Anda di halaman 1dari 2

Imam Syafii, Pencari Ilmu Sejati

Written by Tim Redaksi Saturday, 19 March 2011 16:34

Bohlam Inspirasi

0 0Email0ShareThisNew
View Comments
0digg

[D'Rise #2]Siapa yang tak kenal imam mazhab yang satu ini.
Namanya cukup familier ditelinga kita. Nama asli beliau adalah Muhammad bin Idris bin Al-
Abbas, beliau sering disebut Imam Syafii. Nama ini diambil dari kakek beliau yang ketiga,
yaitu Syafii bin As-Said, padahal pada awalnya panggilan beliau adalah Abu Abdullah.
Beliau lahir di Gaza pada tahun 150 H, tahun yang bertepatan dengan wafatnya Imam Abu
Hanifah. Beliau sudah menjadi yatim saat usia beliau masih sangat muda, ayah beliau wafat
meninggalkan beliau dalam keadaan miskin. Walaupun demikian kalau kita lihat dari catatan
hidup beliau, pada usia 7 tahun beliau berhasil menghapal Al-Quran 30 juz. Kita juga
sebenernya hapal Al-Quran, tapi juz 30 doang, beda dikit kan?? Pada usia 10 tahun (riwayat
lain 13 tahun) beliau hapal kita Al-Muwaththa karya Imam Malik yang berjilid-jilid. Dan
pada usia 15 tahun (riwayat lain 18 tahun) beliau dipercaya untuk mengeluarkan fatwa oleh
gurunya, Muslim bin Khalid Az-Zanji.

Hebat bukan? Apakah beliau didukung duit? Beliau menyatakan sendiri kepedihannya, Aku
adalah seorang yatim di bawah asuhan ibu. Ibuku tidak mempunyai uang untuk membayar
seorang guru untuk mengajariku. Namun seorang guru mengizinkanku belajar dengannya
ketika ia mengajar. Kala aku mengkhatamkan Al-Quran aku selalu masuk masjid untuk
mengikuti pelajaran yang disampaikan para ulama dalam pengajian itu. Aku menghafalkan
hadis dan permasalahn-permasalahan agama. Akibat kemiskinan itu, ketika aku melihat
tulang yang menyerupai papan, maka tulang itu aku ambil untuk menulis hadis dan beberapa
permasalahan agama. Diriwayatkan pula bahwa beliau memungut kertas bekas kantor
pemerintahan di masa itu untuk menulis.

Terbukti, uang bukanlah kendala utnuk mencari ilmu. Hanya butuh semangat, kawan,
semangat saja. Pasti pengorbanan itu berbuah manis. Seperti dialami Imam Syafii yang
akhirnya beliau menjadi panutan dengan mazhab yang beliau bangun, dan menjadi tujuan
para pencari ilmu baik di Irak, Syam, dan Yaman pada masa itu.

Tapi, bukan hanya semangat mencari ilmu saja, tapi juga harus dibarengi dengan semangat
menjaga ilmu. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau kehilangan 40 ayat hapalannya
karena tidak sengaja melihat betis perempuan yang bukan mahramnya. Ada juga yang
meriwayatkan hanya tumit seorang wanita yang tersingkap dari pakaiannya. Nah kalo jaman
sekarang gimana tuh?? Di jalan, sekolah, pasar, TV, di mana-mana aurat melulu, kalo bukan
karena penjagaan dari Allah tu ayat Quran nggak ada yang mau nempel di otak kita kali.

Bukti tentang keluasan ilmu beliau bisa kita lihat selain dari kitab-kitab karangannya juga
dari kesaksian-kesaksian orang-orang tentang beliau. Ketika beliau mengajar di masjid
Baghdad, di situ ada 20 halaqoh (kelompok belajar). Setelah beliau datang malah menciut
jadi 3 halaqoh. Pada ke mana? Apa pada kabur? Tentu bukan, yang 17 halaqoh lainnya
bergabung dengan halaqoh beliau. Karena ketinggian ilmunya, pantaslah beliau digelari Nasir
As-Sunnah (pembela sunnah). Pernah juga saat beliau berada dalam perjalanan dari Mekah
menuju Madinah, selama 8 hari, beliau mengkhatamkan Quran sebanyak 16 kali. Menurut
Ar-Rabi bin Sulaiman, Imam Syafii membagi waktunya menjadi 3 bagian, sepertiga untuk
menulis, sepertiga untuk solat, dan sepertiga untuk tidur. Begitulah keseharian beliau,
menjadikan ilmu itu sepertiga hidupnya begitupun ibadahnya.

Maka yakinlah, dengan terus berupaya penuh semangat dalam mencari ilmu, biaya tidak akan
menjadi halangan karena banyak orang yang berhasil melewatinya. Dengan ilmu itu kita bisa
meningkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah, dan ilmu itulah yang akan memuliakan kita
di dunia dan akherat.[Ridwan]

Box Teladan

Karya Yang Memanjangkan Umur

Dalam kitab Al-Baihaqi, Imam Syafii mengaku pernah menulis 140 kitab, baik menyangkut
masalah ushul (pokok) maupun furu (cabang). Di antara karya-karya beliau adalah: Kitab Ar-
Risalah (kitab ushul fiqih pertama kali ditulis ulama); kitab Al-Umm setebal 7 jilid mencakup
kitab Siyar Al-Ausai, Jama Alim, Ibtal Istihsan, Ar-Radd ala Muhammad ibn Hasan; kitab
Al-Musnad, berisi hadis yang dihimpun dari Al-Umm; kitab Ihtilaf Al-Hadis; dll.

Banyak juga kitab yang menjelaskan pikiran-pikiran beliau yang ditulis murid-muridnya,
yaitu: Kitab Al-Fikh; kitab Al-Kabir; kitab Al-Muhtasar; kitab As-Sagir; kitab Al-Faraid.
Karya-karya beliau itulah membuat beliau panjang umur. Nama beliau masih disebut-sebut
sampai sekarang.

Related Articles

Anda mungkin juga menyukai