Anda di halaman 1dari 34

1.

Konsep Ibadah
Ibadah merupakan salah satu dimensi yang begitu asasi didalam ajaran Islam.
Ibadah tidak cuma terkait dengan ritual-ritual antara manusia dengan Sang Khalik,
namun juga mengandung sejumlah keutamaan bagi diri manusia dalam hubungannya
dengan lingkungan sosialnya. Dalam konsep ajaran Islam, manusia diciptakan tak lain
dan tak bukan untuk beribadah kepada Alloh. Dengan kata lain untuk menyembah
alloh dalam berbagai bentuk dan manifestasinya baik secara langsung maupun tidak
langsung.
(Prof. Dr. Yusron Razak, M.A., dkk: 2011, 143)
Pengertian ibadah secara bahasa, kata ibadah adalah bentuk dasar (mashdar)
dari fiil (kata kerja) abada-yabudu yang berarti: taat, tunduk, hina, dan
pengabdian.
Berangkat dari arti ibadah secara bahasa, Ibn Taymiyah mengartikan ibadah
sebagai puncak ketaatan dan kedudukan yang di dalamnya terdapat unsur cinta (al-
hubb). Seseorang belum dikatakan beribadah kepada Alloh kecuali bila ia mencintai
Alloh lebih dari cintanya kepada apapun dan siapapun juga. Ketaatan tanpa unsur
cinta maka tidak bisa diartikan sebagai ibadah dalam arti yang sebenarnya. Dari sini
pula dapat dikatakan bahwa akhir dari perasaan cinta yang sangat tinggi adalah
penghambaan diri, sedangkan awalnya adalah ketergantungan.
Sementara itu Ibn Faris mengatakan bahwa kata abdun mempunyai
pengertian yang bertolak belakang. Kata abdun memiliki arti:
2. Sesuatu yang dimiliki (hamba sahaya)
3. Tumbuhan yang memiliki aroma yang harum
4. Anak panah yang lebar dan pendek
Arti yang pertama menggambarkan kerendahan, arti yang kedua kelemah
lembutan dan yang ketiga adalah kekuatan dan kekokohan.
Adapun definisi ibadah menurut Muhammaadiyah adalah: Mendekatkan diri
kepada Alloh SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya serta mengamalkan apa saja yang diperkenankan oleh-Nya.
(Himpunan Putusan Tarjih, 276)
Sedangkan definisi ibadah menurut Ulama Fiqh yaitu: apa yang dikerjakan
untuk mendapatkan keridhaan Alloh SWT dan mengharap pahala-Nya di Akhirat.
(Syakir Jamaluddin, M.A: 2010, 1-2)
Ibadah artinya penghambaan diri kita sebagai makhluk dan Alloh sebagai
Tuhan kita atau dengan kata lain segala sesuatu yang kita kerjakan dalam rangka
mentaati perintah-perintah-Nya adalah ibadah. Ibadah meliputi apa saja yang dicintai
dan diridhoi oleh Alloh, menyangkut seluruh ucapan dan perbuatan yang tampak dan
tidak tampak, seperti sholat, zakat, puasa, menunaikan ibadah haji, berkata yang baik
dan benar, belajar, silaturahim, membaca Al-Quran, berdagang dan lain sebagainya.
Adapun pengertian ibadah secara luas terkait dengan beberapa arti, secara
aqidah bisa berarti mentauhidkan Alloh SQT, secara fiqih ia bisa berarti menegakkan
hukum Alloh SWT dan secara akhlaq berarti berperilaku sesuai dengan tuntunan
Alloh SWT. Firman Alloh SWT di dalam Al-Quran yang artinya:
$pkr't $Y9$# (#r6$# N3/u %!$#
N3s)n=s{ t%!$#ur `B N3=6s% N3=ys9 tbq)-
Gs?
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang
yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. (QS Al-Baqarah [2]: 21)
(Tim PAI Jamaah Al-Anhar UMY: 2001, 115)
Ibadah artinya menghambakan diri kepada Alloh. Ibadah merupakan tugas
hidup manusia di dunia, karena itu manusia yang beribadah kepada Alloh disebut
abdulloh atau hamba Alloh. Hidup seorang hamba tidak memiliki alternatif lain
selain taat, patuh, dan berserah diri kepada Alloh. Karena itu yang menjadi inti dari
ibadah adalah ketaatan, kepatuhan, dan penyerahan diri secara total kepada Alloh
SWT.
Ibadah merupakan konsekuensi dari keyakinan kepada Alloh yang tercantum
dalam kalimat syahadat yaitu lailahaillallohu (tiada Tuhan yang patut diibadahi
selain Alloh). Ini berarti seorang muslim hanya beribadah kepada Alloh, tidak kepada
yang lain.
Kedudukan ibadah di dalam islam menempati posisi yang paling utama dan
menjadi titik sentral dari seluruh aktivitas muslim. Seluruh kegiatan musim pada
dasarnya merupakan bentuk ibadah kepada Alloh, sehingga apa saja yang
dilakukannya memiliki nilai ganda, yaitu nilai material dan nilai spiritual. Nilai
material adalah imbalan nyata yang diterima di dunia, sedangkan nilai spiritual adalah
ibadah yang hasilnya akan diterima di akhirat. Aktivitas yang bermakna ganda inilah
yang disebut amal shalih.
(Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Isam: 2001, 145)
Banyak ayat Al-Quran yang mengaitkan perintah ibadah kepada Tuhan
dengan tujuan memperoleh takwa. Diantaranya QS Al Baqarah ayat 21
memerintahkan, Wahai umat manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dan orang yang datang sebelummu agar kamu bertakwa. QS Al Baqarah ayat
183 mengajarkan, wahai orang-orang beriman, diwajibkan puasa kepada kamu,
seperti pernah diwajibkan kepada umat sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Dari ayat Al-Quran tersebut kita peroleh penegasan bahwa ibadah bagi
manusia merupakan kodrat pembawaan jiwa manusia yang rindu kepada kemuliaan.
Alloh telah memerintahkan jin dan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Dalam
surat Adz Dzaariaat ayat 56 menyatakan, Tidak Aku ciptakan jin dan manusia,
melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Bahkan ibadah juga dinyatakan merupakan fungsi seluruh yang wujud di alam
ini, sebagaimana disebutkan dalam QS Al Israa ayat 44, langit yang tujuh, bumi,
dan semua yang ada di langit bertasbih kepada Alloh, tiada sesuatu pun yang
terkecuali, semuanya bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak
mengerti tasbih mereka; sesungguhnya, Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
(KH Ahmad Azhar Basyir, MA : 2001, 5-7)
Karena amat pentingnya kedudukan ibadah dalam agama pada umumnya,
agama wahyu pada khususnya, masalah ibadah dalam pengertiannya yang khusus
merupakan hal yang mutlak dan tidak dapat diubah oleh manusia. Hanya Tuhan yang
dituju dan hanya Tuhan pula yang mengajarkan bagaimana cara melaksanakannya.
Manusia hanya taat kepada ajaran yang datang dari Tuhan, tidak membuat cara
sendiri, tidak boleh mengurangi, menambah atau mengubah.
(KH Ahmad Azhar Basyir, MA : 2001, 10)
Dalam ibadah pada hakekatnya seorang mumin hendaknya ketika beribadah
kepada Alloh hanya menjadikan Alloh saja sebagai tujuan ibadahnya. Sedangkan
sumber pelaksanaan ibadah seorang mumin disandarkan pada dua hal yang menjadi
pendorong pelaksanaan sebuah ibadah dilakukan, yaitu:
5. Dalam rangka mensyukuri banyaknya nikmat Alloh yang diterima
Anugerah Alloh pada seorang manusia sangat banyak, mulai dari
diberikannya kesempatan untuk hidup di bumi-Nya, mencari rizqi-Nya serta
menikmati sekian banyak ciptaan Alloh di alam untuk kelangsungan dan
eksistensi kehidupannya beserta keturunannya dan generasi selanjutnya. Nikmat
ini tentu saja akan terasa betapa bermanfaatnya ketika Alloh mengurangi,
mengambilnya kembali atau yang paling jauh adalah mengubahnya menjadi
sebuah bencana, Alloh berfirman:
b)ur (#rs? spyJR !$# w !$ydqtB 3 c) !$#
qts9 Om
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (QS An Nahl [16]: 18)
dr'6s Iw#u $yJ3n/u b$t/js3?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS Ar
Rahman [55]: 13)

2. Dalam Rangka Menganggungkan Alloh SWT


Ciptaan Alloh yang meliputi seluruh isi bumi dan langit menjadi bukti
betapa agungnya Alloh SWT. Dan dari sinilah sangatlah pantas ketika seorang
manusia berusaha mengagungkan Alloh atas ciptaan-Nya. Tentu saja wujud
pengagungan ini dengan memperbanyak ibadah kepada-Nya. Firman Alloh SWT:
c) N3/u !$# %!$# t,n=y{ NuqyJ9$#
uF{$#ur pG 5Q$r& NO 3uqtG$# n?t
y9$# @9$# u$pk]9$#
m7=t $ZWWym }J9$#ur tyJs)9$#ur
tPqfZ9$#ur Nt|B nDr'/ 3 wr& &s!
,=s:$# DF{$#ur 3 x8u$t6s? !$# >u
tHs>y9$#
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy[548]. Dia menutupkan
malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)
matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-
Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci
Allah, Tuhan semesta alam. (QS Al Araf [7]: 54)
x8tt6s? %!$# nu/ 7=J9$# uqdur 4n?t e@.
&x s%
Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu, (QS Al Mulk [67]: 1)
Ibadah kepada Alloh SWT bukan hanya semata-mata ibadah ritual, tetapi
ada beberapa landasan sehingga ibadah itu dilakukan, yaitu:
6. Ibadah yang dilakukan merupakan tujuan untuk menghinakan diri
Firman Alloh SWT:
b) Odqs? w (#qyJo /.u!$t qs9ur
(#qx $tB (#q/$yftG$# /3s9 ( tPqtur
pyJu)9$# tbr3t N320 4 wur
y7m;uZ @WB 97yz
Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau
mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. dan
dihari kiamat mereka akan mengingkari kemusyirikanmu dan tidak ada yang
dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh yang
Maha Mengetahui. (QS Faatir [35]: 14)
b. Ibadah yang dilakukan merupakan sebuah tujuan kecintaan
Firman Alloh SWT:
Bur $Z9$# `tB Gt `B br !$#
#Y#yRr& NktXq6t b=sx. !$# (
t9$#ur (#qZtB#u xr& ${6m ! 3 qs9ur
tt t%!$# (#qKn=s ) tbrtt
z>#xy9$# br& noq)9$# ! $YJy_ br&ur !
$# x >#xy9$#
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai
Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada
Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106]
mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan
itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya
(niscaya mereka menyesal). (QS Al Baqarah [2]: 165)
c. Ibadah yang dilakukan merupakan sebuah ketundukan
* c) !$# y `t t%!$# (#qZtB#u 3
b) !$# w =t @. 5b#qyz Aqx.
tb& t%#9 cq=tGs) NgRr'/
(#qJ= 4 b)ur !$# 4n?t OdtR s)s9

Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi
mengingkari nikmat.
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena
Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar
Maha Kuasa menolong mereka itu, (QS Al Hajj [22]: 38-39)
Dari landasan tadi hendaknya semuanya dilakukan dalam kondisi
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Alloh SWT, sehingga tumbuh rasa
ketakutan (khauf) atas siksanya.
(Tim PAI jamaah Al-Anhar UMY: 2001, 116-120)
B. Tujuan Ibadah
Tujuan ibadah adalah membersihkan dan menyucikan jiwa dengan mengenal
dan mendekatkan diri serta beribadat kepada-Nya.
(Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Isam: 2001, 145)
Jika direnungkan secara mendalam, dapatlah dikatakan bahwa tujuan paling
penting dari amalan-amalan keagamaan adalah untuk mendidik pelakunya memiliki
pengalaman ketuhanan serta menanamkan kesadaran ketuhanan yang sedalam-
dalamnya. Salah satu tujuan disyariatkannya ibadah adalah dalam rangka lebih
mendekatkan diri kepada Alloh. Melalui ibadah, manusia berkomunikasi dan
mendekatkan dirinya kepada Alloh. Tidak ada jalan lain untuk mendekat kepada
Alloh selain dengan jalan beribadah kepada-Nya. Dalam Islam, hubungan dengan
Alloh dapat dilakukan oleh seorang hamba secara langsung.islam tidak mengenal
adanya suatu perantaraan manakala ingin mendekat kepada Alloh. Salah satu tanda
dekat kepada Alloh adalah selalu mengingat-Nya, sehingga Alloh juga akan
mengingat hamba-Nya. Alloh SWT berfirman:
Karena itu, ingatlah kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu dan bersyukurlah
kepad-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku. (QS. Al-Baqarah [2]: 152)
Salah satu manfaat ibadah yang diperoleh seorang hamba adalah
bertambahnya kebahagiaan. Ibadah bisa mendatangkan kebahagiaan bagi para
pelakunya. Ketika manusia diciptakan, diberikan kepadanya pula jiwa atau ruh. Jiwa
atau ruh ini tidak akan pernah merasakan kedamaian dan ketenteraman yang sejati
kecuali dengan berdzikir dan beribadah kepada Alloh. Demikian pula hati. Alloh
SWT berfirman:
t%!$# (#qZtB#u uKs?ur Og/q=% ./
!$# 3 wr& 2/ !$# yJs? >q=)9$#
(yaitu) orang-orang yang beriman dan kalbu mereka tenteram dengan berdzikir
kepada Alloh. Ingatlah, dengan berdzikir kepada Alloh hati menjadi tenteram. (QS.
Ar-Rad [13]: 28)
Hanya dengan mengingat Alloh sajalah hati akan menjadi tenang. Dalam kitab
al-Ubudiyah, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa pada dasarnya hati itu membutuhkan
Allah dari dua segi: dari segi ibadah dan dari segi permohonan pertolongan serta
ketakwaan. Hati tidak menjadi baik, tidak beruntung, tidak merasakan kenikmatan,
tidak gembira, tidak nyaman, dan tidak pula merasakan kenyamanan kecuali dengan
beribadah kepada Alloh, mencintai-Nya serta kembali bertaubat kepada-Nya.
Seandainya dia mendapatkan kesenangan dari makhluk, tetap saja tidak merasa
tenang dan tenteram, sebab pada dasarnya zat atau fithrahnya membutuhkan
Tuhannya. Dengan demikian, dia akan mendapatkan kebahagiaan dan kegembiraan.
Senafas dengan itu, Ibnu Qayyim juga mengatakan: Sesungguhnya Dia-lah
Tuhan yang disembah serta penolong semua manusia. Tuhan yang mengatur manusia,
memberi rizki, mematikan dan menghidupkannnya. Maka, kecintaan kepada-Nya
merupakan kenikmatan jiwa, kehidupan ruh, kegembiraan jiwa, makanan hati, cayaha
akal, yang membahagiakan hati serta memakmurkan batin. Bagi hati yang lurus dan
ruh yang baik, serta akal yang bersih, tidak ada yang ebih manis, tidak ada yang lebih
nikmat, lebih menggembirakan serta membahagiakan selain kecintaan kepada-Nya,
menyukai-Nya serta merindukan pertemuan dengan-Nya.
Manfaat lain dari ibadah adalah hilangnya kecemasan dan kekhawatiran yang
merupakan salah satu dari pilar penting bagi terbangunnya kebahagiaan. M Quraish
Shihab mencatat bagaimana ibadah sholat bisa menghilangkan rasa cemas,
menurutnya manusia adalah makhluk yang memiliki naluri cemas dan mengharap. Ia
selalu membutuhkan sandaran terutama pada saat-saat cemas menghinggapinya.
Sholat memberikan peluang untuk berkomunikasi serta menyalurkan segenap
kecemasan itu kepada Tuhan.
Manfaat ibadah serta ritual agama terhadap kebahagiaan manusia juga di akui
dalam disiplin imu psikologi. C. G Jung, seorang psikiater asal swiss, mengakui
bahwa berbagai ritual agama memiliki efek bathin yang sangat besar serta penting
bagi kesehatan jiwa. Agama juga dapat memandu seseorang untuk menemukan
makna hidup yang lebih berarti, dan juga lebih memberikan kesehatan bathin
menghadapi kematian. Senada dengan itu, H. G. Koenig juga mengemukakan hasil
penelitian yang memukau bahwa ketaatan menjalankan agama sangat membantu
mengatasi stres, depresi, dan menurunkan tingkat kecemasan. Ia juga mengemukakan
bahwa ritual ibadah yang sifatnya sendirian seperti sembahyang atau membaca kitab
suci berkaitan dengan kesdehatan yang lebih besar, serta memiliki tingkat kepuasan
hidup yang tinggi.
Menurut Imam Asy-Syatibi, ibadah memiliki dimensi keakhiratan sekaigus
keduniawian. Ibadah daam ajaran islam tidak hanya dimaksudkan dalam kerangka
hubungan dengan Alloh (hablumminalloh) semata, tetapi juga mengandung dimensi
sosial (hablumminannas) yang tinggi bagi para pemeluknya. Semua bentuk ibadah
memiliki makna sosialnya masing-masing sebagaimana dijeaskan sebagai berikut:
Pertama, ibadah sholat. Salah satu kandungan sosial dari ibadah sholat adalah
bahwa sholat mengajarkan makna persaudaraan dan persatuan manusia yang begitu
tinggi. Ketika melaksanakan sholat di masjid 5 kali daam sehari, maka sesungguhnya
ibadah tersebut tengah menghimpun penduduknya 5 kali sehari. Dalam aktivitas
tersebut, mereka saling mengenal, saling berkomunikasi, dan saling menyatukan hati.
Persatuan manakah yang lebih utama dan mendasar daripada persatuan orang-orang
yang sholat di dalam masjid secara berjamaah? Mereka sholat di belakang seorang
imam, mengadu kepada Tuhan yang satu, membaca kitab yang sama, serta
menghadap ke arah kiblat yang sama. Mereka juga melakukan amalan yang sama:
sujud, rukuk, dan sebagainya. Persatuan yang di terapkan sampai ke inti sarinya dan
tidak terbatas pada kulit luarnya. Persatuan dalam pandangan dan pemikiran,
persatuan dalam tujuan arah, persatuan dalam ucapan sekaligus amalan, serta
persatuan di dalam dan di luar. Dalam Al-Quran disebutkan:
sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. (QS. Al-Hujurat [49], 10)
Hal lain yang diajarkan dalam ibadah sholat adalah persamaan setiap manusia.
Tatkala sholat orang islam diajarkan nilai-nilai kesetaraan. Seorang penguasa bisa
berada disamping atau bahkan di belakang pengawalnya. Begitu juga seorang yang
kaya raya bisa berdiri sejajar dengan orang miskin, seorang ilmuan bisa di samping
seorang pekerja kasar. Shaf tidak disusun berdasarkan strata sosial yang berlaku di
daam masyarakat. Di samping itu, sholat juga mengajarkan hidup disiplin. M Iqbal,
seorang intelektual serta filosof muslim mengatakan: sesungguhnya pemilihan satu
kibat untuk sholat kaum musimin dimaksudkan untuk menumbuhkan persatuan rasa
di kalangan para jamaah. Sholat telah menjembatani terbangunnya persamaan sosial
dan menguatkan kekerabatan. Sebaliknya, sholat menjadi saran yang efektif untuk
mengeliminasi perbedaan, ras, sentimen, suku, maupun kelas sosial yang sering kali
menjadi penyulut permusuhan.
Kedua, ibadah puasa. Puasa mampu menumbuhkan kepekaan sosial bagi
pelakunya. Dengan berpuasa, si kaya merasakan betapa tidak enaknya merasakan
lapar. Puasa mengajarkan kepadanya untuk bisa mengenali serta merasakan
penderitaan orang yang sehari-hari senantiasa berada dalam kekurangan dan berbalut
kemiskinan, sehingga diharapkan lahir kepedulian dari si kaya kepada si miskin.
Kemudian puasa di akhiri dengan kewajiban membayar zakat fitrah yang memaksa
untuk seseorang untuk berderma, sekalipun mungkin hatinya belum sadar. Ini akan
menjadi latihan dan pembinaan tersendiri bagi orang yang bersangkutan untuk
menjadi orang yang dermawan dan peduli pada orang-orang yang lemah.
Ketiga, ibadah zakat. Ibadah zakat memilikifungsi dan khikmah ganda. Secara
individual, zakat mengandung khikmah untuk membersihkan dan mnyucikan diri
beserta harta bendanya. Dengan begitu, zakat melatih manusia menghilangkan sifat
kikir, rakus, dan tamak yang melekat pada dirinya. Zakat melatih seseorang menjauhi
kerakusan pada harta, memupuk persaudaraan, rasa kasihan dan suka menolong
anggota masyarakat yang berada daam kekurangan. Zakat menjadi tanda
kedermawanan, solidaritas, dan kasih sayang seorang muslim terhadap saudara-
saudaranya agar bisa ikut merasakan rizki sebagai karunia Alloh SWT. M. Quraish
Shihab mencatat, zakat memiliki berbagai dampak positif:
7. Zakat dapat menangkis sifat kikir di dalam jiwa seseorang, melatihnya memiliki
sifat-sifat kedermawanan dan mengantarnya menjadi manusia yang mensyukuri
nikmat Alloh.
8. Zakat berpengaruh untuk menciptakan ketenangan dan ketenteraman bukan hanya
kepada penerimanya, tetapi juga bagi pemberi zakat.
Kedengkian dan iri hati dapat timbul dari mereka yang hidup dalam
kemiskinan, pada saat melihat orang yang berkecukupan bersifat sombong dan tak
mempedulikannya. Kedengkian tersebut dapat mengakibatkan keresahan bagi
pemilik harta, sehingga pada akhirnya menimbulkan kecemasan serta ketegangan.
Dalam konteks ini zakat bisa berfungsi sebagai perekat sosial untuk meminimalisir
konflik sosial.
Ke empat, Ibadah haji. Dalam ibadah haji terkandung pengalaman nilai-nilai
kemanusiaan yang universal. Ibadah haji dimulai dengan niat sambil menanggalkan
pakaian biasa dan kemudian mengenakan pakaian ikhrom. Menurut Quraish Shihab
tak dapat disangkal bahwa pakaian mencerminkan perbedan status sosial dan
predikat-predikat lain yang berbeda antara satu orang/kelompok dengan orang
/kelompok lain. Perbedaan ini pada gilirannya akan mempertegas kesenjangan
sosisal dan besar kemungkinan dapat meyulut permusuhan. Pada saat ikhram, semua
pakaian ini ditanggalkan. Semua orang wajib mengenakan pakain yang sama,
pakaian warna putih tanpa jahitan. Dengan mengenakan pakaian ikhram pada saat
haji, manusia diajarkan untuk meninggalkan perbedaan status sosial yang mereka
sandang dan bersatu dalam persamaan dan persaudaraan.
Kecuali itu, pada saat melaksanakan pakaian ikhram, seseorang juga dilarang
menyakiti binatang di larang membunuh, menumpahkan darah, serta dilarang
mencabut pepohonan. Disini Tuhan mengajarkan kepada manusia untuk memelihara
kehidupan. Ketika ikhram juga dilarang memakai wewangian, bercumbu dan
menikah, serta berhias. Hal ini mengajarkan kepada manusia agar senantiasa
menjauhkan diri dari keterjebakan pada kesenangan dan pada keindahan materi.
Manusia bukan sekedar materi. Kebutuhan dan tujuan kebahagiaan manusia juga
bukan hanya sekedar kepuasan materi.
(Prof. Dr. Yusron Razak, M.A., dkk: 2011, 143-149)

C. Alasan Manusia Harus Beribadah


Manusia terdiri atas dua unsur yakni jasmani dan ruhani. Tubuh manusia
berasal dari materi dan mempunyai kebutuhan-kebutuhan materil, sedangkan ruh
manusia bersifat immateri dan karenanya mempunyai kebutuhan spiritual. Keduanya
harus di penuhi secara seimbang dalam hidupnya. Seseorang yang hanya memenuhi
salah satu faktor dari kebutuhannya akan mengalami ketidakseimbangan dalam
hidupnya. Inilah yang banyak terjadi pada manusia modern. Manusia modern banyak
yang mengalami kekeringan spiritual. Hal ini disebabkan pandangan hidup manusia
modern yang memfokuskan diri pada rasionalisme dan materialisme. Masyarakat
modern sangat menolak pendektan-pendekatan kebenaran yang non-rasional,
sehingga agama atau wahyu yang pada dasarnya sangat dibutuhkan oleh jiwa
seseorang justru malah ditolak.
Di samping itu, rasionalisme juga sangat mereduksi pandangannya terhadap
makhluk hidup, termasuk di dalamnya juga manusia itu sendiri. Manusia dianggap
sebagai makhluk fisik semata dengan berbagai sistem sarafnya yang kompleks,
dengan mengabaikan dimensi jiwa yang dimilikinya. Manusia tidak dianggap
memiliki posisi yang sentral dalam alam semesta ini, dengan demikian menolak
pandangan agama yang meletakkan manusia sebagai khalifah atau wakil Tuhan di
dunia. Rasionalisme juga berpendapat bahwa manusia bukanlah hasil dari rencana
besar Tuhan, dan karena itu jelas manusia tidak memiliki asal-usul yang jelas.
Manusia adalah makhluk biologis yang memulai karirinya di dunia ini dan akan
berakhir di sini pada saat kematiannya. Tidak ada yang survive di luar kerajaan dunia
fisik dan tidak ada pula sesuatu yang disebut tempat kembali di dunia ini.
Sedangkan materialisme mendorong seseorang untuk selalu melihat
kehidupan dari perspektif kebendaan, begitu juga dalam urusan pemenuhan hajat
hidup. Dalam kehidupan manusia modern, hampir seluruh energi manusia terkuras
sepenuhnya untuk pemenuhan hasrat-hasrat kehidupan yang bersifat materialistik
seperti harta benda, gaya hidup, Fashion, kekuasaan, seksualitas dan sebagainya.
Kebutuhan spiritual menjadi tersingkir karena modernitas menjadikan materi sebagai
pusat grafitasinya. Pemenuhan hasrat kebutuhan tersebut sejalan dengan etika
heidonisme bahwa segala sesutau yang membawa manfaat pada kesenangan materi
adalah baik. Dengan menempatkan materi sebagai kesadaran tertinggi, akibatnya,
terjadi kehampaan spiritual pada sebagaian besar manusia modern.
Disinilah pentingnya ajaran islam yang berkenaan dengan ibadah. Islam tidak
bermaksud menyingkirnkan kedua dimensi di atas yakni rasio dan materi. Namun
tidak pula mendewakan kedunya. Keduanya tetap dianggap penting menurut ukuran
dan kadarnya yang pasatau tidak berlebih-lebihan. Di dalam Al-Quran seringkali
dijumpai perintah untuk berpikir tentang fenomena alam di sekitar kita. Islam juga
menuntut umatnya agar mencari bekal untuk kehidupan sekarang di dunia dan bahkan
mengharamkan meninggalkan anak keturunan dalam keadaan miskin. Namun, islam
juga tidak mengajarkan untuk menempatkan rasio dan materi di atas segala-
segalanya. Di luar itu, islam mengajarkan bahwa beribadah kepada Alloh lah yang
merupan esensi dari diciptakanannya manusia.manusia membutuhkan kecukupan
kebutuhan ruhani dan islam mencukupinya dengan ibadah.
Badan, karena mempunyai hawa nafsu bisa menyeret manusia kepada
kejahatan serta kehidupan yang tidak bersih. Di sisni lah kemudian unsur ruh harus
diperhatikan. Ruh manusia berasal dari unsur yang suci dan mengajak kepada
kesucian. Namun ruh ini harus dilatih sebagaimana badan manusia juga mendapatkan
latihan dan ibadahlah yang memberikan latihan bagi ruhani yang begitu dibutuhkan
oleh manusia. Namun demikian, meskipun manusia berkewajiban beribadah, tunduk,
serta taat kepada Alloh, pada prinsipnya Alloh tidak membutuhkan sesembahan
manusia justru manusialah yang memiliki kebutuhan untuk menyembah Alloh SWT.
Karenanya, dalam Al-Quran ditegaskan bahwa ibadah merupakan tujuan penciptaan
jin dan manusia:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya beribadah kepada-
Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki
supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Alloh Dialah Maha
Pemberi Rizki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. (QS. Adz-Dzariyat
[51]: 56-58).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa khikmah penciptaan manusia dan jin adalah
agar melaksanakan ibadah hanya kepada Alloh. Di sana juga ditegaskan, meskipun
manusia dan jin diperintahkan untuk menyembah Alloh, tapi itu bukan berarti Alloh
sangat suka disanjung dan disembah. Alloh Maha Kaya. Dia tidak membutuhkan
ibadah manusia, tapi manusialah yang sesungguhnya butuh beribadah kepada Alloh.
Alloh tak punya kepentingan apapun dengan penyembahan itu. Selain untuk
beribadah kepada-Nya, kehidupan juga merupakan tempat ujian untuk menyeleksi
mana diantara hamba-hamba-Nya yang paling baik amalnya, sebagaimana Firman-
Nya:
Dialah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara
kamu yang lebih baik amalnya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS Al-
Mulk [67]: 2).
(Prof. Dr. Yusron Razak, M.A., dkk: 2011, 139-142)
D. Prinsip Ibadah
Prinsip ibadah dalam islam sebagai berikut:
9. Yang berhak disembah hanyalah Alloh.
Alloh telah mengutus para Rasul-Nya yaitu untuk mengarahkan manusia
agar dapat menunjukkan ibadahnya kepada Alloh, Tuhan yang telah menciptakan
manusia dan alam seluruhnya; tidak beribadah kepada selain Alloh karena hanya
Alloh sajalah Tuhan yang berhak disembah.
Ibadah merupakan hal yang mutlak dalam agama, serta merupakan
tuntutan pembawaan kodrat jiwa manusia sendiri, Al-Quran dan Sunah Rosul
memberikan penegasan yang amat jelas bahwa hanya Alloh sajalah Tuhan yang
berhak disembah.
Banyak ayat A-Quran yang memberikan penjelasan demikian. Ruh ajaran
islam adalah tauhid, menegaskan Tuhan secara mutlak. Islam menjadikan
persaksian bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Alloh dan bahwa
Muhammad adalah Rasul Alloh sebagai salah satu sendi agama.
QS Al-Faatihah ayat 5 mengajarkan bahwa hanya Alloh yang berhak
disembah dan dimintai pertolongan. QS An Nisaa ayat 36 memerintahkan agar
orang menyembah hanya kepada Alloh, jangan ada sesuatu pun yang disekutukan
kepada Alloh. QS An Nahl ayat 36 menegaskan bahwa ajakan beribadah hanya
ditujukan kepada Alloh itu jugalah yang menjadi inti ajaran para Rosul Alloh
semuanya.
Memprsekutukan sesuatu kepada Alloh dinamakan syirik. QS An Nisaa
ayat 48 menegaskan bahwa syirik adalah perbuatan dosa terbesar yang tidak akan
memperoleh ampunan Alloh.
Dalam QS Al Araaf ayat 194 diajarkan bahwa selain Alloh, semua yanga
ada di alam ini adalah makhuk seperti manusia juga, yang tidak berhak disembah.
Manusia adalah makhluk Alloh yang berkehormatan dan mempunyai
kedudukan yang utama dibanding dengan makhluk Alloh lainnya. Maka jika
menyembah kepada selain Alloh, menyembah kepada makhluk sesama Alloh,
seperti : malaikat, jin, sesama manusia, binatang, benda langit, kayu, batu, dan
roh, berarti ia menurunkan derajat kemanusiaannya yang diberi tempat demikian
tinggi oleh Alloh swt.
Islam menutup rapat-rapat pintu kemusyrikan. Karena syirik adalah dosa
terbesar yang tidak akan memperoleh ampunan sebab menyinggung keesaan
Tuhan, Islam menutup pintu serapat-rapatnya agar kemusyrikan benar-benar dapat
dihindarkan.
Nabi dengan keras melarang kaum muslimin keterlaluan dalam
memberikan penghormatan kepadanya. Kepada para sahabatnya. Nabi
mengatakan,
Jangan kamu keterlaluan memberi penghormatan kepadaku seperti
kaum serani yang telah keterlaluan memberi penghormatan kepada Isa bin
Maryam, dan katakan saja hamba Alloh dan pesuruh-Nya (HR Bukhari-
Muslim).
Hadist riwayat Nasai dari Anas mengatakan bahwa pada suatu ketika
orang-orang yang menyebut Nabi yang bernada penghormatan melampaui batas,
yaitu dengan kata-kata, Ya Rasululloh, ya khairana wa ibna khairina, wa
sayyidina,wa ibna sayyidina (wahai utusan Alloh, wahai orang terbaik di antara
kita dan anak orang yang terbaik di antara kita, tuan kita dan anak tuan kita).
Mendengar sebutan semacam itu, Nabi mengatakan.
Wahai umatku, katakanlah apa yang ingin kamu katakan, tetapi jangan
sekali-kali katamu dijerumuskan setan: saya adalah Muhammad, hamba Alloh
dan pesuruh-Nya. Saya tidak senang bila kamu mengagung-agungkan saya,
menempatkan pada kedudukan yang lebih tinggi daripada kedudukan yang telah
diberikan Alloh kepada saya.
Dalam salah satu riwayat dinyatakan bahwa Nabi mengatakan juga, As-
sayyid Alloh Tabaraka wa Taala (Yang Tuan adalah Alloh Yang Maha Memberi
Barakah dan Maha Tinggi).
Pada suatu ketika terjadi pula, ketika Nabi datang, para sahabat
menghormatinya dengan berdiri. Kemudian Nabi menyuruh mereka duduk, dan
mengatakan.
Jangan kamu menghormat dengan berdiri, seperti orang Ajam yang
menghormat raja mereka dengan cara berdiri. (HR Abu Daud dan Ibnu Majah).
Kuburan tidak boleh dijadikan menjadi masjid. Kemusyrikan amat
banyak terjadi dalam hidup manusia melalui kuburan. Keterlaluan dalam
menghormat arwah nenek moyang, orang saleh, dan orang yang dipandang suci,
telah banyak menimbulkan bermacam ibadah dan pemujaan. Misalnya, minta
berkah kepada arwah orang yang dikuburkan, menjadikan arwah mereka sebagai
perantara untuk memohon sesuatu kepada Tuhan dengan berbagai macam
upacara, memberikan saji-sajian di atas kuburan, dan sebagainya.
Untuk menutup pintu kemusyrikan melalui kuburan itu, Nabi tidak
membenarkan sama sekali orang melampaui batas dalam menghormat kuburan.
Beliau pernah berdoa kepada Alloh, Ya Alloh, jangan Engkau jadikan kuburanku
sebagai berhala yang disembah. Beliau mengatakan juga Alloh amat murka
terhadap kaum yang menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai masjid.
(HR Malikdalam kitabnya Al-Muwattha)
Pernah Ali bin Husain melihat seseorang datang di kubur Nabi, lalu
berdoa di atasnya. Ali melarang, kemudian menyampaikan ajaran Nabi yang
didengarnya dari Husain, dari Ali bin Abi Thalib, jangan kamu menjadikan
kuburanku tempatkamu berhari raya, dan jangan pula kamujadikanrumahmu
sebagai kuburan; salawat dan salam yang kamu baca untukku dapat sampai
kepadaku di mana pun tempatmu.
Yang dimaksud berhari raya dikuburan adalah mengadakan upacara
semacam ibadah pada hari tertentu; dan yang dimaksud dengan menjadikan
kuburan sebagai masjid adalah menjadikan kuburan sebagai tempat untuk
melakukan ibadah kepada Tuhan.
Telah menjadi kebiasaan umat sebelum islam, jika ada orang saleh di
antara mereka meninggal, kemudian di atas kuburnya mereka dirikan tempat
ibadah yang diisi pula dengan patung orang yang dikubur di tempat itu. Kaum
Nabi Nuh menyembah berhala yang berasal dari patung orang saleh yang telah
meninggal.
Rumah yang menjadi kuburan berarti jangan kita jadikan rumah itu hanya
untuk tidur, tidak pernah untuk beribadah kepada Tuhan, seperti salat sunat,
membaca Al-Quran, dan sebagainya.
Bersumpah dengan Asma Alloh saja. Bersumpah jangan dengan nama
selain asma Alloh sebab menjadikan sesuatu untuk bersumpah berarti
mengagungkan dan mengkuduskan yang disebut untuk bersumpah itu.
Mengagungkan dan mengkuduskan tidak dibenarkan selain kepada Alloh saja.

Dalam hal ini Nabi mengajarkan,


Barang siapa ingin bersumpah hendaklah bersumpah dengan asma
Alloh saja. (HR Nasai)
Nabi mengajarkan juga,
Barang siapa bersumpah dengan selain Alloh, berarti ia telah
menyekutukan Alloh. (HR Turmudzi dan Hakim).
Nabi juga melarang orang bersumpah dengan menyebut nama nenek
moyang. (HR Ibnu Majah).
Orang pada zaman jahiliah bersumpah dengan kata: demi Kakbah, yang
kemudian diperintahkan Nabi supaya diganti dengan menggunakan kata: Demi
Tuhan Yang Memelihara Kakbah. (HR Nasai)
Sembelihan dan Nazar Hanya Karena Alloh Saja. Islam
mengharamkan orang menyembelih binatang yang ditujukan kepada selain Alloh.
Nabi mengajarkan bahwa Alloh melaknat orang yang menyembelih binatang
untuk selain Alloh. (HR Bukhari). Islam mengharamkan binatang yang
disembelih dengan menyebut selain Alloh, demikian pula binatang yang
disembelih dengan maksud untuk saji-sajian berhala dan sebagainya.
Kerbau yang disembelih dengan tujuan untuk ditanam kepalanya, guna
menjadi saji-sajian bagi makhluk halus ketika akan memulai membangun gedung
misalnya, termasuk sembelihan yang haram, dan perbuatan itu sendiri termasuk
syirik. Binatang yang disembelih untuk saji-sajian Nyai Roro Kidul, termasuk
sembelihan yang haram dan perbuatannya itu sendiri termasuk syirik.
Sedemikian keras islam mengajarkan agar jangan sampai orang terjerumus
dalam kemusyrikan, sampai mengharamkan penggantungan jimat untuk penolak
bahaya, pergi ke dukun untuk bertanya nasib, mendatangi orang tua untuk diberi
daya tarik terhadap orang lain, daya kebal, dan sebagainya. Semua itu justru guna
menjaga keselamatan manusia sendiri jangan sampai dimurkai Tuhan karena
menyekutukan sesuatu dengan Tuhan,yang berarti menyinggung keesaan Tuhan.

2. Ibadah tanpa perantara.


Manusia dalam sejarahnya telah merusak ajaran agama. Agama diturunkan
Alloh guna mengangkat derajat manusia.namun, yang terjadi justru sebaliknya,
dengan agama yang telah dirusakkan itu, manusia menjadi turun derajat
kemanusiaannya. Yang mengherankan, justru yang menyebabkan rusaknya agama
itu adalah orang agama sendiri, para pejabat keagamaan. Merekalah yang
mempunyai konsepsi bahwa jarak antara manusia dan Tuhan jauh.untuk
memanjatkan doa kepada Tuhan, manusia awam tidak dapat secara langsung,
tetapi harus dengan perantaraan mereka. Hanya kaum ahli agama yang dapat
langsung mendekatkan diri kepada Tuhan. Di atas dasar konsepsi serupa itulah
para ahli agama atau karyawan agama itu menentukan berbagai macam syarat dan
ikatan mengenai ibadah. Mereka menentukan tempat khusus untuk beribadah
menentukan perantara dan upaca yang tidak boleh dilanggar. Pelanggaran
terhadap cara yang telah ditentukan mengakibatkan ibadah itu tidak sah dan tidak
akan diterima Tuhan. Dan untuk melakukan ibadah itu diperlukan berbagai
macam syarat sajian dan sekesar uang untuk para perantara yang memonopoli
uruan keagamaan. Memebaca kitab suci menjadi wewenang mereka saja,
membaca doa juga menjadi demikian.
Islam Menghilangkan Ikatan Tempat. Islam mengembalikan ajaran
agama yang murni berasal dari wahyu. Hubungan manusia dengan Tuhan tidak
usah dengan perantaraan apa pun dan siapa pun. Ibadah dapat dilaksanakan di
tempat mana pun dan tanpa upacara di depan karyawan agama.
Khusus mengenai tempat melakukan ibadah, Islam mengajarkan bahwa
bumi Alloh ini adalah masjid yang amat luas bagi kaum muslimin. Hadis Nabi
riwayat Bukhari-Muslim mengatakan,
bumi ini dijadikan Allo untukku sebagai masjid dan alat bersuci. Siapa
pun yang menjumpai waktu salat, hendaklah ia mengerjakan dimana ia berada.
Satu-satunya tempat yang dikhususkan untuk melakukan ibadah adalah
Baitullah di Mekkah, dan daerah sekitarnya untuk melakukan ibadah haji.
Islam membebaskan manusia dari ikatan system perantara.
Firmah Alloh SWT
#s)ur y7s9r'y $t6 h_t oT*s =s% (
=_& nouqy #$!$# #s) b$ty (
(#q6ftGu=s < (#qZBs9ur 1
Ng=ys9 crt
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka
(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS Al-Baqarah [2]: 186)
Dan sungguh benar-benar Kami telah menciptakan manusia dan mnegetahui
apa yang dibisikkan oleh jiwanya. Dan Kami sangat dekat daripada urat
lehernya. (QS. Qaf/50: 16)
Dan Dia (Allah) bersama kamu di manapun kamu berada, dan Allah terhadap
apa yang kamu kerjakan Maha Melihat. (QS. Al-Hadid/57: 4)
Oleh karena Allah SWT berada sangat dekat dengan hamba-hamba-Nya
dan Maha Mnegetahui segala apa yang dilakukan oleh hamba-Nya, maka dalam
berdoa sudah seharusnya langsung dimohonkan kepada Allah, dan tidak melalui
perantara siapapun dan apapun juga selain yang dituntunkan oleh Allah SWT.
(Syakir Jamaluddin, M.A: 2010, 1-2)
Dalam suatu hadis riwayat Bukhari disebutkan bahwa Nabi pernah melihat
para sahabatnya membaca doa dengan suara keras, lalu beliau pun
memperingatkan supaya mereka berdoa dengan suara yang cukup terdengar oleh
mereka sendiri karena Alloh tidak tuli dan tidak pula jauh. Alloh Tuhan Yang
Maha Mendengar dan dekat kepada manusia.
Islam, yang mengajarkan bahwa hubungan Alloh dengan manusia amat
dekta itu, mengajarkan pula bahwa manusia adalah makhluk diantara makhluk
Alloh yang lain. Oleh karena itu, untuk berhubungan kepada Alloh, ia tidak
memerlukan perantaraan apa dan siapa pun juga.
Dalam hadis riwayat Ahmad dan Muslim, Nabi mengajarkan bahwa Alloh
memberi kesempatan manusia beristirahat pada malam hari sehingga apabila telah
masuk sepertiga malam yang akhir, Dia turun ke langit dunia, kemudian berseru
adakah orang yang mohon ampun, adakah orang yang bertaubat, adakah orang
yang memohon, adakah orang yang berdoa, demikian itu berlangsung sampai
masuk waktu fajar.
(#qZtF$#ur 99$$/ o4qn=9$#ur 4 $pkX)ur
ou7s3s9 w) n?t ts:$#
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (QS Al-
Baqarah [2]: 45)
Demikianlah Alloh mendidik hati nurani manusia untuk merasakan bahwa
Alloh benar-benar dekat dan sealalu beserta manusia di mana pun ia berada; dan
untuk berhubungan dengan Alloh cukup dilakukan sendiri, tidak perlu dengan
perantaraan apa pun dan siapa pun. Selain Alloh semuanya hanya makhluk seperti
manusia juga, tidak berhak menjadi perantara. Namun, ini tidak berarti manusia
dan Tuhan dapat bersatu, seperti yang hidup dalam keyakinan para penganut
aliran panteisme. Islam tidak mengajarkan manunggaling kawula gusti. Tuhan
tidak pernah menjelma pada manusia dan manusia pun tidak akan pernah
mempunyai sifat ketuhanan.

3. Ikhlas sendi ibadah yang akan diterima.


Ikhlas adalah niat hati yang murni untuk memperoleh keridaan Allah
semata-mata. Ibadah yang disertai hati yang ikhlas sajalah yang akan diterima
sebagai pengabdian kepada Allah. Hakikat ibadah bukan dalam bentuk pekerjaan
lahiriah, tetapi pada hati yang murni.
QS Al Kahfi [18]: 110 mengajarkan, barang siapa yang mengharapkan
bertemu dengan Allah, hendaklah berbekl amal saleh dan hati yang ikhlas,
tidakberbau mempersekutukan sesuatu denagn Tuhan.
QS Al Bayyinah [98]: 5 menyebutkan bahwa seorang Ahli Kitab hanyalah
diperintah untuk beribadah kepada Allah dengan niat yang murni, taat kepada
Allah dan jauh dari kemusyrikan, mendirikan salat dan membayar zakat.
Hadis Nbi riwayat Bukhar-Muslim dari Umar mengajarkan bahwa nilai
perbuatan adalah bergantung pada niatnya, tiap-tiap orang akan memperoleh
sesuai denagn niatnya; orang yang ikut hijrah karena Allah dan mengikuti Rasul-
Nya, ia akan memperoleh pahala Allah karena mengtikuti Rasul-Nya; sedang
orang yang ikut hijrah, tetapi dengan niat untuk memperoleh keduniaan atau
untuk mengikuti perempuan yang akan dikawini, hijrahnya akan memperoleh
sesuai dengan niatnya.
Dari banyak ayat Al Quran dan hadis Nabi diperoleh penegasan bahwa
hanya ibadah yang akan diterima Allah. Ibadah yang tidak disertai keikhlasan
adalah kulit tanpa isi. Ibadah tanpa keihklasan tidak akan berbekas, akan menjadi
ibarat buih yang lenyap dibawa arus.
Untuk meyakinkan berapa besar nilai ikhlas sebagai sendi diterimanya
ibadah oleh Allah. hadis Nabi riwayat Muslim, Nasai, Turmudzi, dan Ibnu Makah
yang berasal dari Abu Hurairah r.a. mengajarkan bahwa pertama-pertama orang
yang memperoleh balasan pada hari Kiamat adalah orang yang mati syahid, mati
dalam peperangan membela agama Allah; pada waktu kepadanya telah
diperlihatkan nikmat Allah dan ia pun melihatnya; kemudian ia ditanya tentang
amal yang telah dilakukan untuk memperoleh nikmat itu. Ia menjawab bahwa ia
telah ikut berperang untuk membela agama Allah hingga mati syahid. Namun,
jawaban itu tidak diterima, ia dinyatakan bohong karena ia berperang dengan niat
untuk mendapat pujian orang sebagai orang pemberani. Pujian orang itu benat-
benar telah dinyatakan sehingga diseretlah dia dan dimasukkan neraka; dan orang
yang mempelajari dan mengajarkan ilmu serta membaca Al Quran; pada waktu
kepadanya telah diperlihatkan nikmat Allah dan ia pun melihatnya, kemudian ia
ditanya perbuatan apa yang ia lakukan untuk mendapat nikmat Allah itu; ia pun
menjawab bahwa ia telah mempelajari ilmu dan mengamalkan serta membaca Al
Quran untuk memperoleh ridha Allah. Namun, jawaban itu tidak diterima; ia
dinyatakan bohong karena ia mempelajari ilmu dengan niat agar dikatakn orang
orang pandai dan membaca Al Quran untuk dinyatakan/dikatakn pembaca Al
Quran; kata-kata itu telah diucapakan, ia telah mendapatkan apa ynag menjadi
niatnya sehingga diperintahkan untuk membawa orang itu, lalu diseretlah dia dan
dimasukkan neraka; dan orang yang dilapangkan Allah rezekinya, kepadanya
diberikan berbagai macam harta; ia didatangkan untuk diperlihatkan nikmat Allah,
dan ia pun mengetahuinya, kemudian ia pun ditanya apakah yang telah diperbuat
untuk memperoleh nikmat itu, ia pun menjawab bahwa ia telah membelanjakan
hartanya dengan berbagai macam cara yang disukai Allah untuk memperoleh
keridaan-Nya. Namun jawaban itu tidak diterima, ia dinyatakan bohong sebab ia
lakukan semua itu dengan maksud agar dikatakan orang pemurah, dan maksudnya
telah tercapai, kemudian diseretlah orang itu dan dimasukkan neraka.
Beramal dengan maksud mendapat pujian orang itu disebut riya
(memperlihatkan kebaikan kepada orang lain). Amal yang menurut lahiriahnya
termasuk kebaikan itu, pabila motifnya adalah riya, tidak akan menjadi ibadah
yang di hadirat Allah.
4. Ibadah sesuai dengan tuntunan.
Kecuali dengan niat yang ikhlas karena Allah, ibadah harus dilakukan
ndengan cara yang telah dituntunkan. Ibadah tidak dilakukan dengan cara yang
dibuat oleh manusia sendiri.
QS Al Khfi [18]: 110 mengajarkan agar orang berbekal amal saleh yang
tidak berbau syirik jika ingin bertemu dengan Allah.
QS An Nisaa [4]: 125 mengajarkan bahwa sebaik-baik agama orang
adalah yang menyerahkan diri kepada Allah dan berbuat ihsan.
Seseorang dikatakan berbuat ihsan dan beramal saleh apabila ia ber-
taqarrub, mendekatkan diri kepada Allah dengan cara yang telah disyariatkan
Allah, bukan dengan cara yang dibuat oleh manusia sendiri.
Apabila manusia dibenarkan membuat cara sendiri dalam urusan ibadah,
pasti terjadi bentuk yang beraneka ragam dan terjadi penyelewengan sebagaimana
yang dialami umat terdahulu; umat sekarang pun demikian.
Misalnya, cara melakukan salat, diperintahkan dalam hadis Nabi riwayat
Bukhari, Salatlah kamu seperti kamu melihat aku mengerjakan salat. Nabi salat
menghadap kiblat, berdiri, ruku, sujud, membaca surah Fatihah, dikerjakan 5
waktu sehari semalam, dan sebagainya harus diikuti, tidak boleh diganti dengan
cara lain sesuai dengan selera manusia sendiri.
Untuk mencegah agar dalam urusan ibadah tidak timbul berbagai
penyelewengan, hadis Nabi riwayat Muslim dll. memperingatkan bahwa orang
yang beramal tanpa dasar tuntutan agama akan ditolajk, tidak akan diterima Allah.
Hadis Nabi riwayat Muslim juga mengajarkan bahwa tiap-tiap hal yang diadakan
baru, tanpa dasar tuntutan syarak, adalah bidah dan setiap bidah adalah
kesesatan.
QS Ali Imron [3]: 31 mengajarkan bahwa orang yang benar-benar cinta
kepada Allah harus mengikuti tuntunan yang diberikan Nabi saw.
QS Al Maidah[5]: 3 menegaskan bahwa Islam yang dibawakan oleh Nabi
Muhammad saw. adalah agama yang telah sempurna.
Penegasan ini meyakinkan kepada kita bahwa segala sesuatu yang
memang merupakan ajaran yang absolut dan tetap, yaitu dalam bidang akidah,
ibadah khusus, dan akhlak, tidak akan mengalami perkembangan, penambahan,
maupun pengurangan dan tidak menjadi wewenang manusia untuk mengaturnya.

5. Memelihara keseimbangan antara unsur rohani dan jasmani.


Pada uraian di muka telah disebutkan bahwa Islam memandang manusia
sesuai denagn hakikatnya. Ajaran Islam ditujukan kepada manusia agar
memperoleh pedoman yang menjamin kebahagiaan dan kesejahteraasn hidup
duniawi dan ukhrowi, jasmsni dan rohani peroranagn mau[pun kemasyarakatan.
Manusia merupakan kesatuan unsur perasaan, akal, dan badan jasmani.
Manusia hidup memerlukan hasil potensi alam. Manusia hidup memerlukan
hubungan dengan Tuhan. Hubungan dengan Tuhan dilakukan dengan Iman yang
bersendi tauhid mutlak dan ibadah yang ikhlas sesuai dengan tuntutan yang
diberikan.
Islam mengajarkan bahwa kenyataan manusia yang berunsurjasmani dan
rohani, hidup di dunia menuju akhirat itu, harus memperoleh tempatmasing-
masing secara seimbang.
QS Al Baqarah [2]: 201 mengajarkan agar manusia mohon kepada Tuhan
untuk diberi kebaikan hidup di dunia, dan kebaikan hidup di akhirat serta
dipelihara dari siksa neraka.
QS Al Qashash [28]: 77 mengajarkan agar orang mencari perkampungan
akhirat dalam pemberian Tuhan, teatp jangan melupakan bagiannya hidup di
dunia.
Hadis riwayat Bukhari darei Abdullah bin Amr menceritakan bahwa pada
suatu hari Rasulullah datang ke rumah Abdullah untuk menanyakan berita orang
yang mengatakan bahwa waktu Abdullah habis untuk beribadah, malam hari
untuk mengerjakan salat dan siangnya untuk berpuasa. Setelah Abdullah
membenarkan berita itu, Rasul bersabda,
Jangan kau lakukan demikian, salat, tidur, puasa, dan bebukalah kamu;
jasadmu mempunyai hak yang wajib kaupenuhi; matamu mempunyai hak yang
wajib kau penuhi, tamumu mempunyai hak yang wajib kau penuhi; keluargamu
juga mempunyai hak yang wajib kau penuhi; mungkin umurmu akan panjang,
cukuplah kau berpuasa tiga hari tiap-tiap bulan, setiap kebaikan diberi pahala
sepuluh kali lipat, dengan demikian, puasa tiga hari tiap-tiap bulan itu seperti
puasa sepanjang masa.
Abdullah merasa sangat ringan puasa tiga hari tiap-tiap bulan
itu,dikatakannya kepada Nabi bahwa ia masih kuat lebih dari itu, lalu Nabi
bersabda, kalau begitu puasalah tia hari tiqaap-tiap minggu. Abdullah masih
merasa ringan, dikataknnya pula kepada Nabi bahwa masih kuat lebih dari itu,
lalu Nabi bersabda, Kalau begitu puasalah sepertipuasa Nabi Daud.
Ditanyakan bagaimana puasa Nabi Daud itu, oleh Nabi dijawab, Setengah
panjang masa. (Yang artinya/dimaksudkan adalah sehari berpuasa, sehari
berbuka).
Dari beberapa ayat Al Quran dan hadis Nabi tersebut dapat diperoleh
kepastian bahwa pelaksanaan ibadah dalam Islam tidak boleh sampai
mengabaikan kewajiban yang menyangkut kebutuhan jasmaniah dan duniawiah.
Islam mengajarkan agar manusia tidak usah mengurangi sifat kodrat
kemanusiaannya. Manusia perlu bekerja untuk mencukupkan kebutuhan
hidupnya. Manusia hendaknya bekerja untuk memajukan dan meningkatkan
kehidupan di dunia ini. silakan mencari rizqi ke segala pelosok di seluruh
dunia,menggali tambang bercocok tanam, membuka perusahaan berdagang,
bekerja untuk mendapatkanupah, dan mencari pekerjaan lainyang berguna.
Yang harus menjadi perhatian adalah jangan sampai usaha keduniaan itu
melalaikan orang dari berhubungan dengan Allah, Tuhan yang memberikan hidup.
Jangan sampai usaha memenuhi kebutuhan jasmaniah melalaikan usaha
memenuhikebutuhan rohaniah. Kainginan memperoleh kesenangan hidup di dunia
sementara ini jangan sampai mendesak kebutuhan membekali diri untuk hidup
kekal di akhirat. Orang jangan sampailupa kepada Allah, nanti ia akan lupa
hakikat dirinya dan hakikat wujudnya.
Dalam hubungan ini, QS Al Hasyr [59]: 18-19 memperingatkan kepada
kita, orang beriman, hendaklah kita bertakwa kepada Allah. Masing-masing kita
hendaknya memeriksa bekal apakah yang telah disiapkan untuk menghadapi
kehidupan di akhirat kelak. Hendaklah kita bertakwa kepada Allah. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang kita lakukan. Jangan hendakya kita
seperti orang yang lupa kepada Allah sehingga Allah pun melupakan mereka
terhadap diri mereka sendiri. Orang yang lupa kepada Allah adalah orang yang
durhaka.
Dari ayat tersebut dapat diperoleh kesimpulanbahwa fungsi ibadah adalah
untuk membimbing manusia agar hidupnya tidak hanya dihabiskan untuk
mengejar kesenangan hidup di dunia, lupa kepada Tuhan yang menciptanya, dan
akhrnya ia sendiri lupa pada hakikat dirinya. Ibadah berfungsi [ula untuk
memperingatkan orang nyang telah lupa kepada Tuhan atau lupa akan adanya
kahidupan abadi di akhirat.
QS Al Jumah [69]: 9-10 mengajarkan agar kita kaum yang beriman, bila
telah mendengar seruan untuk melakukan salat jumat, hendaklah memenuhi
seruan itu untuk melakukan salat. Jual beli kita tinggslksn dulu. Hal inilah yang
lebih baik bagi kita jika kita mau tahu. Apabila salat telah selesai dikerjakkan,
hendaklah kita bertebaran di bumi. Kita berusaha memperoleh rezeki anugerah
Allah, dan hendaklah kita selalu ingat kepada Allah agar kebahagiaan benar-benar
kita peroleh.
Dari dua ayat tersebut kita mendapat gambaran yang amat jelas tentang
ajaran Islam. Orang Islam hendaknya bekerja memperoleh kecukupan hidupnya,
berdagang, dan sebagainya. Namun, jika waktu salat telah tiba, kerjakan salat
pada waktunya. Sehabis salat bekerja lagi untuk memperoleh rezeki anugerah
Allah. Dalam melaksanakan kehidupan duniawi hendaknyaselalu memperhatikan
ketentuan Allah.

6. Mudah dan meringankan.


QS Al Baqarah [2]: 286 mengajarkan kepada kita kaum yang beriman
supaya berdoa kepada Allah agar jangan sampai dibebani hal yang berat, seperti
yang pernah dibebankan kepada umat sebelum kita.
Dalam ayat tentang puasa (QS Al Baqarah [2]: 185) terdapat penegasan
bahwa Allah menghendaki kemudahan untuk kita kaum yangberiman,tidak
menghendaki kesukaran. QS Al Hajj [22]: 78 menegaskan bahwa Allah tidak
menjadikan kesempitan sedikit pundalam agama.
Dalam QS Al Maidah [5] : 6 dinyatakan pula bahwa Allah tidak
menghendaki untuk mempersempit kaum yang beriman.
Hadis Nabi riwayat Ahmad mengatakan,
Aku diutus membawa ajaran yang lurus (dalam bidang akidah) dan
mudah (dalam perintah dan hukum).
Hadis Nabi riwayat Bukhari mengajarkan,
Sesungguhnya, agama itu mudah: seseorang yang memberati diri dalam
melaksanakan ajaran agma, pasti ia akan tidak sanggup (kewalahan). Oleh
karena itu, laksanakan ajaran itu dengan tepat, jangan kamu berat-berati dirimu
dan gembirakanlah orang lain dalam melaksanakan ajaran agama itu.
Di antara sifat Nabi yang harus kita teladani ialah bahwa apabila diminta
memilih antara dua perkara niscaya beliau memilih mana yang lebih
muda,asalbukan perbuatan dosa (HR Bukhari).
Nabi juga memperingatkan agar kita jangan keterlaluan dalam
melaksanakan ajaran agama karena umat sebelum kita mengalami kehancuran
justru karena keterlaluan itu (HR Muslim). QS Al Maidah [5]: 77 berseru kepada
Ahli Kitab agar jangan keterlaluan dalam melaksana-kan agama, tidak seperti
yang sebenarnya diajarkan Allah. Jangan pula mereka mengikuti hawa nafsu
orang yang tekah sesat sebelum mereka, dan telah menyesatkan orang banyak
juga, mereka pun sesat dari jalan yang lurus.
QS Al Hadiid [57]: 27 menunjukkan hal hal yang dipandang keterlaluan
dalam melaksanakan agaman di kalangan Ahli Kitab yaitu lembaga rahbaniyyah,
tidak kawin, dan mengurungdiri biara, yang mereka adakan, padahal Allah tidak
memerintahkannya.
Islammengajarkan bahwa ibadah itu mudah dan ringan dengan tujuan agar
orang dengan senang hati melaksanakannya secaracontinu. Jangan sampai
dirasakan terlalu banyak beban yang akan menyempitkanhidup manusia.
Keseimbangan hiduphendaknya selalu dapat terpelihara dengan sebaik-baiknya
sebab dalam dalam hidup ini kebutuhan manusia amatbanyak. Ia harus mencari
nafkah untuk diri sendiri dan orang yang menjadi tanggungjawabnya, harus
mencari ilmu agar dapat meningkatkan kehidupannya, harus menyelenggarakan
penyantunan kepada orang lain agar memperolehpedoman hidup yang benar, dan
seterusnya.
Hadis Nabi riwayat Bukhari mengajarkan,
Laksanakanlah amal sekedar kekuatan yang ada padamu, sungguh Allah
tidak akan bosan, kecuali bilakamu bosan.
Pernah Nabi masukke masjid danmelihattali yang ujungnya diikatkan pada
duabuah tiang. Oleh beliau, ditanyakan untuk apa tali itu, dan diperoleh jawaban
bahwa yang mengikat tali itu adalah Zainab. Jika ia mengerjakan salat dan tiba-
tiba merasa payah, ia pegang tali itu untuk memungkinkan mengerjakan salat
selanjutnya. Nabi lalu memerintahkan, Lepaskanlah taliitu, lakukanlah salat
sesuai dengan kekuatan badan; bila terasa lemah atau payah, cukup dengan
duduk.
Dalam hadis riwayat Bukhari disebutkan bahwa pernah Nabi menegur
Muadz yang menjadi imam salat jamaah terlalu lama. Agar tidak sampai
menggelisahkan para makmum, jangan membaca surah yang terlalu panjang.
Hendaknya diingat bahwa di antara mereka ada yang lemah fisik, ada yang sudah
tua, dan ada pula yang mempunyai keperluan.
Nabi juga melarang puas tanpa berbuka pada malam hari. Beliau juga
mengajarkan juga bahwa puasa yang terbaik adalahpuasa Nabi Daud, sehari
berpuasa, sehari berbuka; tidak berpuasa setahun setiap hari misalnya.

7. Kemurahan dan Keringanan

sejalan dengan prinsip mudah dan meringankan dlam urusan ibadah, islam
pun mengatur banyak perkecualian, pembebasan dan kemudahan dalam keadaan
tertentu.
Misalnya, apabila orang sedang dalam bepergian untukmencari nafkah ke
kota lain dibolehkan memendekkan rakaat salat dan juga mengumpulkan dua
waktu salat menjadi satu (qashar dan jamak). Kecuali itu, dibolehkan juga
berbuka puasa Ramadan, tetapi harus membayar pada waktu lain.

Apabila orang sedang sakit, tidak kuat salat dengan berdiri,boleh salat
dengan duduk. Bila dudukpun masih merasa berat, boleh salat dengan berbaring.

Orang yang lanjutusia atau lapangan pekerjaannya amat berat sehingga


tidak sanggupberpusa Ramadan dibebaskan dari kewajiban berpuasa, diganti
dengan kewajiban membayar fidyah.

Orang yang tidak mungkin menggunakan air dalam berwudu atau mandi
dapat mengganti wudu dengan tayamum menggunakan debu.

QS Al Baqarah [2]: 286 mengajarkan bahwa Allah tidak membebani


seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

(KH Ahmad Azhar Basyir, MA : 2001, 16-44)


E. Macam-Macam Ibadah
Pada dasarnya ibadah bukan hanya berupa salat, zakat, puasa dan haji. Ibadah
terdiri dari ibadah khusus atau ibadah mahdah dan ibadah umum atau gair mahdah.
Ibadah dalam pengertian umum adalah bentuk hubungan manusia dengan manusia
atau manusia dengan dengan alam yang memiliki makna ibadah. menjalani kehidupan
untuk memperoleh keridaan Alloh, dengan mentaati syariah-Nya. Syariat Islam tidak
menentukan bentuk dan macam ibadah ini, karena itu apa saja kegiatan seorang
muslim dapat bernilai ibadah asalkan ibadah tersebut bukan perbuatan yang dilarang
Alloh dan Rosul-Nya serta diniatkan karena Alloh. Dengan demikian, semua
perbuatan yang diizinkan Alloh bila dikerjakan dengan tujuan memperoleh keridaan
Alloh merupakan ibadah dalam arti yang umum. Menunaikan hak diri pribadi sesuai
dengan perintah Alloh, seperti makan-minum, dan menuntut ilmu adalah ibadah.
Menunaikan kewajiban kemasyarakatan sesuai dengan perintah Alloh adalah ibadah.
Mengolah alam guna dimanfaatkan hasilnya untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia adaah ibadah. Memberi makan binatang yang kelaparan adalah ibadah.
Bekerja mencari nafkah untuk mencukupkan kebutuhan hidup diri pribadi dan orang
yang menjadi tanggungannya adalah ibadah. Untuk memudahkan pemahaman, para
ulama menetapkan kaidah ibadah umum, yaitu semua boleh dikerjakan kecuali yang
dilarang Alloh dan Rasul-Nya.
Bahkan islam juga tidak membenarkan jika orang hanya menghabiskan
waktunya hanya untuk melakukan ibadah khusus, mengabaikan segi ibadah umum.
Pernah Nabi melihat seorang sahabat menggunakan seluruh waktunya untuk
beribadah khusus. Nabi bertanya siapa siapa orang itu. Nabi mendapat jawaban
bahwa ia adalah di kalangan para sahabat. Nabi bertanya pula siapa yang
menanggung makannya sehari-hari. Nabi mendapat jawaban bahwa para sahabat
jugalah yang menanggung makannya. Nabi kemudian mengatakan, Kamu semua
lebih baik daripadanya.
(KH Ahmad Azhar Basyir, M.A: 2001, 15)

Ibadah macam kedua adalah ibadah khusus. Ibadah khusus adalah bentuk
ibadah langsung kepada Alloh yang macam dan cara melaksanakannya ditentukan
dalam syara, ditetapkan oleh Alloh atau dicontohkan oleh Rasululloh. Ibadah khusus
inilah yang bersifat tetap dan mutlak, cara pelaksanaannya sangat ketat, yaitu harus
sesuai dengan contoh Rasululoh. Manusia tinggal melaksanakan sesuai dengan
peraturan dan tuntunan yang ada, tidak boleh mengubah, menambah, atau
mengurangi. Penambahan dan pengurangan dari contoh yang telah ditetapkan disebut
bidah (bidah) yang menjadikan ibadah itu batal atau tidak sah.Misalnya, bersuci
untuk mengerjakan sholat dilakukan dengan menggunakan air. Bila tidak mungkin
menggunakan air, diganti dengan debu. Tidak boleh diganti dengan yang lain. Karena
itulah para ahli menetapkan satu kaidah dalam ibadah khusus yaitu semua dilarang,
kecuali yang diperintahkan Alloh atau dicontohkan Rasululloh.
Macam-macam ibadah khusus adalah salat termasuk di dalamnya taharah
(taharah) sebagai syaratnya, puasa, zakat, dan haji.
Ibadah, baik umum maupun khusus merupakan konsekuensi dan implementasi
dari keimanan terhadap Alloh SWT yang tercantum dalam dua kalimat syahadat,
yaitu asyhaduallaailaahaillallohu, waasyhaduannamuhammadar rosululloh.
Syahadat pertama mengandung arti tiada Tuhan yang patut diibadahi selain
Alloh, artinya segala bentuk ibadah hanya ditujukan kepada Alloh saja. Oleh karena
tugas hidup manusia di dunia adalah untuk beribadah, maka segaa sesuatu yang
dilakukan manusia adalah ibadah. Syahadat kedua mengandung arti pengakuan
terhadap kerasulan Muhammad yang bertugas memberikan contoh nyata kepada
manusia dalam melaksanakan kehendak Alloh. Dalam kaitan ibadah (khusus) berarti
bentuk-bentuk dan tata cara pelaksanaan ibadah yang dikehendaki Alloh yang telah
dicontohkan oleh Rasululloh.
(Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Isam: 2001, 145-146)
DAFTAR PUSTAKA

Razak, Yusron, dkk. 2011. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi &
Umum.Jakarta: UHAMKA PRESS

Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama


Islam, Departemen Agama RI. 2001. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada
Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: PT BULAN BINTANG.

Tim PAI (Pendampingan Agama Islam) Jamaah Al-Anhar Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta. 2001. Damai dalam Naungan Islam. Yogyakarta: Al-
Fath Offset

Basyir, Ahmad Azhar. 2001. Falsafah Ibadah dalam Islam. Yogyakarta: UII Press
Yogyakarta

Jamaluddin, Syakir. 2010. Shalat Sesuai Tuntunan Nabi SAW. Yogyakarta: LPPI
UMY
MAKALAH

STUDI ISLAM I

IBADAH

Anda mungkin juga menyukai