Konsep Ibadah
Ibadah merupakan salah satu dimensi yang begitu asasi didalam ajaran Islam.
Ibadah tidak cuma terkait dengan ritual-ritual antara manusia dengan Sang Khalik,
namun juga mengandung sejumlah keutamaan bagi diri manusia dalam hubungannya
dengan lingkungan sosialnya. Dalam konsep ajaran Islam, manusia diciptakan tak lain
dan tak bukan untuk beribadah kepada Alloh. Dengan kata lain untuk menyembah
alloh dalam berbagai bentuk dan manifestasinya baik secara langsung maupun tidak
langsung.
(Prof. Dr. Yusron Razak, M.A., dkk: 2011, 143)
Pengertian ibadah secara bahasa, kata ibadah adalah bentuk dasar (mashdar)
dari fiil (kata kerja) abada-yabudu yang berarti: taat, tunduk, hina, dan
pengabdian.
Berangkat dari arti ibadah secara bahasa, Ibn Taymiyah mengartikan ibadah
sebagai puncak ketaatan dan kedudukan yang di dalamnya terdapat unsur cinta (al-
hubb). Seseorang belum dikatakan beribadah kepada Alloh kecuali bila ia mencintai
Alloh lebih dari cintanya kepada apapun dan siapapun juga. Ketaatan tanpa unsur
cinta maka tidak bisa diartikan sebagai ibadah dalam arti yang sebenarnya. Dari sini
pula dapat dikatakan bahwa akhir dari perasaan cinta yang sangat tinggi adalah
penghambaan diri, sedangkan awalnya adalah ketergantungan.
Sementara itu Ibn Faris mengatakan bahwa kata abdun mempunyai
pengertian yang bertolak belakang. Kata abdun memiliki arti:
2. Sesuatu yang dimiliki (hamba sahaya)
3. Tumbuhan yang memiliki aroma yang harum
4. Anak panah yang lebar dan pendek
Arti yang pertama menggambarkan kerendahan, arti yang kedua kelemah
lembutan dan yang ketiga adalah kekuatan dan kekokohan.
Adapun definisi ibadah menurut Muhammaadiyah adalah: Mendekatkan diri
kepada Alloh SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya serta mengamalkan apa saja yang diperkenankan oleh-Nya.
(Himpunan Putusan Tarjih, 276)
Sedangkan definisi ibadah menurut Ulama Fiqh yaitu: apa yang dikerjakan
untuk mendapatkan keridhaan Alloh SWT dan mengharap pahala-Nya di Akhirat.
(Syakir Jamaluddin, M.A: 2010, 1-2)
Ibadah artinya penghambaan diri kita sebagai makhluk dan Alloh sebagai
Tuhan kita atau dengan kata lain segala sesuatu yang kita kerjakan dalam rangka
mentaati perintah-perintah-Nya adalah ibadah. Ibadah meliputi apa saja yang dicintai
dan diridhoi oleh Alloh, menyangkut seluruh ucapan dan perbuatan yang tampak dan
tidak tampak, seperti sholat, zakat, puasa, menunaikan ibadah haji, berkata yang baik
dan benar, belajar, silaturahim, membaca Al-Quran, berdagang dan lain sebagainya.
Adapun pengertian ibadah secara luas terkait dengan beberapa arti, secara
aqidah bisa berarti mentauhidkan Alloh SQT, secara fiqih ia bisa berarti menegakkan
hukum Alloh SWT dan secara akhlaq berarti berperilaku sesuai dengan tuntunan
Alloh SWT. Firman Alloh SWT di dalam Al-Quran yang artinya:
$pkr't $Y9$# (#r6$# N3/u %!$#
N3s)n=s{ t%!$#ur `B N3=6s% N3=ys9 tbq)-
Gs?
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang
yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. (QS Al-Baqarah [2]: 21)
(Tim PAI Jamaah Al-Anhar UMY: 2001, 115)
Ibadah artinya menghambakan diri kepada Alloh. Ibadah merupakan tugas
hidup manusia di dunia, karena itu manusia yang beribadah kepada Alloh disebut
abdulloh atau hamba Alloh. Hidup seorang hamba tidak memiliki alternatif lain
selain taat, patuh, dan berserah diri kepada Alloh. Karena itu yang menjadi inti dari
ibadah adalah ketaatan, kepatuhan, dan penyerahan diri secara total kepada Alloh
SWT.
Ibadah merupakan konsekuensi dari keyakinan kepada Alloh yang tercantum
dalam kalimat syahadat yaitu lailahaillallohu (tiada Tuhan yang patut diibadahi
selain Alloh). Ini berarti seorang muslim hanya beribadah kepada Alloh, tidak kepada
yang lain.
Kedudukan ibadah di dalam islam menempati posisi yang paling utama dan
menjadi titik sentral dari seluruh aktivitas muslim. Seluruh kegiatan musim pada
dasarnya merupakan bentuk ibadah kepada Alloh, sehingga apa saja yang
dilakukannya memiliki nilai ganda, yaitu nilai material dan nilai spiritual. Nilai
material adalah imbalan nyata yang diterima di dunia, sedangkan nilai spiritual adalah
ibadah yang hasilnya akan diterima di akhirat. Aktivitas yang bermakna ganda inilah
yang disebut amal shalih.
(Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Isam: 2001, 145)
Banyak ayat Al-Quran yang mengaitkan perintah ibadah kepada Tuhan
dengan tujuan memperoleh takwa. Diantaranya QS Al Baqarah ayat 21
memerintahkan, Wahai umat manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dan orang yang datang sebelummu agar kamu bertakwa. QS Al Baqarah ayat
183 mengajarkan, wahai orang-orang beriman, diwajibkan puasa kepada kamu,
seperti pernah diwajibkan kepada umat sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Dari ayat Al-Quran tersebut kita peroleh penegasan bahwa ibadah bagi
manusia merupakan kodrat pembawaan jiwa manusia yang rindu kepada kemuliaan.
Alloh telah memerintahkan jin dan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Dalam
surat Adz Dzaariaat ayat 56 menyatakan, Tidak Aku ciptakan jin dan manusia,
melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Bahkan ibadah juga dinyatakan merupakan fungsi seluruh yang wujud di alam
ini, sebagaimana disebutkan dalam QS Al Israa ayat 44, langit yang tujuh, bumi,
dan semua yang ada di langit bertasbih kepada Alloh, tiada sesuatu pun yang
terkecuali, semuanya bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak
mengerti tasbih mereka; sesungguhnya, Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
(KH Ahmad Azhar Basyir, MA : 2001, 5-7)
Karena amat pentingnya kedudukan ibadah dalam agama pada umumnya,
agama wahyu pada khususnya, masalah ibadah dalam pengertiannya yang khusus
merupakan hal yang mutlak dan tidak dapat diubah oleh manusia. Hanya Tuhan yang
dituju dan hanya Tuhan pula yang mengajarkan bagaimana cara melaksanakannya.
Manusia hanya taat kepada ajaran yang datang dari Tuhan, tidak membuat cara
sendiri, tidak boleh mengurangi, menambah atau mengubah.
(KH Ahmad Azhar Basyir, MA : 2001, 10)
Dalam ibadah pada hakekatnya seorang mumin hendaknya ketika beribadah
kepada Alloh hanya menjadikan Alloh saja sebagai tujuan ibadahnya. Sedangkan
sumber pelaksanaan ibadah seorang mumin disandarkan pada dua hal yang menjadi
pendorong pelaksanaan sebuah ibadah dilakukan, yaitu:
5. Dalam rangka mensyukuri banyaknya nikmat Alloh yang diterima
Anugerah Alloh pada seorang manusia sangat banyak, mulai dari
diberikannya kesempatan untuk hidup di bumi-Nya, mencari rizqi-Nya serta
menikmati sekian banyak ciptaan Alloh di alam untuk kelangsungan dan
eksistensi kehidupannya beserta keturunannya dan generasi selanjutnya. Nikmat
ini tentu saja akan terasa betapa bermanfaatnya ketika Alloh mengurangi,
mengambilnya kembali atau yang paling jauh adalah mengubahnya menjadi
sebuah bencana, Alloh berfirman:
b)ur (#rs? spyJR !$# w !$ydqtB 3 c) !$#
qts9 Om
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (QS An Nahl [16]: 18)
dr'6s Iw#u $yJ3n/u b$t/js3?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS Ar
Rahman [55]: 13)
sejalan dengan prinsip mudah dan meringankan dlam urusan ibadah, islam
pun mengatur banyak perkecualian, pembebasan dan kemudahan dalam keadaan
tertentu.
Misalnya, apabila orang sedang dalam bepergian untukmencari nafkah ke
kota lain dibolehkan memendekkan rakaat salat dan juga mengumpulkan dua
waktu salat menjadi satu (qashar dan jamak). Kecuali itu, dibolehkan juga
berbuka puasa Ramadan, tetapi harus membayar pada waktu lain.
Apabila orang sedang sakit, tidak kuat salat dengan berdiri,boleh salat
dengan duduk. Bila dudukpun masih merasa berat, boleh salat dengan berbaring.
Orang yang tidak mungkin menggunakan air dalam berwudu atau mandi
dapat mengganti wudu dengan tayamum menggunakan debu.
Ibadah macam kedua adalah ibadah khusus. Ibadah khusus adalah bentuk
ibadah langsung kepada Alloh yang macam dan cara melaksanakannya ditentukan
dalam syara, ditetapkan oleh Alloh atau dicontohkan oleh Rasululloh. Ibadah khusus
inilah yang bersifat tetap dan mutlak, cara pelaksanaannya sangat ketat, yaitu harus
sesuai dengan contoh Rasululoh. Manusia tinggal melaksanakan sesuai dengan
peraturan dan tuntunan yang ada, tidak boleh mengubah, menambah, atau
mengurangi. Penambahan dan pengurangan dari contoh yang telah ditetapkan disebut
bidah (bidah) yang menjadikan ibadah itu batal atau tidak sah.Misalnya, bersuci
untuk mengerjakan sholat dilakukan dengan menggunakan air. Bila tidak mungkin
menggunakan air, diganti dengan debu. Tidak boleh diganti dengan yang lain. Karena
itulah para ahli menetapkan satu kaidah dalam ibadah khusus yaitu semua dilarang,
kecuali yang diperintahkan Alloh atau dicontohkan Rasululloh.
Macam-macam ibadah khusus adalah salat termasuk di dalamnya taharah
(taharah) sebagai syaratnya, puasa, zakat, dan haji.
Ibadah, baik umum maupun khusus merupakan konsekuensi dan implementasi
dari keimanan terhadap Alloh SWT yang tercantum dalam dua kalimat syahadat,
yaitu asyhaduallaailaahaillallohu, waasyhaduannamuhammadar rosululloh.
Syahadat pertama mengandung arti tiada Tuhan yang patut diibadahi selain
Alloh, artinya segala bentuk ibadah hanya ditujukan kepada Alloh saja. Oleh karena
tugas hidup manusia di dunia adalah untuk beribadah, maka segaa sesuatu yang
dilakukan manusia adalah ibadah. Syahadat kedua mengandung arti pengakuan
terhadap kerasulan Muhammad yang bertugas memberikan contoh nyata kepada
manusia dalam melaksanakan kehendak Alloh. Dalam kaitan ibadah (khusus) berarti
bentuk-bentuk dan tata cara pelaksanaan ibadah yang dikehendaki Alloh yang telah
dicontohkan oleh Rasululloh.
(Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Isam: 2001, 145-146)
DAFTAR PUSTAKA
Razak, Yusron, dkk. 2011. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi &
Umum.Jakarta: UHAMKA PRESS
Basyir, Ahmad Azhar. 2001. Falsafah Ibadah dalam Islam. Yogyakarta: UII Press
Yogyakarta
Jamaluddin, Syakir. 2010. Shalat Sesuai Tuntunan Nabi SAW. Yogyakarta: LPPI
UMY
MAKALAH
STUDI ISLAM I
IBADAH