Anda di halaman 1dari 15

Disusun oleh:

Anisa Ratna Aryanti 20206112


Fransisca Xaferian 20206381
Budi Rianti 20206182
Liesda muchtariany 20206548
Yunia stiamaharani 21206077
4EB02
UNIVERSITAS GUNADARMA
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah

Secara umum kita mengetahui bahwa Management is responsible for establishing,


maintaining and monitoring a well-balanced control environment in the Corporation"

Mungkin banyak diantara kita sudah mengetahui bahwa pada Februari 1997, ASB (Auditing
Standards Board) mengeluarkan Statement on Auditing Standards (SAS) Nomor 82 yang
berjudul Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit. guna mengklarifikasi
tanggung jawab auditor dalam mendeteksi dan melaporkan kecurangan (fraud) yang terjadi
dalam laporan keuangan. Kongkritnya tampak pada kalimat berikut ini: Auditor
bertanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna mendapatkan
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang
disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. Kata kuncinya adalah keyakinan memadai.
Tingkat keyakinan ini jelas subjektif sifatnya namun apakah yang dimaksud dengan Fraud itu
pada tingkat minimal tertentu haruslah merupakan kesepakatan bersama. Berikut ini adalah
sedikit gambaran tentang Fraud. Fraud (kecurangan) merupakan penipuan yang disengaja
dilakukan yang menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan
memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi karena
adanya tekanan untuk melakukan penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan
kesempatan yang ada dan adanya pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan
tersebut.

Secara sederhana dua segitiga berikut ini dapat bercerita banyak tentang hubungan
hubungan yang mendorong terjadinya fraud

Segitiga Unsur Fraud Faktor Pemicu Fraud

Karakteristik Kecurangan

Dilihat dari pelaku fraud maka secara garis besar kecurangan bisa dikelompokkan menjadi
dua jenis :

1. Oleh pihak perusahaan, yaitu :

a. Manajemen untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang timbul karena
kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent financial
reporting).

b. Pegawai untuk keuntungan individu, yaitu salah saji yang berupa penyalahgunaan
aktiva (misstatements arising from misappropriation of assets).

2. Oleh pihak di luar perusahaan, yaitu pelanggan, mitra usaha, dan pihak asing yang dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Salah saji yang timbul karena kecurangan pelaporan keuangan

Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan ekspektasi


terhadap prestasi kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena kecurangan terhadap
pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah irregularities (ketidakberesan). Bentuk
kecurangan seperti ini seringkali dinamakan kecurangan manajemen (management fraud),
misalnya berupa : Manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan terhadap catatan akuntansi atau
dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan. Kesengajaan
dalam salah menyajikan atau sengaja menghilangkan (intentional omissions) suatu transaksi,
kejadian, atau informasi penting dari laporan keuangan.

Salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva


Kecurangan jenis ini biasanya disebut kecurangan karyawan (employee fraud). Salah saji
yang berasal dari penyalahgunaan aktiva meliputi penggelapan aktiva perusahaan yang
mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Penggelapan aktiva umumnya dilakukan oleh karyawan yang
menghadapi masalah keuangan dan dilakukan karena melihat adanya peluang kelemahan
pada pengendalian internal perusahaan serta pembenaran terhadap tindakan tersebut. Contoh
salah saji jenis ini adalah :

Penggelapan terhadap penerimaan kas.

Pencurian aktiva perusahaan.

Mark-up harga

Transaksi tidak resmi.

Dari penjelasan singkat di atas, hal yang menarik adalah dapat saja diklaim bahwa Fraud
dengan sengaja dilakukan demi kepentingan perusahaan. Demi kredibilitas perusahaan pihak
manajemen dengan sengaja melakukan katakanlah istilahnya Soft Fraud. Apakah tindakan ini
benar? Akan timbul perdebatan yang sangat panjang dan tak berakhir, namun satu yang pasti :
semuanya tergantung pada keyakinan yang memadai dari auditor. Jadi ? ( Alison, Internal
Audit)

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan makalah ini adalah menguraikan materi tentang audit kecurangan dalam audit
atas laporan keuangan oleh auditor eksternal. Meskipun pendeteksian kecurangan penting
untuk meningkatkan nilai pengauditan, namun terdapat banyak masalah yang dapat
menghalangi implementasi dari pendeteksian yang tepat. Berdasarkan telaah atas berbagai
penelitian yang telah dilakukan, ada terdapat empat faktor penyebab besar yang
diidentifikasikan melalui makalah ini. Pertama, karakteristik terjadinya kecurangan sehingga
menyulitkan proses pendeteksian. Kedua, standar pengauditan belum cukup memadai untuk
menunjang pendeteksian yang sepantasnya. Ketiga, lingkungan kerja audit dapat mengurangi
kualitas audit dan keempat metode dan prosedur audit yang ada tidak cukup efektif untuk
melakukan pendeteksian kecurangan.
1.3 Manfaat Penulisan

Dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi beberapa pihak antara lain bagi
peneliti dapat memperoleh pengalaman dalam membandimgkan secara tepat dan akurat
antara pengetahuan yang penulis terima selam di perkuliahan dengan praktek dilapangan,
sedangkan untuk pihak lain diharapkan dapat dijadikan pedoman perbandingan yang dapat
menjadi bahan studi bagi yang akan melakukan penelitian yang sama.

PEMBAHASAN
Pengertian Audit Kecurangan,

Kecurangan harus dibedakan dengan kesalahan

- Kesalahan (error) dapat dideskripsikan sebagai suatu yang tidak disengaja dan ini dapat
terjadi dalam setiap tahap pengelolaan transaksi

- Kecurangan (fraud) adalah kesalahan yang disengaja

Kecurangan (fraud) adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memperoleh


manfaat keuangan oleh si pelaku kecurangan. Karakteristik kecurangan ada tiga yaitu :

1. Penipuan (theft act)

2. Pengembangan atau peyembunyian fakta (concealment) agar penipuan tidak terlacak

3. Penggunaan hasil kecurangan (conversion)

Kecurangan dapat dilakukan oleh karyawan, manajemen, pemasok, pelanggan. Contoh


kecurangan langsung yang dilakukan karyawan misalnya pengambilan uang kas, persediaan
dan peralatan perusahaan, dan kecurangan yang melibatkan pihak ketiga misalnya suap/kick
back/bribe.

Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen misalnya rekayasa laporan keuangan untuk
mempertinggi laba bersih, investasi fiktif (investment scams) dan lain-lain. Kecurangan yang
dilakukan oleh pemasok misalnya menaikkan harga sepihak (overcharge), pengiriman barang
bermutu rendah, kekurangan atau tidak mengirimkan barang yang sudah dibayar. Kecurangan
yang dilakukan oleh pelanggan misalnya tidak membayar barang yang dikirim, pembobolan
bank dan lain-lain. Apa sebabnya orang melakukan kecurangan? Faktor-faktor penyebab
kecurangan mungkin karena tekanan (pressure) keuangan, penyakit mental, ataupun tekanan
karena beban pekerjaan.

Tekanan keuangan mungkin karena sifat tamak, besar pasak dari pada tiang, terlilit
utang, kebutuhan biaya pengobatan, kebutuhan uang mendesak, kerugian keuangan/aktiva
pribadi. Penyakit mental mungkin karena berjudi, menggunakan obat-obatan terlarang, dan
perilaku seksual yang mahal. Tekanan beban pekerjaan mungkin karena lembur jam kerja
yang terlalu lama, merasa kurang dihargai sesuai prestasi, jenjang karir (career path) yang
tidak jelas dan lain-lain. (Amin Widjaja Tunggal, 2001:iii) Menurut Association of Certified
Fraud Examiners (1993) di Amerika Serikat, kerugian tahunan dari kejahatan kerah putih
(white collar crime) diperkirakan USD 200 milyar atau lebih.

Sebagian terbesar mengalami kerugian % sampai 2% dari penjualan akibat


kecurangan dan ketidakjujuran karyawan

Pada tahun-tahun terakhir, ketidakjujuran pihak di dalam perusahaan, direksi, pejabat


dan karyawan memberi kontribusi lebih dari setengah dari kegagalan institusi
keuangan

45 manajemen puncak dari 100 pemasok militer yang terbesar berada di bawah
investigasi kecurangan kriminal

1/3 dari kegagalan usaha (business failure) karena kecurangan internal

Hanya 30% dari kerugian usaha eceran berasal dari pencuri toko (shop lifters), 70%
dicuri oleh karyawan

Dalam skandal penyimpanan dan peminjaman, diperlukan 4.000 tahun oleh perampok
untuk mengimbangi apa yang dicuri oleh pejabat dan direktur. Kejahatan finansial
mengakibatkan kerugian lebih besar daripada tipe kejahatan yang lain. Beberapa
statistik telah menunjukkan bahwa kecurangan karyawan 5000% lebih besar dari pada
kejahatan lain seperti pencurian (burlgary) dan perampokan bersenjata (armed
robbery). (Amin Wijaya Tunggal, 2001:5)

Bagaimana dengan di Indonesia ? Tidak jauh dengan apa yang terjadi di Amerika Serikat
sejumlah catatan kecurangan yang dilakukan oleh kaum kerah putih (white collar crime) yang
telah diketahui publik antara lain :
Kasus Pembobolan dana BRI Rp. 294 Miliar

Kasus Pembobolan dana BRI Rp. 676 Miliar

Kasus Pembobolan dana BNI Rp. 130 Miliar

Kasus Pembobolan dana BNI Rp. 195 Miliar

Kasus Pembobolan dana BNI Rp. 1,7 Triliun

Tipe Korban

Terdapat empat kategori utama korban kecurangan yaitu :

1. Pemegang saham

Pemegang saham sering menjadi korban kecurangan manajemen (management fraud) yaitu
manajer berusaha secara palsu meningkatkan laba atau aktiva.

2. Investor

Misalnya investor mengalami kerugian di pasar modal karena tindak pidana yang dilakukan
emiten (insider trading) dan lain-lain.

3. Perusahaan (enterprise)

Baik organisasi komersial maupun pemerintahan dapat menjadi korban baik kecurangan
internal maupun eksternal.

4. Pelanggan

Organisasi usaha sering mengorbankan pelanggannya melalui advertensi yang menyesatkan,


substitusi produk dan pola yang sejenis. (Amin Wijaya Tunggal,

2001:6)

Kecurangan Dalam Perspektif Akuntansi dan Audit

Dari sudut pandang akuntansi dan audit, kecurangan adalah penggambaran yang salah
dari fakta material dalam buku besar atau laporan keuangan. Pernyataan yang salah dapat
ditujukan pada pihak dalam organisasi seperti pemegang saham atau kreditor, atau pada
organisasi itu sendiri dengan cara menutupi atau menyamarkan penggelapan uang,
ketidakcakapan, penerapan dana yang salah atau pencurian atau penggunaan aktiva organisasi
yang tidak tepat oleh petugas, pegawai atau agen.

Kecurangan dapat juga ditujukan pada organisasi oleh pihak luar misalnya penjual, pemasok,
kontraktor, konsultan dan pelanggan dengan cara penagihan yang berlebihan, dua kali
penagihan, substitusi material yang lebih rendah mutunya, pernyataan yang salah mengenai
mutu dan nilai beli barang yang dibeli atau besarnya kredit pelanggan. Pihak luar seperti itu
dapat juga bersalah dari korupsi di dalam misalnya perampokan komersial.

Kecurangan, pencurian, penggelapan uang dan perampokan komersial adalah puncak


perhatian dari auditor keuangan. Audit kecurangan adalah disiplin yang digunakan untuk
melihat, menemukan dan mendokumentasikan kejadian-kejadian itu. kejadian- kejadian ini
bisanya melibatkan pernyataan laba, aktiva dan pendapatan yang berlebihan, dan pernyataan
kerugian, hutang dan pengeluaran yang diperkecil atau kobinasi dengan kata arbitrary,
misalnya tidak sama dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Maka membuktikan
kecurangan jenis yang sebelumnya (pemasukan yang salah dalam buku besar) pada umumnya
lebih mudah daripada membuktikan kecurangan dalam laporan keuangan. Pemasukan yang
salah dalam laporan keuangan dapat disebabkan kesalahan penilaian karena keteraturan
akuntansi cukup luas dan cukup kompleks untuk membingungkan akuntan yang pintar.
Peraturan presentasi laporan keuangan masih berkembang. Peraturan pembukuan relatif tetap.
Debet sama dengan kredit. Kolom harus dijumlahkan tanpa kesalahan matematika. Penjualan
dan pengeluaran dimasukkan ketika selesai atau terjadi dengan jumlah yang tepat, akun yang
tepat, dan periode yang tepat. (Amin Wijaya Tunggal, 2001:10)

Audit Intern Berbasis Risiko

Audit intern berbasis risiko (risk based auditing) adalah suatu kegiatan audit yang berpeduli
resiko, suatu audit yang dimulai dengan proses penilaian resiko audit, sehinga dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan auditnya lebih difokuskan pada area-area penting
yang beresiko dari penyimpangan, kecurangan/fraud. Dengan demikian audit berbasis resiko
bukanlah merupakan suatu jenis audit, tetapi lebih merupakan suatu pendekatan dalam
melaksanakan suatu audit.

Pengendalian (control) adalah merupakan salah satu fungsi dari manajemen (POAC) dan
kegiatan audit merupakan salah satu unsur dalam pelaksanaan pengendalian (controlling)
tersebut. Dalam Manajemen Risiko, pengendalian (control) merupakan fungsi dari
manajemen risiko, dan audit yang berbasis pada risiko (Risk-Base Audit) merupakan salah
satu unsur pengendalian yang mutlak harus dilakukan sebagai proses yang inherent dalam
manajemen risiko. Audit Berbasis Risiko (Risk-Base Audit) adalah mata rantai dari
Manajemen Risiko yang berada dalam satu paket program penerapan Manajemen Risiko
yang dilaksanakan.
Audit berbasis risiko menetapkan fokus dan prioritas pemeriksaan berbasis risiko. Dengan
demikian kegiatan audit akan diarahkan ke area yang dianggap berisiko tinggi, kemudian ke
area risiko yang di atas rata-rata dan seterusnya ke area risiko yang lebih rendah. Menetapkan
fokus pemeriksaan audit pada area yang berisiko tinggi dan kemudian ke risiko yang lebih
rendah sangat menghemat tenaga dan lebih efektif dalam mencapai sasaran. Walaupun
demikian tidak berarti bahwa area yang lebih rendah risikonya tidak diperiksa, yang terjadi
adalah frekuensi pemeriksaan area berisiko rendah tidak sebanyak frekuensi pemeriksaan
area yang berisiko tinggi.

Penyediaan tenaga auditor yang memadai dalam hal kuantitas dan kualitas menjadi tantangan
tersendiri untuk mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan bisnis bank yang pesat.
Auditor yang baik memerlukan jam terbang tertentu, karena keterbatasan ketersediaan
tenaga tersebut memfokuskan kegiatan dan pemeriksaan audit pada area berisiko tinggi
menjadi hal yang beralasan.

Audit coverage adalah rasio (perbandingan) antara Satuan Kerja yang di audit dengan seluruh
Satuan Kerja dalam bank yang seharusnya menjadi objek audit. Berkaitan dengan Audit
Berbasis Risiko yang memprioritaskan pemeriksaan ke Satuan Kerja yang dianggap berisiko
tinggi saja (tidak secara keseluruhan dan tentu saja menurunkan persentase audit coverage)
tentu saja menimbulkan kekhawatiran apakah Satuan Kerja yang tidak diperiksa benar-benar
aman dan apakah kecenderungan akan semakin banyaknya penyimpangan dapat
dikendalikan? Dengan penerapan Audit Berbasis Risiko efektifitas audit tidak lagi diukur
oleh luasnya cakupan audit coverage melainkan apakah area yang dan aspek kegiatan bank
yang berisiko tinggi (high risk dan above average risk) sudah seluruhnya tercakup dalam
pemeriksaan, sehingga dengan demikian kekhawatiran atas semakin banyaknya
penyimpangan yang tidak dapat dikendalikan dapat diminimalisir.

Pembiayaan (kredit) adalah salah satu kegiatan bank yang mengandung risiko yang tinggi.
Risiko pembiayaan (kredit) sebagaimana disebutkan di atas adalah risiko yang terjadi akibat
kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Risiko pembiayaan (kredit)
dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti perkreditan (penyediaan
dana), tresuri dan investasi, dan pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam banking book
maupun trading book

Beberapa risiko pembiayaan yang merupakan risiko inherent antara lain :


1. Apabila debitur (counter party) gagal memenuhi kewajibannya baik hutang pokok
maupun bagi hasilnya, maka risiko tersebut dinamakan risiko pembiayaan, yaitu
gagalnya debitur memenuhi perjanjian yang disepakati. Risiko pembiayaan disebut
juga sebagai borrowers default atau counter party default.

2. Pembiayaan yang gagal dibayar debitur menyebabkan dana bank tidak kembali, dana
yang seharusnya dapat dipakai untuk memenuhi kewajiban bank tertahan pada debitur
yanng bersangkutan sehingga bank tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada pihak
ketiga lainnya. Hal ini disebut risiko likuiditas.

3. Recovery kredit macet dapat diusahakan dari eksekusi jaminan yang diserahkan
kepada bank, tetapi karena proses pengikatan jaminan tidak dilakukan atau tidak
sempurna berakibat eksekusi jaminan tidak dapat dijalankan sehingga akhirnya
recovery pembiayaan tersebut gagal. Hal ini disebut sebagai risiko operasional karena
kesalahan proses.

4. Apabila pembiayaan tersebut diberikan dalam mata uang asing (valas), dan terjadi
fluktuasi nilai tukar maka risiko kerugian bank menjadi lebih besar akibat (misalnya)
terjadi penurunan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing tersebut. Hal ini
disebut sebagai risiko nilai tukar.

5. Apabila pembiayaan bermasalah tersebut disebabkan karena rekayasa analis officer


pembiayaan dalam memproses maka hal ini disebut sebagai risiko kecurangan/fraud.
Risiko kecurangan termasuk dalam risiko operasional. Dan apabila masalah
kecurangan ini mencuat dan tersebar ke masyarakat sehingga menyebabkan citra dan
reputasi bank menjadi jelek, hal ini disebut juga risiko reputasi. (Z. Dunil, 2003)

Auditor tertarik pada pencegahan, deteksi dan pengungkapan kesalahan karena alasan:

Eksistensi kesalahan dapat menunjukkan bahwa catatan akuntansi kliennya tidak


dapat dipercaya
Apabila pengujian ketaatan (compliance test) menunjukkan sejumlah kesalahan,
auditor tidak dapat mempercayai pengendalian intern

Apabila kesalahan cukup material, dapat mempengaruhi kebenaran(truth), dan


kewajaran(fairness) atas laporan keuangan.

Kecurangan (fraud) digunakan untuk berbagai perbuatan dosa termasuk:


Kecurangan dengan cara penipuan untuk mendapatkan keuntungan keuangan yang
illegal
Pernyataan salah yang disengaja dalam penghilangan jumlah atau pengungkapan dari
catatan akuntansi atau laporan keuangan

Pencurian (theft)

Penyebab terjadinya kecurangan

Penyebab umum;

Penyembunyian (concealment)

Kesempatan tidak terdeteksi. Pelaku perlu menilai kemungkinan dari deteksi dan
hukuman sebagi akibatnya.

Kesempatan / peluang

Pelaku perlu berada pada tempat yang tepat, waktu yang tepatn agr dapat
emndapatkan keuntungan atas kelemahan khusus dalam system dan juga menghindari
deteksi.

Motivasi

Pelaku membutuhkan motivasi untuk melakukan aktifitas demikian, suatu kebutuhan


pribadi seperti kematamakan/kelombaan/kerakusan dan motivator yang lain.

Daya tarik

Sasaran dari kecurangan yang dipertimbangkan perlu menarik dari pelaku.

Keberhasilan

Pelaku perlu menilai peluang berhasil, yang dapar diukur baik menghindari
penuntutan atau deteksi.

Penyebab sekunder
Pengendalian yang lemah

Kurang pengedalian, mengambil keuntungan aktiva organisasi dipertimbangkan


sebagi suatu tunjangan karyawan.

Hubungan antara pemberi kerja dengan pekerja jelek

Yaitu saling kepercayaa dan penghargaan telah gagal. Pelaku dapat mengemukakan
alas an bahwa kecurangan hanya merupakan kewajibannya.

Balas dendam (revenge)

Ketidaksukaan yang hebat terhadap organisasi dapt mengakibatkan pelaku berusaha


merugikan organisasi tersebut.

Tantangan (challenge)

Karyawan yang bosan dengan lingkungan kerja mereka dapat mencari stimulasi
dengan berusaha untuk memukul system, sehingga mendapatkan suatu arti
pencapain, atau pembebasan frustasi.

Beberapa contoh yang mengungkap ketidakberesan

Modal kerja yang tidak cukup


Perputaran yang cepat dalam posisi keuangan

Biaya perjalanan yang berlebihan

Pemindahan dana antar divisi atau afiliasi

Perubahan auditor luar

Biaya konsultan yang berlebihan


Ratio finasial menurun

Benturan kepentingan

Penurunan kinerja

Kesulitan penagihan

Laporan terlambat

Pengendalian manajemen oleh sedikit orang, dsb

Karakteristik Pribadi

Beberapa prilaku pribadi yang memerlukan pengamatan ketat:

Hutang pribadi / kerugian keuangan yang besar


Biaya hidup mahal

Perjudian

Investasi yang besar

Masalah pribadi

Hubungan yang dekat dengan pelanggan

Kerja lembur yang berlebihan

Cuti yang berlebihan

Perasaan dibayar tidak sebanding dengan tanggung jawabnya, dsb

Praktik praktik kecurangan yang umum:

Tidak mencatat pendapatan


Menyembunyikan penagihan piutang

Pencurian material

Pengalihan sekuritas
Pemalsuan dokumen pengeluaran

Penyalahgunaan dana kas kecil

Kecurangan dan tanggung jawab auditor

Pencegahan kecurangan
Merupakan tanggung jawab manajemen, auditor intern hanya bertanggung jawab
untuk menguji dan menilai kecukupan dan efektifitas tindakan manajemen

Deteksi dan penemuan kecurangan

Auditor intern harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kecurangan dan dapat
mengidentifikasi kemungkinan terjadi kecurangan

Tanggung jawab auditor intern dalam area pengendalian kecurangan:

Dalam penelaahan sistem, membantu menilai sejauh mana pencegahan dan penemuan
kecurangan dipertimbangkan dengan wajar
Berjaga jaga terhadap kemungkinan kecurangan dalam penelaahan aktivitas
operasional dan penilaian konstruktif atas kemempuan manajerial

Membantu pihak lain yang diberi tanggung jawab penyelidikan kecurangan actual

Melaksanakan penugasan khusus yang berhubungan dengan kecurangan bila diminta

Tanggung jawaban auditor ekstern:

Audit umum (general audit) yang dilakukan untuk memberikan opini / pendapat atas
laporan keuangan, tidak didesain untuk mengungkapkan ketidakberesan.
Tanggung jawab auditor ekstern untuk kegagalan mendeteksi kecurangan timbul
hanya apabila tidak mentaati standar auditing yang berlaku umum

Berdasarkan statement on auditing standards (SAS) no 16 yang menyatakan:

Auditor independend mempunyai tanggung jawab dengan keterbatasan yang melekat pada
proses auditing, untuk merencanakan pengujian dan mencari kesalahan / ketidakberesan
yang berpengaruh secara material atas laporan keuangan dan melakukan kemahiran
secara profesional secara cermat dan seksama.

PENUTUP
Kesimpulan

Audit Kecurangan dapat dibedakan dengan kesalahan

- Kesalahan (error) dapat dideskripsikan sebagai suatu yang tidak disengaja dan ini dapat
terjadi dalam setiap tahap pengelolaan transaksi

- Kecurangan (fraud) adalah kesalahan yang disengaja

Penyebab terjadinya kecurangan:

1. Penyebab umum
2. Penyebab sekunder

Beberapa prilaku pribadi yang memerlukan pengamatan ketat:

Hutang pribadi / kerugian keuangan yang besar


Biaya hidup mahal

Perjudian

Investasi yang besar

Masalah pribadi

Hubungan yang dekat dengan pelanggan

Kerja lembur yang berlebihan

Cuti yang berlebihan

Perasaan dibayar tidak sebanding dengan tanggung jawabnya, dsb

Praktik praktik kecurangan yang umum:


Tidak mencatat pendapatan
Menyembunyikan penagihan piutang

Pencurian material

Pengalihan sekuritas

Pemalsuan dokumen pengeluaran

Penyalahgunaan dana kas kecil

Kecurangan dan tanggung jawab auditor

Pencegahan kecurangan
Merupakan tanggung jawab manajemen, auditor intern hanya bertanggung jawab
untuk menguji dan menilai kecukupan dan efektifitas tindakan manajemen

DAFTAR PUSTAKA
http://indoskripsi.com

http:// jurnalsskripsi.com

www. Google.com

Wijaya Tunggal Amin DRS, Audit Manajemen Kontemporer. Jakarta ; Harsindo 2000

Anda mungkin juga menyukai