I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kawasan Cekungan Bandung yang merupakan salah satu
kawasan andalan dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di Jawa
Barat juga mempunyai arti penting bagi keutuhan ekosistem
Jawa Barat dalam mendukung kehidupan, pelestarian fungsi
lingkungan hidup, dan menjamin pembangunan
berkelanjutan. Kawasan Bandung Utara (KBU) sebagai
kawasan konservasi air di Cekungan Bandung diharapkan
dapat mendukung kualitas lingkungan Kawasan Cekungan
Bandung.
Dalam perkembangannya hingga saat ini, pertumbuhan
dan perkembangan penggunaan lahan di Kawasan Bandung
Utara (KBU) masih belum terkendali sehingga menimbulkan
gangguan fungsi lindung baik di kawasan itu sendiri maupun
kawasan di bawahnya.
Dalam upaya pengendalian pemanfaatan ruang di KBU,
pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengeluarkan beberapa
kebijakan yang diantaranya berupa Peraturan Daerah Nomor
1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang di
Kawasan Bandung Utara.
1
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi,
Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, instansi
terkait, masyarakat, serta para pelaku usaha.
Ketentuan teknis dalam Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008 Tentang
Pengendalian Pemanfaatan Ruang di KBU meliputi ketentuan
teknis pemanfaatan ruang, penataan bangunan, rekayasa
teknis dan vegetatif, pengawasan, dan rekomendasi perizinan
A. Penetapan KDB
1. Penetapan KDB Maks Berdasarkan Kemiringan Lereng
Maksimum 30%
KDB Maksimum
Kemiringan Lereng Berdasarkan kemiringan maksimum
Rata-rata yang boleh dibangun 30%
Perkotaan Perdesaan
0% - 8% 40% 20%
8% - 15% 37% 12%
15% - 30% 32% 7%
30% - 40% 10% 2%
>40% (*) 2% 2%
Catatan :
KDB maksimum perkotaan = 40%
KDB maksimum non perkotaan = 20%
Disarankan untuk Kawasan Bandung Utara KDB maksimum yang
diperbolehkan yaitu berdasarkan kemiringan maksimum yang boleh
dibangun sebesar 30%.
(*) hanya diperbolehkan bagi pembangunan prasarana/sarana
khusus/tertentu
2
c. Luas lantai beratap yang bersifat terbuka atau
mempunyai dinding tidak lebih dari 1,20 m,
dihitung 50% selama tidak melebihi 10% dari luas
denah yang diperhitungkan sesuai dengan KDB
yang ditetapkan
3
Tabel Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang Budidaya non Permukiman dan Permukiman di KBU.
Fungsi Utama/ Lokasi Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang
Pemanfaatan Ruang Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang Boleh Bersyarat Boleh
Budidaya/ Permukiman Kota Bandung Cibeunying Kaler Cigadung Industri besar dan sedang Sarana prasarana dan infrastruktur Permukiman KDB maksimal
Cibiru Cisurupan, Palasari, Industri yang berpotensi pelayanan seperti jaringan 40%
Pasirbiru mencemari lingkungan dan transmisi listrik, telekomunikasi, air KDH minimal 52%
Cicendo Husen Sastranegara, mengkonsumsi air banyak. bersih, irigasi, dan jalan lingkungan RTH
Sukaraja Pertambangan Sarana prasarana dan infrastruktur
Cidadap Ciumbuleuit, Hegarmanah, pelayanan berupa jalan akses ke
Kegiatan lain yang akan
Ledeng pusat produksi
merusak lingkungan
Coblong Cipaganti, Dago, kehutanan,pertanian, perkebunan
Lebakgede, Lebak Jasa perdagangan skala kecil
Siliwangi, Sekeloa sampai sedang
Sukajadi Cipedes, Pasteur,
Perumahan dan perkantoran dg
Sukabungah, Sukagalih,
KDB 40%,
Sukawarna
Sukasari Gegerkalong, Isola, Pasar tradisional dan
Sarijadi, Sukarasa, modern/supermarket
Ujungberung Pasirwangi Resort, hotel bernuansa
lingkungan
Industri kecil/ kerajinan
Kota Cimahi Cimahi Tengah Cimahi, karangmekar, Pengambilan air tanah untuk
Padasuka, Setiamanah domestik pada zona yg
ditentukan /dg izin
Cimahi Utara Cibabat, Cipageran Sarana umum (kampus,sekolah,
Citeureup, Pasirkaliki masjid, lapangan olahraga, dsb)
Kantor pelayanan masyarakat
kecamatan, kelurahan, desa,
puskesmas, dsb)
Kab. Bandung Barat Parongpong Sariwangi, Ciwaruga Jalan umum
Ngamprah Tanimulya, Ngamprah
4
Kab. Bandung Cileunyi Cinunuk, Cimekar, Cileunyi Industri besar dan sedang Sarana prasarana dan infrastruktur Dimanfaatkan untuk kegiatan
Kulon Industri yang berpotensi pelayanan seperti jaringan pertanian lahan kering,
mencemari lingkungan dan transmisi listrik, telekomunikasi, air tanaman pangan, bunga-
Ciburial, Mekarsaluyu, mengkonsumsi air banyak. bersih, irigasi, dan jalan lingkungan bungaan, hortikultura,
Cimenyan Cibeunying, Padasuka, Pertambangan Sarana prasarana dan infrastruktur perkebunan dengan tanaman
Cimenyan, Sindanglaya pelayanan berupa jalan akses ke yang berfungsi lindung dan
Kegiatan lain yang akan
merusak lingkungan pusat produksi tidak mengganggu fungsi
kehutanan,pertanian, perkebunan hidroorologi, peternakan dan
Cilengkrang Girimekar, Malatiwangi, Jasa perdagangan skala kecil perikanan
Jatiendah, Pasir Jati sampai sedang Membangun bangunan
penunjang kegiatan pertanian
Dibangun perumahan dengan (pertanian lahan basah dan
Kab. Bandung Barat Lembang Cibodas, Langensari, kering, perkebunan dan
persyaratan :
Cibogo, Wangunsari, peternakan)
kepadatan rendah
Sukajaya, Gudang Dimanfaatkan untuk kegiatan
kahuripan
menerapkan rekayasa teknis dan pariwisata yang tidak
vegetasi sehingga kondisi mengganggu fungsi
Parongpong Cihanjuang, Cihanjuang konservasi
Rahayu, Karyawangi, fungsi hidroorologis lebih
baik dari sebelum dibangun RTH
Cigugur girang, Padaasih
KDB maksimal 15 %, KLB
maksimal 0,7 %, KDH
minimal 82 %
Untuk membangun lingkungan
perumahan permukiman
dibatasi luas total kavling
perumahan maksimal 30 %
dan sisanya digunakan untuk
fasum, fasos, RTH, dan
kegiatan komersial lainnya
Pasar tradisional/minimarket
Resort, hotel bernuansa
lingkungan
Industri kecil/kerajinan
Pengambilan air tanah untuk
domestik pada zona yg
ditentukan /dg izin
5
Sarana umum ( sekolah, masjid,
lapangan olahraga, dsb)
Kab. Bandung Cileunyi Cibiru Wetan , Cileunyi Industri besar dan sedang Sarana prasarana dan infrastruktur Permukiman KDB maksimal
Wetan Industri yang berpotensi pelayanan seperti jaringan 20%
mencemari lingkungan dan transmisi listrik, telekomunikasi, air KDH minimum 76%
Cimenyan Mekarwangi mengkonsumsi air banyak. bersih, irigasi, dan jalan lingkungan RTH
Pertambangan Sarana prasarana dan infrastruktur
Kegiatan lain yang akan pelayanan berupa jalan akses ke
Cikalong Wetan Cipada pusat produksi
merusak lingkungan
kehutanan,pertanian, perkebunan
Jasa perdagangan skala kecil
Cilengkrang Girimekar, Malatiwangi, sampai sedang
Jatiendah
Permukiman dan perumahan dg
KDB 20%,
Ngamprah Ngamprah
Pasar tradisional/minimarket
Cimenyan Mekatwangi Resort, hotel bernuansa
lingkungan
Kab. Bandung Barat Parongpong Cihanjuang, Cihanjuang Industri kecil/kerajinan
Rahayu, Cigugur Girang, Pengambilan air tanah untuk
Cihideung domestik pada zona yg
ditentukan /dg izin
Lembang Cikidang, Mekarwangi, Sarana umum ( sekolah, masjid,
Cikole lapangan olahraga, dsb)
Kantor pelayanan masyarakat
Cisarua Kertawangi ( kecamatan, kelurahan, desa,
puskesmas, dsb)
Sukasari Pasirhalang Jalan umum
Budidaya/ Pertanian Kab. Bandung Cimenyan Ciburial Mekarsaluyu, Konversi budidaya (padi Sarana prasarana dan infrastruktur Bangunan penunjang usaha
Lahan Basah Cimenyan, Mandalamekar, sawah sebagai komoditas pelayanan seperti jaringan pertanian lahan basah/sawah
Mekarmanik
6
Cipanjalu, Girimekar, utama) ke budidaya atau transmisi listrik, telekomunikasi, air irigasi teknis
kegiatan lainnya. bersih, irigasi, dan jalan lingkungan
Parongpong Karyawangi
Cikole, Cibogo, Cikidang,
Budidaya/ Pertanian Kab. Bandung Cimenyan Mekarmanik, Cimenyan, Konversi perkebunan atau Sarana prasarana dan infrastruktur Perkebunan
Lahan Kering Cibeunying hutan rakyat yang ada ke pelayanan seperti jaringan Hutan rakyat
7
Cilengkrang Cipanjalu, Ciporeat, budidaya pertanian. transmisi listrik, telekomunikasi, air
Cilengkrang Industri yang berpotensi bersih, irigasi, dan jalan lingkungan
mencemari lingkungan dan
mengkonsumsi air banyak.
Cileunyi CIleunyi Wetan, Cibiru
Wetan Perumahan skala besar Sarana prasarana dan infrastruktur
Pertambangan pelayanan berupa jalan akses ke
Kegiatan lain yang akan pusat produksi
merusak lingkungan kehutanan,perkebunan
Bangunan penunjang unit
produksi pertanian, perkebunan
Kab. Bandung Barat Cikalong Wetan Ganjarsari, Mandalamukti, atau hutan rakyat,
Mandalasari, Mekarjaya Permukiman perdesaan dg KDB
20%,
Parongpong Karyawangi, Cihideung, Agrowisata, agroforestry
Cihanjuang, Ciwaruga,
Peternakan
Cihanjuang Rahayu,
Sariwangi Bangunan penyedia air bersih dr
air permukaan/mata air
Cisarua Kertawangi, Tugumukti,
Pasirlangu, Pasirhalang,
Padaasih, Jambudipa
Ngamprah Cilame
Coblong Dago
8
CIbeunying Kidul Pasirlayung
Cidadap Ciumbuleuit
Budidaya/ Perkebunan Kab. Bandung Cimenyan Mekarsaluyu, Cimenyan, Konversi perkebunan atau Sarana prasarana dan infrastruktur Hutan Lindung.
Mandalamekar, Ciburial hutan rakyat yang ada ke pelayanan seperti jaringan Taman Hutan Rakyat/Wisata
Mekarmanik, Cikadut budidaya pertanian. transmisi listrik, telekomunikasi, air Alam.
Industri yang berpotensi bersih, irigasi, dan jalan lingkungan Budidaya hutan.
mencemari lingkungan dan Sarana prasarana dan infrastruktur Berbagai jenis perkebunan
Cilengkrang Cipanjalu, Girimekar, mengkonsumsi air banyak. pelayanan berupa jalan akses ke besar/rakyat yang mendukung
Malatiwangi, CIporeat, Perumahan skala besar pusat produksi fungsi konservasi air dan tanah
Cilengkrang kehutanan,perkebunan
Pertambangan
Kegiatan lain yang akan Bangunan penunjang unit
merusak lingkungan produksi perkebunan atau hutan
Cileunyi Cibiru Wetan, Cileunyi rakyat,pos pengamat
Wetan
Permukiman perdesaan dg KDB
20%,
Agrowisata, agroforestry
Kab. Bandung Barat Cikalong Wetan Ganjarsari, Mandalamukti,
Cipada, Mekarjaya, Peternakan
Cisomang Bangunan penyedia air bersih dr
air permukaan/mata air
Cisarua Sadangmekar, Cipada,
Pasirlangu, Tugumukti,
Kertawangi, Jambudipa,
Pasirhalang, Padaasih
9
Cihanjuang
Sukajaya, Cikahuripan,
Padalarang Tagogapu
10
d. Overstek atap yang melebih 1,50 m maka luas
mendatar kelebihannya dianggap sebagai lantai
denah.
e. Teras tidak beratap yang mempunyai dinding tidak
lebih dari 1.20 m di atas lantai teras, tidak
diperhitungkan.
f. Untuk perhitungan luas lantai di bawah tanah
diperhitungkan seperti luas lantai di atas tanah
dengan batasan Koefisien Tapak Besmen yang
telah ditetapkan.
g. Luas ruang bawah tanah (besmen) yang melewati
batas-batas area perencanaan atau berada di
bawah prasarana kota atau di bawah ruang
terbuka publik ditentukan lebih lanjut dengan
surat keputusan bupati
h. Luas lantai bangunan untuk parkir tidak
diperhitungkan dalam perhitungan KDB asal tidak
melebihi dari 50% KDB yang telah ditetapkan. Jika
melebihi, maka diperhitungkan 50% terhadap
KDB.
i. Peningkatan intensitas ruang untuk sebuah area
perencanaan harus melalui surat keputusan bupati
B. Penetapan KLB
1. Rumus Perhitungan KLB adalah sebagai berikut :
11
b. Tinggi bangunan adalah jarak dari lantai dasar sampai
dengan puncak atap bangunan yang dinyatakan
dalam meter
c. Ketinggian ruang pada lantai dasar disesuaikan
dengan fungsi dan bentuk arsitektural bangunannya.
d. Jarak vertikal lantai bangunan ke lantai berikutnya
maksimal 5m disesuaikan dengan fungsi
bangunannya (kecuali bangunan ibadah, industri,
gedung olah raga, bangunan monumental, dan
bangunan gedung serba guna)
e. Lantai mesanin dihitung dalam ketentuan intensitas
ruang.
f. Penggunaan rongga atap diperhitungkan dalam
ketentuan intensitas ruang.
g. Penambahan lantai atau tingkat suatu bangunan
harus mendapatkan persetujuan bupati.
C. Penetapan KDH
1. Penetapan KDH Maksimum berdasarkan kemiringan lereng
Kemiringan Lereng Perkotaan Perdesaan
Rata-rata
0% - 8% 52% 76%
8% - 15% 55% 85%
15% - 30% 61% 91%
30% - 40% 88% 98%
>40% 96% 100%
dimana :
KDH = Koefisien Dasar Hijau
KDB = Koefisien Dasar Bangunan
12
perkerasan masih tergolong RTH sejauh ditanami pohon
peneduh yang ditanam di atas tanah, tidak di dalam wadah
kedap air.
4. KDH tersendiri dapat ditetapkan untuk tiap-tiap klas
bangunan dalam kawasan-kawasan bangunan, dimana
terdapat beberapa klas bangunan dan kawasan campuran.
13
dasar, dan setiap penambahan lantai, jarak bebas di
atasnya ditambah 0.5 m dari jarak bebas lantai
dibawahnya.
iii. Jarak bebas bangunan renggang pada kawasan
cagar budaya atau kawasan khusus diatur dalam
ketentuan mengenai cagar budaya atau kawasan
khusus.
iv. Untuk bangunan berderet/rapat, jarak bebas
diperkenankan tidak ada sampai dengan lantai ke
delapan, setelah lantai ke delapan, maka untuk
lantai selanjutnya ditambah 0.5 m dari jarak bebas
lantai dibawahnya. Ketentuan ini tidak berlaku untuk
bangunan rumah tinggal.
14
iii) Penggunaan-penggunaan tersebut harus
memenuhi ketentuan dan standar yang berlaku
tanpa mengurangi persyaratan unsur penghijuan
dan atau daerah resapan air hujan.
15
Rancangan tapak sebaiknya tidak menghilangkan karakter alami lahan
16
Meminimalkan perubahan kontur lahan
Sesedikit mungkin
menggunakan bahan
perkerasan, jalan
perlu dirancang
seefisien mungkin
17
Gunakan GSB yang kecil untuk meminimalkan luas tanah yang dibangun dan
diperkeras
18
b. Rekomendasi bentuk dan struktur bangunan di KBU :
19
iii) Bentuk bangunan panggung yang tidak banyak
menutup permukaan tanah sehingga fungsi
resapan air terjaga dan merupakan struktur yang
20
vi) Menggunakan tipe pondasi dan struktur yang
sesuai dengan kondisi kemiringan lereng.
2. Atap Bangunan
21
dan fungsi lain sebagai ruang pelengkap bangunan,
dengan ketinggian ruangan tidak boleh melebihi 2,40
m diukur secara vertikal dari pelat atap bangunan,
kecuali untuk ruang mesin teknis lainnya
diperkenankan lebih, sesuai dengan keperluan.
Apabila luas lantai melebihi 50% dari luas lantai
bawahnya maka ruang utilitas tersebut
diperhitungkan sebagai penambahan tingkat.
22
JENIS
REKAYAS URAIAN
A
1. REKAYAS 1. SUMUR RESAPAN :
A TEKNIS Teknis pembuatan sumur resapan mengacu kepada peraturan
perundangundangan dan SNI 03-2459-1991, Sumur Resapan Air
Hujan Untuk Lahan Perkarangan.
SNI 03-2453-2002, Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan
Untuk Lahan Perkarangan.
SNI 03-2459-2002, Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan
Perkarangan.
KDB
Volume Air yang Harus Diresapkan untuk Tutupan Bangunan
%
T.70 T.80 T.90 T.100 T.120 T.150 T.200
10 - - - - - - -
KDB
Volume Air yang Harus Diresapkan untuk Tutupan Bangunan
%
T.70 T.80 T.90 T.100 T.120 T.150 T.200
10 - - - - - - -
15 1 1 1 1 1 1 1
20 1 1 1 1 1 2 2
25 1 1 1 1 2 2 2
30 1 1 2 2 2 2 2
23
JENIS
REKAYAS URAIAN
A
BENTUK DAN DIMENSI SUMUR RESAPAN
24
2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2 3 cm
dengan tebal 2 cm di sekeliling mulut lubang.
3. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah
dapur, sisa tanaman, dedaunan, atau pangkasan rumput.
4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang
yang isinya sudah berkurang dan menyusut akibat proses
pelapukan.
5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada
setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan
pemeliharaan lubang resapan.
Biopori dapat dibuat di dasar saluran yang semula untuk
membuang air hujan, di dasar alur di sekeliling batang pohon
atau pada batas tanaman.
LRB dapat dibuat di dasar saluran yang semula untuk membuang
air hujan, di dasar alur yang dibuat di sekeliling pohon, atau pada
batas tanaman.
Jumlah lubang yang perlu dibuat dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
Jumlah LRB = intensitas hujan (mm/jam) x luas bidang kedap
(m2)
Peresapan air perlubang (liter/jam)
25
diusahakan mengikuti kontur dengan suatu sudut daki yang tidak
terlalu terjal
Pola drainase ditentukan secara alamiah dan aturlah letak jalan
sedemikian rupa sehingga pola drainase tersebut dapat
dipelihara dengan mudah
JENIS
REKAYAS URAIAN
A
26
m2;
- RTH min yang disarankan adlh luasan lahan kavling dikurangi
luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat;
- Jumlah pohon pelindung yang harus disediakan min. 2 (dua)
pohon pelindung ditambah dengan tanaman semak dan perdu,
serta penutup tanah dan atau rumput.
27
b. VEGETASI JALAN :
b.1. Vegetasi tepi Jalan
-tidak bergetah/beracun dan berbuah terlalu besar
-dahan tidak mudah patah, perakaran dalam dan tidak
mengganggu pondasi jalan
-cepat tumbuh dan pemeliharaan mudah
-peletakan tanaman seimbang, sehinggai tidak mengganggu
kendaraan
-jenis tanaman berupa pohon, semak/perdu
b.2. Vegetasi pada median jalan
-dapat menahan silau lampu kendaraan
-jenis tanaman berupa semak/perdu
b.3. Vegetasi jalur pejalan kaki
-peletakan tanaman dapat melindungi pejalan kaki
-jenis tanaman berupa semak/perdu
c. VEGETASI RTH PERKOTAAN
- Pohon kecil (tinggi < 6 m) dengan diameter tajuk 2 6
meter , jarak tanam optimal antara 4 8 meter, liputan
vegetasi yang ditimbulkannya adalah sekitar 12 50 m2.
( rataan 30 m2 )
- Pohon sedang ( 6 12 m ) dengan diameter tajuk 6 - 9
meter , jarak tanam optimal 8 12 meter, liputan
vegetasinya adalah sekitar 50 115 m2. ( rataan 80 m2 )
- Pohon besar (> 12 m) dengan diameter tajuk diatas 12
meter jarak tanam optimal adalah 12 15 meter, liputan
vegetasinya adalah sekitar 115 175 m2 ( rataan 145 m2 ).
- Semak, perdu kecil dan ground cover memberikan
liputan vegetasi, seperti keteduhan, penurunan suhu pada
area di bawahnya saja. Peranan jenis vegetasi ini lebih
banyak pada aspek estetika serta mencegah pemantulan
sinar matahari serta mengurangi panas radiasi matahari
yang sampai pada permukaan tanah dan atau perkerasan
serta peningkatan resapan air serta mencegah erosi.
JENIS
REKAYAS URAIAN
A
28
VEGETASI POHON PELINDUNG BERDASARKAN UKURAN
N DIAMETER
NAMA SPECIES/FAMILI TINGGI
O TAJUK
I POHON UKURAN BESAR
Kiara Payung/Filicium
1 decipiens > 20 M > 12 M
Bungur/Lagerstroemia
2 loudonii > 20 M > 12 M
3 Flamboyan/Delonix regia > 20 M > 20 M
4 Trenguli Batu/Cassia javanica > 20 M > 12 M
Seputih Janten/Sindora
5 walichii > 20 M > 12 M
29
3. Penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang diselenggarakan dalam bentuk
pengenaan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4. Bentuk sanksi adalah sanksi administratif, sanksi perdata, dan
sanksi pidana.
5. Tindak lanjut atas penutupan lokasi, pencabutan atau
pembatalan izin, atau upaya pengenaan sanksi pembongkaran,
pemulihan fungsi ruang dan denda administratif dilakukan
berdasarkan hasil evaluasi dan kajian untuk penertiban oleh
pemberi izin di kabupaten/kota dan/atau pertimbangan hasil
rekomendasi penertiban dari tim koordinasi penataan ruang
daerah provinsi.
6. Upaya paksaan pemulihan fungsi ruang atau denda administratif
dapat berbentuk kompensasi atau penalti penggantian lahan
untuk fungsi lindung di KBU.
30
Bagan Alir Proses Pengawasan Pemanfaatan Ruang Kawasan
Bandung Utara
Pelaporan Kondisi
Berita
Eksisting
Peninjauan
Lapangan
Arsip dan
basis data
Kesesuaia
n dengan
Tidak ada Perubahan/ Peraturan
Penyimpangan Tata ruang
Ada Perubahan/
Penyimpangan
Evaluasi
Analisis :
Jenis Penyimpangan
Tingkat
Penyimpangan
Dampak dan Resiko
Lingkungan
Hubungan fungsional
lainnya dalam dan
antar kawasan
PPNS,Satpol PP Prov
dan Kab/Kota
Berita Acara Hasil
Pemantauan
TKPRD Rekomendasi
Provinsi Penertiban
31
VI. KETENTUAN TEKNIS REKOMENDASI PERIZINAN
A. Proses rekomendasi perizinan tercantum pada bagan alir
prosedur rekomendasi Gubernur untuk pemanfaatan ruang
Kawasan Bandung Utara
B. Mekanisme rekomendasi perizinan meliputi tahap:
1. Pemohon mengajukan izin pemanfaatan ruang kepada
bupati/walikota dengan melengkapi persyaratan yang telah
ditetapkan.
2. Bupat/Walikota menyampaikan permohonan rekomendasi
perizinan kepada Gubernur, dilengkapi persyaratan yang telah
ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku sebanyak 2 ( dua )
rangkap, 1 (satu) rangkap sebagai tembusan disampaikan
kepada Dinas.
3. Dinas memeriksa lampiran/kelengkapan teknis yang meliputi:
a. Berkas dan dokumen persyaratan sebagaimana butir B.2 di
atas
b. Tambahan lampiran/kelengkapan pendukung lainnya,
dan/atau hasil uji publik yang diperlukan dalam hal
rencana perijinan terindikasi mempunyai dampak
lingkungan penting.
4. Dinas melaksanakan kajian teknis sektoral dan survei lokasi
rencana kegiatan yang dimohon. Kajian teknis sektoral
meliputi antara lain :
a. Luas, lokasi, jenis kegiatan
b. Kesesuaian peruntukan lahan, fungsi ruang, dan zona
c. Ikp, Ika, Ketinggian, Kelerengan
d. KWT, KWTa, KLB, KDH, Ketinggian bangunan, desain tata
letak bentuk, struktur bangunan, GSB, rencana
pengelolaan pekarangan
e. Rona Awal Lingkungan
f. Indikasi resiko dan dampak lingkungan
g. Peraturan, kebijakan sektoral
5. Hasil kajian teknis sektoral merupakan bahan kajian untuk
pembahasan di Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah
(TKPRD).
6. TKPRD melaksanakan pembahasan terpadu dari aspek teknis,
non teknis, dan lintas sektoral, serta melibatkan para pakar
32
dan/atau perwakilan masyarakat dalam rangka menetapkan
usulan rekomendasi bagi Gubernur.
7. Gubernur memberi rekomendasi perizinan berdasarkan
penilaian yang dilakukan oleh tim teknis Dinas dan Tim
Koordinasi Penataan Ruang Daerah Provinsi.
33
8. Waktu 30 (tiga puluh) hari kerja untuk proses rekomendasi
pemanfaatan ruang di KBU dihitung sejak diterimanya
permohonan yang telah dilengkapi dengan persyaratan
rekomendasi diluar proses surat menyurat dan perbaikan
yang dilakukan oleh pemohon.
34