Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

HISTOLOGI DAN EBRIOLOGI HEWAN


ACARA 1
PENGAMATAN SIKLUS ESTRUS HAMSTER

DISUSUN OLEH:
NAMA : MARTIN HENDIKO
NIM : F1072141022
KELAS : PPAPK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
A. TUJUAN
Mengamati apusan vagina hamster
B. DASAR TEORI
Sistem reproduksi memiliki 4 dasar yaitu untuk menghasikan sel telur yang
membawa setengah dari sifat genetik keturunan, untuk menyediakan tempat pembuahan
selama pemberian nutrisi dan perkembangan fetus dan untuk mekanisme kelahiran.
Lokasi sistem reproduksi terletak paralel diatas rektum. Sistem reproduksi dalam terdiri
dari ovari, oviduct, dan uterus (Shearer, 2008).
Ovari merupakan organ reproduki yang penting. Terdapat dua ovari yaitu sebelah
kanan dan kiri. Besarnya sekitar 1,5 inci dengan tebal sekitar 1 inci dan terletak di dalam
suatu membran seperti kantungn ovarian bursa. Ovari bertanggung jawab pada sekresi
hormon estrogen dan progesterone dan produksi telur yang baik untuk dibuahi. Telur-
telur mulai matang di ovari dalam suatu cairan berisi folikel. Pertumbuhan folikel diatur
oleh hormon pituitary, yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH). Selanjutnya sel yang
mana dibatasi oleh folikel dan dikelilingi sel telur akan mensekresikan estrogen untuk
merespon jumlah hormone pituitary hormone lainnya meningkat yaitu Luteinizing
Hormone (LH). Jumlah estrogen mencapai maksimum pada saat fase standing heat.
Diikuti dengan meningginya LH pada telur yang dilepaskan dari folikel dan ovulasi yang
terjadi (Shearer, 2008).
Oviduct merupakan tabung panjang yang menghubungkan ovari dengan uterus.
Di ujung terdekat ovari, oviduct dilebarkan ke dalam infundibulum. Selama fase estrus,
posisi infundibulum mengelilingi ovari untuk menjaga sel telur yang terovulasi di dalam
oviduct. Oleh karena itu, di dalam oviduct, sel telur berjalan ke arah uterus (Shearer,
2008).
Uterus berbentuk Y terdiri dari kanan dan kiri yang terhuung pada oviduct. Jalan
dai kedua tanduknya membentuk tubuh uterus. Uterus berfungsi untuk membawa sel
sperma menuju oviduct dan membawa nutrisi dan menyediakan tempat untuk
perkembangan janin. Pada anak sapi dinding muskular uterus mempunyai kemampuan
untuk ekspulsi pada janin (Shearer, 2008).
Siklus estrus adalah waktu antara periode estrus. Betina memiliki waktu sekitar
25-40 hari pada estrus pertama. Mencit merupakan poliestrus dan ovulasi terjadi secara
spontan.durasi siklus estrus 4-5 hari dan fase estrus sendiri membutuhkan waktu. Tahapan
pada siklus estrus dapat dilihat pada vulva. Fase-fase pada siklus estrus diantaranya
adalah estrus, metestrus, diestrus, dan proestrus. Periode-periode tersebut terjadi dalam
satu siklus dan serangkaian, kecuali pada saat fase anestrus yang terjadi pada saat musim
kawin (Nongae, 2008).
Fase proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan berhentinya progesteron
dan memperluas untuk memulai estrus. Pada fase ini terjadi pertumbuhan folikel yang
sangat cepat. Akhir periode ini adalah efek estrogen pada sistem saluran dan gejala
perilaku perkembangan estrus yang dapat diamati (Nongae, 2008). Menurut Shearer
(2008), fase proestrus berlangsung sekitar 2-3 hari dan dicirikan dengan pertumbuhan
folikel dan produksi estrogen. Peningkatan jumlah estrogen menyebabkan pemasokan
darah ke sistem reproduksi untuk meningkatkan pembengkakan sistem dalam. Kelenjar
cervix dan vagina dirangsang untuk meningkatkan aktifitas sekretori membangun muatan
vagina yang tebal.
Fase estrus merupakan periode waktu ketika betina reseptif terhadap jantan dan
akan melakukan perkawinan. Ovulasi berhubungan dengan fase estrus, yaitu setelah
selesai fase estrus (Nongae, 2008). Pada fase ini estrogen bertindak terhadap sistem saraf
pusat. Selama fase ini sapi menjadi sangat kurang istirahat yang kemungkinan dapat
kehilangan dalam memperoduksi susu selama fase ini berlangsung. Pasokan darah ke
dalam sistem reproduksi meningkat dan sekresi kelenjar dirangsang dengan membangun
viscid mucus yang dapat diamati pada vulva. Kira-kira setelah 14-18 jam, fase estrus
mulai berhenti. Selanjutnya betina tidak mengalami ovulasi hingga setelah fase estrus
(Shearer, 2008).
Fase metestrus diawali dengan penghentian fase estrus Umumnya pada fase ini
merupakan fase terbentuknya corpus luteum sehingga ovulasi terjadi selama fase ini.
Selain itu pada fase ini juga terjadi peristiwa dikenal sebagai metestrus bleeding (Nongae,
2008).
Fase diestrus merupakan fase corpus luteum bekerja secara optimal. Pada sapi hal
ini di mulai ketika konsentrasi progresteron darah meningkat dapat dideteksi dan diakhiri
dengan regresi corpus luteum. Fase ini disebut juga fase persiapan uterus untuk
kehamilan (Nongae, 2008). Fase ini merupakan fase yang terpanjang di dalam siklus
estrus. Terjadinya kehamilan atau tidak, CL akan berkembang dengan sendirinya menjadi
organ yang fungsional yang menhasilkan sejumlah progesterone. Jika telur yang dibuahi
mencapai uterus, maka CL akan dijaga dari kehamilan. Jika telur yang tidak dibuahi
sampai ke uterus maka CL akan berfungsi hanya beberapa hari setelah itu maka CL akan
meluruh dan akan masuk siklus estrus yang baru (Shearer, 2008).
Ciri- ciri lain dari siklus estrus pada mencit adalah pada fase diestrus, vagina
terbuka kecil dan jaringan berwarna ungu kebiruan dan sangat lembut. Pada fase
proestrus, jaringan vagina berwarna pink kemerahan dan lembut. Pada fase estrus, vagina
mirip dengan pada saat fase proestrus, namun jaringannya berwarna pink lebih terang dan
agak kasar. Pada fase metestrus 1, jaringan vagina kering dan pucat. Pada metestrus II,
vagina mirip metestrus 1 namun biobir vagina edematous (Hill, 2006).
Regulasi pada siklus estrus melibatkan interaksi resiprokal antara hormon
reproduksi dari hypothalamus, anterior pituitry, dan sel-sel telur. Interaksi antara uterus
dengan sel-sel telur juga penting. PGF2 dari uterus merupakan luteolysin alami yang
menyebabkan regresi corpus luteum dan penghentian produksi progesteron (Nongae,
2008).
Progesteron memiliki peranan dominan dalam meregulasi siklus estrus. Selama
fase diestrus corpus luteum yang bekerja dengan optimal, konsentrasi progesteron yang
tinggi menghambat pelepasann FSH dan LH melalui kontorl umpan balik negatif dari
hypothalamus dan anterior pituitary. Progesteron juga menghambat perilaku estrus.
Diharapkan pada kondisi kehamilan , konsentrasi progesterone yang tinggi menghambat
pelepasan hormon gonadotropin sebaik menghambat perilaku estrus penigkatan kecil
pada LH yang terjadi selama fase diestrus merupakan faktor untuk mempertahankan
fungsi corpus luteum. Pada pertengahan fase diestrus meningkatkan pertumbuhan folikel
dan estrogen, yang dididahului dengan menigkatnya FSH, yang sebenarnya merupakan
perubahan kecil jika dibandingkan pada perubahan yang terjadi selama fase estrus. Jika
betina tidak mengalami kehamilan selama fase awal estrus, PGF2 akan dilepaskan dari
uterus dan dibawa menuju ovari (Nongae, 2008).

C. METODOLOGI
1. Waktu dan tempat
Hari/tanggal : kamis, 9 maret 2017
Waktu : 12.30-selesai
Tempat : Labratorium biologi FKIP UNTAN
2. Alat dan bahan
a) Alat
- Cotton bud
- Kaca objek
- Kaca penutup
b) Bahan
- Hamster betina
- NaCl 0.9%
- Metilen blue 1%
- Alcohol 70%
- Akuades
3. Cara kerja
1. Ambil hamster betina, kemudian pegang dengan tangan kiri, ibu jari dan telunjuk
jari dan telunjuk jari memegangg tengkuknya ata leher dorsal.
2. Dengan jari tengah, jari manis, dan kelingking memegang badan dan ekor.
3. Cotton bud dicelupkan kedalam NaCl 0.9%, kemudian ujungnya dimasukan
kedalam lubang vagina hamster dan diputar perlahan-lahan.
4. Ujung cotton bud kemudian dioleskan pada kaca objek yang telah ditetesi larutan
NaCl 0.9%, lalu dibuat apusan tipis merata.
5. Preparat difiksasi dengan alkhol 70% selama 5 menit.
6. Tetesi dengan larutan pewarna metilen blue 1%, biarkan sampai 5 sampai 10
menit.
7. Amati dibawah mikroskop, bila zat warna berlebih, bilas dengan akuades dengan
cara mengalirkan akuades dan dibiarkan kering.
8. Tutup dengan kaca penutup.
9. Apabila hamster dalam keadaan estrus, maka pada apusan aan terlihat sel epitel
kornitifikasi.

D. HASIL dan PEMBAHASAN


1. Hasil pengamatan

Gambar pengamatan

Gambar literature

Keterangan :
a. Sel biasa
b. Leukosit
Fase : Estrus
2. Pembahasan
Pada praktikum acara 1 ini membahas tentang pengamatan siklus estrus pada hamster,
dimaa praktikum ini bertujuan untuk mengamati apusan avgina hamster. Fase estrus
merupakan periode waktu ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan melakukan
perkawinan. Ovulasi berhubungan dengan fase estrus, yaitu setelah selesai fase estrus
(Nongae, 2008). Pada fase ini estrogen bertindak terhadap sistem saraf pusat. Selama fase
ini sapi menjadi sangat kurang istirahat yang kemungkinan dapat kehilangan dalam
memperoduksi susu selama fase ini berlangsung. Pasokan darah ke dalam sistem
reproduksi meningkat dan sekresi kelenjar dirangsang dengan membangun viscid mucus
yang dapat diamati pada vulva. Kira-kira setelah 14-18 jam, fase estrus mulai berhenti.
Selanjutnya betina tidak mengalami ovulasi hingga setelah fase estrus (Shearer, 2008).
Siklus Estrus yang dikenal dengan istilah birahi yaitu suatu periode secara psikologis
maupun fisiologis pada hewan betina yang bersedia menerima pejantan untuk kopulasi.
Siklus estrus dibagi menjadi beberapa fase yang dapat dibedakan dengan jelas yang
disebut proestrus, estrus, metestrus dan diestrus.
Siklus estrus juga merupakan periode seksual yang sangat jelas yang disebabkan
oleh tingginya level estradiol, folikel de Graaf membesar dan menjadi matang, uterus
berkontraksi dan ovum mengalami perubahan kearah pematangan. Metestrus adalah
periode dimana korpus luteum bertambah cepat dari sel-sel graulose folikel yang telah
pecah dibawah pengaruh Luteinizing hormone (LH) dariadenohyphophysa. Diestrus
adalah periode terlama dalam siklus estrus dimana korpus luteum menjadi matang dan
pengaruh progesterone terhadap saluran reproduksi menjadi nyata. Diestrus adalah
periode dimana folikel de Graaf bertumbuh dibawah pengaruh follicle stimulating
hormone (FSH) dan menghasilkan sejumlah estradiol bertambah.
Fase ini ditandai dengan adanya sel-sel epitel normal. Terjadi pembentukan
folikel sampai tumbuh maksimum. Pertumbuahan folikel ini menghasilkan estrogen
sehingga dinding uterus menjadi lebih tebal dan halus serta lebih bergranula. Selain itu
terdapat cairan yang agak pekat yang dinamakan cairan milk uteria. Struktur histologis
epitel vagina pada fase proestrus adalah sebagi berikut : Berlapis banyak (10-13), stratum
korneum kornifikasi aktif, leukosit sedikit,dan mitosis aktif (Nalley,2011).
Toelihere, M.R. ( 1985) , menyatakan fase-fase dalam siklus estrus adalah sebagai
berikut :
a. Proestrus, Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode pada saat folikel de
graaf tumbuh di bawah pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah estradiol yang
semakin bertambah. Estradiol meningkatkan jumlah suplai darah ke saluran alat
kelamin dan meningkatkan perkembangan estrus, vagina, tuba fallopi, folikel
ovarium.
Fase yang pertama kali dari siklus estrus ini dianggap sebagai fase penumpukan
atau pemantapan dimana folikel ovarium yang berisi ovum membesar terutama karena
meningkatnya cairan folikel yang berisi cairan estrogenik. Estrogen yang diserap dari
folikel ke dalam aliran darah merangsang peningkatam vaskularisasi dan pertumbuhan sel
genital dalam persiapan untuk birahi dan kebuntingan yang terjadi Pada fase ini akan
terlihat perubahan pada alat kelamin luar dan terjadi perubahan-perubahan tingkah laku
dimana hewan betina gelisah dan sering mengeluarkan suara-suara yang tidak biasa
terdengar
b. Estrus, Estrus adalah periode yang ditandai dengan penerimaan pejantan oleh hewan
betina untuk berkopulasi. Pada umumnya memperlihatkan tanda-tanda gelisah, nafsu
makan turun atau hilang sama sekali, menghampiri pejantan dan tidak lari bila
pejantan menungganginya. Toelihere, M.R. ( 1985) menyatakan bahwa, fase estrus
ditandai dengan sapi yang berusaha dinaiki oleh sapi pejantan, keluarnya cairan
bening dari vulva dan peningkatan sirkulasi sehingga tampak merah. Pada saat itu,
keseimbangan hormon hipofisa bergeser dari FSH ke LH yang mengakibatkan
peningkatan LH, hormon ini akan membantu terjadinya ovulasi dan pembentukan
korpus luteum yang terlihat pada masa sesudah estrus. Proses ovulasi akan diulang
kembali secara teratur setiap jangka waktu yang tetap yaitu satu siklus birahi.
Pengamatan birahi pada ternak sebaiknya dilakukan dua kali, yaitu pagi dan sore
sehingga adanya birahi dapat teramati dan tidak terlewatkan.
c. Metestrus, Metestrus ditandai dengan berhentinya puncak estrus dan bekas folikel
setelah ovulasi mengecil dan berhentinya pengeluaran lendir. Selama metestrus,
rongga yang ditinggalkan oleh pemecahan folikel mulai terisi dengan darah. Darah
membentuk struktur yang disebut korpus hemoragikum. Setelah sekitar 5 hari, korpus
hemoragikum mulai berubah menjadi jaringan luteal, menghasilkan korpus luteum
atau Cl. Fase inisebagian besar berada dibawah pengaruh progesteron yang dihasilkan
oleh korpus luteum. Progesteron menghambat sekeresi FSH oleh pituitari anterior
sehingga menghambat pertumbuhan folikel ovarium dan mencegah terjadinya estrus.
Pada masa ini terjadi ovulasi, kurang lebih 10-12 jam sesudah estrus, kira-kira 24
sampai 48 jam sesudah birahi.
d. Diestrus, Diestrus adalah periode terakhir dan terlama pada siklus berahi, korpus
luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap saluran reproduksi
menjadi nyata.
Ada pun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu diantaranya NaCl
0.9%, alcohol 70%, dan metilen blue. Tujuan digunakan bahan-bahan ini yaitu pada NaCl
0.9% atau garam fisiologis yang digunakan untuk tahap pencucian, hal ini digunakan agar
tidak terjadi dehidrasi yang merusak jaringan selain itu untuk membersihkan jaringan
yang kotor oleh darah ataupun kotoran pada organ pencernaan hewan itu, kemudian
alcohol disini bertujuan untuk mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan agar
tetap berada pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun ukuran,
kemudian yang terakhir yaitu penggunaan metilen blue disini bertujuan untuk pewarnaan
preparat agar preparat dapat diamati dengan mikrokop serta memudahkan pengamat
mengetahui bagian-bagian dari jaringan yang ingin diamati.
Berdasarkan hasil pengamatan pada prktikum ini dapat disimpulkan bahwa siklus
estrus pada hamster betina yang diamati sedang mengalami fase estrus karena pada
gambar hasil pengamatan dapat dilihat sel epitel pada preparat sedang mengalami
kornifikasi. kemudian sel-sel epitel menanduk, kemudian produksi estrogen akan
bertambah dan terjadi ovulasi sehingga dinding mukosa uterus akan menggembung dan
mengandung sel-sel darah. Pada fase ini folikel matang dan terjadi ovulasi dan betina siap
menerima sperma dari jantan. Sel-sel epitel menanduk merupakan indikator terjadinya
ovulasi. Menjelang ovulasi leukosit makin banyak menerobos lapisan mukosa vagina
kemudian ke lumen. Selama masa luteal pada ovarium dengan pengaruh hormon
progesteron dapat menekan pertumbuhan sel epitel vagina.
E. KESIMPULAN dan SARAN
1. Kesimpulan
a. Fase estrus merupakan periode waktu ketika betina reseptif terhadap jantan
dan akan melakukan perkawinan.
b. Siklus estrus dibagi menjadi beberapa fase yang dapat dibedakan dengan jelas
yang disebut proestrus, estrus, metestrus dan diestrus.
c. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu diantaranya NaCl 0.9%,
alcohol 70%, dan metilen blue.
d. NaCl 0.9% atau garam fisiologis yang digunakan untuk tahap pencucian, hal
ini digunakan agar tidak terjadi dehidrasi yang merusak jaringan selain itu
untuk membersihkan jaringan yang kotor oleh darah ataupun kotoran pada
organ pencernaan hewan itu.
e. Penggunaan alcohol disini bertujuan untuk mempertahankan elemen-elemen
sel atau jaringan agar tetap berada pada tempatnya dan tidak mengalami
perubahan bentuk maupun ukuran.
f. Berdasarkan hasil pengamatan pada prktikum ini dapat disimpulkan bahwa
siklus estrus pada hamster betina yang diamati sedang mengalami fase estrus
karena pada gambar hasil pengamatan dapat dilihat sel epitel pada preparat
sedang mengalami kornifikasi
2. Saran
Saran saya dalam praktkum ini tidak ada karena sudah berjalan dengan
semestinya walaupun ada sedikit halangan saat praktikum namun semua ini bukanlah
hal yang kita inginkan dan hal ini sama sekali tak terduga.
F. DAFTAR PUSTAKA
Astirin, OP dan Mutmainah. 2002. Struktur histologi ovarium Tikus( Rattus
novergicus) Gravid setelah pemberian ekstrak Momordica charantina
L.Pharmacon,1(2) :26-31 Kumar, V, Abbas, A

K, Fausto, N. 2005. Pathologic basic ofdDisease. 7th Edition. Philadelphia:


Elsevier saunders.

Nongae. (2008). Estrus Cycle. (Online). (Http://Nongae. Gsnu.Ac.Kr/


~Cspark/Teaching /Chap5.Html. diakses Tanggal 3 April 2015).

Kusdiantoro, M, Hernadi, H, Djuwita, I. 2005. Allotransplantasi ovarium mencit


baru Lahir ke mencit dewasa : Pengaruhnya terhadap siklus estrus
resipien dan morfologi ovarium donor.

Shearer, J. K. (2008). Reproductive Anatomy And Physiology Of Dairy


Cattle.Florida : University Of Florida

Veteriner; 6(4): 20-25. Pramono, S dan Katno. 2002. Tingkat manfaat dan
keamanan tanaman obat dan obat tradisional. Fakultas Farmasi UGM.
Yogyakarta. Saroni dan Adjirni. 2001. Pengaruh infus buah Foeniculum
vulgare Mill pada kehamilan tikus putih serta toksisitas akutnya pada
mencitnya. Cermin Dunia Kedokteran; 133 : 57-59. Saroni dan
Wahjoedi. 2002. Pengaruh infuse rimpang Cyperus rotundus L.
terhadap siklus estrus dan bobot uterus pada tikus putih. Jurnal Bahan
Alam Indonesia. Jakarta. Hlm 45-47.

Anda mungkin juga menyukai