Sistem Rujukan Untuk Penderita Gangguan Integumen
Sistem Rujukan Untuk Penderita Gangguan Integumen
Di susun oleh :
KELOMPOK 6 (SI 3A)
1. Maulidia Alfiarista S. 111.0081
2. Muhammad Afan A. 111.0085
3. Nikmatus Sholikah 111.0091
4. Ninin Arindi 111.0093
5. Putri Septaria E. 111.0103
6. Tatok Prayoga 111.0131
7. Yestilia Rahma 111.0137
2. Luka bakar yang mengenai daerah wajah, mata, tangan, kaki, genitalia, perineum (sekitar
anus), persendian utama
10. Terdapat trauma penyerta, tetapi dengan luka bakar yang paling berpotensi menimbulkan
mortalitas dan morbiditas. Jika trauma penyerta yang lebih berpotensi tinggi
menimbulkan mortalitas dan morbiditas, pasien distabilkan terlebih dahulu di trauma
center sebelum dirujuk ke unit luka bakar.
11. Pasien luka bakar anak yang dirawat di rumah sakit yang tidak memiliki petugas dan
fasilitas pelayanan pasien pediatrik yang memadai.
12. Penderita luka bakar yang memerlukan penanganan khusus untuk masalah emosional dan
sosial atau memerlukan tindakan rehabilitatif khusus (mencakup kasus penganiayaan dan
penelantaran anak)
VI. SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN
1. SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN / YANKES (PERMENKES 001/2012)
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan
Mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
Timbal balik
Horisontal maupun vertical
2. TINGKATAN PELAYANAN KESEHATAN
1) Yankes Tingkat Pertama (kelas C dan / D)
Puskesmas, RS Pratama, Klinik
Praktek Perorangan
2) Yankes Tingkat Kedua ( RS kelas B)
Yankes spesialistik dengan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik
3) Yankes Tingkat Ketiga (RS kelas A)
Yankes sub spesialistik
Dengan pengetahuan dan teknologi sub spesialistik
3. SISTEM RUJUKAN
Dilaksanakan secara berjenjang, mulai dari Yankes Tingkat Pertama
Yankes Tk II/III hanya dapat diberikan atas rujukan yankes Tk. I/II
Bidan dan Perawat hanya dapat melakukan rujukan kedokter dan/atau dokter gigi pemberi
pelayanan kesehatan Tk. Pertama
Dikecualikan dari pelayanan kesehatan secara berjenjang, dikecualikan pada keadaan: Gawat
darurat; Bencana; Kekhususan permasalahan kesehatan pasien; Pertimbangan geografis.
Bagi peserta jaminan/asuransi sosial, Diwajibkan mengikuti sistem rujukan
Bagi peserta asuransi komersial, sesuai dengan ketentuan dalam polis asuransi
Bagi yang bukan peserta jaminan /asuransi, dapat mengikuti sistem rujukan
4. TATA CARA RUJUKAN
a. RUJUKAN VERTICAL
Antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan
Dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi atau sebaliknya
b. RUJUKAN HORISONTAL
Antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan
5. ALUR SISTEM RUJUKAN REGIONAL
Pelayanan kesehatan rujukan menerapkan pelayanan berjenjang yang dimulai dari Puskesmas,
kemudian kelas C, kelas D selanjutnya RS kelas B dan akhirnya ke RS kelas A.
Pelayanan kesehatan rujukan dapat berupa rujukan rawat jalan dan rawat inap yang diberikan
berdasarkan indikasi medis dari dokter disertai surat rujukan, dilakukan atas pertimbangan
tertentu atau kesepakatan antara rumah sakit dengan pasien atau keluarga pasien.
RS kelas C/D dapat melakukan rujukan ke RS kelas B atau RS kelas A antar atau lintas
kabupaten/kota yang telah ditetapkan
VII. Ilustrasi Kasus Penentuan Rujuk-Rawat Kasus Luka Bakar
1. Penderita pada kasus 1 berusia muda tanpa riwayat komobiditas yang dapat mengganggu
penyembuhan. Luka bakar yang dialami tergolong luka bakar ringan yang meliputi 3 kali luas
telapak tangan penderita atau sekitar 2,5% LPT dan berderajat 2A. Walaupun luka bakar
mengenai daerah sendi, dengan perawatan yang baik terhadap luka bakar derajat 2A, diharapkan
tidak terjadi gangguan fungsi di fase lanjut. Bula yang besar dapat dipecahkan karena berisi
cairan yang dapat mengundang infeksi dan menyulitkan dressing luka. Kulit bula dapat
dimanfaatkan sebagai dressing biologis dan diberikan moist dressing konvensional. Pemasangan
bidai di sisi anterior area persendian dapat mencegah proses kontraksi yang kemudian dapat
menyebabkan kontraktur. Dengan demikian, penderita ini dapat ditatalaksana oleh dokter
(Yankes Tingkat Pertama).
2. Penderita pada kasus 2 berusia dewasa muda tanpa riwayat komobiditas yang dapat mengganggu
penyembuhan. Luka bakar kira-kira seluas 9% LPT karena mengenai separuh lateral ekstremitas
atas (4,5% LPT) dan area paha kanan (4,5% LPT). Kedalaman luka bakar sebagian besar
berderajat 2A; sebagian berbaur dengan luka bakar derajat 2B. Area perifer luka bahkan sudah
mengalami epitelisasi. Luka bakar tidak mengenai area persendian bahu, sebagian melibatkan
area persendian siku, dan sedikit mengenai sisi lateral lutut. Secara umum luka di area
persendian berderajat 2A sehingga diprediksi tidak mengganggu fungsi sendi di fase lanjut. Luka
bakar derajat 2A dan 2B seluas <15% LPT pada orang dewasa dapat dirawat secara poliklinis
dan penangananannya dapat dilakukan oleh dokter dengan prinsip moist dressing konvensional
yaitu salep / vaselin + kasa lembab + kasa kering + balutan hipoalergenik kedap air atau
pembalut elastis (Yankes Tingkat Pertama). Jika luka tidak sembuh setelah dua minggu
perawatan, penderita selayaknya dirujuk ke RS kelas B (Yankes Tingkat Kedua).
3. Pada penderita anak-anak tersebut (kasus 3) tidak ditemukan cedera inhalasi. Luka bakar
berderajat 2A dan seluas 14% LPT menurut Lund and Browder chart untuk anak berusia 5 tahun
(wajah 6,5% LPT, sisi anterior leher 1% LPT, trunkus anterior 6,5% LPT). Penderita ini
selayaknya memperoleh perawatan inap mengingat luasnya dan area fungsional yang terlibat.
Sebaiknya penderita dirawat dan atau di rujuk dari RS kelas B ke rumah sakit dengan
kemampuan perawatan pediatric (Yankes Tingkat Ketiga/Kelas C).
VIII. MANAJEMEN SEBELUM DIRUJUK
Seperti kasus trauma pada umumnya, begitu pasien luka bakar datang dokter penolong
harus melakukan evaluasi dan tindakan life saving mengatasi masalah ABC (airway, breathing,
dan circulation). Kalau diperlukan, segera lakukan intubasi endotrakea dan pasang infus di
daerah yang tidak terkena luka bakar minimal dengan jarum no.16. Bila terdapat eskar melingkar
dada disertai distres pernapasan, segera lakukan eskaratomi sesuai garis eskaratomi di dada yaitu
di sepanjang lengkungan dan sedikit di depan linea aksilaris anterior. Lepaskan pakaian dan
perhiasan yang terbakar sambil melakukan anamnesis dengan cepat perihal mekanisme terbakar:
apakah terkurung di suatu ruangan, ledakan, tersengat listrik, terkena bahan kimia, waktu dan
lama kejadian, serta trauma lain terkait kejadian. Sebisanya diperoleh informasi sekilas mengenai
ada tidaknya penyakit penyerta seperli jantung, hipertensi, diabetes, gangguan ginjal, atau obat
yang sedang dipaksi. Jika luka bakar disebabkan oleh asam atau basa kuat, segera guyur dengan
air sebanyak-banyaknya secara terus-menerus setidaknya selama 20 menit.
Indikasi melakukan intubasi segera adalah adanya distres pernapasan, riwayat cedera
inhalasi misalnya terkurung dalam ruangan terbakar atau terkena ledakan, terlihat wajah, alis,
dan bulu hidung hangus, adanya arang atau sputum kehitaman, stridor, dan eritema atau
pembengkakan pada orofaring dengan inspeksi langsung.
Setelah tindakan penyelamatan primer selesai, lakukan penilaian luas dan kedalaman luka
bakar. Jika terdapat kriteria untuk merujuk ke unit luka bakar dan pasien untuk sementara sudah
stabil, lakukan koordinasi dengan dokter di pusat luka bakar dan rujuk pasien dengan lampiran
catatan hasil pemeriksaan yang dianggap penting oleh dokter pengirim maupun penerima
rujukan. Luka dapat ditutup sementara dengan pembalut yang ideal yaitu polyvinyl chloride
sheeting (clingfilm), untuk melindungi luka, mengurangi kehilangan panas dan menahan
evaporasi, dan agar tidak mengganggu tampilan luka. Hal ini akan membantu tim unit luka bakar
nantinya yang akan mengevaluasi luka dengan lebih akurat. Jika tidak terdapat film transparan,
karena luka bakar derajat 2 terasa nyeri bahkan bila terkena aliran udara ruangan di atas luka,
penutupan luka dengan kain/kasa steril akan mengurangi nyeri, lalu selimuti pasien agar tetap
hangat.
Berikan irnunisasi tetanus sesuai dengan riwayat status imunisasi tetanus. Analgesik dan
sedatif tidak perlu diberikan mengingat penderita luka bakar berat sering menjadi gelisah lebih
karena hipoksemia dan hypovolemia bukan karena nyeri. Pemberian oksigen dan cairan akan
menghasilkan respons yang lebih memuaskan dibandingkan dengan pemberian analgesik
narkotik yang malahan dapat mengaburkan tanda terjadinya hipoksemia atau hipovolemia.
*Tatalaksana*
Secara sistematik dapat dilakukan 6 C : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis,
covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan
langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan
Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang
menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
Cooling : Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir
selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu dibawah normal, terutama pada
anak dan orang tua). Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar.
Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin)
sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi. Jangan
pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi)
sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia. Untuk luka bakar
karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak
selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan
terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.
Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit.
Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan
risiko infeksi berkurang.
Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam
dari superficial partial-thickness (dapat dilihat pada table 4 jadwal pemberian
antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat
diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat
alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang dari 2
bulan
Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka
bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya.
Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi
pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan
berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan
meningkatkan risiko infeksi.
Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.
PENUTUP
Penilaian dan penanganan awal kasus luka bakar yang tepat tidak hanya akan
menurunkan mortalitas tapijuga akan mempertahankan kualitas hidup penderita. Keputusan yang
tepat kapan merujuk seorang penderita luka bakar memberi dampak yang besar bagi keberhasilan
penanganan luka bakar. Melakukan dengan benar tindakan yang sesuai dengan kompetensi
seorang dokter sebagai penolong pertama, dokter bedah umum di instansi rumah sakit, atau
seorang dokter bedah plastik di unit luka bakar, tidak akan membuat masing-masing peran
tersebut menjadi berkurang nilainya. Hal ini justru akan memaksimalkan harapan dan kualitas
hidup pasien karena terlangani dengan tepat sesuai dengan porsi dan keahlian setiap petugas
kesehatan yang melayaninya. Tidak perlu ragu untuk merujuk ketika tidak tahu atau ragu tentang
apa yang harus dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Prasetyono, Theddeus O.H. Rendy, Leo. 2008. Jurnal Merujuk Pasien Luka Bakar : Pertimbangan
Praktis. Jakarta : IDI.