Anda di halaman 1dari 7

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kasus

Ny. M umur 28 thn, ibu rumah tangga yang ditinggal suaminya. Klien
tinggal bersama saudarnya di Sukoharjo, beragama islam. Datang dengan
saudaranya, Tn. L umur 45 thn. Klien sudah bingung selama 3 thn ini. Keluarga
mengatakan bahwa klien sering menyendiri, tidak mau berinteraksi dengan
tetangga ataupun keluarganya, suka melmun, tidak mau keluar dan hanya berada
di kamar. Saat diajak berbicara klien hanya menundukkan kepala. Klien enggan
untuk menjawab pertanyaan ketika ditanya. Pernah mengalami gangguan jiwa dan
menjalani pengobagan tetapi tidak berhasil. Klien berasal dari keluarga yang
kurang mampu. Budhe dari klien ini juga mengalami gangguan jiwa. Klien
beranggapan suaminya keluar kota dan tidak pernah pulang. Pemeriksaan fisik
pasien didapatkan TD : 120/ 80 mmHg, N: 88X/mnt, S:37C,
P:22X/mnt, TB:157cm, BB:49kg (Ningrum, 2013).

2.2 Pengertian

Isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana seseorang


mengalami kesulitan dalam membina hubungan dengan orang
lain dan menghindari interaksi dengan orang lain secara
langsung yang dapat bersifat tetap atau sementara (Muhit,
2015).

Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang


menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka
dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian
yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap
menyatakan sikap negatif dan mengancam dirinya (Townsend
dalam Muhit, 2015).

Isolasi sosial merupakan suatu keadaan kesepian yang


dialami oleh seseorang karena merasa terancam (Evendi,dkk.
2012).
Isolasi sosial merupakan suatu sikap dimana individu
menghindari diri dan menghindari interaksi dengan orang lain
serta sikap memisah diri, pikiran, perasaan, prestasi
(Noorkasiani, dkk, 2009).

Isolasi sosial adalah suatu keadaan yang dapat menimbulkan perilaku tidak
ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar
dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan (Kusumawati dan Hartono,
2010).

Dari beberapa pengertian diatas, jadi dapat diambil kesimpiuan


bahwa isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana
kesehatan jiwa seseorang terganggu karena susah untuk
membina hubungan dengan orang lain. Lebih menyukai berdiam
diri, melamun dan menghindari kontak langsung untuk
berinteraksi dengan orang lain.

2.3 Psikopatologi atau psikodinamika


2.3.1 Faktor predisposisi
1. Faktor biologis

Faktor biologis meliputi riwayat genetik, status nutrisi,


status kesehatan secara umum, sensitivitas biologi, terpapar
racun, ketidakseimbangan neurotransmitter, penurunan
katekolamin, peningkatan asetilkolin dan penurunan serotonin.

2. Faktor psikologis

Faktor psikologis meliputi intelektualitas, keterampilan


verbal, kepribadian, pengalaman negatif pasien terhadap
gambaran diri, konsep diri, motivasi dan pertahanan psikologis.
Pengalaman masa lalu termasuk didalamnya kegagalan
mencapai tugas perkembangan. Krisis identitas dan kurangnya
penghargaan baik dari diri sendiri maupun lingkungan.
Kegagalan dalam mencapai harapan atau cita-cita, kegagalan
dalam melaksanakan tugas perkembangan dapat mengakibatkan
individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu,
takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang
lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan
keinginan, dan merasa tertekan.

3. Faktor sosiokultural

Faktor sosiokultural: meliputi umur, jenis kelamin,


pendidikan, pekerjaan dan keyakinan.

4. Faktor perkembangan

Tahap perkembangan merupakan salah satu pembentuk


hungan sosial yang positif karena setiap tahap perkembangan
dapat dilalui oleh seseorang dengan baik da sistematis sehingga
kemampuan dalam membina hubungan sosial dapat
menghasilkan kepuasan bagi individu tersendiri (Muhit, 2015).

2.3.2 Faktor presipitasi

Faktor presipitasi merupakan factor yang berasal dari


stressor. Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat
menyebabkan seseorang menarik diri. Faktor-faktor tersebut
dapat berasal dari berbagai stressor antara lain :

1. Stressor sosiokultural

Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya


gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain,
misalnya menurunnya stabilitas unit keluarga, berpisah dari
orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena
dirawat di rumah sakit.

2. Stressor psikologik

Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan


keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk
memenuhi kebutuhannya hal ini dapat menimbulkan ansietas
tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang mengalami
gangguan dalam berinteraksi sosial (Morisson, 2009).

3. Stressor intelektual

Stressor intelektual dapat berupa kurangnya pemahaman diri


dalam ketidak mampuan untuk berbagai pikiran dan perasaan
yang mengganggu pengembangan hubungan dengan orang lain.
Kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dan
ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan
orang lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat
pada gangguan berhubungan dengan orang lain

4. Stressor fisik

Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder


atau malu sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain
(Siyoto & Muhit, 2016).

2.4 Rentang respon social

Dalam membina hubunga sosial individu berada dalam


rentang respon adaptif dan maladaptif. Respon adaptif
merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan kebusayaan adat istiadat yang berlaku, sedangkan respon
maladaptive merupakan respon yang kurang dapat diterima oleh
masyarakat setempat (Townsend dalam Muhit, 2015).
Respon sosial yang maladaptive dapat berupa gangguan
proses piker, dimana seseorang dengan gangguan isolasi sosial
tidak dapat berfikir dengan logis terhadap sesuatu hal dan sering
berhalusinasi sehingga menyebbakan ketakutan tersendiri dalam
hidupnya.

2.5 Pathway isolasi social


Daftar Pustaka
Evendi, dkk. (2012). Pengaruh Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi Terhadap Perubahan Perilaku Klien Isolasi Sosial. Ners
Jurnal Keperawatan. Vol. 8. No 2: 105-114. [serial online].
http://jurnal.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/article/download/73
/68. diakses 26 Februari 2017. Pukul 10.45

Kusumawati, F & Hartono, Y. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. Malang:


Salemba Medika

Ningrum, N. R. W. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Isolasi


Sosial Menarik Diri Di Ruang Sumbodro Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta. Karya Tulis Ilmiah. Tidak dipublikasikan. Fakultas Kesehatan.
Universitas Muammadiyah Surakarta. [serial online].
http://eprints.ums.ac.id/26000/14/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. diakses 27
Februari 2017. Pukul 09.10

Noorkasiani, dkk. (2009). Sosiologi dalam Keperawata. Jakarta: EGC

Morisson, P. (2009). Carring dan Comunicating. Jakarta: EGC

Muhit. A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan aplikasi. Yogyakarta:


Penerbit ANDI

Siyoto, Muhit. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai