Anda di halaman 1dari 10

ASKEP AMPUTASI

Pengertian

Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh.

<!--[if !supportLists]-->B. <!--[endif]-->Etiologi

Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer,


biasanya pada orang tua, seperti klien dengan artherosklerosis, Diabetes Mellitus.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena


perang, kecelakaan, thermal injury seperti terbakar, tumor, infeksi, gangguan
metabolisme seperti pagets disease dan kelainan kongenital.

<!--[if !supportLists]-->C. <!--[endif]-->Patofisiologi

Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan dua metode :

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Metode terbuka (guillotine amputasi).

Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang. Bentuknya benar-
benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih, dan luka dapat ditutup setelah tidak
terinfeksi.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Metode tertutup (flap amputasi)

Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang
diamputasi.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Tidak semua amputasi dioperasi dengan


terencana, klasifikasi yang lain adalah karena trauma amputasi.

<!--[if !supportLists]-->D. <!--[endif]-->Tingkatan Amputasi

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Ekstremitas atas

Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal ini berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan aktivitas yang
lainnya yang melibatkan tangan.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Ekstremitas bawah

Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-jari kaki
yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.

Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak
amputasi yaitu :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Amputasi dibawah lutut (below knee


amputation).

Ada 2 metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic limb dan
inschemic limb.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Amputasi diatas lutut


Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien dengan penyakit
vaskuler perifer.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Nekrosis. Pada keadaan nekrosis biasanya


dilakukan dulu terapi konservatif, bila tidak berhasil dilakukan reamputasi dengan level
yang lebih tinggi.

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Kontraktur. Kontraktur sendi dapat dicegah


dengan mengatur letak stump amputasi serta melakukan latihan sedini mungkin.
Terjadinya kontraktur sendi karena sendi terlalu lama diistirahatkan atau tidak di
gerakkan.

<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Neuroma. Terjadi pada ujung-ujung saraf yang


dipotong terlalu rendah sehingga melengket dengan kulit ujung stump. Hal ini dapat
dicegah dengan memotong saraf lebih proximal dari stump sehingga tertanam di dalam
otot.

<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->Phantom sensation. Hampir selalu terjadi dimana


penderita merasakan masih utuhnya ekstremitas tersebut disertai rasa nyeri. Hal ini dapat
diatasi dengan obat-obatan, stimulasi terhadap saraf dan juga dengan cara kombinasi.

<!--[if !supportLists]-->E. <!--[endif]-->Penatalaksanaan Amputasi

Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi.

Ada 2 cara perawatan post amputasi yaitu :

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Rigid dressing

Yaitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar operasi. Pada
waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus immobilisasi atau tidak.
Bila tidak diperlukan pemasangan segera dengan memperhatikan jangan sampai
menyebabkan konstriksi stump dan memasang balutan pada ujung stump serta tempat-
tempat tulang yang menonjol. Keuntungan cara ini bisa mencegah oedema, mengurangi
nyeri dan mempercepat posisi berdiri.

Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera, mobilisasi
setelah 7 10 hari post operasi setelah luka sembuh, setelah 2 3 minggu, setelah stump
sembuh dan mature. Namun untuk mobilisasi dengan rigid dressing ini dipertimbangkan
juga faktor usia, kekuatan, kecerdasan penderita, tersedianya perawat yang terampil,
therapist dan prosthetist serta kerelaan dan kemauan dokter bedah untuk melakukan
supervisi program perawatan. Rigid dressing dibuka pada hari ke 7 10 post operasi
untuk melihat luka operasi atau bila ditemukan cast yang kendor atau tanda-tanda infeksi
lokal atau sistemik.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Soft dressing

Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut steril
yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus
diperhatikan penggunaan elastik verban jangan sampai menyebabkan konstriksi pada
stump. Ujung stump dielevasi dengan meninggikan kaki tempat tidur, melakukan elevasi
dengan mengganjal bantal pada stump tidak baik sebab akan menyebabkan fleksi
kontraktur. Biasanya luka diganti balutan dan drain dicabut setelah 48 jam. Ujung stump
ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien diizinkan secepat mungkin untuk berdiri
setelah kondisinya mengizinkan. Biasanya jahitan dibuka pada hari ke 10 - 14 post
operasi. Pada amputasi diatas lutut, penderita diperingatkan untuk tidak meletakkan
bantal dibawah stump, hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontraktur.

<!--[if !supportLists]-->F. <!--[endif]-->Dampak Masalah Terhadap Sistem Tubuh.

Adapun pengaruhnya meliputi :

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Kecepatan metabolisme

Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada
fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan
kecepatan metabolisme basal.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari
anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan
pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah
sehingga menyebabkan oedema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien
sehingga menyebabkan kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus
posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Sistem respirasi

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Penurunan kapasitas paru

Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta
relatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal dan
ekspirasi paksa.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Perubahan perfusi setempat

Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio ventilasi
dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatan
metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Mekanisme batuk tidak efektif

Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga sekresi
mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris
normal.

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Sistem Kardiovaskuler

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Peningkatan denyut nadi

Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan mekanisme
pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan
immobilisasi.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Penurunan cardiac reserve

Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan waktu
pengisian diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Orthostatik Hipotensi

Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana anterior dan
venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada
vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah
yang bersirkulasi menurun, jumlah darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk
memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah menurun, akibatnya klien merasakan pusing
pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan pingsan.

<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Sistem Muskuloskeletal

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Penurunan kekuatan otot

Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2


dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa
metabolisme akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Atropi otot

Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi
persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Kontraktur sendi

Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan
gerak.

<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Osteoporosis

Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik dan
anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos.

<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->Sistem Pencernaan

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Anoreksia

Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar
pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori yang
menyebabkan menurunnya nafsu makan.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Konstipasi

Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus
menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces
lebih keras dan orang sulit buang air besar.

<!--[if !supportLists]-->7. <!--[endif]-->Sistem perkemihan

Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam
keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal banyak
menahan urine sehingga dapat menyebabkan :

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan


mudah membentuk batu ginjal.

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan


berkembang biaknya kuman dan dapat menyebabkan ISK.

<!--[if !supportLists]-->8. <!--[endif]-->Sistem integumen

Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan
tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. Jika
hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan
dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.

<!--[if !supportLists]-->G. <!--[endif]-->Diagnosa Keperawatan

Untuk klien dengan amputasi diagnosa keperawatan yang lazim terjadi adalah :

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan


kehilangan anggota tubuh.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Gangguan konsep diri ; body image berhubungan


dengan perubahan fisik.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan


dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan otot.

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Gangguan pemenuhan ADL; personal hygiene


kurang berhubungan dengan kurangnya kemampuan dalam merawat diri.

<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Gangguan integritas kulit berhubungan dengan


tirah baring yang lama.

<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->Potensial kontraktur berhubungan dengan


immobilisasi.

<!--[if !supportLists]-->7. <!--[endif]-->Potensial infeksi berhubungan dengan adanya


luka yang terbuka.

<!--[if !supportLists]-->H. <!--[endif]-->Perencanaan

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan


kehilangan anggota tubuh.

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Tujuan :

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Jangka Panjang : Mobilisasi fisik terpenuhi.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Jangka Pendek :

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Klien dapat menggerakkan anggota tubuhnya


yang lainnya yang masih ada.

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Klien dapat merubah posisi dari posisi tidur ke


posisi duduk.

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->ROM, tonus dan kekuatan otot terpelihara.

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Klien dapat melakukan ambulasi.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Intervensi :

<!--[if !supportLists]-->1.) <!--[endif]-->Kaji ketidakmampuan bergerak klien yang


diakibatkan oleh prosedur pengobatan dan catat persepsi klien terhadap immobilisasi.

Rasional : Dengan mengetahui derajat ketidakmampuan bergerak klien dan persepsi klien
terhadap immobilisasi akan dapat menemukan aktivitas mana saja yang perlu dilakukan.

<!--[if !supportLists]-->2.) <!--[endif]-->Latih klien untuk menggerakkan anggota badan


yang masih ada.
Rasional : Pergerakan dapat meningkatkan aliran darah ke otot, memelihara pergerakan
sendi dan mencegah kontraktur, atropi.

<!--[if !supportLists]-->3.) <!--[endif]-->Tingkatkan ambulasi klien seperti mengajarkan


menggunakan tongkat dan kursi roda.

Rasional : Dengan ambulasi demikian klien dapat mengenal dan menggunakan alat-alat
yang perlu digunakan oleh klien dan juga untuk memenuhi aktivitas klien.

<!--[if !supportLists]-->4.) <!--[endif]-->Ganti posisi klien setiap 3 4 jam secara


periodik

Rasional : Pergantian posisi setiap 3 4 jam dapat mencegah terjadinya kontraktur.

<!--[if !supportLists]-->5.) <!--[endif]-->Bantu klien mengganti posisi dari tidur ke


duduk dan turun dari tempat tidur.

Rasional : Membantu klien untuk meningkatkan kemampuan dalam duduk dan turun dari
tempat tidur.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Gangguan konsep diri ; body image berhubungan


dengan perubahan fisik.

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Tujuan :

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Jangka Panjang : Klien dapat menerima keadaan


fisiknya.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Jangka Pendek :

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Klien dapat meningkatkan body image dan harga


dirinya.

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Klien dapat berperan serta aktif selama rehabilitasi


dan self care.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan


dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan otot.

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Tujuan :

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Jangka Panjang : Nyeri berkurang atau hilang

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Jangka Pendek :

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Ekspresi wajah klien tidak meringis kesakitan

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Klien menyatakan nyerinya berkurang

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Klien mampu beraktivitas tanpa mengeluh nyeri.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Intervensi :

<!--[if !supportLists]-->1.) <!--[endif]-->Tinggikan posisi stump

Rasional : Posisi stump lebih tinggi akan meningkatkan aliran balik vena, mengurangi
edema dan nyeri.
<!--[if !supportLists]-->2.) <!--[endif]-->Evaluasi derajat nyeri, catat lokasi, karakteristik
dan intensitasnya, catat perubahan tanda-tanda vital dan emosi.

Rasional : Merupakan intervensi monitoring yang efektif. Tingkat kegelisahan


mempengaruhi persepsi reaksi nyeri.

<!--[if !supportLists]-->3.) <!--[endif]-->Berikan teknik penanganan stress seperti


relaksasi, latihan nafas dalam atau massase dan distraksi.

Rasional : Distraksi untuk mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri karena perhatian
klien dialihkan pada hal-hal lain, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan pada otot
yang menurunkan rangsang nyeri pada saraf-saraf nyeri.

<!--[if !supportLists]-->4.) <!--[endif]-->Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional : Analgetik dapat meningkatkan ambang nyeri pada pusat nyeri di otak atau
dapat membloking rangsang nyeri sehingga tidak sampai ke susunan saraf pusat.

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Gangguan pemenuhan ADL; personal hygiene


kurang berhubungan dengan kurangnya kemampuan dalam merawat diri.

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Tujuan :

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Jangka Panjang : Klien dapat melakukan


perawatan diri secara mandiri.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Jangka Pendek :

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Tubuh, mulut dan gigi bersih serta tidak berbau.

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Kuku pendek dan bersih.

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Rambut bersih dan rapih

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Pakaian, tempat tidur dan meja klien bersih dan
rapih.

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Klien mengatakan merasa nyaman.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Intervensi :

<!--[if !supportLists]-->1.) <!--[endif]-->Bantu klien dalam hal mandi dan gosok gigi
dengan cara mendekatkan alat-alat mandi, dan menyediakan air di pinggirnya, jika klien
mampu.

Rasional : Dengan menyediakan air dan mendekatkan alat-alat mandi maka akan
mendorong kemandirian klien dalam hal perawatan dan melakukan aktivitas.

<!--[if !supportLists]-->2.) <!--[endif]-->Bantu klien dalam mencuci rambut dan potong


kuku.

Rasional : Dengan membantu klien dalam mencuci rambut dan memotong kuku maka
kebersihan rambut dan kuku terpenuhi.

<!--[if !supportLists]-->3.) <!--[endif]-->Anjurkan klien untuk senantiasa merapikan


rambut dan mengganti pakaiannya setiap hari.

Rasional : Dengan membersihkan dan merapihkan lingkungan akan memberikan rasa


nyaman klien.
<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
tirah baring yang lama.

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Tujuan :

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Jangka Panjang : Klien dapat sembuh tanpa


komplikasi seperti infeksi.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Jangka Pendek :

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Kulit bersih dan kelembaban cukup.

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Kulit tidak berwarna merah.

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Kulit pada bokong tidak terasa ngilu.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Intervensi :

<!--[if !supportLists]-->1.) <!--[endif]-->Kerjasama dengan keluarga untuk selalu


menyediakan sabun mandi saat mandi.

Rasional : Sabun mengandung antiseptik yang dapat menghilangkan kuman dan kotoran
pada kulit sehingga kulit bersih dan tetap lembab.

<!--[if !supportLists]-->2.) <!--[endif]-->Pelihara kebersihan dan kerapihan alat tenun


setiap hari.

Rasional : Alat tenun yang bersih dan rapih mengurangi resiko kerusakan kulit dan
mencegah masuknya mikroorganisme.

<!--[if !supportLists]-->3.) <!--[endif]-->Anjurkan pada klien untuk merubah posisi


tidurnya setiap 3 4 jam sekali

Rasional : Untuk mencegah penekanan yang terlalu lama yang dapat menyebabkan iritasi.

<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->Resiko tinggi terhadap kontraktur berhubungan


dengan immobilisasi.

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Tujuan :

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Jangka Panjang : Kontraktur tidak terjadi.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Jangka Pendek :

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Klien dapat melakukan latihan rentang gerak.

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Setiap persendian dapat digerakkan dengan baik.

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Tidak terjadi tanda-tanda kontraktur seperti kaku


pada persendian.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Intervensi :

<!--[if !supportLists]-->1.) <!--[endif]-->Pertahankan peningkatan kontinyu dari puntung


selama 24 48 jam sesuai pesanan. Jangan menekuk lutut, tempat tidur atau
menempatkan bantal dibawah sisa tungkai, tinggikan kaku tempat tidur melalui blok
untuk meninggikan puntung.

Rasional : Peninggian menurunkan edema dan menurunkan resiko kontraktur fleksi dari
panggul.
<!--[if !supportLists]-->2.) <!--[endif]-->Tempatkan klien pada posisi telungkup selama
30 menit 3 4 kali setiap hari setelah periode yang ditentukan dari peninggian kontinyu.

Rasional : Otot normalnya berkontraksi waktu dipotong. Posisi telungkup membantu


mempertahankan tungkai sisa pada ekstensi penuh.

<!--[if !supportLists]-->3.) <!--[endif]-->Tempatkan rol trokanter disamping paha untuk


mempertahankan tungkai adduksi.

Rasional : Kontraktur adduksi dapat terjadi karena otot fleksor lebih kuat dari pada otot
ekstensor.

<!--[if !supportLists]-->4.) <!--[endif]-->Mulai latihan rentang gerak pada puntung 2 3


kali sehari mulai pada hari pertama pasca operasi. Konsul terapist fisik untuk latihan yang
tepat.

Rasional : Latihan rentang gerak membantu mempertahankan fleksibilitas dan tonus otot.

<!--[if !supportLists]-->7. <!--[endif]-->Potensial infeksi berhubungan dengan adanya


luka yang terbuka.

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Tujuan :

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Jangka Panjang : Infeksi tidak terjadi

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Jangka Pendek :

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Luka bersih dan kering

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Daerah sekitar luka tidak kemerahan dan tidak


bengkak.

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Tanda-tanda vital normal

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Nilai leukosit normal (5000 10.000/mm3)

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Intervensi :

<!--[if !supportLists]-->1.) <!--[endif]-->Observasi keadaan luka

Rasional : Untuk memonitor bila ada tanda-tanda infeksi sehingga akan cepat
ditanggulangi.

<!--[if !supportLists]-->2.) <!--[endif]-->Gunakan teknik aseptik dan antiseptik dalam


melakukan setiap tindakan keperawatan

Rasional : Tehnik aseptik dan antiseptik untuk mencegah pertumbuhan atau membunuh
kuman sehingga infeksi tidak terjadi.

<!--[if !supportLists]-->3.) <!--[endif]-->Ganti balutan 2 kali sehari dengan alat yang


steril.

Rasional : Mengganti balutan untuk menjaga agar luka tetap bersih dan dengan
menggunakan peralatan yang steril agar luka tidak terkontaminasi oleh kuman dari luar.

<!--[if !supportLists]-->4.) <!--[endif]-->Monitor LED

Rasional : Memonitor LED untuk mengetahui adanya leukositosis yang merupakan


tanda-tanda infeksi.

<!--[if !supportLists]-->5.) <!--[endif]-->Monitor tanda-tanda vital


Rasional : Peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi dan penurunan tekanan darah
merupakan salah satu terjadinya infeksi

Sumber:

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Asep Setiawan, SKp, et all, Asuhan Keperawatan


Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Schwartz Stures dan Spencer, Intisari Prinsip-


Prinsip Ilmu Bedah,

DIarsipkan di bawah: 1. ASKEP ZONE

KALIGRAFI KYPOSIS

Anda mungkin juga menyukai