Anda di halaman 1dari 22

KEHADIRAN MUSIK METAL

BAGI REMAJA DI KOTA KUDUS

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Musik adalah media universal yang mampu berbicara dalam berbagai bahasa,
mampu menyuarakan isi hati para penciptanya dan mencerminkan kebudayaan dari
berbagai macam belahan dunia, belakangan ini musik sudah menjadi kebutuhan
bagi masyarakat luas. Musik juga dapat mempengaruhi seseorang, terbukti pada
trend fashion, banyak penikmat musik yang meniru gaya berpakaian dari musisi
yang mereka favoritkan.

Musik bukan sekedar kumpulan nada yg memiliki kepaduan dan harmonisasi serta
terikat dalam satu irama dan tempo yg beraturan. Sampai saat ini terdapat banyak
aliran musik yang ada di masyarakat seperti musik Pop, Rock, Jazz bahkan Metal
Underground. Metal merupakan salah satu aliran musik yang muncul sekitar awal
tahun 70-an.

Metal merupakan aliran musik yang lebih keras dibandingkan dengan Rock walau
terdapat juga band metal yang memiliki lagu dengan nyanyian yang terkesan slow.
Genre Metal yang dikategorikan keras dimana lagunya memiliki vocal ala scream,
growl dan yang terbaru adalah pigsqueal. Begitu banyak kesalahpahaman
pandangan dan persepsi orang tentang aliran metal, dan dengan hal itu adalah
cukup sebagai alasan untuk membuat orang lebih tahu tentang betapa mereka
salah menilai tentang aliran metal

Musik metal ditandai oleh ritme yang cepat dan keras serta hingar bingar penonton
dan pemusik yang mengayun-ayunkan kepala ke atas dan kebawah (topdown),
berputar (circular swing), atau dengan kepala berputar sambil diayunkan ke atas
dan ke bawah (the whip), gerakan kepala memutar tak menentu (drunken style),
menggerakkan kepala ke sisi kiri dan kanan (side to side), serta the whiplash yakni
mengayunkan kepala ke atas dan ke bawah dengan kecepatan penuh.

Secara umum, lirik dan gaya pertunjukkan musik metal ini diasosiasikan dengan
konsep maskulinitas. Kehadiran musik metal bagi masyarakat Kudus sendiri sudah
terbilang cukup lama berkembang. Sejak tahun 1996 musik metal mulai diketahui
oleh masyarakat Kudus walau tidak banyak peminatnya. Seperti halnya sejarah
musik metal di Eropa bahwa aliran musik ini mengandung aliran sesat dengan
berbagai ritualnya ketika pementasan band, musisi band metal di Kudus dahulu
juga pernah menggunakan ritual tersebut.

Para musisi underground di Kudus hanya mengapresiasikan kreasi lagunya dan


kepiawaiannya dalam bermusik. Aliran musik metal di Kudus terus berkembang
hingga tahun 2009 lalu peminatnya bertambah terutama di kalangan remaja Kudus.
Walaupun terlalu keras nada dan tidak jelasnya lagu yang dinyanyikan, peminat dari
musik metal juga tidak kalah populer dibanding penggemar musik pop yang sering
muncul di tv.

Penggemar musik metal di dunia diantaranya 90 % berjenis kelamin laki-laki dan


sisanya perempuan dari anak SD, remaja, hingga dewasa. Peminatnya juga tidak
berprofesi sebagai musisi saja namun, mereka ada yang berprofesi sebagai
pengangguran, pelajar, guru SD, penjual, dosen universitas, seniman hingga
gubernur DKI Jakarta.

Kota Kudus sekarang ini dapat dikatakan mendapat peringkat nomor 5 se-Indonesia
sebagai penyelenggara event metal tersukses dan penikmat musik keras setelah
kota Bandung, Surabaya, Jakarta, Yogyakarta. Berbeda dengan kota Bandung yang
kehadiran musik metal sudah membudaya dengan campuran ragam alat musik
daerah. Berbeda lagi dengan musik metal di Eropa yang bersifat satanis, di Kudus
penikmat musik metal jelas memiliki idealisme yang berbeda dengan satu sama
lain.

Di daerah Jurang banyak penikmat musik metal tetap eksis di dunia musik keras
yaitu band metalnya namun, disisi lain mereka popular dengan kemenangannya di
setiap lomba rebana di masjid. Berbeda di daerah pedawang mereka yang eksis
totalitas band underground ini lebih banyak menganut satanis namun tidak
merugikan masyarakat.

Kehadiran musik metal tidak dapat dilepaskan dari gaya hidup remaja baik sebagai
pelaku maupun penikmat atau fans musik metal. Dengan berpakaian hitam-hitam,
costum zombie pada waktu di atas panggung, suara dan irama yang bingar dan
hingar sehingga membuat sebagian masyarakat merasa telinganya menjadi tuli,
inilah hal yang negative yang dipandang oleh msyarakat dalam arti sempit.
Berdasarkan permasalahan yang terdapat di latar belakang, akan diadakan
penelitian deskriptif tentang Kehadiran Musik Metal Bagi Remaja di Kota Kudus.

Fokus Penelitian

Banyak ilmuwan memiliki pandangan bahwa musik metal terkait dengan masalah-
masalah sosial seperti bunuh diri, kehancuran diri dan Satanisme. Namun, awal
tahun 2012 kehadiran musik metal di Kudus semakin popular. Kalangan remaja
Kudus ternyata semakin menggemari aliran metal. Hal ini dibuktikan dalam acara
gigs tahunan yang diadakan event organitation Kudus bahwa tiket dengan harga
Rp. 15.000,00 per orang habis ludes oleh 500 penonton hanya untuk berpesta ria.

Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada suatu fokus. Tidak ada satu
penelitian yang dapat dilakukan tanpa adanya fokus. Menurut Moleong (2006: 386),
Fokus itu pada dasarnya adalah sumber pokok dari masalah penelitian. Di dalam
latar belakang masalah di atas ada beberapa masalah yang diungkapkan. Akan
tetapi, permasalahan hanya difokuskan pada masalah implikasi kehadiran metal
sebagai subkultur bagi remaja di kota Kudus.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan dikaji pada penelitian
ini dapat diformulasikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

Bagaimana profil musik metal di kalangan kaum muda Kota Kudus?

Faktor-faktor apa yang mendorong kaum muda di Kota Kudus menyukai musik
metal?

Bagaimana implikasi musik metal terhadap perilaku kaum muda di Kota Kudus?

Tujuan

Berdasarkan masalah penelitian yang dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:

a. Secara umum

Secara umum tujuan penelitian adalah untuk menemukan,


mengembangkan, dan membuktikan pengetahuan, (Sugiyono, 2008: 290). Di dalam
penelitian ini, tujuan secara umum dilakukannya penelitian ini untuk menemukan,
mengembangkan, dan membuktikan pengetahuan tentang kehadiran musik musik
metal di kalangan kaum muda

b. Secara khusus

Setiap penelitian pastinya memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini, di antaranya:

Untuk mengetahui bagaimana profil musik metal di kalangan kaum muda kota
kudus.

Untuk mengetahui factor apa yang mendorong kaum muda di Kota Kudus menyukai
musik metal.
Untuk mengetahui bagaimana implikasi musik metal terhadap perilaku kaum muda
di Kota Kudus.

Manfaat

Berdasarkan tujuan penelitian yang dirumuskan, maka manfaat dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:

a. Manfaat bersifat teoritis (akademik)

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi


pada pengembangan ilmu pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan musik di
masyarakat. Pengembangan tersebut berkaitan dengan pendayagunaan interaksi
sosial dalam rangka menciptakan karakter dan moral individu kaum muda sehingga
menghasilkan individu yang berkarakter, kreatif (menjadi musisi) dan bermakna
bagi masyarakat.

b. Manfaat bersifat praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dan


referensi terhadap pemerintah dan masyarakat sebagai komponen perumusan
kebijakan. Oleh karena itu, hasil penelitian diharapkan menjadi bahan rujukan
pengembangan kreasi musik individu yang tidak melenceng dari norma. Jadi,
individu tetap berkarya dengan aliran metal namun sesuai karakter budaya yang
telah dimiliki masyarakat.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Hasil Penelitian yang Relevan

Studi penelitian relevan pertama tentang masalah kehadiran musik keras di


kalangan remaja sebelumnya telah diteliti oleh I Dewa Gede Kusuma mahasiswa
Program Studi Antropologi Fakultas Sastra Universitas Udayana tahun 2012.
Penelitiannya yang berjudul Musik Indie Bagi Kalangan Remaja Di Kota Denpasar,
pertama Ia memaparkan bahwa latar belakang musik Indie di Kota Denpasar
berawal dari era perkembangan penyanyi pop Bali kemudian berkembang lagu pop
Bali dengan konsep grup band hingga menuju era musik Indie yang tumbuh atas
kreativitas remaja dalam bentuk grup musik Indie dengan aliran yang berbeda-
beda.
Musik Indie dalam bentuk grup band sesuai dengan latar belakang budaya
berkesenian masyarakat Bali yang sudah dibentuk sejak dini melalui sekaa-sekaa
kesenian di lingkungan banjar. Perkembangan musik Indie didorong oleh dukungan
dari media-media promosi grupband Indie, media menggambarkan bentuk grup
bandIndie pada remaja di Kota Denpasar. Kedua Faktor pendorong remaja menyukai
musik Indie dipengaruhi oleh factor internal serta faktor eksternal dalam diri remaja.

Faktor internal remaja menyukai musik Indie karena musik Indie menjadi suatu
hiburan bagi remaja, ingin diakui keberadaan diri remaja, didukung oleh bakat dan
kreativitas yang tumbuh sebagai kelebihan dalam diri remaja yang dituangkan
dalam bentuk band Indie. Faktor eksternal berada diluar dir remaja namun menjadi
faktor yang pendorong remaja menyukai band Indie. Faktor eksternal dari luar diri
remaja seperti lingkungan dan pengaruh sosial remaja di Kota Denpasar yang
mengikuti suatu trend musik, yakni musik Indie.

Ketiga, implikasi musik Indie terhadap remaja terdiri dari implikasi positif dan
implikasi negatif. Implikasi positif sebagai peningkatan ekonomi dan usaha-usaha
yang berkaitan langsung terhadap musik Indie dalam bentuk pakaian atau clothing.
Grupband Indie selain sebagai hiburan dan idola remaja juga berfungsi
mengarahkan remaja kearah positif sehingga remaja tidak kehilangan arah yaitu
sebagai sarana remaja menyalurkan bakat kreatif dalam berkesenian. Implikasi
negatif berupa sudut pandangan berbeda dari orang tua terhadap anak remaja
selaku penggemar dari bandIndie, kecenderungan dari pengaruh alkohol dan
budaya tato terhadap remaja penggemar musik Indie.

Penelitian relevan kedua mengenai musik metal yang dilansir oleh Sciencedaily;
2011, menyebutkan bahwa penggemar musik heavy metal ternyata lebih pandai
meredam emosi negatif, lebih ekspresif dan lebih bisa meluapkan kemarahannya.
Penelitian yang melibatkan 1.057 murid dari usia antara 11 dan 18 tahun dari
sekolah National Academy di Amerika.

Semua responden diteliti dengan cermat hubungan mereka dengan keluarga,


perilaku di sekolah, bagaimana mereka menghabiskan waktu santai, musik
kesukaan, dan jenis media yang mereka konsumsi. Penelitian ini berhasil
membuktikan bahwa bahwa presepsi yang selama ini beredar salah. Selama ini
orang menganggap murid yang cerdas dan memiliki intelijensi tinggi cenderung
didominasi mereka yang suka musik klasik dan menghabiskan banyak waktu untuk
membaca, ujar Stuart Cadwallader, kepala penelitian dari Warwick University.

Sayangnya, menurut Stuart studi mereka yang menikmati musik heavy metal
cenderung mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan dengan keluarga dan
teman-teman mereka. Dan mereka menjadikan musik sebagai media keterbukaan.
Sebagian besar murid mengatakan mereka tidak mempertimbangkan untuk
menjadi penganut Metal sejati tapi musik heavy metal memahami aspek spesifik
kebudayaan pemuda saat ini.
Dengan menggunakan musik yang keras dan agresif, mereka bisa keluar dan lepas
dari rasa frustrasi dan kemarahan. Di sini berhasil dibuktikan bahwa musik heavy
metal atau cadas juga bisa meredakan situasi hati atau mood yang sedang buruk.
Menurut Stuart, banyak musisi aliran heavy metal juga memiliki tingkat intelijensi
tinggi seperti vokalis Iron Maiden, Bruce Dickinson, yang selain sebagai musisi, juga
berprofesi sebagai novelis dan pilot penerbangan komersial.

Dari hasil penelitian yang relevan dengan focus aliran musik keras tentang
kehadiran musik underground di kalangan remaja tersebut, dapat disimpulkan
bahwa aliran musik membawa aura, sikap, dan penampilan yang berbeda-beda bagi
kaum muda, Di daerah Kudus sendiri penikmat musik metal oleh remaja semakin
meningkat sehingga, peneliti melakukan penelitian deskriptif untuk membuktikan
karakteristik, factor pendorong, dan implikasi dari kehadiran musik metal bagi kaum
muda di daerah Kudus.

Acuan teoritik

Pengertian Musik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas,2001) menyatakan musik adalah


nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu
dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang menghasilkan
bunyi). Sejarah perkembangan musik tidak dapat dilepaskan dari perkembangan
budaya manusia karena musik merupakan salah satu hasil dari budaya manusia di
samping ilmu pengetahuan, arsitektur, bahasa dan sastra, dan lain sebagainya.

Musik menurut Banoe (2003 : 288), musik yang berasal dari kata muse yaitu salah
satu dewa dalam mitologi Yunani kuno bagi cabang seni dan ilmu; dewa seni dan
ilmu pengetahuan. Selain itu, beliau juga berpendapat bahwa musik merupakan
cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai suara ke dalam pola-pola
yang dapat dimengerti dan dipahami oleh manusia. Musik adalah seni penataan
bunyi secara cermat yang membentuk pola teratur dan merdu yang tercipta dari
alat musik atau suara manusia. Musik biasanya mengandung unsur ritme, melodi,
harmoni, dan warna bunyi (Syukur,2005).

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa musik merupakan seni yang
melukiskan pemikiran dan perasaan manusia lewat keindahan suara. Sebagaimana
manusia menggunakan kata-kata untuk mentransfer suatu konsep, ia juga
menggunakan komposisi suara untuk mengungkapkan perasaan batinnya. Seperti
halnya ragam seni lain, musik merupakan refleksi perasaan suatu individu atau
masyarakat. Musik merupakan hasil dari cipta dan rasa manusia atas kehidupan
dan dunianya.
Genre musik (Wikipedia bahasa Indonesia, 4 Desember 2013) adalah
pengelompokan musik sesuai dengan kemiripannya satu sama lain. Sebuah genre
dapat didefinisikan oleh teknik musik, gaya, konteks, dan tema musik. Secara
umum, musik dikelompokkan menurut kegunaannya, yang dapat dikelompokkan
dalam tiga ranah besar, yaitu Musik Seni, Musik Populer, dan Musik Tradisional.

Musik popular merupakan jenis-jenis musik yang saat ini digemari oleh masyarakat
awam. Musik jenis ini merupakan musik yang sesuai dengan keadaan zaman saat
ini, sehingga sesuai di telinga kebanyakan orang. Genre musik ini dapat ditemui di
hampir seluruh belahan dunia oleh karena sifat musiknya yang hampir bisa diterima
semua orang. Jenis musik yang termasuk genre musik populer adalah pop, jazz,
gospel, blues, funk, rock, ska, reggae, hip hop, dangdut, hardcore, dan metal.

Musik Metal, Pengertian dan Sejarah Musik Metal Secara Umum

Awal mula adanya musik metal berawal dari Heavy metal. Heavy metal adalah
sebuah aliran musik rock yang berkembang pada 1970-an, dengan akar dari blues
rock dan psychedelic rock. Aliran musik ini ditandai dengan distorsi Gitar yang
sangat kuat, solo gitar panjang, ketukan cepat, baik disemua instrumentasi alat
musiknya. Lirik heavy metal berkaitan dengan maskulinitas dan kejantanan. Judas
Priest mengembangkan genre ini dengan menghilangkan unsur blues dan lebih
mengandalkan distorsi, beat yang lebih cepat, dan harmoni.

Pada akhir 70an munculah New Wave oF British Heavy Metal lebih sering disingkat
(NWOBHM), yang dipelopori Motorhead. NWOBHM menggabungkan Punk dan Heavy
Metal. Awal era 80an digawangi oleh band-band NWOBAM Heavy Metal akhirnya
bertabrakan dengen musik Pop hal ini memunculkan genre yang disebut Glam
metal. Pada era 90an musik Heavy Metal mulai digoyang oleh munculnya
kekeuatan Alternative Rock khususnya Grunge.

Band-band Glam Metal pada era 80an mengalami penurunan popularitas, publikasi
pada saat tersebut mentitik beratkan pada Grunge. Sementara itu band-band
seperti Metallica, Pantera, Tool, White Zombie dan Megadeth menjadi ujung tombak
keberadaan musik metal saat tersebut.

Pada tahun 1990-an underground ini lebih memasuki ke Extreme metal seperti
Grindcore dipelopori oleh Napalm Death dan Brutal Truth, berkembang pada 1991
menjadi death metal. Musik metal pun terus berkembang dengan kreatifitas para
musisi mengembangkan satu genre dengan genre yang lain hingga saat ini. Jenis-
jenis musik metal sebagai berikut :

Nu metal

Nu metal (disebut juga new metal / n metal / neo metal) adalah genre musik yang
mirip musik grunge dan alternative metal dengan musik funk, hip-hop, dan
subgenre heavy metal. Musik nu metal yang menonjolkan banyak rap sering
disebut rapcore.

Glam metal

Glam metal (juga dikenal sebagai metal combing dan sering digunakan secara
sinonim dengan logam pop) adalah sebuah subgenre dari hard rock dan heavy
metal. Ini menggabungkan unsur-unsur genre dengan punk rock, menambahkan
kait catchy dan riff gitar, sedangkan pinjaman dari estetika 1970 glam rock.

Death metal

Death metal adalah subgenre yang ekstrim dari musik heavy metal. Ini biasanya
mempekerjakan gitar sangat terdistorsi, memetik tremolo, vokal menggeram dalam,
ledakan mengalahkan drum, kunci kecil atau keadaan tanpa nada, dan struktur lagu
yang kompleks dengan beberapa perubahan tempo. Slayer, Kreator, Celtic Frost,
dan Venom adalah pengaruh yang sangat penting bagi kerajinan dari genre. Sejak
itu, death metal telah terdiversifikasi, pemijahan berbagai subgenre.

Thrash metal

Thrash metal adalah subgenre dari heavy metal yang ditandai paling biasanya
dengan tempo cepat dan agresi. Lagu thrash metal biasanya menggunakan ketukan
perkusi yang cepat dan cepat, low-mendaftar riff gitar, dilapis dengan merobek-
robek-gaya kerja memimpin. Lyrically, thrash metal lagu sering berurusan dengan
isu-isu sosial dan cela untuk Pendirian, sering menggunakan bahasa langsung dan
yang mengadu.

Black metal

Black metal adalah subgenre yang ekstrim dari musik heavy metal. dengan lirik
vokal yang Luciferian (Satanik). Band-band ini menampilkan sisi kegelapan alam
baka, tampil diatas panggung dengan penampilan seperti mayat atau mengecat
tubuh seperti tengkorak. Aliran ini menampilkan musik Dead-Earnest Demonik
dengan lirik-lirik pembunuhan atau pembakaran gereja.

Secara teknis musik mereka menggunakan keyboard untuk menghasilkan suara


fuzzy dengan vokal yang menyayat. Band-band yang menganut aliran ini antara lain
Dimmu Borgir dan Crade of Filth, Venom, Hellhammer, Celtic Frost, dan Bathory.

Heavy metal

Heavy metal (sering disebut hanya sebagai logam) adalah genre musik rock yang
dikembangkan dengan akar dari blues rock dan psychedelic rock, band yang
menciptakan heavy metal mengembangkan suara, tebal besar, ditandai dengan
distorsi yang sangat diperkuat, diperpanjang solo gitar, ketukan tegas, dan
kenyaringan keseluruhan.
Power metal

Power metal adalah gaya karakteristik menggabungkan Heavy metal dari traditional
metal dengan speed metal, sering dalam konteks simfoni. Umumnya, power metal
ditandai dengan suara yang lebih menggembirakan, berbeda dengan berat dan
disonansi lazim dalam gaya seperti doom metal dan death metal.

Doom metal

Doom metal merupakan bentuk ekstrem dari musik heavy metal yang biasanya
menggunakan tempo lambat, rendah-tuned gitar dan banyak lebih tebal atau
lebih berat suara dari genre metal lainnya. Baik musik dan lirik berniat untuk
membangkitkan rasa putus asa, takut, dan azab yang akan datang.

Gothic Metal

Gothic Metal adalah evolusi Doom Metal, awal genre ini adalah munculnya band-
band Death/Doom dari inggris yaitu My Dying Bride, Paradise Lost, Anathema, band
Gothic Metal sekarang banyak mengandalkan harmoni antara vocal pria dan wanita
(terkadang dengan growl).

Folk metal

Folk metal merupakan perpaduan dari heavy metal dengan musik rakyat tradisional.
Ini termasuk meluasnya penggunaan instrumen rakyat. Berbagai macam instrumen
rakyat digunakan dalam genre dengan banyak band akibatnya menampilkan enam
atau lebih anggota di line up-reguler mereka. Sebuah beberapa band yang juga
dikenal mengandalkan keyboard untuk mensimulasikan suara instrumen rakyat.
Lirik dalam genre biasanya berurusan dengan fantasi, mitologi, paganisme, sejarah
dan alam.

Sejarah Musik Metal Di Indonesia Dan Kudus

Embrio kelahiran scene musik rock underground di Indonesia sulit dilepaskan dari
evolusi rocker-rocker pionir era 70-an sebagai pendahulunya. Sebut saja misalnya
God Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy(Jakarta), Giant Step, Super Kid (Bandung),
Terncem (Solo), AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari
Banten. Mereka inilah generasi pertama rocker Indonesia. Istilah underground
sendiri sebenarnya sudah digunakan Majalah Aktuil sejak awal era 70- an. Istilah
tersebut digunakan majalah musik dan gaya hidup pionir asal Bandung itu untuk
mengidentifikasi band-band yang memainkan musik keras dengan gaya yang lebih
`liar dan `ekstrem untuk ukuran jamannya.

Menjelang akhir era 80-an, di seluruh dunia waktu itu anak-anak muda sedang
mengalami demam musik thrash metal. Sebuah perkembangan style musik metal
yang lebih ekstrem lagi dibandingkan heavy metal. Band- band yang menjadi gods-
nya antara lain Slayer, Metallica, Exodus, Megadeth, Kreator, Sodom, Anthrax
hingga Sepultura. Kebanyakan kota- kota besar di Indonesia seperti Jakarta,
Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Malang hingga Bali, scene undergroundnya pertama
kali lahir dari genre musik ekstrem tersebut. Di Jakarta sendiri komunitas metal
pertama kali tampil di depan publik pada awal tahun 1988.

Komunitas anak metal (saat itu istilah underground belum populer) ini biasa hang
out di Pid Pub, sebuah pub kecil di kawasan pertokoan Pondok Indah, Jakarta
Selatan. Menurut Krisna J. Sadrach, frontman Sucker Head, selain nongkrong, anak-
anak yang hang out di sana oleh Tante Esther, owner Pid Pub, diberi kesempatan
untuk bisa manggung di sana. Setiap malam minggu biasanya selalu ada live show
dari band-band baru di Pid Pub dan kebanyakan band-band tersebut mengusung
musik rock atau metal.

Anak-anak metal sering terlihat nongkrong di lantai 6 game center Blok M Plaza dan
di sebuah resto waralaba terkenal di sana. Aktifitas mereka selain hang out adalah
bertukar informasi tentang band-band lokal dan internasional, barter CD, jual-beli t-
shirt metal hingga merencanakan pengorganisiran konser. Lahirnya band-band baru
bergenre metal oleh remaja Indonesia terus mendongkrak industri music. Tidak
berbeda dengan Bandung, Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, dan Solo, Kudus juga
berhasil melahirkan musisi musisi ternama hingga sekarang telah dikenal
masyarakat kota besar di Indonesia. Sebut saja Cemetery band death metal tahun
1996 yang telah mengeluarkan 4 album lagu, tour membawa nama kota kretek
hingga menyelenggarakan event organitation, Berzier 1998 band black metal juga
sudah mengeluarkan 1 album dan tour ke pulau Jawa.

Sejak tahun 2009 musisi-musisi metalhead Kudus juga telah membuat event - event
besar dan dapat dikatakan sukses. Musik metal sangat membudaya di Indonesia
hingga khususnya kota Kudus. Pelajar Kudus sangat antusias dengan kehadiran
music metal melanjutkan misi-misi metalhead terdahulu mengembangkan music
metal di Kudus. Terlihat lahirnya band - band baru embrio kecil sejak tahun 2000
hingga sekarang, seperti Mahkota, Ultroebatis, Auspicious, Vollmond, Fatal, Faith Of
God, Coffee To Last Night, Aborigin, Looking Aurora, dan masih banyak lagi.

Pengertian Remaja dan Karakteristiknya

Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau
to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Masa remaja adalah masa
transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada
umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan
tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia dan Olds, 2001). Yang dimaksud
dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan
(Papalia & Olds, 2001).
Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau
berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret
menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan dalam kehidupan manusia
terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang
dikemukakan Papalia dan Olds (2001), yaitu: (1) perkembangan fisik, (2)
perkembangan kognitif, dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga
21 tahun. Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat
bagian, yaitu masa pra-remaja 10 12 tahun, masa remaja awal 12 15 tahun,
masa remaja pertengahan 15 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 21 tahun
(Deswita, 2006: 192)

Tugas utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang
merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya.
Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya
remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren
dan peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds & Feldman, 2001).

Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa
dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau
gagal yang pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian
mental, dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.

Ciri-ciri Masa Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan
yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang
terjadi selama masa remaja.

Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal dengan sebagai masa storm & stress sebagai hasil dari perubahan fisik
terutama hormon yang terjadi. Mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah
seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab.

Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri.

Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain.
Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya yang baru dan lebih
matang.

Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak
menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi.
Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan
tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan
mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.

Tugas perkembangan remaja

Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain
:

memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa


dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan

memperoleh peranan sosial

menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif

memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya

mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri

memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan

mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga

membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup

Metal Sebagai Subkultur

Kultur menurut KBBI adalah (noun) kebudayaan: -- Barat; -- Timur, sedangkan


subkultur adalah bagian dr suatu kultur. Menurut Fitrah Hamdani dalam Zaelani
Tammaka (2007:164) Subkultur adalah gejala budaya dalam masyarakat industri
maju yang umumnya terbentuk berdasarkan usia dan kelas. Secara simbolis
diekspresikan dalam bentuk penciptaan gaya (style) dan bukan hanya merupakan
penentangan terhadap hegemoni atau jalan keluar dari suatu ketegangan sosial.

Berasal dari penelitian Hebdige di tahun 1977 tentang kebudayaan kaum muda
Inggris yang dikonstruksi untuk merespon kebudayaan dominannya, konsep
subkultur Hebdige kemudian menjadi jalan bagi berbagai penelitian yang
mempersoalkan kebudayaan kaum muda (youth culture). Subkultur selalu
merupakan jawaban kaum muda terhadap parent culture yang dianggap dominan
(Hebdige, 2002). Dalam penelitian ini, Metal adalah subkultur yang dibicarakan.

Melalui penelitiannya tentang subgenre Death Metal, Purcell (2003) melakukan


analisis terhadap berbagai konstruksi pemaknaan dalam praktik subkultural Death
Metal di Amerika Serikat. Baik dari filosofi hingga tatanan sosial dalam komunitas
penikmat subgenre tersebut. Hal penting dari Purcell adalah pemosisian yang
dilakukannya terhadap subkultur (Death) Metal ke dalam kerangka sosial yang lebih
besar. Death Metal seperti juga subgenre Metal lainnya termasuk subgenre yang
paling mendapat kecaman di Amerika Serikat, karena citraannya yang dekat
dengan tindak kekerasan dan anarki.

Untuk dapat memahami persoalan Purcell (2003) di atas, membingkai Metal sebagai
subkultur akan memberikan jalan untuk menjelaskan bahwa komunitas, aktivitas
produksi artistik (lirik, musik, visual) hingga peta sosial di kancah Metal Indonesia
merupakan seluruh elemen Metal yang terintegrasi ketika membicarakan Metal
Indonesia.

Wenstein mengatakan, a genre requires a certain sound, which is produced


according to conventions of composition, instrumentation, and performance. For
some types of musik the sonic requirements in themselves define the genre, But
most musik also incorporates a visual dimension. Finally, some musik has words
that provide an added dimension of meaning. In the case of heavy metal, the sonic,
the visual, and the verbal dimensions all make crucial contributions to the definition
of the genre. (2000: 6 7).

Merujuk pada Weinstein, Metal adalah subkultur yang dikonstruksi tidak hanya
melalui musik itu sendiri, namun juga melibatkan berbagai praktik subkultural
secara menyeluruh. Sebagian ahli berpendapat bahwa Wenstein (2000) terjebak
pada keinginannya untuk mendeskripsikan Metal ke dalam pola semiotik dalam
tradisi kajian kebudayaan, tanpa berusaha lebih jauh lagi meninjau mengapa terjadi
kecenderungan tertentu dalam subgenre Metal. Wenstein juga dianggap tidak dapat
melihat lebih dalam dari permainan simbolik dalam wacana Metal, seperti lirik dan
muatan ekstra-musikal lain, seperti isu satanisme.

Metal merupakan produk dari kebudayaan populer global dan juga merupakan
turunan dari salah satu genre dalam musik populer, yakni musik Rock. Subkultur
Metal Indonesia bagaimanapun independennya, tetap memiliki struktur yang serupa
dengan industri musik mainstream, ataupun dengan parameter musik populer yang
ditawarkan Shuker (2001). Subkultur ini memiliki jaringan produksi dan konsumsi
musik yang langsung berkaitan dengan produk utama industri musik, yaitu album
rekaman dan konser, maupun subproduknya seperti T-Shirt, majalah, fanclub, video
musik, poster dan lain-lain.

Miles & Miles (2004) menyimpulkan,From this point of view, consumption is not a
free-standing phenomenon. Rather, it is determined by the general rules of
production. Collective consumption represents a significant aspect of social change
insofar as urban politics becomes focused around this very issue (2004: 5)

Walau Miles & Miles membicarakan ruang kota dalam bingkai konsumsi, buku ini
menjadi relevan karena selain Metal adalah kebudayaan urban yang juga berasal
dari praktik konsumsi (musik populer), namun yang juga patut diperhatikan adalah
subkultur Metal Indonesia telah berhasil mengapropriasi ruang-ruang kota tertentu
menjadi kota Metal, seperti yang terjadi pada Ujung Berung (Cimahi, Bandung),
Solo (Jawa Tengah) dan Kudus (Jawa Tengah).

Hal ini diperlukan untuk menjelaskan aspek geografi kultural Metal yang mampu
memberi identifikasi baru terhadap kedua kota itu. Artinya, konsumsi terhadap
musik populer dapat mengubah konstruksi geografi kultural (kota). Ujung Berung,
misalnya, kini dikenal sebagai kota Metal Jawa Barat dan pusat pergerakan Metal
underground Jawa Barat. Sebaliknya hal tersebut dapat dianggap menentukan
konsumsi terhadap Metal bagi generasi muda Ujung Berung selanjutnya. Setelah
menjadi situs Metal, situasi tersebut dapat membuat orang-orang yang tinggal di
dalam situs tersebut menjadi Metal.

Ideologi yang disusupkan ke dalam musik oleh berbagai komunitas Metal yang
berbeda ideologi, hanya dapat ditunjukkan melalui analisis terhadap lirik. Sebagai
contoh, Metal Kasundaan dari komunitas Ujungberung Rebels, yang menampilkan
gejala esensialisme etnis Sunda dengan tampilnya beberapa band dari komunitas
ini yang menggunakan lirik berbahasa Sunda. Komunitas ini menjadikan aspek
kebahasaan sebagai alat untuk mengindentifikasi diri.

Subkultur kebanyakan dipandang sebagai ruang bagi budaya menyimpang untuk


menasosiasikan ulang posisi mereka atau untuk meraih tempat bagi dirinya sendiri.
Sehingga kebanyakan teori subkultur terkait dengan perlawanan semakin kentara.
Kebanyakan kita menganggap dan mengidentikkan subkultur dengan suatu
kegiatan yang sifatnya negatif. Padahal, kalau kita tahu dan sadar akan arti dan
tujuan kata tersebut, subkultur tidak selalu ditujukan untuk hal yang negatif.

Implikasi Metal Sebagai SubKultur (Cabang Kebudayaan)

Implikasi menurut KBBI adalah 1 keterlibatan atau keadaan terlibat: -- manusia sbg
objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentingannya; 2 yg
termasuk atau tersimpul; yg disugestikan, tetapi tidak dinyatakan: apakah ada -- dl
pertanyaan itu?;

Subkultur adalah komunitas sosial, etnik, regional, ekonomik, atau sosial yang
menunjukkan perilaku khas yang cukup membedakannya dari komunitas lain dalam
lingkup suatu kebudayaan atau masyarakat yang besar. Banyak subkultur yang lahir
dari kalangan anak muda. Inilah yang kemudian memunculkan istilah youth culture
(budaya anak muda) dan parent culture (budaya orang tua, tradisi). Metal dalam
misinya mentransmisikan budaya melalui musik dianggap sebagai subkultur. Dari
awal kemunculannya, metal telah menjadi aliran musik bagi sekelompok orang yang
menggemarinya.
Ia juga banyak dipandang sinis oleh banyak kalangan dikarenakan suara agresif,
elemen-elemen kegelapan yang ditonjolkan dan gaya berpakaian dari para musisi
dan penggemar membuat pertimbangan masyarakat dalam memandang metal
sebagai subkultur yang tidak baik. Namun, tidak serta merta eksistensi aliran musik
yang digandrungi anak muda ini hilang begitu saja. Terbukti dengan lebih dari 20
subgenre musik metal ini dapat diidentifikasi dari genealogi musik yang tersebar
sejak tahun 60-an sampai dengan sekarang ini. Metal akhirnya menjadi genre musik
yang masih diperhitungkan hingga saat ini.

Metal juga berpotensi sebagai subkultur dimana ia memiliki nilai-nilai, kepercayaan,


sikap, dan gaya hidup dari kelompok minoritas yakni kelompok penggemar musik
metal. Di Indonesia khususnya di Jakarta yang merupakan Negara dengan populasi
muslim terbesar di dunia. Konteks keislaman juga dihadirkan dalam musik metal
menghasilkan apa yang dinamakan metal satu jari subkultur metal yang
memperjuangkan nilai-nilai keislaman.

Kebanyakan dari mereka hanya mengambil semangat dari musik metal saja,
sebagai sebuah alat protes terhadap sebuah sistem, dengan tetap
mempertahankan keimanan kepada Tuhan YME. Musik metal Indonesia juga
berkembang sebagaimana perkembangan musik metal dunia. Metal di Indonesia
dijadikan sebagai alat kritik atas ketidakadilan system dan fenomena sosial tentang
kemiskinan, korupsi dan lain sebagainya yang tak kunjung usai.

Dalam kasus Metal, konsep subkultur Hebdige ini dapat digunakan untuk menguji
asumsi Deena Wenstein (2000) yang mengatakan, In the case of heavy metal, the
sonic, the visual, and the verbal dimensions all make crucial contributions to the
definition of the genre. Konstruksi Metal sebagai sebuah genre tidak semata
ekspresi kultural melalui produksi musikal, namun mencakup juga visualitas, kode-
kode sosial dan nilai-nilai kolektif yang beroperasi di kalangan penggemar dan
pelakunya, serta jejaring produksi-konsumsi yang ada. (Wenstein 2000: 7).

Remaja biasanya cenderung untuk menghabiskan waktu luang dan


mengekspresikan minatnya dengan mengikuti konser grup musik kesukaannya.
Musik sangat penting dalam kehidupan sosial dan pribadi remaja (Schwartz, 2003).
Menurut Larson (Schwartz, 2003), remaja yang suka mendengarkan music keras
seperti rok, akan memperlihatkan kemarahan yang berlebihan, masalah emosional
seperti emosi yang tidak menentu dan tidak stabil sehingga cenderung melakukan
tindakan kriminal maupun perilaku antisosial dan lebih suka melakukan tindakan
beresiko dan mencari sensasi.

Berbeda dengan itu, remaja yang menyukai musik-musik lembut seperti jaz, akan
menujukkan emosi yang stabil dan dalam bertindak mereka juga cenderung lebih
berhati-hati sehingga tidak terlihat adanya masalah emosional. Begitu banyak
kesalahpahaman pandangan dan persepsi orang tentang aliran metal, dan dengan
hal itu adalah cukup sebagai alasan untuk membuat orang lebih tahu tentang
betapa mereka salah menilai tentang aliran metal. Beberapa Manfaat Musik Metal :

Mengingatkan Pada Tuhan

Banyak pemikiran bahwa musik metal itu musik sesat yang bertentangan dengan
Tuhan. Namun, disisi lain mereka telah mengingatkan kita dengan cara memberi
contoh dirinya yang menentang Tuhan dan masuk dalam neraka.

Mengingatkan Bahwa Setan Itu Ada

Musik metal mengingatkan kita bahwa setan itu ada, dan kita harus selalu
senantiasa berhati-hati. (misal, Jihad - Strategi Setan, Jihad - Ideologi Iblis, Jihad -
Propaganda Mata Satu)

Mengingatkan Kepada Kematian

Ini point utama yang secara frontal telah diungkapkan dalam penampilan maupun
lagu-lagu mereka. Misalkan menggunakan lambang tengkorak, itu mengingatkan
kita bahwa kita nantinya hanyalah sebuah tengkorak yang tak berdaya seperti itu.
Kemudian dalam lagu mereka juga secara frontal membahas tentang kematian dan
pembunuhan. (misal, Purgatory - Sakaratul Maut)

Mengingatkan Pada Kiamat

Tak jarang dalam lirik musik metal diungkapkan secara frontal tentang hari
kehancuran dunia, tentang peperangan, tentang tanda-tanda kiamat.

Mengingatkan kita Bahwa Hidup ini Keras

Metal dengan alunan musik liar menghentak keras kadang membuat kalian pusing
jika mendengarkannya. Metal mengajak kita untuk menjadi pribadi yang 'keras',
dalam artian mampu menghadapi kerasnya hidup ini dengan mengabaikan
kesedihan. Jika seseorang masih mendengarkan Musik Lembek yang sendu-sendu,
bagaimana seseorang mau menghadapi kerasnya hidup ini.

Mendengarkan Musik Metal Bisa Memperbaiki Mood.

Mendengar musik logam berat ini bisa menstabilkan mood. Terlebih untuk remaja
yang mengidap depresi. Dengan mendengarkannya, perasaan sedih atau marah
bisa diluapkan. Si remaja bisa lebih santai atau tenang untuk menjalani hidupnya.

IQ Meningkat.

Dari hasil penelitian, pendengar musik beraliran metal ini, umumnya mahasiswa
mendapatkan nilai lebih tinggi dari mahasiswa lainnya, bahkan diatas rata-rata.
Beberapa bidang studi juga menemukan kecerdasan yang tinggi diantara penikmat
musik keras ini.
Menurunkan Potensi Bunuh Diri

Musik metal dapat menurunkan emosi atau tingkat kecemasan. Setelah


mendengarkan musik metal. Pendengar bisa lebih nyaman atau lebih baik dari
sebelumnya. Musik ini dapat mengobati rasa tertekan mereka

Dari manfaat tersebut dapat ditelusuri kembali bahwa terdapat tradisi dari para
metalhead (sebutan bagi pecinta musik metal) sehingga telah membudaya hingga
generasi metalhead sekarang. Metal memuja setan, metal mempromosikan
aktivitas criminal, musisi metal kebanyakan anti agama, fasis, rasis atau
mempunyai pandangan neo-nazi, dan sebagainya banyak penilaian buruk
masyarakat non-metalhead tentang tradisi penikmat music keras tersebut.

BAB III

METODE PENELITIAN

Prosedur penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan


kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan
data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi,
catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari
penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik
fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan
pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara
realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.

Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif,
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Whitney dalam
Moh. Nazir bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi
yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat,
serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu,
termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-
pandangan, serta proses-proses yang sedang berlansung dan pengaruh-pengaruh
dari suatu fenomena

Moleong mengemukakan bahwa Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu :


(1) tahap sebelum ke lapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap analisis
data, (4) tahap penulisan laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh
sebagai berikut :
a) Tahap sebelum kelapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian
paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan
dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian,
penyusunan usulan penelitian.

b) Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan


dengan perilaku kebiasaan remaja menikmati musik metal dan metal sebagai
kebudayaan. Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan
dokumentasi dengan cara melihat gaya berpakaian, cara menikmati musik metal,
moral dan tingkah dalam acara gigs maupun kehidupan sehari-hari, yang dilakukan
oleh remaja di kota Kudus.

c) Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperolah melaui observasi,
dokumen maupun wawancara mendalam dengan remaja (fans, musisi, penikmat) di
kota Kudus. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks
permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data
dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data
sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan
makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks
penelitian yang sedang diteliti.

d) Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari


semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data.
Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk
mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian
ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna.
Langkah terakhir melakukan pengurusan kelengkapan persyratan untuk ujian
skripsi.

Tempat setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pertama di Studio Musik dan Caf Jendral Reinforment yang
beralamatkan di Pedawang, kabupaten Kudus. Kedua di daerah Jurang, Kecamatan
Gebog, Kabupaten Kudus dan ketiga di GOR Kudus sebagai tempat event musik
berlangsung. Pemilihan tempat itu didasarkan pada hasil wawancara dengan
drummer yang sekaligus bekerja sebagai guru SD 01 Jurang dan observasi langsung
sebelum penelitian, di antaranya ditemukan masalah yaitu, lemahnya sikap dan
moral kaum muda yang beraliran metal dan opini bahwa musik metal sebagai suatu
kebudayaan bagi remaja saat ini.

Subjek penelitian adalah remaja umur 16-22 tahun yang berjumlah 50 orang yang
terdiri dari remaja laki-laki sebanyak 42 sedangkan remaja perempuan berjumlah 8
dengan latar belakang keluarga berpenghasilan rendah, menengah dan ke atas,
semangat belajar kaum muda yang kurang (putus sekolah), dan tingkat keaktifan
kaum muda dalam berkreasi serta seorang musisi (mahasiswa peneliti) dan seorang
manager industri music & musisi lama sebagai pengamat (observer).

Data dan sumber data

Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif. Menurut S. Nasution data primer
adalah data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian.
Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang
diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Sumber Data
primer diperoleh dari sejumlah narasumber yang merupakan tokoh musisi,
penikmat, dan fans Metal di Kota Kudus. Sumber Data sekunder peneliti peroleh di
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan event metal. Data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang terkait dengan
penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yaitu cara memperoleh data dalam melakukan kegiatan
penelitian (Arikunto, 2006: 149). Menurut Herdiansyah (2010: 116) menyatakan
bahwa dalam penelitian kualitatif dikenal beberapa metode pengumpulan data yang
umum digunakan. Beberapa metode tersebut, antara lain wawancara, observasi,
studi dokumentasi, dan fokus grup discussion. Namun, dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode wawancara dan observasi.

Wawancara

Menurut Maleong (2005) dalam buku Herdiansyah (2010: 118) menyatakan bahwa
wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua
pihak yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan narasumber (yang
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan kegiatan wawancara terhadap orang-orang


yang terlibat langsung dalam industri musik metal, musisi, fans, dan penikmat yaitu
beberapa orang kaum muda yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Selain itu,
wawancara pada penelitian ini dilakukan dengan dua cara, (1) wawancara tidak
terencana, yaitu peneliti melakukan wawancara secara informal dan spontan
dengan subjek penelitian, (2) terencana, yaitu peneliti melakukan wawancara
dengan subjek penelitian sesuai bahan pertanyaan yang telah disiapkan oleh
peneliti.

Observasi
Cartwright & cartwright dalam Herdiansyah (2010: 131) mendefinisikan sebagai
suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta merekam perilaku
secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi adalah suatu kegiatan
mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau
diagnosis.

Obyek dari pengamatan ini adalah tindakan kaum muda dalam kegiatan sehari-hari
dan kegiatan ketika dalam acara event musik metal. Pengamatan dilakukan dengan
cara observasi pasrtisipasi yaitu dengan menyaksikan event metal yang
berlangsung untuk mendiskripsikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
penikmat musik metal, musisi, dan fans serta mencatat tingkah laku kaum muda
dalam kehidupan sehari-hari.

Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan
melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau
oleh orang lain tentang subjek (Herdiansyah, 2010: 143).

Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan melalui rekaman kegiatan, yaitu
dengan cara melihat hal-hal penting selama penelitian berlangsung. Rekaman
kegiatan tersebut antara lain berupa foto untuk memperoleh gambaran visual
kegiatan kaum muda yang beraliran metal.

Uji Validitas

Menurut Moleong kriteria keabsahan data ada empat macam yaitu : (1)
kepercayaan (kreadibility), (2) keteralihan (tranferability), (3) kebergantungan
(dependibility), (4) kepastian (konfermability). Dalam penelitian kualitatif ini
memakai 3 macam antara lain :

Kepercayaan (kreadibility)

Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan


sesuai dengan sebenarnya. ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ialah
teknik : teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran
peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat, dan pengecekan kecakupan refrensi.

Kebergantungan (depandibility)

Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan


kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh
manusia itu sendiri terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman, waktu,
pengetahuan. Cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat
dipertanggungjawabkan melalui audit dipendability oleh ouditor independent oleh
dosen pembimbing.
Kepastian (konfermability)

Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara
mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh
materi yang ada pada pelacakan audit.

Analisa data

Analisis data dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif interpretatif. Analisis
data dilakukan secara terus menerus sejak awal hingga akhir penelitian. Analisis
sata dilakukan secara kualitatif, yaitu data yang berupa kalimat atau pernyataan
yang diinterpretasikan untuk mengetahui makna serta untuk memahami
keterkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki


lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Menurut Nasution
(dalam Sugiyono, 2008: 245), analisis telah mulai sejak merumuskan dan
mejelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai
penulisan hasil penelitian.

Kegiatan dalam analisis data dalam penelitaian ini, yakni: pertama, kegiatan reduksi
data (data reduction), pada tahap ini peneliti memilih hal-hal yang pokok dari data
yang di dapat dari lapangan, merangkum, memfokuskan pada hal-hal yang penting
dan dicari tema dan polanya. Proses reduksi ini dilakukan secara bertahap, selama
dan setelah pengumpulan data sampai laporan hasil. Penulis memilah-milah data
yang penting yang berkaitan dengan fokus penelitan dan membuat kerangka
penyajiannya.

Kedua, penyajian data (data display), setelah mereduksi data, maka langkah
selanjunya adalah mendisplay data. Di dalam kegiatan ini, penulis menyusun
kembali data berdasarkan klasifikasi dan masing-masing topik kemudian dipisahkan,
kemduian topik yang sama disimpan dalam satu tempat, masing-masing tempat
dan diberi tanda, hal ini untuk memudahkan dalam penggunaan data agar tidak
terjadi kekeliruan.

Ketiga, data yang dikelompokan pada kegiatan kedua kemduian diteliti kembali
dengan cermat, dilihat mana data yang telah lengkap dan data yang belum lengkap
yang masih memerlukan data tambahan, dan kegiatan ini dilakuakan pada saat
kegiatan berlangsung. Keempat, setelah data dianggap cukup dan telah sampai
pada titik jenuh atau telah memperoleh kesesuaian, maka kegiatan yang
selanjutnya yaitu menyusun laporan hingga pada akhir pembuatan simpulan.

Analisis data dalam penelitian kualitatif menggunakan metode induktif. Penelitain ini
tidak menguji hipotesis (akan tetapi hipotesis kerja hanya digunakan sebagai
pedoman) tetapi lebih merupakan penyusunan abstraksi berdasarkan data yang
dikumpulkan. Analisis dilakukan lebih intensif setelah semua data yang diperoleh di
lapangan sudah memadai dan dianggap cukup, untuk diolah dan disusun menjadi
hasil penelitian sampai dengan tahap akhir yakni kesimpulan penelitian.

Daftar pustaka

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Keempat). (2012). Jakarta: PT. Gramedia
Pusaka Utama.

Wenstein, Deena.2000. Heavy Metal: The Musik and Its Subcultures. Cambridge: Da
Capo Press.

Purcell, Natalie, J. 2003. Death Metal Musik: The Passion and Politics of a Subculture.
Jefferson: Mc Farland & Co.

Nazir, Mohammad.2003. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.

Nasution, S.2004.Metode Research.Jakarta: Bumi Aksara

Anditahardiyana.2013. Sejarah Metal dan Jenis - jenis Musik Metal.


http://gendown666.wordpress.com/2013/01/06/sejarah-metal-jenis-jenis-musik-
metal/.

Rockman84.2011. http://rockbeat.wordpress.com/2011/05/04/heavy-metal-adalah-
sebuah-aliran-musik-rock-yang-berkembang-pada-1970-an-aliran-musik-ini-
mengutamakan-gitar-yang-cukup-banyak/.2013

Mangoenkoesoemo, Yuka Dian Narendra. 2012. Konteks Kajian Metal.

Papalia, D.E, Olds, S. W., & Feldman, D. (2001). Human development (8th ed).
Boston McGraw-Hill

Hebdige, Dick (1989). Subculture: The Meaning of Style. London and New York:
Routledge.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai