Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Tumor otak adalah neoplasma pada bagian intracranial SSP. Tumor
otak primer berasal dari otak, sedangkan tumor otak sekunder merupakan
pindahan dari tempat asal lain ( Tucker, susan martin, dkk.2007 ).
Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik
ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua
proses neoplastik yang terdapat dalam ruang intracranial atau dalam
kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses
ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-sel saraf di meningen otak,
termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang (neuroglia), sel epitel
pembuluh darah, dan selaput otak (Batticaca, Fransisca.B. 2008).
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada
desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen,
dan tengkorak (Price, A. Sylvia, 1995: 1030).
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak
(benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang
tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla
spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa
tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari
jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari
organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate,
ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder (Mayer. SA,2002).

2. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti.
Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang
ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan
neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga.
Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat
dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan
faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut
tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-
faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi
bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang
terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari
bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan
merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu
dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan
kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan
dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti
radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan
bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang
kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui
peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi
hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus
dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan
luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang
karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini
berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
f. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya
meningioma (neoplasma selaput otak). Pengaruh trauma pada
patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.

3. Klasifikasi
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Bram Al Azri:2013)
yaitu :
a. Glioma
Jumlah 1/2 tumor otak. tumbuh pada tiap jaringan dari otak.
infiltrasi dari terutama ke jaringan hemister cerebral. Tumbuh
sangat cepat, sebagian orang bisa hidup beberapa bulan sampai
tahun.
b. Meningoma
Dari 13 % sampai 18 % merupakan tumor primer intracranial.
tumbuh dari selaput meningeal otak. biasanya jinak tapi bisa
berubah menjadi maligna. biasanya berkapsul dan penyembuhan
melalui bedah sangat mungkin.
c. Tumor Pituitari
Tumor pada semua kelompok usia, tapi lebih sering pada wanita.
tumbuh dari berbagai jenis jaringan. pendekatan pebedahan
biasanya berhasil. Kekambuhan kembali mungkin.
d. Neuroma (Schwannoma, neuro)
Neuroma akustik sangat sering. Tumbuh dari sel - sel Schwann di
dalam meaus auditori pada bagian vestibular saraf cranial III.
Biasanya jinak bisa berubah menjadi maligna. Akan tumbuh
kembali bila tidak terangkat lengkap. Reseksi bedah sukar karena
lokasinya.
e. Tumor Metastase
Dari 2 % sampai 20 % penderita kanker terjadi metastase ke otak
sel kanker menjangkau otak lewat sistem sirkulasi. Reaksi bedah
sangat sukar, pengobatan kurang berhasil. Pemulihan dibawah satu
atau dua tahun tidak bisa.

4. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang
disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan
kenaikan tekanan intrakranial (TIK). Gangguan fokal terjadi apabila
terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau infasi
langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor
yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Akibatnya terjadi
kehilangan fungsi secara akut dan dapat dikacaukan dengan gangguan
serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan
neuron akibat kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke dalam
jaringan otak.
Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti
bertambahnya massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor, dan
perubahan sirkulasi CSS. Tumor ganas menyebabkan edema dalam
jaringan otak yang diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis
yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Obstruksi vena dan
edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar di otak, menimbulkan
peningkatan volume intracranial dan meningkatkan TIK.
Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat.
Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari ataupunn
berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna
apabila tekanan intracranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini
meliputi menurunkan volume darah intrakranial, menurunkan volume
CSS, menurunkan kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel
parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan
mengakibatkan herniasi unkus serebellum.
Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus temporalis
bergeser ke inferior melalui insisura tentorial karena adanya massa
dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensefalon, menyebabkan
hilangnya kesadaran dan menekan saraf ke-3. Pada herniasi
serebellum, tonsil serebellum tergeser ke bawah melalui foramen
magnum oleh suatu massa posterior.
Kompresi medulla oblongata dan terhentinya pernapasan terjadi
dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan
intrakranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi
sistemik, dan gangguan pernapasan ( Batticaca, Fransisca.B. 2008)

5. Manifestasi Klinis
a. Nyeri kepala
b. Muntah
c. Kejang
d. Gejala tekanan tinggi intracranial

6. Komplikasi
a. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar
lesi sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-
occupying). Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau
intrasel (sitotoksik).
b. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa
dalam rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika
terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
c. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus,
dan singuli.
d. Epilepsi
e. Metastase ketempat lain (Febri : 2012)

7. Pathway

8. Pemeriksaan Diagnostik Tumor Otak


a. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur
investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang
progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau
salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor.
Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses
lainnya.
b. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu
metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal
ataupun multiple pada otak.
c. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker
tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada
pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis
histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi,
sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-
proses infeksi (abses cerebri).
d. Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang
dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan
informasi prognosis.
e. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor
serebral.
f. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati
tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus
temporal pada waktu kejang (Nn : 2013).

9. Penatalaksanaan Tumor Otak


a. Medis
Faktor faktor prognostik sebagai pertimbangan penatalaksanaan
medis:
1) Usia
2) General Health
3) Ukuran Tumor
4) Lokasi Tumor
5) Jenis Tumor

Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam
penatalaksaannya, yaitu :

1) Surgery
Terapi Pre-Surgery :
a) Steroid adalah Menghilangkan swelling, contoh
dexamethasone
b) Anticonvulsant adalah Untuk mencegah dan mengontrol
kejang, seperti carbamazepine
c) Shunt adalah Digunakan untuk mengalirkan cairan
cerebrospinal.
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat
tumor. Pembedahan pada tumor otak bertujuan untuk
melakukan dekompresi dengan cara mereduksi efek massa
sebagai upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh
efek paliasi. Dengan pengambilan massa tumor sebanyak
mungkin diharapkan pula jaringan hipoksik akan terikut
serta sehingga akan diperoleh efek radiasi yang optimal.
Diperolehnya banyak jaringan tumor akan memudahkan
evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis patologi
anatomi diharapkan akan menjadi lebih sempurna. Namun
pada tindakan pengangkatan tumor jarang sekali
menghilangkan gejala-gelaja yang ada pada penderita.
d) Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam
penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian
klinis telah membuktikan bahwa modalitas terapi
pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal
jika diberikan kombinasi terapi dengan kemoterapi dan
radioterapi.
Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif
(moderately sensitive), sehingga pada tumor dengan ukuran
terbatas pemberian dosis tinggi radiasi diharapkan dapat
mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian
pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat
disekitarnya. Semakin sedikit jaringan sehat yang terkena
maka makin tinggi dosis yang diberikan. Guna menyiasati
hal ini maka diperlukan metode serta teknik pemberian
radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi.
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan
pada tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi
seluruh otak. Radioterapi juga digunakan dalam tata
laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis.
e) Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa
menggunakan satu atau dikombinasikan. Tindakan ini
dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel tumor pada
klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt.
Tindakan ini diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari
treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti waktu
istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah
lengkap dilakukan, pasien dianjurkan untuk istirahat dan
dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi yang
dilakukan ataukah tidak (Febri : 2012).
b. Diet
Pengobatan tumor otak tidak hanya memerlukan dokter
yang ahli dan obat yang mujarak tetapi juga makanan yang sehat.
Berikut beberapa kandungan makanan yang disarankan beserta
alasannya:
1) Omega-3 yang dapat ditemukan di ikan (salmon, tuna dan
tenggiri) bermanfaat dalam menguransi resistensi tumor pada
terapi. Omega-3 juga membantu mempertahankan dan
menaikan daya tahan tubuh dalam menghadapi proses
pengobatan tumor otak seperti kemotrapi.
2) Omega-9 yang ada di minyak zaitun pun dapat meningkatkan
sistem kekebalan tubuh sekaligus mengurangi pembengkakan
dan menguransi sakit saat pengobatan tumor otak.
3) Serat dari roti gandum, sereal, buah segar, sayur dan suku
kacang-kacangan membantu Anda mengatur tingkat gula. Sel
kanker cenderung mengkonsumsi gula 10-15 kali lipat daripada
sel normal sehingga semakin meradang. Agar bisa mengatur
gula dengan baik, disarankan mengkonsumsi 4-5 porsi sayur
dan 1-2 porsi buah segar. Selain mengatur kadar gula, serat
dapat menurunkan peluang sembelit.
4) Folic acid yang dikenal sebagai vitamin B9 atau Bc bisa
mencegah menyebarnya sehinga bisa membantu pengobatan
tumor otak atau bagian lainnya. Vitamin B9 dapat ditemukan di
sayuran dengan daun hijau tua (bayam, asparagus dan daun
selada), kacang polong, kuning telur dan biji bunga matahari.
5) Antioksidan memang dikenal sebagai salah satu senjata untuk
membantu pengobatan tumor otak. Antioksidan dapat di
temukan di keluarga beri (strawberi, rasberi dan blueberi),
anggur, tomat, brokoli, jeruk, persik, apricot, bawang putih,
gandum, telur, ayam, kedelai dan ikan.

Makanan yang harus dihindari penderita kanker dan tumor otak


adalah Gula dan karbohindrat harus dihindari karena mereka
merupakan makanan utama sel kanker. Pada saat pengobatan brain
tumor and cancer, sel-sel kanker yang ada di dalam tubuh akan
mengkonsumsi 10-15 kali lipat gula. Gula yang dikonsumsi akan
menjadi energy para sel kanker yang mempercepat perkembangan
mereka (Nn : 2012).

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah,
penghasilan, alamat, penanggung jawab, dll
b. Riwayat kesehatan :
1) keluhan utama
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat Kesehatan lalu
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
c. Pemeriksaan fisik :
1) Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia,
penurunan/kehilangan memori, afek tidak sesuai, berdesis
2) Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur
3) Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
4) Jantung : bradikardi, hipertensi
5) Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial
obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler
6) Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus
7) Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan
medula oblongata.
c. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema
serebri.
d. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran.

3. Rencana Keperawatan
a. Dx. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.

Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


Nyeri yang dirasakan berkurang 1 atau 1. Kaji keluhan nyeri: intensitas,
dapat diadaptasi oleh klien. karakteristik, lokasi, lamanya, faktor
Kriteria hasil : yang memperburuk dan meredakan.
2. Instruksikan pasien/keluarga untuk
1. Klien mengungkapkan nyeri yang
melaporkan nyeri dengan segera jika
dirasakan berkurang atau dapat
nyeri timbul.
diadaptasi ditunjukkan penurunan
3. Berikan kompres dingin pada
skala nyeri. Skala = 2
kepala.
2. Klien tidak merasa kesakitan.
4. Mengajarkan tehnik relaksasi dan
3. Klien tidak gelisah
metode distraksi
5. Kolaborasi pemberian analgesic.
6. Observasi adanya tanda-tanda nyeri
non verbal seperti ekspresi wajah,
gelisah, menangis/meringis,
perubahan tanda vital.

b. Dx. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan denga penekanan


medula oblongata

Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


Pola pernafasan kembali normal 1. Pantau frekuensi, irama,
Kriteria Hasil : kedalaman pernafasan.
1. Pola nafas efekif Catat ketidakteraturan
2. GDA normal
pernafasan
3. Tidak terjadi sianosis
2. Posisikan semi fowler
3. Anjurkan pasien untuk
melakukan nafas dalam
4. Auskultasi suara nafas,
perhatikan daerah
hipoventilasi dan adanya
suara-suara tambahan yang
tidak normal
5. Kolabolasi. Berikan terapi
oksigen.

c. Dx. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan


peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema
serebri.

Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


Perfusi jaringan membaik 1. Monitor secara berkala
ditandai dengan tanda-tanda tanda dan gejala
vital stabil. peningkatan TIK
2. Kaji perubahan tingkat
Kriteria hasil :
kesadaran, orientasi,
1. Tekanan perfusi serebral
>60mmHg, tekanan memori, periksa nilai GCS
3. Kaji tanda vital dan
intrakranial <15mmHg,
bandingkan dengan keadaan
tekanan arteri rata-rata
sebelumnya
80-100mmHg
4. Kaji fungsi autonom:
2. Menunjukkan tingkat
jumlah dan pola
kesadaran normal
3. Orientasi pasien baik pernapasan, ukuran dan
4. RR 16-20x/menit
reaksi pupil, pergerakan
5. Nyeri kepala berkurang
otot
atau tidak terjadi
5. Kaji adanya nyeri kepala,
mual, muntah, papila
edema, diplopia, kejang
6. Ukur, cegah, dan turunkan
TIK
7. Pertahankan posisi dengan
meninggikan bagian kepala
15-300, hindari posisi
telungkup atau fleksi
tungkai secara berlebihan
8. Monitor analisa gas darah,
pertahankan PaCO2 35-45
mmHg, PaO2 >80mmHg
9. Kolaborasi dalam
pemberian oksigen
10. Hindari faktor yang dapat
meningkatkan TIK
11. Istirahatkan pasien, hindari
tindakan keperawatan yang
dapat mengganggu tidur
pasien
12. Berikan sedative atau
analgetik dengan
kolaboratif.
d. Dx. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran

Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


Risiko cedera akan menurun 1) Pantau adanya kejang pada
atau tidak terjadi cedera. tangan, kaki, mulut atau
Kriteria hasil: wajah
2) Berikan keamanan pada
1. Keamanan personal
2. Pengendalian risiko pasien dengan memberikan
penghalang tempat tidur
3) Berikan restrain halus pada
ekstremitas bila perlu
4) Pasang pagar tempat tidur
5) Jika terjadi kejang, jangan
mengikat kaki dan tangan
tetapi berilah bantalan pada
area sekitarnya. Pertahankan
jalan nafas paten tapi jangan
memaksa membuka rahang
6) Pertahankan tirah baring
Daftar Pustaka

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan System


Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Judha, Mohamad. 2011. Sistem Persyarafan dalam Asuhan Keperawatan.


Yogyakarta : Gosyen Publising.

Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :


Gramedia Pustaka Utama.

Sylvia A. Price.1995.Patofisiologi, konsep klinik proses- proses penyakit ed. 4.


Jakarta : EGC

Tucker, Susan Marti dkk. 2007. Standart Keperawatan Pasien Perencanaan


Kolaborasi & Intervensi Keperawatan. Jakarta : EGC.

Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis


NANDA, intervensi NIC, criteria hasil NOC. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai