Anda di halaman 1dari 6

LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN

PRODUK IBU BERSALIN

A Diagnosis/Analisis Masalah Kesehatan dan Perilaku


Setiap tahun sekitar 20.000 perempuan di Indonesia meninggal akibat
komplikasi dalam persalinan. Melahirkan seyogyanya menjadi peristiwa
bahagia tetapi seringkali berubah menjadi tragedi. Sebenarnya, hampir semua
kematian tersebut dapat dicegah. Karena itu tujuan kelimaMilenium
Development Goals (MDGs) difokuskan pada kesehatan ibu, untuk
mengurangi kematian ibu. Target MDGs adalah untuk menurunkan rasio
hingga tiga perempatnya dari angka tahun 1990. Dengan asumsi bahwa rasio
saat itu adalah sekitar 450, target MDGs adalah sekitar 110.
Kurangnya tenaga kesehatan khususnya bidan desa serta kurangnya
kualitas bidan akibat kurangnya pelatihan atau bahkan kurangnya peralatan
merupakan salah satu penyebab masih adanya masyarakat yang memilih
bersalin di tenaga persalinan tradisional. Mengapa banyak keluarga lebih
memilih tenaga tradisional? Karena berbagai alasan. Salah satunya, biasanya
lebih murah dan dapat dibayar dengan beras atau barang-barang lain. Keluarga
juga lebih nyaman dengan seseorang yang mereka kenal dan percaya. Mereka
yakin bahwa tenaga persalinan tradisional akan lebih mudah ditemukan dan
beranggapan bahwa mereka bisa lebih memberikan perawatan pribadi. Dalam
kasus-kasus persalinan normal, ini mungkin benar. Namun jika ada
komplikasi, tenaga persalinan tradisional mungkin tidak akan dapat mengatasi
dan mungkin akan segan untuk meminta bantuan bidan desa.
Hal ini dapat mengakibatkan penundaan yang membahayakan jiwa
karena tidak secepatnya memperoleh perawatan kebidanan darurat di pusat
kesehatan atau rumah sakit. Keterlambatan dapat juga terjadi karena kesulitan
dan biaya transportasi, khususnya di daerah-daerah yang lebih terpencil. Kita
harus memperlakukan setiap persalinan sebagai satu potensi keadaan darurat
yang mungkin memerlukan perhatian di sebuah pusat kesehatan atau rumah
sakit, untuk penanganan cepat.
Memperhatikan segala factor risiko dan usaha mencegah komplikasi
persalinan yang tidak diinginkan tersebut maka menjadi sangat penting untuk
mempersiapkan sejak dini dengan perencanaan untuk melahirkan dengan
ditolong oleh tenaga kesehatan yang terampil dan terlatih.
Menurut data Dinkes AKI cenderung tinggi akibat pertolongan
persalinan tanpa fasilitas memadai, antara lain tidak adanya tenaga bidan
apalagi dokter obsgin. Karena persalinan masih ditangani oleh dukun beranak
atau peraji, kasus kematian ibu saat melahirkan masih tetap tinggi.
Pertolongan gawat darurat bila terjadi kasus perdarahan atau infeksi yang
diderita ibu yang melahirkan, tidak dapat dilakukan. Penelitian menunjukkan
bahwa kebanyakan orang lebih memilih untuk menggunakan dukun beranak.
Sementara itu, definisi mereka tentang mutu pelayanan berbeda dengan
definisi standar medis. Kelemahan utama dari mutu pelayanan adalah tidak
terpenuhinya standar minimal medis oleh para dukun beranak, seperti dengan
praktek yang tidak steril (memotong tali pusat dengan sebilah bambu dan
meniup lubang hidung bayi yang baru lahir dengan mulut).
Riwayat kasus kematian ibu dan janin dalam penelitian ini
menggambarkan apa yang terjadi jika dukun beranak gagal mengetahui tanda
bahaya dalam masa kehamilan dan persalinan serta rujukan yang terlambat
dan kecacatan janin pun bisa terjadi dari kekurangtahuan dukun beranak akan
tanda-tanda bahaya kehamilan yang tidak dikenal (Suara Merdeka, 2003).
Selain itu, pertolongan persalinan oleh dukun sering menimbulkan kasus
persalinan, diantaranya kepala bayi sudah lahir tetapi badannya masih belum
bisa keluar atau partus macet, itu disebabkan karena cara memijat dukun bayi
tersebut kurang profesional dan hanya berdasarkan kepada pengalaman.
Kabupaten Jember Masuk 8 BESAR Kabupaten Dengan Angka
Kematian Ibu Dan Bayi Tertinggi Di Jawa Timur pada tahun 2012. hal ini
disebabkan masih kuatnya kepercayaan masyarakat terhadap dukun, untuk
membantu proses persalinan. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Jember dan Kabupaten Jember masih
tergolong tinggi dibandingkan daerah lainnya di Jawa Timur.
Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2012, dari delapan
daerah dengan tingkat AKI dan AKB yang tinggi, Kabupaten Jember 56, 45
persen, dan Kabupaten Jember 54,35 persen.
Humas Dinas Kesehatan Jember Yumarlis menerangkan, Sekitar 17
persen ibu hamil di Jember masih menggunakan jasa dukun beranak karena
faktor menikah muda, peran orang tua dan mertua,". Sebab tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi yang jumlahnya di jember 3 kali
lipat dibanding jumlah bidan masih sangat dominan.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur sebenarnya beberapa waktu lalu sudah
melarang dukun bayi membantu proses persalinan. proses persalinan hanya
boleh dilakukan oleh bidan dan dokter saja. sebagai gantinya, dukun bayi
diperbolehkan membantu pasca melahirkan untuk merawat bayi.
B Menetapkan Prioritas Masalah
1 Masih banyaknya ibu yang melakukan persalinan ditenaga non medis.
2 Masih kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya bersalin ditenaga
kesehatan.
3 Masih banyak ibu hamil yang memiliki pendidikan dan status ekonomi
rendah.
C Menetapkan Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Untuk merubah pola pikir dan perilaku ibu hamil agar nantinya melakukan
persalinan ditenaga kesehatan bukan dinon medis atau dukun.
2. Tujuan Khusus
a Meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu yang akan bersalin agar merubah
kebiasaan bersalin ditenaga non medis.
b Mengurangi angka kematian ibu dan anak.
D Menetapkan Sasaran Promosi Kesehatan
1 Sasaran Langsung (primer)
Sasaran langsung yaitu ibu yang akan bersalin.
2 Sasaran Tidak Langsung (Sekunder dan Tersier)
Sasaran tidak langsung yaitu keluarga dan masyarakat.

E Menetapkan Isi/Pesan Pokok Promosi Kesehatan


1 Pengertian persalinan yang ditolong tenaga kesehatan
Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter,dan
tenaga para medis lainnya). Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli
dalam membantu persalinan, sehingga keselamatan Ibu dan bayi lebih terjamin.
Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke
Puskesmas atau rumah sakit.
Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan
yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya
kesehatan lainnya.
2. Manfaat bersalin di tenaga kesehatan
a. Memiliki pengetahuan dan keterampilan yang profesional serta diakui
pemerintah.
b. Peralatan bersih dan steril
c. Tersedia tempat pelayanan yang bersih dan nyaman
d. Tersedia obat-obatan dan peralatan medis darurat
e. Pelayanan yang komprehensif dan ramah
3. Dampak melahirkan di tenaga non kesehatan (Dukun)
a. Tindakan memijat dan ekpresi (mendorong) yang menyebabkan robekan
rahim.
b. Tindakan mengurut-ngurut pada kala uri yang menyebabkan perdarahan
pasca persalinan.
c. Perawatan tali pusat kurang bersih yang beresiko tetanus neonatorum yang
di tandai dengan gejala klinik yang khas dimana timbul kekakuan seluruh
tubuh yang ditandai dengan kesulitan membuka mulut dan menetek, serta
kejang-kejang pada saat beberapa hari setelah lahir.

4. Kekurangan bersalin di non tenaga kesehatan (dukun)


a. Tidak memiliki pengetahuan terkini tentang ibu hamil, persalinan, dan
perawatan bayi
b. Peralatan tidak steril
c. Tidak tersedia obat-obatan dan peralatan medis darurat
d. Tidak diakui pemerintah

F Menetapkan Metode dan Media Sasaran dan Komunikasi


1 Aspek yang akan dicapai
a Aspek pengetahuan misalnya penyuluhan langsung, pemasangan poster,
spanduk dan penyebaran leafleat.
b Aspek sikap misalnya berupa contoh konkret yang dapat menggugah
emosi, perasaan dan sikap ibu hamil misalnya memperlihatkan
foto,slide,film atau video.
c Aspek keterampilan misalnya memberi kesempatan kepada ibu hamil yang
nantinya akan bersalin untuk mencoba keterampilan baru.
2 Sumber daya yang dimiliki ibu hamil
3 Jenis atau jumlah sasaran
G Menentukan media yang akan digunakan
Untuk menunjang perubahan perilaku ibu hamil agar merubah pola pikir
bahwa melakukan persalinan dengan tenaga kesehatan sangat penting dan
bermanfaat bagi kesehatan, maka kami menggunakan media berupa Leafleat.
H Menyusun Rencana Evaluasi
Evaluasi akan dilakukan jika kegiatan tidak sesuai dengan tujuan yang
diharapkan yaitu merubah perilaku ibu hamil untuk melakukan persalinan ke
tenaga kesehatan bukan ke tenaga non medis.

Menyusun Jadwal Pelaksanaan


Topik : Antenatal Care

No Komunikator Komunikan Waktu


Pre Interaksi
1. Memberi salam dan memperkenalkan Menjawab Salam
5 menit
diri
Mendengarkan
Menjelaskan latar belakang
penyuluhan, tujuan penyuluhan, dan
tema penyuluhan
Isi
3 Mendengarkan
Menjelaskan materi penyuluhan
mengenai:
20 menit
a. Pengertian persalinan yang
ditolong tenaga kesehatan
b. Manfaat bersalin di tenaga
kesehatan
c. Dampak melahirkan di
tenaga non kesehatan
(Dukun)
d. Kekurangan bersalin di non
tenaga kesehatan (dukun)
4 Memberikan kesempatan kepada Mengajukan 10 menit
komunikan untuk bertanya tentang pertanyaan
materi yang disampaikan
Penutup 5 menit
5 Memberikan pertanyaan akhir Menjawab
sebagai evaluasi
6 Mendengarkan
Menyimpulkan bersama-sama hasil
kegiatan penyuluhan
7 Menutup penyuluhan dan Menjawab salam 2 menit
mengucapkan salam

Anda mungkin juga menyukai