Mungkin banyak diantara kita sudah mengetahui bahwa pada Februari 1997, ASB (Auditing
Standards Board) mengeluarkan Statement on Auditing Standards (SAS) Nomor 82 yang
berjudul Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit. guna mengklarifikasi
tanggung jawab auditor dalam mendeteksi dan melaporkan kecurangan (fraud) yang terjadi
dalam laporan keuangan. Kongkritnya tampak pada kalimat berikut ini: Auditor
bertanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna mendapatkan
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang
disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. Kata kuncinya adalah keyakinan memadai.
Tingkat keyakinan ini jelas subjektif sifatnya namun apakah yang dimaksud dengan Fraud itu
pada tingkat minimal tertentu haruslah merupakan kesepakatan bersama. Berikut ini adalah
sedikit gambaran tentang Fraud. Fraud (kecurangan) merupakan penipuan yang disengaja
dilakukan yang menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan
memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi karena
adanya tekanan untuk melakukan penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan
kesempatan yang ada dan adanya pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan
tersebut.
Secara sederhana dua segitiga berikut ini dapat bercerita banyak tentang hubungan
hubungan yang mendorong terjadinya fraud
Karakteristik Kecurangan
Dilihat dari pelaku fraud maka secara garis besar kecurangan bisa dikelompokkan menjadi
dua jenis :
a. Manajemen untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang timbul karena
kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent financial
reporting).
b. Pegawai untuk keuntungan individu, yaitu salah saji yang berupa penyalahgunaan
aktiva (misstatements arising from misappropriation of assets).
2. Oleh pihak di luar perusahaan, yaitu pelanggan, mitra usaha, dan pihak asing yang dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Mark-up harga
Dari penjelasan singkat di atas, hal yang menarik adalah dapat saja diklaim bahwa Fraud
dengan sengaja dilakukan demi kepentingan perusahaan. Demi kredibilitas perusahaan pihak
manajemen dengan sengaja melakukan katakanlah istilahnya Soft Fraud. Apakah tindakan ini
benar? Akan timbul perdebatan yang sangat panjang dan tak berakhir, namun satu yang pasti :
semuanya tergantung pada keyakinan yang memadai dari auditor. Jadi ? ( Alison, Internal
Audit)
Tujuan makalah ini adalah menguraikan materi tentang audit kecurangan dalam audit
atas laporan keuangan oleh auditor eksternal. Meskipun pendeteksian kecurangan penting
untuk meningkatkan nilai pengauditan, namun terdapat banyak masalah yang dapat
menghalangi implementasi dari pendeteksian yang tepat. Berdasarkan telaah atas berbagai
penelitian yang telah dilakukan, ada terdapat empat faktor penyebab besar yang
diidentifikasikan melalui makalah ini. Pertama, karakteristik terjadinya kecurangan sehingga
menyulitkan proses pendeteksian. Kedua, standar pengauditan belum cukup memadai untuk
menunjang pendeteksian yang sepantasnya. Ketiga, lingkungan kerja audit dapat mengurangi
kualitas audit dan keempat metode dan prosedur audit yang ada tidak cukup efektif untuk
melakukan pendeteksian kecurangan.
1.3 Manfaat Penulisan
Dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi beberapa pihak antara lain bagi
peneliti dapat memperoleh pengalaman dalam membandimgkan secara tepat dan akurat
antara pengetahuan yang penulis terima selam di perkuliahan dengan praktek dilapangan,
sedangkan untuk pihak lain diharapkan dapat dijadikan pedoman perbandingan yang dapat
menjadi bahan studi bagi yang akan melakukan penelitian yang sama.
PEMBAHASAN
Pengertian Audit Kecurangan,
- Kesalahan (error) dapat dideskripsikan sebagai suatu yang tidak disengaja dan ini dapat
terjadi dalam setiap tahap pengelolaan transaksi
Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen misalnya rekayasa laporan keuangan untuk
mempertinggi laba bersih, investasi fiktif (investment scams) dan lain-lain. Kecurangan yang
dilakukan oleh pemasok misalnya menaikkan harga sepihak (overcharge), pengiriman barang
bermutu rendah, kekurangan atau tidak mengirimkan barang yang sudah dibayar. Kecurangan
yang dilakukan oleh pelanggan misalnya tidak membayar barang yang dikirim, pembobolan
bank dan lain-lain. Apa sebabnya orang melakukan kecurangan? Faktor-faktor penyebab
kecurangan mungkin karena tekanan (pressure) keuangan, penyakit mental, ataupun tekanan
karena beban pekerjaan.
Tekanan keuangan mungkin karena sifat tamak, besar pasak dari pada tiang, terlilit
utang, kebutuhan biaya pengobatan, kebutuhan uang mendesak, kerugian keuangan/aktiva
pribadi. Penyakit mental mungkin karena berjudi, menggunakan obat-obatan terlarang, dan
perilaku seksual yang mahal. Tekanan beban pekerjaan mungkin karena lembur jam kerja
yang terlalu lama, merasa kurang dihargai sesuai prestasi, jenjang karir (career path) yang
tidak jelas dan lain-lain. (Amin Widjaja Tunggal, 2001:iii) Menurut Association of Certified
Fraud Examiners (1993) di Amerika Serikat, kerugian tahunan dari kejahatan kerah putih
(white collar crime) diperkirakan USD 200 milyar atau lebih.
45 manajemen puncak dari 100 pemasok militer yang terbesar berada di bawah
investigasi kecurangan kriminal
Hanya 30% dari kerugian usaha eceran berasal dari pencuri toko (shop lifters), 70%
dicuri oleh karyawan
Dalam skandal penyimpanan dan peminjaman, diperlukan 4.000 tahun oleh perampok
untuk mengimbangi apa yang dicuri oleh pejabat dan direktur. Kejahatan finansial
mengakibatkan kerugian lebih besar daripada tipe kejahatan yang lain. Beberapa
statistik telah menunjukkan bahwa kecurangan karyawan 5000% lebih besar dari pada
kejahatan lain seperti pencurian (burlgary) dan perampokan bersenjata (armed
robbery). (Amin Wijaya Tunggal, 2001:5)
Bagaimana dengan di Indonesia ? Tidak jauh dengan apa yang terjadi di Amerika Serikat
sejumlah catatan kecurangan yang dilakukan oleh kaum kerah putih (white collar crime) yang
telah diketahui publik antara lain :
Kasus Pembobolan dana BRI Rp. 294 Miliar
Tipe Korban
1. Pemegang saham
Pemegang saham sering menjadi korban kecurangan manajemen (management fraud) yaitu
manajer berusaha secara palsu meningkatkan laba atau aktiva.
2. Investor
Misalnya investor mengalami kerugian di pasar modal karena tindak pidana yang dilakukan
emiten (insider trading) dan lain-lain.
3. Perusahaan (enterprise)
Baik organisasi komersial maupun pemerintahan dapat menjadi korban baik kecurangan
internal maupun eksternal.
4. Pelanggan
2001:6)
Dari sudut pandang akuntansi dan audit, kecurangan adalah penggambaran yang salah
dari fakta material dalam buku besar atau laporan keuangan. Pernyataan yang salah dapat
ditujukan pada pihak dalam organisasi seperti pemegang saham atau kreditor, atau pada
organisasi itu sendiri dengan cara menutupi atau menyamarkan penggelapan uang,
ketidakcakapan, penerapan dana yang salah atau pencurian atau penggunaan aktiva organisasi
yang tidak tepat oleh petugas, pegawai atau agen.
Kecurangan dapat juga ditujukan pada organisasi oleh pihak luar misalnya penjual, pemasok,
kontraktor, konsultan dan pelanggan dengan cara penagihan yang berlebihan, dua kali
penagihan, substitusi material yang lebih rendah mutunya, pernyataan yang salah mengenai
mutu dan nilai beli barang yang dibeli atau besarnya kredit pelanggan. Pihak luar seperti itu
dapat juga bersalah dari korupsi di dalam misalnya perampokan komersial.
Audit intern berbasis risiko (risk based auditing) adalah suatu kegiatan audit yang berpeduli
resiko, suatu audit yang dimulai dengan proses penilaian resiko audit, sehinga dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan auditnya lebih difokuskan pada area-area penting
yang beresiko dari penyimpangan, kecurangan/fraud. Dengan demikian audit berbasis resiko
bukanlah merupakan suatu jenis audit, tetapi lebih merupakan suatu pendekatan dalam
melaksanakan suatu audit.
Pengendalian (control) adalah merupakan salah satu fungsi dari manajemen (POAC) dan
kegiatan audit merupakan salah satu unsur dalam pelaksanaan pengendalian (controlling)
tersebut. Dalam Manajemen Risiko, pengendalian (control) merupakan fungsi dari
manajemen risiko, dan audit yang berbasis pada risiko (Risk-Base Audit) merupakan salah
satu unsur pengendalian yang mutlak harus dilakukan sebagai proses yang inherent dalam
manajemen risiko. Audit Berbasis Risiko (Risk-Base Audit) adalah mata rantai dari
Manajemen Risiko yang berada dalam satu paket program penerapan Manajemen Risiko
yang dilaksanakan.
Audit berbasis risiko menetapkan fokus dan prioritas pemeriksaan berbasis risiko. Dengan
demikian kegiatan audit akan diarahkan ke area yang dianggap berisiko tinggi, kemudian ke
area risiko yang di atas rata-rata dan seterusnya ke area risiko yang lebih rendah. Menetapkan
fokus pemeriksaan audit pada area yang berisiko tinggi dan kemudian ke risiko yang lebih
rendah sangat menghemat tenaga dan lebih efektif dalam mencapai sasaran. Walaupun
demikian tidak berarti bahwa area yang lebih rendah risikonya tidak diperiksa, yang terjadi
adalah frekuensi pemeriksaan area berisiko rendah tidak sebanyak frekuensi pemeriksaan
area yang berisiko tinggi.
Penyediaan tenaga auditor yang memadai dalam hal kuantitas dan kualitas menjadi tantangan
tersendiri untuk mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan bisnis bank yang pesat.
Auditor yang baik memerlukan jam terbang tertentu, karena keterbatasan ketersediaan
tenaga tersebut memfokuskan kegiatan dan pemeriksaan audit pada area berisiko tinggi
menjadi hal yang beralasan.
Audit coverage adalah rasio (perbandingan) antara Satuan Kerja yang di audit dengan seluruh
Satuan Kerja dalam bank yang seharusnya menjadi objek audit. Berkaitan dengan Audit
Berbasis Risiko yang memprioritaskan pemeriksaan ke Satuan Kerja yang dianggap berisiko
tinggi saja (tidak secara keseluruhan dan tentu saja menurunkan persentase audit coverage)
tentu saja menimbulkan kekhawatiran apakah Satuan Kerja yang tidak diperiksa benar-benar
aman dan apakah kecenderungan akan semakin banyaknya penyimpangan dapat
dikendalikan? Dengan penerapan Audit Berbasis Risiko efektifitas audit tidak lagi diukur
oleh luasnya cakupan audit coverage melainkan apakah area yang dan aspek kegiatan bank
yang berisiko tinggi (high risk dan above average risk) sudah seluruhnya tercakup dalam
pemeriksaan, sehingga dengan demikian kekhawatiran atas semakin banyaknya
penyimpangan yang tidak dapat dikendalikan dapat diminimalisir.
Pembiayaan (kredit) adalah salah satu kegiatan bank yang mengandung risiko yang tinggi.
Risiko pembiayaan (kredit) sebagaimana disebutkan di atas adalah risiko yang terjadi akibat
kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Risiko pembiayaan (kredit)
dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti perkreditan (penyediaan
dana), tresuri dan investasi, dan pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam banking book
maupun trading book
2. Pembiayaan yang gagal dibayar debitur menyebabkan dana bank tidak kembali, dana
yang seharusnya dapat dipakai untuk memenuhi kewajiban bank tertahan pada debitur
yanng bersangkutan sehingga bank tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada pihak
ketiga lainnya. Hal ini disebut risiko likuiditas.
3. Recovery kredit macet dapat diusahakan dari eksekusi jaminan yang diserahkan
kepada bank, tetapi karena proses pengikatan jaminan tidak dilakukan atau tidak
sempurna berakibat eksekusi jaminan tidak dapat dijalankan sehingga akhirnya
recovery pembiayaan tersebut gagal. Hal ini disebut sebagai risiko operasional karena
kesalahan proses.
4. Apabila pembiayaan tersebut diberikan dalam mata uang asing (valas), dan terjadi
fluktuasi nilai tukar maka risiko kerugian bank menjadi lebih besar akibat (misalnya)
terjadi penurunan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing tersebut. Hal ini
disebut sebagai risiko nilai tukar.
Auditor tertarik pada pencegahan, deteksi dan pengungkapan kesalahan karena alasan:
Pencurian (theft)
Penyebab umum;
Penyembunyian (concealment)
Kesempatan tidak terdeteksi. Pelaku perlu menilai kemungkinan dari deteksi dan
hukuman sebagi akibatnya.
Kesempatan / peluang
Pelaku perlu berada pada tempat yang tepat, waktu yang tepatn agr dapat
emndapatkan keuntungan atas kelemahan khusus dalam system dan juga menghindari
deteksi.
Motivasi
Daya tarik
Keberhasilan
Pelaku perlu menilai peluang berhasil, yang dapar diukur baik menghindari
penuntutan atau deteksi.
Penyebab sekunder
Pengendalian yang lemah
Yaitu saling kepercayaa dan penghargaan telah gagal. Pelaku dapat mengemukakan
alas an bahwa kecurangan hanya merupakan kewajibannya.
Tantangan (challenge)
Karyawan yang bosan dengan lingkungan kerja mereka dapat mencari stimulasi
dengan berusaha untuk memukul system, sehingga mendapatkan suatu arti
pencapain, atau pembebasan frustasi.
Benturan kepentingan
Penurunan kinerja
Kesulitan penagihan
Laporan terlambat
Karakteristik Pribadi
Perjudian
Masalah pribadi
Pencurian material
Pengalihan sekuritas
Pemalsuan dokumen pengeluaran
Pencegahan kecurangan
Merupakan tanggung jawab manajemen, auditor intern hanya bertanggung jawab
untuk menguji dan menilai kecukupan dan efektifitas tindakan manajemen
Auditor intern harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kecurangan dan dapat
mengidentifikasi kemungkinan terjadi kecurangan
Dalam penelaahan sistem, membantu menilai sejauh mana pencegahan dan penemuan
kecurangan dipertimbangkan dengan wajar
Berjaga jaga terhadap kemungkinan kecurangan dalam penelaahan aktivitas
operasional dan penilaian konstruktif atas kemempuan manajerial
Membantu pihak lain yang diberi tanggung jawab penyelidikan kecurangan actual
Audit umum (general audit) yang dilakukan untuk memberikan opini / pendapat atas
laporan keuangan, tidak didesain untuk mengungkapkan ketidakberesan.
Tanggung jawab auditor ekstern untuk kegagalan mendeteksi kecurangan timbul
hanya apabila tidak mentaati standar auditing yang berlaku umum
Auditor independend mempunyai tanggung jawab dengan keterbatasan yang melekat pada
proses auditing, untuk merencanakan pengujian dan mencari kesalahan / ketidakberesan
yang berpengaruh secara material atas laporan keuangan dan melakukan kemahiran
secara profesional secara cermat dan seksama.
PENUTUP
Kesimpulan
- Kesalahan (error) dapat dideskripsikan sebagai suatu yang tidak disengaja dan ini dapat
terjadi dalam setiap tahap pengelolaan transaksi
1. Penyebab umum
2. Penyebab sekunder
Perjudian
Masalah pribadi
Pencurian material
Pengalihan sekuritas
Pencegahan kecurangan
Merupakan tanggung jawab manajemen, auditor intern hanya bertanggung jawab
untuk menguji dan menilai kecukupan dan efektifitas tindakan manajemen
DAFTAR PUSTAKA
http://indoskripsi.com
http:// jurnalsskripsi.com
www. Google.com
Wijaya Tunggal Amin DRS, Audit Manajemen Kontemporer. Jakarta ; Harsindo 2000