Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasien gangguan jiwa mempunyai kesempatan hidup mandiri di masyarakat karena
mereka dapat sembuh. Pasien gangguan jiwa yang kronis dan mengalami perubahan perilaku
yang serius masih mempunyai fungsi kehidupan yang sehat yang perlu dikaji dan selanjutnya
diberdayakan.Untuk itu diperlukan kemampuan tenaga kesehatan, khususnya perawat
Community Mental Health Nursing (CMHN), dalam mengkaji potensi yang masih dimiliki
pasien dan melatihnya sehingga pasien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki. Upaya ini akan mencegah kondisi pasien semakin berat.
Sebagian besar orang beranggapan bahwa rehabilitasi merupakan kegiatan
exyramural dari pengobatan pasien mental sehingga selalu diorentasikan pada pekerjaan dan
masalah-masalah sosial saja,hal tersebut tentunya kurang sesuai dengan tuntutan dan
perkembangan psikiatri modern.Dengan adanya kemajuan dibidang psiko-farmakai dimana
telah ditemukan berbagai jenis obat yang dapat mempercepat hilangnya/kurang gejala-gejala
psikiatrik,maka bentuk pelayanan rehabilitasi juga harus disesuaikan dengan kemajuan
tersebut maka perlu disusun kegiatan yang diberikan pada para rehabilitan yang sesuai ketika
mereka dirawat di Rumah Sakit Jiwa.Upaya Rehabilitasi pasien mental di Indonesia mulai
dirintis pada tahun 1969 dan berkembang sampai sekarang ini.
Menurut L.E.Hinsie dan RJ.Cambell pengertian rehabilitasi dalam psychiatric
Dictionary adalah segala tindakan fisik,penyesuaian psikososial dan latihan vokasional
sebagai usaha untuk memperoleh fungsi dan penyesuaian diri secara maksimal dan untuk
mempersiapkan pasien secara fisik,mental,dan vokasional untuk suatu kehidupan penuh
sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuan yang ditunjukkan ke arah mencapai
perbaikan fisik sebesar-besarnya, penempatan vokasional sehingga dapat bekerja dengan
kapasitas maksimal, penyesuaian diri dalam hubungan perseorangan dan sosial secara
memuaskan sehingga dapat berfungsi sebagai warga masyarakat yang berguna.
Terapi rehabilitasi merupakan aktivitas yang dilakukan pada pencegahan tersier yang
bertujuan mengembalikan fungsi pasien secara optimal, sehingga tingkat kecacatan pasien
tersebut dapat berkurang. Terapi rehabilitasi pada pasien gangguan jiwa umumnya diberikan
di rumah sakit jiwa. Kegiatan rehabilitasi di masyarakat masih sangat jarang dan langka,
sehingga pasien gangguan jiwa yang telah dinyatakan sembuh dan kembali ke masyarakat
tidak mempunyai kesempatan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan yang
dimiliki.
1.1 Tujuan
Untuk lebih memahami tentang terapi Rehabilitasi
Untuk lebih memahami tentang tujuan terapi rehabilitasi
Untuk lebih memahami tentang jenis-jenis dan tahap-tahap terapi rehabilitasi
Untuk lebih memahami tentang terapi okupasi
Untuk lebih memahami tentang tujuan terapi okupasi

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Rehabilitasi adalah seperangkat tindakan sosial, edukasi, prilaku dan kognitif
untuk meningkatkan fungsi kehidupan pasien gangguan jiwa dan berguna untuk
proses penyembuhan (Barton, 1999 dikutip dari Stuart & Laraia, 2005).
Rehabilitasi menurut WHO Expert Commitee on Medical Rehabilitation (1969) adalah
penggunaan secara terpadu dan terkoordinasi dari tindakan medis,social,pendidikan dan
vokasional untuk melatih atau melatihi kembali individu ke arah kemungkinan tertinggi dari
tingkat kemampuan fungsionalnya.kegiatan ini diberikan dengan menggunakan sejumlah
kegiatan dimana bertujuan membantu pasien mengembangkan kemampuan kerja dalam
kehidupan sehari-hari sebagai bekal bagi dirinya di masyarakat setelah pulang dirawat di
rumah sakit
B. Tujuan dari Rehabilitasi
- Mengembalikan kemampuan individu setelah terjadinya gangguan kepada
kondisi/tingkatan fungsi yang optimum
- Mencegah kecacatan yang lebih besar
- Memelihara kemampuan yang ada/dimiliki oleh pasien
- Membantu pasien untuk menggunakan kemampuannya.rehabilitasi untuk proses
jangka panjang dimana memerlukan program dan sarana yang
mencukupi.keberhasilan dari program rehabilitasi tergantung kepada besarnya
motivasi belajar,pola hidup sebelum dan sesudah sakit dan dukungan dari orang-orang
yag memiliki arti bagi pasien.
C. Jenis - Jenis Kegiatan Rehabilitasi
1. Terapi Okupasional
Adalah ilmu dan seni yang mempelajari bagaimana menggerakkan partisipasi individu
melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk mengoreksi masalah-masalah patologik ke
arah pemeliharaan dan promosi derajat kesehatan.Kegiatan di bangsal biasanya berupa
kegiatan-kegiatan pada waktu luang dan kreasi seni untuk menilai kemampuan pasien dalam
memenuhi kegiatan sehari-hari (activities of daily living/ADL).Selain itu diberikan juga
kegiatan pendidikan latihan vokasional untuk bekal bekerja di masyarakat.Dengan terapi ini
mendorong pasien untuk mengembangkan minat untuk mempertahankan keterampilan lama
mempelajari keterampilan baru.

2. Terapi Edukasional
Tujuannya adalah membantu pasien untuk meningkatkan harga dirinya,tidak tertinggal
pelajaran karena sedang dirawat dan juga dapat beradaptasi dengan program pengobatan.
3. Rehabilitasi Vokasional
Yaitu suatu proses dimana pasien dikaji,dilatih dan ditempatkan sesuai dengan
pekerjaannya yang dapat membantunya mendapatkan kepuasan dan bermakna.
Kegiatan ini didasari kepada kepercayaan bahwa dengan memberinya pekerjaan akan
menghasilkan kreatifitas kepuasan dalam berhubungan sosial dengan orang
lain,meningkatkan kebanggakan dalam menyelesaikan tugas dan harga diri.
Sebelum mengikuti terapi ini biasanya pasien dilakukan test sikap
ketrampilan,minat,kemudian diminta mengobservasi dan memcoba salah satu jenis pekerjaan
yang diminati,kemudian dinilai kembali untuk diberikan terapi.
D. Tahap-Tahap Rehabilitasi Pasien Gangguan Jiwa
a. Tahap persiapan
yaitu usaha mempersiapkan pasien dengan menjalankan kegiatan terapi
okupasional,seleksi,evaluasi,dan latihan kerja dalam berbagai jenis pekerjaan
b. Tahap penyaluran/penempatan
merupakan usaha pemulangan pasien ke keluarga,tempat kerja atau masyarakat dan
instansi lain yang berfungsi sebagai pengganti keluarga,disamping usaha resosialisasi
c. Tahap pengawasan
merupakan tindakan lanjut setelah pasien di salurkan ke masyarakat,dengan mengadakan
kunjungan rumah (visit home) kunjungan tempat kerja (job visit) dan menyelenggarakan
perawatan lanjut (after care),untuk mengetahui perkembangan pasien,permasalahan yang
dihadapi serta cara-cara pemecahannya.
Sejak tahun 1978 di Indonesia program rehabilitasi dilakukan berdasarkan kerja sama
lintas sektoral melibatkan 3 departemen yaitu Departemen Kesehatan,Sosial dan Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui satu program bersama yang membahas tentang
Penyelenggarakan Usaha Rehabiltasi pasien mental.

Terapi Okupasi
A. Sejarah Terapi Okupasi
Pekerjaan atau okupasi sejak dulu kala telah dikenal sebagai sesuatu untuk
mempertahankan hidup atau survival. Namun juga diketahui sebagai sumber kesenangan.
Dengan bekerja seseorang akan menggunakan otot-otot dan pikirannya, misalnya dengan
melakukan permainan (game), latihan gerak badan , kerajinan tangan dan lain-lain, dan hal
ini akan mempengaruhi kesehatannya juga.
Pada tahun 2600 SM orang-orang di cina berpendapat bahwa penyakit timbul karena
ketidak aktifan organ tubuh. Socrates dan plato (400 SM) mempercayai adanya hubungan
yang erat antara tubuh dengan jiwa. Hypoocrates selalu menganjurkan pasiennya untuk
melakukan latihan gerak badan sebagai salah satu cara pengobatan pasiennya
Di mesir dan yunani (2000 SM) dijelaskan bahwa rekreasi dan permainan adalah salah
suatu media terapi yang ampuh, misalnya menari, bermain music, bermain boneka untuk
anak-anak, bermain bola.
Pekerjaan diketahui sangat bermanfaat bagi perkembangan jiwa maupun fisik manusia.
Socrates berkata bahwa seseorang harus membiasakan diri dengan selalu bekerja secara sadar
dan jangan bermalas-malasan. Pekerjaan dapat juga digunakan sebagi pengalihan perhatian
atau pikiran sehingga menjadi segar kembali untuk memikirkan hal-hal yang lain.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka okupasiterapi mulai berkembang dan diterapkan
pada abad 19. Philipina pinel memperkenalkan terapi kerja pada tahun 1786 disuatu rumah
sakit jiwa diparis. Dia mengatakan bahwa dengan okupasi/pekerjaan pasien jiwa akan
dikembalikan kearah hidup yang normal dan dapat meningkatkan minatnya. Juga sekaligus
memelihara dan mempraktikan keahlian yang dimilikinya sebelum sakit sehingga dia akan
tetap sebagai seseorang yang produltif.
Pada tahun 1982 Adolf Meyer dari amerika melaporkan bahwa penggunaan waktu
dengan baik yaitu dengan mengerjakan aktivitas yang berguna ternyata merupakan suatu
dasar terapi pasien neuripsikiatrik. Meyer adalah seorang psikiater. Isterinya adalah seorang
pekerja sosial mulai menyusun suatu dasar yang sistematis tentang pengguanaan aktivitas
sebagai program terapi pasien jiwa. Masih banyak lagi ahli-ahli terkenal yang berjasa dalam
pengembangan okupasiterapi sebagai salah satu terapi khususnya untuk pasien mental
terutama dari amerika, eropa dan lain-lain. Risetpun masih tetap dilakukan guna lebih
mengefektifkan penggunaan okupasiterapi untuk terapi pasien mental.

B. Pengertian
Aktivitas yang terarah dan bertujuan adalah okupasi terapi sehingga tidak ada waktu
terluang dengan percuma tetapi semua waktu yang ada kita manfaatkan untuk suatu kegiatan
yang berguna bagi diri kita.
Seperti tang kita ketahui manusia adalah makhluk yang aktif dan dalam
perkembangannya dipengaruhi aktifitas yang bertujuan dan dengan menggunakan kapasitas
motivasi intrisiknya manusia mampu mempengaruhi kesehatan fisik mentalnya, dalam
kehidupannya diperlukan adaptasi agar dapat menyesuaikan diri dikelompok dimana dia
berada dan adaptasi ini merupakan suatu perubahan fungsi yang dapat menciptakan
aktualiasasi diri dan pertahanan hidup manusia, aktivitas yang dilakukan manusia hendaklah
yang bertujuan positif dan bermanfaat bagi dirinya sehingga akan dapat menfasilitasi proses
adaptasi tersebut.
Okupasi terapi artinya mengisi/menggunakan waktu luang.Individu menggunakan waktu
untuk melakukan aktivitas atau pekerjaan,sedangkan kata terapi berarti penatalaksanaan
terhadap individu yang menderita penyakit atau disabilitas baik fisik atau mental.

C. Tujuan Terapi Okupasi bagi Pasien Mental


- Menciptakan suatu kondisi tertentu sehingga pasien dapat mengembangkan
kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain
- Membantu melepaskan/menyalurkan dorongan-dorongan emosi secara wajar dan
produktif
- Menghidupkan kemauan atau motivasi pasien
- Menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan keadaannya
- Mengumpulkan data guna penentuan diagnosa dan penetapan terapi lainnya

D. Peranan Terapi Okupasi /Pekerjaan Untuk Terapi


Aktivitas dipercayai sebagai jembatan antara batin dan dunia luar. Melalui aktivitas
manusia dihubungkan deengan lingkungan, kemudian mempelajarinya, mencoba
keterampilan atau pengetahuan, mengekspresikan perasaan, memenuhi kebutuhan fisik
maupun emosi, mengembangkan kemampuan, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan
hidup. Potensi tersebutlah yang digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan okupasiterapi,
baik bagi penderita fisik maupun mental.
Aktivitas dalam okupasiterapi digunakan sebagai media baik untuk evaluasi, diagnosis,
terapi, maupun rehabilitasi. Dengan mengamati dan mengevaluasi pasien waktu mengerjakan
suatu aktivitas dan dengan menilai hasil pekerjaan dapat ditentukan arah terapi dan
rehabilitasi selanjutnya dari pasien tersebut.
Penting untuk diingat bahwa aktivitas dalam okupasiterapi tidak untuk menyembuhkan,
tetapi hanya sebagai media. Diskusi yang terarah setelah penyelesaian suatu aktivitas adalah
sangat penting karena dalam kesempatan tersebutlah terapis dapat mengarahkan pasien.
Melalui diskusi tersebutlah pasien belajar mengenal dan mengatasi persoalannya.
Melalui aktivitas pasien diharapkan akan berkomunikasi lebih baik untuk
mengekpresikan dirinya. Melalui aktivitas kemampuan pasien akan dapat diketahui baik oleh
terapi maupun oleh pasien itu sendiri. Dengan menggunakan alat-alat atau bahan-bahan
dalam melakukan suatu aktivitas pasien akan didekatkan dengan kenyataan terutama dalam
hal kemampuan dan kelemahannya.
Mengerjakan suatu aktivitas dalam kelompok akan dapat merangsang terjadinya intraksi
diantara anggota yang berguna dalam meningkatkan sosialisasi, dan menilai kemampuan diri
masing-masing dalam hal keefisiensiannya berhubungan dengan orang lain.

E. Proses Terapi Okupasi


a. Dokter yang mengirimkan pasien untuk okupasaiterapi akan menyertakan juga data
mengenai pasien berupadiagnosa, masalahnya dan juga akan menyatakan apa yang
perlu diperbuat dengan pasien tersebut. Apakah untuk mendapatkan data yang lebih
banyak untuk keperluan diagnose, atau untu terapi, atau untuk rehabilitasi.
b. Setelah pasien berada diunit okupasiterapi maka terapis akan bertindak sebagai
berikut: Koleksi data
c. Data biasa didapatkan dari kartu rujukan atau status pasien yang disertakan waktu
pertama kali pasien mengujungi unit terapi okupasional.Jika dengan mengadakan
interviu dengan pasien atau keluarganya, atau dengan mengadakan kunjungan rumah.
Data ini diperlukan untuk menyusun rencana terapi bagi pasien. Proses ini dapat
berlangsung beberapa hari sesuai dengan kebutuhan
d. Analisa data dan identifikasi masalah
Dari data yang terkumpul dapat ditarik suatu kesimpulan sementara tentang masalah
dan atau kesulitan pasien. Ini dapat berupa masalah dilingkungan keluarga atau pasien
itu sendiri.
e. Penentuan tujuan
Dari masalah dan latar belakang pasien maka dapat disusun daftar tujuan terapi sesuai
dengan prioritas baik jangka pendek maupun jangka panjangnya
f. Penentuan aktivitas
Setelah tujuan terapi ditetapkan maka dipilihlah aktivitas yang dapat mencapai tujuan
terapi tersebut. Dalam proses ini pasien dapat diikut sertakan dalam menentukan jenis
kegiatan yang kan dilaksanakan sehingga pasien merasa ikut bertanggung jawab atas
kelancaran pelaksanaannya. Dalam hal ini harus diingat bahwa aktivitas itu sendiri
tidak akan menyembuhkan penyakit, tetapi hanya sebagai media untuk dapat
mengerti masalahnya dan mencoba mengatasinya dengan bimbingan terapis. Pasien
itu sendiri harus diberitahu alasan-alasan mengenai dia harus mengerjakan aktivitas
tersebut sehingga dia sadar dan diharapkan akan mengerjakannya dengan aktif.
g. Evaluasi
Evaluasi harus dilaksanakan secara teratur dan terencana sesuai dengan tujuan terapi.
Hal ini perlu agar dapat menyesuaikan program terapi selanjutnya sesuai dengan
perkembangan pasien yang ada. Dari hasil evaluasi dapat direncanakan kemudian
mengenai peneyesuain jenis aktivitas yang kan diberikan. Namun dalam hal tertentu
penyesuain aktivitas dapat dilakukan setelah bebrapa waktu setelah melihat bahwa
tidak ada kemajuan atau kurang efektif terhadap pasien.
Hal-hal yang perlu di evalausi antara lain adalah sebagi berikut:
1. Kemampuan membuat keputusan
2. Tingkah laku selama bekerja
3. Kesadaran adanya orang lain yang bekerja bersama dia dan yang mempunyai
kebutuhan sendiri
4. Kerjasama
5. Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas, dan lain-lain)
6. Inisiatif dan tanggung jawab
7. Kemampuan untuk diajak atau mengajak berunding
8. Menyatakan perasaan tanpa agresi
9. Kompetisi tanpa permusuhan
10. Menerima kritik dari atasan atau teman sekerja
11. Kemampuan menyatakan pendapat sendiri dan apakah bertanggung jawab atas
pendapatnya tersebut
12. Menyadari keadaan dirinya dan menerimanya
13. Wajar dalam penampilan
14. Orientasi, tempat, waktu, situasi, orang lain
15. Kemampuan menrima instruksi dan mengingatnya
16. Kemampuan bekerja tanpa terus menerus diawasi
17. Kerapian bekerja
18. Kemampuan merencanakan suatu pekerjaan
19. Toleransi terhadap frustasi
20. Lambat atau cepat
21. Dan lain sebagainya yang dianggap perlu

F. Pelaksanaan
1. Metode
Okupasiterapi dapat dilakukan baik secara indivisual, maupun berkelompok, tergantung dari
keadaan pasien, tujuan terapi dan lain-lain:
a. Metode individual dilakukan untuk:
Pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan sekaligus
untuk evaluasi pasien
Pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan cukup baik didalam
suatu kelompok sehingga dianggap akan mengganggu kelancaran suatu kelomppok
bila dia dimasukan dalam kelompok tersebut
Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan agar terapis dapat
mengevaluasi pasien lebih efektif
b. Metode kelompok dilakukan untuk:
Pasien lama atas dasar seleksi dengan masalah atau hamper bersamaan, atau dalam
melakukan suatu aktivitas untuk tujuan tertentu bagi bebrapa pasien sekaligus.
Sebelum memulai suatu kegiatan baik secara individual maupun kelompok maka
terapis harus mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya yang menyangkut
pelaksanaan kegiatan tersebut.
Pasien juga perlu dipersiapkan dengan cara memperkenalkan kegiatan dan
menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dia atau mereka lebih
mengerti dan berusaha untuk ikut aktif. Jumlah anggota dalam suatu kelompok
disesuaikan dengan jenis aktivitas yang akan dilakaukan, dan kemampuan terapis
mengawasi.

2. Waktu
Okupasiterapi dilakukan antara 1 2 jam setiap session baik yang individu maupun
kelompok setiap hari,dua kali atau tiga kali seminggu tergantung tujuan terapi, tersedianya
tenaga dan fasilitas, dan sebagainya. Ini dibagi menjadi dua bagian yaitu - 1 jam untuk
menyelesaikan kegiatan-kegiatan dan 1 1 jam untuk diskusi. Dalam diskusi ini
dibicarakan mengenai pelaksanaan kegiatan tersebut, antara lain kesulitan yang dihadapi,
kesan mengarahkan diskusi tersebut kearah yang sesuai dengan tujuan terapi.

3. Terminasi
Keikut sertaan seseorang pasien dalam kegiatan okupasiterapi dapat diakhiri dengan dasar
bahwa pasien :
Dianggap telah mampu mengatsi persolannya
Dianggap tidak akan berkembang lagi
Dianggap perlu mengikuti program lainnya sebelum okupasiterapi

c. Jenis Aktivitas Terapi Okupasi


1) Aktivitas latihan fisik untuk meningkatkan kesehatan jiwa
2) Aktivitas dengan pendekatan kognitif
3) Aktivitas yang memacu kreativitas
4) Training ketrampilan
5) Terapi bermain (Creek,1997)

Kegiatan yang diberikan dapat berupa kerajinan tangan,seni


tari,musik,drama,rekreasi,ADL (activities of daily living),kegiatan yang dilakukan tersebut
bersifat terapeutik dan menyiapkan pasien untuk dapat dipulangkan ketengah-tengah
masyarakat atau dicalonkan untuk direhabilitasikan,kegiatan ini dijalankan secara individu
atau kelompok.semua kegiatan tersebut dipandu oleh seorang okupasi terapis dimana tugas
pokok okupasi terapis adalah membangkitkan aktivitas positif melalui pekerjaan/aktivitas lain
yang bersifat terapeutik dan mengevaluasi perkembangan pasien secara kontinyu dan
mengetahui efek terapi yang diberikan.sedangkan peran okupasi terapis adalah:
a. Sebagai motivator & sumber reinforces:memberikan motivasi pada pasien dan
meningkatkan motivasi dengan memberikan penjelasan pada pasien tentang
kondisinya,memberikan penjelasan dan menyakinkan tentang fungsi-fungsi dari
aktivitas yang diberikan,memberikan dukungan dan menyakinkan pada pasien akan
sukses
b. Sebagai guru:terapis memberikan pengalaman learning re-rearning,okupasi terapis
harus mempunyai ketrampilan dan ahli tertentu dan harus dapat menciptakan dan
menerapkan aktivitas mengajarnya pada pasien
c. Sebagai peran model sosial:seorang terapis harus dapat menampilkan perilaku yang
dapat dipelajari oleh pasien,pasien mengidentifikasikan dan meniru terapis melalui
role playing,terapis mendemonstrasikan tingkah laku yang diinginkan (verbal/non
verbal) yang akan dicontoh pasien
d. Sebagai konsultan:terapis menentukan program perilaku yang dapat menghasilkan
respon terbaik dari pasien,terapis bekerja sama dengan pasien,keluarganya dalam
merencanakan rencana tersebut
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Rehabilitasi adalah tindakan restorasi bagi kesehatan individu yang mengalami
kecacatan menuju kemampuan yang optimal dan berguna baik segi fisik,mental,sosial,dan
ekonomik,di rumah sakit-rumah sakit,dan pusat-pusat rehabilitasi tertentu
Fungsi perawat dalam program rehabilitasi:
Menjaga komplikasi dari akibat gangguan/penyakit diderita pasien
Membatasi besarnya gangguan semaksimal mungkin
Merencanakan dan melaksanakan program rehabilitasi
Jenis - Jenis Kegiatan Rehabilitasi
Terapi Okupasional
Terapi Edukasional.
Rehabilitasi Vokasional
Okupasi adalah Aktivitas yang terarah dan bertujuan adalah okupasi terapi sehingga
tidak ada waktu terluang dengan percuma tetapi semua waktu yang ada kita manfaatkan
untuk suatu kegiatan yang berguna bagi diri kita.
Jenis Aktivitas Terapi Okupasi
1) Aktivitas latihan fisik untuk meningkatkan kesehatan jiwa
2) Aktivitas dengan pendekatan kognitif
3) Aktivitas yang memacu kreativitas
4) Training ketrampilan
5) Terapi bermain

B. SARAN
Sebagai perawat agar mengaplikasikan ilmu ini atau menerapkannya dalam memberikan
terapi rehabilitasi dan okupasi pada pasien gangguan jiwa dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Creek,J (1997),Occupational Therapy & Mental Heal.Churchil Livis Stone:London


Punwar,A.J.Occupational Therapy Principle & Practise.Wilians & Wilkins:London
Setyonegoro Koesumanto,1983.Pedoman Rehabilitasi Pasien mental
diIndonesia,Jakarta.Direktorat Kesehatan Jiwa Dep.Kes.RI
MAKALAH
REHABILITASI DAN TERAPI OKUPASI
PADA PASIEN GANGGUAN JIWA

Disusun Oleh :
1. Puji Lestari ( 010114a095 )
2. Reza Regina Amanda S ( 010114a100 )
3. Silvyana Dwi S ( 010114a110 )
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN
TAHUN AJARAN 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai