Anda di halaman 1dari 8

I.

DATA PENGAMATAN

Perlakuan Hasil Pengamatan


Arang diaktifkan dengan 10 gram Arang dipanaskan
memanaskannya dalam cawan
Dibuat larutan HCL 50 mL 25 mL HCl ditepatkan dalam 50 mL
HCl
Penentuan Konsentrasi HCl dengan cara 2 mL HCl + 4 tetes Indikator PP dititrasi
dititrasi dengan NaOH stelah dengan NaOH 0.1 M
ditambahkan indikator V1 = 10.9 mL V2 = 9.3 mL, warna
larutan menjadi warna merah mudah
Disediakan larutan HCl dan CH3COOH HCl 0.5 M, 0.25 M, 0.125 M, 0.0625 M,
dengan Konsentrasi bervariasi 0.0313 M
Larutan HCl dan CH3COOH dengan HCl + 1 gram arang
konsentrasi berbeda-beda ditambahkan CH3COOH + 1 gram arang
arang masing-masing 1 gram
Larutan ditutup selama 30 menit Dikocok selama 1 menit dengan
dikocok 1 menit dengan selang waktu kecepatan 175 mot 1/min, diamkan 10
10 menit menit
(3 kali pengocokan)
Larutan disaring dengan kertas saring. + Indikator PP 30 tetes
Setelah disaring, Filtrat dititrasi dengan HCl 0.5 M , V = 44.6 mL
NaOH setelah ditambahkan Indikator PP HCl 0.25 M, V = 32.6 mL
HCl 0.125 M, V = 16 mL
HCl 0.0625 M, V = 6.6 mL
HCl 0.0313 M, V = 8.5 mL
Perubahan warna larutan menjadi warna
merah muda
Larutan CH3COOH CH3COOH 0.5 M, V = 71.1 mL
CH3COOH 0.25 M, V = 24.6 mL
CH3COOH 0.125 M, V = 100 mL
CH3COOH 0.0625 M, V = 9.5 mL
CH3COOH 0.0313 M, V = 10 mL
Perubahan warna yang terjadi adalah
berubah warna menjadi warna merah
muda.

II. PEMBAHASAN

Adsobsi adalah pengambilan komponen dari gas atau cairan dengan


penyerapan oleh suatu padatan. Pada penyerapan zat yang diserap menempel pada
permukaan padatan tidak sampai dalam padatan. Kapasitas adsorpsi ini biasanya
kecil, tetapi mampu dan mengambil komponen-komponen yang jumlahnya sangat
kecil dari (traces)dari gas atau cairan. Ikatan adsorpsi bisa berupa ikatan fisis atau
ikatan kimia. Proses ion-exchange dapat maupun digolongkan pula kedalam
adsorpsi kimiawi. Pada adsorpsi penjerap permukaan pori-pori padatan. Oleh
karena itu, dalam adsorpsi itu terjadi proses perpindahan massa dan penjerap di
permukaannya (fisis atau kimia). Langkah-langkah yang terjadi pada adsorpsi
menggunakan adsorben padatan pori-pori adalah perpindahan zat dari cairan atau
gas ke permukaan luar butir adsorben, perpindahan massa zat (difusi) dari
permukaan padatan ke bagian dalam padatan melewati cairan/gas dalam pori ke
permukaan dinding pori dan penjerap pada permukaan pori (Sediawan. 2000)

Adsorpsi merupakan penarikan atau pelekatan molekul suatu benda ke


permukaan benda lain, tanpa perubahan kimiawi. Atom atau molekul zat, tersebut
terkonsentrasikan pada bidang pemisah: gas-padat, cair-padat, gas-cair, cair-
cair,dan padat-padat. Semua proses adsorpsi ini disertai fase penurunan free
energy dan entropy. Sehingga proses tersebut bersifat eksotermis. Kebalikan
desorpsi adalah sifat endotermis. Adsorpsi ini dibagi atas 2 macam: 1) Adsorpsi
fisi atau Adsorpsi Waals. 2) Adsorpsi kimia atau Adsorpsi yang diaktifkan.
Beberap zat padat tertentu (misalnya: arang aktif) sangat mudah mengadsorpsi
gas. Butir-butir larutan koloid dapat mengadsorpsi pelarut. Adsorpsi dipakai untuk
menghilangkan warna dalam larutan, dalam penelitian gas. Pada hidrogenasi
minyak dan dalam pemotretan. Pada suhu tetap jumlah molekul dapat diadsorpsi
pada suatu permukaan bergantung kepada tekanan (jika gas) dan konsentrasi (jika
larutan). Hubungan antara banyaknya zat yang diadsorpsi dengan suhu dan
konsentrasi dapat diberikan secara grafik yang dikenal sebagai isoterm adsorpsi
(Shadily. 1973:16-17).

Persamaan Isoterm didasrkan atas erbentuknya lapisan non layer dari


molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben. Namun, pada adsorbs
Freudlich situs-situs aktif pada adsorben bersifat heterogen. Persamaan Freundlich
dapat dituliskan sebagai berikut : (Bird, 1991)

x
log =log k+ n log C
m

Isoterm adsorpsi merupakan suatu hubungan antara banyaknya zat yang


teradsorpsi persatuan luas/ persatuan berat adsorben dengan konsentrasi pada
temperature tetap. Pernyataan lain kadang isotherm adsorpsi pada permukaan
adsorben dengan fase ruang kesetimbangan pada temperature tertentu. Persamaan
isotherm adsorpsi dapat dituliskan dengan persamaan : (Bird, 1991)
1
x
=k . C n
m
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan interaksi antara adsorbat
dengan adsorben adalah sifat dari kekuatan interaksi antara adsorbat dengan
adsorben hanya bergantung pada kepolaran adsorben dan adsorbatnya. Semakin
kuat tingkat kepolaran adsorbennya, maka semakin kuat untuk terikat ( Atkins,
1990).
Untuk proses adsorpsi dalam larutan jumlah zat yang teradsorpsi
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu : ( Wahyuni. S, 2013).
a. Jenis adsorben
b. Jenis zat yang diadsorpsi
c. Luas permukaan adsorben
d. Konsentrasi zat terlarut
e. Temperatur atau suhu

ANALIS PROSEDUR

Percobaan adsorpsi isoterm arang aktif atau karbon aktif dengan


menggunakan larutan organik yaitu asam asetat dan asam klorida dengan variasi
5 konsentrasi yaitu 0.5 M , 0.25 M, 0.125 M, 0.0625 M dan 0.0313 M. Adsorben
yang digunakan adalah norit (karbon aktif) yang telah diaktifkan sebelumnya.
Yaitu dengan cara penggerusan atau penumbukan. Aktifasi merupakan suatu
perlakuan terhadap karbon yang bertujuan untuk memperbesar pori-pori yaitu
dengan cara memutuskan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul
permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia,
yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya
adsorpsi. Variasi konsentrasi dari asam klorida (HCl) dan asam asetat
(CH3COOH) bertujuan untuk mengetahui pengaruh banyaknya zat yang
diadsorpsi pada temperatur tetap (isoterm) oleh suatu adsorben terhadap
konsentrasi dan kereaktifan adsorbat mengadsorpsi zat-zat tertentu.
Standarisasi dilakukan dengan melarutkan larutan asam yang lebih pekat.
Yang pertama dilakukan pada standarisasi HCl, adalah dengan membuat larutan
HCl 0,5 M 100 mL, kemudian encerkan 25 mL HCl 0,5 mL menggunakan
akuades yang ditepatkan dalam labu ukur 50 mL sehingga diperoleh larutan HCl
0.25 M. Larutan HCl 0,25 M 50 mL, kemudian encerkan 25 mL HCl 0,25 mL
menggunakan akuades yang ditepatkan dalam labu ukur 50 mL sehingga
diperoleh larutan HCl 0.125 M. Larutan HCl 0,125 M 50 mL, kemudian encerkan
25 mL HCl 0,25 mL menggunakan akuades yang ditepatkan dalam labu ukur 50
mL sehingga diperoleh larutan HCl 0.625 M. Larutan HCl 0,625 M 50 mL,
kemudian encerkan 25 mL HCl 0,625 mL menggunakan akuades yang ditepatkan
dalam labu ukur 50 mL sehingga diperoleh larutan HCl 0.313 M. Sama halnya
dengan larutan HCl, perlakuan yang sama terhadap CH 3COOH. Sehingga
diperoleh larutan CH3COOH dengan 5 variasi konsentrasi yakni, 0.5 M , 0.25 M,
0.125 M, 0.0625 M dan 0.0313 M.
Standarisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar
sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar
primer (John Kenkel, 2003). Standardisasi larutan merupakan proses saat
konsentrasi larutan standar sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara
mentitrasi dengan larutan standar primer (John Kenkel, 2003). Titran atau titer
adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya sudah diketahui secara
pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran dan
yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui
konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik yg menyatakan
banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit. Analit adalah
spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau ditentukan
konsentrasinya atau strukturnya. Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi
diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu
bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses
pengenceran (W Haryadi, 1990). Pengenceran adalah proses penambahan pelarut
yg tidak diikuti terjadinya reaksi kimia sehingga berlaku hukum kekekalan mol.

Larutan CH3COOH dan HCl dengan masing-masing larutan yang telah


dimasukkan ke erlenmeyer ditambahkan masing-masing 1 gram norit. Kemudian
larutan dikocok selama jam menggunakan shaker supaya larutan CH 3COOH
dan HCl dapat melarut dengan sempurna, dibuat kondisi adsorben jenuh sehingga
tidak menyerap adsorbat lagi karena norit juga mempunyai kapasitas daya serap
tertentu. Selama jam , larutan dikocok selama 1 menit secara teratur dengan
jeda waktu 10 menit. Setelah itu disaring menggunakan kertas saring. Tujuan
dilakukan penyaringan yaitu untuk memisahkan adsorben dan adsorbatnya.hingga
terdapat residu dan filtrat, filtrate yang dihasilkan di titrasi menggunakan larutan
standar NaOH dengan bantuan indikator fenolftalein sebanyak 30 tetes.
Titrasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi larutan asam yang telah
teradsorpsi. Penggunaan indikator fenolftalein bertujuan untuk mengetahui titik
akhir titrasi larutan yang ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan
menjadi merah muda. Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi
diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu
bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses
pengenceran (Harjadi, 1990). Alasan lain ialah karena titrasi yang dilakukan
menggunakan metode alkalimetri, yakni dititrasi dengan larutan standar basa,
sehingga digunakan indikator fenolftalein yang mempunyai rentang pH 8,3-10,0.

Indikator yang baik atau tepat apabila berubah warna tepat pada saat titrant
menjadi ekivalen dengan titrat selain itu perubahan warna harus terjadi dengan
mendadak agar tidak ada keragu-raguan kapan penambahan titran dihentikan
sehingga diperoleh titik akhir titrasi yang jelas.
Percobaan dilakukan secara duplo, hal ini dilakukan supaya data yang
diperoleh dapat dibandingkan dan unutk menghindari kesalahan sehingga harus
mengulang prosedur dari awal (Sumarna, 2009)
Diperoleh data titrasi. Untuk larutan HCl 0.5 M , Vtitran = 44.6 mL Larutan
HCl 0.25 M, Vtitran = 32.6 mL. Larutan HCl 0.125 M, Vtitran = 16 mL. Larutan HCl
0.0625 M, Vtitran = 6.6 mL. Larutan HCl 0.0313 M, Vtitran = 8.5 mL. Untuk larutan
CH3COOH 0.5 M, Vtitran = 71.1 mL. Larutan CH3COOH 0.25 M, Vtitran = 24.6 mL.
Larutan CH3COOH 0.125 M, Vtitran = 100 mL. Larutan CH3COOH 0.0625 M,
Vtitran = 9.5 mL. Larutan CH3COOH 0.0313 M, Vtitran = 10 mL.

ANALISIS HASIL

Pertama dilakukan pada standarisasi HCl, adalah dengan membuat larutan


HCl 0,5 M 100 mL, kemudian encerkan 25 mL HCl 0,5 mL menggunakan
akuades yang ditepatkan dalam labu ukur 50 mL sehingga diperoleh larutan HCl
0.25 M. Larutan HCl 0,25 M 50 mL, kemudian encerkan 25 mL HCl 0,25 mL
menggunakan akuades yang ditepatkan dalam labu ukur 50 mL sehingga
diperoleh larutan HCl 0.125 M. Larutan HCl 0,125 M 50 mL, kemudian encerkan
25 mL HCl 0,25 mL menggunakan akuades yang ditepatkan dalam labu ukur 50
mL sehingga diperoleh larutan HCl 0.625 M. Larutan HCl 0,625 M 50 mL,
kemudian encerkan 25 mL HCl 0,625 mL menggunakan akuades yang ditepatkan
dalam labu ukur 50 mL sehingga diperoleh larutan HCl 0.313 M. Sama halnya
dengan larutan HCl, perlakuan yang sama terhadap CH 3COOH. Sehingga
diperoleh larutan CH3COOH dengan 5 variasi konsentrasi yakni, 0.5 M , 0.25 M,
0.125 M, 0.0625 M dan 0.0313 M.
Mekanisme reaksi standarisasi yang dilakukan :
a) HCl (l) + H2O(aq) HCl(aq)
b) HCl (aq) + H2O(aq) HCl(aq)
c) CH3COOH(s) + H2O(l) CH3COOH(aq)
d) CH3COOH(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq)
Diperoleh data titrasi. Untuk larutan HCl 0.5 M , Vtitran = 44.6 mL Larutan
HCl 0.25 M, Vtitran = 32.6 mL. Larutan HCl 0.125 M, Vtitran = 16 mL. Larutan HCl
0.0625 M, Vtitran = 6.6 mL. Larutan HCl 0.0313 M, Vtitran = 8.5 mL. Untuk larutan
CH3COOH 0.5 M, Vtitran = 71.1 mL. Larutan CH3COOH 0.25 M, Vtitran = 24.6 mL.
Larutan CH3COOH 0.125 M, Vtitran = 100 mL. Larutan CH3COOH 0.0625 M,
Vtitran = 9.5 mL. Larutan CH3COOH 0.0313 M, Vtitran = 10 mL. Semakin besar
konsentrasi maka semakin besar pula volume titran basa (NaOH) yang dibutuhkan
untuk mencapai titik akhir titrasi.

III. KESIMPULAN
Berdasarkan data yang di peroleh setelah praktikum maka dapat
disimpulkan bahwa percobaan ini adalah proses adsorpsi fisika, dimana
molekul-molekul zat terikat pada permukaan oleh gaya-gaya fisis yang
ditimbulkan oleh gaya van der waals dan gaya ikatnya tidak terlalu kuat
sehingga perlu diperhatikan dalam pengocokan agar tidak terlalu kuat atau
tidak lama supaya molekul zat yang terikat tidak lepas. Serta diketahui bahwa
semakin tinggi konsentrasi larutan atau adsorbatnya maka semakin tinggi daya
adsorpsinya dan semakin banyak juga zat yang teradsorpsi dan begitu juga
sebaliknya.

IV. SARAN
Saran untuk percobaan selanjutnya, dapat meggunakan karbon aktif
bukan berupa norit, tetapi karbon aktif yang sesungguhnya atau dari arang
kayu dan menggunakan larutan asam lain seperti H2SO4 dan KCl.

V. PERHITUNGAN
VI. JAWABAN PERTANYAAN
1. Adsorpsi fisika
2. Adsorpsi fisika : adsorpsi karbon aktif
Adsorpsi kimia : ion exchange
3. Pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan bantuan panas,
uap dan CO2. Arang akan menjadi aktif, larutan asam, dan terbentuk
endapan.
4. Isoterm freudlich berlaku untuk gas yang bertekanan rendah, semua
tempat di atas permukaan tidak sama dengan lapisan molekul gas padat
1/n
bersifat multilayer dengan persamaan: V + Kp . Batasnya adalah
kelarutan harus ideal, nilai batasnya = Vm. Vm akan dicapai walaupun
tekanan gas yang dibutuhkan untuk menutupi satuan-satuan massa
adsorben. Isoterm Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat
padat kurang baik, karena pada adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada
permukaan adsorben besifat heterogen. Gas merupakan campuran
homogen sehingga kurang cocok jika digunakan dalam isoterm
Freundlich.
5. Karena nilai Vm tidak akan dicapai walaupun tekanannya diperbesar
sedangkan pada isoterm Langmuir mengemukan asumsi yang lebih baik.
Karena adsorpsi pada Langmuir bersifat homogen maka lebih
memuaskan dibandingkan dengan pada isoterm Freundlich yang bersifat
heterogen.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Atkins, P, W. 1990. Kimia Fisika Edisi ke IV. Jakarta : Erlangga
Bird, T. 1991. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga : Jakarta
John Kenkel, 2003. Analytical Chemistry for Technicians. Lewis
Publishers: Washington
Harjadi., W. 1990. Ilmu kimia Analitik dasar. Gramedia : Jakarta

Sediawan, W. B. 2000. Berbagi Teknologi Proses Pemisahan. Prosiding


Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir V. Jakarta.Shadily,
Hasan. 1973. Ensiklopedia Umum. Yogyakarta: Kanisus.

Sumarna, 2009

Wahyuni. S, 2013. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang :


Jurusan Kimia FMIPA UNNES

Anda mungkin juga menyukai