Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sistem kardiovaskular merupakan sistem yang menjelaskan proses sirkulasi yang terjadi di
dalam tubuh manusia. Berdasarkan lintasan sirkulasi, ada 3 macam sirkulasi dalam tubuh
manusia, sirkulasi sistemik,sirkulasi paru dan sirkulasi khusus (sirkulasi pada janin,sirkulasi
koroner jantung). Sirkulasi tidak hanya menjelaskan tentang sirkulasi darah saja tetapi juga ada
sirkulasi cairan limfe yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan pengaturan
keseimbangan cairan di ruang interstisial. Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung , pembuluh
darah (vena dan arteri), pembuluh limfe dan darah. Jantung merupakan salah satu organ tubuh
manusia yang sangat penting karena mempunyai fungsi sangat penting untuk kelangsungan
hidup manusia yaitu memompa darah ke jaringan, menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain sambil
mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme.
Jantung berfungsi memompa darah untuk menyediakan oksigen,nutrien dan hormone ke
seluruh tubuh serta mengangkut sisa metabolisme ke seluruh tubuh seperti karbondioksida,asam
urat dan ureum. Untuk menjalankan fungsinya sebagai pompa,jantung dapat berkontraksi dan
berlelaksasi. Proses kontraksi dan relaksasi jantung dikenal sebagai denyut jantung. Pada saat
berdenyut,setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah,selanjutnya jantung berkontraksi dan
memompa dalam keluar dari jantung. Sedangkan pembuluh darah berfungsi sebagai saluran
untuk mendistribusikan darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan mengembalikannya
kembali ke jantung. Darah sebagai medium transportasi dimana darah akan membawa oksigen
dan nutrisi. Sedangkan sistem saluran limfe berhubungan erat dengan sistem sirkulasi darah.
Darah meninggalkan jantung melalui arteri dan dikembalikan melalui vena. Sebagian cairan
yang meninggalkan sirkulasi dikembalikan melalui saluran limfe, yang merembes dalam ruang-
ruang jaringan. Sistem kardiovaskuler sangat memegang peranan penting bagi tubuh manusia,
makadari itu kita perlu mengetahui bagian-bagian serta manfaat dari sistem kardiovaskuler.
Perkusi merupakan salah satu teknik pemeriksaan fisik yang paling penting. Perkusi dada
menggunakan dinding dada serta jaringan dibawahnya sebagai landasan ketukan agar
menghasilkan bunyi yang dapat didengar dan getaran yang dapat dirasakan.Ketika
mempraktikan perkusi, dengarkan perubahan bunyi yang ditimbulkan oleh perkusi pada berbagai
tipe material atau berbagai bagian tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengkajian fisik system kardiovaskuler menggunakan pemeriksaan perkusi ?
2. Bagaimana tahap kerja dalam pemeriksaan fisik menggunakan pemeriksaan perkusi ?
3. Apa macam macam bunyi perkusi dan karakteristiknya ?

1.3 Tujan
1. Agar mahasiswa mengetahui pengkajian fisik system kardiovaskuler menggunakan
pemeriksaan perkusi
2. Agar mahasiswa mengetahui tahap kerja dalam pemeriksaan fisik menggunakan
pemeriksaan perkusi
3. Agar mahasiswa mengetahui macam macam bunyi perkusi dan karakteristiknya

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung dan pembuluh darah. Jantung yang merupakan
organ pemompa serta pembuluh darah yang merupakan pipa yang panjang mempunyai peranan
dalam mengedarkan oksigen, zat makanan, metabolisme dan hormon ke dalam sel- sel tubuh.
Pemeriksaan fisik kardiovaskuler adalah pemeriksaan fisik untuk menentukan adanya kelainan-
kelainan dari suatu sistem kardiovaskuler dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi),
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-
kelainan dari suatu sistem atau suatu organ bagian tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba
(palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi).Urutan pemeriksaan berjalan
secara logis dari kepala ke kaki, dan bila telah terlatih dapat dilakukan hanya dalam waktu
sekitar 10 menit : (1) keadaan umum, (2) tekanan darah, (3) nadi, (4) tangan, (5) kepala dan
leher, (6) jantung, (7) paru, (8) abdomen dan (9) kaki serta tungkai.Dalam pemeriksaan
selanjutnya pada jantung disamping ditemukan adanya hasil pemeriksaan normal, juga bisa kita
dapati kelainan-kelainan hasil pemeriksaan fisik yang meliputi antara lain : batas jantung yang
melebar, adanya berbagai variasi abnormal bunyi jantung dan bunyi tambahan berupa bising
(murmur).
prinsip dasar pemeriksaan fisik
Tujuan umum pemeriksaan fisik adalah untuk memperoleh informasi mengenai
status kesehatan pasien. Tujuan definitifnya adalah untuk mengindentifikasi status normal
dan kemudian mengetahui adanya kelainan dari keadaan normal tersebut dengan
memvalidasi keadaan dan keluhan dari gejala pasien. Skrining keadaan pasien, dan
pemantauan masalah kesehatan pasien saat ini. Informasi ini penting untuk menjadi
catatan/rekam medis (medical record) pasien, menjadi dasar data awal dari temuan klinis,
bahkan selalui diperbarui dan ditambahkan sepanjang waktu untuk mengetahui riwayat
penyakit dari pasien.
Informasi dapat bersifat subyektif maupun obyektif. Informasi subyektif didapatkan
dari anamnesis terhadap pasien, sedangkan informasi obyektif didapatkan dengan
pemeriksaan fisik pada pasien.temuan klinis obyektif ini akan memperkuat dan menjelaskan
data subyektif yang diperoleh pada anamnesis, tetapi juga pada saat yang sama, pemeriksaan
fisik akan membuat pemeriksa bertanya lebih lanjut pada saat pemeriksaan berlangsung.
Penentuan metode pillihan pada pemeriksaan fisik dipengaruhi oleh usia. Misalkan pada usa
remaja (12-19 tahun) senaiknya menjalani pemeriksaan fisik setiap 2 tahun. Individu dewasa
(20-59 tahun) sebaiknya menjalani pemeriksaan fisik setiap 5-6 tahun, dan orang lanjut usia
(>60 tahun) sebaiknya melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh tiap 2 tahun
Metode tersebut juga dipengaruhi oleh gejala, data fisik, dan laboratorium lainnya,
serta tujuan pemerikaan itu sendiri (misalnya screening fsik umum, pemeriksaan fisik
spesifik, atau analisi gejala-gejala). Pemeriksaan penapisan/screening misalnya mammografi
(foto payudara untuk mengetahui kanker), pap smear (menilai kelainan pada alat vital
wanita), uji darah pada feses sebaiknya dilakukan lebih teratur. Kunjungan berikutnya atau
tindak lanjut merupakan kunjungan yang terjadwal untuk mengkaji progresivitas atau
kesembuhan dari suatu masalah atau kelainan tertentu.

2.2 Pemeriksaan fisik perkusi


Pemeriksaan fisik perkusi Yaitu menepuk permukaan tubuh baik secara ringan maupun
tajam. Untuk menentukan posisi, ukuran, dan densitas struktur atau cairan maupun udara
dibawahnya. Menepuk dari permukaan akan menghasilkan gelombang suara yang masuk
secara vertikal sepanjang 5-7 cm dibawah organ yang diketuk tadi, pantulan suara yang
dihasilkan akan berbeda beda tergantung sifat struktur yang dilewati oleh suara itu, apakah
padat, berisi cairan, maupun berisi udara.

DI ISI GAMBAR YA ISNAAA CANTIKK


Prinsipnya yaitu jika suatu organ berisi lebih banyak udara (seperti paru-paru) maka suara
yang dihasilkan yaitu suara yang lebih keras, rendah dan panjang (suara sonor), jika
dibandingkan dengan organ yang lebih padat (misalnya otot paha), akan menghasilkan suara
yang lebih lembut, tinggi dan pendek (suara pekak). Pada perkusi yang dilakukan pada organ
yang berongga (seperti perut), akan menghasilkan suara dengan nada tinggi dan lebih lama
terdengar (suara timpani).Perkusi dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung
secara kasar. Perawat hendaknya mengetahui lokasi redup jantung. Batas kiri umum tidak 4,7
dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada spasium interkostalis ke 4,5 dan 8.
Kita melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung.
1. Batas kiri jantung
Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial. Perubahan antara bunyi sonor dari
paru-paru ke redup relatif kita tetapkan sebagai batas jantung kiri. Dengan cara tersebut
kita akan dapatkan tempat iktus, yaitu normal pada ruang interkostale V kiri agak ke
medial dari linea midklavikularis sinistra, dan agak di atas batas paru-hepar. Ini
merupakan batas kiri bawah dari jantung. Batas jantung sebelah kiri yang terletak di
sebelah cranial iktus,pada ruang interkostal II letaknya lebih dekat ke sternum daripada
letak iktus cordis ke sternum, kurang lebih di linea parasternalis kiri. Tempat ini sering
disebut dengan pinggang jantung. Sedangkan batas kiri atas dari jantung adalah ruang
interkostal II kiri di linea parasternalis kiri.
2. Batas kanan jantung.
Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial. Disini agak sulit menentukan batas
jantung karena letaknya agak jauh dari dinding depan thorak. Batas bawah kanan
jantung adalah di sekitar ruang interkostal IIIIV kanan,di line parasternalis kanan.
Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea parasternalis kanan.
Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam penyakit jantung yaitu efusi
pericardium dan aneurisma aorta.Kita ketahui bahwa pada emfisema daerah redup
jantung mengecil, tapi pada aneurisma aorta daerah redup jantung meluas sampai ke
sebelah kanan sternum sekitar ruang interkostal II. Suara perkusi pada sternumpun
menjadi redup. Pada efusi pericardium daerah redup jantung meluas terutama bagian
bawahnya sehingga bentuknya menyerupai bentuk jambu.
2.3 Tahap kerja

1. Melakukan perkusi untuk menentukan batas jantung yaitu dengan menentukan batas
jantung relatif yang merupakan perpaduan bunyi pekak dan sonor
2. Menentukan batas jantung kanan relatif dengan perkusi dimulai dengan penentuan
batas paru hati, kemudian 2 jari diatasnya melakukan perkusi dari lateral ke medial
3. Jari tengah yang dipakai sebagai plessimeter diletakkan sejajar dengan sternum sampai
terdenganr perubahan bunyi ketok sonor menjadi pekak relatif (normal batas jantung
kanan relatif terletak pada linea sternalis kanan)
4. Batas jantung kiri relatif sesuai dengan iktus kordis yang normal, terletak pada sela iga
5- 6 linea medioclavicularis kiri
5. Bila iktus kordis tidak diketahui, maka batas kiri jantung ditentukan dengan perkusi
pada linea axillaris media ke bawah. Perubahan bunyi dari sonor ke tympani
merupakan batas paru-paru kiri. Dari Batas paru-paru kiri dapat ditentukan batas
jantung kiri relatif
6. Dari atas (fossa supra clavicula) dapat dilakukan perkusi ke bawah

7. Lakukan hiperekstensi jari tengah tangan kiri anda yang dikenal sebagai jari tangan
pleksimeter. Buat sendi interfalangeal distal menekan kuat pada permukaan yang akan
di perkusi. Perhatikan bahwa ibu jari,jari telunjuk,jari manis dan jari kelingking tidak
menyentuh permukaan dada yang akan di perkusi.

8. Posisikan lengan kanan bawah anda cukup dekat dengan permukaan yang akan di
perkusi, sementara tangan anda di fleksikan kearah dorsal. Jari tengah harus dalam
keadaan fleksi yang parsial, rileks dan siap untuk mengetuk.

9. Dengan gerakan pergelangan tangan yang cepat tetapi rileks ( tidak kaku), ketuklah jari
pleksimeter dengan jari tengah tangan kanan anda atau jari pleksor. Arakan ketukan itu
pada sendi dan interfalangeal distal.

10. Angkat jari tangan anda yang mengetuk dengan cepat untuk menghindari peredaman
terhadap getaran yang telah anda buat. Gerakan terjadi pada pergelangan tangan.
Gerakan mengetuk itu harus terarah, cepat, tetapi rileks( tidak kaku) dan sedikit
memantul

Tahap Terminasi :
a. Mencuci tangan
b. Mencatat hasil pemeriksaan dalam lembar catatan keperawatan
c. Berpamitan dengan klien
2.4 Macam macam bunyi perkusi dan karakteristiknya

Intensitas Nada relative Durasi relative Contoh lokasi


relative
Pekak pelan tinggi singkat paha
(flatness)
Redup sedang sedang sedang hepar
( dullness )+
Sonor keras rendah lama Paru yang
( resonance ) normal
Hipersonor Sangat keras Lebih rendah Lebih lama Tidak di
(hipersonance ) temukan oada
keadaan normal
Keterangan table :

1. Pekak adalah suara perkusi jaringan yang padat seperti pada :


Adanya cairan di rongga pleura

Perkusi daerah jantung

Perkusi daerah hepar

2. Redup adalah suara perkusi jaringan yang lebih padat/ konsolidasi paru-paru seperti
pneumonia

3. Sonor adalah suara perkusi jaringan yang normal

4. Hipersonor/tympany adalah suara perkusi pada daerah yang lebih berrongga kosong seperti :

Daerah caverne-caverne paru

Penderita asma kronik terutama dengan bentuk dada barrel-chest akan terdengar
seperti ketukan benda-benda kosong.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemeriksaan fisik kardiovaskuler adalah pemeriksaan fisik untuk menentukan adanya


kelainan-kelainan dari suatu sistem kardiovaskuler dengan cara melihat (inspeksi), meraba
(palpasi),Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-
kelainan dari suatu sistem atau suatu organ bagian tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba
(palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi)
Pemeriksaan fisik perkusi Yaitu menepuk permukaan tubuh baik secara ringan maupun
tajam. Untuk menentukan posisi, ukuran, dan densitas struktur atau cairan maupun udara
dibawahnya. Menepuk dari permukaan akan menghasilkan gelombang suara yang masuk secara
vertikal sepanjang 5-7 cm dibawah organ yang diketuk tadi, pantulan suara yang dihasilkan
akan berbeda beda tergantung sifat struktur yang dilewati oleh suara itu, apakah padat, berisi
cairan, maupun berisi udara.
Cara melakukan :
1. Lakukan hiperekstensi jari tengah tangan kiri anda yang dikenal sebagai jari tangan
pleksimeter. Buat sendi interfalangeal distal menekan kuat pada permukaan yang akan
di perkusi. Perhatikan bahwa ibu jari,jari telunjuk,jari manis dan jari kelingking tidak
menyentuh permukaan dada yang akan di perkusi.

2. Posisikan lengan kanan bawah anda cukup dekat dengan permukaan yang akan di
perkusi, sementara tangan anda di fleksikan kearah dorsal. Jari tengah harus dalam
keadaan fleksi yang parsial, rileks dan siap untuk mengetuk.

3. Dengan gerakan pergelangan tangan yang cepat tetapi rileks ( tidak kaku), ketuklah jari
pleksimeter dengan jari tengah tangan kanan anda atau jari pleksor. Arakan ketukan itu
pada sendi dan interfalangeal distal.

4. Angkat jari tangan anda yang mengetuk dengan cepat untuk menghindari peredaman
terhadap getaran yang telah anda buat. Gerakan terjadi pada pergelangan tangan.
Gerakan mengetuk itu harus terarah, cepat, tetapi rileks( tidak kaku) dan sedikit
memantul

3.2 Saran

Semoga dengan memahami askep asma ini, Kita bisa menerapkan dan membagi ilmu dalam
menyelesaikan masalah gangguan tidak nyaman ini dalan kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Burnside-Mc Glynn, 1995. Adams Diagnosis Fisik, EGC, Jakarta.


Delp and Manning, 1996. Major Diagnosis Fisik, EGC, Jakarta.
Guyton & Hall. 2009. Buku Saku Fisiologi Kedokteran, Ed 11. Jakarta: ECG
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik, Ed 4 Vol 1. Jakarta: EGC
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik,
Ed 4 Vol 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai