Anda di halaman 1dari 11

Rock Mass Quality (Q) System atau disebut juga sebagai Tunneling Quality Index pertama kali

diusulkan oleh Barton, Lien dan Lunde pada tahun 1974 di Norwegian Geotechnical Institute (NGI)
sehingga disebut juga NGI Classification System. Q-System sebagai salah satu dari klasifikasi massa
batuan dibuat berdasarkan studi kasus dilebih dari 200 kasus tunneling dan caverns.

Q-system merupakan fungsi dari enam parameter yang dinyatakan dengan persamaan berikut:

Dalam menjelaskan keenam parameter yang dipakai untuk menghitung Q, Barton (1974) membagi
enam parameter tersebut menjadi tiga bagian:
RQD/Jn merepresentasikan struktur dari massa batuan, menunjukkan ukuran blok batuan.
Jr/Ja menunjukkan kekasaran (roughness) dan karakteristik geser dari permukaan bidang
diskontinu atau filling material dari bidang diskontinu tersebut. Suatu bidang diskontinu dengan
permukaan yang kasar dan tidak mengalami alterasi dan mengalami kontak dengan permukaan
bidang lainnya, akan mempunyai kuat geser yang tinggi dan menguntungkan untuk kestabilan
lubang bukaan. Adanya lapisan mineral clay pada permukaan kontak antara kedua bidang
diskontinu tersebut, akan mengurangi kuat geser secara signifikan. Selanjutnya kontak antar
permukaan bidang diskontinu yang mengalami pergeseran juga akan mempertinggi potensi
failure pada lubang bukaan. Dengan kata lain Jr/Ja menunjukkan shear strength atau kuat
geser antar blok batuan.
Jw/SRF terdiri dari dua parameter stress. Parameter Jw adalah ukuran tekanan air yang
dapat mempengaruhi kuat geser dari bidang diskontinu. Sedangkan parameter SRF dapat
dianggap sebagai parameter total stress yang dipengaruhi oleh letak dari lubang bukaan yang
dapat mereduksi kekuatan massa batuan. Secara empiris Jw/SRF mewakili active stress yang
dialami batuan.
Menurut Barton, dkk parameter Jn, Jr dan Ja memiliki peranan yang lebih penting dibandingkan
pengaruh orientasi bidang diskontinu. Oleh karena itu dalam Q-system tidak terdapat parameter
adjustment terhadap orientasi bidang diskontinu.

Nilai Q yang didapat dihubungkan dengan kebutuhan penyanggan terowongan dengan menetapkan
dimensi ekivalen (equivalent dimension) dari galian. Dimensi ekivalen merupakan fungsi dari ukuran
dan kegunaan dari galian, didapat dengan membagi span, diameter atau tinggi dinding galian
dengan harga yang disebut Excavation Support Ratio (ESR).
Hutchinson dan Diederichs (1996) memperkenalkan grafik hubungan antara nilai Q dan span
maksimum untuk berbagai macam nilai ESR;

Barton et al. (1980) memberikan informasi tambahan terhadap panjang rockbolt, span maksimum,
dan tekanan penyangga atap untuk melengkapi rekomendasi penyangga pada publikasi yang
diterbitkan tahun 1974.
Rekomendasi penyangga ditentukan melalui grafik yang di berikan oleh Grimstad dan Barton (1993)
seperti yang ditunjukkan oleh gambar dibawah;
KLASIFIKASI MASSA BATUAN
(Q-SYSTEM)

Klasifikasi batuan Q-System dikenal juga dengan istilah Rock Tunneling Quality
Index untuk keperluan perancangan penyangga penggalian bawah tanah.
Q-System digunakan dalam klasifikasi massa batuan sejak tahun 1980 di Iceland.
Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh Barton, dkk di 1974 berdasarkan pengalaman
pembuatan terowongan terutama di Norwegia dan Finlandia.
Pembobotan Q-System didasarkan atas penaksiran numerik kualitas massa batuan
berdasarkan 6 parameter berikut;
1. RQD (Rock Quality Designation)
2. Jumlah Kekar/Joint Set Number (Jn)
3. Kekasaran Kekar atau Kekar Utama/Joint Roughness Number (Jr)
4. Derajat Alterasi atau pengisian sepanjang kekar yang paling lemah/Joint Alteration
Number (Ja)
5. Aliran Air/Joint Water Reduction Number (Jw)
6. Faktor Reduksi Tegangan /Stress Reduction Factor (SRF)
Dalam sistem ini, diperhatikan diskontinuitas dan joints. Angka dari Q bervariasi dari
0.001-1000 dan dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini:

1. RQD (Rock Quality Desgnation)


RQD = 100,4 - 3,68
Dimana : Frekuensi Joint (1/Spasi)

Tabel 1. RQD

Kualitas batuan menggunakan klasifikasi Q-system dapat berkisar dari Q= 0,0001


sampai Q= 1000 pada skala logaritmik kualitas massa batuan.

2. Jn (Joint Set Number)


Tabel 2. Jn

3. Jr (Joint Roughness Number)

Tabel 3. Jr

4. Ja (Joint Alteration Number)

Tabel 4. Rock Wall Contact


Tabel 5. Rock wall contact before 10 cm shear

Tabel 6. No rock wall contact when sheared

5. Jw (Joint Water Reduction Number)

Tabel 7. Jw

6. SRF (Stress Reduction Factor)

Tabel 8. SRF (1)


Tabel 9. SRF (2)

ESR
Perhitungan Equivalent Dimention berdasarkan lebar bukaan terowongan dan nilai
ESR (Excavation Support Ratio). Nilai ESR sangat bergantung pada kategori penggalian.
ED = Excavation Span, Diameter or Height (m)/ESR

Tabel 10. ESR


Misalkan perhitung nilai Q :
Q = 90/4 x 3/1 x 1/15 = 4,5

Misalkan sebuah terowongan mau dibuka selebar 15 meter untuk keperluan


pertambangan permanent maka;
ED = 15 / 1,6 = 9,4

Berdasarkan nilai ED dan nilai Q tersebut dapat diperkirakan hubungan antara lebar
bukaan terowongan dengan sistem penyangga yang harus digunakan.

Hubungan tersebut dapat dilihat pada grafik yang dibuatkan oleh Barton tahun 1974. Grafik
tersebut kemudian diupdate lagi oleh Grimstad dan Barton tahun 1993.

Dengan nilai ED: 9,4 dan Q : 4,5 maka masuk dalam kategori 4. Kategori 4 mengharuskan
pemasangan rock bolt dengan spasi 2,1 meter dalam shotcrete setebal 4-10cm.

Jika nilai dari persamaan Q system telah ditemukan, maka system support dapat ditentukan
berdasarkan grafik berikut ini.
Gambar 1. Reinforcement Categories
Panjang Rock Bolt yang akan dipasang bisa dihitung menggunakan rumus :

Gambar 2. Rock Bolt

Dimana B = Lebar Terowongan


Gambar 2. pemasangan Shotcrete dan Rock Bolt diterowongan

DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/237288580/q-system
http://geologi.unsyiah.ac.id/ibnu/wp-content/uploads/2015/04/5-Klasifikasi-Batuan-II.pdf.

Anda mungkin juga menyukai