Anda di halaman 1dari 14

OBSERVASI GANGGUAN MENTAL LANSIA DI PANTI WERDHA

SIMON PETRUS KOTA BATU

LAPORAN
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Praktikum Gerontologi
Yang dibina oleh
drg. Rara Warih Gayatri, MPH
Septa Katmawanti, S. Gz., M. Kes
dr. Dhian Kartikasari

Oleh :

Retno Ismawati 140612601729

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Februari 2016
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
...............................................................................................................................
1
1.2 Program yang Sedang Dijalankan
...............................................................................................................................
3
1.3 Kesulitan Dan Hambatan Dalam Pelaksanaan Program ................................
4
1.4 Evaluasi Kekurangan Program Yang Telah Berjalan ......................................
5

BAB 2 GAGASAN TERTULIS


2.1 Gagasan Yang Diusulkan
...............................................................................................................................
7
2.2 Kehandalan Gagasan
...............................................................................................................................
8
2.3 Strategi Penerapan Gagasan
...............................................................................................................................
8
2.4 Teknik Implementasi yang akan Dilakukan
...............................................................................................................................
9
2.5 Prediksi Manfaat
...............................................................................................................................
9
2.6 Pihak-Pihak Tekait
...............................................................................................................................
10

DAFTAR PUSTAKA

1
2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi


Berdasarkan ketentuan dari yayasan terdapat beberapa persyaratan bagi
lansia yang diperbolehkan tinggal di Panti Werdha Simon Petrus, salah satunya
adalah syarat bahwa seorang lansia tidak boleh mengalami atau memiliki
gangguan mental atau gangguan kejiwaan yang dapat berakibat buruk pada
lingkungan sekitarnya serta tidak dapat melukai ataupun mencelakai orang lain
yang ada disekitarnya. Menurut keterangan pengelola dan pengurus di Panti
Simon Petrus mengenai kondisi kesehatan mental lansia yang berada di psnti
dinyatakan bahwa lansia yang tinggal di Panti Werdha Simon Petrus tidak
mengalami gangguan mental yang permanen atau yang memiliki perilaku yang
menunjukan gangguan mental yang dapat mengganggu kenyamanan orang lain.
Selain itu, pihak panti ini juga mentolerir kalau ada lansia yang menginginkan
masuk ke panti namun dengan kondisi mental yang sedikit terganggu, namun
tidak sampai membuat orang lain terganggu dan melukai ataupun mencelakai
orang lain yang ada di sekitarnya.
Dalam kondisi tertentu pada salah satu lansia mengalami gangguan kejiwaan
yang muncul namun kondisi tersebut tidak sampai mengganggu dan melukai
ataupun mencelakai lansia yang lain. Kondisi tersebut muncul karena adanya
kecemasan dari dalam diri lansia itu sendiri. Untuk penanganannya pihak panti
memberikan pelayanan dengan menghadirkan seorang psikolog dan mengadakan
kegiatan terapi kejiwaan ringan sampai sembuh. Dengan catatan bahwa pihak
panti menganggap lansia dengan sedikit gangguan jiwa ringan yang tidak
mengganggu orang lain itu sama seperti lansia lainnya sehingga tidak ada
perlakuan khusus.
Ada pula lansia di Panti Simon Petrus ini yang mengalami gangguan depresi.
Salah satunya ada lansia yang tidak dapat menerima keadaan bahwa dirinya sudah
berada di Panti ini. Selain itu pernah ada juga lansia yang sulit beradaptasi dengan
lingkungan panti sehingga lansia lebih senang menyendiri dan mengurung diri.
Untuk penanganan dari pihak panti sendiri, mereka melakukan pendekatan kepada
lansia dan memberikan pembinaan kerohanian. Pihak dari panti melakukan
pendekatan dan bimbingan itu agar lansia dapat menerima keadaan dan lebih

1
dapat meredam emosinya sehingga lansia dapat merasakan ketenangan di Panti
Simon Petrus. Dalam bimbingan rohani itu, lansia menerima bimbingan berupa
konseling. Bimbingan rohani tersebut mencakup penjelasan mengenai
permasalahan dalam kehidupan, bahwa masalah di kehidupan itu harus dihadapi,
hidup itu berharga dan banyak hal-hal yang menyenangkan yang dapat dilakukan
lagi. Bimbingan tersebut juga berkaitan dengan petunjuk-petunjuk dalam agama
sesuai kepercayaan masing-masing lansia.
Secara garis besar lansia di Panti Simon Petrus jika dari pihak pengelola dan
keadaan yang sebenarnya lansia di lapangan, dapat dikatakan bahwa lansia di
panti ini tidak mengalami gangguan mental yang berarti dan mengganggu.
Kebanyakan dari lansia ini mengalami penyakit degeneratif yang memang sudah
pada dasarnya terjadi pada lansia misalnya, penyakit stroke, hipertensi, nyeri
sendi, flu, batuk dan lain-lain. Banyak juga dari lansia yang juga sudah
mengalami gangguan demensia ada tipe demensia yang ringan dan sedang. Untuk
tipe demensia yang berat di Panti Simon Petrus ini belum ditemukan sejauh ini.
Penanganan dari pihak panti Simon Petrus terhadap gangguan kesehatan yang
dialami lansia secara keseluruhan sudah tertata dan terorganisir. Namun untuk
penanganan gangguan mental pihak panti hanya memberikan pendekatan dan
bimbingan rohani dari pihak pengurus dan pekerja lainnya. Pada intinya lansia di
panti ini tidak mengalami gangguan mental yang serius.
Bagi para pengurus dan karyawan yang bekerja di Panti Simon Petrus jika
mendapat lansia yang mengalami gangguan mental kemudian tindakkannya
abnormal dapat menangani kondisi tersebut baik dengan tindakan dan sikap yang
sudah terbentuk sebab memang dari awal mereka sudah dibekali pengetahuan oleh
tenaga medis dan karena sudah terbiasa menghadapi kondisi lansia tersebut
mereka juga memiliki trik menangani kondisi lansia tersebut.
Sedangkan dilihat dari sisi aktivitas fisik lansia yang dilakukan di Panti
Simon Petrus ini tidak begitu banyak yang dilakukan. Lansia hanya melakukan
aktifitas fisik yang mereka inginkan dan tidak ada program aktivitas fisik secara
rutin dan terstruktur. Kondisi ini dikarenakan kurangnya sumber daya manusia
yang mampu mengkoordinir pelaksanaan aktivitas fisik tersebut. Sedikit dari para
lansia di Panti Simon Petrus ini yang dapat dan mau melakukan aktivitas fisik
untuk kesehatan mereka sendiri.

2
Banyak dari lansia yang lebih memilih duduk-duduk saja dan merasakan
kesakitan ataupun nyeri tubuh mereka daripada melakukan aktivitas fisik. Namun
ada juga lansia yang gemar sekali melakukan kegiatan berjemur pagi dan lansia
ini menyadari bahwa kesehatan tubuh dan melakukan aktivitas fisik itu menjadi
hal yang penting. Namun untuk kegiatan melakukan aktivitas fisik di Panti Simon
Petrus ini secara terorganisir itu belum ada dan hanya dilakukan oleh lansia yang
mau dan dapat melakukannya.

1.2 Program yang Sedang Dijalankan


Program yang sudah dijalankan dan masih berlanjut atau berjalan sampai saat
ini terdiri dari dua program yakni program tentang pemeliharaan kesehatan serta
kegiatan kerohanian. Dalam program pemeliharaan kesehatan telah diwujudkan
dalam pemeliharaannya berupa pengecekan kesehatan secara berkala terhadap
lansia yang dilakukan selama sebulan dua kali dalam pemeriksaan kesehatan.
Sedangkan untuk kegiatan kerohanian bagi lansia berupa bimbingan kerohanian
terutama bagi lansia yang beragama Nasrani.
Terkait dengan pelayanan kesehatan, Panti Simon Petrus bekerjasama dengan
Rumah Sakit Baptis Kota Batu, Jawa Timur. Dokter serta perawat dari Rumah
Sakit Baptis secara berkala setiap dua minggu sekali melakukan pengecekan
kesehatan bagi lansia di Panti Simon Petrus. Untuk lansia yang mengalami
gangguan bisa diberikan obat-obatan dalam pelayanannya. Namun jika dalam
perjalanannya ada lansia yang sakit, maka bisa langsung dibawa ke Rumah Sakit
Baptis, Kota Malang. Namun jika ada kemungkinan dokter serta perawat bisa
dating langsung ke Panti Simon Petrus maka tidak perlu ke Rumah Sakit, jika
sakitnya tidak ada indikasi yang parah.
Dalam kegiatan kerohanian, lansia diberikan layanan untuk konsultasi
terhadap permasalahan yang mengganggu terhadap dirinya. Kegiatan kerohanian
pernah dilakukan dari pihak luar. Pihak yang terkait diantaranya adalah dari pihak
gereja. Lansia dari gereja berkumpul bersama dengan lansia di Panti Simon
Petrus. Kegiatan tersebut dukunya dilakukan setiap satu bulan satu kali. Namun
setelah pengelola dari pihak gereja tersebut meninggal, kegiatan tersebut hanya
dilakukan selama lima bulan sekali.

3
Selain itu, kegiatan kerohanian berupa bimbingan konseling terhadap lansia
agar lansia tersebut tidak mengalami depresi serta gangguan mental lainnya.
Bimbingan tersebut dilakukan oleh pengelola panti yaitu Opa Atjiz dan
mahasiswa yang mengadakan studi atau kegiatan sosial lainnya di Panti Werdha
Simon Petrus.

1.3 Kesulitan dan Hambatan Dalam Pelaksanaan Program


Selama program berlangsung, kesulitan dan hambatan dalam pelaksanaan
program antara lain adalah kondisi fisiologis dan psikologis dari setiap lansia itu
sendiri. Ada lansia yang kondisi fisiologisnya masih baik sehingga mampu
mengikuti program yang diadakan, ada pula lansia kondisi fisiologisnya kurang
baik seperti membutuhkan alat bantu gerak yakni kursi roda dan berdiam dikursi
rodanya. Dengan kondisi tersebut menyebabkan lansia tidak mampu atau terbatas
dalam mengikuti program yang berkaitan dengan aktivitas fisik yang diadakan.
Selain itu kondisi psikologis juga menjadi hambatan, terdapat lansia yang mampu
menerima dan antusias terhadap program yang diadakan dan terhadap orang-orang
disekitarnya. Ada pula lansia yang cenderung menutup diri dan apatis terhadap
program yang diadakan dan terhadap orang-orang disekitarnya.
Panti Werdha Simon Petrus Batu ini memiliki 2 program rutin yang berkaitan
dengan aktifitas fisik dan kesehatan mental. Yang pertama yaitu program
gathering dengan lansia-lansia dari panti werdha lain untuk berbagai kegiatan dan
program pelayanan kerohanian. Hambatan yang terjadi pada kedua program
tersebut yaitu kondisi fisologis lansia yang terbatas sehingga terkadang tidak
mampu mengikuti program secara rutin sesuai jadwal, selain itu terdapat pula
lansia yang menutup diri dan apatis sehingga tidak mau mengikuti program-
program yang diadakan serta tidak mau bersosialisasi dengan lansia-lansia lainnya
maupun dengan orang lain.

1.4 Evaluasi Kekurangan Program yang Telah Berjalan

4
Pelayanan di Panti Wredha Simon Petrus dikatakan masih kurang maksimal.
Hal tersebut dikarenakan jumlah tenaga kerja yang terbatas sehingga apabila ada
salah satu dari para pekerja berhalangan hadir atau tidak datang bekerja dapat
menyebabkan beberapa pekerjaan di Panti menjadi terhambat dan akan lebih
menyulitkan pengurus panti yang juga sama-sama telah berusia lanjut. Program
yang masih berjalan dalam menunjang kesehatan mental lansia adalah program
pelayanan kesehatan, bimbingan rohani dan konseling, serta program-program
dari komunitas pemuda gereja.
Program pelayanan kesehatan yang diberikan dari pihak panti cukup memadai
yakni pemeriksaan kesehatan diberikan secara berkala yaitu dua kali dalam satu
bulan. Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh dokter dari Rumah Sakit Baptis yang
telah menjalin kerja sama dengan Panti Werdha Simon Petrus. Namun berbeda
dengan program pelayanan kesehatan yang diberikan dari Pemerintah Daerah
seperti Puskesmas. Puskesmas hanya memberikan pemantauan kesehatan lansia
tiap dua bulan sekali atau bahkan tiga bulan sekali. Sehingga pelayanan kesehatan
yang diberikan dari Pemerintah Daerah kurang maksimal dibandingkan pelayanan
kesehatan dari Rumah Sakit Baptis.
Mengenai program bimbingan rohani dan konseling di panti Wredha Simon
Petrus hingga saat ini masih berjalan namun tidak bisa dilakukan secara rutin atau
maksimal seperti dulu. Hal ini dikarenakan dahulu semasa istri dari pihak
pengelola panti yaitu Opa Atjiz masih hidup, bimbingan rohani dan konseling
dilakukan secara rutin oleh istrinya. Namun selama istrinya meninggal sehingga
saat ini program tersebut tidak dapat berjalan rutin dikarenakan pengelola panti
yang tinggal seorang diri dan telah berusia lanjut tidak mampu melakukan secara
maksimal. Selain itu ditambah lagi dengan kondisi para lansia yang tidak
memungkinkan untuk semuanya mampu mengikuti dan menerima bimbingan
rohani maupun bimbingan konseling.
Para penghuni Panti Werdha Simon Petrus umumnya memiliki gangguan
kesehatan mental berupa dimensia, serta beberapa diantaranya depresi. Penghuni
panti yang mendapat gangguan demensia umumnya kesulitan mengingat dari
mana daerah asalnya, berapa usianya, dan pertanyaan-pertanyaan sejenisnya.
Lansia yang mengalami demensia ini juga sering lupa mengenai apa yang sudah

5
dilakukannya. Sedangkan untuk gangguan depresi, biasanya dialami oleh mereka
yang ditinggal orang terkasihnya, misalnya anak, suami, dan keluarga. Mereka
merasa tersisih, dan bahkan pada kasus tertentu terjadi hysteria. Penanganan
lansia yang menderita demensia maupun depresi ini sudah cukup baik, dimana
pihak panti mendatangkan psikolog maupun psikiater pada waktu tertentu. Akan
tetapi pihak pengurus panti sendiri terkadang menjadi tidak sabar dalam
menghadapi kondisi-kondisi lansia, sehingga terkadang terkesan kasar dalam
memperlakukan lansia, yang justru akan semakin memperburuk kondisi mental
lansia tersebut.

6
BAB 2
GAGASAN TERTULIS

2.1 Gagasan Yang Diusulkan


Untuk mengatasi masalah psikoedukatif, yaitu mengatasi kepribadian
maladaptif, distorsi pola berpikir, mekanisme koping yang tidak efektif, hambatan
relasi interpersonal yang dialami lansia dapat dengan melakukan Terapi
Psikososial (Psikoterapi) (Irwan, 2013) . Terapi ini juga dilakukan untuk
mengatasi masalah sosiokultural, seperti keterbatasan dukungan dari keluarga,
kendala terkait faktor kultural, perubahan peran sosial. Psikoterapi malah sering
didefenisikan dengan penyembuhan melalui percakapan. Menurut para ahli
psikoterapi percakapan efektif untuk menyembuhkan kepribadian yang terluka,
jika dirancang dan didesain secara tepat, kontinyu, dilaksanakan dengan perhatian
yang tulus, dimulai dengan hubungan baik, serta mampu menumbuhkan harapan
klien.
Selain itu juga perlu adanya aktivitas fisik terutama olah raga ringan . lansia
dibiasakan berjalan kaki setiap pagi atau sore sehingga energi dapat ditingkatkan
serta mengurangi stress karena kadar norepinefrin meningkat. Selain itu, pasien
juga dapat diperkenalkan pada kebiasaan meditasi serta yoga untuk menenangkan
pikirannya agar tehindar dari gangguan depresi dan memiliki emosional yang baik
seperti merasa gembira dan senang
Gagasan yang bisa diusulkan sebagai rencana program di Panti Werdha
Simon Petrus Batu adalah dengan pengadaan psikoterapi dan yoga. Kegiatannya
dapat dilakukan baik secara rutin maupun sekali-kali dengan maksud untuk
mencari hiburan dan mengisi waktu luang setelah terlepas dari aktivitas rutin
lansia.
Sembari melakukan psikoterapi dapat dilakukan aktivitas bagi yang mampu
berjalan kaki setiap pagi atau sore sehingga energi dapat ditingkatkan serta
mengurangi stress karena kadar norepinefrin meningkat. Selain itu, pasien juga
dapat diperkenalkan pada kebiasaan meditasi serta yoga untuk membantu
berjalannya Psikoterapi.

7
2.2 Kehandalan Gagasan
Psikoterapi yang dapat ditempuh dengan sesi pembicaraan dengan anggota
tim observasi dapat membantu lansia melihat bahwa perasaan yang dialaminya
juga dapat terjadi pada orang lain namun karena menderita depresi ia mengalami
kondisi yang berlebihan atas perasaannya sendiri. Lansia masih dapat
menyampaikan perasaan, dan melampiaskan emosionalnya serta mengembalikan
rasa percaya diri serta perasaan diperhatikan dan dihargai sebagai manusia yang
bermartabat.
Psikoterapi juga dapat mempengaruhi untuk cara baru berpikir untuk
mengubah perilaku, terapis membantu penderita mengubah pola negatif atau pola
tidak produktif yang mungkin berperan dalam terjadinya depresi. Interpersonal
therapy membantu penderita mengerti dan dapat menghadapi keadaan dan
hubungan sulit yang mungkin berperan menyebabkan depresi. Banyak penderita
mendapat manfaat psikoterapi untuk membantu mengerti dan memahami cara
menangani faktor penyebab depresi, terutama pada depresi ringan yang sesuai
dengan kondisi mental lansia di Panti Simon Petrus.
Pada usia lanjut, seseorang tidak hanya harus menjaga kesehatan fisik tetapi
juga menjaga agar kondisi mentalnya dapat menghadapi perubahan-perubahan
yang mereka alami dan sebagian lansia masih memandang usia tuanya dengan
sikap yang menunjukkan keputusasaan, pasif, lemah dan tergantung dengan sanak
saudara.

2.3 Strategi Penerapan Gagasan


Penerapan dari permainan tradisional yang dapat menjadi aktivitas fisik
memerlukan strategi untuk mencapai tujuan yang dinginkan dan mendapat hasil
yang maksimal sebagai berikut :
1) Melakukan kerjasama dengan pengelola dan pengurus Panti Simon Petrus
Batu agar program lebih terarah kemudian dapat dievaluasi serta
dimonitoring.
2) Mendapatkan dukungan pengelola dan pengurus Panti Werdha Simon Petrus
Batu agar para pengelola, pengurus, dan karyawan dapat juga berpartisipasi
dalam kegiatan.

8
3) Mendekatkan diri pada lansia untuk agar lansia tidak merasa terganngu
dengan kehadiran orang lain disekitarnya.
4) Menjadi pendengar yang efektif. Saat lansia telah mampu mengungkapkan
perasaannya maka berilah kesempatan yang seluas-seluasnya, dengan aman,
dan nyaman untuk bercerita.
5) Mengajak lansia yang mampu atau bagi yang mau melakukan yoga.

2.4 Teknik Implementasi Yang Akan Dilakukan


Dalam pelaksanaan psikoterapi sebagai yang memberikan pelayanan aspek
psikis, sosial maupun spiritual yang dapat mewujudkan dan mencapai tujuan serta
hasil yang maksimal (Subandi, 2012) bebeberapa langkah yang dapat
diimplementasikan dari psikoterapi dan yoga :
1) Memiliki kedekatan dengan lansia agar lansia tidak merasa canggung ataupun
terganggu dengan kehadiran orang lain disekitarnya sehingga mampu
berinteraksi dengan baik.
2) Melakukan percapakan dengan lansia dan menjadi pendengar yang efektif.
hingga lansia telah mampu mengungkapkan perasaannya maka berilah
kesempatan yang seluas-seluasnya, dengan aman, dan nyaman untuk
bercerita. Dengan bercerita dan perawat mendengar dengan penuh minat,
maka klien telah mulai bekerja mengeluarkan segala kecemasan, serta
perasaan-perasaan yang menekan jiwanya.
3) Melakukan yoga bagi yang mampu dan berkeinginan sendiri tanpa ada unsur
paksaan.
4) Dilakukan secara terencana dan kontinyu.

2.5 Prediksi Manfaat


Manfaat yang diperkirakan akan diperoleh oleh lansia setelah melaksanakan
psikoterapi :
1) Meningkatkan kualitas hidup.
2) Dapat mengembangkan fungsi psikis/mental, seperti: meningkatkan suasana
hati (mood), menciptakan perasaan nyaman, mengurangi kecemasan, dan
menurungkan tingkat stress.
3) Memperoleh kegembiraan, kesenangan dan kepuasan secara emosional.
4) Memperoleh rasa percaya diri dan merasa drinya berharga dan layak
menjalani hidup yang selanjutnya.
5) Berpengaruh untuk cara baru berpikir untuk mengubah perilaku, terapis
membantu penderita mengubah pola negatif atau pola tidak produktif yang

9
mungkin berperan dalam terjadinya depresi. Interpersonal therapy membantu
penderita mengerti dan dapat menghadapi keadaan dan hubungan sulit yang
mungkin berperan menyebabkan depresi.

2.6 Pihak-Pihak Tekait


Dalam pelaksanaan program ini diperlukan beberapa pihak yang dapat
mendukung secara fisik dan mental,
1) Pihak Pengelola dan Pengurus Panti Simon Petrus
Pihak pengelola panti berperan dalam hal perijinan, persetujuan, serta
pelaksanaan program kegiatan latihan fisik ringan bagi lansia agar tercipta
dan terwujud dengan baik. Pihak pengurus panti memiliki peran sebagai
pendukung program dan dapat mengevaluasi serta memonitoring program.
2) Pihak Penanggung Jawab Lansia
Penanggung jawab lansia berperan dalam hal persetujuan dan mendukung
terlaksananya program kegiatan tersebut dengan baik. Pihak penanggung
jawab yang memiliki hubungan kerabat juga hendaknya berpartisipasi dalam
kegiatan dalam program ini.
3) Tim Observasi
Tim observasi berperan dalam pengajuan, penyusunan, pelaksanaan, dan
evaluasi kegiatan tersebut.

10
DAFAR PUSTAKA

Irawan, Hendra. 2013. Gangguan Depresif pada Lanjut Usia. (Online),


(http://www.kalbemed.com/portals/6/06_210gangguan%20depresi
%20pada%20lanjut%20usia.pdf#page=1&zoom=90,-216,863), diakses
pada 7 Februari 2016.

Subandim M.A. 2003. Integrasi Psikoterapi dalam Dunia Medis. Makalah


disampaikan dalam Seminar Nasional Integrasi Psikoterapi Dalam
Tinjauan Islam dan Medis, Universitas MuhammadiyahMalang, 28 Mei
2003. Dalam Database Penelitian Dosen. (Online),
(http://psikologi.ugm.ac.id/uploads/resources/File/Database%20Penelitian
%20Dosen/integrasi_psikoterapi_medis.pdf)

11

Anda mungkin juga menyukai