Anda di halaman 1dari 95

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya

sehingga penelitian ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga

mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah

berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun

pikirannya.

Besar harapan kami semoga makalah ini dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman bagipara pembaca, untuk ke depannya dapat

memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih

baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami

yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami

sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca

demi kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB I..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah...................................................................................5
C. Perumusan Masalah.................................................................................. 7
D. Tujuan dan Manfaat................................................................................... 8
E. Kerangka Teoritik....................................................................................... 8
F. Metode Penelitian..................................................................................... 13
BAB II.................................................................................................................. 14
ANALISA TERHADAP PELABUHAN.......................................................................14
A. Definisi Pelabuhan...................................................................................14
B. Jenis Pelabuhan...................................................................................... 17
C. Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kepentingan
Pelabuhan......................................................................................................... 19
D. Administrator Pelabuhan.........................................................................20
E. Fungsi Pelabuhan.................................................................................... 21
F. Peran Pelabuhan...................................................................................... 24
G. Perencanaan Pelabuhan..........................................................................25
BAB III................................................................................................................. 28
ANALISA TERHADAP PENGELOLAAN PELABUHAN.............................................28
DI DAERAH.......................................................................................................... 28
BAB IV................................................................................................................. 57
ANALISA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT..................................57
BAB V.................................................................................................................. 81
PENUTUP............................................................................................................. 81
1. Kesimpulan................................................................................................. 81

i
2. Saran.......................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 84

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per

tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang

strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan

dunia. Sebagai negara kepulauan, peran pelabuhan sangat vital

dalam perekonomian Indonesia. Kehadiran pelabuhan yang

memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang

dan manusia. Pelabuhan menjadi sarana paling penting untuk

menghubungkan antar pulau maupun antar negara. Pelabuhan

merupakan salah satu rantai perdagangan yang sangat penting

dari seluruh proses perdagangan, baik itu perdagangan antar

pulau maupun internasional. Sebagai titik temu antar

transportasi darat dan laut, peranan pelabuhan menjadi sangat

vital dalam mendorong pertumbuhan perekonomian, terutama

daerah yang menjadi tempat perpindahan barang dan manusia

1
dalam jumlah banyak. Sebagai bagian dari sistem transportasi,

pelabuhan memegang peranan penting dalam perekonomian.

Pelabuhan berperan dalam merangsang pertumbuhan

kegiatan ekonomi, perdagangan, dan industri dari suatu

wilayah. Namun pelabuhan tidak menciptakan kegiatan

tersebut, melainkan hanya melayani tumbuh dan

berkembangnya kegiatan tersebut. Kegiatan-kegiatan seperti

itulah yang meningkatkan peran pelabuhan dari hanya sebagai

tempat berlabuhnya kapal menjadi pusat kegiatan

perekonomian. Secara prinsip hubungan kegiatan

pembangunan oleh manusia di laut tidak dapat dipisahkan

dengan di pantai bahkan di darat seluruhnya. Pelabuhan

menjadi sarana bangkitnya perdagangan antar pulau bahkan

perdagangan antar negara, pelabuhan pada suatu daerah akan

lebih menggairahkan perputaran roda perekonomian, berbagai

jenis usaha akan tumbuh mulai dari skala kecil sampai dengan

usaha skala internasional, harga-harga berbagai jenis produk

akan lebih terjangkau mulai dari produksi dalam negeri sampai

dengan luar negeri. Pelabuhan yang bertaraf internasional akan

mengundang investor dalam dan luar negeri untuk

2
menanamkan modal yang bermuara pada tumbuhnya

perekonomian rakyat, mobilitas manusia dari berbagai penjuru

akan hadir dan meninggalkan dana yang banyak.

Pelabuhan memegang peranan yang sangat penting dan

sangat strategis, dalam menunjang pertumbuhan

perekonomian dan perdagangan Kota dan Provinsi secara

khusus, serta Negara secara umum. Pelabuhan sebagai salah

satu sistem transportasi laut internasional yang pantas dan

layak dijadikan hubport dari Indonesia. Suatu Negara

membutuhkan pelabuhan yang bagus untuk memajukan

dirinya tidak terkecuali Indonesia. Semua kegiatan yang

dilakukan di pelabuhan memiliki peranan kunci untuk

berbagai bidang di suatu Negara seperti pertahanan,

perekonomian, dan perikanan. Berbagai jenis pelabuhan dan

prasarananya dikembangkan untuk memaksimalkan fungsi

pelabuhan itu sendiri. Demikian juga desain pelabuhan itu

sendiri dibuat agar bisa terus berkembang mengikuti

perkembangan jaman.

Sejak jaman Kerajaan Hindu-Buddha, pelabuhan menjadi

salah satu sarana yang menghubungkan alur perdagangan dan

3
sumber pertahanan Kerajaan di Indonesia. Seturut

berkembangnya jaman, peranan pelabuhan semakin diperlukan

untuk menunjang berbagai bidang di suatu Negara.

Kepelabuhan merupakan sesuatu yang berhubungan

atau berkaitan dengan segala kegiatan penyelenggaraan

pelabuhan serta kegiatan yang lain untuk melaksanakan fungsi

pelabuhan untuk menunjang kelancaran pelabuhan tersebut.

Ada 2 macam istilah yang dikenal dalam bahasa indonesia yang

mempunyai kaitan dengan arti pelabuhan yaitu Pelabuhan dan

Bandar. Pelabuhan merupakan suatu daerah atau tempat

perairan yang dirancang khusus sehingga terlindung terhadap

gelombang ataupun arus, sehingga kapal bebas untuk

berputar, bersandar dan melakukan bongkar muat barang dan

penumpang. Adapun kegunaan fungsi dari pelabuhan yakni

adanya dermaga, gudang, alat komunikasi, dan fasilitas untuk

penerangan agar semua proses yang terjadi di pelabuhan

berjalan dengan lancar. Sedangkan Bandar merupakan tempat

dimana suatu pelabuhan yang terlindung pada gelombang serta

angin yang ditempati kapal untuk berlabuh.

4
Pelabuhan dalam aktivitasnya mempunyai peran penting

dan strategis untuk pertumbuhan industri dan perdagangan

serta merupakan segmen usaha yang dapat memberikan

kontribusi bagi pembangunan nasional dan daerah. Hal ini

membawa konsekuensi terhadap pengelolaan segmen usaha

pelabuhan tersebut agar pengoperasiannya dapat dilakukan

secara efektif, efisien dan profesional sehingga pelayanan

pelabuhan menjadi lancar, aman, dan cepat dengan biaya yang

terjangkau. Pada dasarnya pelayanan yang diberikan oleh

pelabuhan adalah pelayanan terhadap kapal dan pelayanan

terhadap muatan baik berupa barang dan penumpang. Secara

teoritis, sebagai bagian dari mata rantai transportasi laut,

fungsi pelabuhan adalah tempat pertemuan (interface) dua

moda angkutan atau lebih serta interface berbagai kepentingan

yang saling terkait. Barang yang diangkut dengan kapal akan

dibongkar dan dipindahkan ke moda lain seperti moda darat.

Sebaliknya barang yang diangkut dengan truk atau kereta api

ke pelabuhan bongkar akan dimuat lagi ke kapal. Oleh sebab

itu berbagai kepentingan saling bertemu di pelabuhan seperti

perbankan, perusahaan pelayaran, bea cukai, imigrasi,

5
karantina, syahbandar dan pusat kegiatan lainnya. Atas dasar

inilah dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan pelabuhan

harus dilakukan dengan terperinci dan sistematis.

Bentuk geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau,

pesisir laut, dan jumlah sungai yang banyak memungkinkan

perkembangan pelabuhan dan dermaga di berbagai Provinsi

hingga kabupaten/kota di Indonesia.

B. Identifikasi Masalah

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa

Indonesia diberkahi dengan geografis banyaknya pulau dan

sungai yang memungkinkan pertumbuhan arus transportasi

terutama di sektor transportasi laut, sungai dan penyebrangan.

Tidak terkecuali dengan Provinsi Kalimantan Barat, yang

sebagai salah satu provinsi yang letaknya sangat strategis,

dimana provinsi Kalimantan Barat sangat dekat dengan

perbatasan negara tetangga seperti Malaysia, bahkan

perbatasan provinsi Kalimantan Barat juga berbatasan dengan

Laut Cina Selatan sehingga memilik akses ke perairan

internasional dengan sangat mudah. Tidak hanya itu provinsi

6
Kalimantan Barat juga memiliki banyak wilayah pesisir pantai

dan jumlah sungai yang banyak yang sangat memungkinkan

pertumbuhan transportasi laut, sungai dan penyebrangan yang

sangat baik. Akan tetapi pada kenyataanya tidaklah demikian.

Kalimantan barat justru menjadi daerah yang pemanfaatan

pelabuhannya paling sedikit, tercatat hanya ada 5 (lima)

pelabuhan di Kalimantan Barat yaitu, Sintete, Ketapang,

Singkawang, pemangkat dan pontianak1.

Dari 5 (lima) pelabuhan tersebut hanya pelabuhan di

pontianak yang jumlah arus kunjungan kapal baik dalam dan

luar negari yang tinggi, dengan kunjungan kapal luar negeri

berjumlah 305 (tiga ratus lima) kapal dan dalam negeri

sebanyak 4393 (empat ribu tiga ratus sembilan puluh tiga)

kapal diikuti dengan Sintete dengan jumlah kunjungan luar

negeri sebanyak 4 (empat) kapal dan dalam negeri sebanyak

232 (dua ratus tigapuluh dua) dan pelabuhan ketapang dengan

arus kunjungan kapal luar negeri sebanyak 1 (satu) dan dalam

negeri sebanyak 556 (lima ratus limapuluh enam) kapal 2, pada

1 Kalimantan Barat dalam angka 2015 Badan Pusat Statistik

2 ibid

7
sektor transportasi sungai juga tidak jauh berbeda, dengan

jumlah sungai yang banyak pemanfaatan trasnportasi sungai

ternyata hanya di peringkat ketiga dalam hal kontribusi

pembangunan ekonomi yaitu dengan indek 0,72 Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB). Selain itu jumlah penumpang

melalui trasnportasi laut, mengalami penurunan sebanyak

37,17 persen, kalah bersaing dengan tranaportasi udara yang

terus mengalami peningkatan.3 Dengan melihat data di atas,

sudah sewajarnya pengelolaan pelabuhan di Provinsi

Kalimantan Barat ditinggkatkan, apalagi hampir seluruh

Kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan memiliki akses

keperairan baik itu sungai, ataupun laut.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah,

maka permasalahan pelabuhan di Kalimantan Barat dapat

dirumuskan sebagai berikut

1. Bagaimana pengelolaan pelabuhan di Kalimantan Barat?


2. Bagaimana cara meningkatkan fungsi pelabuhan di

Kalimantan Barat?
3 idem

8
D. Tujuan dan Manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. mengetahui bagaimana pengelolaan pelabuhan di

Kalimantan Barat.
2. mengetahui bagaimana cara meningkatkan fungsi

pelabuhan pelabuhan di Kalimantan Barat

Manfaat penelitian ini dapat dibagi menjadi dua bagian

yaitu: manfaat akademis dan manfaat praktis. Secara

akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

literatur dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan di

bidang hukum, khususnya dalam hal pengelolaan pelabuhan.

Sedangkan manfaat praktisi penelitian adalah rekomendasi

bagi Pemerintah Daerah di masa datang dalam usaha

meningkatkan fungsi pelabuhan guna meningkatkan peranan

pelabuhan untuk kepentingan pemerintah daerah.

E. Kerangka Teoritik

Teori norma dasar (grundnorm) banyak dikembangkan

oleh ahli positivisme, utamanya oleh Hans kelsen. Apa yang

9
dimaksud dengan norma dasar (Grundnorm) adalah kaidah-

kaidah yang paling fundamental tentang kehidupan manusia

dimana di atas norma dasar tersebut dibuatlah kaidah-kaidah

hukum lain yang lebih konkret dan lebih khusus. Bisanya

norma dasar yang berlaku dalam suatu negara ditulis dalam

konstitusi dari negara tersebut. Suatu norma dasar tidak

dengan sendirinya mengikat secara hukum tanpa kehadiran

suatu aturan hukum pada tataran yang lebih konkret berupa

norma hukum valid.

Bertolak dari dualisme Kant antara bentuk dan

materi. Kelsen mengamini perbedaan antara bidang ada

(Sein) dan bidang harus (Sollen) sebagai dua unsur

pengetahuan manusia. Bidang ada (sein) berhubungan dengan

alam dan fakta yang seluruhnya dikuasi oleh rumus sebab-

akibat. Sedangkan bidang harus (sollen) justru berkaitan

dengan kehidupan manusia yang dikuasi kebebasan dam

bertanggung jawab. Itulah dalam bidang sollen, digumuli soal

kebebasan dan tanggungjawab manusia itu. Tiap-tiap manusia

memiliki kebebasan, tapi dalam hidup bersama ia memikul

tanggungjawab menciptakan kehidupan yang tertib. Tapi untuk

10
mewujudkan hidup bersama yang tertib itu perlu pedoman-

pedoman obyektif yang harus dipatuhi bersama pula. Pedoman

inilah yang disebut hukum. Bidang sollen dimana hukum

terhisap di dalamya, menurut kalsen dikuasi oleh prinsip

tanggungan (prinzip der zurechnung) yakni bila hal ini terjadi,

seharusnya hal itu terjadi pula. Dengan kata lain, jika hukum

telah menentukan pola prilaku tertentu, maka tiap orang

seharusnya berprilaku sesuai pola yang ditentukan itu.

Singkatnya orang harus menyesuaikan diri dengan apa yang

telah ditentukan. Disinilah letak sifat normatif dari hukum.

Keharusan dan kewajiban menaati hukum karena telah

ditentukan demikian, bukan karena nilai yang terkandung

dalam materi hukum itu sendiri.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, dari mana

sumber pedoman-pedoman obyektif itu? Menurut Kelsen

sumber itu adalah normadasar (grundnorm). Dalam hal ini

normadasar (grundnorm) merupakan pengandaian tentang

tatanan yang hendak diwujukan dalam hidup bersama. Kelsen

sendiri tidak meyebut isi grundnorm tersebut, hanya

11
grundnorm merupakan syarat transedental-logis bagi

berlakunya sekuruh tatanan hukum.

Dengan menggunakan konsep stufenbau, ia mengkons, ia

mngkonstruksi pemikiran tentang tertib yuridis. Dalam

konstruksi ini, ditentukan jenjang-jenjang perundang-

undangan. Seluruh sistem perundang-undangan mempunyai

suatu struktur piramidal mulai dari yang abstrak yakni

grundnorm sampai yang konkret seperti undang-undang,

peraturan pemerintah, dan lain sebagainya. Jadi menurut

Kelsen, cara mengenal suatu aturan yang legal dan tidak

adalah mengeceknya melalui logika stufenbau dan grundnorm

menjadi batu ujinya.

Sesuai dengan teori norma dasar (grundnorm) dari Hans

kelsen, maka setiap hukum dalam suatu negara haruslah

berasal dari suatu dasar hukum (grundnorm) yaitu konstitusi.

Karena itu, untuk mengukur konsistensinya dengan hukum

dasar, berkembanglah beberapa kaidah hukum tentang logika

ilmu hukum yaitu:

1. Kaidah drogasi. Dalam hal ini, setiap aturan hukum berasal

dari aturan hukum yang lebih tinggi;

12
2. Kaidah pengakuan. Setiap kaidah hukum yang berlaku

harus ada pengakuan dari yang berwenang menjalankan

aturan tersebut, maupun pengakuan dari pihak kepada

siapa aturan itu diterapkan;


3. Kaidah nonkontradiksi. Tidak boleh ada kontradiksi antara

satu aturan hukum daengan aturan hukum lainnya,

sehingga antara suatu norma hukum dengan norma hukum

lainnya haruslah harmonis, sinkron, adn terintergrasi

(principle of intefrity);
4. Kaidah derivatif (derivative principle). Dalm hal ini aturan

hukum di tingkat bawah merupakan bagian dari aturan

hukum tingkat lebih tinggi yang ditarik berdasarkan prinsip

deduksi praktikal;
5. Kaidah sistem (system principal). Dalam hal ini suatu sistem

hukum yang lebih rendah tingkatannya merupakan

subsistem dari peraturan hukum yang lebih tinggi, sehingga

semua aturan hukum yang berlaku merupakan sebuah

sistim secara keseluruhan.


6. Kaidah generalisasai (generalized principle). Dalam hal ini,

aturan hukum yang lebih tinggi merupaka generalisasai dari

aturan hukum yang lebih rendah. Demikian juga sebaliknya

13
bahwa aturan yang lebih rendah merupakan kekhususan

dari aturan yang lebih rendah;


7. Kaidah reduksi (principle of reductionism), dimana aturan

hukum yang lebih rendah merpakan reduksi dari aturan

yang lebih tinggi.


8. Kaidah golongan ketercakupan (principle of subsumption).

Dalam arti bahwa aturan hukum harus masih termasuk

atau tercakup ke dalam golongan aturan yang lebih tinggi.

Jadi bukan berasal dari golongan aturan yang lain.

F. Metode Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penulisan makalah ini

adalah metode normatif, yaitu pengkajian yang bersangkutan

dengan rumusan atau substansinya. Penulisan Makalah ini

bersifat deskriptif normatif, maksudnya yakni memberikan

gambaran tentang obyek yang diteliti secara memadai dalam

tinjauan peraturan yang terkait juga dengan cara memberikan

penjelasan-penjelasan menurut teori-teori hukum.

14
Juga bersifat yuridis normatif, yakni menggunakan

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan objek

yang dikaji, serta bahan-bahan yang berhubungan dengan

objek pengkajian.

Selain itu digunakan juga metode wawancara dengan

pendekatan kualitatif. Dengan metode wawancara diharapkan

dapat menggali informasi dari narasumber sebanyak-banyaknya

dan sedetail mungkin mengenai urgensi pembentukan badan

usaha pelabuhan.

BAB II

ANALISA TERHADAP PELABUHAN

A. Definisi Pelabuhan

15
Pelabuhan adalah salah satu simpul dalam jaringan

transportasi, dimana transportasi laut bertemu dengan

transportasi darat. Bagi suatu negara kepulauan, keberadaan

pelabuhan yang mampu melayani dengan baik peralihan dari

trasnportasi darat sudah tentu menjadi salah satu syarat yang

sangat penting bagi kelancaran kegiatan ekonomi. Pelabuhan

menurut kamus bahasa Indonesia adalah area perairan yang

tertutup dan dapat melindungi serta memberi keamanan bagi

kapal yang bertambat dari angin kencang, dan merupakan

tempat untuk mengambil bahan makanan ataupun bahan

bakar reparasi atau transfer muatan.

Menurut Quin A.D4 definisi pelabuhan adalah suatu

perairan yang sebagian tertutup dan terlindung terhadap angin

dan gelombang, serta aman bagi kapal untuk berlabuh, mengisi

bahan bakar, mengadakan perbaikan dan pemindahan barang.

Sedangkan menurut Bambang Triatmodjo5 Pelabuhan

(port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap

gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut


4 Quinn A. Def,1980 Design & Construction of Marine Slructures, Balai Pustaka, jakarta hal 166.

5 Prof. Dr. Ir. Bambang Triatmodjo, DEA, 2009, Perencanaan Pelabuhan,


Beta Offset, hal 17

16
meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk

bongkar muat barang, gudang laut (transito) dan tempat-

tempat penyimpanan dimana barang-barang dapat disimpan

dalam waktu lebih lama selama menunggu pengiriman ke

daerah tujuan.

Bila kita mendasarkan definisi pelabuhan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran,

pelabuhan diartikan sebagai tempat yang terdiri atas daratan

dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

berkegiatan pemerintah dan kegiatan pengusahaan yang

dipergunakan sebagai tempat kapal berlabuh, naik turun

penumpang dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal

dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas

keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang

pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan

antarmoda transportasi.

Dari pengertian tersebut, definisi pelabuhan mencakup

prasarana dan sistem transportasi, yaitu suatu lingkungan

kerja terdiri dari area daratan dan perairan yang dilengkapi

dengan fasilitas untuk berlabuh dan bertambatnya kapal, guna

17
terselenggaranya bongkar muat barang serta turun naiknya

penumpang dari suatu moda transportasi laut (kapal) ke moda

transportasi lainnya atau sebaliknya. Pengertian pelabuhan

tersebut mencerminkan fungsi-fungsi pelabuhan, di antaranya:

Interface artinya bahwa pelabuhan merupakan tempat dua

moda/sistem transportasi, yaitu transportasi laut dan

transportasi darat. Ini berarti pelabuhan harus menyediakan

berbagai fasilitas dan pelayanan jasa yang dibutuhkan untuk

perpindahan (transfer) barang dari kapal keangkutan darat,

atau sebaliknya.

Link (mata rantai) dimana bahwa pelabuhan merupakan

mata rantai dan sistem transportasi. Sebagai mata rantai,

pelabuhan, baik dilihat dari kinerjanya mapun dari segi

biayanya, akan sangat mempengaruhi kegiatan transportasi

keseluruhan. Gateway mengatakan bahwa pelabuhan berfungsi

sebagai gerbang dari suatu negara atau daerah. Pengertian ini

dapat dilihat dari segi: Pelabuhan sebagai pintu masuk atau

pintu keluar barang dari atau ke negara atau daerah tersebut.

Dalam hal ini pelabuhan memegang peranan penting bagi

perekonomian negara atau suatu daerah. Pelabuhan sebagai

18
pintu gerbang. Kapal-kapal yang memasuki pelabuhan terkena

peraturan perundang-undangan dari Negara atau daerah

tempat pelabuhan tersebut berada, yaitu ketentuan-ketentuan

bea cukai, imigrasi, karantina peraturan impor/ekspor dan

sebagainya. Industry entity artinya bahwa perkembangan

industry yang berorientasi pada ekspor dari suatu negara,

maka fungsi pelabuhan semakin penting bagi industry

tersebut.

B. Jenis Pelabuhan
Di Indonesia terdapat berbagai macam pelabuhan,

tergantung kriteria yang dipakai, ketentuan peraturan

perundang-undangan, letak geografis, besar kecilnya kegiatan

pelabuhan dan organisasi serta pengelolaan pelabuhan.

Berdasarkan kriteria yang ada dalam peraturan-peraturan

Indonesia pelabuhan dapat dikelompokkan dalam:


- Menurut Indische Scheepyaartswet bahwa pelabuhan di

Indonesia terdiri dari pelabuhan laut dan pelabuhan pantai.

Pelabuhanlaut adalah pelabuhan yang terbuka bagi

perdaganganluar negeri yang dapat masuk kapal-kapal dari

negara-negaratersebut (luar negeri). Sedangkan pelabuhan

19
pantai adalah pelabuhanyang tidak terbuka bagi

perdagangan luar negeri danhanya dapat dimasuki oleh

kapal-kapal yang berbendera Indonesia.


- Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang

Kepelabuhanan, membedakan pelabuhan atas 2 (dua)

kategori, yaitu:
Jenis pelabuhan terdiri atas:
a. Pelabuhan laut;
Pelabuhan Laut adalah pelabuhan yang dapat digunakan

untukmelayani kegiatan angkutan laut dan/atau

angkutan penyeberanganyang terletak di laut atau di

sungai.
b. Pelabuhan sungai dan danau.
Pelabuhan Sungai dan Danau adalah pelabuhan yang

digunakan untuk melayani angkutan sungai dan danau

yang terletakdi sungai dan danau. Pelabuhan laut

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a secara

hierarki terdiri atas:


1. pelabuhan utama;
Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi

pokoknya melayanikegiatan angkutan laut dalam

negeri dan internasional, alihmuat angkutan laut

dalam negeri dan internasional dalam jumlahbesar,

dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau

20
barang,serta angkutan penyeberangan dengan

jangkauan pelayananantarprovinsi.
2. pelabuhan pengumpul;
Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi

pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam

negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam

jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan

penumpang dan/atau barang, serta angkutan

penyeberangan dengan jangkauan pelayanan

antarprovinsi.
3. pelabuhan pengumpan.
Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi

pokoknyamelayani kegiatan angkutan laut dalam

negeri, alih muatangkutan laut dalam negeri dalam

jumlah terbatas, merupakanpengumpan bagi

pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul,

dansebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau

barang, sertaangkutan penyeberangan dengan

jangkauan pelayanan dalamprovinsi.

C. Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan dan Daerah Lingkungan

Kepentingan Pelabuhan

21
Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 adalah wilayah perairan

dan daratan pada pelabuhan umum yang dipergunakan secara

langsung untuk kegiatan kepelabuhan. Daerah Lingkungan

Kepentingan Pelabuhan adalah wilayah perairan di sekeliling

daerah lingkungan kerja perairan pelabuhan umum yang

dipergunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran.


D. Administrator Pelabuhan
Untuk menjalankan pelabuhan, diperlukan tenaga ahli

yang berkompeten dalam bidangnya, untuk penyelenggaraan

pelabuhan terdapat tenaga khusus antara lain:


1. Administrator Pelabuhan ialah koordinator bidang

perhubungan laut yang berfungsi mengkoordinasikan

unit pelaksana Badan Usaha Pelabuhan, instansi-

instansi pemerintah lainnya untuk kelancaran tugas

kepelabuhanan di pelabuhan yang diusahakan oleh

Badan Usaha Pelabuhan. Administrator pelabuhan

melaksanakan koordinasi terhadap unit pelaksana Badan

Usaha Pelabuhan, instansi pemerintah bidang

perhubungan laut dan instansi pemerintah lainnya untuk

kelancaran tugas-tugas kepelabuhanan. Administrator

pelabuhan terdiri dari Adpel Kelas I, Kepala pelabuhan

22
dan Adpel Kelas III dan IV. Pengangkatan adpel-adpel

setempat dilaksanakan oleh Direktur Jenderal

Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan


2. Kepala Pelabuhan adalah unit pelaksana teknis instansi

pemerintah bidang pemerintah bidang perhubungan laut,

di bidang pelabuhan yang tidak diusahakan oleh Badan

usaha Pelabuhan.
Unit Pelaksana Teknis di bidang perhubungan laut

terdiri dari:
a. Kendaraan, perkapalan dan pelayanan;
b. Jasa maritim, perambuan dan penerangan pantai,

elektronika;
c. dan telekomunikasi pelayaran;
d. Pengamanan pelabuhan dan bandar serta lalu lintas dan

angkutan; dan
e. laut.

E. Fungsi Pelabuhan
Di era globalisasi dewasa ini ternyata tidak ada

bangsa/negara yang mampu memenuhi kebutuhan sendiri. Hal

ini disebabkanoleh karena tidak sama sumber daya alam yang

dimiliki,dan tidak sama pula kemampuan dalam mengelola

sumber daya alam tersebut. Juga tidak sama perkembangan

industri dan pertanian yang menghasilkan barang kebutuhan

serta tinggi rendahnya kebudayaan dan teknologi yang dimiliki

23
oleh masing-masing negara. Dengan kebutuhan yang semakin

meningkat dan adanya keterbatasan masing-masing negara

untuk memenuhi kebutuhan maka terjadi saling

ketergantungan antara satu negara dengan negara lainnya,

melalui perdagangan internasional. Bagi negara-negara maju

mengandalkan kekuatan ekonominya pada industri atau

pertanian dan ada negara yang masih mengandalkan

ekonominya pada sumber daya alam yang berlimpah (natual

resources). Negara industri maju membutuhkan bahan baku.

Sebaliknya negara-negara berkembang yang sedang tumbuh

sektor industinya membutuhkan bahan baku di samping

negara-negara dengan sumber daya alam yang berlimpah

membutuhkan pasar untuk menjual produksinya. Kondisi dan

perbedaan kebutuhan demikian telah ikut mendorong

berkembangnya perdagangan antar negara atau perdagangan

internasional. Perdagangan internasional berarti perdagangan

yang melibatkan beberapa negara yang masing-masing

mempunyai kepentingan nasional dengan peraturan

perundang-undangan yang berbeda.


Untuk itu diperlukan kerjasama antar negara yang

bersifat bilateral yaitu persetujuan antara dua negara yang

24
akan menghasilkan perjanjian perdagangan dua Negara

(bilateral trade agreement). Jika yang terlibat beberapa negara,

dalam daerah tertentu atau berdasarkan pada kepentingan

yang sama maka menghasilkan perjanjian antara beberapa

negara (regional trade agreementatau mulilateral trade

agreement).
Dalam transaksi perdagangan sedikitnya ada unsur

penjualan (ekspor), pembelian (impor) dan barang (komoditas)

sebagai objek perdagangan. Transaksi perdagangan antarnegara

ini (ekspor/impor) dilaksanakan melalui proses yang cukup

panjang sesuai dengan ketentuan-ketentuan peraturan

perundang-undangan untuk masing-masing negara serta

ketentuan-ketentuan yang secara umum berlaku bagi kedua

negara seperti bilateral agreement, regional agreement atau

multilateral agreement/convention. Dalam kegiatan perdagangan

yang menggunakan fasilitaspelabuhan, dilaksanakan

pemindahan barang yang merupakan proses dari transaksi

perdagangan.
Untuk terlaksananya proses transaksi perdagangan

tersebut diperlukan serangkaian kegiatan yang melibatkan

pergudangan, pengawasan persediaan barang, pemeliharaan

25
dan pengepakan, dokumentasi dan pengiriman, transportasi

dan pelayanan purna jual kepada konsumen. Pendeknya,

transaksi perdagangan akan sangat membutuhkan peran

transportasi sebagai penunjang yang sangat menentukan.

Untuk itu, lancarnya transportasi, tepat waktu dan jaminan

keselamatan barang denga biaya yang prospektif, akan

mempengaruhi harga atau mutu komoditas sampai pada

konsumen. Dapat dikatakan bahwa negara produsen yang

berorientasi pada ekspor sangat berkepentingan atas jasa

transportasi. Terutama Indonesia sebagai salah satu negara

berkembang yang sedang menuju ke arah industrialisasi,

dengan hasil produksi yang berorientasi ekspor. Hal ini juga

menentukan daya saing barang (komoditas) ekspor Indonesia di

pasar internasional.
F. Peran Pelabuhan
Setelah beberapa uraian tentang pengertian dan

pentingnya hal-hal yang berkaitan dengan kepelabuhanan,

maka perlu diuraikan peranan pelabuhan yaitu:


a. untuk melayani kebutuhan perdagangan internasionl dari

daerah penyangga (hinterland) tempat pelabuhan tersebut

berada;

26
b. membantu berputarnya roda perdagangan dan

pengembangan industri regional;


c. menampung pangsa yang semakin meningkat arus lalu

lintas internasional baik transhipment maupun barang

masuk (inlandrouting); dan


d. menyediakan fasilitas transit untuk daerah penyangga

(hinterland)atau daerah/negara tetangga.


Pelabuhan yang dikelola dengan efisien dan dilengkapi

dengan fasilitas yang memadai akan membawa keuntungan dan

dampak positif bagi perdagangan dan perindustrian dari daerah

penyangga tempat pelabuhan tersebut berada.


Sebaliknya, perdagangan yang lancar dan perindustrian

yang tumbuh dan berkembang membutuhkan jasa pelabuhan

yang semakin meningkat yangakan mengakibatkan

perkembangan pelabuhan. Bagi negara-negara yang sedang

berkembang peranan pelabuhandijelaskan memainkan peranan

penting dalam perkembangan ekonomi, jelas terlihat bahwa

banyak negara berkembang dimana pelabuhan dapat berfungsi

secara bebas dan efisien telah mencapai kemajuan yang pesat

seperti Singapura, Hongkong, Taiwan dan Korea Selatan.

G. Perencanaan Pelabuhan
a. Pengembangan Pelabuhan

27
Pelabuhan merupakan salah satu mata rantai

transportasiyang menunjang roda perekonomian negara

atau suatu daerah dimana pelabuhan tersebut berada.

Perindustrian, pertambangan,pertanian dan perdagangan

pada umumnya membutuhkan jasa transportasi termasuk

jasa pelabuhan. Oleh karenanya pengembangan suatu

pelabuhan bukan saja untuk kepentingan pelabuhan, tetapi

juga akan mempengaruhi berbagai sektor yang ditunjang.


Beberapa faktor yang perlu mendapat perhatian serta

pertimbangan dalam pengembangan pelabuhan adalah:


1) Pertumbuhan/perkembangan ekonomi daerah

penyangga (hinterland) dari pelabuhan yang

bersangkutan.
2) Perkembangan industri yang terkait dengan pelabuhan
3) Data arus (cargo flow) sekarang dan perkiraan yang

akan datangserta jenis dan macam komoditi yang akan

keluar masuk.
4) Tipe dan ukuran kapal yang diperkirakan akan

memasuki pelabuhan.
5) Jaringan jalan (prasarana dan sarana angkutan dari/ke

daerah penyangga.
6) Alur masuk/keluar menuju laut.
7) Aspek nautis dan hidraulis
8) Dampak keselamatan dan lingkungan hidup
9) Analisa ekonomi dan keuangan

28
10) Koordinasi antara lembaga penyelenggara yang

seimbang.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa betapa

kompleksnya perencanaan suatu pelabuhan, sehingga

memerlukan koordinasi berbagai aspek kegiatan serta

melibatkan instansi yang terkait. Suatu pelabuhan tidak

bisa direncanakan dan direkayasa begitu saja, baik sebagai

terminal maupun untuk pelabuhan secara utuh, tanpa

memperhatikan dan mempertimbangkan prasarana yang

menghubungkan dari/ke daerah penyangga untuk mana

pelabuhan tersebut dibangun.

b. Perencanaan Pelabuhan
Tinjauan pokok dari perencanaan pelabuhan harus

didasarkan pada kepentingan nasional. Perencanaan harus

mengetahui/mempertimbangkan faktort ersebut di bawah

ini sebelum mulai dengan pengembangan pelabuhan yaitu:


1) Kondisi fisik (survey, investigation, design) dan

konstruksi;
2) Pengguna jasa (port user);
3) Perkembangan masyarakat; dan
4) Perkembangan ekonomi.

29
BAB III
ANALISA TERHADAP PENGELOLAAN PELABUHAN
DI KALIMANTAN BARAT

A. Gambaran Kepelabuhan di Kalimantan Barat


Dalam perkembangannya, transportasi laut atau sungai

di Provinsi Kalimantan Barat mengalami pasang surut peranan

dalam mendukung pergerakan di Propinsi Kalimantan Barat.

Dengan berfungsinya beberapa ruas jalan darat yang sejajar

dengan sungai dan telah dibangunnya beberapa jembatan yang

melewati sungai, berakibat menurunnya aktifitas angkutan

sungai, terutama untuk angkutan penumpang. Bagi daerah-

daerah pedalaman yang belum tesedia jalan darat serta

angkutan warga transmigarsi, transportasi sungai masih

dominan atau tetap diperlukan. Setiap wilayah di Provinsi

Kalimantan Barat mempunyai kebijakandan wewenang dalam

pengelolaan dalam mengembangkan trasnportasi sungai,

namun ditinjau dari program rencana daerah terlihat bahwa

pengembangan transportasi sungai belum mendapat perhatian

baik dalam program perencanaan maupun pendanaan.


Orientasi pemerintah setempat masih bertumpu pada

jaringan jalan.Peranan transportasi sungai untuk masa-masa yang

30
akan datang perlu ditingkatkan terutama dalam menunjang

kelancaran arus barang, khususnya untuk sektor perkebunan

maupun pertambangan yang menjadi komoditi utama di Provinsi

Kalimantan Barat.
Adapun hambatan, tantangan dalam pengembangan

transportasi Sungai di Provinsi Kalimantan Barat adalah sebagai

berikut:
1. Musim atau Cuaca
Sebagai salah satu negara dengan iklim cuaca tropis, cuaca di

Provinsi Kalimantan Barat ini juga merupakan salah satu

faktor yang menghambat aktifitas jalur transportasi sungai, jika

musim kemarau datang maka hanya kapal motor dengan

ukuran 1-2 meter yang dapat beraktifitas, sedangkan

sedangkan bila musim hujan datang, kendala banjir bandang

atau banjir besar juga menjadi penghambatbagi aktifitas jalur

angkutan sungai.
2. Pembanguan Jalan Darat
Adanya kebijakan daerah, khususnya daerah-daerah hulu

sungaiyang membangun jalan transportasi darat, sehingga

menjadi pilihanutama bagi masyakarakat untuk jalur

transportasi dibandingkanharus menggunakan jalur angkutan

sungai, dengan pertimbanganefisiensi waktu. Ditambah lagi

dengan adanya kebijakan pemerintah pusat yang membangun

31
jalan lintas provinsi antar kalimantan membuat jalur

transportasi melalui laut atau sungai mulai ditinggalkan.


3. Pembangunan Jembatan
Dengan dibangunnya beberapa jembatan yang melalui sungai

mengakibatkan ruang gerak kapal motor beserta gandengannya

baik secara vertikal maupun horisontal tidak bebas, hal Ini

disebabkan lebar alur pelayaran di bawah jembatan (antara dua

tiang) menjadi sempit dan juga tinggi jembatan dari permukaan

air terbatas, sehingga sering terjadi senggolan atau benturan

kapal/motor/tongkang gandeng terhadap tiang pilar jembatan.


4. Sumber Daya Manusia
Pada umumnya penyelenggaraan transportasi sungai masih

bersifat tradisional, di mana sumberdaya manusia (masyarakat

pemakai jasa), petugas operasional serta penyedia pengguna

jasa perlu ditingkatkan terutama kualitasnya, sehingga sistem

transportasisungai yang lancar, aman, nyaman sesuai tuntutan

zaman dapat diciptakan.


5. Lingkungan hidup
Kesadaran terhadap lingkungan hidup sangat diperlukan yaitu

kesadaran dari penyelenggaran transportasi sungai maupun

masyarakat sepanjang aliran sungai untuk memperhatikan

menjaga serta memikirkan lingkungan hidup dan kelestarian

sungai terhadap pencemaran sungai dari limbah-limbah

32
industri (kayu, karet, samah,minyak bebas), sehingga peran

sungai bagi masyarakat dan pemerintah dapat diandalkan.


6. Sarana dan prasarana
Saran dan prasarana merupakan salah satu faktor pendukung

dalam semua hal termasuk pengelolaan transportasi sungai.

Masih banyak dermaga atau pelabuhan di Provinsi Kalimantan

Barat yang hanya memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang

kurang memadai,misalnya toilet, mushollah atau tempat

ibadah, jembatan dermagayang rusak, penerangan yang

kurang, tempat parkir yang kurang memadai dan lain

sebagainya.
Peran pelabuhan dari hanya sebagai tempat berlabuhnya

kapal pelabuhan juga dapat berperan dalam merangsang

pertumbuhan kegiatan ekonomi, perdagangan, dan industri.

Pelabuhan menjadi sarana bangkitnya perdagangan antar desa,

kecamatan, kabupaten/kota, antar pulaubahkan perdagangan

antar negara, pelabuhan pada suatu daerah akan lebih

menggairahkan perputaran roda perekonomian, berbagai jenis

usaha akan tumbuh mulai dari skala kecil sampai dengan usaha

skala internasional, harga-harga berbagai jenis produk akan lebih

terjangkau mulai dari produksi dalam negeri sampai dengan luar

negeri. Pelabuhan yang bertaraf internasional akan mengundang

33
investor dalam dan luar negeri untuk menanamkan modal yang

bermuara pada tumbuhnya perekonomian rakyat, mobilitas

manusia dari berbagai penjuru akan hadir dan meninggalkan

dana yang banyak.


Selain keuntungan bagi masyarakat, keberadaan pelabuhan

juga dapat memberikan manfaat bagi daerah yang dapat

menambah pendapat asli daerah (PAD) dari sektor pajak dan

retribusi, tentunya hal tersebut harus dimulai dengan

pembangunan pelabuhan yang baik dan layak serta pengelolaan

memadai dan standar. PAD bagi daerah dari sektor pelabuhan

dapat diperoleh dari biaya labuh, biaya tambat, retribusi parkir

kendaraan pengunjung atau penumpang serta penagihan pajak

danretribusi, serta pemanfaatan Terminal Khusus ataupun

Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS).

B. Gambaran Pelabuhan pada Daerah Kabupaten/Kota


Untuk lebih memahami kendala di lapangan mengenai

fungsi dan manfaat pelabuhan, Tim Penelitian Hukum Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan Ham Kalimantan Barat

melakukan kegiatan Penelitian Hukum di empat Kabupaten/Kota

yang mempunyai pelabuhan, yaitu:

34
1. Kabupaten Kayong Utara pada tanggal 24 sampai 26 Agustus

2015;
2. Kabupaten Ketapang pada tanggal 27 sampai dengan 28

Agustus 2015;
3. Kabupaten Sambas pada tanggal 9 sampai 11 September 2015;

dan
4. Kabupaten Sintang pada tanggal 12 sampai 14 Oktober 2015.

Yang menjadi sasaran dalam kegiatan Penelitian Hukum ini

adalah konsultasi dan wawancara dengan Bagian Hukum

Sekretariat Daerah dan Dinas Perhubungan Kabupaten terkait,

Dinas Perhubungan Kabupaten terkait, serta unit penyelenggara

pelabuhan Kabupaten terkait. Metode Penelitian Hukum yang

digunakan adalah dengan melakukan observasi, koordinasi dan

Pengambilan Data untuk memperoleh informasi terkait

pemanfatan dan fungsi kepelabuhanan di Kalimantan Barat.

Dari penelitian di lapangan dapat diambil kesimpulan

penelitian berupa:

Terdapat beberapa jenis Pelabuhan Yaitu :

a. Pelabuhan Utama

b. Pelabuhan Pengumpul dan

c. Pelabuhan Pengumpan

35
Pelabuhan Pengumpul dan Pengumpan Terbagi menjadi 2

(dua) antara lain:

Pelabuhan Pengumpul dan Pengumpan Regional yaitu

Pelabuhan antar Kabupaten 1 (satu) Provinsi.

Pelabuhan Pengumpul dan Pengumpan Lokal yaitu Pelabuhan

antar Kecamatan 1 (satu) Kabupaten.

Dari hasil koordinasi dan pengambilan data, dapat

diperoleh informasi antara lain :

Kabupaten Kayong Utara

Kabupaten Kayong Utara adalah hasil pemekaran daerah

dari Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat, yang

ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2007

tentang Pembentukan Kabupaten Kayong Utara di Provinsi

Kalimantan Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4682) pada tanggal 2 Januari 2007.

Luas wilayah Kabupaten Kayong Utara adalah 4.568,26

Km2. Luas wilayah ini relatif kecil jika dibandingkan dengan

wilayah Kabupaten/kota lain di Provinsi Kalimantan Barat.

36
Secara geografis, Kabupaten Kayong Utara berada pada sisi

Selatan Provinsi Kalimantan Barat yang terletak di antara 043

05,15 - 146 35,21 Lintang Selatan dan 10840 58,88 -

11024 30,05 Bujur Timur, dengan batas wilayah:

- sebelah utara, dengan Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten

Ketapang, dan Selat Karimata;


- sebelah timur, dengan Kabupaten Ketapang;
- sebelah selatan, dengan Selat Karimata dan Kabupaten

Ketapang; dan
- sebelah barat, dengan Selat Karimata.

Peta Wilayah Kabupaten Kayong Utara

37
Kabupaten Kayong Utara memiliki kondisi alam dengan

struktur geologi kompleks yang terbagi atas wilayah pesisir dan

kepulauan yang memiliki Taman Nasional Gunung Palong,

Suaka Alam Laut (SAL) Karimata dan Kawasan Hutan Lindung.

Secara administratif pemerintahan, Wilayah Kabupaten

Kayong Utara terbagi dalam 6 (enam) Kecamatan. Masing-

masing Kecamatan tersebut terbagi menjadi beberapa Desa dan

Dusun. Kecamatan Sukadana terdiri dari 10 (sepuluh) Desa

38
dan 33 (tiga puluh tiga) Dusun. Kecamatan Simpang Hilir

terdiri dari 12 (duia belas) Desa dan 55 (lima puluh lima)

Dusun. Kecamatan Teluk Batang terdiri dari 7 (tujuh) Desa dan

30 (tiga puluh) Dusun. Kecamatan Seponti terdiri dari 6 (enam)

Desa dan 24 (dua puluh empat) Dusun. Kecamatan Pulau Maya

terdiri dari 5 (lima) Desa dan 23 (dua puluh tiga) Dusun.

Kecamatan Kepulauan Karimata terdiri dari 3 (tiga) Desa serta

10 (sepuluh) Dusun.

Jumlah penduduk Kabupaten Kayong Utara pada tahun

2013 sebanyak 101.529 jiwa (51.581 jiwa berjenis kelamin laki-

laki dan 49.948 jiwa berjenis kelamin perempuan). Jika

dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Kayong Utara

yaitu 4.568,26 Km2, maka kepadatan penduduk yang hanya

sekitar 22 jiwa per km2 terhitung masih sedikit. Dari enam

kecamatan yang ada di Kabupaten Kayong Utara, kecamatan

dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan

Simpang Hilir, yaitu sekitar 30,2% dari total penduduk

Kabupaten Kayong Utara. Laju pertumbuhan penduduk di

Kabupaten Kayong Utara pada periode 1990-2000 sebesar

1,29% dan pada periode 2000-2010 laju pertumbuhan

39
penduduknya sebesar 1,94%. Jika dilihat menurut kecamatan

yang ada, maka laju pertumbuhan penduduk pada tahun

2000-2010 lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan

penduduk pada tahun 1990-2000. Dengan pertumbuhan

penduduk tertinggi terdapat pada Kecamatan Sukadana dan

Simpang Hilir (masing-masing 2,79% dan 3,61%).

Jumlah Penduduk Kabupaten Kayong Utara


Tahun 2013

Kecamatan Jumlah Penduduk


Pulau Maya 14,017
Sukadana 22.919
Simpang Hilir 30.708
Teluk Batang 20.151
Seponti 10.636
Kepulauan Karimata 3.098
Jumlah 101.529
Sumber: Kayong Utara Dalam Angka 2014.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kayong

Utara Nomor 10 Tahun 2014 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2013-2018,

dapat diketahui bahwa visi Kabupaten Kayong Utara Tahun

2013-2018 adalah:

"KAYONG UTARA MAJU "

40
Sebagai Kabupaten Unggulan dengan Sumberdaya Manusia

yang Berahklak Mulia Sehat, Cerdas, dan Sejahtera.

Makna yang terkandung dalam visi tersebut

dijabarkan sebagai berikut:

- Kayong Utara Maju: Mengandung makna bahwa

kabupaten Kayong Utara menjadi kabupaten unggulan

dengan sumber daya manusia yang berahlak mulia sehat

cerdas dan sejahtera.


- Kabupaten Unggulan: Mengandung makna bahwa dengan

letak geografis wilayah Kabupaten Kayong Utara dan

segala potensi sumber daya alamnya, dukungan sumber

daya manusia yang produktif, serta komitmen dan

inovasi kebijakan pemerintah kabupaten dapat

menjadikan kabupaten kayong utara sebagai daerah

unggul dari daerah lainnya.


- SDM Berakhlak Mulia: Mengandung makna bahwa

masyarakat Kayong Utara yang agamis merupakan modal

sosial utama dalam membangun mentalitas sumber daya

manusia yang tangguh dan berakhlak mulia. Untuk itu

pembinaan keagamaan dan pembangunan karakter

41
masyarakat secara berkelanjutan menjadi perhatian

serius pemerintah.
- SDM yang Sehat: Mengandung makna bahwa pemerintah

harus meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat

sehingga masyarakata Kabupaten Kayong Utara memiliki

kualitas dan mental yang baik dengan indikator memiliki

tingkat derajat kesehatan yang baik, yang ditandai

dengan angka harpan hidup yang tinggi.


- SDM yang Cerdas: Mengandung makna bahwa

pemerintah harus dapat memberi pelayanan pendidikan

yang berkualitas dengan menyediakan pendidikan bagi

warganya agar Kabupaten Kayong Utara memiliki Sumber

Daya Manusia yang cerdas dan memiliki daya saing

untuk dapat mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan

Kabupaten Kayong Utara.


- Kayong Utara Sejahtera: Mengandung makna bahwa

tujuan akhir dari pelaksanaan pembangunan di

Kabupaten Kayong Utara adalah untuk kesejahteraan

masyarakat. Tingkat kesejahteraan masyarakat akan

tercermin pada tingkat pendapatan masyarakat. Selain

memiliki indikator ekonomi yang baik, masyarakat yang

42
sejahtera adalah masyarakat yang dapat mengunakan

hak-haknya serta merasa aman, nyaman dan tentram.

Dalam rangka pencapaian visi yang telah ditetapkan

dengan tetap memperhatikan kondisi dan permasalahan

yang ada, tantangan ke depan, serta memperhitungkan

peluang yang dimiliki, maka ditetapkan 5 (lima) misi

Kabupaten Kayong Utara sebagai berikut:

- Misi Pertama, Menjadikan Kabupaten Kayong Utara

Sebagai Pintu Gerbang Utama Perekonomian di Provinsi

Kalimantan Barat.
- Misi Kedua, Membangun Sumber Daya Manusia

Kabupaten Kayong Utara yang Berakhlak Mulia, Sehat,

Cerdas, dan Sejahtera.


- Misi Ketiga, Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat

dengan memperkuat Ekonomi Kerakyatan yang Berbasis

Pertanian dan Perikanan.


- Misi Keempat, Melaksanakan Pembangunan

Berkelanjutan yang Menjamin Kelestarian Lingkungan

dan Keadilan Sosial.


- Misi Kelima, Menyelenggarakan Pemerintahan yang Tegas,

Terbuka, Bersih, dan Efektif Melayani Masyarakat.

43
1. Pada Kabupaten Kayong Utara terdapat 4 (empat)

Pelabuhan yang berstatus Pelabuhan Nasional.

2. Pelabuhan tersebut belum dikelola oleh Pemerintah

Pusat

3. DPRD dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kayong

Utara telah melakukan koordinasi dengan

Pemerintah Pusat tentang Pengelolaan Pelabuhan di

Kabupaten Kayong Utara

4. DPRD dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kayong

Utara diberi kewenangan secara lisan oleh

Pemerintah Pusat untuk mengelola Pelabuhan

tersebut.

5. Tanggung jawab Pemerintah Daerah terhadap

pengelolaan Pelabuhan di Kabupaten Kayong Utara

belum jelas

6. Terhadap Pelabuhan berstatus Nasional yang belum

dikelola Pemerintah Pusat tersebut, DPRD dan

Pemerintah Daerah Kabupaten Kayong Utara

berinisiatif untuk mengelola Pelabuhan tersebut

44
sehingga memberikan manfaat secara langsung

maupun tidak langsung di Kabupaten Kayong Utara.

Kabupaten Ketapang

Kabupaten Ketapang merupakan salah satu Kabupaten yang

berada di Propinsi Kalimantan Barat, terletak di antara garis 0

19 00 - 3 05 00 Lintang Selatan dan 108 42 00 - 111 16 00

Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Ketapang di sebelah utara

berbatasan dengan Kabupaten Pontianak dan Kabupaten

Sanggau, sebelah timur berbatasan dengan Propinsi

Kalimantan Tengah dan Kabupaten Sintang sedangkan sebelah

barat berbatasan dengan Selat Karimata dan sebelah selatan

berbatasan dengan Laut Jawa. Daerah Kabupaten ketapang

mempunyai luas wilayah 35.809 Km ( 3.580.900 Ha) yang

terdiri dari 33.209 Km wilayah daratan dan 2.600 Km wilayah

perairan serta memiliki lima belas Kecamatan.

Sektor Kalautan dan Perikanan di Kabupaten Ketapang

memiliki peran yang cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan

adanya kontribusi sektor perikanan terhadap peningkatan

PDRB Kabupaten Ketapang.

45
Lokasi pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten

Ketapang berbasis pada 9 TPI/PPI dan desa nelayan yang

potensial meliputi : Kec. Kendawangan, Matan Hilir Selatan,

Matan Hilir Utara, berpusat di PPI Ketapang, Kec. Pulau Maya

Karimata berpusat di PPI Dusun Besar, sedangkan Kec.

Sukadana, Simpang Hilir dan Teluk Batang berpusat di

Pelabuhan Perikanan Teluk Batang. Jenis Komoditas yang

dikembangkan antara lain Udang, Udang Windu, Kakap Merah,

Kerapu, Kakap Putih, Tenggiri, Bawal, Tongkol, Rajungan.

Udang Galah, Ikan Mas dan Nila Merah, Pabrik Es, Cold

Storage dan Dok Kapal Ikan. Potensi Sumber Daya Hutan yang

terdapat di Kabupaten Ketapang masih merupakan primadona

dalam pertumbuhan ekonomi daerah.

Oleh karena itu agar pembangunan hutan dapat terus berlanjut

dan pemerataan didalam pengelolaan kawasan hutan dapat

dirasakan oleh masyarakat maka didalam pengelolaannya perlu

dilakukan Pembinaan, pengawasan serta pengembangan aneka

usaha kehutanan baik kayu maupun non kayu. Hutan

Ketapang antara lain menghasilkan kayu bulat, rotan, kulit

kayu, dan damar.Di sektor pariwisata, Kabupaten Ketapang

46
memiliki beberapa potensi wisata di antaranya Kepulauan

Karimata, yang memiliki keanekaragaman ekosistem baik

ekosistem darat maupun ekosistem laut, termasuk berbagai

variasi terumbu karang dan ikan hias laut. Akibat terpisahnya

kepulauan Karimata dengan pulau Kalimantan, maka beberapa

jenis flora dan faunanya tergolong endemik yang cukup unik di

kepulauan ini.

Tim Penelitian Hukum Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan Ham Kalimantan Barat melakukan kegiatan Penelitian

Hukum di Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang

yang menjadi sasaran dalam kegiatan Penelitian Hukum ini

adalah Bagian Hukum Sekretariat Daerah dan Dinas

Perhubungan Kabupaten Kayong Utara serta Bagian Hukum

Sekretariat Daerah dan Dinas Perhubungan Kabupaten

Ketapang. Metode Penelitian Hukum yang digunakan adalah

dengan melakukan koordinasi dan Pengambilan Data untuk

memperoleh informasi terkait Urgensi Badan Usaha

Kepelabuhanan di Kalimantan Barat, dari hasil penelitian,

dapat disimpulkan hasil penelitiannya berupa:

47
Pada Kabupaten Ketapang terdapat 2 (dua) Pelabuhan yang

berstatus Nasional yaitu :

a. Pelabuhan Gusti Musri Saunan Dengan status sebagai

Pelabuhan Pengumpul;
b. Pelabuhan Kendawangan dan Suka Bangun dengan

status bongkar jauh dan


c. 2 (dua) Terminal/Dermaga Khusus Untuk Kepentingan

Sendiri (TUKS) yaitu Sinar Mas mempunyai 2 (dua)

Terminal/Dermaga dan Kargil Mempunyai 2 (dua)

Terminal/Demaga

1. Tim Penelitian Hukum melakukan Koordinasi dan

Pengambilan Data di Pelabuhan Suka Bangun Kabupaten

Ketapang.

2. Pelabuhan Suka Bangun Kabupaten Ketapang

mempunyai Status Pelabuhan Nasional yang dikelola oleh

BUMN dalam Hal ini PT. Pelindo II.

3. Pengelolaan Pelabuhan Suka Bangun Kabupaten

Ketapang telah dilakukan dengan baik oleh PT. Pelindo II

yang dikoordinasikan dengan Dirjen Perhubungan Laut

Kementerian Perhubungan.

48
4. Tim Penelitian Hukum memperoleh informasi bahwa

Pelabuhan yang berstatus Nasional dapat melakukan

kerjasama atau dikelola oleh Pemerintah Daerah

5. Terkait kerjasama dengan Pemerintah Daerah sedang

dalam proses penyusunan DLKP (Daerah Lingkungan

Kerja Pelabuhan) dan DLKR (Daerah Lingkungan Kerja

Regional).

Kabupaten Sambas

Kabupaten Sambas adalah salah satu kabupaten di Provinsi

Kalimantan Barat. Kabupaten Sambas memiliki luas wilayah

6.395,70 km atau 639.570 ha (4,36% dari luas wilayah

Provinsi Kalimantan Barat), merupakan Kabupaten yang

terletak pada bagian pantai barat paling utara dari wilayah

Provinsi Kalimantan Barat. Panjang pantai 198,75 km dan

panjang perbatasan negara 97 km

Kabupaten Sambas terletak di antara 123 LU dan

10839BT dengan batas-batas wilayah administratif sebagai

berikut:

Utara: Serawak, Malaysia Timur;

49
Selatan : Kota Singkawang;

Barat : Selat Karimata, Laut Cians Selatan;

Timur : Kabupaten Bengkayang.

Dilihat dari tekstur tanahnya, maka sebagian besar daerah

Kabupaten Sambas terdiri dari tanah alluvial yang meliputi

areal sebesar 230,63 ribu hektar atau sekitar 36,06 persen

dari luas daerah yang 0,64 juta hektar. Selanjutnya tanah

posolid merah kuning sekitar 157,32 ribu hektar atau 23,60

persen yang terhampar hampir di seluruh kecamatan.

Bila melihat PDRB Kabupaten Sambas atas dasar harga

berlaku meningkat sebesar 13,18 persen dari 7553,50 miliar

rupiah pada tahun 2012 menjadi 8548,75 miliar rupiah

pada tahun 2013. Hal ini disebabkan meningkatnya nilai

tambah di semua sekor. Sementara itu, PDRB atas dasar

harga konstans 2000 pada tahun 2012 mencapai 3284,5

milliar rupiah, kemudian meningkat menjadi 3481,22 milliar

rupiah pada tahun 2013 atau naik sekitar 5,99 persen.

Untuk lebih meningkatkan lanjut pertumbuhan ekonomi

dan sekaligus mewujudkan pemerataan pendapatan, perlu

50
adanya peningkatan mutu sumber daya manusianya yang

diikuti pengendalian jumlah penduduk serta peningkatan

infrastruktur. Keterpaduan antara program pemerintah

dengan peran swasta dan masyarakat perlu diperhatikan

guna menyelaraskan langkah dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi.

Tim Penelitian Hukum Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan Ham Kalimantan Barat melakukan kegiatan Penelitian

Hukum di Kabupaten Sambas yang menjadi sasaran dalam

kegiatan Penelitian Hukum ini adalah Bagian Hukum

Sekretariat Daerah, Dinas Perhubungan Kabupaten Sambas

serta Syahbandar pelabuhan shintete. Metode Penelitian

Hukum yang digunakan adalah dengan melakukan

koordinasi dan Pengambilan Data untuk memperoleh

informasi terkait Urgensi Badan Usaha Kepelabuhanan di

Kalimantan Barat.

Pada Kabupaten Sambas Dari hasil koordinasi dan

pengambilan data, dapat diperoleh informasi antara lain :

1. Pada Kabupaten Sambas terdapat Sintete

merupakan pelabuhan utama.

51
2. Pada pelabuhan Sintete telah ada BUP yaitu PT

Pelindo II, namun PT Pelindo II sama sekali tidak

berinvestasi di pelabuhan shintete.

3. Selain sintete terdapat beberapa Terminal khusus

Kepentingan Sendiri.

4. Syahbandar pelabuhan sintete memiliki wilayah

kerja di Kabupaten Sambas dan Kota Singkawang.

5. Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas sangat

bersifat pasif terhadap perkembangan kepelabuhan

di kabupaten Sambas

6. Berbeda dengan Kabupaten Sambas, Kota

Singkawang sangat proaktif untuk mengelola

pelabuhan sendiri, namun terkendala dengan

perizinan dan keberadaan PT Pelindo II dimana

Pemerintah Kota Singkawang tidak dapat mengelola

pelabuhan sendiri jika masih ada PT Pelindo II yang

beroperasi di wilayah Pelabuhan Shintete.

7. PT Pelindo II menginginkan agar Pemerintah Kota

Singkawang dalam pengelolaan pelabuhan agar

berinvenstasi kepada PT Pelindo II.

52
8. Dinas Perhubungan, Komunikasai dan Informatika

Kabupaten Sambas bertindak pasif karena

kewenangan Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan

Informatika Kabupaten Sambas tidak ada dalam

urusan kepelabuhan.

9. Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas tidak

memiliki anggaran yang cukup untuk membangun

pelabuhan, sehingga dalam hal ini Pemerintah

Daerah Kabupaten Sambas menunggu Pemerintah

Pusat untuk membangun pelabuhan di Kabupaten

Sambas, dengan harapan setelah pelabuhan tersebut

telah dibangun, dan telah diserah terimakan ke

Pemerintah Daerah, baru Pemerintah Daerah akan

mengelola pelabuhan tersebut, namun untuk saat

ini memang kemampuan Pemerintah Daerah dalam

anggaran belum mampu untuk mengelola dan

merawat pelabuhan.

Kabupaten Sintang

Kabupaten Sintang adalah salah satu daerah otonom tingkat

II di bawah provinsi Kalimantan Barat. Ibu kota kabupaten

53
ini terletak di Kota Sintang. Kabupaten ini memiliki luas

wilayah 21.635 km dan berpenduduk sebesar 365.000

jiwa. Kepadatan penduduk 16 jiwa/km2 yang terdiri dari

multietnis dengan mayoritas suku Dayak dan Melayu.

Daerah Pemerintahan Kabupaten Sintang, pada tahun 2005,

terbagi menjadi 14 kecamatan, 6 kelurahan, dan 183 desa.

Kecamatan terluas adalah Kecamatan Ambalau dengan luas

29,52 persen dari total luas wilayah Kabupaten Sintang,

sedangkan luas masingmasing kecamatan lainnya hanya

berkisar 129 persen dari luas Kabupaten Sintang. Secara

umum Kabupaten Sintang luasnya hampir menyamai luas

Provinsi Sumatera Utara.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Sintang merupakan

perbukitan dengan luas sekitar 22.392 km2 atau sekitar

69,37 persen dari luas Kabupaten Sintang (32.279 km2).

Kabupaten Sintang merupakan kabupaten terbesar ke-dua

di Provinsi Kalimantan Barat, setelah Kabupaten Ketapang.

Wilayah ini berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia.

Mata pencaharian utama masyarakat di kawasan ini adalah

petani sawit dan karet.

54
Tim Penelitian Hukum Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Kalimantan Barat melakukan kegiatan Penelitian

Hukum di Kabupaten Sintang yang menjadi sasaran dalam

kegiatan Penelitian Hukum ini adalah Bagian Hukum

Sekretariat Daerah dan Dinas Perhubungan Kabupaten

Sintang. Metode Penelitian Hukum yang digunakan adalah

dengan melakukan koordinasi dan Pengambilan Data untuk

memperoleh informasi terkait Urgensi Badan Usaha

Kepelabuhanan di Kalimantan Barat.

1 Pada Kabupaten Sintang terdapat 2 (dua) Pelabuhan

yaitu Pelabuhan Darat dan Pelabuhan Udara.

a Pelabuhan Darat terdiri dari:

- Pelabuhan Sungai Ringin, terdapat gudang

pembangkit listrik tenaga uap sudah 60%

proses pembangunannya;

- Pelabuhan Sintang;

- Pelabuhan Serawai di Kecamatan Merawai.

- Pelabuhan Sungai Durian.

b Pelabuhan Udara di Kabupaten Sintang bernama

Tebelian Airport yang sedang dalam proses

55
pengerjaan sudah 78%, sedangkan landasan pacu

nya 1,5 Km dari target 3,3 Km.

2 Salah satu kendala yang membuat Pelabuhan Sungai

Ringin belum bisa operasional saat ini adalah kondisi

jalan masuk menuju pelabuhan yang masih belum

bagus.

3 Secara umum kebutuhan bangunan untuk

operasional pelabuhan sudah memadai, namun

masih harus didukung oleh beberapa fasilitas lainnya

terutama untuk bongkar muat barang.

4 Pelabuhan yang sudah dibangun dengan dana yang

tidak sedikit ini bisa segera berfungsi untuk

mendukung perkembangan perekonomian daerah.

5 Sintang di harapkan menjadi sentra pembangunan

di wilayah timur Kalbar apalagi Sintang akan jadi

ibukota Provinsi Kapuas Raya sehingga sejumlah

sarana pendukung juga harus disiapkan sejak awal.

6 Selain pelabuhan Sungai Ringin, saat ini pemerintrah

kabupaten Sintang juga sedang menyiapkan

pembangunan bandara baru berskala besar di

56
Kecamatan Sungai Tebelian dan juga rumah sakit

rujukan bagi kawasan timur Kalbar.

7 Sebagai calon provinsi baru tentunya semua sarana

pendukung ini harus disiapkan sehinga ketika

provinsi ini jadi, kita tinggal melengkapi sarana

pendukung yang sudah ada dan menambah sarana

yang baru.

Ada beberapa peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan masalah pengelolaan pelabuhan, di antaranya UU

Nomor 21 Tahun1992 tentang Pelayaran. Undang Undang

Nomor 23 Tahun 2013 tentang Pemerintahan Daerah,

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang

Kepelabuhanan,serta Undang Undang Nomor 31 Tahun

2004 tentang Perikanan.


Di antara peraturan perundang-undangan tersebut di atas,

yang mengatur masalah pengelolaan pelabuhan secara

khusus adalah Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009

tentang Kepelabuhan, sedangkan peraturan perundang-

undangan yang lain tidak mengatur baik secara eksplisit.

Dalam Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 61Tahun 2009

tentang Kepelabuhan disebutkan bahwa pengelolaan

57
pelabuhannasional, internasional dan hub port (pengumpul)

diserahkan kepada BUMN, dalam hal ini PT. Pelabuhan

Indonesia (Pelindo). Namun demikian, di sisi lain Undang

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah mengisyaratkan adanya pelimpahan wewenang dari

pemerintahan pusat kepada pemerintahan daerah

diantaranya:
1. Penerbitan izin usaha angkutan laut bagi badan usaha

yang berdomisili dalam daerah kabupaten/kota dan

beroperasi pada lintas pelabuhan di daerah

kabupaten/kota.
2. Penerbitan izin usaha angkutan laut pelayaran rakyat

bagi orang perorangan atau badan usaha yang

berdomisili dan yang beroperasi pada lintas pelabuhan

dalam daerah kabupaten/kota.


3. Penerbitan izin usaha penyelenggaraan angkutan sungai

dan danau sesuai dengan domisili orang perseorangan

warga negara atau badan usaha.


4. Penerbitan izin trayek penyelenggaraan angkutan sungai

dan danau untuk kapal yang melayani trayek dalam

daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.


5. Penetapan lintas penyeberangan dan persetujuan

pengoperasian kapal dalam daerah kabupaten/kota yang

58
terletak pada jaringan jalan kabupaten/kota dan atau

jaringan jalur kereta api kabupaten/kota.


6. Penetapan lintas penyeberangan dan persetujuan

pengoperasian untuk kapal yang melayani penyebrangan

dalam daerah kabupaten/kota.


7. Penerbitan izin usaha jasa terkait dengan perawatan dan

perbaikan kapal.
8. Penetapan tarif angkutan penyebrangan penumpang

kelas ekonomi dan kendaraan beserta muatanya pada

lintas penyebrangan dalam daerah kabupaten/kota


9. Penetapan rencana induk dan DLKR/DLKP pelabuhan

pengumpan lokal.
10. Penetapan rencana induk dan DLKR/DLKP untuk

pelabuhan sungai dan danau.


11. Pembangunan, penerbitan izin pembangunan dan

pengoperasian pelabuhan pengumpan lokal.


12. Pembangunan dan penerbitan izin pembangunan dan

pengoperasian pelabuhan sungai dan danau.


13. Penerbitan izin usah badan usaha pelabuhan di

pelabuhan pengumpul lokal.


14. Penerbitan izin pengembangan pelabuhan untuk

pelabuhan pengumpan lokal.


15. Penerbitan izin pengoperasian pelabuhan selama 24 jam

untuk pelabuhan pengumapan lokal


16. Penerbitan izin pekerjaan pengerukan di wilayah perairan

pelabuhan pengumpan lokal.

59
17. Penerbitan izin pengelolaan Terminal untuk kepentingan

Sendiri (TUKS) di dalam DLKR/DLKP pelabuhan

pengumpan lokal.

Dari kewenangan yang terdapat dalam lampiran II UU Nomor

23 Tahun 2014 tersebut, pemerintah daerah dalam Pasal

115 UU Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran juga diberi

tugas dan kewenangan antara lain:


1. Mendorong pengembangan kawasan perdagangan,

kawasan industri, dan pusat kegiatan perekonomian

lainya;
2. Mengawasi terjaminnya kelestarian lingkungan hidup di

pelabuhan;
3. Ikut menjamin keselamatan dan keamanan pelabuhan;
4. Menyediakan dan memelihara infrastruktur yang

menghubungkan pelabuhan dengan kawasan

perdagangan, kawasan industri, dan pusat kegiatan

perekonomian lainnya.
Kemudian dalam Pasal 24 UU Nomor 17 tahun 2008 tentang

Pelayaran, Pemerintah Daerah juga diberi kewenangan

dalam hal pelaksanaan angkutan di perairan untuk daerah

masih tertinggal dan/atau wilayah terpencil.


Sedangkan dalam PP Nomor 61 Tahun 2009 juga diberi

kewenangan antara lain:

60
1. Pemberian rekomendasi oleh Gubernur, Bupati/Walikota

dalam permohonan penetapan lokasi pelabuhan (Pasal 18

PP Nomor 61 Tahun 2009); dan


2. Menyelenggarakan sistem informasi pelabuhan sesuai

dengan kewenangannya;
3. Pengelolaan terminal khusus (Pasal 113 PP Nomor 61

Tahun 2009);
4. Penyelenggaraan pelabuhan laut serta pelabuhan sungai

dan danau yang digunakan untuk melayani angkutan

penyebrangan yang belum diusahakan secara komerial

(Pasal 163 ayat 2 PP Nomor 61 Tahun 2009).

BAB IV
ANALISA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

1. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945
Dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945

dijelaskan bahwa negara melalui pemerintah (baik

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah)

berkewajiban untuk memberikan kesejahteraan bagi

seluruh masyarakat.

61
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu

Pemerintah NegaraIndonesia yang melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruhtumpah darah Indonesia

dan untuk memajukan kesejahteraanumum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakanketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dankeadilan sosial,

maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesiaitu

dalam suatu Undang Undang Dasar Negara Indonesia,

yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik

Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan

berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha

Esa,Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan

Indonesia dan Kerakyatanyang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam Permusyawatan/Perwakilan, serta

dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia.6
Kemudian daripada itu, salah satu hal yang dapat

dilakukanpemerintah untuk memajukan kesejahteraan

bagi masyarakat adalahdengan pembangunan pelabuhan,

6Pembukaan Undang Undang Dasar 1945, Alenia Ke IV

62
dimana pelabuhan bagi masyarakatIndonesia memiliki

peran penting, selain disebabkan karena

Indonesiasebagai negara kepulauan, pelabuhan sebagai

penunjang mobilitas barangdan manusia di negeri ini.

Hal lain yang tak terpisahkan dengankeberadaan

pelabuhan tersebut adalah terkait peningkatan

PendapatanAsli Daerah (PAD) dari sektor pelabuhan yang

tentunya peningkatan PAD akan secara langsung

berpengaruh terhadap peningkatan taraf

hidupmasyarakat menuju cita-cita bangsa yakni

memberikan kesejahteraanbagi masyarakat.Namun

demikian berbagai keuntungan yang dapat diperoleh

dengankeberadaan pelabuhan tidak dapat dipisahkan

dengan sistem pengelolaanpelabuhan secara baik dan

layak, misalnya penyediaan fasilitas pelabuhanyang

memadai, sistem administrasi yang baik dan efisien,

kawasanpelabuhan yang layak dan memenuhi standar,

dan lain-lain. Sehinggadengan demikian makna

kesejahteraan bagi masyarakat yang dilahirkanoleh

63
keberadaan pelabuhan harus dimulai dengan pengelolaan

pelabuhansecara baik dan layak.

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah
Sesuai amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun1945, pemerintah daerah berwenang

untuk mengatur dan mengurussendiri urusan

pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah

diarahkan untuk mempercepat terwujudnya

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.

Disamping itu melalui otonomi luas, daerah diharapkan

mampu meningkatkan daya saingdengan memperhatikan

prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan

dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman

daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Pasal 360 ayat (1) Undang Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan

bahwa pemerintahan dapat menetapkan kewenangan

64
khusus dalam wilayah provinsi dan atau

kabupaten/kota, sedangkan pada ayat (2) disebutkan

bahwa kewenangan khusus ini meliputi perdagangan

bebas dan atau pelabuhan bebas ditetapkan dengan

Undang-undang. Kemudian pada ayat (3), dalam

pembentukan kawasan khusus tersebut, pemerintah

pusat melibatkan pemerintah daerah. Artinya, pasal ini

mengamanatkanadanya UU khusus yang mengatur

masalah perdagangan bebas danatau pelabuhan bebas.


Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan

efisiensi dan efektivitaspenyelenggaraan otonomi daerah,

perlu memperhatikan hubungan antar susunan

pemerintahan dan antar pemerintahan daerah,

potensidan keanekaragaman daerah. Aspek hubungan

wewenang memperhatikan kekhususan dan keragaman

daerah dalam sistem Negara KesatuanRepublik

Indonesia. Aspek hubungan keuangan, pelayanan umum,

pemanfaatansumber daya alam dan sumber daya lainnya

dilaksanakan secara adil dan selaras. Disamping itu,

perlu diperhatikan pula peluang dan tantangan dalam

persaingan global dengan memanfaatkan perkembangan

65
ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar mampu

menjalankan perannya tersebut, daerah diberikan

kewenangan yang seluas-luasnya disertai dengan

pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi

daerahdalam kesatuan sistem penyelenggaraan

pemerintahan negara. Prinsip otonomi daerah

menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti

daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur

semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi

urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-

Undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat

kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan

peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat

yang bertujuan padapeningkatan kesejahteraan rakyat.

Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakanpula

prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab.


Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk

menangani urusan pemerintahan dilaksanakan

berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang

senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh,

hidupdan berkembang sesuai dengan potensi dan

66
kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi

bagi setiap daerah tidak selalu samadengan daerah

lainnya. Adapun yang dimaksud dengan otonomi

yangbertanggungjawab adalah otonomi yang dalam

penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan

tujuan dan maksud pemberian otonomi,yang pada

dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan

bagian utama dari tujuannasional.


Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi

daerah harus selaluberorientasi pada peningkatan

kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan

kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam

masyarakat.
Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah juga harus

menjamin keserasian hubungan antara Daerah dengan

Daerah lainnya, artinyamampu membangun kerjasama

antar Daerah untuk meningkatkan kesejahteraan

bersama dan mencegah ketimpangan antar Daerah. Hal

yang tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga

harus mampu menjamin hubungan yang serasi antar

67
Daerah dengan Pemerintah, artinya harus mampu

memelihara dan menjaga keutuhan wilayah Negara dan

tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia

dalam rangka mewujudkan tujuan negara.


Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan

tujuan yanghendak dicapai, Pemerintah wajib melakukan

pembinaan yang berupa pemberian pedoman seperti

dalam penelitian, pengembangan, perencanaandan

pengawasan. Disamping itu diberikan pula standar,

arahan,bimbingan, pelatihan, supervisi, pengendalian,

koordinasi, pemantauan,dan evaluasi. Bersamaan itu

Pemerintah wajib memberikan fasilitasi yang berupa

pemberian peluang kemudahan, bantuan, dan dorongan

kepadadaerah agar dalam melaksanakan otonomi dapat

dilakukan secaraefisien dan efektif sesuai dengan

peraturan perundang-undangan penyelenggaraan

desentralisasi mensyaratkan pembagian urusan

pemerintahan antara Pemerintah dengan daerah otonom.

Pembagian urusan pemerintahantersebut didasarkan

pada pemikiran bahwa selalu terdapat berbagai urusan

pemerintahan yang sepenuhnya/tetap menjadi

68
kewenanganPemerintah. Urusan pemerintahan tersebut

menyangkut terjaminnya kelangsungan hidup bangsa

dan negara secara keseluruhan.


Urusan pemerintahan dimaksud meliputi: politik luar

negeri dalam arti mengangkat pejabat diplomatik dan

menunjuk warga negara untuk duduk dalam jabatan

lembaga internasional, menetapkan kebijakan luar

negeri, melakukan perjanjian dengan negara lain,

menetapkan kebijakan perdagangan luar negeri, dan

sebagainya; pertahanan misalnya mendirikan dan

membentuk angkatan bersenjata, menyatakan damai dan

perang, menyatakan negara atau sebagian wilayah negara

dalam keadaan bahaya, membangun dan

mengembangkan sistem pertahanan negara dan

persenjataan, menetapkan kebijakan untuk wajib militer,

bela negarabagi setiap warga negara dan sebagainya;

keamanan misalnya mendirikan dan membentuk

kepolisian negara, menetapkan kebijakan keamanan

nasional, menindak setiap orang yang melanggar hukum

negara, menindak kelompok atau organisasi yang

kegiatannya mengganggu keamanan negara dan

69
sebagainya; moneter misalnya mencetak uang

danmenentukan nilai mata uang, menetapkan kebijakan

moneter, mengendalikan peredaran uang dan sebagainya;

yustisi misalnya mendirikan lembaga peradilan,

mengangkat hakim dan jaksa, mendirikan lembaga

pemasyarakatan, menetapkan kebijakan kehakiman dan

keimigrasian, memberikan grasi, amnesti, abolisi,

membentuk undang-undang, Peraturan Pemerintah

pengganti undang-undang, Peraturan Pemerintah, dan

peraturan lain yang berskala nasional, dan lain

sebagainya; dan agama, misalnya menetapkan hari libur

keagamaan yang berlaku secara nasional,memberikan

pengakuan terhadap keberadaan suatu agama,

menetapkan kebijakan dalam penyelenggaraan kehidupan

keagamaan dan sebagainya;dan bagian tertentu urusan

pemerintah lainnya yang berskalanasional, tidak

diserahkan kepada daerah.


Di samping itu terdapat bagian urusan pemerintah yang

bersifat konkuren artinya urusan pemerintahan yang

penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat

dilaksanakan bersama antara Pemerintah danpemerintah

70
daerah. Dengan demikian setiap urusan yang bersifat

konkurrent senantiasa ada bagian urusan yang menjadi

kewenangan Pemerintah,ada bagian urusan yang

diserahkan kepada Provinsi, dan ada bagian urusan yang

diserahkan kepada Kabupaten/Kota.


Untuk mewujudkan pembagian kewenangan yang

konkuren secara proporsional antara Pemerintah, Daerah

Provinsi, Daerah Kabupaten dan Kota maka disusunlah

kriteria yang meliputi: eksternalitas, akuntabilitas,dan

efisiensi dengan mempertimbangkan keserasian

hubungan pengelolaan urusan pemerintahan antar

tingkat pemerintahan. Urusan yang menjadi kewenangan

daerah, meliputi urusan wajib dan urusan pilihan.

Urusan pemerintahan wajib adalah suatu urusan

pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar

seperti pendidikan dasar,kesehatan, pemenuhan

kebutuhan hidup minimal, prasarana lingkungan dasar;

sedangkan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan

terkait erat dengan potensi unggulan dan kekhasan

daerah. Potensi unggulan dan kekhasan daerah diukur

dari dayaguna dan hasil guna yang dikaitkan dengan

71
manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dan besar

kecilnya resiko yang harus dihadapi. Sedangkan yang

dimaksud dengan keserasian hubungan yakni bahwa

pengelolaan bagian urusan pemerintah yang dikerjakan

oleh tingkat pemerintahan yang berbeda, bersifat saling

berhubungan (inter-koneksi), saling tergantung

(interdependensi), dan saling mendukung sebagai satu

kesatuan sistem dengan memperhatikan cakupan

kemanfaatan. Kaitannya dengan keberadaan pelabuhan

di Provinsi Kalimantan Barat, selain sebagai negara

kepulauan, pelabuhan menjadi kebutuhan bagi

masyarakat dan pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi

Kalimantan Barat. Bagi masyarakat Kabupaten/Kota di

Provinsi Kalimantan Barat selain sebagai jalur

transportasi, pelabuhan juga menjadi sarana pendukung

peningkatan ekonomi masyarakat, sedangkan

bagipemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan

Barat keberadaan pelabuhan menjadi sarana pendukung

terealisasinya visi misi untuk menjadikan

Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat

72
sebagaikota metropolitan berbasis industri, perdagangan

dan jasa yang maju.

3. Undang Undang 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4849)


Awalnya pengaturan tentang pelayaran di Indonesia

diatur di dalamKitab Undang Undang Hukum Dagang

(KUHD) peninggalan Hindia Belanda,namun hal tersebut

tidaklah diimbangi oleh perkembangan kerangka

pengaturan hukum dagang di Indonesia. KUHD sebagai

peninggalan zaman Hindia Belanda sudah jauh tertinggal

dan mengalami kegagapan untuk menjawab kebutuhan

hukum perdagangan terkini. Banyak pengaturan materi

hukum dagang yang masih berlaku sekarang yang tidak

lagidapat memenuhi kebutuhan praktek dalam negeri

maupun luar negeri.Selain itu, beberapa pengaturan lain

belum lengkap, walaupun sudah diaturdi dalam KUHD

maupun diluar KUHD. Peraturan-peraturan tersebut

perludiperbaharui tetapi pembaharuan yang bagaimana

73
yang kita kehendaki, supayadapat menunjang

pembangunan nasional.7Dalam upaya mewujudkan

negara yang maju dan mandiri serta masyarakat adil dan

makmur, Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan

dan sekaligus peluang memasuki millenium ke-3 yang

dicirikanoleh proses transformasi global yang bertumpu

pada perdagangan bebasdan kemajuan Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi (IPTEK). Sementara itu, di sisi lain

tantangan yang paling fundamental adalah bagaimana

untuk keluar dari krisis ekonomi yang menghantam

bangsa Indonesiasejak tahun 1997 dan mempersiapkan

perekonomian nasional dalam percaturan global abad 21.

Dalam rangka, menjawab tantangan dan pemanfaatan

peluang tersebut, diperlukan peningkatan efisiensi

ekonomi, pengembangan teknologi, produktivitas tenaga

kerja dalam peningkatankontribusi yang signifikan dari

setiap sektor pembangunan.Bidang kelautan yang

didefinisikan sebagai sektor perikanan, pariwisata

bahari, pertambangan laut, industri maritim,

7 Pangaribuan, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian


Hukum dan HAM RI, 1984

74
perhubungan laut, bangunan kelautan, dan jasa

kelautan, merupakan andalan dalam menjawabtantangan

dan peluang tersebut. Pernyataan tersebut didasari

bahwa potensi sumber daya kelautan yang besar yakni

75% wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

adalah laut dan selama ini telah memberikan sumbangan

yang sangat berarti bagi keberhasilan pembangunan

nasional. Sumbangan yang sangat berarti dari sumber

daya kelautantersebut, antara lain berupa penyediaan

bahan kebutuhan dasar, peningkatan pendapatan

masyarakat, kesempatan kerja, perolehan devisadan

pembangunan daerah. Dengan potensi wilayah laut yang

sangatluas dan sumber daya alam serta sumber daya

manusia yang dimilikiIndonesia, kelautan sesungguhnya

memiliki keunggulan koparatif, keunggulan kooperatif

dan keunggulan kompetitif untuk menjadi sektor

unggulan dalam kiprah pembangunan nasional di masa

depan. Sehingga pengaturan tentang pelayaran

merupakan hal yang wajib, selain itu Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang

75
merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 21 Tahun

1992 tentang Pelayaran, dimaksudkan antara lain untuk

mendorong terciptanya persaingan usaha yang lebih

sehat, karena undang-undang ini membawa perubahan

baru yaitu mengakhiri monopoli PT. Pelabuhan Indonesia

(Pelindo), dengan memisahkan antara fungsi regulator

dan operator yang selamaini dipegang oleh PT. Pelindo.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran

NegaraRepublik Indonesia Nomor 4737)


Penyelenggaraan desentralisasi mensyaratkan pembagian

urusan pemerintahan antara Pemerintah dengan

pemerintahan daerah. Urusan pemerintahan terdiri dari

urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi

kewenangan Pemerintah dan urusan pemerintahan yang

dikelola secara bersama antar tingkatan dan susunan

pemerintahan atau konkuren. Urusan pemerintahan

yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah

76
adalahurusan dalam bidang politik luar negeri,

pertahanan, keamanan, moneter dan fiskal nasional,

yustisi, dan agama. Urusan pemerintahan yang dapat

dikelolasecara bersama antar tingkatan dan susunan

pemerintahan atau konkuren adalah urusan-urusan

pemerintahan selain urusan pemerintahan yang

sepenuhnya menjadi urusan Pemerintah.Dengan

demikian dalam setiap bidang urusan pemerintahan

yangbersifat konkuren senantiasa terdapat bagian

urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah,

pemerintahan daerah provinsi, dan pemerintahan daerah

kabupaten/kota. Untuk mewujudkan pembagian urusan

pemerintahan yang bersifat konkuren tersebut secara

proporsional antaraPemerintah, pemerintahan daerah

provinsi dan pemerintahan daerahkabupaten/kota maka

ditetapkan kriteria pembagian urusan pemerintahan

yang meliputi eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi.

Penggunaan ketigakriteria tersebut diterapkan secara

kumulatif sebagai satu kesatuan dengan

77
mempertimbangkan keserasian dan keadilan hubungan

antar tingkatan dan susunan pemerintahan.


Penyelenggaraan desentralisasi mensyaratkan pembagian

urusan pemerintahan antara Pemerintah dengan

pemerintahan daerah. Urusan pemerintahan terdiri dari

urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi

kewenangan Pemerintah dan urusan pemerintahan yang

dikelola secara bersama antar tingkatan dan susunan

pemerintahan atau konkuren. Urusan pemerintahan

yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah

adalahurusan dalam bidang politik luar negeri,

pertahanan, keamanan, moneter dan fiskal nasional,

yustisi, dan agama. Urusan pemerintahan yang dapat

dikelola secara bersama antar tingkatan dan susunan

pemerintahan atau konkurenadalah urusan-urusan

pemerintahan selain urusan pemerintahan yang

sepenuhnya menjadi urusan Pemerintah.


Dengan demikian dalam setiap bidang urusan

pemerintahan yang bersifat konkuren senantiasa

terdapat bagian urusan yang menjadi kewenangan

Pemerintah, pemerintahan daerah provinsi, dan

78
pemerintahandaerah kabupaten/kota. Untuk

mewujudkan pembagian urusan pemerintahan yang

bersifat konkuren tersebut secara proporsional

antaraPemerintah, pemerintahan daerah provinsi dan

pemerintahan daerah kabupaten/kota maka ditetapkan

kriteria pembagian urusan pemerintahan yang meliputi

eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi. Penggunaan

ketigakriteria tersebut diterapkan secara kumulatif

sebagai satu kesatuan dengan mempertimbangkan

keserasian dan keadilan hubungan antar tingkatan

dansusunan pemerintahan.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang

Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5070)


Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam

penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat

penting dan strategis sehingga penyelenggaraannya

dikuasasi oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh

Pemerintahdalam rangka menunjang, menggerakkan,

79
dan mendorong pencapaiantujuan nasional, dan

memperkukuh ketahanan nasional. Pembinaan

pelabuhan yang dilakukan oleh Pemerintah meliputi

aspek pengaturan, pengendalian, dan pengawasan. Aspek

pengaturan mencakup perumusan dan penentuan

kebijakan umum maupun teknis operasional. Aspek

pengendalian mencakup pemberian pengarahan

bimbingan dalam pembangunan dan pengoperasian

pelabuhan. Sedangkan aspek pengawasan dilakukan

terhadap penyelenggaraan kepelabuhanan. Pembinaan

kepelabuhanan dilakukan dalam satu kesatuan Tatanan

Kepelabuhanan Nasional yang ditujukan untuk

mewujudkan kelancaran, ketertiban, keamanan dan

keselamatan pelayaran dalam pelayanan jasa

kepelabuhanan, menjamin kepastian hukum dan

kepastian usaha,mendorong profesionalisme pelaku

ekonomi di pelabuhan, mengakomodasi teknologi

angkatan, serta meningkatkan mutu pelayanandan daya

saing dengan tetap mengutamakan pelayanan

kepentingan umum.

80
Dengan lahirnya aturan tentang pelayaran,

mengahapuskan monopoli dalam penyelenggaran

pelabuhan, pemisahan antara fungsi regulator dan

operator serta memberikan peran serta pemerintah

daerah dan swasta secara proporsional di dalam

penyelenggaraan kepelabuhanan.Untuk kepentingan

tersebut di atas maka dalam aturan tentang pelayaran

tersebut diatur mengenai Rencana Induk Pelabuhan

Nasional, penetapan lokasi, rencana induk pelabuhan

serta Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan

Kepentingan pelabuhan, penyelenggaran kegiatan di

pelabuhan, perizinan pembangunan dan pengoperasian

pelabuhanatau terminal, terminal khusus dan terminal

untuk kepentingan sendiri, penarifan, pelabuhan dan

terminal khusus yang terbuka bagi perdagangan luar

negeri dan sistem informasi pelabuhan

6. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2010 Nomor 8,Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5093)

81
Kegiatan kenavigasian mempunyai peranan penting

dalam angkutan laut yang merupakan penunjang dan

pendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu

kegiatan kenavigasian diupayakan agar mampu

mencakup perairan Indonesia yang dinilai riskan

terhadap keselamatan berlayar, sesuai kondisi dan situasi

perairan Indonesia, serta untuk memenuhi persyaratan

hukum internasional. Kegiatan kenavigasian

diselenggarakan untuk mewujudkan keselamatan

bernavigasi di perairan Indonesia dengan mewujudkan

ruang dan alur-pelayaran yang aman bernavigasi,

keandalan, dan kecukupan saranadan prasarana

kenavigasian, pelayanan meteorologi, sumber daya

manusia yang profesional, serta dukungan teknologi yang

tepat guna.
Dalam upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut

pembinaan penyelenggaraan kegiatan sarana bantu

Navigasi-Pelayaran dan Telekomunikasi-Pelayaran

dilakukan oleh Pemerintah untuk mewujudkan

pelayanan dan keselamatan berlayar. Untuk

melaksanakan penyelenggaraan kegiatan kenavigasian di

82
seluruh perairan Indonesia, Pemerintah membentuk

distrik navigasi.
Distrik navigasi disamping berfungsi melaksanakan

kegiatan kenavigasian di perairan Indonesia juga

melakukan pengawasan terhadap sebagian kegiatan

kenavigasian yang dilakukan oleh badan usaha.

Penyelenggaraan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran dan

Telekomunikasi-Pelayaran disesuaikan dengan ketentuan

internasional baik persyaratan dan standarisasi sarana

dan prasarana maupun kualifikasi sumber daya

manusia. Fungsi lain dari kegiatan kenavigasian sangat

strategis baik dari sisi politis, ekonomis, dan pemantapan

pertahanan keamanan. Selain untuk menandai batas

wilayah kedaulatan negara dalam rangka Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan pemantapan

pertahanan dan keamanan, juga berfungsi mendorong

percepatan pertumbuhan kegiatan perekonomian.

Pemerintah dalam hal ini dapat melimpahkan sebagian

penyelenggaraan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran dan

Telekomunikasi-Pelayaran kepada badan usaha. Dalam

upaya menjamin keamanan dan keselamatan

83
SaranaBantu Navigasi-Pelayaran dan Telekomunikasi-

Pelayaran terhadap gangguan fungsi sarana oleh pihak

lain ditetapkan zona-zona keamanan dan keselamatan di

sekitar instalasi dan bangunan Sarana Bantu Navigasi-

Pelayaran dan Telekomunikasi-Pelayaran.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang

Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 26,Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5108)


Letak geografis Indonesia yang berada di antara Benua

Asia dan Australiaserta di antara Samudera Hindia dan

Samudera Pasifik telah menempatkan Indonesia pada

posisi strategis ditinjau dari segi ekonomi, politik,sosial

budaya dan pertahanan keamanan. Selain itu, posisi dan

sumber daya kelautan tersebut juga menempatkan

Indonesia menjadi sangat penting bagi negara-negara dari

berbagai kawasan. Namun posisi strategis ini selain

merupakan peluang sekaligus kendala bagi bangsa

Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bangsa, karena

disamping memberikan dampak yang menguntungkan

84
sekaligus juga dapat mengancam kepentingan Indonesia,

sehingga menimbulkan permasalahan yangkompleks baik

masalah yang berkaitan dengan bidang keamanan,

hukum, ekonomi maupun pertahanan Negara 8. Ancaman

ataupun permasalahan dapat timbul karena sebagai

negara yang memiliki sumber daya kelautan yang sangat

kaya dan beragam, maka sangat terbuka kemungkinan

terpancingnya pihak-pihak tertentu untuk memanfaatkan

secara ilegal sumber daya kelautan tersebut. Terlebih lagi

mengingat tidak semua negara mempunyai laut yang

cukup bagi kepentingan ekonominya, sehingga mereka

berupaya untuk mendapatkan sumber kekayaan alam

dari wilayah laut secara tidak ilegal. Kemungkinan ini

tidak saja dapat mengganggu stabilitas keamanan dilaut,

tetapi juga dapat menimbulkan konflik dengan negara

lain, bahkantidak mustahil menjadi perang terbuka antar

Negara.
Keadaan tersebut sangat berpotensi mengancam dan

merugikan kepentingan Indonesia, khususnya

8Didik Heru Purnomo, Pengamanan Wilayah Laut Indonesia, Jurnal Hukum


Internasional,Desember 2004, hal 27

85
kepentingan Indonesia atas wilayah lautnya. Padahal laut

mempunyai peranan dan arti yang sangat signifikan

bagibangsa Indonesia, khususnya bagi pembangunan

nasionalnya mengingatlaut mempunyai fungsi-fungsi,

antara lain (i) sebagai media pemersatu,(ii) sebagai media

perhubungan baik antar pulau maupun antar Negara,(iii)

sebagai media sumber daya baik hayati, non hayati

maupunbuatan, (iv) sebagai media pertahanan

keamanan, dan (v) sebagai media dan sarana untuk

membangun pengaruh terhadap negara-negara lain

dalam rangka penangkalan.9 Oleh karena itu,

kepentingan Indonesia tersebut perlu dilindungi dan

diamankan dari kemungkinan pemanfaatan yang

merugikan bangsa dan Negara Indonesia. Demikian juga

ancaman dan gangguan yang mungkin timbul perlu

diantisipasi agar upaya-upaya untuk memanfaatkan laut

sebesar-besarnya demi terwujudnya keamanan di laut

dan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia dapat terjaga

dan terjamin. Untuk mempertahankan eksistensi

9Pokok-pokok Pikiran Tentang Keamanan Laut TNI Angkatan Laut,


Jakarta, 2002

86
Indonesia sebagai suatu negara kepulauan yang utuh dan

menyeluruh, maka integritas perairan Indonesia sebagai

bagian integral dan satu kesatuan wilayah dengan darat

dan ruang udara di atasnya harus dapat dipertahankan,

dipelihara dan
dilindungi. Secara kongkrit, untuk dapat melindungi

kepentingan Indonesia dan mewujudkan kondisi

keamanan di wilayah perairan Indonesia, maka perlu ada

penyelenggaraan penegakan hukum di laut, antara lain

penegakan hukum di perairan Indonesia dan zona

tambahan.

BAB V
PENUTUP

Berdasarkan telaah/kajian yang telah dikemukakan

padabagian sebelumnya, maka pada bagian akhir ini

disampaikan kesimpulan danrekomendasi sebagai

87
pegangan bagi kebijakan selanjutnya. Kesimpulan

danrekomendasi dimaksud adalah sebagai berikut :


1. Kesimpulan
Orientasi pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat

masih bertumpu pada pembangunan jaringan jalan

dan jembatan, sementara jalur transportasi sungai

bagi masyarakat di Kabupaten/Kota di Provinsi

Kalimantan Barat juga masih memiliki peran yang

penting, baik sebagai sarana angkutan penumpang

maupun angkutan barang, sehingga keberadaan

pelabuhan juga harus mendapat perhatian khusus

dari Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat.


Adapun hambatan, tantangan dalam pengembangan

transportasi laut dan Sungaidi Kabupaten/Kota di

Provinsi Kalimantan Barat yaitu Musim atau Cuaca,

Pembanguan Jalan Darat,Pembangunan Jembatan,

Sumber Daya Manusia, Lingkungan Hidup,

sertaSarana dan prasarana

2. Saran
Rancangan Peraturan Daerah tentang Kepelabuhanan

agar menjadi prioritas dalam Program Legislasi

Daerah

88
1. Agara Rancangan Peraturan Daerah tentang

Kepelabuhanan agar dapatmencapai tujuan yang

diinginkan, maka dalam penyusunannya harus

melibatkan masyarakat di Kabupaten/Kota di

Provinsi Kalimantan Barat beserta seluruh

steakeholder yang memiliki kepentingan dengan

pelabuhan, sehingga pada saat disahkan tidak

mengalami penolakan dan juga pada saat disahkan

tidak merugikan salah satu pihak.


2. Agara peraturan daerah ini dapat dilaksanakan

oleh semua pihak, serta pemerintah daerah dapat

memberikan fasilitas pendukung terhadap

penerapan peraturan daerah ini.


3. Dalam rangka implementasi peraturan daerah

secara baik, maka Pemerintah Daerah harus

bersikap tegas terhadap semua pelanggaran dari

pada isi peraturan daerah kaitannya dengan

penerapan sanksi tanp aada pengecualian dan

kebijakan.

89
DAFTAR PUSTAKA
A. Daftar Literatur ;
Didik Heru Purnomo, Pengamanan Wilayah Laut

Indonesia, Jurnal Hukum


Internasional, Desember 2004
Djoko Pramono, Direktur Pelabuhan dan Pengerukan

Ditjen Perhubungan
L aut Departemen Perhubungan Republik Indonesia
Eric Barend, An Introduction to Constitutional Law, New

York : Oxford
University Press, 1998
Emil Salim, Pembangunan Berwawasan Lingkungan,

Lembaga Penelitian,
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial,

Jakarta, 1980
Hasyim Djalal, Preventive Diplomacy in Southeast Asia:

Lesson Learned,
wikipedia ensiklopedi bebas, 2003

90
Indische Scheepyaartswet 1936 (Kebijakan pokok yang

dibuat pada masa


colonial) Peraturan Tentang Pelayaran yang disahkan

pada
17-09-1992, Staatbald 1936 No 700
Mawhood Dikutip Boy Yedra Tamin, Memahami produk

hukum dalam
perspektif pembentukan peraturan perundang undangan
(peraturan daerah), artikel dunia hukum dan sistem

hukum,
2012
Pangaribuan, Badan Pembinaan Hukum Nasional,

Kementerian Hukum
dan HAM RI, 1984
Pokok-pokok Pikiran Tentang Keamanan Laut TNI

Angkatan Laut, Jakarta,


2002
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana

Prenada Media
Group, Jakarta, 2005
B. Daftar Perundang-Undangan ;
Undang Undang Dasar 1945
Undang Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah
Undang Undang 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Undang Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

91
Undang Undang 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan
Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi,Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota


Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang

Kepelabuhan
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Kenavigasian
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang

Angkutan di
Perairan

92

Anda mungkin juga menyukai