Anda di halaman 1dari 9

ATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat serta
kaunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah Keperawatan
Anak yang Alhamdullillah tepat pada waktunya yang berjudul MAKALAH KEPERAWATAN
JIWA IIRESPON PSIKOFISIOLOGI
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah awt. Senantiasa meridhai
usaha kita. Amin.

Palembang, September 2014

Penyusun
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR ISI

Halaman judul......................................................................................... i
Kata pengantar........................................................................................ ii
Daftar isi.................................................................................................. iii
Bab I : PENDAHULUAN
a. Latar belakang............................................................................. 1
b. Tujuan penulisan.......................................................................... 2
Bab II : PEMBAHASAN
A. Definisi........................................................................................ 3
B. Konsep peringatan....................................................................... 3
C. Diagnosa keperawatan dan diagnosa medik............................... 5
D. Pengkajian pada klien dengan respon psikofisiologi................... 5
E. Penentuan diagnosa keperawatan............................................... 9
Bab IV : PENUTUP
a. Kesimpulan.................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ketidak mampuan dalam penyesuaian diri terhadap berbagai persoalan hidup manusia,
bukan hanya menyebabkan gangguan mental. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa situasi
yang memberi tekanan pada seseorang dapat mengakibatkan keluhan-keluhan fisik seperti sakit
kepala, asam lambung meningkat, dan sebagainya. Banyak kasus dimana analisa dan segala jenis
pemeriksaan oleh dokter menunjukkan seseorang secara fisik tidak mempunyai masalah fisik.
Namun pada kenyataannya orang tersebut mengeluh karena sakitnya.
Masalah-masalah emosional yang tidak ditangani adalah penyebab 85% penyakit fisik.
Itulah mengapa penanganan penyakit fisik tidak membuahkan hasil yang tuntas karena
mengabaikan masalah emosional.
Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu psiko yang artinya psikis, dan somatis yang
artinya tubuh. Dalam Diagnostic And Statistic Manual Of Mental Disorders edisi ke empat
(DSM IV) istilah psikosomatis telah digantikan dengan kategori diagnostik faktor psikologis
yang mempengaruhi kondisi medis.
Gangguan psikofisiologis merupakan gangguan kesehatan yang umum dijumpai di
populasi, namun seringkali menimbulkan kesalahpahaman dibidang medis. Psikosomatis
merupakan salah satu gangguan kesehatan atau penyakit yang ditandai oleh bermacam-macam
keluhan fisik. Berbagai keluhan tersebut acapkali berpindah-pindah. Sebagai contoh dalam
waktu beberapa hari terjadi keluhan pada pencernaan, disusul gangguan pernafasan pada hari-
hari berikutnya. Atau kadang keluhan tersebut menetap hanya pada satu sistem saja, misal hanya
pada sistem pencernaan (gangguan lambung). Kondisi inilah yang seringkali menjadi sebab
berpindah-pindahnya penderita dari satu dokter ke dokter yang lain ("doctor shopping"). Ada
sebagian pasien yang kemudian jatuh pada perangkap medikalisasi, yakni upaya atau tindakan
dengan berbagai teknik dan taktik, yang membuat mereka terkondisi dalam keadaan sakit dan
memerlukan pemeriksaan maupun pengobatan.
Dalam gangguan psikofisiologis faktor-faktor psikologis benar-benar menyebabkan
gangguan-gangguan fisik. Misalnya, stress psikologis yang lama dapat menyebabkan produksi
asam lambung bertambah dan asam tersebut dapat menyebabkan lubang pada dinding lambung.
Dalam gangguan somatoform, faktor-faktor psikologis menyebabkan simtom-simtom gangguan-
gangguan fisik tetapi tidak ada gangguan-gangguan yang aktual (tidak ada jaringan-jaringan
yang rusak dalam tubuh). Misalnya seseorang yang menderita gangguan konversi kemungkinan
akan menderita kelumpuhan pada lengan, tetapi syaraf-syaraf otot atau tulang lengan tidak rusak.

B. TUJUAN
Agar mahasiswa/i mampu memahami respon psikofisiologi
Agar mahasiswa/i mampu mempelajari dan megerti konsep peringatan dan bertahap kelelahan
Agar mahasiswa/i mampu merumuskan diagnosa keperawatan dan mengeti diagnosa medik
pada respon psikofisiologi
Agar mahasiwa mampu melakukan pengkajian s/d evaluasi pada [asien dengan gangguan
pisikofisiologi

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu psiko yang artinya psikis, dan somatis yang
artinya tubuh. Psikofisioliogis merupakan salah satu gangguan kesehatan atau penyakit yang
ditandai oleh bermacam-macam keluhan fisik. , Kellner (1994) mengungkapkan bahwa istilah
psikosomatik menunjukkan hubungan antara jiwa dan badan. Gangguan psikosomatik
didefinisikan sebagai suatu gangguan atau penyakit fisik dimana proses psikologis memainkan
peranan penting, sedikitnya pada beberapa pasien dengan sindroma ini. Menurut Terry Beehr dan
John Newman (1978) gejala stress kerja dapat di bagi dalam 3 (tiga) aspek, yaitu gejala
psikologis, gejala psikis dan perilaku
Gangguan pada perkembangan disebabkan oleh dua hal yaitu gangguan yang disebbakan
oleh keadaan fisik dan gangguan yang disebabkan oleh emosi atau keadaan psikologis, gangguan
fisik merupakan efek dari masalah psikologis dan sosial di sebut sebagai psikosomatis yang
kemuidian lebih di kenal dengan psikofisiologi, yaitu penyakit fisik yang di sebabkan oleh faktor
psikologis (Peterson et.al.,2003)
Gangguan psikofisiologis merupakan gangguan atau penyakit yang mencakup kerusakan
tubuh. Gangguan psikofisiologis seperti asma, ditandai oleh simptom-simptom fisik yang nyata
yang di sebabkan oleh faktor-faktor psikologis. (Gerald. et.al.,271 ).

B. KONSEP PERINGATAN BERTAHAN KELELAHAN


1). Reaksi Alarm ( Waspada).
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi
stressor. Reaksi psikologis fight or flight dan reaksi fisiologis.
Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan
gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas.
Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan
daya tahan tubuh menurun. Reaksi alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari
tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya
menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula
darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya
epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran
darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan respons melawan
atau menghindar . Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih
menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
2). Reaksi Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan
masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis
sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress.
Bila teratasi gejala stress menurun atau normal tubuh kembali stabil, termasuk hormon,
denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap
stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel sel yang rusak. Bila gagal maka individu
tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.

3). Reaksi Exhaustion (Kelelahan)


Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya.
Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit
kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi
diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian. Tahap ini cadangan energi telah
menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan
tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian
individu tersbut.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN DIAGNOSA MEDIK YANG BIASA MUNCUL PADA


RESPON PIKOFISIOLOGI YANG MALADAPTIF
Diagnosa keperawatan menggambarkan interaksi biopsikososial individu. Model stress
adaptasi dpt digunakan dlm penentuan dx kep
Dx kep mayor (menurut Stuart & Sunden):
Gangguan penilaian
Nyeri kronik
Gangguan pola tidur
Diagnosa medis yang berkaitan antara lain:
Gangguan somatisasi
Gangguan konversi
Hypocondriasis
Gg tbh dismorfik
Gg nyeri
Insomnia
Primary Hipersomnia
narkoleksi

D. PENGKAJIAN PADA KLIEN DENGAN RESPON PSIKOFISIOLOGI


1. Fisiolgis
Untuk melihat gejala fisik atau faktor yang mempengaruhi kondisi fisik, yang meliputi :
Kardiovaskuler : angina, hipertensi, sakit kepala
Musculoskeletal : LBP (low back pain), arthritis
Pernafasan : asma, hiperventilasi
Pencernaan : anoreksia, peptic ulcer,colitis, obesitas
Kulit : eczema, puritus, neurodermatitis
Genitourinari : impotensi, PMS
Endokrinologi : diabetes, hipertiroid
2. Psikologis
Pada individu mungkin terdapat gejala fisik tapi tidak ada kelainan organik (somatoform
disorder). Terdiri dari:
Somatization disorder. Banyak keluhan tentang keadaan fisik tapi tidak ditemui adanya kelainan
fisik. Misal palpitasi, sakit kepala dll.
Conversion disorder, yaitu seseorang merasa kehilangan atau mengalami perubahan fungsi fisik
Hipokondriasis. Dipenuhi oleh rasa takut bahwa dirinya menderita penyakit parah berdasar
penafsiran yang salah terhadap gejala tubuh
Kelainan dismorfik tubuh, yaitu seseorang dengan penampilan normal merasa mengalami cacat
fisik
Pain disorder, faktor psikologis mempunyai peranan penting dalam awitan maupun keparahan
nyeri.
3. Faktor Prediposisi
Faktor biologis
-Keseimbangan hormonal mempengaruhi emosi seseorang
- Faktor genetic
Faktor psikologis
Kepribadian tipe A. Penyakit fisik bisa disertai dengan kelainan organik dan ada pula yang tanpa
ada kelainan organik.
Faktor sosial
- Keparahan gejala dipengaruhi aspek lingkungan sosial
- Konsep peran sakit dalam lingkungan sosial. Menjadi sakit adalah peran sosial dimana
masyarakat menempatkan kepercayaan & harapan pada individu

4. Faktor Presipitasi
Yaitu adanya stimulus yang meningkat dari lingungan internal atau eksternal yang
diterima individu yang melebihi sumber koping yang dimiliki dan membahayakan dirinya.
Respon psikofisiologis yang muncul akibat stimulus tetsebut dipengaruhi oleh pengalaman
individu dalam menginterpretasi keadaan stressful. Misal: diare menjelang ujian. Akumulasi dari
stressor kecil.
5. Sumber Koping
Perlu dikaji kebiasaan koping pasien, support sistem dari keluarga, teman, pemberi
layanan kesehatan.
6. Mekanisme Koping
Kelainan psikofisiologi dipandang sebagai upaya untuk mengatasi ansietas akibat stres yang
berlebihan. Mekanisme defensif yang berkaitan antara lain :
Represi perasaan, konflik dan impuls yang tidak dapat diterima.
Dalam hal ini pengalaman yang menyakitkan, kenangan yang tidak diharapkan pikiran dan
impuls yang tidak menyenangkan dikeluarkan dari kesadaran. Atau dalam arti lain represi adalah
menekan semua pengalaman yang menyakitkan, kenangan yang tidak diharapkan, impuls yang
tidak menyenagkan kealam tak sadar secara tidak sadar.contoh:seorang anak yang semasa
kecilnya sering mendapat perlakuan kasar ia akan melupakan semua kejadian tersebut secara
tidak sadar, tetapi smeua kenangan tersebut akan terakumulasi di alam bawah sadarnya.
Menyangkal masalah (Denial)
Mengingkari pikiran keinginan, fakta dan kesedihan yang tidak dapat ditoleransicontoh:pasien
kanker,menyatakan dokter salah diagnosa.
Kompensasi
Proses dimana seseorang menutupi kekurangannya dengan menekan segi lain yang dianggap
menjadi kelebihannya. contoh: seorang siswa yang dalam prestasi belajarnya maka ia akan
menutupinya dengan pandai bermain musik. Seorang yang sakit dan tidak mampu beraktivitas
secara fisik maka dia akan berupaya memaksimalkan aktivitas yang lain misal dengan menulis.
Regresi
Yaitu suatu mekanisme dimana saat sakit individu kembali ke tingkat perkembangan
sebelumnya. Missal seorang anak yang biasanya sudah bisa mandiri dalam ADL saat sakit
menjadi ngompol, selalu minta dilayani
Supresi
Menekan secara sadar pikiran, impuls dan perasaan yang tidak menyenang kealam tak
sadar. contoh: seorang siswa pergi menonton film bersama teman dekatnya,maka pada saat
belajar dikelas dia berusaha untuk melupakan kejadian tersebut untuk lebih konsentrasi
mengikuti pelajaran.
Identifikasi
Proses dimana seseorang meniru cara berfikir dan berperilaku dari seseorang yang
dikagumi. contoh: seorang anak SMA yang mengidolakan Agnes Monica meniru cara berpakaian
dan model rambut seperti Agnes Monica
Reaksi formasi
Mengembangkan pola sikap dan perilaku tertentu yang disadari berlawanan dengan perasaan dan
keinginannya. contoh: seseorang marah pada temannya tapi malah bersikap baik dan
meminjamkan catetan kuliah dengan sikap yang manis.
Rasionalisasi
Berusaha memperlihatkan tingkah laku yang tampak sebagai hasil pemikiran yang logis.contoh:
tidak punya uang untuk beli kendaran, dikatakan bahwa jalan kaki lebih sehat dari pada naik
kendaraan.

E. PENENTUAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN RESPON


PSIKOFISIOLOGI
Perawat harus mampu :
1. Mengumpulkan data yang valid dan berkaitan
2. Menganalisis data ke dalam kelompok
3. Membedakan diagnosa keperawatan dari masalah kolaboratif
4. Merumuskan diagnosa prioritas
Penentu Prioritas Diagnosis
Dengan menentukan diagnosis keperawatan, maka dapat diketahui diagnosis mana yang
akan dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segara dilakukan dalam menentukan prioritas
terdapat beberapa pendapat urutan prioritas, diantaranya :
1. Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)
Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan atau mengancam jiwa yang dilatar
belakangi dari prinsip pertolongan pertama yaitu dengan membagi beberapa prioritas diantaranya
prioritas tinggi, prioritas sedang , dan prioritas rendah, yaitu :
a. Prioritas tinggi : mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan (nyawa seseorang) sehingga
perlu dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti masalah bersihan jalan nafas.contoh
diagnosa..................
b. Prioritas sedang : menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam hidup klien
seperti masalah higiene perseorangan.contoh diagnosa.................
c. Prioritas rendah : menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis dari suatu
penyakit yang secara spesifik seperti masalah keuangan atau lainnya.contoh diagnosa..................

2. Berdasarkan kebutuhan maslow


Maslow mentukan prioritas diagnosis yang akan direncanakan berdasarkan kebutuhan
diantaranya kebutuhan fisiologis keselamatan dan keamanan, mencintai dan memiliki, harga diri
dan aktualisasi diri, yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Untuk prioritas diagnosis yang akan direncanakan maslow membagi urutan tersebut
berdasarkan urutan kebutuhan dasar manusia di antaranya :
a. Kebutuhan fisiologis, meliputi masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan, perawatan
kulit, mobilitas, eliminasi
b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan, meliputi masalah lingkungan, kondisi tempat tinggal,
perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut.
c. Kebutuhan mencintai dan dicintai, meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam
kelompok, hubungan antar manusia.
d. Kebutuhan harga diri, meliputi masalah respect dari keluarga, perasaan menghargai diri sendiri.
e. Kebutuhan masalah aktualisasi diri, meliputi kepuasan terhadap lingkungan.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gangguan psikofisiologis merupakan gangguan kesehatan yang umum dijumpai di
populasi, namun seringkali menimbulkan kesalahpahaman dibidang medis. Psikosomatis
merupakan salah satu gangguan kesehatan atau penyakit yang ditandai oleh bermacam-macam
keluhan fisik. Berbagai keluhan tersebut acapkali berpindah-pindah. Sebagai contoh dalam
waktu beberapa hari terjadi keluhan pada pencernaan, disusul gangguan pernafasan pada hari-
hari berikutnya. Atau kadang keluhan tersebut menetap hanya pada satu sistem saja, misal hanya
pada sistem pencernaan (gangguan lambung).
Diagnosa keperawatan dan diagnosa medik yang biasa muncul pada respon
pikofisiologiyang maladaptive,diagnosa keperawatan menggambarkan interaksi biopsikososial
individu. Model stress adaptasi dpt digunakan dlm penentuan dx kep
Dx kep mayor (menurut Stuart & Sunden) : Gangguan penilaian, Nyeri kronik, Gangguan
pola tidur. Diagnosa medis yang berkaitan antara lain : Gangguan
somatisasi, Gangguan konversi,Hypocondriasis, Gangguan tubuh
dismorfik, Ganggguan nyeri, Insomnia, Primary Hipersomnia, narkoleksi

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA

http://www.klinikhudassari.com/berita-156-gangguan-psikofisiologis.html

Maslim, rusdi.2002.Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringakas Dari PPDGJ-III.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai