasi biologic : setiap individu mempunyai sifat sifat khas yang mungkin
menyebabkan perbedaan reaksi terhadap obat. Perbedaan ini disbeut variasi
1. Kegagalan pengobatan
10 | E f e k S a m p i n g O b a t
2.7 Pembagian Efek Samping Obat
11 | E f e k S a m p i n g O b a t
farmakokinetik maupun farmakodinamk antar onbat yang diberikan
bersamaan, sehingga efek obat menjadi lebih besar.
Efek samping jenis ini umumnya dijumapi pada pengobatan dengn
depresansia susunan saraf pusat, obat-obat pemacu jantung
antihipertensi dan hipoglikemia atau antidiabetika. Beberapa contoh
spesifik dari jenis efek samping misalnya:
12 | E f e k S a m p i n g O b a t
pembalikan terhadap efek farmakologik obat, karena penghentian
pengobatan. Contoh yang banyak dijumpai karena:
13 | E f e k S a m p i n g O b a t
- Iritasi lambung yang menyebabkan keluhan pedih, mual dan
muntah pada obat-obat kortikosteroid oral, analgetika
antiperitika, teofilin, eritromisin, rifampisin, dll.
a. Reaksi Alergi
14 | E f e k S a m p i n g O b a t
4) Reaksi hilang bila obat dihentikan.
2). Tipe ll. Reaksi sitotoksik: yaitu interaksi antara antibody lgG, lgM
atau lgA dalam sirkulasi dengan obat, membentuk kompleks yang
akan menyebabkan lissis sel, contohnya adalah trombositopenia
karena kuinidin /kinin, digitoksin, dan rifampisin, anemia hemolitik
karena pemberian penicillin, sefalosporin, rifampisin, kuinin dan
kuinidin, dll.
4) Tipe lV. Reaksi dengan media sel: yaitu sensititasi limposit T oleh
kompleks antigen-hapten-protein, yang kemudian baru
15 | E f e k S a m p i n g O b a t
menimbulkan reaksi setelah kontak dengan suatu antigen,
menyebabkan reaksi inflamasi. Contohnya adalah dermatitis kontak
yang disebabkan salep anestetika local, salep antihistamin dan
antifungi topical. Walaupun mekanisme efek samping dapat
ditelusur dan dipelajari seperti diuraikan di atas, namun dalam
praktek klinik manifestasi efek samping karena alergi yang akan
dihadapi oleh dokter umumnya akan meliputi:
a) Demam
Umumnya demam dalam derajad yang tidak terlalu berat, dan akan
hilang dengan sendirinya setelah pengentian obat bebrapa hari.
b) Ruam kulit (skin rashes)
Ruam dapat berupa eritema, urtikaria, vaskulitis kutaneus, purpura,
eritroderma dan dermatitis eksfoliatif, fotosensitifitas, erupsi, dll.
c) Penyakit jaringan ikat
Merupakan jaringan lupus eritematosus sistemik, kadang-kadang
melibatkan sendi, yang dapat terjadi pada pemberian hidrazin,
prokainamid, terutama pada individu asetilator lambat
d) Gangguan system darah
Trombositopenia, neutropenia (atau granulositosis), anemia
hemolitika, dan anemia aplastika merupakan efef yang
kemungkinan akan dijumpai, meskipun angka kejadiannya
mungkin relative jarang
e) Gangguan pernafasan
Asma akan merupakan kondisi yang sering di jumpai, terutama
karena aspirin. Pasien yang telah diketahui sensitive terhadap
aspirin kemungkinan besar juga akan sensitive terhadap analgetik
atau antiimflamasi lain.
16 | E f e k S a m p i n g O b a t
tidak mungkin dilakukan pada pelayanan kesehatan rutin ).
Sebagai contoh misalnya:
17 | E f e k S a m p i n g O b a t
kesehatan, namun sebenarnya prosedur pemeriksaannya tidak
sulit, dan dapat dilakukan di Laboratorium Farmakologi Klinik .
c. Reaksi idiosinkratik
18 | E f e k S a m p i n g O b a t
dengan menghindari factor-faktor risiko yang sebagaian besar sudah diketahui.
Beberapa contoh efek samping misalnya:
1. Reaksi alergi
A. Efek samping obat melalui intravena
1) Cefotaxime
a. Pengertian
Cefotaxime adalah kelompok obat yang disebut cephalosporin
antibiotics. Cefotaxime bekerja dengan cara memperlemah dan
memecah dinding sel, membunuh bakteri. Cefotaxime digunakan
untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, termasuk keadaan
parah atau yang mengancam nyawa.
b. Indikasi:
Untuk mengobati infeksi bakteri atau mencegah infeksi bakteri
sebelum, selama atau setelah pembedahan tertentu.
c. Dosis:
19 | E f e k S a m p i n g O b a t
1. 1-2 gr melalui pembuluh darah (intra vascular), lakukan setiap 8-
12 jam
2. Dosis maksimum: 12 gr/hari
d. Efek Samping:
1. Reaksi hipersensitivitas (urticaria, pruritus, ruam, reaksi parah
seperti anaphylaxis bisa terjadi); Efek GI (diare, N/V,
diare/radang usus besar); Efek lainnya (infeksi candidal)
2. Dosis tinggi bisa dihubungkan dengan efek CNS
(encephalopathy, convulsion); Efek hematologis yang jarang;
pengaruh terhadap ginjal dan hati juga terjadi.
3. Perpanjangan PT (prothrombin time), perpanjangan APTT
(activated partial thromboplastin time), dan atau
hypoprothrombinemia (dengan atau tanpa pendarahan)
dikabarkan terjadi, kebanyakan terjadi dengan rangkaian sisi
NMTT yang mengandung cephalosporins.
e. Instruksi Khusus:
1. Boleh dikonsumsi dengan makanan untuk mengurangi keadaan
gastrik.
20 | E f e k S a m p i n g O b a t
Gambar 2.8.2 Obat Amoxicillin 1, by
http://www.1001obat.com/amoxicillin.html
a. Pengertian
Amoksisilin (amoxicillin) adalah antibiotik yang digunakan
untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan bagian atas dan
bawah, infeksi saluran kemih, saluran cerna, kulit dan jaringan
lunak. Obat ini adalah antibiotik beta laktam yang termasuk
keluarga penicillin yang mempunyai spektrum sedang, aktif
terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif.
b. Indikasi
Oleh karena itu, amoksisilin digunakan untuk penyakit berikut:
1. Infeksi tenggorokan (faringitis);
3. Infeksi telinga;
5. Infeksi kulit;
21 | E f e k S a m p i n g O b a t
8. Infeksi lapisan jantung (endokarditis).
c. Dosis
d. Efek Samping
22 | E f e k S a m p i n g O b a t
a. Tanda dan gejala reaksi anafilaktik mulai muncul dalam
waktu 72 jam setelah eksposur.Tanda awal terlihat pada
kulit berupa gatal-gatal, ruam kulit, serta kulit memerah.
Demam sering pula muncul mengiringi ruam kulit.
b. Pembengkakan bibir, lidah dan/atau tenggorokan juga
terlihat sebagai cara tubuh merespon dan melawan
peradangan.
c. Tekanan pernapasan dalam bentuk kesulitan bernafas,
sesak napas, dan mengi.
d. Beberapa pasien mungkin juga mengeluhkan masalah
pencernaan seperti kram perut yang parah, nyeri perut,
diare, dll.
2. Sariawan
3. Masalah pencernaan
23 | E f e k S a m p i n g O b a t
Masalah pencernaan umum terjadi sebagai efek samping
amoksisilin pada bayi.
4. Mual
Sering mual dan muntah adalah salah satu efek yang sering
dialami wanita karena penggunaan amoksisilin. Reaksi ini
biasanya ringan dan jarang mengancam jiwa. Diare mungkin
juga muncul bersama dengan mual dan muntah.
5. Kerusakan hati
Efek samping lain yang lebih serius, yang hanya terjadi setelah
penyalahgunaan dan penggunaan jangka panjang adalah
kerusakan hati.
24 | E f e k S a m p i n g O b a t
a. Pengertian Hipoglikemia
b. Gejala hipoglikemia
Jika kadar gula darah terlalu rendah, maka tubuh termasuk otak
tidak akan bisa berfungsi dengan baik. Dan jika itu terjadi, seseorang
yang menderita hipoglikemia akan ditandai dengan gejala-gejala
seperti berikut ini.
a. Lelah
b. Pusing
c. Pucat
d. Bibir kesemutan
e. Gemetar
f. Berkeringat
g. Merasa lapar
h. Jantung berdebar-debar
i. Sulit berkonsentrasi
25 | E f e k S a m p i n g O b a t
j. Mudah marah
Penderita hipoglikemia yang kondisinya makin memburuk
akan mengalami gejala-gejala seperti:
a. Gangguan penglihatan
b. Seperti kebingungan
c. Gerakan menjadi canggung, bahkan berperilaku seperti orang mabuk
d. Kejang
e. Mengantuk
f. Hilang kesadaran
Gejala yang memburuk tersebut umumnya terjadi ketika kadar
darah turun secara drastis akibat hipoglikemia yang tidak mendapat
penanganan tepat. Jika Anda menderita diabetes dan curiga sedang
mengalami hipoglikemia, disarankan untuk segera menemui dokter
jika kondisi anda tidak mengalami perubahan positif, meski sudah
diobati misalnya dengan mengonsumsi makanan atau minuman manis.
3. Osteoporosis karena pengobatan kortikosteroid jangka lama (efek
samping karena penggunaan jangka lama)
A. Kortikosteroid
1. Pengertian Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan tiruan dari hormon manusia yang
normalnya diproduksi oleh kelenjar adrenal (dua kelenjar kecil di atas
ginjal). Obat ini tergolong jenis obat yang keras, sehingga memiliki
efek samping yang bisa sangat serius.
Tubuh manusia, tepatnya kelenjar adrenal, menghasilkan
hormon kortisol yang diperlukan untuk menjaga kondisi kesehatan,
namun jika produksi hormon tersebut tidak sesuai kebutuhan, maka
umumnya dokter juga akan meresepkan obat ini.
2. Tentang Kortikosteroid
Jenis obat Obat steroid anti inflamasi
Golongan Obat resep
Meredakan pembengkakan, kemerahan, gatal-gatal,
Manfaat
reaksi alergi.
26 | E f e k S a m p i n g O b a t
Dikonsumsi
Dewasa & anak
oleh
Bentuk Tablet, cair, suntik, inhaler (hirup), oles
27 | E f e k S a m p i n g O b a t
3. Peringatan Kortikosteroid
a. Wanita yang sedang merencanakan kehamilan, sedang hamil,
atau menyusui, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum
mengonsumsi atau menggunakan kortikosteroid.
b. Harap berhati-hati bagi yang sedang menderita gangguan hati,
gangguan mental atau perilaku, memiliki luka, menderita infeksi
lain akibat jamur-bakteri-virus, penyakit jantung, HIV, hipertensi,
diabetes, epilepsi, glaukoma, gangguan kelenjar tiroid,
osteoporosis, obesitas, dan tukak lambung.
c. Hindari konsumsi minuman keras, karena bisa menyebabkan
sakit perut.
d. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
4. Dosis Kortikosteroid
Dosis kortikosteroid untuk tiap pasien berbeda-beda. Dosis
biasanya ditentukan oleh dokter berdasarkan tingkat keparahan
penyakit dan respons tubuh tiap pasien.
Selain tingkat keparahan dan respons tubuh, dosis serta durasi
pengobatan kortikosteorid juga tergantung pada:
a. Jenis dan bentuk kortikosteroid yang berbeda kekuatan kerjanya
dan efek sampingnya.
b. Jenis penyakit yang diidap penderita.
Berkonsultasilah dengan dokter guna menentukan dosis
kortikosteroid untuk anak-anak, yang biasanya disesuaikan dengan
berat badan mereka.
5. Mengonsumsi Kortikosteroid Dengan Benar
Pastikan untuk membaca petunjuk pada kemasan obat dan
mengikuti anjuran dokter dalam mengonsumsi kortikosteroid. Jangan
menambahkan atau mengurangi dosis tanpa izin dokter.
Disarankan untuk mengonsumsi kortikosteroid bersama
dengan makanan atau kondisi perut sudah terisi makanan. Tujuannya
untuk menurunkan risiko pasien terkena sakit perut.
28 | E f e k S a m p i n g O b a t
Konsumsi minuman beralkohol selama pengobatan juga bisa
berisiko mengakibatkan sakit perut. Telan kortikosteroid berbentuk
kapsul seluruhnya, tanpa menghancurkan atau mengunyahnya.
Jangan memperpanjang atau mengurangi durasi pengobatan
tanpa izin dokter.
Berikut beberapa aturan konsumsi kortikosteroid yang
dibedakan berdasarkan jadwal minum per hari, saat pasien lupa:
a. Satu kali setiap 2 hari. Jika teringat pada hari yang sama dengan
jadwal minum obat, maka segeralah minum dan lanjutkan jadwal
yang sama hari berikutnya. Bila teringat di hari berikutnya dari
jadwal minum obat, maka segera konsumsi kortikosteroid dan
lewatkanlah satu hari berikutnya tanpa mengonsumsi kortikosteroid,
sebelum kembali ke jadwal mengonsumsi yang normal.
b. Satu kali selama satu hari. Jangan menggandakan dosis
kortikosteroid pada jadwal berikutnya untuk menggantikan dosis
yang terlewat.
c. Beberapa kali sehari. Jika baru teringat pada jadwal selanjutnya,
gandakanlah dosis kortikosteriod.
6. Kenali Efek Samping dan Bahaya Kortikosteroid
Reaksi orang terhadap sebuah obat berbeda-beda. Beberapa hal yang
memengaruhi risiko mengalami efek samping kortikosteroid adalah:
a. Jenis kortikosteroid. Kortikosteroid berbentuk tablet lebih sering
menyebabkan efek samping daripada bentuk suntik atau hirup.
b. Dosis kortikosteroid. Makin tinggi dosisnya, makin berisiko
mengalami efek samping.
c. Durasi pengobatan. Pasien yang menjalani durasi pengobatan
lebih dari 3 minggu lebih berisiko mengalami efek samping.
d. Usia pasien. Anak-anak dan orang tua lebih rentan mengalami
efek samping.
Beberapa efek samping kortikosteroid yang umumnya terjadi adalah:
1. Kortikosteroid hirup
a. Sariawan pada mulut atau tenggorokan.
29 | E f e k S a m p i n g O b a t
b. Mimisan.
c. Suara serak dan parau.
d. Batuk.
e. Jamur di rongga mulut (oral trush).
f. Risiko pneumonia pada penderita penyakit paru obstruktif
kronik (COPD)
2. Kortikosteroid suntik
a. Infeksi
b. Nyeri dan pembengkakan pada bagian tubuh yang disuntik.
c. Otot melemas.
d. Kulit berwarna kemerahan, pucat, dan menipis di sekitar bagian
tubuh yang disuntik.
3. Kortikosteroid tablet
a. Meningkatnya nafsu makan.
b. Jerawat.
c. Perubahan mood tiba-tiba.
d. Kulit tipis mudah memar.
e. Otot melemas.
f. Luka sulit untuk sembuh.
g. Diabetes atau bertambah parahnya diabetes yang sudah ada.
h. Tekanan darah tinggi atau hipertensi.
i. Glaukoma.
j. Tukak lambung.
k. Katarak.
l. Melemahnya tulang atau penegeroposteoporosis
m. Sindrom Cushing.
n. Gangguan mental.
o. Menghambat pertumbuhan pada anak.
p. Meningkatkan risiko infeksi.
4. Hipertensi karena penghentian pemberian klonidin (gejala penghentian
obat-withdrawal syndrome)
30 | E f e k S a m p i n g O b a t
Clonidine adalah obat untuk mengendalikan tekanan darah tinggi atau
hipertensi yang dapat membebani pembuluh nadi dan jantung. Selain
itu, obat ini bisa digunakan untuk menangani sensasi panas (hot flush)
yang dirasakan saat menopause dan mencegah sakit kepala vaskular
serta migrain.
5. Fokomelia pada anak karena ibunya menggunakan talidomid pada masa
awal kehamilan (efek teratogenik) dan sebagainya
A. Talidomid
a. Pengertian
Thalidomide adalah obat yang umumnya digunakan untuk
mengobati atau mencegah kondisi kulit tertentu yang
berhubungan dengan penyakit Hanses, dulu dikenal dengan
leprosy (erythema nodosum leprosum). Thalidomide juga
digunakan untuk mengobati kanker jenis tertentu (multiple
myeloma). Thalidomide termasuk ke dalam kategori obat yang
dikenal dengan immunomodulators. Obat ini bekerja pada
penyakit Hansen dengan mengurangi pembengkakan dan
kemerahan(inflamasi). Juga mengurangi pembentukan
pembuluh darah yang memicu tumor.
b. Indikasi
Obat untuk mengatasi kusta dan kanker kulit tertentu.
c. Dosis
31 | E f e k S a m p i n g O b a t
Standar dosis dewasa untuk Leprosy Erythema Nodosum
Leprosum:
32 | E f e k S a m p i n g O b a t
Dosis awal: sampai dengan 400 mg/hari diminum sehari
sekali sebelum tidur atau dosis dibagi dengan air, setidaknya
1 jam setelah makan.
d. Efek Samping
Hentikan penggunaan obat ini dan mintalah pertolongan medis
jika Anda mengalami gejala reaksi alergi: gatal-gatal; sulit
bernapas; bengkak pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.
Hubungi dokter jika Anda mengalami efek samping serius:
1. Nyeri pada dada, napas pendek, batuk berdarah;
2. Nyeri atau bengkak pada lengan, paha, atau betis;
3. Demam, menggigil, badan terasa sakit, gejala flu, mudah
terluka atau berdarah;
4. Detak jantung lambat, napas sesak, merasa akan pingsan;
5. Ruam pada kulit, kemerahan, melepuh, mengelupas;
6. Kemerahan, meningkatnya ruam kulit (khususnya jika Anda
mengalami demam, detak jantung cepat, dan pusing atau
pingsan);
7. Mati rasa, rasa terbakar, nyeri, atau merasa kesemutan; atau
8. Kejang-kejang.
Efek samping yang tidak begitu serius termasuk:
1. Merasa kantuk;
2. Cemas, kebingungan, atau gemetaran;
3. Nyeri pada tulang, otot lemas;
4. Masalah tidur (insomnia); atau
5. Mual, sembelit, hilang nafsu makan.
Beberapa contoh obat lainnya yaitu:
1. Adregenik
33 | E f e k S a m p i n g O b a t
Gambar 2.8.7 Obat Epinefrin 1, by
http://www.kesehatankerja.com/EPINEPHRINES.htm
- Adrenalin ( epinefrin)
- Efek samping: berupa efek sentral (gelisah, tremor, nyeri kepala)
dan terhadap jantung (palpitasi dan aritmia) terutama pada dosis
lebih tinggi. Timbul pula hiperglikemia, karena efek antidiabetika
oral diperlemah.
- Dosis: pada serangan asma i.v. 0,3 ml dari larutan 1:1000 yang
dapat diulang dua kali setiap 20 menit (tartrat).
2. Analgesik
- Aspirin
34 | E f e k S a m p i n g O b a t
mengalami sakit perut seperti mulas, mengantuk, sakit kepala
ringan.
- Ibuprofen
Efek samping
Sembelit, diare, pusing, mengantuk, sering buang gas, sakit kepala,
mual, mulas, gangguan pada perut.
3. Antipsikotin
- Contoh: butyrophenone, phenothiazine, benzisoxazole.
Efek samping: insomnia, agitasi, rasa cemas, sakit kepala, tremor,
bradikinesia, hipersalivasi, dan dystonia akut.
35 | E f e k S a m p i n g O b a t
Masalah efek samping obat dalam klinik tidak dapat
dikesampingkan begitu saja oleh karena kemungkinan dampak negatif
yang terjadi misalnya:
1. Kegagalan pengobatan
2. Timbulnya keluhan penderitaan atau penyakit baru karena obat (drug-
induced disease atau iatrogenic disease), yang semula tidak diderita
oleh pasien
3. Pembiayaan yang harus ditanggung sehubungan dengan kegagalan
terapi, memberatnya penyakitatau timbulnya ppenyakit yang baru tadi
(dampak ekonomik)
4. Efek psikologik terhadap penderita yang akan mempengaruhi
keberhasilan terapi lebih lanjut misalnya menurunya kepatuhan
berobat, dll
Sayangnya tidak semua efek samping dapat dideteksi secara mudah
dalam tahap awal, kecuali bila yang terjadi adalah bentuk-bentuk yang
berat, spesifik dan jelas sekali secara klinis. Golongan umur yang trbanyak
mengalami efek sampingadalah orang tua. Kelompok ini umumnya
menerima jenis obat cukup banyak, sedangkan respons farmakokinetik dan
farmakodinamik tidak sama.
2.9 Faktor-faktor Pendorong Terjadinya Efek Samping Obat
Setelah melihat uraian diatas,maka kemudian dapat di klasifikasi faktor-
faktor apa saja yang dapat mendorong terjadinya efek samping obat. (Falah
Setyawati, Nur. 2015) Faktor-faktor tersebut ternyata meliputi:
36 | E f e k S a m p i n g O b a t
1. Intrinsik dari obat,yaitu sifat dan potensi obat untuk
memnimbulkan efek samping.
2. Pemilihan obat
3. Cara penggunaan obat
4. Reaksi antar obat
Efek samping yang terdeteksi pada uji praklinik dan dalam batas yang
masih bisa ditolerir,merupakan pegangan pada waktu melakukan uji klinik.
Namun pada waktu melalukan uji klinik,masih ada kemungkinan untuk
menentukan efek samping lain,yang tidak dapat terdeteksi pada uji
sebelumnya,misalnya keluhan mual,gangguan konsentrasi,dll. Mungkin tidak
akan bisa terdeteksi dari hewan percobaan.
37 | E f e k S a m p i n g O b a t
a. Penelitian Kohort:
Pengamatan dilakukan secara terus menerus terhadap sekelompok
pasien yang datang menjalani pengobatan,untuk mengevaluasi efek
samping yang mungkin terjadi setelah pemaparan terhadap obat.
b. Laporan spontan terhadap kecurigaan terjadinya efek samping.
Laporan ini dibuat oleh dokter,apabila mereka menjumpai efek
samping atau kemungkinan efek samping. Laporan dikirim ke tim
khusus yang menangani masalah efek samping (di indonesia kepada
Tim Monitoring Efek Samping Obat-Departemen Kesehatan RI), yang
akan mengumpulkan dan menganalisis laporan tersebut.
c. Penelaahan terhadap statistik vital
Penelaahan dilakukan oleh ahli epidemologi,untuk melihat apakah ada
data yang ganjil pada pola epidemologi penyakit.
d. Penelitian case-control:
Merupakan penelitian retrospektif untuk mengetahui besarnya faktor
resiko paparan pemakaian obat dengan kejadian efek samping obat.
Dalam penelitian ini individu-individu dengan efek samping tertentu
yang diteliti,dan ndividu-individu dari kelompok kontrol,dibandingkan
secara retrospektif riwayat penggunaan obat yang dicurigai.
38 | E f e k S a m p i n g O b a t
2. Gatal-gatal.
3. Hidung beringus.
4. Batuk-batuk.
5. Demam.
8. Pembengkakan.
3. Aspirin.
5. Antikonvulsan.
6. Insulin.
7. Vaksin.
Tidak semua orang akan mengalami reaksi alergi akibat obat. Para pakar menduga
ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko alergi obat pada seseorang.
Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:
39 | E f e k S a m p i n g O b a t
1. Peningkatan pajanan terhadap obat tertentu, misalnya karena penggunaan
yang berulang, berkepanjangan, atau dengan dosis tinggi.
2. Faktor keturunan. Risiko Anda untuk mengalami alergi obat akan
meningkat jika ada anggota keluarga Anda memiliki alergi terhadap obat-
obatan tertentu.
3. Pernah mengalami jenis alergi lain, misalnya alergi makanan.
4. Memiliki alergi terhadap obat lain. Contohnya, jika alergi terhadap
penisilin, Anda juga berpotensi untuk mengalami alergi terhadap
amoxicillin.
5. Mengidap penyakit yang menyebabkan tubuh rentan terhadap reaksi alergi
obat, misalnya HIV.
(Falah Setyawati, Nur. 2015)
Saat ini sangat banyak pilihan obat yang tersedia untuk efek farmakologik
yang sama. Masing-masing obat mempunyai keunggulan dan kekurangan masing-
masing baik dari segi manfaat maupunh kemungkinan efek sampingnya.
Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah jangan terlalu terpaku padaobat
baru, dimana efek-efek samping yang jarang namun fatal kemungkinan besa
ditemukan. Sangat bermanfaat untuk selalu mengikuti evaluasi/penelahan
mengenai manfaat dan resiko obat dari berbagai pustaka standar maupun dari
pertemuan-pertemuan ilmiah.
Selain itu penguasaan terhadap efek samping yang paling sering dijumpai
atau paling dikenal dari suatu obatakan sangat bermanfaat dalam melakukan
evaluasi pengobatan.
1. Upaya Pencegahan
Agar kejadian efek samping dapat ditekan serendah mungkin, selalu dianjurkan
untuk melakukan hal-hal berikut:
40 | E f e k S a m p i n g O b a t
1) Selalu harus ditelusur riwayat rinci mengenai pemakaian obat oleh pasien
pada waktu-waktu sebelum pemeriksaan, baik obat yang diperoleh melalui
resep dokter maupun dari pengobatan sendiri.
2) Gunakan obat hanya bila ada indikasi jelas, dan bila tidak ada alternatif
non farmakoterapi.
3) Hindari pengobatan dengan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus.
4) Berikan perhatian khusus terhadap dosis dan respon pengobatan pada:
anak dan bayi, usia lanjut, dan pasien-pasien yang juga menderita
gangguan ginjal, hepar, dan jantung. Pada bayi dan anak gejala dini efek
samping seringkali sulit di deteksi karena kurangnya kemampuan
komunikasi, misalnya untuk gangguan pendengaran.
5) Perlu ditelaah terus apakah pengobatan harus diteruskan, dan segera
hentikan obat bila dirasa tidak perlu lagi.
6) Bila dalam pengobatan ditemukan keluhan atau gejala penyakit baru, atau
penyakit yang memberat, selalu ditelaah lebih dahulu,apakah perubahan
tersebut karena perjalanan penyakit, komplikasi, kondisi pasien memburuk
atau justru karena efek samping obat.
1) Segera hentikan semuaa obat bila diketahui atau dicurigai terjadi efek
samping. Telaah bentuk dan kemungkinan mekanismenya. Bila efek
samping dicurigai sebagai akibat efek farmakologi yang terlalu besar,
maka setelah gejala menghilang dan kondisi pasien pulih pengobatan
dapat dimulai lagi secara hati-hati, dimulai dengan dosis kecil. Bila
efek samping dicurigai sebagai reaksi alergi atau idiosinkratik obat
harus diganti dan obat semula sama sekali tidak boleh dipakai lagi.
Biasanya reaksi alergi/idiosinkratik akan lebih berat dan fatal pada
kontak berikutnya terhadap obat penyebab. Bila sebelumnya
digunakan berbagai jenis obat, dan belum pasti obat yang mana
penyebabnya, maka pengobatan dimulai lagi secara satu per satu.
41 | E f e k S a m p i n g O b a t
2) Upaya penangan klinik tergantung bentuk efek samping dan kondisi
penderita. Pada bentuk-bentuk efek samping tertentu diperlukan
penangan dan pengobatan yang spesifik. Misalnya untuk syok
anafilaksi diperlukan pemberian adrenalin dan obat serta tindakan lain
untuk mengatasi syok. Contoh lain misalnya pada keadaaan alergi,
diperlukan penghentian obat yang dicurigai, pemberian antihistamin
atau kortikosteroid (bila diperlukan), dll. (Falah Setyawati, Nur. 2015)
2.13 Bahaya Pemberian/Penggunaan Obat Pada Pasien
Setiap efek yang tidak dikehendaki yang merugikan atau membahayakan pasien
(adverse reactions) dari suatu pengobatan. Dapat tjd krn adanya interaksi antara
molekul obat dengan tempat kerjanya. Jadi, suatu obat yg bekerja pd tubuh kita
tidak selalu bekerja secara spesifik, ia dapat bekerja pada suatu reseptor tertentu
yang terdistribusi luas pada jaringan tubuh. Jika interaksi ini terjadi maka ada efek
lain yang dapat timbul.
ESO Tidak dpt dikesampingkan begitu saja krn dpt terjadi dampak yg negatif,
seperti:
1. Kegagalan pengobatan,
2. Timbulnya keluhan penderitaan atau penyakit baru karena obat (drug-induced
disease atau iatrogenic disease), yang semula tidak diderita oleh pasien,
pembiayaan yang harus ditanggung sehubungan dengan kegagalan terapi,
memberatnya penyakit atau timbulnya penyakit yang baru tadi (dampak
ekonomik).
42 | E f e k S a m p i n g O b a t
3. Efek psikologik terhadap penderita yang akan mempengaruhi keberhasilan
terapi lebih lanjut misalnya menurunnya kepatuhan berobat
1. Faktor bukan obat Faktor-faktor pendorong yang tidak berasal dari obat antara
lain adalah:
a) Intrinsik dari pasien, yakni umur, jenis kelamin, genetik, kecenderungan
untuk alergi, penyakit, sikap dan kebiasaan hidup.
b) Ekstrinsik di luar pasien, yakni dokter (pemberi obat) dan lingkungan,
misalnya pencemaran oleh antibiotika.
2. Faktor obat
a) Intrinsik dari obat, yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek
samping.
b) Pemilihan obat.
c) Cara penggunaan obat.
d) Interaksi antar obat.
1. Berikan perhatian khusus terhadap konsumsi obat dan dosisnya pada anak dan
bayi, usia lanjut, dan pasien-pasien yang juga menderita gangguan ginjal, hati
dan jantung.
2. Perhatikan petunjuk pada leaflet/ kemasan obat. Biasanya tertera efek samping
yang mungkin terjadi, dengan begitu kita akan menjadi lebih waspada.
Perhatikan juga riwayat alergi yang terjadi.
Bisa ditelusuri dari riwayat alergi yang terjadi di keluarga maupun alergi obat
yang pernah terjadi. Gunakan obat dengan indikasi yang jelas dan tepat, sesuai
dengan yang diresepkan dokter. Hindari pengobatan dengan berbagai jenis obat dan
kombinasi sekaligus Bila dalam pengobatan terjadi gejala penyakit baru, atau
kondisi malah tidak membaik, selalu ditelaah lebih dahulu, apakah perubahan
tersebut karena perjalanan penyakit, komplikasi, kondisi pasien memburuk, atau
justru karena efek samping obat harus segera periksa ke dokter untuk mencegah hal
yang tidak dinginkan Selalu harus ditelusur riwayat rinci mengenai pemakaian obat
oleh pasien pada waktu-waktu sebelum pemeriksaan, baik obat yang diperoleh
melalui resep dokter maupun dari pengobatan sendiri.
43 | E f e k S a m p i n g O b a t
Contoh ESO yg sering dilaporkan/dirasakan pasen:
44 | E f e k S a m p i n g O b a t
kepala karena efek vasodilatasi obat. Jika dibandingkan dengan risiko kematian
yang begitu tinggi pada serangan jantung maka obat ini masih diresepkan. Resiko
lebih kecil daripada manfaat yang diperoleh.
5. Antidepresan memicu orgasme Jenis orgasme yang disebut orgasme spontan ini
terjadi akibat efek samping beberapa obat antidepresan terutama golongan
Serotonin Selective Reuptake Inhibitor (SSRI). Untungnya tidak semua orang
mengalami efek samping seperti ini, hanya terjadi pada sebagian kecil ARV (obat
HIV) memicu Osteoporosis Efek samping ini sering terjadi pada ODHA (Orang
dengan HIV AIDS) Mineral tulang dapat hilang dan tulang menjadi rapuh.
Pastikan konsumsi cukup zat kalsium dalam makanan dan suplemen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Efek samping obat merupakan suatu akibat langsung ataupun tidak
langsung yang berasal dari suatu zat terhadap proses kehidupan manusia serta
lingkungannya (Budi Suryatin dalam buku Sains Materi dan sifatnya tahun
45 | E f e k S a m p i n g O b a t
2004). Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek
samping, oleh karena seperti halnya efek farmakologik, efek samping obat
juga merupakan hasil interaksi yang kompleks antara molekul obat dengan
tempat kerja spesifik dalam system biologic tubuh.
Efek samping obat dapat dikelompokkan/diklasifikasi dengan berbagai
cara, misalnya berdasarkan ada/tidaknya hubungan dengan dosis berdasarkan
bentuk-bentuk manifestasi efek samping yang terjadi, dsb. Jenis-jenis efek
samping obat yaitu Efek Samping yang Dapat diperkirakan dan Efek samping
yang tidak dapat diperkirakan.
factor-faktor apa saja yang dapat mendorong terjadinya efek samping
obat yaitu Faktor bukan obat dan Faktor obat. Masing-masing obat mempunyai
keunggulan dan kekurangan masing-masing, baik dari segi manfaat maupun
kemungkinan efek sampingnya. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah,
jangan terlalu terpaku pada obat baru, di mana efek-efek samping yang jarang
namun fatal kemungkinan besar belum ditemukan.
Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien
terhadap kemungkinan terjadinya efek samping obat.untuk melakukan hal ini,
perawat harus mengetahui obat yang diberikan pada pasien serta kemungkinan
efek samping yang dapat terjadi.
3.2 Saran
Dengan ditulisnya makalah ini nantinya dapat dimanfaatkan secara
optimal terkait dengan pengembangan mata kuliah Farmakologi dan penulis
menyarankan materi-materi yang ada dalam tulisan ini dikembangkan lebih
lanjut agar dapat nantinya menghasilkan tulisan-tulisan yang bermutu.
Demikianlah makalah ini penulis persembahkan, semoga dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
46 | E f e k S a m p i n g O b a t
Tjay & Rahardja.2015. Obat-Obat Penting.Jakarta: PT Gramedia.
47 | E f e k S a m p i n g O b a t