PENDAHULUAN
Proses pendidikan merupakan upaya mewujudkan nilai bagi peserta didik dan
pendidik, sehingga unsur manusia yang dididik dan memerlukan pendidikan untuk
dapat menghayati nilai-nilai agar mampu menatap perilaku serta pribadi
sebagaimana mestinya. Sebagai contoh, dalam wacana keindonesiaan pendidikan
semestinya berakar dari konteks budaya dan karakteristik masyarakat Indonesia, dan
untuk kebutuhan masyarakat Indonesia yang terus berubah. Hal ini berarti bahwa
sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang yang mampu
bertanggung jawab secara rasional, sosial, dan moral.
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum.
Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang
berupa ilmu itu dipergunakan,bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut
dengan kaidah-kaidah moral, bagaimana kaitan antara teknik dan prosedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral atau
profesional.
1
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2
Secara etimologis, berarti ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai,
yang pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Sedangkan
menurut Bramel, aksiologi adalah suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value)
yang dibedakan dalam tiga bagian, yaitu:
1) Moral Conduct, tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni
etika.
2) Esthetic Expression, ekspresi keindahan, yang melahirkan estetika.
3) Socio-political Life, kehidupan sosio-politik, bidang ini melahirkan ilmu filsafat
sosio-politik.
1. Nilai, digunakan sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian yang lebih
sempit seperti: baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih
luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan
kesucian. Penggunaan nilai yang lebih luas merupakan kata benda asli untuk
seluruh macam kritik atau predikat pro dan kontra, sebagai lawan dari suatu
yang lain, dan ia berbeda dengan fakta. Teori nilai atau aksiologi adalah bagian
dari etika.
2. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya, ketika kita berkata sebuah nilai
atau nilai-nilai, ia seringkali dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang
bernilai, seperti nilainya, nilai dia, dan sistem nilai dia. Kemudian dipakai untuk
apa-apa yang memiliki nilai atau bernilai sebagaimana berlawanan dengan apa-
apa yang tidak dianggap baik atau bernilai.
3. Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai,
dan dinilai. Menilai umumnya sinonim dengan evaluasi ketika hal tersebut
3
secara aktif digunakan untuk menilai perbuatan. Dewey membedakan dua hal
tentang menilai, ia bisa berarti menghargai dan mengevaluasi.
Ilmu pendidikan adalah suatu kumpulan pengetahuan atau konsep yang tersusun
secara sistematis dan mempunyai metode-metode tertentu yang bersifat ilmiah yang
menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik, atau suatu
proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa
untuk mencapai kedewasaannya dalam rangka mempersiapkan dirinya untuk
kehidupan yang bermakna.
Teori nilai membahas dua masalah yaitu masalah etika dan estetika.
Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ethos yang berarti adat
kebiasaan, tetapi ada yang memakai istilah lain yaitu moral dari bahasa latin yakni
jamak dari kata nos yang berarti adat kebiasaan juga. Akan tetapi, pengertian etika
dan moral ini memiliki perbedaan satu sama lainnya. Etika ini bersifat teori
sedangkan moral bersifat praktik. Etika mempersoalkan bagaimana semestinya
manusia bertindak sedangkan moral mempersoalkan bagaimana semestinya
tindakan manusia itu. Etika hanya mempertimbangkan tentang baik dan buruk suatu
hal dan harus berlaku umum.
Antara ilmu pendidikan dan etika memiliki hubungan erat. Masalah moral tidak
bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk
menemukan kebenaran dan terlebih untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan
keberanian moral.
Dalam perkembangan sejarah etika ada empat teori etika sebagai sistem filsafat
moral yaitu, hedonisme, eudemonisme, utiliterisme, dan deontologi.
4
1. Hedonisme adalah pandangan moral yang menyamakan baik menurut
pandangan moral dengan kesenangan.
Estetika
Hasil ilmu pendidikan adalah konsep-konsep ilmiah tentang aspek dan dimensi
sebagai salah satu gejala kehidupan manusia.Pemahaman tersebut secara potensial
5
dapat dipergunakan untuk lebih mengembangkan konsep-konsep ilmiah pendidikan,
baik dalam arti meningkatkan mutu (validitas dan signifikan) konsep-konsep ilmiah
pendidikan yang telah ada, maupun melahirkan atau menciptakan konsep-konsep
baru, yang secara langsung dan tidak langsung bersumber pada konsep-konsep
ilmiah pendidikan yang telah ada.
Rowntree dalam educational technologi in curiculum development antara lain
menyatakan bahwa teknologi pendidikan adalah seluas pendidikan itu sendiri, maka
teknologi pendidikan berkenaan dengan desain dan evaluasi kurikulum dan
pengalaman-pengalaman belajar, serta masalah-masalah pelaksanaan dan
perbaikannya. Pada dasarnya teknologi pendidikan adalah suatu pendekatan
pemecahan masalah pendidikan secara rasional, suatu cara berpikir skeptis
(meragukan sesuatu) dan sistematis tentang belajar dan mengajar.
6
pasti mampu dalam mengerjakan tugas-tugas profesional sehingga terciptalah rasa
percaya diri. Percaya diri merupakan salah satu karakteristik kepribadian yang
sangat berpengaruh terhadap tercapainya keberhasilan atau efektivitas menjalankan
tugas profesional kependidikan.
1. Kepercayaan diri
7
4. Berekspresi
8
Berdasarkan upaya-upaya penerapan konsep-konsep ilmiah pendidikan yang
dilakukan seorang tenaga kependidikan, secara trial and error terciptalah
prosedur-prosedur dan teknik-teknik kerja profesional kependidikan. Tingkat
kemampuan mengembangkan penerapan konsep-konsep ilmiah pendidikan dalam
menjalankan tugas profesional dipengaruhi tingkat profesionalitas pendidik sendiri.
Konsep ilmiah pendidikan yang salah dapat terjadi karena disusun melalui
kesimpulan terburu-buru yang kurang didukung oleh fakta yang cukup memadai.
Bruner menyatakan bahwa ahli psikologi dan pendidik yang merumuskan teori
9
pendidikan tanpa memperhatikan situasi politik, ekonomi, dan sosial yang terjadi
dalam proses pendidikan akan menghasilkan konsep yang tidak bermakna dan tidak
ada manfaatnya bagi praktik pendidikan dalam masyarakat dan kelas. Penerapan
yang salah dapat juga terjadi bukan karena konsepnya yang salah, namun karena
salah memilih konsep yang hendak diterapkan.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai, pada
umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Aksiologi ilmu pendidikan
adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoritis dan
praktis ilmu pendidikan. Untuk jenis nilai, aksiologi filsafat di bagi menjadi dua
yakni: etika dan pendidikan, serta estetika dan pendidikan.
3.2 Saran
11
12