Anda di halaman 1dari 10

UNIVERSITAS INDONESIA

RINGKASAN JURNAL
RECOMENDATIONS ON DISCLOSURE OF NONFINANCIAL
PERFORMANCE MEASURES
MATA KULIAH STANDAR DAN ANALISIS AKUNTANSI KEUANGAN
PERTEMUAN 11

Disusun oleh Kelompok 2:


Daniel Pandapotan 1406659316
Ricky Erri Thoiffur 1506701230
Irsalina Rizka Nurfadhilah 1506774081

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS INDONESIA
NOVEMBER 2016
PERNYATAAN AUTHORSHIP

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir


adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya
gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.

Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Mata Ajaran : Analisis Laporan Keuangan


Judul Tugas : Analisis Kasus Northrop Corporation
Tanggal : 17 November 2016
Dosen :

Nama Mahasiswa : Daniel Pandapotan


Nomor Pokok : 1406659316
Tandatangan :

Nama Mahasiswa : Ricky Erri Thoiffur


Nomor Pokok : 1506701230
Tandatangan :

Nama Mahasiswa : Irsalina Rizka Nurfadhilah


Nomor Pokok : 1506774081
Tandatangan :
REKOMENDASI ATAS PENGUNGKAPAN UKURAN-UKURAN KINERJA NON
KEUANGAN

Ditulis oleh: AAA Financial Accounting Standards Committee

Riviu Literatur Akademik terkait Pengukuran Kinerja Non Keuangan

Komite meyakini bahwa ukuran-ukuran kinerja non keuangan seharusnya dinilai dengan
kriteria yang sama dengan ukuran-ukuran kinerja keuangan, yaitu karakteristik relevan
(relevance), keandalan (reliability), dan dapat diperbandingkan (comparability), yang dianut
di dalam Qualitative Characteristic of Accounting Information No. 2. Oleh karena itu,
penulis menyusun diskusi riset akademis mengenai pengukuran kinerja non keuangan terkait
tiga dimensi tersebut.

Relevan
Banyak individu dan grup telah menyerukan agar korporasi-korporasi mengungkapkan
informasi non keuangan dengan lebih banyak (AICPA 1994; Boulton et al. 2000; Eccles et al.
2001; Lev 2001). Individu-individu dan grup-grup ini berargumentasi bahwa ukuran
keuangan tradisional telah berkurang relevansinya yang disebabkan oleh adanya perubahan
pada model-model bisnis yang merefleksikan new economy. Ditambah lagi, banyak kritik
bermunculan terkait sifat melihat-ke-belakang yang dimiliki ukuran-ukuran keuangan dan
kesan bahwa ukuran keuangan memberikan insight yang sedikit terhadap kinerja perusahaan
di masa depan. Permintaan akan ukuran-ukuran pelaporan kinerja non keuangan eksternal
juga muncul dari perusahaan-perusahaan yang mengadopsi kerangka evaluasi kinerja internal
yang memasukkan ukuran-ukuran non keuangan, seperti Balance Scorecard (Kaplan and
Norotn 1996). Investor telah meminta pelaporan eksternal memasukkan metriks evaluasi
kinerja yang digunakan secara internal dan ukuran-ukuran tersebut terintegrasi ke dalam
strategi perusahaan. Kerangka seperti model PricewaterhouseCoopersValueReporting TM
(Eccles et al. 2001) memberikan contoh terkait pendekatan ini.

Ada banyak bukti bahwa beberapa perusahaan mengungkapkan informasi kinerja non
keuangan secara sukarela (Eccles et al. [2001] dan Upton [2001] sebagai contoh). Ditambah
lagi, para analis keuangan profesional merujuk kepada ukuran-ukuran non keuangan di dalam
laporan-laporan mereka (Previts et al. 1994) dan mereka tetap menggunakan ukuran-ukuran
tersebut untuk mengevaluasi kinerja jangka panjang suatu perusahaan (Dempsey etal. 1997).
Walaupun demikian, hasil-hasil ini tidak dapat mendukung bukti adanya hubungan antara
data non keuangan, kinerja keuangan masa depan, dan equity value.

Penelitian-penelitian di sini menggunakan dua pendekatan untuk menguji hubungan-


hubungan tersebut dan mendokumentasi relevansi informasi non keuangan: (1) membuat
hubungan langsung antara ukuran-ukuran non keuangan dengan equity values dan (2)
mendemonstrasikan hubungan antara ukuran-ukuran non keuangan saat ini dengan informasi
keuangan masa depan, yang mengindikasikan bahawa informasi non keuangan seharusnya
bermanfaat bagi para investor dan kreditor. Kategori pertama disebut sebagai value relevance
test, sedangkan kategori kedua disebut predictive ability test. Penelitian-penelitian terkait tes-
tes tersebut diuji pada industri-industri dimana informasi pengukuran kinerja non keuangan
dapat diakses oleh publik, dimana hal ini dapat menimbulkan keprihatinan terhadap jumlah
sampel yang sedikit atau self-selection biases. Penelitian di area ini, bagaimanapun, menguji
relevansi industri yang cukup beragam dan ukuran-ukuran non keuangan, termasuk
pengukuran terkait statistik kinerja penerbangan, kepuasan pelanggan, polusi udara, paten,
kualitas, dan pertumbuhan/penetrasi pasar. Subbagian di bawah ini meringkas temuan-temuan
dari penelitian ini, dan juga hasil dari penelitian pada kompensasi manajemen dan kerangka
kinerja yang juga menjelaskan relevansi ukuran-ukuran kinerja non keuangan.

Penelitian mengenai Value Relevance

Penelitian mengenai value relevance secara khusus meregresi harga saham atau market-to-
book ratio terhadap ukuran-ukuran non keuangan. Amir dan Lev (1996) menguji dua ukuran
non keuangan yang digunakan di dalam industri ponsel seluler: Total populasi di dalam
sebuah area pelayanan, dimana ini adalah sebuah ukuran dari potensi pertumbuhan, dan rasio
pelanggan terhadap total populasi, dimana ukuran ini mengukur kesuksesan operasi dan
kompetisi. Mereka menemukan bahwa kedua ukuran tersebut secara positif terkait dengan
harga saham. Mereka juga menemukan hubungan antara informasi non keuangan dan
keuangan, dengan relevansi nilai ukuran-ukuran keuangan seperti pendapatan dan nilai buku
muncul hanya saat dikombinasikan dengan informasi non keuangan. Hughes (2000)
mendokumentasikan sebuah relasi antara ukuran emisi sulfur dioksida dan harga pasar
ekuitas perusahaan utilitas listrik. Ia menemukan bahwa hubungan ini bervariasi dari waktu
ke waktu sebagai respon atas perubahan baik pada regulasi lingkungan dan proses produksi
utilitas. Hirschey et al. (2001) menguji apakah informasi non keuangan pada kualitas paten
mempengaruhi hubungan antara biaya R&D dan harga pasar. Mereka mendokumentasikan
sebuah hubungan yang lebih kuat antara biaya R&D dan harga pasar untuk perusahaan-
perusahaan dengan paten-paten yang lebih sukses, yang diindikasikan dengan informasi non
keuangan seperti kutipan paten, usia rata-rata paten baru, dan dekatnya paten kepada
penelitian terbaru. Akhirnya, Ittner dan Larcker (1998) mempelajari relevansi sebuah ukuran
kepuasan pelanggan yang dipublikasikan. Ukuran ini merepresentasikan sebuah agregasi dari
respon-respon pelanggan terhadap 15 pertanyaan terkait keseluruhan kepuasan pelanggan,
konfirmasi ekspektasi pelanggan, dan perbandingan kepada kondisi yang ideal. Ittner dan
Larcker (1998) menemukan ukuran ini berkorelasi positif kepada harga pasar, dan hubungan
ini bervariasi di setiap industri.

Asosiasi atau Sebab Akibat?

Penulis mencatat bahwa kesimpulan penelitian-penelitian di atas bergantung pada metode


regresi yang mengukur asosiasi dibandingkan sebab-akibat. Hasil regresi
memberitahukan kepada kita apakah ukuran non keuangan berasosiasi dengan harga saham,
bukan apakah para investor sebenarnya menggunakan ukuran tersebut para investor malah
bisa saja menggunakan informasi lainnya yang berkorelasi dengan ukuran non keuangan.
Ditambah lagi, penelitian-penelitian ini seringkali menggunakan pendekatan deskriptif dan
tidak merinci bagaimana ukuran-ukuran non keuangan seharusnya secara ekonomi
berhubungan dengan kinerja keuangan dan harga saham. Kurangnya prediksi secara teoritis
lebih lanjut lagi mengurangi kepercayaan dalam mengatribusikan hubungan-hubungan yang
diobservasi terhadap ukuran kinerja non keuangan spesifik. Ketidakmampuan penelitian-
penelitian ini untuk mengidentifikasi informasi dasar yang digunakan oleh partisipan pasar
secara jelas meningkatkan penekanan mengenai implikasi studi-studi untuk pembuatan
standar.

Penelitian-penelitian yang menguji pengembalian saham yang mengelilingi penerbitan


informasi non keuangan dapat memitigasi masalah kausalitas; sayangnya, hal ini seringkali
sulit untuk mengidentifikasi tanggal pertama kali informasi tersebut tersedia di pasar.
Ditambah lagi, perusahaan-perusahaan seringkali menyajikan informasi keuangan bersamaan
dengan ukuran-ukuran non keuangan, membuat sulit untuk mengisolasi efek terpisah mereka.
Penelitian Ittner and Lacker (1998) mengidentifikasi tanggal-tanggal publikasi satu ukukan
non keuangan, yaitu indeks kepuasan pelanggan di majalah Fortunes. Mereka menguji reaksi
pasar saham terhadap informasi ini dan menemukan bahwa besarnya tingkat pengembalian
abnormal suatu saham perusahaan di dalam sepuluh hari sekitar rilisnya indeks kepuasan
pelanggan berhubungan positif dengan besarnya indeks kepuasan pelanggan tersebut.
Temuan ini memberikan dukungan pada kepercayaan bahwa investor bereaksi secara
langsung kepada ukuran-ukuran non keuangan.

Studi-Studi terkait Predictive Ability

Kategori kedua penelitian-penelitian menginvestigasi kemampuan ukuran kinerja non


keuangan untuk memprediksi ukuran keuangan masa depan. Dengan mendokumentasikan
sebuah asosiasi antara ukuran non keuangan saat ini dengan ukuran keuangan masa depan,
studi-studi ini mengimplikasikan bahwa ukuran-ukuran non keuangan seharusnya menjadi
relevan untuk investor dan kreditor dimana keputusan mereka berdasarkan ekspektasi mereka
terhadap realisasi ukuran-ukuran keuangan masa depan. Dengan menggunakan data tingkat
kepuasan pelanggan berbasis survei untuk perusahaan telekomunikasi, Ittner dan Lacker
(1998) mendokumentasikan sebuah relasi yang signifikan secara statistik antara kepuasan
pelanggan dalam satu tahun dengan pendapatan tahun berikutnya dan rasio retensi pelanggan;
bagaimanapun data kepuasan pelanggan hanya kurang dari 5 persen dari metriks tersebut.
Penulis studi juga menggunakan ukuran kepuasan pelanggan agregat pada tingkat cabang
bank untuk menilai hubungan antara kepuasan pelanggan dengan ukuran-ukuran satu tahun
seperti pendapatan, beban-beban, marjin, dan pengembalian pada penjualan. Penulis
menggambarkan temuan-temuan mereka sebagai sebuah bukti sebuah hubungan antara
kepuasan pelanggan dengan ukuran-ukuran keuangan tersebut. Sama halnya, Banker et el
(2000) menguji kekuatan prediktif ukuran kepuasan pelanggan dengan laporan bahwa
ukuran-ukuran komplain pelanggan dan pelanggan yang kembali adalah indikator utama
pendapatan dan keuntungan di industri perhotelan. Ditambah lagi, mereka memberikan bukti
bahwa ukuran-ukuran ini memberikan informasi tambahan kepada kinerja keuangan masa
lalu.
Nagar dan Rajan (2001) menguji hubungan antara penjualan di masa depan dengan ukuran-
ukuran non keuangan (tingkat cacat dan pengiriman tepat waktu) dan keuangan (internal and
external failure cost) untuk perusahaan manufaktur. Mereka menemukan bahwa baik ukuran-
ukuran non keuangan dan keuangan secara signifikan memprediksi penjualan satu kuartal ke
depan, bagaimanapun, ukuran non keuangan mendominasi efek ukuran keuangan saat
keduanya termasuk di dalam regresi. Untuk penjualan empat kuartal ke depan, kedua ukuran-
ukuran tersebut memiliki kekuatan menjelaskan dalam regresi yang dikombinasikan,
menunjukkan bahwa mereka saling melengkapi satu sama lain. Behn dan Riley (1999) juga
mendokumentasikan sebuah hubungan antara ukuran kualitas non keuangan yang
dipublikasikan pada industri penerbangan dengan pendapatan usaha pada saat yang sama,
pendapatan usaha masa depan, dan penghasilan operasi masa depan.

Penelitian lainnya menginvestigasi apakah sifat-sifat ukuran kinerja non keuangan menambah
kemampuan individu untuk meramalkan ukuran keuangan masa depan. Luft dan Shields
(2002) berargumentasi bahwa ukuran-ukuran non keuangan sering menciptakan sebuah fokus
pada masa depan, sebagai kebalikan dari fokus masa lampau yang dimiliki ukuran keuangan.
Lebih lanjut lagi, mereka menjaga bahwa ukuran-ukuran non keuangan menyebabkan
individu untuk memperhatikan lebih dekat kepada hubungan melibatkan ukuran keuangan
masa depan dan peningkatan keakuratan prediksi mereka terhadap ukuran-ukuran tersebut.
Dalam mendukung kepercayaan mereka, Luft dan Shields (2002) menemukan bahwa ramalan
seseorang terhadap keuntungan masa depan lebih akurat saat seseorang mendasarkan
ramalannya pada persentase kecacatan pada suatu proses produksi pada saat ini (ukuran non
keuangan) dibandingkan dengan biaya rework dan spoilage (ukuran keuangan).

Insight dari Penelitian-Penelitian mengenai Kompensasi Manajemen

Penelitian-penelitian pada penggunaan ukuran non keuangan dalam kompensasi manajemen


memberikan insight yang digambarkan dari studi-studi mengenai value relevance dan
predictive ability. Studi-studi terkait kompensasi manajemen mongkonfirmasi bahwa ukuran
kinerja non keuangan adalah berbeda-beda di setiap perusahaan maupun industri. Sebagai
tambahan, penelitian di area ini menemukan bahwa variasi spesifikasi perusahaan secara
signifikan mempengaruhi porsi yang diletakkan di ukuran non keuangan dalam kontrak
kompensasi. Lebih rinci lagi, faktor-faktor seperti panjangnya product development dan life
cycle, apakah perusahaan membuat sebuah inovasi atau strategi prospektor, dan tingkat
presisi variabel keuangan mempengaruhi porsi variabel non keuangan di dalam kompensasi
insentif (Bushman et al. 1996; Ittner et al. 1997). Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa
kegunaan ukuran kinerja non keuangan tidak universal, tergantung dari karakteristik
perusahaan. Jadi, untuk beberapa industri dan perusahaan, model-model dalam memprediksi
kinerja keuangan masa depan tidak memasukkan ukuran kinerja non keuangan.

Kerangka Kinerja Keuangan/Non Keuangan Terintegrasi

Dari penelitian-penelitian di atas, muncul isu apakah perusahaan-perusahaan seharusnya


menggunakan kerangka terintegrasi untuk melaporkan ukuran-ukuran keuangan dan non
keuangan. Kerangka terintegrasi ini harus dapat menyajikan ukuran-ukuran kinerja non
keuangan dan memberikan sebuah deskripsi model bisnis perusahaan di dalam konteks
ukuran-ukuran tersebut dan bagaimanaukuran-ukuran tersebut terpetakan ke dalam nilai
perusahaan. Pendekatan ini menggaris bawahi kerangka seperti Balance Scorecard milik
Kaplan dan Norton (1996) dan PricewaterhouseCoopersValueReporting (Eccles et al. 2001).
Penelitian-penelitian ini menghasilkan dokumentasi setidaknya satu manfaat di setiap model.
Lebih spesifik lagi, Lipe dan Salterio (2002) menemukan bahwa mengorganisasi ukuran-
ukuran kinerja berdasarkan kategori-kategori Balance Scorecard membantu para pengguna
laporan untuk menyadari kelebihan-kelebihan di antara ukuran-ukuran kinerja dan
menyesuaikan penialaian mereka terhadap kinerja atas kelebihan-kelebihan tersebut.

Bagaimanapun, para peneliti memunculkan pertanyaan apakah para manajer perusahaan,


apalagi investor, dapat sepenuhnya menjelaskan model-model menghubungkan ukuran-
ukuran kinerja non keuangan ke nilai perusahaan. Contohnya, Banker et al. (2000)
menemukan bahwa para manajer hotel tidak berfokus pada ukuran kepuasan pelanggan pada
saat membuat kompensasi insentif. Banker et al (2000) berpendapat bahwa saat para manajer
tahu sebuah hubungan antara kepuasan pelanggan dengan profitabilitas, mereka tidak tahu
kapan atau besarnya hubungan tersebut. Ittner dan Lacker (1998) juga melaporkan perihal
yang sama. Penelitian mereka menemukan bahwa kurang dari 55 persen eksekutif senior bisa
menghubungkan ukuran-ukuran kualitas mereka ke operasional, produktivitas, atau
peningkatan pendapatan. Tapi, kurang dari 30 persen yang dapat menghubungkan ukuran-
ukuran kualitas tersebut kepada akuntansi atau tingkat pengembalian saham. Temuan-temuan
ini menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan partisipan pasar saham untuk
menggunakan informasi non keuangan secara benar dan mengenai kemampuan manajemen
untuk memberikan model yang membantu dalam tugas ini.

Ringkasan dari Temuan-Temuan Penelitian mengenai Relevansi

Secara keseluruhan, studi-studi yang menguji relevansi ukuran kinerja non keuangan
memberikan beberapa dukungan bahwa ukuran-ukuran ini dapat memprediksi variabel
keuangan di masa depan dan bahwa para analis dan partisipan pasar lainnya menggunakan
ukuran-ukuran non keuangan untuk menilai saham. Literatur ini memberikan bukti baik
hubungan tambahan maupun pelengkap antara ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan
dalam memprediksi kinerja keuangan masa depan dan menunjukkan bahwa pasar mengambil
pelengkap-pelengkap tersebut dalam menilai saham. Penelitian juga mengindikasikan bahwa
pasar menginterpretasikan informasi non keuangan sesuai kondisinya, seperti pertimbangan
faktor karakteristik perusahaan, industri, lingkungan, dan regulasi. Satu kesimpulan
penafsiran hasil-hasil penelitian ini adalah bahwa nilai ukuran-ukuran non keuangan itu
bersifat berbeda satu perusahaan dengan perusahaan lainnya dan yang terbaik adalah yang
dapat disampaikan di dalam konteks strategi perusahaan.

Reliability
Tiga pertanyaan yang berhubungan dengan keandalan dari ukuran-ukuran kinerja non
keuangan:

Apakah ukuran-ukuran tersebut dapat diandalkan?


Apakah para pengguna menganggap ukuran-ukuran tersebut dapat diandalkan?
Apakah para pengguna melakukan penyesuaian atas perbedaan-perbedaan yang
timbul di dalam keandalan ukuran-ukuran tersebut?

Actual Reliability

Bukti-bukti survei kepada para eksekutif perusahaan menimbulkan perhatian mengenai


keandalan sebenarnya dari suatu ukuran kinerja non keuangan. Para eksekutif berada di
dalam posisi yang bagus untuk memahami keandalan ukuran-ukuran tersebut. Data survei
dari Wm. Schiemann and Associates, yang ditulis di dalam Ittner dan Larcker (1998),
mengindikasikan bahwa para eksekutif memiliki perhatian terhadap kualitas informasi non
keuangan, khususnya ukuran-ukuran kinerja karyawan, komunitas, lingkungan, dan inovasi.
Para eksekutif ini juga mempersepsikan bahwa kualitas informasi keuangan lebih tinggi
daripada informasi non keuangan. Temuan ini menunjukkan bahwa mewaspadai asumsi-
asumsi ukuran-ukuran non keuangan adalah tepat.

Persepsi Pengguna atas Keandalan

Hasil dari studi terkait value relevance mendukung gagasan bahwa para investor menganggap
ukuran kinerja non keuangan setidaknya minimal terpercaya karena harga-harga saham
terlihat merefleksikan ukuran-ukuran tersebut. Dengan asumsi adanya efisiensi pasar,
investor rasional memasukkan ukuran non keuangan ke dalam penilaian ekuitas mereka
hanya jika ukuran-ukuran tersebut relevan dan dapat diandalkan sebagai alat yang dapat
memprediksi kinerja masa depan.

Isu terkait efisiensi pasar menggiring kita untuk menguji apakah para investor dapat menilai
keandalan ukuran-ukuran non keuangan. Sejauh pengetahuan penulis, tidak ada bukti
langsung atas isu tersebut, bagaimanapun, penelitian mengindikasikan para investor
mempertimbangkan keandalan sumber informasi saat akan menggunakan informasi tersebut.
Lebih spesifik lagi, para investor akan menyesuaikan kepercayaan mereka atas informasi
untuk insentif (Hirst et al. 1995) dan akurasi sebelumnya (Maines 1996; Williams 1996; Hirst
et al. 1999) dari sumber informasi. Jadi, penggunaan ukuran kinerja non keuangan oleh para
investor tergantung pada persepsi mereka pada keandalan sumber informasi tersebut.

Ada sebuah isu terkait yaitu pengaruh audit eksternal atas kinerja non keuangan kepada
persepsi investor atas keandalan informasi tersebut. Penelitian-penelitian mengindikasikan
bahwa para pengguna laporan secara umum mempertimbangkan bahwa informasi yang telah
diaudit dapat lebih dipercaya daripada nformasi yang tidak diaudit (Libby 1979; Pany and
Smith 1982; Johnson et al. 1983). Jadi, jika suatu penyajian ukuran kinerja non keuangan
telah diaudit, persepsi keandalan dan kepercayaan investor terhadap informasi tersebut akan
meningkat. Sebuah studi mewaspadai tentang praktek meng-hyperlink informasi unaudited
dengan informasi audited di website. Hodge (2001) menemukan bahwa praktek tersebut
membuat seseorang salah mengklasifikasikan informasi unaudited sebagai informasi audited,
oleh karena itu, orang tersebut memberikan kepercayaan yang lebih besar kepada informasi
unaudited tersebut daripada orang-orang yang menerima informasi tersebut tidak dalam
format hyperlink. Pelabelan secara jelas audited dan not audited dapat mengurangi
kesalahan pengklasifikasian yang dilakukan oleh individu-individu tersebut. Temuan-temuan
ini mengindikasikan bahwa sinyal yang jelas terkait keandalan dibutuhkan di dalam
pelaporan berbasis web jika perusahaan meng-hyperlink informasi keuangan audited dan
informasi non keuangan unaudited.

Kesimpulannya, terdapat sedikit bukti langsung di dalam literatur akademik yang berkenaan
dengan keandalan ukuran kinerja non keuangan. Temuan-temuan bahwa beberapa ukuran
adalah value relevant dan membantu dalam memprediksi ukuran keuangan masa depan
mengindikasikan ukuran-ukuran non keuangan memiliki keandalan yang minimum; tapi
apakah jasa atestasi atau bentuk lain dari peningkatan keandalan dapat mempengaruhi
kualitas pelaporan ukuran kinerja non keuangan masih belum banyak diteliti.

Komparabilitas dan Konsistensi


Bukti menunjukkan bahwa ukuran kinerja non keuangan yang disajikan secara sukarela
berbeda-beda di setiap perusahaan dan dari waktu ke waktu (Eccles et al. 2001; FASB 2001;
Upton 2001). Terdapat banyak variasi dari segi jenis ukuran yang dilaporkan dan format
laporan yang digunakan.

Tipe-Tipe Pengukuran yang Dilaporkan

Penelitian menemukan bahwa, saat mengevaluasi kinerja, seseorang akan memberikan porsi
lebih berat pada ukuran-ukuran yang biasa dipakai di berbagai macam bisnis daripada
ukuran-ukuran non keuangan yang unik. Lipe dan Salterio (2000) menguji penialaian
seseorang terhadap pengukuran evaluasi kinerja divisi berdasarkan Balance Scorecard.
Ukuran keuangan lazim dipakai di seluruh divisi, sementara ukuran-ukuran terkait pelanggan,
internal business process, dan learning/growth berbeda-beda di antara divisi-divisi. Penilaian
seseorang akan kinerja suatu divisi terefleksi secara kuat berdasarkan ukuran-ukuran
keuangan daripada ukuran-ukuran non keuangan yang bervariasi. Temuan ini mungkin
berawal karena para pengguna kekurangan kerangka dalam memahami implikasi ukuran-
ukuran non keuangan terhadap kinerja, jadi mereka kembali ke ukuran-ukuran keuangan
dimana mereka memiliki sebuah kerangka untuk penilaiannya dan dapat langsung
membandingkannya di antara divisi-divisi.

Format Pelaporan

Penelitian juga mengindikasikan bahwa perbedaan format laporan kinerja keuangan dapat
mempengaruhi penggunaan informasi oleh investor profesional dan tidak profesional dengan
mempengaruhi transparansi informasi dan kegamblangan hubungan antara ukuran-ukuran
kinerja. Hirst et al. (2002) mendokumentasikan bahwa transparansi laporan keuangan dimana
ukuran-ukuran keuangan disajikan mempengaruhi penggunaan informasi oleh para analis.
Mereka menemukan bahwa para analis membuat perbedaan yang besar saat suatu pernyataan
kinerja menyajikan informasi nilai wajar, dibandingkan dengan penyajian informasi tersebut
di footnote. Mirip dengan penelitian tersebut, Maines dan McDaniel (2000) menemukan
bahwa investor non profesional memberikan pembebanan lebih pada unrealized gain and
loss pada marketable securities saat mereka secara eksplisit dihubungkan dengan laporan
kinerja dibandingkan dengan saat disajikan dalam footnote atau dalam sebuah laporan non
kinerja. Studi ini mendukung ide bahwa transparansi atas hubungan-hubungan di antara
ukuran-ukuran kinerja keuangan dapat mempengaruhi para investor dan bahwa transparansi
laporan kinerja non keuangan juga sama pentingnya.

Kesimpulannya, penelitian menunjukkan bahwa kemampuan investor untuk mengunakan


informasi keuangan dan non keuangan secara konsisten di antara perusahaan-perusahaan dan
dari waktu ke waktu dilemahkan oleh ketidak komparabilitasan dalam pengukuran atau
format. Ketidak komparabilitasan dapat menurunkan nilai pengukuran kinerja non keuangan
dan membuat investor untuk berfokus hanya pada ukuran keuangan untuk menilai kinerja.

KESIMPULAN DAN SARAN


Secara keseluruhan, penelitian akademik menunjukkan bahwa ukuran kinerja non keuangan
adalah relevan untuk memprediksi kinerja keuangan di masa depan dan menilai ekuitas
korporasi. Ditambah lagi, terdapat beberapa bukti bahwa ukuran kinerja nonkeuangan dapat
menambah nilai dari ukuran-ukuran keuangan disebabkan karena efek interaktif diantara
kedua pengukuran tersebut. Bagaimanapun, jenis pengukuran yang relevan untuk menilai
ekuitas tergantung kepada konteksnya, sehingga hal ini menjadi problematis saat tujuan para
pembuat standar adalah untuk mengkonsistenkan satu set pengungkapan yang disyaratkan
untuk seluruh perusahaan.

Penelitian juga mengindikasikan bahwa pengukuran kinerja non keuangan memiliki


setidaknya beberapa tingkat keandalan, dan bahwa memiliki informasi yang telah diaudit
seharusnya meningkatkan persepsi investor terhadap keandalan ukuran-ukuran tersebut.
Akhirnya, penelitian menunjukkan bahwa ketidak komparabilitaasan di antara tipe-tipe dan
format-format laporan menghambat kemampuan investor untuk menggunakan ukuran-ukuran
non keuangan. Terdapat trade-off antara kemudahan komparabilitas dengan memiliki
perusahaan yang memberikan penyajian yang merefleksikan sisi ekonomis dan strategi
manajemen perusahaan.

Dari kesimpulan-kesimpulan di atas, Komite percaya dengan memberikan sebuah set standar
pengungkapan terkait ukuran-ukuran non keuangan, seperti kepuasan pelanggan, kualitas,
dan sebagainya tidak akan, melayani investor dengan baik.Sebaliknya, Komite percaya
bahwa perusahaan-perusahaan harus didorong agar memberikan pengungkapan tersebut
secara sukarela. Pengungkapan secara sukarela tersebut lebih cocok berada di bidang SEC
daripada FASB. Salah satu jalannya bagi SEC adalah dengan memberikan pendekatan untuk
pengungkapan ukuran-ukuran keuangan yang mirip dengan pendekatan safe harbor (aturan
yang ditetapkan sepanjang tidak melanggar aturan yang lainnya) yang diberikan oleh
pengungkapan forward-looking infromation. Perusahaan juga harus didorong untuk
mengungkapkan ukuran-ukuran non keuangan terintegrasi dengan ukuran-ukuran keuangan.

Karena berdasarkan penelitian-penelitian di atas bahwa informasi non keuangan dapat


meningkatkan relevansi informasi keuangan, FASC menyarankan agar FASB dapat turut serta
dalam proses pembuatan pedoman pelaporan informasi ukuran-ukuran kinerja non keuangan.

Anda mungkin juga menyukai