Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Irigasi Wawotobi


Daerah Irigasi Wawotobi berlokasi di Kabupaten Konawe dengan memanfaatkan

air permukaan (surface water) dari sungai Konaweeha sebagai sumber airnya, dengan luas

daerah tangkapan (catchmant area) 3.545 km2 dan debit andalan minimum 30,2 m3/detik.

Bangunan utama bendung terletak di Kec. Unaaha. Secara geografis derah irigasi

Wawotobi terletak pada 035028 LS dan 1220328 BT.


Desain awal direncanakan untuk 18.000 ha sawah irigasi dengan 1.500 ha disisi

kiri dan 16.500 ha disisi kanan dari Sungai Konaweha. Akan tetapi, studi menunjukkan

bahwa setelah perubahan dalam penggunaan lahan sejak konstruksi pada tahun 1980-an,

khususnya pembangunan kota besar dari Unaaha, area potensial harus di revisi menjadi

10.849 ha, dengan 9.778 ha di kiri dan 1.071 ha di kanan.


Bangunan utama pada daerah irigasi Wawotobi merupakan bendung tetap

dengan lebar bendung 99 m dan mercu tipe ogee setinggi 3 m. Jaringan irigasi utama

Bendung Wawotobi terdiri 2 intake atau pintu pengambilan air yaitu intake kiri dan intake

kanan. Intake kanan terdiri dari 1 saluran induk dan 2 saluran sekunder dengan intake

sepanjang 17.437,44 m. Intake kiri terdiri dari 2 saluran induk dan 14 saluran sekunder

dengan intake sepanjang 135.718,39 m. Jaringan irigasi Wawototobi memiliki bangunan

bagi/sadap yang berjumlah 127 buah, dan bangunan pelengkap yang berjumlah 221 buah.

Sarana pelengkap bendung Wawotobi berupa saluran pembuang sepanjang 130 km dan

tanggul banjir sepanjang 91 km.

55
Gambar 4.1 Peta Jaringan Irigasi Wawotobi

56
4.2 Tingkat Kembalian Kuisioner
Penelitian ini menggunakan data primer yaitu kuisioner sebagai sumber data.

Kuisioner disebarkan kepada 7 (tujuh) GP3A dan instansi pemerintahan yaitu Balai

Wilayah Sungai Sulawesi IV (BWSS) Prov. Sulawesi Tenggara Bagian O&P serta pada

Dinas Pekerjaan Umum Bagian Keairan Prov. Sulawesi Tenggara.


Kuisioner yang disebarkan pada 7 (tujuh) GP3A yaitu terdiri dari GP3A

Inolonggadue, GP3A Sumber Makmur, GP3A Tame Sandi, GP3A Makmur Jaya, GP3A

Tolu Wonua, GP3A Wawonua, GP3A Sanggoleombae diberikan kepada 142 responden.

Sedangkan untuk instansi pemerintahan Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV (BWSS) Prov.

Sulawesi Tenggara Bagian O&P diberikan kepada 10 responden dan pada Dinas Pekerjaan

Umum Bagian Keairan Prov. Sulawesi Tenggara diberikan sebanyak 10 responden.

Banyaknya kuisioner yang diberikan berdasarkan banyaknya P3A dalam satu lingkup

GP3A.
Dari total 162 kuisioner yang disebar, kuisioner yang kembali sebanyak 91

kuisioner. Pengembalian kuisioner pada GP3A Inolonggadue sebanyak 7 kuisioner dari

total 18 kuisioner, pada GP3A Sumber Makmur pengembalian kuisioner sebanyak 5

kuisioner dari total 13 kuisioer, dari GP3A Tame Sandi pengembalian kuisioner sebanyak

13 kuisoner dari total 20 kuisioner, pada GP3A Makmur Jaya pengembalian kuisioner

sebanyak 10 kuisoner dari total 20 kuisioner, dari GP3A Tolu Wonua pengembalian

kuisioner sebanyak 7 dari total 17 kuisioner, pada GP3A Wawonua pengembalian kuisioner

sebanyak 13 dari total 20 kuisioner, pada GP3A Sanggoleombae pengembalian kuisioner

sebanyak 14 dari 34 kuisioner yang dibagikan. Persentase pengembalian kuisioner dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Persentase Pengembalian Kuisioner

Persntase
Kuisioner yang Kuisioner
No. GP3A atau Intansi Pengebalian
dibagikan yang kembali
(%)

57
1 BWSS VI Prov. Sulawesi 10 10 100
Tenggara Bag. O&P
2 Din. PU Bag. Keairan Prov. 10 10 100
Sulawesi Tenggara
3 GP3A Inolonggadue 18 7 38,89
4 GP3A Sumber Makmur 13 7 53,85
5 GP3A Tame Sandi 20 13 65
6 GP3A Makmur Jaya 20 10 50
7 GP3A Tolu Wonua 17 7 41,18
8 GP3A Wawonua 20 13 65
9 GP3A Sanggoleombae 34 14 41,18
Total 162 91 56,17
Sumber: Data diolah, 2014

Dari total kuisioner yang disebar, pengembalian kuisioner sebesar 56,17%.

Jumlah kuisioer yang dikembalikan dalam penelitian ini dan dapat diolah telah memenuhi

syarat karena menurut Arikunto (2010), apabila populasi penelitian berjumlah kurang dari

100 maka sampel yang diambil adalah semuanya, namun apabila populasi penelitian

berjumlah lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau

lebih. Kuisioner yang tidak dikembalikan dikarenakan pada P3A tersebut sedang pasif.
4.3 Karakteristik Responden
Sebelum disajikan data dari hasil setiap variabel yang dikaji dalam penelitian ini,

terlebih dahulu akan dideskripsikan karakteristik responden secara singkat. Katakteristik

tersebut meliputi kelompok umur, pendidikan, jabatan, dan lama bekerja. Karakteristik

responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Karakteristik Responden

Persentase
No. Dasar Klasifikasi Sub Klasifikasi Frekuensi
(%)
20 24 4 4,4
25 29 8 8,8
Kelompok Umur 30 34 4 4,4
1.
(Tahun) 35 39 13 14,3
40 44 26 28,6
> 45 36 39,6

58
SD/ sederajat 10 11,0
SMP/sederajat 16 17,6
SMA/sederajat 43 47,3
2. Pendidikan Diploma III/sederajat 3 3,3
Sarjana (S1) 16 17,6
Magister (S2) 2 2,2
Doktoral (S3) 1 1,1
Pejabat eselon III 1 1,1
Pejabat eselon IV 0 0,0
3. Jabatan
Pelaksana Teknis 20 22,0
Pengurus P3A 70 76,9
< 1 tahun 3 3,3
4. Lama Bekerja
1 - 5 tahun 23 25,3
6 - 10 tahun 23 25,3
> 10 tahun 42 46,2
Sumber: Data diolah, 2014

4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur


Berdasarkan data kelompok umur, dari 91 orang responden, 4 orang

responden (4,4%) berumur kurang dari 25 tahun, 8,8% responden berumur 25-29

tahun, 4,4% responden berumur 30-34 tahun, 14,3% respoden berumur 35-39 tahun,

28,6% responden berumur 40-44 tahun, dan 39,6 % responden berumur lebih dari 45

tahun.
4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan data kelompok pendidikan, dari 91 orang responden, 11%

responden berlatar pendidikan SD/sederajat, 17,6% responden berlatar pendidikan

SMP/sederajat, 47,3% responden berlatar pendidikan SMA/sederajat, 3,3% responden

berlatar pendidikan Diploma/sederajat, 17,6% responden berlatar pendidikan Sarjana

(S1), 2,2% responden berlatar pendidikan pendidikan Magister (S2), 1,1% responden

berlatar pendidikan Doktoral (S3).


4.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan
Berdasarkan data kelompok jabatan, dari 91 orang responden, 1,1%

responden diantaranya pejabat eselon III, tidak ada diantara responden yang berlatar

pejabat eselon IV, 22% responden diantaranya adalah pelaksana teknis, dan 76,9%

responden diantaranya adalah pengurus P3A.

59
4.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Berdasarkan data kelompok jabatan, dari 91 orang responden, 3,3%

responden yang bekerja selama kurang dari 1 tahun, 25,3% responden telah bekerja

selama 1-5 tahun, 25,3% responden telah bekerja selama 6-10 tahun, dan 46,2%

responden telah bekerja selama lebih dari 10 tahun.


4.4 Pengujian Intrumen Penelitian
Pengujian instrumen digunakan untuk mengetahui data yang digunakan dalam

penelitian ini layak atau valid dan reliabel sehingga dapat dianalisis lebih lanjut. Sebelum

menyebarkan kuisioner kepada 162 responden, penulis terlebih dahulu menguji validitas

dan realibilitas kuisioner dengan menyebarkan sebanyak 40 kuisioner sejenis.


4.4.1 Uji Validitas Instrumen
Uji validitas yang dilakukan yaitu berkenaan dengan ketepatan alat ukur

terhadap instrumen penelitian atau kuisioner yang digunakan dalam penelitian, untuk

memastikan bahwa seluruh item pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini

sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.


Uji validitas dilakukan kepada 40 orang responden dengan cara

mengkorelasikan antar skor item instrumen dengan skor total seluruh item pertanyaan,

dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari person dengan bantuan

program SPSS versi 16.0 For Windows dan Microsoft Excel 2007 dengan derajat

kepercayaan atau nilai signifikan = 5%.


Berdasarkan nilai rtabel untuk n = 40 yaitu 0,132, maka untuk memenuhi

syarat validitas, maka butir pertanyaan atau pernyataan dalam penelitian harus

memiliki koefisien korelasi > 0,312. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel di

bawah:
Tabel. 4.3 Hasil Uji Validitas Instrumen

Corrected Item
No. Butir Keterngan
Total Correlation
1 X1.1 0,426 VALID
2 X1.2 0,61 VALID
3 X1.3 0,714 VALID
4 X1.4 0,481 VALID

60
5 X1.5 0,586 VALID
6 X2.1 0,642 VALID
7 X2.2 0,346 VALID
8 X2.3 0,445 VALID
9 X2.4 0,445 VALID
10 X3.1 0,806 VALID
11 X3.2 0,711 VALID
12 X3.3 0,786 VALID
13 X3.4 0,564 VALID
14 X3.5 0,725 VALID
15 X3.6 0,575 VALID
16 X4.1 0,504 VALID
17 X4.2 0,602 VALID
18 X4.3 0,787 VALID
19 X4.4 0,78 VALID
20 X4.5 0,773 VALID
21 X4.6 0,708 VALID
22 X5.1 0,349 VALID
23 X5.2 0,397 VALID
24 X5.3 0,522 VALID
25 X5.4 0,562 VALID
26 X5.5 0,518 VALID
27 Y1 0,585 VALID
28 Y2 0,747 VALID
29 Y3 0,747 VALID
30 Y4 0,449 VALID
31 Y5 0,57 VALID
Sumber: Data diolah, 2014
Berdasarkan hasil uji validitas pada tabel 4.2 diatas, diperoleh rhitung > 0,312,

maka dari 31 item pertanyaan dalam kuisioner dinyatakan valid atau shahih sehingga

seluruh item pertanyaan dapat dijadikan instrumen dalam penelitian.


4.4.2 Uji Relibilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan menghitung cronbachs alpha dari masing-

masing item dalam suatu variabel. Instrumen yang dipakai dalam variabel dikatakan

handal atau reliabel apabila memiliki cronbachs alpha lebih dari 0,60 (Ghozali,

2005).
Nilai cronbachs alpha instrument penelitian ini adalah sebesar 0,756 untuk

variabel bangunan irigasi (X1), 0,755 untuk variabel saluran irigasi (X2), 0,879 untuk

61
variabel kelembagaan (X3), 0,881 untuk variabel pembiayaan (X4), 0,71 untuk

variabel operasional dan pemeliharaan (X5), dan 0,769 untuk variabel efektifitas

kinerja jaringan irigasi. Hasil uji reliabilitas terhadap masing-masing variabel

penelitian dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0 For Windows dan

Microsoft Excel 2007 terdapat dalam tabel berikut:

Tabel 4.4 Hasil Uji Realibiltas Instrumen

No. Variabel Cronbach's Alpa Keterangan


1 Bangunan irigasi 0,779 RELIABLE
2 Saluran irigasi 0,695 RELIABLE
3 Kelembagaan 0,882 RELIABLE
4 Pembiayaan 0,881 RELIABLE
Operasional dan pemeliharaan
0,71 RELIABLE
5 (O&P)
Efektifitas kinerja jaringan
0,756 RELIABLE
6 irigasi
Sumber: Data diolah, 2014
Angka cronbachs alpha yang diperoleh untuk variabel-variabel penelitian

ini memiliki nilai > 0,60, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah reliabel.


4.5 Analisis Hasil Penelitian
4.5.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Tujuan utama analisis linear regresi berganda adalah untuk menduga

besarnya koefisien regresi. Selanjutnya, koefisien regresi inilah yang akan

menunjukkan besarnya pengaruh variabel bebas yang terdiri dari bangunan irigasi,

saluran irigasi, kelembagaan, pembiayaan, serta operasional dan pemeliharaan (O&P)

terhadap variabel terikat yaitu faktor yang mempengaruhi efektifitas kinerja jaringan

irigasi.
Berdasarkan hasil analisa regresi linear berganda dengan bantuan program

SPSS versi 16.0 For Windows dan Microsoft Excel 2007, maka diperoleh hasil sebagai

berikut:

62
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
95%
Unstandardized Standardized Collinearity
Confidence Correlations
Coefficients Coefficients Statistics
Interval for B
Model t Sig.
Upper
Std. Lower Zero- Part Tolera
B Beta Boun Part VIF
Error Bound order ial nce
d
1 (Constant) -
-3.082 1.042 -2.958 .004 -5.153
1.010
Bangunan irigasi .511 .078 .471 6.521 .000 .355 .667 .885 .577 .247 .275 3.637
Saluran irigasi .199 .090 .141 2.206 .030 .020 .378 .781 .233 .084 .352 2.841
Kelembagaan .133 .043 .173 3.084 .003 .047 .218 .733 .317 .117 .455 2.198
Pembiayaan .053 .024 .111 2.156 .034 .004 .101 .643 .228 .082 .539 1.854
Operasioanal dan
.199 .054 .201 3.681 .000 .092 .307 .761 .371 .139 .481 2.078
pemeliharaan
a. Dependent Variable: Efektifitas kinerja jaringan irigasi
Sumber: Data diolah, 2014
Berdasarkan table 4.5 diatas, maka diperoleh persamaan regresi berganda

sebaigai berikut:
Y = (-3,082) + 0,511 X1 + 0,199 X2 + 0,133 X3 + 0,053 X4 + 0,199 X5
Persamaan diatas adalah persamaan regresi linear berganda dari hasil

pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan angkutan umum. Interpretasi

dari persmaan regresi diatas adalah sebagai berikut:


1. Konstanta (a) sebesar -3,082, artinya apabila variabel X terdiri dari bangunan

irigasi, saluran irigasi, kelembagaan, pembiayaan, serta operasional dan

pemeliharaan (O&P) bernilai 0 atau X = 0, maka nilai variabel Y yaitu efektifitas

kinerja jaringan irigasi adalah sebesar -3,082.


Nilai negatif pada konstanta tidk menjadi masalah sepanjang nilai pada variabel-

variabel X 0. Namun variabel X tidak mungkn bernilai 0 diakarenakan nilai

pada skala likert paling rendah adalah 1.


2. Nilai koefisien b1 = 0,511. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan variabel

bangunan irigasi satu satuan, maka variabel efektifitas kinerja jaringan irigasi

63
akan naik sebesar 0,511 poin dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari

model regresi adalah tetap.


3. Nilai koefisien b2 = 0,199. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan variabel

saluran irigasi satu satuan, maka variabel efektifitas kinerja jaringan irigasi akan

naik sebesar 0,199 poin dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model

regresi adalah tetap.


4. Nilai koefisien b3 = 0,133. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan

kelmbagaan satu satuan, maka variabel efektifitas kinerja jaringan irigasi akan

naik sebesar 0,133 poin dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model

regresi adalah tetap.


5. Nilai koefisien b4 = 0,053. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan variabel

pembiayaan satu satuan, maka variabel efektifitas kinerja jaringan irigasi akan

naik sebesar 0,053 poin dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model

regresi adalah tetap.


6. Nilai koefisien b5 = 0,199. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan variabel

opersional dan pemeliharaan (0&P) satu satuan, maka variabel efektifitas kinerja

jaringan irigasi akan naik sebesar 0,199 poin dengan asumsi bahwa variabel bebas

yang lain dari model regresi adalah tetap.


4.5.2 Koefisien Detrminasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Sebelum mengetahui besarnya koefisien

determinasi, terlebih dahulu ditentukan berapa koefisien korelasinya (R).


Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi

koefisien korelasi sebagai berikut:

0,00 - 0,199 = sangat rendah

0,20 - 0,399 = rendah

0,40 - 0,599 = sedang

0,60 - 0,799 = kuat

64
0,80 - 1,000 = sangat kuat

Hasil uji koefisien detrminasi menggunakan bantuan program SPSS versi

16.0 For Windows terdapat dalam tabel berikut:

Tabel 4.6 Hasil Koefisien Deteminasi


Model Summaryb

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square R Square F Sig. F
Square the Estimate df1 df2 Watson
Change Change Change

122.43
1 .937a .878 .871 1.15358 .878 5 85 .000 1.830
5
a. Predictors: (Constant), Operasioanal dan pemeliharaan, Pembiayaan, Saluran irigasi, Kelembagaan,
Bangunan irigasi
b. Dependent Variable: Efektifitas kinerja jaringan irigasi
Sumber: Data diolah, 2014
Tabel 4.6 diatas, memperlihatkan bahwa nilai koefisien korelasi (R) =

0,937. Nilai ini menunjukkan bahwa hubungan antara semua variabel bebas dengan

variabel terikat adalah bernilai positif dan sangat kuat. Selain itu dapat diketahui

bahwa nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 87,1%. Nilai ini menunjukkan

bahwa kontribusi semua variabel bebas yang terdiri dari bangunan irigasi, saluran

irigasi, kelembagaan, pembiayaan, serta operasional dan pemeliharaan (O&P)

terhadap variabel terikat yaitu efektifitas kinerja jaringan irigasi secara simultan atau

secara bersama-sama adalah sebesar 87,1%. Sementara itu 12,9% sisanya merupakan

kontribusi dari faktor-faktor lain selain faktor yang diwakili oleh variabel bebas yang

tidak diteliti.

4.5.3 Uji F (Uji Simultan)


Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang terdiri dari

bangunan irigasi, saluran irigasi, kelembagaan, pembiayaan, serta operasional dan

pemeliharaan (O&P) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel terikat yaitu efektifitas kinerja jaringan irigasi. Hasil uji koefisien detrminasi

65
menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0 For Windows terdapat dalam tabel

berikut:

Tabel 4.7 Hasil Analisis Uji F


ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 814.645 5 162.929 122.435 .000a
Residual 113.113 85 1.331
Total 927.758 90
a. Predictors: (Constant), Operasioanal dan pemeliharaan, Pembiayaan, Saluran irigasi,
Kelembagaan, Bangunan irigasi
b. Dependent Variable: Efektifitas kinerja jaringan irigasi
Sumber: Data diolah, 2014
Hasil uji F pada tabel diatas memprlihatkan bahwa nilai F hitung adalah

sebesar 122,435 dengan nilai sig 0,000.


Penentuan keputusan hipotesis dari uji F diatas adalah:
H0 : artinya variabel bangunan irigasi, saluran irigasi, kelembagaan, pembiayaan,

serta operasional dan pemeliharaan (O&P) secara serentak atau bersama-sama

tidak berpengaruh terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas kinerja

jaringan irigasi.
Ha : artinya variabel bangunan irigasi, saluran irigasi, kelembagaan, pembiayaan,

serta operasional dan pemeliharaan (O&P) secara serentak atau bersama-sama

berpengaruh terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas kinerja

jaringan irigasi.

Pengambilan keputusan hipotesis dari uji F diatas adalah:


H0 diterima dan Ha ditolak : Jika F hitung < F tabel
H0 ditolak dan Ha diterima : Jika F hitung > F tabel
Berdasarkan hasil perhitungan seperti pada tabel diatas terlihat bahwa nilai

F hitung (122,435) > F tabel (2,32), sehingga keputusannya adalah menerima hipotesis

alternatife bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara bangunan irigasi, saluran

irigasi, kelembagaan, pembiayaan, dan O&P irigasi secara bersama-sama terhadap

efektifitas kinerja jaringan irigasi Wawotobi.


Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikan:
H0 diterima dan Ha ditolak : Jika Probabilitas > 0,05
H0 ditolak dan Ha diterima : Jika Probabilitas < 0,05

66
Berdasarkan hasil perhitungan seperti pada tabel 4.7 diatas terlihat bahwa

nilai signifikan uji F adalah 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 sehingga H0 ditolak dan

Ha diterima.
Jadi kesimpulan untuk uji F diatas baik berdasarkan nilai F maupun nilai

signifikan adalah variabel bebas yang terdiri dari bangunan irigasi, saluran irigasi,

kelembagaan, pembiayaan, serta operasional dan pemeliharaan (O&P) secara bersama-

sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat yaitu efektifitas kinerja

jaringan irigasi.
4.5.4 Uji T (Uji Parsial)
Uji T pada dasarnya merupakan bentuk pengujian untuk mengetahui ada

tidaknya pegaruh masing-masing (uji parsial) variabel bebas (bangunan irigasi, saluran

irigasi, kelembagaan, pembiayaan, operasional dan pemeliharaan (O&P)) secara

individual terhadap variabel terikat (efektifitas kinerja jaringan irigasi). Hasil

perhitungan untuk Uji T menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0 For Windows

terdapat dalam tabel berikut:


Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji T

Coefficientsa

Model Coefficients t Sig. Interpretasi

1 (Constant) -3.082 -2.958 .004 Signifikan


Bangunan irigasi .511 6.521 .000 Signifikan
Saluran irigasi .199 2.206 .030 Signifikan
Kelembagaan .133 3.084 .003 Signifikan
Pembiayaan .053 2.156 .034 Signifikan
Operasioanal dan pemeliharaan .199 3.681 .000 Signifikan
a. Dependent Variable: Efektifitas kinerja jaringan irigasi
Sumber: Data diolah, 2014
Penentuan hipotesis dari uji T diatas adalah:
H0 : Artinya variabel bangunan irigasi, saluran irigasi, kelembagaan, pembiayaan,

operasional dan pemeliharaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap fakto-

faktor yang mempengaruhi efektifitas kinerja jaringan irigasi.

67
Ha : Artinya variabel bangunan irigasi, saluran irigasi, kelembagaan, pembiayaan,

operasional dan pemeliharaan secara parsial memiliki pengaruh terhadap faktor-

faktor yang mempengaruhi efektifitas kinerja jaringan irigasi.


Penentuan keputusan berdasrkan nilai T:
H0 diterima dan Ha ditolak : Jika T hitung < T tabel
H0 ditolak dan Ha diterima : Jika T hitung > T tabel
Berdasarkan hasil perhitungan seperti yang terlihat pada tabel diatas bahwa

masing-masing variabel bebas berturut adalah X1 = 6,521, X2 = 2,206, X3 = 3,084,

X4 = 2,156, X5 = 3,681.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai T untuk kelima variabel bebas > T tabel

(1,988) sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.


Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikan :
H0 diterima dan Ha ditolak : Jika Probabiltas < 0,05
H0 ditolak dan Ha diterima : Jika Probabiltas < 0,05
Berdasarkan hasil perhitugan dari Tabel 4.8 diatas, memperlihatkan bahwa

nilai signifikan pada uji statistik T dari variabel bebas secara berurutan adalah: X1 =

0,000, X2 = 0,030, X3 = 0,003, X4 = 0,034, dan X5 = 0,000. Hal ini berati bahwa

kelima variabel memiliki nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05 sehingga H0

ditolak dan Ha diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa persamaan sesuai dalam model

sesuai dan dapat digunakan dalam penelitian.


Jadi kesimpulan untuk uji T baik berdasarkan nilai T maupun nilai

signifikan adalah variabel bebas yang terdiri dari faktor bangunan irigasi (X1), faktor

saluran irigasi (X2), faktor kelembagaan (X3), faktor pembiayaan (X4), serta faktor

operasional dan pemeliharaan (O&P) (X5) masing-masing berpengaruh secara

individual atau parsial terhadap variabel terikat yaitu efektifitas kinerja jaringan

irigasi.
Berdasarkan hasil uji T diatas, dapat disimpulkan pula bahwa faktor

bangunan irigasi dan faktor operasional dan pemeliharaan (O&P) merupakan faktor

yang paling berpengaruh terharap efektifitas kinerja jaringan irigasi, kemudian faktor

68
yang paling berpengaruh masing-masing berurut yaitu faktor kelembagaan, faktor

saluran irigasi, dan terakhir faktor pembiayaan.


Analisa regresi linear berganda yang telah diuraikan memperlihatkan hubungan

antara variabel terikat yaitu efektifitas kinerja jaringan irigasi dengan variabel bebas yaitu

bangunan irigasi, saluran irigasi, kelembagaan, pembiayaan, operasional dan pemeliharaan

(O&P). Langkah pengujian baik untuk uji F maupun uji T memperlihatkan bahwa

bangunan irigasi, saluran irigasi, kelembagaan, pembiayaan, operasional dan pemeliharaan

(O&P) baik secara simultan maupun parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas kinerja jaringan irigasi.


4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
4.6.1 Faktor Bangunan Irigasi terhadap efektifitas kinerja jaringan irigasi

Wawotobi
Berdasarkan hasil perhitungan dari uji T, faktor bangunan irigasi merupakan

faktor yang paling bepengaruh terhadap efektifitas kinerja jaringan irigasi dengan nilai

signifikan 0,000 dimana nilai yang diporelah ini berada dibawah dari nilai signifikan

yang telah ditetapkan yaitu 0,005 (5%). Nilai yang dihasilkan ini memiliki arti bahwa

faktor bangunan irigasi mempunyai nilai yang positif terhadap efektifitas kinerja

jaringan irigasi Wawotobi.


Kondisi bangunan irigasi yang baik sangat berpengaruh tehadap efektifitas

kinerja jaringan irigasi. Hal ini dikarenakan, ketersediaan air dibendung sangat

diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi persawahan yang akan menunjang

kegiatan pertanian dan lain-lainnya yang termasuk dalam wilayah kerja daerah irigasi.

Bendung yang kurang terurus akan mengakibatkan endapan lumpur yang akan

mengurangi daya tampung air irigasi pada bendung itu sendiri, sehingga pemeliharaan

rutin pada bendung perlu untuk dilakukan.


Bangunan pengukur juga merupakan komponen penting pada bendung,

yang berfungsi mengukur dan mengatur jumlah debit air yang akan disalurkan

69
kepetak-petak sawah sesuai dengan kebutuhan air irigasi yang direncanakan dan

diperlukan.

4.6.2 Faktor Saluran Irigasi terhadap efektifitas kinerja jaringan irigasi

Wawotobi
Berdasarkan hasil perhitungan dari uji T, faktor bangunan irigasi merupakan

faktor yang bepengaruh kedua terhadap efektifitas kinerja jaringan irigasi dengan nilai

signifikan 0,030, dimana nilai yang diporelah ini berada dibawah dari nilai signifikan

yang telah ditetapkan yaitu 0,005 (5%). Nilai yang dihasilkan ini memiliki arti bahwa

faktor saluran irigasi mempunyai nilai yang positif terhadap efektifitas kinerja jaringan

irigasi Wawotobi.
Saluran irigasi atau yang biasa juga disebut bangunan pembawa berpotensi

menyebabkan kehilangan air yang banyak terjadi disepanjang saluran irigasi. Hal ini

dikarenakan adanya kerusakan atau kebocoran yang terjadi di saluran yang yang, baik

itu disaluran induk maupun disaluran sekunder.


Selain kehilangan air pada saluran, permasalah lain yang kerap muncul pada

saluran-saluran irigasi pada umumnya dan saluran-saluran irigasi Wawotobi pada

khususnya yaitu adanya endapan lumpur sehingga dapat mengurangi kecepatan aliran

yang air irigasi yang dialirkan kepetak-petak sawah, sehingga kegiatan O&P memang

seharusnya dilakukan secara rutin dan berkala.


4.6.3 Faktor Kelembagaan terhadap efektifitas kinerja jaringan irigasi Wawotoi
Berdasarkan hasil perhitungan dari uji T, faktor bangunan irigasi merupakan

faktor yang bepengaruh kedua terhadap efektifitas kinerja jaringan irigasi dengan nilai

signifikan 0,003, dimana nilai yang diporelah ini berada dibawah dari nilai signifikan

yang telah ditetapkan yaitu 0,005 (5%). Nilai yang dihasilkan ini memiliki arti bahwa

faktor kelembagaan mempunyai nilai yang positif terhadap efektifitas kinerja jaringan

irigasi Wawotobi.

70
Kelembagaan irigasi harus dikelola sebaik mungkin karena merupakan

wadah bagi para petani pemakai air untuk menyampaikan hal-hal yang berkaitan

langsung dengan pengelolaan irigasi. Dengan kelembagaan yang lebih terarah, dapat

meningkatkan partisipasi dan peran serta P3A agar rasa tanggung jawab serta

kemampuan masyarakat petani/P3A terus meningkat dalam rangka mewujudkan

efisiensi, efektifitas, dan keberlanjutan sistem irigasi. Adanya peran aktif petani dan

P3A dalam kegiatan O&P dapat menjamin keberlangsungan dan terjaganya kondisi

dan fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun.


Hal yang dianggap dapat mengatasi masalah kelembagaan ialah

diadakannya usaha pembinaan rutin terhadap GP3A/P3A dan melakukan penyuluhan-

penyuluhan terhadap para petani pemakai air. Oleh BWSS IV Sulawesi Tenggara hal

itu disertakan pada pelaksanaan Rehabilitas DI Wawotobi (DISIMP I dan II) dengan

penerapan:
a. peningkatan dan penguatan kelembagaan P3A/GP3A,
b. mengoptimalkan peran serta P3A melalui pendekatan partisipatif dan pelatihan-

pelatihan formal.
c. Menghidupkan kembali pengumpulan IPAIR (oleh-dari-untuk petani) untuk

kesinambungan pelaksanaan O&P.


4.6.4 Faktor Pembiayaan Irigasi terhadap efektifitas kinerja jaringan irigasi

Wawotobi
Berdasarkan hasil perhitungan dari uji T, faktor bangunan irigasi merupakan

faktor yang bepengaruh kedua terhadap efektifitas kinerja jaringan irigasi dengan nilai

signifikan 0,034, dimana nilai yang diporelah ini berada dibawah dari nilai signifikan

yang telah ditetapkan yaitu 0,005 (5%). Nilai yang dihasilkan ini memiliki arti bahwa

faktor pembiayaan mempunyai nilai yang positif terhadap efektifitas kinerja jaringan

irigasi Wawotobi.
Ketersediaan dana sangat diperlukan untuk kegiatan pengelolaan

pemeliharaan fungsi jaringan irigasi serta kegiatan pendukung lainnya yang dapat

71
meningkatkan kinejra jaringan irigasi Wawotobi. Namun ketersediaan dana untuk

fasilitas dan petugas O&P oleh pemerintah jika tidak didukung oleh masyarakat petani

(GP3A/P3A) akan berpotensi menyebabkan penurunan kondisi jaringan dan pada

tingkat lanjut dapat menyebabkan terganggunya fungsi jaringan irigasi dalam

pendistribusian air irigasi.


4.6.5 Faktor Operasional dan Pemeliharaan (O&P) terhadap efektifitas kinerja

jaringan irigasi Wawotobi


Nilai signifikan 0,000 pada uji T untuk faktor O&P pada efektifitas kinerja

jaringan irigasi Wawotobi memberikan kesimpulan bahwa kegiatan O&P memang

merupakan hal paling utama dalam pengelolaan irigasi, juga untuk pengolaan irigasi

Wawotobi. Semua faktor-faktor yang yang berepengaruh terhadap efektifitas kinerja

jaringan irigasi Wawotobi tidak lepas dari faktor O&P.


Kegiatan O&P harus didukung dengan kelembagaan dan pembiayaan yang

diatur sebaik mungkin. Pembangunan atau rehabilitasi jaringan irgasi akan berkurang

manfaat dan usia fungsionalnya jika tidak dilakukan pengelolaan operasional yang

baik dan pemeliharaan jaringan irigasi, berkesinambungan dan tepat dari semua pihak

yang berkepentingan dalam kegiatan pemanfaatan air irigasi.

72
73

Anda mungkin juga menyukai