Anda di halaman 1dari 4

ISTIMEWANYA WAKTU-WAKTU SHALAT

dr. Agus Sukaca, M.Kesi

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. Yakni orang-orang
yang senantiasa mengingat Allah waktu berdiri dan duduk dan waktu berbaring
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):
Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS Ali Imran ayat 190 191)

Allah menciptakan langit dan bumi dengan sistem tatasurya yang senantiasa
bergerak dengan tertib dan teratur. Salah satu akibat dari pergerakan itu adalah
terjadinya malam dan siang silih berganti, setiap hari berlangsung konstan
selama 24 jam. Pada setiap tempat di muka bumi ini memiliki porsi malam dan
siang yang selalu berubah dari waktu ke waktu menyesuaikan pergerakan
matahari. Ada yang waktu siang dan malamnya seimbang, ada yang lebih
banyak siangnya, dan ada yang lebih banyak malamnya. Di sekitar garis
katulistiwa memiliki porsi yang seimbang. Semakin menjauhi garis katulistiwa
perbedaan waktu siang dan malam semakin lebar. Di daerah dekat kutub utara,
saat matahari berada pada lintang utara, waktu siangnya lebih panjang.
Sebaliknya saat matahari berada pada lintang selatan, waktu siangnya lebih
pendek. Hal yang sebaliknya terjadi di daerah dekat kutub selatan.

Pergeseran malam dan siang diikuti dengan perubahan ritme kehidupan makhluk
hidup. Tumbuhan, hewan, dan manusia memiliki ritme atau irama kehidupan
yang senantiasa berubah seiring dengan perjalanan waktu. Tumbuh-tumbuhan
pada siang hari umumnya melakukan proses assimilasi dan menghasilkan
banyak Oksigen. Hewan-hewan ada yang beraktivitas dan mencari makan di
siang hari dan beristirahat di malam hari, ada pula hewan malam yang
melakukan hal sebaliknya.

Manusia juga memiliki ritme kehidupan khas yang disebut dengan irama
sirkadian, suatu irama yang berlangsung sesuai siklus waktu harian selama 24
jam. Irama tersebut terjadi berdasar pergeseran malam dan siang dan
dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari di mana puncak tertingginya
terjadi pada tengah hari dan terendahnya pada tengah malam-. Di dalam tubuh
manusia terdapat hormon-hormon yang produksinya bergantung dari pergeseran
waktu dan intensitas cahaya matahari, antara lain hormon melatonin dan
hormon kortisol.

Hormon melatonin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pineal yang
terletak di tengah otak. Produksinya dirangsang oleh gelapnya malam dan
mencapai puncaknya pada sekitar tengah malam. Hormon ini menimbulkan efek
kantuk sehingga berfungsi membantu terlaksananya tidur. Di samping itu,
melatonin juga menyeimbangkan aktivitas elektrik pada sistem saraf pusat,
menjaga tubuh dari bahaya antioksidan dan zat-zat racun lainnya sehingga
tubuh terjaga dari berbagai gangguan kesehatan, tetap sehat dan bugar.
Kecukupan hormon melatonin dalam tubuh membantu terjadinya tidur dengan
kualitas yang baik.

Hormon kortisol adalah hormon yang berfungsi merangsang proses


pembentukan karbohidrat dari protein dan beberapa zat lainnya oleh hati dan
meningkatkan kecepatannya hingga 6 10 kali lipat sehingga kadar glukosa
darah meningkat. Glukosa adalah pembentuk energi utama yang diperlukan
untuk melakukan aktifitas tubuh. Kortisol juga meningkatkan curah jantung,
mempertahankan integritas dan sifat responsif pembuluh darah serta volume
cairan tubuh. Jadi, hormon kortisol ini berfungsi penting bagi kelancaran aktifitas
tubuh. Kadarnya dalam plasma darah selama 24 jam mengalami fluktuasi
dengan kadar terendah kira-kira 3 g/dl pada sekitar tengah malam dan paling
tinggi kira-kira 20 g/dl sesaat sebelum matahari terbit.

Para peneliti menemukan bahwa waktu-waktu shalat bersesuaian dengan irama


sirkadian tubuh. Hormon kortisol mengalami fluktusi sebagai berikut:

Periode pertama; mulai naik sekitar pk 02.00 dinihari, mencapai puncaknya


pada level 7 g/dl pada pk 03.00 dan kembali menurun hingga level 5
g/dl pada sekitar pk 04.00, sesaat menjelang subuh. Periode ini berlangsung
selama 2 jam. Waktu ini adalah bagian dari 1/3 malam, lapisan ozon menebal
dan mempengaruhi aktivitas jaringan syaraf manusia sehingga cocok untuk
berpikir. Ini merupakan saat terbaik melakukan tahajud dan membaca al-Quran.
Bangun pada waktu ini sangat tepat untuk khusyu dan bacaannya lebih
berkesan (QS 76: al-Muzammil ayat 6).

Periode kedua; mulai sekitar pk 04.00 dan mencapai puncaknya pada level 12
g/dl pada sekitar pk 05.00, kemudian menurun hingga ke level sekitar 7 g/dl
sesaat menjelang matahari terbit. Ini adalah waktu shalat subuh, lapisan ozon
masih cukup tinggi, sangat baik untuk kegiatan berpikir seperti membaca,
menulis, dan taklim. Melaksanakan shalat subuh merupakan kegiatan wajib
seorang muslim sebagai awal dari serangkaian kerja seharian.

Periode ketiga; mulai saat matahari terbit dan mencapai puncak tertinggi
pada level 20 g/dl sekitar pk 09.00 dan berangsur-angsur menurun dan
mencapai level sekitar 8 g/dl sesaat sebelum dhuhur. Ini adalah waktu yang
baik untuk berusaha dan bekerja mencari karunia Allah. Di dalamnya ada waktu
untuk break melakukan shalat dhuha, suatu amalan sunnah yang memberikan
support energi dalam meraih karunia Allah.

Periode keempat; mulai sekitar pk 12.00, mencapai puncak pada level 13


g/dl, sedikit menurun pada pk 13.00, naik lagi dan kembali menurun hingga
menjelang waktu Ashar hingga level 7 g/dl. Periode ini adalah waktu shalat
dhuhur. Penurunan sedikit pada pk 13 adalah waktu yang baik untuk istirahat
sejenak bakda shalat dhuhur yang disebut qailullah. Istirahat sejenak ini
menyegarkan tubuh untuk melanjutkan aktifitas kembali dengan bugar hingga
tiba saatnya beristirahat pada malam hari. Rasulullah SAW bersabda:
Manfaatkanlah makan sahur untuk puasa dan sedikit tidur setelah dhuhur
(qailullah) untuk shalat malam (HR Ibnu Majah)
Periode kelima; mulai naik sekitar pk 16.00 hingga mencapai hanya 10
g/dl, kemudian menurun hingga mencapai level 5 g/dl pada sekitar pk
19.00. Periode ini adalah waktu shalat Ashar dan Maghrib. Waktu Ashar berada
pada penghujung siang dan menjadi pengantar menuju masuknya malam. Allah
memerintahkan kita menjaga shalat ashar, yang disebut juga sebagai shalat
wustha. Jagalah shalat-shalat dan shalat wustha dan berdirilah untuk Allah
dengan penuh ketundukan (QS Al-Baqarah ayat 238). Waktu maghrib
mengawali malam sebagai waktu istirahat. Hormon melatonin sebagai hormon
istirahat secara bertahap meningkat bersamaan dengan hadirnya kegelapan
malam, dan hormon kortisol menurun. Tubuh mulai didinginkan setelah capai
seharian bekerja.

Periode keenam; kenaikan pada periode ini terjadi mulai sekitar pk 19.00 dan
puncaknya hanya mencapai level 5 g/dl pada sekitar pk 20.00, kemudian
berangsur-angsur menurun hingga mencapai titik terendah 3 g/dl pada
sekitar pk 22.00 dan bertahan hingga dinihari. Inilah periode shalat Isya dan
istirahat malam, dimana peran hormon kortisol untuk bekerja digantikan oleh
hormon melatonin untuk istirahat. Sedikit peningkatan kortisol pada sekitar pk
19.00 memberikan kekuatan melakukan shalat isya sebelum akhirnya berada
pada titik terendah mulai pk 22.00. Shalat isya memberikan dampak seperti
gerakan akhir untuk pendinginan setelah berolahraga, sebagai pengantar masa
istirahat, sebaiknya dilakukan sebelum pk 22.00. Rasulullah SAW suka sekali
mengakhirkan shalat Isya, tidak suka tidur dulu sebelumnya, dan tidak suka
berbincang-bincang sesudahnya (HR Ibnu Majah).

Dialah (Allah) yang menjadikan malam bagi kamu untuk beristirahat dan siang
terang benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat bukti-bukti (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang
mendengar (QS Yunus ayat 67).

Subhanallah! Ternyata waktu-waktu shalat sesuai dengan ritme biologis manusia.


Pasti para pengamal shalat mendapatkan manfaat luar biasa.

Wallahu alam.

Yogyakarta, 14 Pebruari 2015


i Ketua Majlis Tabligh PP Muhammadiyah

Anda mungkin juga menyukai